• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI PETERNAK KAMBING ATAU DOMBA DI

KABUPATEN BOGOR DALAM PROGRAM VAKSINASI

ANTRAKS

AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraksadalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

(4)

ABSTRAK

AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA. Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks.Dibimbing oleh ETIH SUDARNIKA dan CHAERUL BASRI.

Vaksinasi merupakan salah satu upaya pencegahan dan pengendalian antraks yangdalam pelaksaannyamenemukan kendala yaitu kurangnya partisipasi peternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pendorong kesediaan peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang untuk melakukan vaksinasi antraks. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dengan total responden sebanyak 60 peternak yang dipilih menggunakan metode acak bertingkat yang berasal dari tiga desa yaitu Citaringgul, Kadumanggu, dan Karang Tengah. Analisis data penelitian ini menggunakan uji khi-kuadratdan pendugaan nilai Risiko Relatif (RR). Faktor-faktor pendorong peternakdalam melakukan vaksinasi antraks yaitu pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung dengan nilai risiko relatif 2.84(RR=2.84; SK=1.55-5.29) dan pernah mengalami kendala dalam melakukan vaksinasi dengan nilai risiko relatif 1.96 (RR=1.96; SK=1.20-3.19).

Kata kunci: antraks, kabupaten bogor, partisipasi, vaksinasi.

ABSTRACT

AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA Participation of Goat or Sheep Farmers at Bogor District in Anthrax Vaccination Programme. Supervised by ETIH SUDARNIKA and CHAERUL BASRI.

Vaccination was an effort in preventing and controlling anthrax. The aim of this study was to identify the supporting factors that affected participant in anthrax vaccination of goat or sheep farmers at Bogor District using survey method by interviewing using questionnaire. Total respondents were 60 farmers from Citaringgul, Karang Tengah, and Kadumanggu Village. Respondents were choosen by using multistage random sampling method. The data were analysed using chi-square method and estimated Relative Risk (RR) value. The factors that supported farmers to participate in vaccination anthrax program were direct extention with relative risk value 2.84 (RR=2.84; SK=1.55-5.29) and the obstacles faced by farmers in anthrax vaccinating with relative risk value 1.96 (RR=1.96; SK=1.20-3.19).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PARTISIPASI PETERNAK KAMBING ATAU DOMBA DI

KABUPATEN BOGOR DALAM PROGRAM VAKSINASI

ANTRAKS

AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks

Nama : Ageng Syarif Dwidzuriputra

NIM : B04070110

Disetujui oleh

Dr Ir Etih Sudarnika, MSi Pembimbing I

Drh Chaerul Basri, MEpid Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh H Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi inidapat diselesaikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Etih Sudarnika, M.Si dan Bapak Drh. Chaerul Basri M.Epid selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat yang membangun serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan staf karyawan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor yang membantu penulis dalam memberikan informasi tentang antraks di Kabupaten Bogor.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala amal ibadah dan kebaikan kepada mereka semua.Kesalahan dalam penulisan skripsi ini tentu datang dari saya pribadi.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Bogor, Januari 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Kerangka Konsep 2

Tempat dan Waktu 3

Desain Penelitian 3

Teknik Penarikan Sampel 3

Teknik Pengumpulan Data 3

Desain Penelitian 4

Definisi Operasional 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Karakteristik Peternakan 5

Managemen Peternakan 7

Managemen Kesehatan Ternak 7

Riwayat Kejadian Penyakit Antraks 9

Akses Informasi dan Tingkat Pengetahuan Peternak 10

Hubungan Antara Karakteristik Peternak Terhadap Kesediaan Peternak

Mengikuti Program Vaksinasi Antraks 11

Hubungan Antara Riwayat Kejadian dan Manajemen Kesehatan Ternak

Terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks 12

Hubungan Antara Akses InformasiTerhadap Kesediaan Peternak Mengikuti

Program Vaksinasi Antraks 15

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Terhadap Kesediaan Peternak

Mengikuti Program Vaksinasi Antraks 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Definisi operasional peubah penelitian 3

