• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

USIA 0 SAMPAI 6 BULAN DI KELURAHAN PISANGAN CIPUTAT TIMUR TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

TITI RAKHMADHANY NIM : 108101000002

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

(2)
(3)

i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Agustus 2013

Titi Rakhmadhany, NIM. 108101000002

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013 xi + 114 halaman, 29 tabel, 15 gambar, 4 lampiran

Abstrak

Menyusui merupakan suatu proses yang terjadi secara alami. Salah satu faktor yang menjadi masalah dalam memberikan ASI adalah kurangnya bantuan agar posisi bayi terasa nyaman membuat menyusui kurang menyenangkan. Posisi menyusui yang tidak nyaman bisa menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders. Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur tahun 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh dari seluruh populasi ibu yang menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari instansi yang terkait dan data primer melalui pengukuran, wawancara, dan observasi kepada responden.

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa ibu menyusui yang mengalami keluhan MSDs sebanyak 33 orang (88,6%). Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada ibu menyusui adalah kesegaran jasmani dengan nilai p value 0,035

Untuk itu, disarankan kepada puskesmas untuk mengadakan kegiatan berolahraga untuk ibu-ibu di setiap posyandu kelurahan pisangan. Kepada peneliti yang lain dapat melakukan penelitian dengan menambahkan variabel lingkungan.

(4)

ii

JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PIBLIC HEALTH

Undergraduated Thesis, Agust 2013 Titi Rakhmadhany, NIM. 108101000002

Factors Associated With Musculoskeletal Disorders Complaints On Breastfeeding 0 to 6 Months in the Village of East Chester Pisangan In 2013

xi + 114 Pages, 29 Tables, 15 Chart, 4 Attachments

Abstract

Breastfeeding is a process that occurs naturally. One factor is at issue is the lack of breast-feeding in order to help the baby feel comfortable make breastbreast-feeding less fun. Feeding position that is not comfortable can cause musculoskeletal disorders complaint. From this researchers interested in conducting research on the factors associated with the occurrence of musculoskeletal complaints disorders in nursing mothers with infants aged 0 to 6 months in the Village of East Chester Pisangan in 2013.

This research is quantitative cross-sectional study design. The sample in this study is the saturated sample of the entire population of mothers who breastfeed infants aged 0 to 6 months. The data used in this study is a secondary data derived from relevant agencies and primary data through measurements, interviews, and observations to the respondent.

The Results Univariate analysis showed that breastfeeding mothers who have complaints MSDs as many as 33 people (88.6%). Based on the results of the bivariate analysis, note that the variables associated with MSDs complaints in nursing mothers is physical fitness with p value 0.035

Therefore, it is advisable to hold a clinic for sports activities for women in every village posyandu Pisangan. To other researchers can conduct research by adding environment variables.

(5)
(6)
(7)

v

Nama : Titi Rakhmadhany

TTL : Karawang, 28 Maret 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia Gol. Darah : O

Alamat : Jl. Cimanuk II No.67 RT/RW : 03/14 Perumnas Adiarsa Karawang Barat 41313

No. Telp : 081297411170 / 085781811721

RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun

1996 – 2002 SDN Adiarsa 3 Karawang 2002– 2005 SMP Negeri 2 Karawang 2005– 2008 SMA Negeri 5 Karawang

(8)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya untuk senantiasa menapaki jalan yang diridloi-Nya.

Skripsi merupakan tugas akhir perkuliahan berupa hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Tak ada gading yang tak retak. Oleh karenanya penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa laporan ini masih cacat dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun untuk kokohnya laporan ini sangat diharapkan.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Keluarga Besar saya, Mama dan Papa tercinta, yang telah mendoakan terus menerus, nasehat, cinta, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;

2. Nenek tercinta, serta Kaka Linda, Kaka Ipung, Kaka Juli, Tante-tante aku dan saudara-saudara aku terimakasih mendoakan dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;

3. Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And.; selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK);

4. Ibu Febrianti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat dan stafnya; 5. Ibu Yuli Amran, SKM. MKM, selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan memberikan pengarahan selama penyusunan skripsi ini;

6. Ibu Riastuti Kusumawardhani SKM, MKM, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penyusunan skripsi;

(9)

vii

penyusunan skripsi;

9. Bapak dan ibu dosen Kesehatan Masyarakat yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan memberikan pengarahannya selama proses akademik;

10.Teman – teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2008 yang selalu menyemangati saya dalam penyelesaian skripsi.

11.Tim penelitian, Mba Dhevy, Lia Babe, Lilis, Nadia, Iqbal, yang telah membantu dalam pengumpulan data hingga penyusunan skripsi berakhir;

12.Sahabat-sahabat tercinta, Irfan, Eliya, Erlin, Dian, Fety, Iin, Nilda Nurin, Nindy, Era, Sherly, dan Mba Fat, terimakasih karena kalian telah memberikan semangat, tenaga, sharing ilmu, dukungan dan menemani saya dalam proses penyelesaian skripsi tanpa kalian skripsi ini tidak akan selesai.

13.Sahabat tersayang Ntet, yang telah sudah menemani dalam suka duka selama 5 tahun, terima kasih banyak atas saran, motivasi, nasehat dan pinjaman motor yang diberikan selama 5 tahun kita bersama. Mohon maaf bila selama 5 tahun selalu membuat jengkel, marah dirimu.

14.Serta kepada berbagai pihak yang turut mendukung dan membantu atas terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Maka dari itu, penulis berharap akan adanya penyusunan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Jakarta, Agustus 2013

(10)

viii

Lembar Pernyataan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iv

Riwayat Hidup ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xv

Daftar Bagan ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 9

1.3Pertanyaan Penelitian ... 9

1.4Tujuan Penelitian ... 10

1.4.1 Tujuan Umum ... 10

1.4.2 Tujuan Khusus ... 10

1.5Manfaat Penelitian ... 11

1.6Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Menyusui ... 13

2.1.1 Pengertian ASI ... 13

2.1.2 Posisi Menyusui ... 14

2.1.3 Lama Menyusui ... 18

(11)

ix

2.2.1 Pengertian Musculoskeletal Disorders ... 20

2.2.2 Jenis-jenis Musculoskeletal Disorders ... 21

2.2.3 Gejala Musculoskeletal Disorders ... 24

2.2.4 Faktor Penyebab Musculoskeletal Disorders ... 25

2.3Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders ... 26

2.3.1 Faktor Pekerjaan... 26

2.3.2 Faktor Individu ... 30

2.4Metode Penilaian Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 37

2.4.1 Metode RULA (Rapid Upper Limb Assement) ... 37

2.4.2 Metode Nordic Body Map ... 50

2.5Pengendalian Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 51

2.6Kerangka Teori... 54

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS 3.1Kerangka Konsep ... 56

3.2Definisi Operasional... 59

3.3Hipotesis ... 62

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian ... 63

4.2Waktu Dan Tempat Penelitian ... 63

4.3Populasi Dan Sampel ... 63

4.4Instrumen Penelitian ... 66

4.5Metode Pengumpulan Data ... 68

4.6Pengolahan Data... 71

(12)

x

5.1.1 Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan usia 0 sampai 6 Bulan Di Kelurahan Ciputat Timur

