commit to user
PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN
TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK
INDONESIA (PERIODE 2004-2008)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Oleh : Airlangga Dimaz Saloka F.0205030
commit to user
commit to user
MOTTO
“Tak ada gading yang tak retak”
commit to user
“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!”
“First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.” Mahatma Gandhi quotes
commit to user Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Eyang kakungq tercinta beserta keluarga besarnya
2. Anak- anak FH ‘04… best ever especially nak kantin & parkiran..serta
yang sampe saat ini belum lulus…
3. Sedulur-sedulurq di Teater Delik
4. Almamaterq..:)
KATA
commit to user
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH VARIABEL KEUANGAN
DAN NON KEUANGAN TERHADAP UNDERPRICING PADA
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING
(IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2004-2008)”
Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan
Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, serta kerjasama yang baik dari
berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dra. Endang Suhari, MSi. selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Reza Rahardian, SE., MSi. selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Dra. Mahastuti Agung, MSi. selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk selama Penulis menyelesaikan
skripsi.
5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
kepada penulis, serta para staf dan karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang elah membantu penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dalam
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
commit to user
Akhir kata, Penulis berharap semoga karya sederhanan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
AIRLANGGA DIMAZ S. NIM : F0205030
commit to user
PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN
TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA
EFEK INDONESIA (PERIODE 2004-2008)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan (ROA, financial leverage, firm size, operation cash flow dan
issue price) dan variabel non keuangan (prosentase saham, umur
perusahaan, waktu ipo, underwriter dan auditor) terhadap underpricing
Initial Public Offering (IPO) di Indonesia. Serta pengaruh variabel
keuangan dan non keuangan tersebut secara simultan terhadap
underpricing.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling, yaitu perusahaan yang melakukan penawaran umum
perdana periode januari 2004 - desember 2008 dengan sampel sebanyak 50 perusahaan. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel keuangan (ROA,
financial leverage, firm size, operation cash flow dan issue price) secara
simultan berpengaruh terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 10% , namun secara partial hanya variabel ROA yang berpengaruh terhadap
underpricing pada tingkat signifikansi 10%. Sedangkan untuk variabel non
keuangan (prosentase saham, umur perusahaan, waktu ipo, underwriter dan auditor) secara simultan tidak berpengaruh terhadap underpricing dan juga secara partial variabel-variabel non keuangan tersebut tidak ada yang berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Variabel keuangan dan non keuangan secara simultan berpengaruh terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 5%.
K a t a k u n c i : u n d e r p r i c i n g , i n i t i a l p u b l i c o f f e r i n g , b u r s a e f e k
I n d o n e s i a .
commit to user
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAKSI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Pasar Modal ... 8
B. Proses Perdagangan pada Pasar Perdana ... 14
commit to user
D. Perananan Prospektus dalam IPO ... 18
E. Fenomena Underpricing ... 20
F. Definisi Variabel ... 21
G. Penelitian Terdahulu ... 26
H. Kerangka Pemikiran ... 27
I. Hipotesis ... 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 34
D. Definisi Operasional ... 35
E. Metode Analisis Data ... 38
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Populasi dan sampel... ... 43
B. Analisis Data ... 44
C. Pengujian Data ... 46
D. Uji Hipotesis Model 1 ... 47
E. Uji Hipotesis Model 2 ... 54
F. Uji Hipotesis Model 3 ... 59
G. Hasil Pengujian Hipotesis ... 66
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Keterbatasan ... 73
commit to user
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN ... 77
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Ringkasan Instrumen BEI ... 13
Tabel IV.1 Seleksi Pemilihan Sampel ... 44
Tabel IV.2 Diskriptif Data Penelitian ... 44
Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas ... 47
Tabel IV.4 Hasil Uji Durbin Watson setelah Transformasi ... 49
Tabel IV.5 Hasil Uji Multikolineritas ... 50
Tabel IV.6 Hasil Uji Normalitas Regresi Berganda Model I ... 52
Tabel IV.7 Regresi Berganda Model I ... 52
Tabel IV.8 Hasil Uji Durbin Watson setelah Transformasi Data ... 55
Tabel IV.9 Hasil Uji Multikolineritas ... 56
Tabel IV.10 Hasil Uji Normalitas Regresi Berganda Model II ... 57
Tabel IV.11 Regresi Berganda Model II ... 58
Tabel IV.12 Hasil Uji Durbin Watson setelah Transformasi ... 61
commit to user
Tabel IV.14 Hasil Uji Normalitas Regresi Berganda Model III ... 64
Tabel IV.15 Regresi Berganda Model III ... 64
Tabel IV.16 Hasil Analisis Regresi Variabel Keuangan terhadap
Underpricing ... 66
Tabel IV.17 Hasil Analisis Regresi Variabel Non Keuangan terhadap
Underpricing ... 69
Tabel IV.18 Hasil Analisis Regresi Variabel Keuangan dan Non Keuangan
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Struktur Pasar Modal Indonesia ... 10
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perusahaan yang melakukan IPO periode 2004-2008 ... 78
Lampiran 2 Total Assets, Total Debts, EAT, Tahun Berdiri, IPO, dan Tanggal Listing ... 80
Lampiran 3 Data keuangan perusahaann yang terkena underpricing .... .82
Lampiran 4 Data non keuangan perusahaan yang terkena underpricing 84
Lampiran 5 Nama underwriter dan auditor ... 86
Lampiran 6 Big Four KAP ... 88
Lampiran 7 Top Penjamin Emisi ... 89
Lampiran 8 Uji Normalitas Data ... 91
Lampiran 9 Hasil uji regresi model 1 (variabel keuangan) sebelum transformasi data ... 92
Lampiran 10 Hasil uji regresi model 2 (variabel non keuangan) sebelum transformasi data ... 94
Lampiran 11 Hasil uji regresi model 3 (variabel keuangan dan non keuangan) Sebelum transformasi data ... 96
Lampiran 12 Hasil uji regresi model 1 (variabel keuangan) Setelah transformasi data ... 98
commit to user
Lampiran 14 Hasil uji regresi model 3 (variabel keuangan dan non
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Seorang manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah
aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan
sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai
kebutuhan dana tersebut, manajer keuangan dapat memenuhinya dari sumber yang
berasal dari dalam perusahaan atau juga dapat juga yang berasal dari luar
perusahaan. Besarnya dana yang tersedia kadang dapat tercukupi oleh dana dari
dalam perusahaan yang berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan),
cadangan, maupun depresiasi. Jika kebutuhan dana tidak tercukupi dari dalam
maka perusahaan dapat mengalihkan pendanaan dari luar di dapat dari utang atau
penerbitan obligasi. Persyaratan-persyaratan yang ketat yang diajukan seringkali
menjadi beban yang berat bagi perusahaan sendiri. Oleh karena itu sebagai pilihan
alternatif perusahaan dapat melalui pendanaan dari penawaran saham di pasar
modal atau disebut go public.