2 Karakteristik peternakankambing ataudomba di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

5 3 Sarana informasi yang dimiliki peternak di Kecamatan Babakan Madang

Kabupaten Bogor dalam program vaksinasi antraks

6 4 Manajemen pemberian pakan ternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten

Bogor

7 5 Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang kabupaten Bogor 8 6 Sarana informasi yang dimiliki peternak kambing atau domba di kecamatan

Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam melakukan vaksinasi antraks serta kendala yang dihadapi

9

7 Jumlah kejadian pada manusia dan ternak yang terserang penyakit antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

10 8 Hubungan karakteristik peternakan terhadap kesediaan peternak mengikuti

program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

10 9 Hubungan tingkat pengetahuan peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti

program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

12 10 Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan peternak mengikuti program

vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten bogor

13 11 Hubungan manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak melakukan

vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

14 12 Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak mengikuti

program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang kabupaten Bogor

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beternak merupakan salah satu usaha yang banyak dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Bogor. Jenis ternak yang sering dipelihara yaitu kambing atau domba karena tidak perlu memiliki modal yang besar. Selain itu ternak ini dipilih karena memiliki daya adaptasi yang tinggi, serta pakan yang diberikan bisa memanfaatkan hasil dari usaha tani.

Pada tahun 2005 telah terjadi kasus kematian enam orang meninggal di desa Citaringgul Kabupaten Bogor yang disebabkan oleh memakan daging ternak yang terinfeksi antraks (Noor 2001; Natalia dan Adji 2006; Basri dan Kiptiyah 2010). Antraks disebabkan oleh bakteriBacillus antrhracisyang merupakan bakteri gram positif yang dapat membentuk spora jika terpapar oleh oksigen (Departemen pertanian 2003).Antraks merupakan salah satu senjata biologis yang berbahaya di dunia karena antraks memiliki tingkat kematian, kesakitan, dan membuat rasa panik yang tinggi (Klinman dan Tross 2008).

Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor untuk mencegah berulangnya kasus antraks dengan mengadakan program vaksinasi antraks dan penyuluhan didaerah-daerah endemis antraks.Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Soeripto 2002).Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang optimal karena efek samping dari vaksin spora hidup yang digunakan dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan vaksinasi antraks (Hardjoutomoet al.1993, Lepplaet al.2002).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencari faktor-faktorpendorong partisipasi peternak kambing atau domba di Kabupaten Bogor dalam melakukan vaksinasi antraks.

Hipotesis Penelitian

(12)

2

METODE PENELITIAN

Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Peubah yang diamati:

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Definisi operasional yang digunakan di dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

1. Karateristik peternak :

-Pendidikan

-Pekerjaan

-Tujuan beternak

-Jumlah ternak

-Tingkat pengetahuan peternak

-Akses informasi

2. Manajemen peternakan dan riwayat kejadian antraks

-Manajemen pemberian pakan

-Manajemen kesehatan ternak

-Vaksinasi antraks

-Riwayat kejadian antraks

(13)

3

Definisi Operasional Tabel 1 Definisi operasional peubah penelitian

No Peubah Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala 1 Pendidikan Jenjang pendidikan

peternak

Kuesioner Wawancara 1= maksimal lulusan SD 2= minimal lulusan SMA 2 Pekerjaan Mata pencaharian

peternak

Kuesioner Wawancara 1= ya 2= tidak 3 Ternak untuk dijual Tujuan dilakukannya

kegiatan beternak oleh peternak

Kuesioner Wawancara 1= ya 2= tidak

4 Jumlah ternak Jumlah ternak kambing atau domba yang dimiliki oleh peternak

kuesioner wawancara 1=lebih dari 5 ekor 2=kurang atau sama dengan

7 Ternak pernah sakit Adanya ternak yang pernah sakit

Kuesioner Wawancara 1= ya 2= tidak 8 Ternak pernah mati Adanya ternak pernah

mati

Kuesioner Wawancara 1= mahal, jauh, dan sulit mendapatkan vaksin 2= takut mati dan tidak ada

yang memberikan

14 Akses informasi Cara peternak untuk mendapatkan informasi tentang penyakit antraks

(14)

4

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai September 2012. Pengambilan data dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor yaitu Citaringgul, Kadumanggu, dan Karang Tengah. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Epidemiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah studi cross-sectionalatau survei. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang.