Tahun 2013 ... ………77 5.1.2 Gambaran Faktor Pekerjaan dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan usia 0 sampai 6 Bulan Di

Kelurahan Ciputat Timur 2013 ... 80 5.1.3 Gambaran Faktor Individu Pada Ibu Menyusui Bayi dengan usia 0

sampai 6 Bulan Di Kelurahan Ciputat Timur 2013 ... 83 5.2Analisis Bivariat………...86

5.2.1 Gambaran hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan usia 0

sampai 6 Bulan Di Kelurahan Ciputat Timur 2013… ... ………...86 5.2.2 Gambaran hubungan Faktor Individu dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan usia 0

sampai 6 Bulan Di Kelurahan Ciputat Timur 2013. ... 90

BAB VI PEMBAHASAN

6.1Keterbatasan Penelitian ... 95 6.2Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan usia 0 sampai 6 Bulan Di

Kelurahan Ciputat Timur Tahun 2013 ... ………95 6.2.1 Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui

Bayi dengan usia 0 sampai 6 Bulan Di Kelurahan Ciputat Timur 2013 ... 95 6.2.2 Gambaran dan Hubungan Faktor Pekerjaan Pada Ibu Menyusui Bayi

dengan usia 0 sampai 6 Bulan Di Kelurahan Ciputat Timur 2013 ... 98 6.2.3 Gambaran dan Hubungan Faktor Individu Pada Ibu Menyusui Bayi

(13)

xi

7.2Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xii

2.1 Kategori Atas Ambang IMT untuk Indonesia……… ... 36

2.2 Skoring Postur Lengan Atas ... 40

2.3 Skoring Postur Lengan Bawah... 41

2.4 Skoring Pergelangan Tangan……… ... 42

2.5 Skoring Pergelangan Tangan Memuntir………... 42

2.6 Skor Penggunaan Otot, Beban dan tenaga……… ... 45

2.7 Skor Postur Tubuh Leher ……… ... 45

2.8 Skor Postur Tubuh Badan……… ... 46

2.9 Skor Kaki ……… ... 47

3.1 Definisi Operasional……… ... 59

4.1 Perhitungan Sampel………..………... 66

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013………... 78

5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013………... 79

5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Menyusui Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013………... 81

5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menyusui Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013………... 82

(15)

xiii

2013………... 82 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia

0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun

2013………... 83 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani Pada Ibu Menyusui

Bayi dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur

Tahun 2013……… ... 84 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada Ibu Menyusui

Bayi dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur

Tahun 2013……… ... 84 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada Ibu Menyusui Bayi

dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun

2013………... 85 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Menyusui Pada Ibu Menyusui Bayi

dengan Usia 0 sampai 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun

2013………... 86 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Tubuh Menyusui dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6 Bulan

di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013……… ... 87 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menyusui dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6

Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun

2013………... 88 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Bayi dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6

Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun

(16)

xiv

Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013……… ... 90 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6

Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun

2013………... 91 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6

Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun

2013………... 93 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Menyusui dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Ibu Menyusui Bayi dengan Usia 0 sampai 6

Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun

(17)

xv

2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tubuh……… ... 27

2.2. Postur Bagian Lengan Atas dan Skoring pada Lengan ……… ... 40

2.3. Kisaran Sudut Lengan Bawah……… ... 41

2.4. Posisi Pergelangan Tangan……… ... 42

2.5. Posisi Pergelangan tangan memuntir……… ... 43

2.6. Skor Postur Group A……… ... 44

2.7. Postur Leher……… ... 46

2.8. Postur Badan……… ... 47

2.9. Postur Tubuh Kaki……… ... 48

2.10 Skor Group B……… ... 48

2.11 Skor Group C……… ... 49

4.1. Skor postur group A……… ... 73

4.2 Skor postur group B……… ... 74

4.3 Skor postur group C ……… ... 75

(18)

xvi

(19)

xvii

Lampiran 1 : Pernyataan Responden Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Lampiran 3 : Contoh Analisis RULA

(20)

1 1.1Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi (Khairuniah, 2004 dalam Wibowo, 2011). Dalam PP 33 tahun 2013 menjelaskan bahwa ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Pemberian ASI merupakan investasi terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes, 2007 dalam Permatasari, 2013). ASI mengandung lebih dari 2000 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan zat sel darah putih (Hikmawati, 2008). Setiap ibu hendaknya memberikan ASI kepada bayinya sampai berusia enam bulan, karena mempunyai manfaat baik untuk ibu maupun untuk bayi itu sendiri (Arifah, 2010).

(21)

Banyaknya manfaat ASI untuk ibu dan bayinya, sehingga terdapat program ASI Ekslusif. Di Indonesia, pemerintah menetapkan program pemberian ASI ekslusif dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia. Kemudian dalam Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang berbunyi Hak bayi untuk mendapatkan ASI Ekslusif dapat terpenuhi (Gema, 2011). Peraturan pemerintah Nomor 33 tahun 2013 menjelaskan bahwa Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti makanan atau minuman lainnya.

(22)

bayi, menyusui atas permintaan bayi, dan diberikan secara eksklusif (Roesli, (2005) dalam Dalimunthe, (2011)).

Setiap ibu yang menyusui harus berada pada posisi yang tepat dan dalam kondisi nyaman karena hal ini akan mempengaruhi proses laktasi (Roesli, 2009 dalam Kholifah, 2013). Menurut Soetjiningsih (1997), bahwa posisi menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet sehingga ibu tidak mau untuk menyusui dan dapat berakibat produksi ASI menurun dan bayi tidak puas menyusui. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal dalam menyusui tetapi penyebab lecet yang paling umum adalah posisi perlekatan yang tidak benar pada payudara (Agustina, 2013). Seorang ibu memberikan ASI pada bayinya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena ibu yang tidak mengerti teknik-teknik dalam memberikan ASI (Soetjiningsih, 1997).