Dengan keberadaan pasar modal sebagai wahana bagi perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan dana, sehingga pencarian dana dapat dilakukan dengan
lebih mudah, cepat, dan relatif cukup besar bila dibanding pendanaan melalui
hutang ataupun obligasi. Semakin membaiknya kondisi Indonesia baik dari sisi
perekonomian maupun stabilitas politik, keamanan Indonesia serta membaiknya
bursa global mampu mendorong para investor lokal maupun asing untuk
commit to user
Sebelum saham diperjualbelikan di Bursa Efek, transaksi penawaran
pertama kali dilakukan di pasar perdana (primary market), kegiatan tersebut
disebut dengan penawaran umum penjualan perdana saham disebut IPO (Initial
Public Offering). Fenomena yang sering terjadi di pasar modal khususnya pada
saat penawaran perdana adalah saham-saham yang dijual pada pasar perdana
tersebut mengalami underpriced. Underpricing adalah selisih positif antara harga
saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana. Dan selisih ini
merupakan initial return yang diterima investor. Jadi initial return adalah
keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang
dibeli di pasar perdana (IPO). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter (penjamin
emisi efek). Sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar
(permintaan dan penawaran). Dari sisi emiten, dapat dilihat jika saham yang
mereka jual mengalami underpriced yang tinggi dalam arti saham mereka dinilai
lebih rendah dari harga sesungguhnya, dan perbedaan antara harga sesungguhnya
dengan harga yang ditawarkan pada saat IPO tersebut tinggi, maka perusahaan
akan mengalami kerugian yang besar. Underpriced sering terjadi pada saham
yang ditawarkan pada saat IPO. Hal ini dilakukan underwriter dalam rangka
untuk mengurangi tingkat resiko yang harus dihadapi karena fungsi
penjaminannya.
Ada 4 macam tipe penjaminan yaitu full commitment, best effort, stand by
commitment, dan all or none commitment. Bagi underwriter, tipe penjaminan
yang beresiko tinggi adalah tipe penjaminan secara full commitment. Tipe
commit to user
commitment. Emiten di lain pihak , tidak mengetahui kendala pasar modal yang
sesungguhnya. Dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih sering
berhubungan dengan pasar modal mempunyai informasi yang lebih banyak
mengenai pasar modal bila dibandingkan dengan calon emiten. Adanya informasi
asimetri inilah maka harga saham pada penawaran perdana lebih rendah daripada
harga saham di pasar sekunder. Jadi underwriter menggunakan ketidaktahuan
emiten mengenai pasar modal untuk mengurangi risiko yang ditanggungnya.
Apabila saham yang dia jamin di pasar perdana tidak laku, maka underwriter
harus membeli sisa saham tersebut sebesar harga penawaran dikalikan dengan sisa
saham yang tidak laku. Walaupun emiten dan underwriter secara bersama-sama
mengadakan kesepakatan dalam menentukan harga perdana saham, namun
sebenarnya mereka masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda
(Trianingsih, 2005)
Dalam rangka pengambilan keputusan calon investor memerlukan banyak
informasi guna mempertimbangkan membeli atau tidak saham yang ditawarkan..
Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua informasi akuntansi dan
non-akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca,
laporan rugi/laba, laporan arus kas dan penjelasan laporan keuangan. Informasi
non-akuntansi adalah informasi selain laporan keuangan seperti underwriter
(penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham,
persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya.
Perusahaan harus membuat prospektus yang merupakan ketentuan yang
ditetapkan oleh BAPEPAM (Husnan, 2001). Namun peraturan mengenai
commit to user
tersebut tidak menjamin terjadinya keasimetrian informasi antar partisipan
(emiten, underwriter, dan investor. Ketidakpastian tersebut dirasakan oleh calon
investor umumnya calon investor yang memiliki informasi yang terbatas tentang
perusahaan emiten (Hartono, 2005).
Sujatmin dan Sujadi (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana di Bursa Efek
Jakarta periode 1999-2003 dengan variabel independen umur perusahaan, besaran
perusahaan, reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, jenis industri, EPS (Earning
Per Share), ukuran penawaran (proceeds), current ratio, ROI (Rate of Return on
Investment), dan financial leverage. Hasilnya menyatakan bahwa hanya variabel
current ratio, reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, dan jenis industri yang
mempengaruhi underpricing.
Syarifah Aini (2009) yang melakukan penelitian pengaruh variabel
keuangan (ROA, leverage, dan ukuran perusahaan) dan variabel non
keuangan (harga saham perdana, reputasi underwriter, persentase saham yang
ditawarkan kepada publik, waktu IPO dan umur perusahaan) terhadap
underpricing dari tahun 2000 sampai tahun 2007. Hasilnya secara simultan
variabel keuangan (ROA, Leverage dan Ukuran Perusahaan) dan variabel non
keuangan (Harga Saham Perdana, Reputasi Underwriter, Persentase Saham
yang Ditawarkan kepada Publik, Waktu IPO, dan Umur Perusahaan)
berpengaruh signifikan terhadap Underpricing.
Berdasarkan pada permasalahan di atas maka penulis tertarik mengadakan
commit to user
Keuangan Terhadap Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan Initial
Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (Periode 2004-2008)”.
2. Perumusan Masalah
Atas dasar uraian dalam latar belakang di atas maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah variabel keuangan (ROA, Operation cash flow (OCF), leverage,
firm size, harga saham perdana) berpengaruh terhadap underpricing?
2. Apakah variabel non keuangan (reputasi underwriter, reputasi auditor,
persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan
umur perusahaan) berpengaruh terhadap underpricing?
3. Apakah variabel keuangan (ROA, Operation cash flow (OCF), leverage,
firm size, harga saham perdana) dan variabel non keuangan (reputasi
underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan kepada
publik, waktu IPO, dan umur perusahaan) secara simultan berpengaruh
terhadap underpricing?
3. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) pada periode
pengamatan yaitu bulan Januari 2004 – Desember 2008.
commit to user
4. Tersedianya data mengenai variabel keuangan dan variabel non-keuangan
yang diperlukan.
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan (ROA, Operation cash
flow (OCF), leverage, firm size, harga saham perdana) terhadap
underpricing.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel non keuangan (reputasi
underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan kepada
publik, waktu IPO, dan umur perusahaan) terhadap underpricing.
3. Untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan (ROA, Operation cash
flow (OCF), leverage, firm size, harga saham perdana) dan variabel non
keuangan (reputasi underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang
ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan) secara
simultan terhadap underpricing.
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Investor/ calon investor,
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap initial return yang diterima
saat IPO, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
commit to user 2. Bagi emiten /calon emiten
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam
melakukan penawaran perdana (IPO) untuk memperoleh dana yang
maksimal.
3. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada pasar
modal Indonesia (BAPEPAM, Bursa Efek Indonesia, calon emiten
dan posisi lain yang terkait) dalam meningkatkan perannya untuk
memenuhi kebutuhan pihak pemakai informasi.
4. Bagi praktisi/akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pihak-pihak yang ingin mendalami pasar modal Indonesia dan dapat
dijadikan bahan masukan untuk kepentingan selanjutnya agar dapat lebih
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pasar Modal
Menurut (Husnan, 2001:3), Secara formal, pasar modal merupakan
sarana untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa
diperjual belikan dalam bentuk hutang atau modal sendiri yang diterbitkan oleh
pemerintah, otoritas publik maupun oleh perusahaan swasta. Instrumen pasar
modal biasanya terdiri atas sertifikat deposito, commercial paper, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), dan surat berharga pasar uang. Pasar modal merupakan konsep
yang lebih sempit dan pasar keuangan yang memperdagangkan semua bentuk
hutang dan modal sendiri, baik dari jangka panjang maupun dari jangka pendek.
Menurut panduan investasi IDX , Pasar Modal merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif investasi
bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti: menabung di Bank,
membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya Pasar Modal
bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang
commit to user
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana
bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal
dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja
dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan
lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang
dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing
instrument.
Go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang
dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham
kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan
Peraturan Pelaksanaannya. Terdapat dua metode utama untuk melakukan go
public yang digunakan di seluruh dunia. Pertama, melakukan penawaran perdana
(initial public offering) dengan penawaran pada harga tetap (a fixed price offer)
atau penawaran melalui sistem tender, metode yang kedua yaitu dengan prosedur
lelang (auction procedure), dimana penentuan harga saham berdasarkan
commit to user
MENTERI KEUANGAN
BAPEPAM
Badan Perusahaan Bursa Efek Perusahaan Usaha Efek Indonesia Efek
Lembaga Lembaga Penunjang Penunjang Pasar Modal KPEI Pasar Modal
KSEI
Reksa Profesi Profesi Dana Penunjang Penunjang
Pemodal/ Masyarakat
Efek Agen/ Agen/
Penjualan Sub Agen Modal
GAMBAR II.1
STRUKTUR PASAR MODAL INDONESIA Sumber : Panduan Go Public
Organisasi di Pasar Modal
a. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) memiliki kewenangan untuk
melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan Pasar Modal di
Indonesia. Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
commit to user
b. Perusahaan memperoleh dana di Pasar Modal dengan melaksanakan
penawaran umum atau investasi langsung (private placement). Perusahaan
ini dikenal sebagai emiten.
c. Self Regulatory Organizations (SRO), adalah organisasi yang memiliki
kewenangan untuk membuat peraturan yang berhubungan dengan aktivitas
usahanya. SRO terdiri dari:
· Bursa Efek, adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak- pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek antara mereka.
· Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), adalah pihak yang
menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan transaksi bursa agar
terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Lembaga yang telah
memperoleh izin usaha sebagai LKP oleh BAPEPAM adalah PT.
KPEI (PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia).
· Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), adalah pihak yang
menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank
Kustodian, Perusahaan Efek, dan pihak lain. Lembaga yang telah
memperoleh izin usaha sebagai LPP oleh BAPEPAM adalah PT.
KSEI Kustodian Sentral Efek
d. Perusahaan Efek adalah perusahaan yang mempunyai aktifitas sebagai
Perantara Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek, Manajer Investasi, atau
commit to user
· Penjamin Emisi Efek, adalah salah satu aktifitas pada perusahaan
efek yang melakukan kontrak dengan emiten untuk melaksanakan
penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa
efek yang tidak terjual.
· Perantara Pedagang Efek, adalah salah satu aktifitas pada
perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek
untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
· Manajer Investasi, adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio
Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan
asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan perundang- undangan yang berlaku.
e. Penasihat Investasi, adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain
mengenai penjualan atau pembelian efek.
f. Lembaga Penunjang Pasar Modal
· Biro Administrasi Efek, adalah pihak yang berdasarkan kontrak
dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan
pembagian hak yang berkaitan dengan efek.
· Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan
harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima
dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
· Wali Amanat, adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang
commit to user
Instrumen Definisi Keuntungan Risiko
Saham
Sertifikat yang menunjuk- kan bukti kep em ilik an suatu
perusahaan. · Capital Gain.
· Capital Loss
· Tidak ada pembagian dividen
· Risiko Likuidasi
Obligasi Efek bersifat hutang
· Bunga deng an jum lah serta waktu yang telah ditetapkan
· Capital Gain
· Dapat dikonversi menjadi saham (untuk obligasi konversi)
· Gagal bayar
· Capital Loss
Bukti Right
Sekuritas yang memberi- kan hak kepada pemilik- nya untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga dan dalam periode tertentu.
· C a pi t a l G ai n d en g a n leverage, jika bukti right ditukar dengan saham baru
· Capital Gain yang diper-
· Capital Loss dengan leverage
· Capital Loss yang
Waran
Merupakan sekuritas yang melekat pada penerbitan saham ataupun obligasi, yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham perusa- haan dengan harga dan p a d a j a n g k a w a k t u tertentu.
· C api t a l G ai n d en g a n leverage, jika waran di k o n v e r s i k a n m e n j a d i saham
· Capital Loss dengan leverage
· Capital Loss yang diperoleh di Pasar
Kontrak Berjangka Indeks Saham
K o n t r a k / p e r j a n j i a n berjangka Indeks Saham dengan variable pokok Indeks.