Populasi Studi

Populasi studi dalam penelitian ini adalah peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang. Kecamatan Babakan Madang dipilih sebagai daerah untuk penelitian ini karena berdasarkan informasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu daerah endemis antraks di Indonesia.

Teknik Penarikan Sampel

Pemilihan sampel peternak di Kecamatan Babakan Madang dilakukan dengan metodeacak bertingkat mengunakan daftar peternak di Desa tesebut yang berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Jumlah desa yang dipilih secara acak dari Kecamatan Babakan Madang yaitu 3 Desa, kemudian setiap desa dipilih masing-masing 2 rukun warga (RW), setiap RW dipilih masing-masing 2 rukun tetangga (RT), dan setiap RT dipilih 5 peternak kambing atau domba secara acak untuk dilakukan wawancara. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 60 peternak.

(15)

5

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji khi-kuadratdan pendugaan nilai risiko relatif (RR) masing-masing peubah untuk menghitung derajat asosiasi antara kesediaan mengikuti program vaksinasi tehadap karakteristik peternak, managemen kesehatan ternak, riwayat kejadian antraks, akses informasi, dan tingkat pengetahuan peternak. Pengolahan data ini menggunakan program SPSS 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak di Kecamatan Babakan Madang meliputi, pendidikan, pekerjaan utama, kepentingan beternak, dan jumlah ternak yang dimiliki yang dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2.

Tabel 2Karakteristik peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

No Karakteristik Peternak Jumlah Responden % dari total responden 1 Pendidikan

- Maksimal lulusan SD 57 95

- Maksimal lulusan SMP 3 5

2 Beternak sebagai usaha

4 Jumlah ternak yang dimiliki

- Lebih dari 5 ekor 24 40

- Kurang dari 5 ekor 36 60

Data pada Tabel 2 menunjukkan pendidikan terakhir peternak kambing atau domba rata-rata maksimal di tingkat sekolah dasar (SD)yaitu sebanyak57 (95%) peternak. Tingkat pendidikan peternak berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam menyerap berbagai informasi yang relevan dengan kegiatan usaha ternaknya, khususnya berkenaan dengan penanganan usaha ternak (Dinas Peternakan 2005)

(16)

6

sudah tua yang tidak bisa mengandalkan tenaga fisiknya lagi untuk bekerja sebagai petani maupun buruh.Jumlah ternak rata-rata yang dipelihara yaituberjumlah kurang dari lima ekor sebanyak 36 (60%) peternak. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan modal usaha yang dimiliki peternak di Kecamatan Babakan Madang.

Akses Terhadap Informasi dan Tingkat Pengetahuan Peternak

Pemberian informasi tentang antraks sangat penting dilakukan agar peternak lebih paham bahaya antraks.Tabel 3 berikut akan menjelaskan tentang akses informasi yang dimiliki oleh peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang.

Tabel 3Sarana informasi yang dimiliki peternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam program vaksnisasi antraks

No Akses Informasi Jumlah peternak % dari Total Responden 1 Media massa

Berdasarkan data di atas, akses informasi paling banyak yang didapatkan peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang yaitu melalui selebaran sebanyak 97% dan sebanyak 53% peternak menyatakan pernah mendapatkan informasi melalui penyuluhan langsung yang dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Akses informasi lain yang didapatkan oleh peternak yaitu melalui media massa (38%).

Keberhasilan peternak dalam mendapatkan informasi tentang penyakit antraks dapat diukur melalui tingkat pengetahuan masyarakat.Tingkat pengetahuan peternak di Kecamatan Babakan Madang masuk dalam kategori baikyaitu sebanyak37 peternak (62%) dan 23 peternak (38%) masuk kedalam kategori buruk terhadap pengetahuan tentang penyakit antraks. Peternak mengetahui bahaya penyakit antraks namun dalam manajemen kesehatan ternak peternak tidak melakukannya secara benar.