(23)

Selama proses menyusui, sebagian ibu memilih menyusui sambil duduk di kursi dengan punggung ditopang bantal dan kaki di atas bangku kecil. Seorang ibu memposisikan diri dengan bayinya sedemikian rupa agar kenyamanan menyusui dapat tercapai. Pada saat menyusui biasanya posisi menyusui yang paling baik dan sering ibu gunakan yaitu dengan posisi duduk (Wahyuni, 2013). Menurut Soedarjatmi (2003) dalam Soleha (2009), sikap duduk yang salah (tidak ergonomis) akan meningkatkan risiko terpapar nyeri punggung bawah. Posisi tubuh pada saat melakukan kegiatan yang tidak ergonomis akan mengganggu individu dalam melakukan kegiatannya.

Ergonomi merupakan multidisiplin ilmu pengetahuan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip seperti prinsip ilmu fisiologi, prinsip ilmu psikologi, prinsip ilmu anatomi, prinsip ilmu hygiene, prinsip ilmu teknologi serta ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan lainnya yang terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Tarwaka, 2010). Ergonomi ini selain bertujuan untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), juga mampu meningkatkan produktivitas kerja

(Suma’mur, 1989). Menurut Suma’mur (1989), salah satu yang mempengaruhi

(24)

Musculoskeletal Disorders adalah salah satu penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara alat, manusia, dan proses kerja sehingga seringkali para pekerja melakukan aktifitas produksi dengan postur janggal (Utari, 2009). Keluhan pada sistem musculoskeletal disorders adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka, 2010).

Menurut Cohen, et.al (1997) dalam Tarwaka (2010), MSDs dapat terjadi karena faktor pekerjaan, personal, dan lingkungan. Faktor pekerjaan antara lain postur tubuh, force/load, dan durasi. Faktor pekerja antara lain umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kekuatan fisik, masa kerja, dan indeks massa tubuh. Faktor lingkungan antara lain mikrolimat (suhu), getaran, dan tekanan.MSDs pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar yang pada akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstrimitas sehingga dapat dilihat bahwa MSDs akan mengakibatkan efisiensi kerja berkurang dan produktivitas kerja menurun (Humantech, 1995).

(25)

berat (Maijunidah, 2010). National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung yaitu 22 % dari 1.700.000 kasus (Waters, 1996 dalam Tarwaka, 2010). Data EODS (Eurostat figures on recognised occupational diseases) tentang penyakit akibat kerja di Eropa pada tahun 2005, MSDs menempati urutan pertama sebesar 38,1 %.

Sedangkan di Indonesia, data yang dikumpulkan oleh Herryanto, peneliti dari Pusat Riset dan Pengembangan Ekologi kesehatan Departemen Kesehatan pada 2004, menyebutkan bahwa sebesar 8% perajin kuningan di Jawa Tengah mengeluhkan nyeri di bagian punggung, bahu, dan pergelangan tangan (Jayanti dan Setyaningsih, 2013). di Indonesia dari studi Departemen Kesehatan dalam profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannnya. Gangguan yang dialami pekerja menurut penelitian yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/ kota di Indonesia umumnya berupa penyakit MSDs (16%), kardiovaskular (8%), gangguan saraf (5%), gangguan pernapasan (3%), dan gangguan THT (1.5%) (Sumiati, 2007 dalam Nuhikmah, 2011).

(26)

Penelitian ini dilakukan di ruang laktasi rumah sakit XYZ terdapat 23 ibu menyusui yang mengalami keluhan diantaranya keluhan tersebut berupa pegal-pegal pada pinggang sebesar 78,26%, pada tangan sebesar 73,91 %, pada punggung sebesar 30,43%, pada leher sebesar 30,43%, dan pada kaki sebesar 4,35%.

Pada Ibu menyusui, keluhan yang dirasakan pada saat menyusui dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI dikarenakan posisi ibu yang tidak tepat sehingga membuat ibu merasakan kesemutan, pegal-pegal, kram, nyeri dan sakit pada tubuh ibu. Jika ibu sering mengalami pegal-pegal, kesemutan, kram, dan merasakan sakit pada tubuhnya akan mengganggu aktivitas pemberian ASI,sehingga akan memunculkan risiko terjadinya kesakitan pada ibu atau berkembang menjadi MSDs karena aktivitas menyusui dilakukan ibu berulang-ulang setiap hari.

(27)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan pada bulan Juni 2013, diperoleh bahwa 90% ibu mengalami keluhan pada bagian tubuh. Peneliti melakukan survey kepada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan dengan menggunakan kuesioner. Keluhan paling banyak dirasakan pada bahu (70 %), lengan atas (70 %), lengan bawah (70 %), punggung (70 %).

(28)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelurahan pisangan pada bulan Juni 2012, peneliti mengamati posisi ibu menyusui yang tidak menggunakan kursi. Peneliti melakukan survey kepada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan dengan menggunakan kuesioner. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa dari 10 ibu menyusui, 90% (9 orang) ibu mengalami keluhan. Keluhan paling banyak dirasakan pada bagian tubuh bahu, lengan atas, lengan bawah, punggung. Posisi menyusui yang tidak tepat merupakan salah satu faktor ibu mengalami keluhan. Di perkirakan yang mempengaruhi keluhan MSDs yaitu pada faktor pekerjaan (posisi tubuh menyusui, lama menyusui, berat badan bayi) dan faktor individu (usia, kesegaran jasmani, kebiasaan olahraga, status gizi dan masa menyusui). Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013.

1.3Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013?

(29)

c. Bagaimana gambaran faktor individu (usia, kesegaran jasmani, kebiasaan merokok, status gizi, dan masa menyusui) dengan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013?

d. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan (posisi tubuh, lamanya menyusui, dan berat badan bayi) dengan keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013?

e. Apakah ada hubungan antara faktor individu (usia, kesegaran jasmani, kebiasaan merokok, status gizi, dan masa menyusui) dengan keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan

Pisangan Ciputat Timur 2013? 1.4Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

(30)

b. Mengetahui gambaran faktor pekerjaan (posisi tubuh, lamanya menyusui, dan berat badan bayi) dengan keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di

Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013.

c. Mengetahui gambaran faktor individu (usia, kesegaran jasmani, kebiasaan merokok, status gizi dan masa menyusui) dengan keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0

sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013.

d. Mengetahui hubungan antara faktor pekerjaan (posisi tubuh, lamanya menyusui, dan berat badan bayi) dengan keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di

Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013.

e. Mengetahui hubungan antara faktor individu (usia, kesegaran jasmani, kebiasaan merokok, status gizi dan masa menyusui) dengan keluhan musculoskeletal disorders pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013. 1.5Manfaat

1.5.1 Ibu Menyusui

(31)

1.5.2 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan pengembangan ilmu K3 dalam citivitas akademik terutama mengenai faktor risiko posisi tubuh terhadap terjadinya keluhan MSDs.