· Hedging instrumen
· Spekulasi dengan leverage
· Capital loss dengan leverage
Reksa Dana
Saham, obligasi, atau efek la in y a n g d ib eli o le h sejumlah investor dan di kelola oleh sebuah peru- sahaan investasi profe- sional.
· Tingkat pengembalian yang potensial
· Pengelolaan dana oleh manajemen yang profe- sional
· Capital Loss
· risiko likuidasi pada Reksa Dana Tertutup
Sebagai Perban- dingan:
Deposito Berjangka
Jenis tabungan pada bank dengan jangka waktu tertentu.
· Bunga
· Tingkat suku bunga yang rendah
· Tidak ada Capital
g. Profesi Penunjang Pasar Modal
· Akuntan Publik
· Notaris
· Konsultan Hukum
commit to user
TABEL II.1
Ringkasan Instrumen BEI
Sumber : Panduan Go Public
B. Proses Perdagangan pada Pasar Perdana
Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan
berikut:
A.Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling
awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang
saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapat persetujuan,
selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan
profesi penunjang pasar yaitu:
Underwriter merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam
membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan
penjamin emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen, membantu
menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.
Akuntan Publik bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan
keuangan calon emiten. Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap
perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut;
Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal
commit to user
perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen
rapat.
B. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon
emiten menyampaikan pendaftaran kepada LK hingga
BAPEPAM-LK menyatakan pernyataan pendaftaran menjadi efektif.
C.Tahap Penawaran Perdana
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten
menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham
tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Penawaran perdana ini
dilakukan setelah mendapatkan ijin dari BAPEPAM dan sebelumnya sekuritas
tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek). Dalam melakukan IPO,
perusahaan harus menerbitkan prospektus sebelum melakukan listing di BEI.
Prospektus adalah dokumen yang berisikan informasi tentang perusahaan penerbit
sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan.
Penjualan sekuritas di pasar perdana dilakukan oleh penjamin emisi
(underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan dengan bantuan agen penjualan.
Pada umumnya underwriter mempunyai tiga fungsi, yaitu : advisory function,
underwriting function, dan marketing function. Sebagai advisory function,
underwriter memberikan saran kepada perusahaan yang akan melakukan go pulic
mengenai jenis sekuritas yang akan ditawarkan, penentuan harga sekuritas dan
commit to user
emiten akan meminta underwriter untuk menjamin penjualan saham perdana
emiten tersebut, jika emiten meminta underwriter memberikan jaminan full
commitment, maka underwriter menjamin seluruh sekuritas akan habis terjual dan
bersedia untuk membeli sisanya jika sebagian sekuritas tidak terjual. Dalam
prakteknya, tidak semua underwriter bersedia memberikan jaminan full
commitment, terutama untuk sekuritas perusahaan yang belum mapan. Untuk
perusahaan yang belum mapan tersebut biasanya underwriter hanya berani
memberikan jaminan best effort saja, artinya underwriter hanya akan berusaha
sebaik mungkin untuk menjual sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan
tersebut. Dalam penentuan offering price, underwriter dan emiten sering
menghadapi kesulitan untuk memperkirakan harga yang wajar. Underwriter
cenderung untuk menetapkan offering price yang rendah dari harga yang
diharapkan oleh perusahaan akan melakukan go public, dengan tujuan untuk
menekan resiko tanggung jawab bila sekuritas yang ditawarkan pada saat
penawaran perdana tidak laku atau tidak habis terjual.
D.Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham
tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
C. Proses Perdagangan pada Pasar Sekunder
Mekanisme perdagangan pasar sekunder sekuritas menyangkut beberapa
faktor:
a) Seorang investor harus memberikan informasi kepada brokernya tentang
commit to user
oleh investor adalah sekuritas tertentu, jumlah saham dalam hal saham biasa, dan
kuantitas dalam hal obligasi dan jenis order.
b) Short Selling
Seorang investor yang memperkirakan bahwa harga suatu sekuritas akan
dapat mengambil keuntungan dengan membeli sekuritas tersebut. Tetapi, jika
investor tersebut memperkirakan bahwa harga suatu sekuritas akan turun
dan ingin mengambil keuntungan jika harga tersebut benar turun.
c) Margin Transaction
Investor dapat meminjam kas untuk membeli sekuritas, dan
menggunakan sekuritas itu sendiri sebagai kolateral. Transaksi dimana investor
meminjam untuk membeli tambahan sekuritas, dengan menggunakan
sekuritas itu sendiri sebagai kolateral disebut buying on margin. Dengan
meminjam dana, investor menciptakan financial leverage. Investor akan
memperoleh keuntungan, jika harga naik, tetapi akan rugi jika harga turun
(dibandingkan jika tidak meminjam dana). Dana yang dipinjam untuk
membeli tambahan saham akan diberikan oleh broker dan broker tersebut
memperoleh uang dari bank. Suku bunga yang dikenakan bank pada broker
untuk transaksi ini disebut call money rate atau broken loan rate.
d) Margin Requirements
Initial Margin Requirement adalah proporsi nilai pasar total sekuritas yang
commit to user
adalah jumlah minimum equity yang diperlukan dalam margin account investor
dibandingkan nilai pasar total.
D. Peranan Prospektus dalam IPO
Prospektus adalah gambaran umum perusahaan dalam bentuk tertulis yang
memuat keterangan secara lengkap dan jujur tentang keadaan perusahaan dan
prospeknya di masa mendatang serta informasi-informasi yang dibutuhkan
sehubungan dengan penawaran umum.
Penyusunan prospektus ini harus mengacu pada hal-hal berikut:
1. Prospektus harus memuat rincian dan fakta material mengenai
penawaran umum dari emiten.
2. Prospektus harus dibuat sedemkian rupa sehingga jelas dan
komunikatif.
3. Fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling
penting harus dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada
bagian awal prospektus.
4. Emiten, penjamin pelaksana emisi, lembaga penunjang serta
profesi penunjang pasar modal bertanggung jawab untuk
menentukan dan mengungkapkan fakta secara jelas dan mudah
dibaca.