Manajemen Peternakan Manajemen Pemberian Pakan

(17)

7

Tabel 4 Manajemen pemberian pakan ternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

No Jenis pakan Jumlah responden % dari total responden 1 Pakan yang diberikan

- Rumput 60 100

- Hijauanselain rumput 53 88

- Kulit singkong 51 85

- Konsentrat 1 2

2 Asal Pakan

- Dari dalam desa 60 100

- Dari luar desa 0 0

Seluruh ternak di Kecamatan Babakan Madang diberikan pakan rumput (100%).Selain rumput peternak juga menambahkan kulit singkong sebagai pakan pokok utama (88%) karena mudah didapatkan di sekitar desa.Hanya 1 dari 60 (2%) peternak yang menambahkan konsentrat dalam pakan ternaknyaagar ternaknya mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga ternak tersebut tidak mengalami kekurangan gizi atau kekurusan sehingga harga jualnya menjadi tinggi.

Asal pakan ternak yang diberikan semuanya berasal dari dalam desa mereka sendiri (100%).Hasil kebun yang ditanam semuanya dimanfaatkan untuk pakan ternak.Kulit singkong sebagai pakan ternak memiliki risiko yang besar terhadap infeksi antraks karena tanah yang digunakan untuk berkebun di daerah ini merupakan tanah yang tercemar oleh spora antraks yang dapat bertahan lebih dari 30 tahun di tanah.

Manajemen Kesehatan Ternak Penanganan Ternak Sakit dan Mati

Pengendalian penyakit antraks sangat dipengaruhi oleh manajemen kesehatan ternak.Manajemen kesehatan ternak meliputi penangan ternak yang sakit dan mati.Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang disajikanpada Tabel 5.

(18)

8

Tabel 5 Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

No Manajemen Kesehatan Ternak Jumlah responsden % dari total responden 1 Ternak pernah sakit

- Ya 30 50

- Tidak 30 50

2 Gejala klinis yang sering ditemukan

- Lemas 26 43

- Keluar darah dari lubang kumlah 1 2

- Mati mendadak 2 3

- Tidak mau makan 25 42

- Demam 2 3

3 Tindakan jika ternak sakit

- Diobati 4 7

5 Tindakan jika ternak mati

- Dikubur 23 38

- Dibakar 7 7

Jumlah kematian ternak di Kecamatan Babakan Madangtidak sedikit, yaitu sebanyak 43% peternak pernah menemukan ternaknya mati. Tindakan yang dilakukan oleh peternak jika ternaknya mati yaitu dengan cara mengubur (38%) dan membakar (7%) ternaknya sehingga dapat mengurangi risiko penularan dan penyebaran antraks.

Vaksinasi Antraks

Vaksinasi merupakan salah satu cara pencegahan penyebaran antraks. Berikut adalah Tabel 6 yang menjabarkan informasi peternak dalam melakukan vaksinasi antraks yang diadakan oleh pemerintah.

(19)

9

Tabel 6 Sarana informasi yang dimiliki peternak kambing atau dombadi Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam melakukan vaksinasi antraks serta kendala yang dihadapi

No Vaksinasi Antraks Jumlah % dari Total Responden

1 Tanggapan peternak tentang pentingnya vaksinasi antraks

- Penting 55 92

- Tidak 5 8

2 Mengetahui program vaksinasi antraks

- Ya 38 63

- Tidak 22 37

3 Punya kendala dalam melakukan vaksinasi antraks

- Ya 29 48

- Tidak 31 52

4 Takut matijika diberikan vaksinasi antraks

- Tidak 29 48

- Ya 31 52

5 Bersedia mengikuti program vaksinasi antraks

- Ya 34 57

- Tidak 26 43

Riwayat Kejadian Antraks

Berulangnya kembali wabah penyakit antraks pada tahun 2001 sampai 2004 di Kecamatan Babakan Madang menjadikan daerah ini endemis antraks (Naipospos 2005). Berikut adalah jumlah kejadian penyakit antraks pada manusia dan ternak yang dijumpai saat pengumpulan data yang dijelaskan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah kejadian pada manusia dan ternak yang terserang penyakit antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

No Kejadian antraks Jumlah % dari Total Responden

(20)

10

Terdapat empat peternak (7%) di Kecamatan Babakan Madang yang menyatakan pernah menemukan ternaknya terinfeksi antraks.Gejala klinis yang ditemukan biasanya berupa demam, lemas, keluar darah dari lubang kumlah, bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala apapun kemudian langsung mati mendadak.