1.5.3 Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan informasi untuk peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian yang terkait terjadinya keluhan MSDs.

1.6Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat akhir peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli 2012 – Maret 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pekerjaan dan faktor individu dan hubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada ibu menyusui bayi dengan usia 0 sampai 6 bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur 2013.

(32)

13 2.1Menyusui

2.1.1 Pengertian Air Susu Ibu

Air Susu Ibu adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Untoro, 2002). Asi Ekslusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan kecuali obat dan vitamin (Untoro, 2002). Pemberian ASI secara eksklusif, adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Arifah, 2010).

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan sampai 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2007 dalam Arifah, 2010). Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama enam bulan (Agustina, 2012).

(33)

(Pitaloka, 2008 dalam Siregar, 2011). Selain itu, proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Saleha, 2009 dalam Agustina, 2012).

2.1.2 Posisi Menyusui

Soetjiningsih (1997) menyebutkan ada berbagai macam posisi menyusui yang biasa dilakukan yaitu posisi duduk, posisi berdiri atau berbaring dan posisi football position. Kristiyanasari (2009) dalam penelitian Agustina (2012) menyatakan posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui berlangsung. Dalam memegang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai berikut (Agustina, 2012):

a. Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu, bayi tidak dapat menete atau menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung.

b. Muka bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap puting yaitu seluruh badan bayi menghadap badan ibu. Posisi ini adalah yang terbaik untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena sebagian puting sedikit mengarah ke bawah.

c. Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu.

(34)

Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan, posisi duduk, posisi menggendong, posisi menggendong menyilang (transisi), posisi mengepit, dan posisi berbaring miring.

a. Posisi Berdiri

Adapun cara menyusui dengan posisi berdiri :

1) Bayi digendong dengan kain atau alat penggendong bayi.

2) Saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu agar bayi merasa tenang dan tidak terputus saat menyusu.

3) Lekatkan badan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi di belakang atau samping ibu agar tubuh ibu tidak terganjal saat menyusu. b. Posisi Rebahan

Posisi menyusui dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara :

1) Ibu dapat duduk di atas tempat tidur dan punggung bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal.

2) Kedua kaki ibu berada lurus di atas tempat tidur. 3) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

4) Ibu menyangga bayi secara merata dari kepala, bahu hingga pantatnya. 5) Posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau

(35)

c. Posisi Duduk

Posisi menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk yaitu:

1) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu.

2) Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.

4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara. 5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

d. Posisi Menggendong

Adapun cara menyusui bayi dengan posisi menggendong : 1) Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan.

2) Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan.

(36)

4) Tangan bayi yang lain (yang ada dibawah tubuhnya) dibiarkan seolah-olah merangkul badan ibu sehingga mempermudah mulut bayi mencapai payudara.

5) Tangan kiri ibu memegang payudaranya jika diperlukan. e. Posisi Berbaring

Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring :

1) Posisi ini dilakukan sambil berbaring ditempat tidur.

2) Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan panggul pada posisi yang lurus.

3) Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke puting susu.

4) Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak perlu membungkukan badan ke arah bayinya, sehingga tidak cepat lelah.

(37)

6) Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan dengan telapak tangan.

7) Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk memegang bayi.

8) Peluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi menghadap ibu.

9) Lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari dan tangan ibu dibelakang kepala dan bawah telinga bayi.

10) Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

2.1.3Lama Menyusui

Pada hari pertama bayi dilahirkan biasanya asi belum keluar , bayi biasanya disusukan selama 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu diisap oleh bayi. Menurut Soetjiningsih (1997), mengatakan bahwa ibu menyusui diperbolehkan menyusui selama 15-20 menit. Menurut Soetjiningsih (1997), mengatakan bahwa bayi yang sehat akan mengosongkan satu payudara sekitar 5-10 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Bayi biasanya menyusui sebanyak 10-12 kali dalam sehari. (klikdokter, 2009 dalam Sari, 2009).

(38)

yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan (Sidi, et al. 2004 dalam Siregar, 2011).

2.1.4. Berat Badan Bayi

(39)

2.2MUSCULOSKELETAL DISORDERS

2.2.1 Pengertian Musculoskeletal Disorders

Menurut NIOSH (1997) dalam penelitian Suriyatmini (2011) menyebutkan bahwa keluhan musculoskeletal (MSDs) adalah sekelompok kondisi patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang mencakup sistem saraf, tendon, otot, dan struktur penunjang seperti discus intervertebral. Keluhan pada system musculoskeletal disorders adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon (Tarwaka, 2010).

Musculoskeletal Disorders atau disingkat MSDs adalah cidera atau

(40)

Musculoskeletal Disorders adalah adanya suatu gangguan kronis pada otot, tendon, dan syaraf yang disebabkan oleh pengguanaan tenaga secara berulang (repetitive), gerakan secara cepat, beban yang tinggu, tekanan, posur janggal, vibrasi dan rendahnya temperature (ACGIH, 2007 dalam penelitian Kurniawati, 2009). Kriteria keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010):

a. Keluhan Sementara (reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pemberian beban dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent) yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan , namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

2.2.2 Jenis – jenis MSDs

(41)

menjalar sampai ke kaki, serta sulit berjalan normal dan pergerakan tulang belakang menjadi berkurang (Muchsin, 2012).

b. Carpal Tunnel Syndrome merupakan gangguan kesehatan yang menyebabkan saki, mati rasa dan membakar atau kesemutan pada tangan dan jari. Adapun gejala-gejala yang dirasakan yaitu gagal dan mati rasa pada jari khususnya pada malam hari, sakitnya seperti terbakar, mati rasa yang menyakitkan, adanya pembengakakan saraf serta melemahnya sensasi genggaman karena hilangnya fungsi saraf sensorik (Muchsin, 2012).

c. Bursitis merupakan rongga yang berisi cairan pelumas sendi membengkak dan inflamasi sehingga menyebabkan nyeri dan keterbatasan gerak (Bridger, 2003).

d. Epicondylitis merupakan rasa sakit pada otot dan jaringan penghunbung yang berada di sekitar siku karena adanya rotasi atau pembengkokan yang terlalu berlebih (Bridger, 2003).