Nasirwan (2000) mengatakan informasi prospektus dapat dibagi dua
commit to user
Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang menggambarkan tentang
informasi keuangan perusahaan terdiri atas neraca, perhitungan laba/rugi,
laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non akuntansi
adalah informasi selain lapaoran keuangan seperti underwriter, auditor
independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham dan lain
sebagainya. Informasi yang terdapat dalam prospektus menyangkut informasi
keuangan dan non-keuangan yang bersifat historis maupun proyeksi pada
masa mendatang. Kedua informasi tersebut dibutuhkan oleh investor agar
mereka dapat memprediksi penghasilan deviden di masa yang akan datang dan
juga resiko relatif dari masing-masing perusahaan. Umumnya investor
menekankan pada informasi yang menyangkut kejadian di masa yang akan
datang dalam pembuatan keputusan investasinya. Jika informasi historis
diperlukan untuk me-review kemampuan perusahaan di masa lalu, informasi
proyeksi diperlukan untuk prediksi prospek perusahaan di masa mendatang.
Selain itu manajemen laba dan tingkat return perusahaan dalam tiap
tahunnya akan menarik minat para investor untuk membeli saham, karena
mempengaruhi tingkat pengembalian investasi perusahaan terhadap investor. Hal
ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan
IPO, karena kredibilitas perusahaan yang diakui oleh masyarakat. Dalam
penelitian ini diambil informasi mengenai ROA, tingkat leverage, ukuran
perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor, dan lamanya perusahaan
berdiri yang mempengaruhi tingkat underpricing.
Privat information merupakan bagian informasi internal yang semula
commit to user
investor mengakibatkan manajer juga harus memberikan informasi kepada publik.
Dengan kata lain pengorbanan perusahaan dalam meningkatkan usahanya
dengan menggunakan auditor dan underwriter yang professional memberikan
kepercayaan investor pada perusahaan.
Masyarakat akan memutuskan apakah tertarik untuk menginvestasikan
dananya ke dalam perusahaan atau tidak dengan mempelajari prospektus
perusahaan. Investor memperoleh informasi tentang kinerja perusahaan
sebelum IPO sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Para
investor yang rasional tentu akan memilih perusahaan yang menurutnya sehat,
dapat berkembang, dan memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Jadi,
prospektus secara tidak langsung merupakan media untuk mempromosikan
perusahaan agar pihak lain / investor membeli surat berharga yang ditawarkan.
E. Fenomena Underpricing
Ketika perusahaan pertama kali melakukan penawaran sahamnya ke pasar
modal, masalah yang dihadapi adalah penentuan harga di pasar perdana tersebut.
Di satu pihak pemegang saham lama tidak ingin menawarkan saham baru dengan
harga yang terlalu murah kepada investor baru, tetapi disisi lain investor
menginginkan untuk memperoleh capital gains dari pembelian saham di pasar
perdana tersebut. Perbedaan kepentingan tersebut, dimana emiten menginginkan
dana yang lebih besar dan investor menginginkan return, mengakibatkan
terjadinya underpricing, yakni adanya selisih positif antara harga saham dipasar
sekunder dengan harga perdana, yang disebut initial return bagi investor. Bagi
commit to user
memperoleh dana secara maksimal. Underpricing adalah suatu keadaan, dimana
harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan
ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Beberapa literatur menjelaskan bahwa
underpricing terjadi karena adanya informasi asimetris. Pihak yang
menentukan harga saham saat IPO adalah emiten dan penjamin emisi
(underwriter).
Underpriced bisa juga dikatakan sebagai selisih positif antara harga saham
perdana dan merupakan initial return bagi investor. Kebalikan dari itu adalah
overpricing, yaitu suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran
perdana lebih tinggi dibandingkan ketika saham diperdagangkan di pasar
sekunder. Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang
melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum.
Sebaliknya bila terjadi overpricing, maka investor akan merugi (Daljono, 2000).
Fenomena underpricing terjadi di hampir seluruh pasar modal didunia. Para
pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing karena
terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari
pemilik kepada investor (Beatty dalam Daljono, 2000).
F. Definisi Variabel
Adapun variabel yang mempengaruhi kejadian underpricing adalah
ROA, Operation cash flow (OCF), leverage, firm size, harga saham perdana,
reputasi underwriter, reputasi auditor, persentase saham yang ditawarkan
kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan. Uraian dibawah ini
commit to user 1) Return On Asset
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
investasi yang telah ditanamkan untuk mendapatkan laba. Investor melihat
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dari investasi
yang ditanamnya apabila menginvestasikan sahamnya pada perusahaan
tersebut. Su (2004) dan juga Syarifah Aini (2009) mengemukakan bahwa
ROA (Return On Assets) berpengaruh negatif terhadap underpricing.
Penelitian ini menunjukan tersebut bahwa ROA yang semakin tinggi dapat
mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya IPO underpricing.
2) Financial Leverage
Financial leverage merupakan perbandingan antara total hutang
dengan total aktiva, yang menunjukan berapa bagian aktiva yang digunakan
untuk menjamin utang. Rasio ini pada umumnya disebut juga rasio utang
(debt ratio), untuk mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur.
Sebelum menyatakan kesanggupannya sebagai perantara perusahaan
dengan investor, underwriter biasanya mempelajari dahulu sejarah perusahaan
dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return, serta estimasi
terhadap investor yang memiliki kemampuan untuk investasi. Karena tugas
underwriter sebagai penjamin emisi saham mengandung resiko, yaitu
apabila saham tersebut tidak laku terjual maka underwriter tidak akan
mendapatkan return. Maka underwriter juga harus memperkirakan berapa
besar kerugian yang akan diperolehnya.
commit to user
emisi juga memperkirakan berapa besar kemampuan perusahaan terhadap
kewajiban yang dimilikinya. Tingkat kemampuan utang perusahaan
(financial leverage) dihitung dengan mengetahui rasio utang terhadap
asset yang dimiliki emiten.
Rasio leverage yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan memiliki
kewajiban yang besar. Sehingga apabila pemodal menginvestasikan sahamnya
akan memungkinkan investor tidak mendapatkan return dari saham yang
dimilikinya.
3) Firm Size
Ukuran perusahaan (firm size) merupakan faktor yang juga
mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan pada saham yang IPO.
Karena semakin besar perusahaan dan semakin dikenal oleh masyarakat, maka
semakin banyak informasi yang bisa diperoleh investor dan semakin kecil
pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor.