Hubungan Antara Karakteristik Peternakanterhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks

Karakteristik peternak yang diamati dalam penelitian ini meliputi pendidikan, pekerjaan utama, tujuan beternak, dan jumlah ternak yang dimiliki.Tabel 8 memperlihatkan hubungan karakteristik peternak terhadap kesediaan mengikuti program vaksinasi antraks.

Tabel 8Hubungan karakteristik peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

- Minimal lulusan SMP 33 57.9 24 42.1 1.74 0.35-8.74 - Maksimal lulusan SD 1 33.3 2 67.7

2 Beternak sebagai pekerjaan

- Utama 2 50 2 50 1.14 0.42-3.13

- Sampingan 32 57.1 24 42.9

3 Beternak untuk dijual

- Ya 33 57.9 24 42.1 1.74 0.35-8.74

- Tidak 1 33.3 2 67.7

4 Jumlah ternak yang dimiliki

- Lebih dari 5 ekor 16 66.7 8 3.3 1.33 0.87-2.05

- Kurang dari 5 ekor 18 50 18 50 Keterangan :

n : ukuran sampel RR : risiko relatif

SK 95% : selang kepercayaan 95%

Mayoritas tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor yaitu maksimal di Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 57 orang (95%). Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 33 peternak (57.9%) yang berpendidikan SD menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 24 peternak (42%) tidak bersedia. Bedasarkan data bahwa sebanyak 32 peternak (57.1%) menyatakan bahwa beternak merupakan usaha sampingan dan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 24 peternak (42.9%) tidak bersedia.

(21)

11

lima. Peternak yang memiliki jumlah ternak lebih atau sama dengan lima yaitu sebanyak 16 peternak (66.7%) menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 8 peternak (33.3%) tidak bersedia. Sebanyak 18 peternak (50%) yang memiliki jumlah ternak kurang dari lima menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 18 peternak (50%) tidak bersedia.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil tingkat pendidikan, pekerjaan utama, jumlah ternak yang dimiliki dan tujuan beternak tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks.Penelitian ini sesuai dengan laporan TIM Antraks FKH IPB (2005) bahwa pendidikan berpengaruh terhadap peternak dalam penanggulangan pencegahan penyakit antraks. Hal ini disebabkan karena mayoritas peternak berpendidikan rendah sehingga tidak ada hubungan pendidikan terhadap kesediaan vaksinasi antraks ditambah ketidakseriusan peternak dalam melakukan usaha ternak yang menjadikan beternak sebagai usaha sampingan dan jumlah ternak rata-rata yg dimiliki sedikit. Padahal menurut khieri et al. (2011) bahwa pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan sikap yang lebih baik dalam usaha ternak.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Peternak terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks

Daya serap informasi dapat diukur dari tingkat pengetahuan masyarakat di daerah tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat maka daya serap dalam menerima informasi akan semakin cepat. Pada Tabel 9 dapat dilihat hubungan tingkat pengetahuan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks.

Tingkat pengetahuan peternak tentang penyakit antraks di Kecamatan Babakan madang tergolong dalam kategori baik.Sebanyak 23 peternak (63.9%) masuk kedalam kategori baik dan bersedia memberikan vaksinasi antraks pada ternaknya sedangkan 13 peternak (36.1%) tidak bersedia.Sebanyak 11 peternak (45.8%) memiliki pengetahuan buruk dan bersedia memberikan vaksinasi antraks pada ternaknya sedangkan 13 peternak (54.2%) tidak besedia.