e. Spain dan Strains merupakan keluhan Musculoskeletal yang terjadi saat ligament atau otot terlalu tertekan karena adanya posisi yang memberikan beban terhadap tubuhnya (Bridger, 2003).

f. Tendinitis dan Tenosynovitis

Tendinitis merupakan pembengkakan hebat atau iritasi pada tendon,

(42)

digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang tidak biasa (penggunaan berlebih atau postur janggal pada tangan, pergelangan dan bahu) (Suriatmini, 2011).

g. Trigger Finger merupakan keadaan kaku dan gemetar pada jari karena gerakan berulang dan penggunaan yang berlebih dari jari, ibu jari atau pergelangan tangan (Bridger, 2003).

h. Ganglion Cyst yaitu benjolan dibawah kulit yang disebabkan karena akumulasi cairan pada lapisan tendon yang biasa terjadi pada tangan dan pergelagan tangan (Humantech, 1995 dalam Kurniawati, 2009).

i. Tension Neck Syndrome adalah ketegangan pada otot leher yang disebabkan oleh posisi leher menengadah ke atas dalam waktu yang lama sehingga timbul gejala kekakuan pada otot leher, kejang otot dan rasa sakit yang menyebar ke bagian leher (Suriyatmini, 2011)

j. Thoracic Outlet Syndrome, adalah tekanan pada sistem saraf atau saluran pembuluh darah antara tulang iga pertama, tulang leher, otot-otot thorax dan bahu (Suriyatmini, 2011).

(43)

2.2.3 Gejala-gejala MSDs

Berikut ini beberapa gejala umum yang menandai terjadinya MSDs sebagai berikut (Macloed,1999 ; Brennan,1999 dalam penelitian Karuniasih, 2009):

a. Rasa sakit pada sendi.

b. Rasa sakit pada tangan, bahu, lengan bawah, lutut, kaki. c. Rasa sakit, ngilu, dan kebas pada tangan atau kaki. d. Jari tangan atau kaki memucat.

e. Punggung atau leher sakit.

f. Terjadi pembengkakan atau radang. g. Terjadi kekakuan.

h. Rasa panas atau seperti terbakar.

i. Rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi tangan.

(44)

2.2.4 Faktor Penyebab Musculoskeletal Disorders

Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan Musculoskeletal antara lain, sebagai berikut:

a. Peregangan Otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal (Peter IV, 2000 dalam penelitian Tarwaka, 2010). b. Aktivitas Berulang

(45)

c. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan system Musculoskeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karateristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Tarwaka, 2010).

2.3Faktor Risiko MSDs 2.3.1 Faktor Pekerjaan

a. Posisi Tubuh

(46)

1. Kebutuhan pekerjaan (Task Requirement) misalnya usia, antropometri, berat badan, kebugaran, banyaknya persendian, masalah musculoskeletal,cidera/operasi awal,penglihatan, dan handedness.

2. Desain tempat kerja misalnya masa waktu, periode istirahat, kecepatan dalam bekerja.

3. Faktor personal pekerja misalnya dimensi tempat duduk/permukaan kerja, ruang kerja, desain tempat duduk.

Task requirements

Working Posisie

Workspace design Personal Faktors Gambar 2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tubuh

(47)

mendongak, posisi membungkuk, punggung yang mengarah ke depan, membawa beban berat dengan cara memanggul atau memikul, semua posisi tegang, posisi ekstrim yang terus menerus setiap sendi.

Dalam pengertian lain posisi kerja tidak alamiah adalah posisi kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi sebanarnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya dikarenakan ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja (Grandjen, 1993 dalam Muchsin, 2012). Sedangkan Posisi Statis merupakan posisi yang terjadi sebagian besar tubuh tidak aktif atau hanya sedikit sekali pergerakan. Posisi statis dalam jangka waktu lama sehingga otot berkontraksi secara terus menerus dan menyebabkan stress pada bagian tubuh (Bridger, 2003 dalam Kurniawati, 2009).

b. Durasi

(48)

berisiko apabila dialukan gerakan berulang/frekuensi sebanyak 30 kali dalam semenit dan sebanyak 2 kali permenit untuk anggota tubuh seperti bahu, leher, punggung dan kaki (Humantech, 1995 dalam Octarisya, 2009).

Menurut Soetjiningsih (1997) mengatakan bahwa ibu menyusui diperbolehkan menyusui selama 15-20 menit. Menurut Soetjiningsih (1997) mengatakan bahwa bayi yang sehat akan mengosongkan satu payudara sekitar 5-10 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Bayi biasanya menyusui sebanyak 10-12 kali dalam sehari. (klikdokter, 2009 dalam Sari, 2009).

c. Beban

Beban adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi aktivitas, posisi tubuh dan jenis dari aktivitasnya. Massa beban/objek merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka (Soleha, 2009). Gaya yaitu beban yang harus ditanggung oleh anggota tubuh pada saat melakukan posisi janggal. Besarnya beban akan berpengaruh terhadap besarnya tekanan intra discus pada tulang belakang (Dewi, 2008).

(49)

membuka pintu di musim dingin harus juga memiliki kekuatan mekanik (Jacob, 1999 dalam penelitian Muchsin, 2012). Menurut ILO, beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat oleh seseorang adalah 23-25 kg (Kurniawati, 2009). Menurut Departemen Kesehatan (2009) dalam penelitian Muchsin (2012) mengatakan bahwa mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

2.3.2. Faktor Individu a. Usia

(50)

otot menurun sampai 20 %. Pada saat kekuatan otot mulai menurun inilah maka resiko terjadinya keluhan otot akan meningkat.

Menurut Bridger, (2003) menyebutkan bahwa sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang berusai 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Riihimaki, et.al (1989) dalam Tarwaka (2010) menjelaskan bahwa usia mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan sistem musculoskeletal, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan ada

beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa usia merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari (2011) pada pekerja penjahit, dijelaskan bahwa 15 pekerja mengalami keluhan MSDs. Hasil yang didapatkan pada penelitian Jayanti dan Setyaningsih (2013),

bahwa responden yang berusia ≥30 tahun yang mengalami keluhan

(51)

b. Massa Kerja

Masa kerja merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait dengan lama bekerja. Masa kerja sangat mempengaruhi seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal disorders terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja tinggi (Karuniasih, 2009). Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja disuatu perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, MSDs merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi (Kantana, 2010).