4) Operation Cash Flow
Operation cash flow adalah ukuran yang solid dari keuntungan
perusahaan karena merujuk ke cash aktual yang dibuat dari operasi. Operation
cash flow akan menunjukkan apakah sebuah perusahaan mengeluarkan lebih
banyak cash daripada mendapatkan cash. Operation cash flow juga merupakan
gambaran sekilas tentang bagaimana bisnis inti berjalan. Oleh karena itu bagi
investor arus kas positif adalah sinyal baik untuk investasi, sedangkan arus kas
yang negatif perlu memiliki penjelasan lebih dan menggali lebih dalam
sebelum membuat investasi diperusahaan tersebut. Menurut John A. Tracy
[image:41.595.121.510.253.493.2]commit to user
nadi dari setiap bisnis. Tanpa denyut nadi yang pasti dari cash flows, bisnis
akan mati segera. Hal diatas menekankan pada pentingnya cash flows untuk
keselamatan perusahaan. Lebih lanjut, menurut Bodin & Samuellson (2010)
lebih tepat menggunakan cash flow untuk analisis tentang profitabilitas
dibandingkan dengan net income karena dana aktual yang dihasilkan dapat
sangat berbeda dari accounting profit. Profit yang di temukan di Income
Statement adalah accounting profit yang lebih mudah untuk dimanipulasi.
5) Issue Price (Harga Saham Perdana)
Harga saham perdana adalah harga saham yang ditawarkan perusahaan
pada saat IPO. Dimovski & Brooks (2008) mengemukakan bahwa harga
saham perdana (issue price) berpengaruh negatif terhadap underpricing.
Underpricing return dihitung dengan cara: harga penutupan saham pada hari
pertama listing dikurangi harga saham perdana, dan hasilnya dibagi dengan
harga saham perdana.
6) Prosentase Penawaran Saham
Prosentase kepemilikan yang ditahan oleh pemilik (insiders) menunjukkan
adanya private information yang dimiliki oleh pemilik/manajer (Leland & Phyle
dalam Gerianta, 2002) Informasi tingkat kepemilikan saham oleh entrepreneur
akan digunakan oleh investor sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya
baik. Semakin besar tingkat kepemilikan yang ditahan atau semakin kecil
persentase saham yang ditawarkan, akan memperkecil tingkat ketidakpastian
di masa yang akan datang (Indrawati, 2005).
7) Time Lag (Waktu IPO)
commit to user
Lui & Li ( dalam Tian & Magginson 2007) mengemukakan bahwa waktu IPO
berpengaruh positif terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh
Chan et al (2004), mengemukakan bahwa time lag (penyimpangan waktu)
antara offering dan listing berpengaruh positif terdadap underpricing IPO.
Karena kenyataannya dana yang diikat terlalu lama dapat meningkatkan
risiko investor dan oleh karenanya underpricing yang tinggi diharapkan
atau dibutuhkan investor. Perusahaan dengan time lag l e bi h l am a akan
m eni n gk at ka n re s i k o i nves t o r s ehi n gg a pe rus a ha an menetapkan
harga IPO jauh dibawah nilai intrinsik (Chan et al, 2004).
8) Umur Perusahaan
Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan
hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh publik. Semakin
panjang umur perusahaan semakin banyak informasi yang bisa diserap
masyarakat (Daljono dalam Suyatmin & Sujadi, 2006).
Umur perusahaan mencerminkan kondisi perusahaan yang tetap
bertahan dan menjadi bukti bahwa perusahaan mampu bersaing dan dapat
mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian (Christy et al.
dalam Sulistio, 2005).
9) Reputasi Underwriter
Penjamin emisi atau sering disebut sebagai underwriter yang berfungsi
menawarkan saham di pasar sekunder kepada investor. Apabila underwriter
yang digunakan oleh perusahaan memiliki reputasi yang baik, maka hal ini
akan berpengaruh terhadap informasi yang akan diberikan oleh underwriter
commit to user
Dalam proses IPO underwriter bertanggung jawab atas terjualnya saham.
Apabila ada saham yang masih tersisa, maka underwriter bertanggung jawab
untuk membelinya. Bagi underwriter yang yang memiliki reputasi tinggi,
mereka akan berani memberikan harga yang tinggi pula sebagai konsekuensi
dari kualitas penjaminannya (Daljono, 2000). Ini berarti jumlah nilai yang
dijamin menunjukkan kemampuan penjamin emisi untuk menanggung
kerugian jika ternyata saham yang dijamin tidak laku terjual. Oleh karena
besarnya nilai yang dijamin menunjukkan reputasi penjamin emisi, maka
penjamin emisi yang reputasinya rendah, tentu hanya dapat menjamin dalam
jumlah kecil. Lain halnya dengan penjamin emisi yang memiliki reputasi
tinggi, tentu ia akan berani melakukan penjaminan dalam jumlah yang besar.
1 0 ) Reputasi Auditor
Untuk menyediakan jasa yang diperlukan dalam proses jual beli saham
diperlukan image atau nama baik yang dimiliki perusahan mengenai informasi
usahanya. Informasi tersebut dapat berupa laporan keuangan yang
menggambarkan tingkat return yang diperoleh tiap periodenya, dan manajemen
perusahaan yang menunjukan kinerja karyawannya. Dalam hal ini
pentingnya informasi tersebut berkaitan dengan kemapanan perusahaan yang
IPO. Pengorbanan emiten untuk memakai auditor yang berkualitas akan
diinterprestasikan oleh investor, bahwa emiten mempunyai informasi yang
tidak menyesatkan mengenai prospeknya di masa mendatang (Daljono, 2000).
commit to user
Penelitian Su (2004), Daljono (dalam Suyatmin & Sujadi, 2006) dan
Syarifah Aini (2009) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap
tingkat underpricing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. (2008),
menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
Penelitian Suyatmin & Sujadi (2006) memisahkan variabel penelitian antara
variabel keuangan (ukuran perusahaan, ROI, financial leverage, laba per saham,
proceeds, dan current ratio) dan variabel non keuangan (umur perusahaan,
reputasi auditor, reputasi underwriter dan jenis industri). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel keuangan yang berpengaruh terhadap initial return
adalah current ratio. Sedangkan variabel non keuangan yang berpengaruh
terhadap initial return adalah reputasi auditor, reputasi underwriter dan jenis
industri. Dari hasil regresi pengaruh variabel keuangan dan variabel non keuangan
mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap initial return.