Tabel 9 Hubungan tingkat pengetahuan peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan babakan Madang Kabupaten Bogor

(22)

12

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks.Penelitian ini juga sesuai dengan Kurniawati (2005) bahwa tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan terhdap vaksinasi antraks.Pengetahuan yang baik belum cukup untuk mendorong peternak untuk berpatisipasi dalam program vaksinasi antraks tanpa didukung dengan praktek yang baik juga.Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap peternak sangat baik namun dalam praktiknya kurang cukup baik sehingga banyak peternak yang tidak bersedia untuk melakukan vaksinasi antraks.

Hubungan Antara Akses Informasi terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks

Banyaknya akses informasi yang dimiliki peternak dapat mendorong peternak untuk ikut berpartisipasi dalam program vaksinasi antraks.Peternak di Kecamatan Babakan Madang mendapatkan informasi tentang antraks dari media massa, penyuluhan, dan selebaran. Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

No Peubah (akses informasi)

SK 95% : selang kepercayaan 95%

(23)

13

kesehatan.Pengetahuan seseorang dapat ditingkat melalui pelatihan atau penyuluhan (Notoadmojo 2003).Peternak yang pernah mendapatkan penyuluhan dan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks sebanyak 26 peternak (81.2%) dan 6 peternak (18.8%) tidak besedia.Sedangkan peternak yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung yaitu sebnyak 8 peternak (28.6%) yang menyatakan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks dan 19 peternak (71.4%) tidak bersedia.Menurut Sari (2009) pelatihan atau penyuluhan sebaiknya dilakukan sebelum orang mulai bekerja sehingga dapat mengurangi risiko kesalahan dalam melakukan tindakan kesehatan ternak.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian informasi melalui media massa dan selebaran tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Babakan Madang masih rendah sehingga keinginan peternak untuk membaca selebaran sangat rendah.Selain itu berdasarkan analisis data bahwa pemberian informasi melalui penyuluhan menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks dengan nilai risiko relatif 2.84 (SK95%; 1.55-5.29) yang berarti bahwa peternak yang menerima penyuluhan memiliki kesediaan 2.84 kali lebih besar dibandingkan dengan peternak yang tidak menerima penyuluhan. Bersedianya peternak ini disebabkan peternak merasa diyakinkan oleh petugas dinas bahwa vaksinasi yang diberikan tidak akan menjadikan ternak mereka sakit.

Hubungan Antara Manajemen Peternakandan Riwayat Kejadianterhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks

Hubungan Antara Manajemen Kesehatan Ternak terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks

Kesehatan ternak mencakup upaya pencegahan, pengobatan penyakit serta pencegahan penularan penyakit baik dari hewan yang terinfeksi penyakit maupun hewan yang sudah mati karena penyakit tertentu ke hewan sehat.Hubungan antara manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks dapat dilihat pada Tabel 11.

Peternak yang pernah menemukan ternaknya sakit atau mati kemungkinan akan memiliki tingkat kepedulian yang lebih besar dibandingkan peternak yang tidak pernah menemukan ternaknya sakit sehingga bersedia mengikuti program vaksinasi antraks. Sebanyak 18 peternak (60%) pernah menemukan ternaknya sakit dan 16 peternak (61.5%) pernah menemukan ternaknya mati dan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks.Pemberian vaksinasi antraks yang dilakukan oleh peternak tersebut karena peternak beranggapan bahwa ternak yang sakit dan mati mungkin disebabkan oleh antraks.

(24)

14

Tabel 11 Hubungan manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

4 Pernah mempunyai kendala

vaksinasi

SK 95% : selang kepercayaan 95%

Usaha pemerintah dalam program vaksinasi antraks ternyata memiliki kendala yaitu setengah dari jumlah peternak yang diwawancarai menyatakan memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi antraks.Berdasarkan perolehan data sebanyak 12 peternak (38.7%) yang tidak pernah menemukan kendala dalam melakukan vaksinasi antraks menyatakan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks sedangkan sebanyak 19 peternak (61.3%) tidak bersedia.Sebanyak 22 peternak (75.9%) yang pernah memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi antraks menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 7 peternak (24.1%) tidak bersedia.Banyaknya jumlah peternak yang memiliki kendala namun tetap bersedia melakukan vaksinasi antraks disebabkan karena tingginya keinginan peternak dalam melakukan vaksinasi walaupun peternak tersebut sulit untuk melakukan vaksinasi.