Ohlssson et.al (1989) dalam Zulfiqor (2010) menyebutkan terjadinya peningkatan derajat keeratan (OR) antara nyeri pada leher dan bahu dengan masa kerja yang bergantung pada usia kerja. Sebuah studi yang dilakukan Boshuizen et al dalam Jayanti dan Setyaningsih (2013) menjelaskan bahwa seseorang yang bekerja lebih dari 5 tahun meningkatkan risiko terjadinya back pain dibandingkan kurang dari 5 tahun paparan. Hal ini dikarenakan pembebanan tulang belakang dalam waktu lama mengakibatkan rongga diskus menyempit secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah kronis.

(52)

Berdasarkan penelitian Munir (2008) menyatakan terdapat pekerja yang memiliki lama kerja lebih dari 11 tahun sedangkan pada keluhan MSDs paling sedikit terdapat pada pekerja yang memiliki lama kerja 6-10 tahun. Selain itu pada lama kerja lebih dari 10 tahun hampir seluruhnya berusia 31-50 tahun, karena biasanya keluhan musculoskeletal disorder mulai dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.

c. Kebiasaan Merokok

Boshuizhen, et.al (1993) dalam Tarwaka (2010) menyebutkan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan seseorang merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

(53)

berhenti merokok selama setahun memiliki risiko LBP sama dengan mereka yang tidak merokok (Karuniasih, 2009). Menurut Bustan (2000), kebiasaan merokok dibagi menjadi 4 kategori yaitu, kebiasaan merokok berat ( > 20 batang/hari), sedang (10-20 batang/hari), ringan (< 10 batang/hari) dan tidak merokok (Dalam penelitian Muchsin, 2012).

Penelitian Palmer et al dalam Jayanti dan Setyaningsih (2013) dijelaskan bahwa menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan nyeri muskuloskeletal, pada beberapa bagian tubuh seperti punggung, bahu, siku, lutut pada perokok maupun mantan perokok. Hal ini, disebabkan karena kandungan nikotin yang terdapat pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. d. Kesegaran Jasmani

Pada umumnya, keluhan otot lebih sering ditemukan pada seseorang yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktifitas fisik (Tarwaka, 2010).

(54)

adalah 0,8%. Hal ini juga diperkuat dengan laporan Betti’e.et.al (1989) dalam Tarwaka (2010) menyatakan bahwa hasil penelitian terhadap para penerbang menunjukkan bahwa kelompok penerbang dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai resiko yang sangat kecil terhadap resiko cedera otot. 80% kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan otot atau kurang berolahraga (Munir, 2008).

e. Ukuran Tubuh (status Gizi)

(55)

Tabel 2.1 Tabel 2.1

Kategori IMT untuk Penduduk Indonesia

Kategori IMT

Kurus <18,5

Normal 18,5-25

Gemuk >25

Sumber: Almatsier, 2004

Temuan lain menyatakan bahwa pada tubuh yang tinggi umumnya sering menderita keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan. Keluhan sistem musculoskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Sebagai contoh, tubuh yang tinggi pada umumnya mempunyai bentuk tulang yang langsing sehingga secara biomekanik rentan terhadap beban tekan dan rentan terhadap tekukan, oleh karena itu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan sistem Muskuloskeletal (Tarwaka, 2010).

Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang makan bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan meyebabkan

(56)

penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE (1998) dalam penelitian Zulfiqor (2011)).

2.4 Metode Penilaian Keluhan Musculoskeletal Disorders

Ada beberapa cara telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomic untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti:kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan (Waters & Anderson, 1996 dalam Tarwaka, 2010). Alat ukur ergonomi yang dapat digunakan cukup banyak dan bervariasi. Namun demikian, dari berbagai alat ukur dan berbagai metode yang ada tentunya mempunyai kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Berikut ini terdapat beberapa jenis metode pengukuran ergonomic (Tarwaka, 2010) :

2.4.1 Metode RULA (The Rapid Upper Limb Assessment)

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Lynn McAtamney dan Nigel Corlett, E (!993), Seorang ahli ergonomi dari Nottingham’s Institute of Occupational Ergonomic’s England (Tarwaka,2010). Metode ini prinsip dasarnya hamper sama dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) maupun metode OWAS (Ovako Posisi Analysis System). Ketiga

(57)

selanjutnya skor final yang diperoleh akan digunkan sebagai pertimbangan untuk memberikan saran perbaikan secara tepat (Tarwaka,2010).

Metode RULA merupakan suatu metode dengan menggunakan target posisi tubuh untuk mengestimasi terjadinya resiko gangguan otot skeletal, khususnya pada anggota tubuh bagian atas (upper limb disorders), seperti : adanya gerakan repetitive, pekerjaan diperlukan pengerahan kekuatan, aktivitas otot statis pada otot skeletal (Tarwaka,2010). Penilaian dengan metode RULA merupakan penilaian yang sistematis dan cepat terhadap resiko terjadinya gangguan dengan menunjuk bagian anggota tubuh pekerja yang mengalami gangguan tersebut (Tarwaka,2010). Metode RULA merupakan alat untuk melakukan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh resiko pekerja yang terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera yaitu:

a. Posisi tubuh

b. Kontraksi Otot Statis c. Gerakan Repetitif

d. Pengerahan tenaga dan pembebanan

(58)

a. Waktu kerja tanpa istirahat

b. Variasi individual pekerja seperti usia, pengalaman, ukuran tubuh, kekuatan, atau sejarah kesehatannya

c. Faktor-faktor lingkungan kerja d. Faktor-faktor psikososial

Pengukuraan dengan metode RULA dilakukan dengan cara observasi secara langsung pekerja atau operator saat bekerja selama beberapa siklus tugas untuk memilih tugas (task) dan posisi untuk pengukuran. Alat ini memasukan skor tunggal sebagai gambaran foto dari sebuah pekerjaan, yang mana rating dari posisi, besarnya gaya atau beban dan pergerakan yang diharapkan. Risiko adalah hasil perhitungan menjadi suatu nilai atau skor 1 (rendah) sampai skor tinggi (7), skor tersebut adalah dengan menggolongkan menjadi 4 level gerakan atau aksi itu memberikan sebuah indikasi dari kerangka waktu yang mana layak untuk mengekspektasi pengendalian risiko yang akan diajukan (Staton et al, 2005 dalam Ikrimah, 2010).