H. Kerangka Pemikiran
Penulis mengambil suatu kerangka pemikiran dimana variabel
dependennya adalah underpricing dan variabel independennya adalah variable
keuangan (ROA, Operation cash flow (OCF), leverage, firm size, harga saham
perdana) dan variabel non keuangan (reputasi underwriter, reputasi auditor,
persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur
perusahaan).
Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependennya dapat
commit to user
GAMBAR II.2
Kerangka Pemikiran
Variable Independen Variable dependen
I. Hipotesis
A. Pengaruh informasi keuangan (financial leverage; ROA; Firm Size;
Harga saham perdana; dan OCF ) terhadap tingkat underpricing.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
digunakan oleh investor atau calon investor dan underwriter untuk menilai
perusahaan yang akan go public. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca,
laporan rugi/laba, laporan arus kas dan penjelasan laporan keuangan,
yang dalam penelitian ini disebut variabel keuangan. Variabel keuangan
1. Return On Assets (ROA) 2. Financial Leverage(FL) 3. Firm Size (FS)
4. OCF
5. Issue Price (IP)
Variable non keuangan
1. Prosentase Saham (PPS) 2. Time Lag (TL)
3. Umur perusahaan (AGE) 4. Reputasi Underwriter (UDW) 5. Reputasi Auditor (AUD)
commit to user
1) ROA
Su (2004) & Syarifah Aini (2009) mengemukakan bahwa ROA (Return
On Assets) berpengaruh negatif terhadap underpricing. Penelitian ini
menunjukan tersebut bahwa ROA yang semakin tinggi dapat mengurangi
tingkat kemungkinan terjadinya IPO underpricing.
H1.1 : ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
underpricing.
2) Financial Leverage
Sulistio (2005) menunjukkan dalam penelitiannya bahwa
terdapat hubungan positif antara tingkat leverage. Investor akan
mempertimbangkan besarnya financial leverage, karena financial leverage
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan ekuitas
yang dimiliki. Dengan tingginya financial leverage maka risiko suatu
perusahaan juga akan tinggi.
H1.2 : Financial Leverage perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap underpricing.
3) Firm Size
Del Monte et al (2010) perusahaan yang berskala besar mempunyai
tingkat underpriced yang lebih rendah daripada perusahaan yang berskala
kecil. Oleh karena itu, diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1.3 : Firm Size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
underpricing.
4) Operation Cash Flow
commit to user
sedangkan arus kas yang bernilai negatif perlu memiliki penjelasan lagi dan
perlu menggali lebih sebelum membuat investasi diperusahaan tersebut.
Dengan kata lain bahwa OCF bisa di anggap sebagai sinyal tentang kualitas
dari bisnis perusahaan, lebih lanjut sinyal yang berpotensi untuk kesuksesan
IPO (Bodin & Samuelsson, 2010).
H1.4 : Operation cash flow berpengaruh n e g a t i f dan signifikan
terhadap underpricing.
5) Issue Price (Harga Saham Perdana)
Menurut Dimovski & Brooks (2008) harga saham perdana (issue
price) berpengaruh negatif terhadap underpricing. Jadi harga saham
perdana yang rendah merupakan sinyal tingkat underpricing yang tinggi. Dan
sebaliknya, harga saham perdana yang tinggi merupakan sinyal tingkat
underpricing yang rendah. Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1.5 : Issue Priceberpengaruh negatif dan signifikan terhadap
underpricing.
B. Pengaruh informasi non keuangan (reputasi underwriter; reputasi
auditor; umur perusahaan; waktu IPO ;dan prosentase penawaran saham)
terhadap tingkat underpricing.
Informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi),
auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase
saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya, dalam
penelitian disebut variabel non keuangan.
commit to user
Prosentase kepemilikan yang ditahan oleh pemilik (insiders)
menunjukkan adanya privat information yang dimiliki oleh pemilik/manajer
(Leland & Phyle dalam Yasa, 2003). Enterpreneur akan tetap menginvestasikan
modal pada perusahaannya apabila mereka yakin akan prospek pada masa
mendatang. Pemilik tidak akan menginvestasikan modalnya pada
perusahaan lain bila investasi di perusahaannya lebih baik (Leland & Phyle
dalam Yasa, 2003). Informasi tingkat kepemilikan saham oleh entrepreneur
akan digunakan oleh investor sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya
baik. Semakin besar tingkat kepemilikan yang ditahan (atau semakin kecil
persentase saham yang ditawarkan) akan memperkecil tingkat ketidakpastian
pada masa yang akan datang. Konsisten dengan yang dikemukakan oleh
Leland & Phyle (1977), dan Beatty (1989) (dalam Yasa, 2003) menunjukkan
adanya hubungan positif antara persentase yang ditawarkan dengan initial
return. Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:
H2.1 : Persentase saham yang ditawarkan kepada publik
berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing.
2) Umur perusahaan
Menurut penelitian syarifah (2009) mengemukakan bahwa umur
perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing. Sedangkan menurut
Ritter (dalam Dimovski & Brooks, 2008) mengemukakan bahwa umur
perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Penelitian yang
dilakukan oleh Ritter (dalam Dimovski & Brooks, 2008), menemukan
bahwa tingkat underpricing akan lebih tinggi pada perusahaan yang lebih
commit to user
H2.2 : Umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap underpricing.
3) Time Lag (Waktu IPO)
Lui & Li ( dalam Tian & Magginson 2007) mengemukakan bahwa
waktu IPO berpengaruh positif terhadap underpricing.. Hal ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Chan et al (dalam Su, 2004), yang
mengemukakan bahwa time lag (penyimpangan waktu) antara offering dan
listing berpengaruh positif terdadap underpricing IPO. Perusahaan dengan
time lag (penyimpangan waktu) l e b i h l a m a akan m eni n gk at k an re s i ko
i nves t o r s ehi n gga p e rus ah a an menetapkan harga IPO jauh dibawah nilai
intrinsik (Chan et al, 2004). Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:
H2.3 : Waktu IPO berpengaruh positif dan signifikan
terhadap underpricing.