(25)

15

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ternak yang sakit atau mati, tanggapan pentingnya melakukan vaksinasi, dan takut matinya ternak pasca pemberian vaksinasi antraks tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks.Sementara itu kendala yang dihadapi peternak memliki hubungan yang signifikan terhadap kesediaan mengikuti program vaksinasi antraks. Peternak yang memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi antraks mempunyai nilai risiko relatif 1.96 (SK95%; 1.20-3.19), yang berarti bahwa peternak yang merasa memiliki kendala vaksinasi akan memiliki kesediaan 2 kali lebih besar dibandingkan peternak yang merasa tidak memiliki kendala. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya kendala yang dihadapi peternak maka akan meningkatkan keinginan peternak dalam melakukan vaksinasi antraks pada ternaknya.

Hubungan Antara Riwayat Kejadian Antraks terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks

Riwayat kejadian antraks baik pada manusia maupun pada ternak akan menjadi pendorong peternak untuk lebih peduli terhadap program vaksinasi antraks. Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

1 Ternak pernah terinfeksi antraks

- Ya 3 5.4 1 4.6 1.36 0.73-2.50

- Tidak 31 75 25 25

2 Keluarga pernah terinfeksi antraks

- Ya 0 0 2 100

-- Tidak 34 58.6 24 41.4

Keterangan :

n : ukuran sampel RR : risiko relatif

SK 95% : selang kepercayaan 95%

Berdasarkan data diketahui bahwa terdapat empat peternakan yang ternaknya pernah terinfeksi antraks.Selain itu juga diketahui juga ada dua peternak yang keluarganya pernah terinfeksi antraks.Jumlah ternak yang pernah terinfeksi antraks di kecamatan Babakan Madang tidaklah sedikit namun masih banyak peternak yang tidak bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks.

(26)

16

program vaksinasi antraks.Sebanyak satu dari empat peternakan yang ternaknya pernah terinfeksi antraks menyatakan tidak bersedia memberikan vaksinasi antraks.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa riwayat kejadian antraks yang pernah dialami peternak baik pada ternaknya maupun pada manusia tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan untuk melakukan vaksinasi antraks.Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Kurniawati (2004) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara faktor vaksinasi antraks terhadap kejadian antraks pada manusia.Hal ini disebabkan karena peternak tidak mengerti bahwa vaksinasi dapat mencegah antraks dan menurut peternak kematian pada ternak merupakan hal yang biasa terjadi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Vaksinasi merupakan salah satu pengendalian antraks, namun dalam program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah masih menemukan kendala berupa kurangnya partisipasi peternak untuk memvaksinasikan ternaknya. Faktor pendorong kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks yaitu pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung dan adanya kendala yang dihadapi untuk melakukan vaksinasi. Hal ini disebabkan karena penyuluhan yang diberikan secara langsung dapat meyakinkan bahwa vaksin yang diberikan aman sehingga peternak yang memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi akan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi.

Saran

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dari berbagai desa di Kecamatan Babakan Madang.

2. Diharapkan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor selalu melakukan penyuluhan mengenai program vaksinasi secara berkelanjutan agar peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang lebih mengetahui pentingnya ternak diberikan vaksinasi antraks.

(27)

17

DAFTAR PUSTAKA

Basri C, Kiptyah N.2010. Memegang Hewan Rentan dan Menangani Produknya Berisiko Besar Tertular Antraks Kulit di Daerah Endemis.J Vet11. (4) : 226-231

Basuno E, Suhaeti R, Wahyuni S, Rivai R, Pranaji R, Budhi G, dan Iqbal M. 2005. Kaji tindak (action research) pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Tertinggal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

[DEPTAN] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2003. Pedoman dan Protap Penatalaksanaan Kasus Antraks di Indonesia. Jakarta.

[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2003. Pedoman Tata Laksana Kasus dan Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Antraks di Rumah Sakit.Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Departemen Kesehatan RI.