Langkah-langkah penilaian Metode RULA sebagai berikut;

(59)

1) Skoring untuk Lengan Atas

Sumber : Tarwaka, 2010

Gambar 2.2

Posisi Bagian Lengan Atas dan Skoring pada Lengan

Tabel 2.2

Skoring Posisi lengan Atas

S

Sumber : Tarwaka, 2010 Keterangan :

a) + 1 jika bahu diangkat atau lengan diputar atau dirotasi b) + 1 jika lengan diangkat menjauh dari badan

c) -1 jika operator bersndar atau bobot lengan ditopang 2) Skoring untuk lengan bawah

Skoring untuk lengan bawah yaitu (Tarwaka, 2010):

SKOR Kisaran Sudut

1 Ekstensi 20o sampai Fleksi 20o 2 Ekstensi >20o sampai Fleksi 20o-45o

3 Fleksi 45o-90o

(60)

Tabel 2.3

Skoring Posisi Lengan Bawah

Sumber : Tarwaka, 2010 Keterangan:

a) + 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi

b) +1 jika lengan bawah bekerja menyilang dari garis tengah tubuh

Sumber : Tarwaka, 2010 Gambar 2.3

Kisaran Sudut Lengan Bawah

SKOR Kisaran Sudut

1 Fleksi 60o-100o

(61)

3) Skor untuk Pergelangan Tangan (Tarwaka, 2010): Tabel 2.4

Skoring Pergelangan Tangan

Sumber : Tarwaka, 2010 Keterangan :

1) +1 Pergelangan tangan pada saat bekerja mengalami deviasi baik ulnar maupun radial

Tabel 2.5

Skoring Pergelangan Tangan Memuntir

G

Ssumber : Tarwaka, 2010

Sumber : Tarwaka, 2010

Gambar 2.4

Posisi pergelangan Tangan

SKOR Kisaran Sudut

1 Jika dalam posisi netral 2 Fleksi atau Ekstensi 0osampai 15o 3 Fleksi atau Ekstensi >15o

SKOR Kisaran Sudut

1 Jika pergelngan tangan dalam kisaran tangan pada posisi memuntir

(62)

Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada posisi netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:

Sumber : Tarwaka, 2010

Gambar 2.5

Posisi Pergelangan tangan memuntir

b. Skor Posisi Group A

(63)

Sumber : Tarwaka, 2010 Gambar 2.6 Skor Posisi Group A

c. Skor Penggunaan Otot

Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :

(64)

d. Skor Penggunaan Otot, Pembebanan dan Pengerahan Tenaga Tabel 2.6

Skor Penggunaan Otot, Pembebanan dan Pengerahan Tenaga Skor Kisaran Pembebanan dan Pengerahan Tenaga

0 Tidak ada resistensi atau pembebanan dan pengerahan tenaga secara tidak menentu < 2 kg

1 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara tidak menentu antara 2-10 kg

2 Pembebanan Statis 2-10kg

2 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive 2-10 kg 3 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive atau statis

2-10 kg

3 Pengerahan tenaga dan pembebanan yang berlebihan dan cepat Sumber : Tarwaka,2010

e. Group B : Skor untuk Anggota Tubuh pada Leher, Badan dan Kaki 1) Skor untuk Leher

Skor untuk anggota tubuh leher (Tarwaka,2010): Tabel 2.7

Skor Posisi tubuh Leher

Sumber : Tarwaka, 2010

SKOR Kisaran Sudut

(65)

Sumber : Tarwaka, 2010 Gambar 2.7 Posisi Leher 2) Skor untuk Badan

Tabel 2.8

Skor Posisi tubuh Badan

Ssumber: Tarwaka, 2010 Keterangan:

a) +1 Badan Memuntir atau membungkuk ke samping

SKOR Kisaran Sudut

1 Pada saat duduk dengan kedua kaki dan telapak tertopang dengan baik dan sudut antara badan dan

tulang pinggul membentuk sudut 90o

2 Fleksi : 0O-20O

3 Fleksi : 20O-60O

(66)

Sumber : Tarwaka, 2010

Gambar 2.8 Posisi Badan 3) Skor untuk Kaki

Tabel 2.9 Skor Kaki

Ssumber: Tarwaka, 2010

SKOR Kisaran Sudut

1 Kaki dan telapak kaki bertopang dengan baik pada saat duduk

1 Berdiri dengan berat terdistribusi dengan rata oleh kedua kaki, terdapat ruang gerak yang cukup

untuk merubah posisi

2 Kaki dan telapak kaki tidak bertopang dengan baik atau berat badan tidak terdistribusi dengan

(67)

Sumber : Tarwaka, 2010 Gambar 2.9 Posisi tubuh Kaki f. Skor Posisi Group B

Skor posisi untuk anggota tubuh group B, dengan memasukkan skor posisi secara individu untuk leher, badan dan kaki ke dalam tabel B maka akan didapatkan skor posisi group B.

Sumber: Tarwaka, 2010

(68)

g. Skor C

Setelah diketahui skor group A dan Group B, dimasukkan ke dalam tabel Skor C.

Sumber: Tarwaka, 2010

Gambar 2.11 Grand Skor Total

Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai posisi kelompok A (arm and wrist analysis) kedalam kolom vertikal tabel C, lalu memasukkan nilai posisi kelompok B (neck, trunk, and leg analysis) ke dalam kolom horizontal tabel C. Setelah diperoleh grand

score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level tindakan (action

(69)

1) Action level 1 : Skor 1 dan 2, tidak ada masalah dengan posisi tubuh selama kerja

2) Action level 2 : Skor 3 dan 4, diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja

3) Action level 3 : Skor 5 dan 6, diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera

4) Action level 4 : Skor 7 diperlukan adanya investigasi dan perbaikan secepat mungkin

2.4.2 Metode Nordic Body Map

(70)

Kuesioner Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian paling bawah yaitu otot dan kaki (Tarwaka,2010). Melalui kuesioner Nordic Body Map maka akan dapat diketahui bagian-bagian otot-otot yang mengalami gangguan kenyerian atau keluhan dari tingkat rendah (tidak ada keluhan/cedera) sampai dengan keluhan tingkat tinggi (keluhan sangat sakit) (Tarwaka, 2010).

Pengukuran gangguan otot skeletal dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map sebaiknya digunakan untuk menilai tingkat keparahan

gangguan otot skeletal individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat merepresentasikan populasi secara keseluruhan. Penilaian dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan menggunakan dua jawaban yaitu YA (ada keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal) dan TIDAK (tidak ada keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal).

2.5 Pengendalian Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

(71)

2.5.1 Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternative sebagai berikut:

a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

b. Subtitusi yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.

c. Partisi yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran.

d. Ventilasi yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.

2.5.2 Rekayasa Manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut:

(72)

b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang : pengaturan ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

c. Pengawasan yang intensif : diharapkan dengan pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan lebih awal terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit akibat kerja.