4) Reputasi Underwriter
Menurut Suyatmin & Sujadi (2006) dan Dimovski & Brooks
(2008) mengemukakan bahwa reputasi penjamin emisi (underwriter)
berpengaruh negatif terhadap underpricing. Dalam proses IPO penjamin emisi
bertanggung jawab atas terjadinya saham dan apabila saham masih
tersisa, maka penjamin emisi berkewajiban untuk membelinya. Oleh
karena itu, bagi penjamin emisi yang belum memiliki reputasi tentunya
akan sangat hati-hati untuk menghindari risiko tersebut dengan cara
menekan harga serendah mungkin. Berbeda dengan penjamin yang
memiliki reputasi tinggi, mereka akan berani memberikan harga yang tinggi
commit to user hipotesis sebagai berikut:
H2.4 : Reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap underpricing.
5) Reputasi Auditor
Auditor sebagai sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal
berfungsi melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang akan
melakukan go public. Auditor yang berkualitas akan mengurangi tingkat
ketidakpasian dan menunjukkan bahwa informasi privat dari emiten mengenai
prospect perusahaan tidak menyesatkan Suyatmin & Sujadi (2006). Menurut
Suyatmin & Sujadi reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap terjadinya
underpricing. Sedangkan dalam penelitian syarifah (2009) tidak ditemukan
hubungan antara reputasi auditor dengan underpricing.
H2.5 : Reputasi auditor berpengaruh negatif dan signifikan
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan event study, karena penelitian ini hanya
mengamati suatu kejadian tertentu dengan melihat tanggal perusahaan listing di
Bursa Efek Indonesia. Sedangkan menurut dimensi waktunya bersifat cross
sectional, yaitu penelitian yang hanya mengambil sampel waktu dan kejadian
pada suatu waktu tertentu saja. Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini
adalah underpricing. Variabel ini dapat dideteksi melalui fenomena underpricing
melalui pengukuran initial return, yang merupakan return awal yang diterima
pemodal.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan
Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2004-2008. Sampel dalam penelitian ini
dipilih dengan metode purposive sampling yaitu dengan kriteria:
1. Perusahaan IPO yang mengalami underpriced,
2. Data mengenai variabel keuangan dan variabel non-keuangan yang
diperlukan tersedia.
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui terbitan atau laporan suatu lembaga
commit to user
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Data Base Pojok BEJ FE UNS.
Data sekunder penelitian ini adalah daftar perusahaan yang go public diperoleh
dari e-bursa.com, Indonesia Stock Exchange (IDX) Statistic dan Factbook tahun
2004 - 2008. Data mengenai variabel keuangan, nama auditor, underwriter, umur
perusahaan yang go public diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) tahun 2004 - 2008, prospektus perusahaan dan http//www.idx.co.id.
D. Definisi Operasional
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing. Variabel
independen terdiri dari variabel keuangan yaitu return on asset (ROA), financial
leverage dan earning per share (EPS) dan variabel non keuangan yaitu persentase
penawaran saham (PPS), umur perusahaan (AGE), reputasi underwriter dan
reputasi auditor.
1. Variabel Dependen
Underpricing
Tingkat underpriced adalah selisih antara harga saham pada waktu 1 hari
setelah IPO dengan harga saham ketika IPO. Adapun cara perhitungan
underpricing yang dinyatakan dalam prosentase ini adalah sebagai berikut
(syarifah, 2009):
commit to user
2. Variabel Independen
a) ROA
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada
masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan.
Variabel ini diproksi dengan Return On Asset (ROA) yang merupakan
persentase perbandingan antara profit after tax dengan total assets :
b) Financial Leverage (FL)
Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
hutangnya dengan ekuitas yang dimilikinya. Diukur dengan menggunakan rasio
debt to equity yaitu rasio total utang terhadap modal perusahaan.
c) Firm Size (FS)
Firm size atau ukuran/skala perusahaan diukur dengan besarnya total asset
yang dimiliki perusahaan, hal ini untuk menginformasikan besaran perusahaan
dengan nilai asset yang dimilikinya. Ukuran perusahaan dihitung dari log total
aktiva perusahaan setahun sebelum melakukan penawaran perdana. Data
mengenai total aktiva perusahaan diperoleh dari prospektus perusahaan atau dari
commit to user
d) Operation Cash Flow (OCF)
Operation cash flow adalah jumlah cash yang dihasilkan dari operasi
perusahaan. The International Financial Reporting Standards mengartikan
operating cash flow sebagai cash yang dihasilkan dari operasi dikurangi pajak
dan biaya, income investasi yang diterima dan kurangi dividends yang
dibayarkan.
e) Issue Price (IP)
Harga saham perdana adalah harga saham yang ditawarkan perusahaan pada
saat IPO. Besaran harga saham perdana diukur dengan menghitung harga saham
yang ditawarkan pada saat tahun melakukan IPO yang diperoleh dari
prospektus perusahaan.
f) Persentase Penawaran Saham (PPS)
Menunjukkan berapa besar bagian dari modal disetor yang akan dimiliki
oleh publik. Data diperoleh dari prospektus perusahaan atau dari ICMD.
g) Umur Perusahaan (AGE)
Umur perusahaan adalah untuk mengetahui seberapa lama perusahaan
berdiri, dalam penelitian ini pengukuran umur perusahaan menggunakan umur
tahun perusahaan berdiri sampai dengan perusahaan listing.
h) Time Lag (TL)
Merupakan jumlah hari yang berlalu antara tanggal IPO dengan hari
pertama diperdagangkan di pasar sekunder atau time gap antara offering
dengan listing (chan et al, 2001). Data mengenai tanggal IPO (offering) dan
commit to user
i) Reputasi Underwriter (UDW)
Reputasi underwriter menggunakan variabel dummy yang pengukurannya
menggunakan angka 1 untuk underwriter yang memiliki reputasi dan
angka 0 untuk underwriter yang tidak memiliki reputasi. Dalam penelitian
ini reputasi underwriter diukur berdasarkan peringkat besarnya nilai yang
dijamin oleh underwriter. Emiten yang menggunakan jasa underwriter masuk
peringkat 20 besar akan diberi nilai 1 sedangkan emiten yang menggunakan jasa
underwriter di luar 20 besar akan diberi nilai 0.
j) Reputasi Auditor (AUD)
Variabel ini menggunakan variabel dummy. Variabel ini ditentukan dengan
menggunakan skala 1 untuk auditor yang sudah mempunyai reputasi bagus dan
skala 0 untuk auditor reputasi kurang. Jika emiten menggunakan auditor yang
termasuk dalam kategori big four dikategorikan reputasi bagus (1) dan
sebaliknya bila di luar kategori big four dikategorikan reputasi kurang (0).