Hardjoutomo S, Poerwadikarta M, Patten B, dan Barkah K. 1993. The application of ELISA to monitor the vaccinal response of anthrax vaccinated ruminants. Penyakit Hewan Ed. Khusus 46A. 25: 7-10.

Kheiri M, Sahebalzamani M, Jahantigh M. 2011. The study of education effect on knowledge and attitudes toward electroconclusive theraphy among iranian nurse and patient’s relatives in a psychiatric hospital 2009-2010.J Soc Behav Sci30: 256-260.

Klinman DM, Tross D. 2008. Improvements in the Prevention and Treatment of Anthrax Infection. USA: cancer and inflamation program, National Cancer Institute. J procedia in vaccin I(2009) 89-96.

Kurniawati Y, Kusnoputranto H, Simanjuntak G. 2004. Dinamika Penularan dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Anthrax pada Manusia di Wilayah Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2004.Lokakarya Nasional penyakit Zoonosis.Universitas Sriwijaya Palembang.

Leppla S, Robbins B, Schineerson R dan Shiloach J. 2002.Development of an Improved Vaccine for Antrhrax.J Clin Invest. 110 (2): 141-144.

Meric M, Willke A, Muezzinoglu B, Karadenizli A, Hosten T. 2008. A Case of Pneumonia Caused ByBacillus anthracisSecondary to Gastrointestinal Anthrax. Turkey: Faculty of Medical Turkey.

Naipospos TSP. 2005. Beternak di Daerah Endemis Antraks Perlunya Komunikasi Resiko. [terhubung berkala]. Kompas.Sabtu, 5 Maret 2005.

(28)

18

Noor S M, Darminto, dan Hardjoutomo S. 2001. Kasus Antraks pada Manusia dan Hewan di Bogor pada Awal Tahun 2001.JWartazoavol. 11 no. 2 th. 2001

Notoatmodjo, S. 2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta

Tim Antraks FKH IPB. 2005. Pengawasan Antraks di Kabupaten Bogor Jawa Barat.Laporan Kegiatan kerjasama Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat.

Sari F. 2009.Effect Of Employee Training On The Occupational Safety And Health In Accommodation Sector. J Soc Behav Sci2: 4996-5000.

Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Vaksinasi. JPPP 21:48-55.

(29)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 8 Mei 1990 dari ayah Kristriantoso dan Ibu Suprihatiningsih. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 04 Karang Asih.Pada tahun 2001, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cikarang Utara dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cikarang Utara pada tahun 2004. Setelah itu, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB).

Gambar

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Tabel 1 Definisi operasional peubah penelitian
Tabel 2Karakteristik  peternak kambing atau domba  di  Kecamatan  Babakan Madang Kabupaten Bogor
Tabel 4 Manajemen  pemberian  pakan  ternak  di  Kecamatan  Babakan  Madang Kabupaten Bogor
+3

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah penyediaan pakan tambahan konsentrat ialah dengan memberikan sisa ampas tahu atau tempe bagi ternak domba dan

Penelitian i~ bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik peternak domba di Desa Tapos 1, kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, (2) mengidentifikasi persepsi

Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu upaya dan usaha andalan sebagai sumber pendapatan rumah tangga peternak di Kabupaten Pasuruan, karena sektor peternakan sapi

Upaya membantu mencegah serta mengurangi dampak buruk dari penyakit menular pada ternak, serta memberikan solusi kepada petani peternak, maka kegiatan pengabdian

Motivasi yang dimiliki para peternak di Desa Cibarani dalam memelihara ternak kerbau termasuk tinggi terkait dengan dijadikannya ternak kerbau sebagai sumber

pemberian hijauan yang masih basah karena embun atau air hujan, 5) pakan disimpan ditempat yang bersih, 6) melakukan pengontrolan kesehatan dan vaksinasi. Salah satu

Bertitik tolak dari manfaat usaha ternak kambing dan biaya-biaya produksi yang diperlukan, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh

Persepsi peternak tentang kebijakan pemerintah dalam pemberian vaksin Penyakit Mulut dan Kuku PMK berpengaruh terhadap pengurangan laju PMK pada sapi perah di Kabupaten Banyumas dengan