Sebagai contoh, berikut ini diberikan gambaran tindakan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya keluhan otot skeletal pada berbagai kondisi dan aktivitas, yaitu sebagai berikut:

1) Akitivitas angkat-angkut material secara manual:

a) Usahakan meminimalkan aktivitas angkat-angkut secara manual b) Upayakan agar lantai kerja tidak licin

c) Upayakan menggunakan alat bantu kerja yang memadai seperti crane, kereta dorong, pengungkit, dll.

d) Gunakan alat apabila harus mengangkat di atas kepala atau bahu e) Upayakan agar beban angkat tidak melebihi kapasitas angkat pekerja 2) Berat bahan dan alat

a) Upayakan untuk menggunakan bahan atau alat yang ringan

(73)

3) Alat tangan

a) Upayakan agar ukuran pegangan tangan sesuai dengan lingkar genggam pekerja dan karakteristik pekerjaan (pekerjaan berat atau ringan).

b) Pasang lapisan peredam getaran pada pegangan tangan

c) Upayakan pemiliharaan yang rutin sehingga alat selalu dalam kondisi layak pakai

d) Berikan pelatihan sehingga pekerja terampil dalam mengoperasikan alat.

2.6 KERANGKA TEORI

Musculoskeletal Disorders (MSDs) dapat terjadi sebagai akibat dari faktor pekerjaan, pekerja, lingkungan (Cohen et al, 1997). Faktor Pekerjaan terdiri dari posisi tubuh, Durasi, Force/beban (Bridger,2003; Tarwaka,2010; Grandjean, 1993). Faktor Individu terdiri dari : Usia, Jenis kelamin, indeks massa tubuh, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, kekuatan fisik, kebiasaan merokok (Bridger,2003; Grandjean, 1993; Tarwaka,2010). Faktor Lingkungan terdiri dari Vibrasi, Mikrolimat, Tekanan

(74)

Sumber : Bridger,2003; Tarwaka,2010, Grandjean, 1993, Suma’mur, 1989, Cohen, 1997

BAGAN 2.1 KERANGKA TEORI Faktor Pekerjaan :

1. Posisi tubuh 2. Durasi 3. Beban

Faktor Individu: 1. Usia

2. Massa Kerja 3. Jenis Kelamin 4. Kesegaran Jasmani 5. Kebiasaan Merokok 6. Status Gizi

7. Kekuatan Fisik

Faktor Lingkungan: 1. Getaran

2. Tekanan 3. Mikromilat

(75)

56 3.1Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini dibuat untuk menjelaskan hubungan antara keluhan musculoskeletal disorders dengan faktor pekerjaan, faktor individu, dan faktor

lingkungan. Kerangka konsep ini mengacu pada beberapa penelitian yang sudah ada sebelumnya, yaitu Kurniawati (2009), Muchsin (2012), Zulfiqor (2010), Nurhikmah (2011), Octarisya (2009), Munir (2008), Aprillia (2009), Kurniawati (2009). Beberapa penelitian tersebut menyebutkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh dengan keluhan musculoskeletal disorders terbagi atas faktor individu (usia, jenis kelamin, kesegaran jasmani, kebiasaan merokok, dan status gizi), faktor pekerjaan (posisi tubuh menyusui, lama meenyusui, dan berat badan bayi).

Namun dalam penelitian ini, tidak semua variabel tersebut diteliti oleh peneliti. Adapun variabel-variabel dari faktor yang mempengaruhi keluhan musculoskeletal disorders yang tidak di teliti yaitu

1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin tidak diteliti karena di tempat penelitian respondennya adalah ibu menyusui dibawah enam bulan.

2. Kekuatan Fisik

(76)

3. Lingkungan

Variabel lingkungan yaitu variabel tekanan, suhu dan getaran tidak diteliti. Untuk variabel getaran dan tekanan tidak diteliti karena keterbatasan alat ukur dan memerlukan ahli untuk mengukurnya. Untuk variabel suhu dianggap sama atau homogen karena kebanyakan ibu pada saat menyusui berada pada ruangan atau rumah.

(77)

BAGAN 3.1 KERANGKA KONSEP Faktor Pekerjaan :

1. Posisi tubuh menyusui

2. Lama menyusui 3. Berat badan bayi

Faktor Individu : 1. Usia

2. Kesegaran Jasmani 3. Kebiasaan Merokok 4. Status Gizi

5. Masa menyusui

(78)

3.2Definisi Operasional oleh seseorang timbul dari pekerjaan yang

dilakukannya. Keluhan ditandai pada bagian otot berupa pegal – pegal, kesemutan, kram, sakit, nyeri, mati rasa, kaku.

Wawancara Kuesioner

(79)

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala responden lahir hingga saat penelitian berlangsung.

Wawancara Kuesioner 0. > 35 tahun 1. ≤ 35 tahun

(Erdil, 1994 dalam Suriyatmini, 2011)

Ordinal

6. Kesegaran jasmani kemampuan seseorang untuk melakukan

Gambar

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tubuh
Tabel 2.1       Tinggi Badan (m 2)
Gambar 2.2 Posisi Bagian Lengan Atas dan Skoring pada Lengan
Tabel 2.3 Skoring Posisi Lengan Bawah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan belajar berbahasa (mendengar, membaca, berbicara dan menulis) yang merupakan alat ekspresi dan komunikasi, maka seseorang dituntut untuk

Mereka yang menganggap bahwa komersialisasi merupakan wujud transisi masyarakat menuju kemajuan setidaknya memiliki lima dasar argumentasi tentang

Hasil penelitian sidik lintas antara komponen hasil dengan hasil biji kedelai yang dilakukan oleh Pandey dan Torrie (1973) menunjukkan bahwa jumlah polong per unit area panen dan

cross loading pada (tabel 4.29) menunjukkan bahwa keempat dimensi mempunyai nilai loading tertinggi untuk konstruknya sedangkan semua cross loading dengan konstruk- konstruk

Perlindungan hukum desain Indistri Secara substantif, dalam Undang-Undang Desain Industri terdiri dari 57 pasal tersebut mengatur beberapa hal penting berkaitan

Hasil perhitungan peramalan Angka Partisipasi Sekolah khususnya pada jenjang sekolah menengah yaitu pada anak usia 13-15 tahun dan anak usia 16-18 tahun menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah uji coba model sosialisasi nilai toleransi menggunakan strategi Role Playing kombinasi Debat dapat meningkatkan

DIVISI ENGINEERING 12 Selasa, 28 Jan 2014 Mengecek surat armada bus Mengetahui jenis-jenis surat yang harus dibawa oleh supir bus rosalia indah 13 Rabu, 29 Jan