PERILAKU IBU
DALAM MEMBERIKAN STIMULASI
PERKEMBANGAN
SOSIALANAK
USIA
3.5TAHUN
DI
DESA
'SINDANGWANGI
Skipsi diajukan sebagai tugas akhir strata-l (S-l) pada Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan rmtuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan
Universilas lslam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
RISMA BUDTYA}ITI
108104rI00018
PROGRAM
STI]I}I
ILMU
KEPERAWATAT\I
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN
ILMU
KESEHATAN
UNIYERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF'HIDAYATULLAH
JAKARTA
143s
rV
201sM
I ITL.
I
:
S kripsi dengan judul
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAIVI MEMBERIKAN STIMULASI
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
USIA 3-5 TAHUN DI DESA SINDANGWANGI
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skipsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakurtas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSTIN OLEH
RISMA BUDIYANTI NIM 108104000018
lakarta, Januai 2Ol4
Pembimbing I
NIP: 197902102005012002
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DANILMU
KESEHATANI-IIN SYARIF
HIDAYATULLAI{ JAIi{ITTA
1435
W2ot4M
MAULINA H4JYDAYANI S.K
PANITIA
SIDANGUJIAN
SKRIPSISKRIPSI DENGAN JUDUL
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL
ANAK USIA3-5 TAHT]N DI DESASINDANGWANGI
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh Nama : Risma Budiyanti
Nim: 108104000018
Penguji I
Maulina Handayani. S.kep. M.Sc
NIP : 197902102005012002
Penguji I
NIP: I5040868
Penguji III
f-J
Ns. Usrlatun Khasanah, S.Kep. MNS
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. (hc)dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp. And
Dengan ini saya rnenyatakan bahwa :
l.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di Fakurtas Kedokteran dan Il*ru Kesehatan universitas Islam Negeri (uIN) Syarif Hidayatulrah Jakarta
2.
Serrua surnber yang saya gunakan dalarn penulisan ini telah saya canturnkansesuai dengan ketenfuan yang berlaku
di
Fakultas Kedokteran dan Irrnu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatultah Jakarta3.
Jika kernudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan universitas
Nama Risrna Budiyanti
Tempat Tanggal
Lahir
: Ciamis, 12 November 1990Agama Status Alamat
Telepontlp
E-rnail
Riwayat Pendidikan
1.
TK PGRI Pataruman2.
SDN I Ciganjeung3.
SMP N 2 Padaherang4.
SMANl
CiarnisIslarn
Belum Menikah
Jl. Raya Pangandaran no. 843 Dusun Balater RT 006/ RW 003 Desa Sindangwangi, Kecamatan padaherang,
Kabupaten Pangandaran
-
Jawa ba rat 462g4: 083827150169
: rismabudiyanti 1 2@yahoo.corn
(r996-2002)
(2002-200s) (2005-2008)
Pengalaman Seminar
I
.
Seminar "The Porver of Herbal,' pa<ia tatrun 20092'
Pclatihan Sirkunrsisi "Menumtruhkan Insan cita yang Terarnpil Dan peduripada tahun 2009
4.
Seminar Kesehatan "Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rurnah,.pada tahun 2010
5.
Seminar Profesi Kesehatan Masyarakat ..Sudah Amankah Anda Berkendara?,,pada tahun 201 1
6.
Seminar Nasional "Peningkatan Peran dan Fungsi pemuda Dalam RangkaMewujudkan Masyarakat
Adil
Makmurdi
Tengah Era Globalisasi,. pada tahun 201 I7.
Seminar Nasional"
Combat Antirnicrobial Drugs Resistance,. pada tahun20l
l
8-
Diskusi Publik "Profesionalisrne Kepe,rimpinan Mahasisrva Kesehatan Islar.,dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015,'pada tahun 2012
9.
Seminar Nasional "Sinergi LKMI Untuk Bangsa yang Sehat,,pada tahun 201210. Seminar Nasional "Uji Kompetensi Nasional perawat: Meningkatkan peran
dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global,' pada tahun 201 2
1 1. Diskusi Publik "Forum Kcimunikasi Sistem Jaminan Sosial Nasional.. pacla
tahun 201 2
12. Pelatihan Insan Cita Rescuc pada tahun 20 l2
Menyongsong Era BPJS" pada tahun 2013
Rirvayat Organisasi
Bendahara II BEMJ PSIK FKIK 2009-2011
1.
2. Staff Ahli Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LKMI-HMI) 2011-2012
3.
Ketua Bidang Kewirausahaan KOMFAKDIKHMI
2OlZ-20134.
Staff Ahli Bidang Pemberdayaan Perempuan Himpunan Mahasiswa IslamUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Januari 2014 Risma Budiyanti
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan perilaku Ibu dalam
Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi
xvii+107 hal, 14 tabel, 2 bagan, 3 lampiran
ABSTRAK
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun, kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan turnbuh kembang anak.
Stimulasi tumbuh kembang dilakukan oleh orang tua sebagai orang terdekai. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan sesuai dengan tahap perkembangan akan
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat itimulasi
atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan
sikap dengan perilaku ibu dalam mernberikan stirnulasi perkembangan sosial anak
usia 3-5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 97. Hasil analisis didapatkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalarn rnemberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan (p talue:0.007) dan usia +8-60 bulan (p value
:
0.001) serta ada hubungan antara sikap dan perilaku ibu dalarn memberikan stimulasi perkernbangan sosial anak 36-48 bulan Qtvalue:
0.000) dan tidak ada hubungan antara sikap dengan perilakuibu
dalam mernberikan stimulasi perkernbangan sosial anak usia 48-60 bulan (p valtrc = 1.000).Diharapkan orang
tua
khususnyaibu
dapat meningkatkan pengetahuan danmemperbaiki sikap serta perilaku dalarn rnemberikan stinulasi perkembangan sosial
anak dan mernberikan stimulasi yang teratur sesuai tahap perkembangan anak.
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA
Undergraduate thesis, January 20 1 4
Risma Budiyanti
Relationship Betrveen
Social Development Sindangwangi
Knowledge and Attitude with Mother,s Behavior in the
Stimulation
0f
3-5
Years
Old
Childrenin
Desaxvii+l0f pngs51, 14 tables, 2 sketch, 3 appendixes
ABSTRACT
Stimulation is the basic ability to stimulate activity of children aged 0-6 years , the lack of stimulation cim cause deviations of child development . Stimulation of growth
and development is done by the parents as the nearest person . Children who received stimulation directed and in accordance with the stage ofdevelopment will grow faster than children who received less stimulation or no stimulation .
The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and
attitude to provide stimulation of rnatemal behavior in the social development of
children aged 3-5 years . This research is a quantitative study with cross-sectional design and nurnber sample were 97 respondents. The analysis we found that there is a relationship between knowledge
of
the mother's behaviorin a
stimulating social development ofchildren aged 36-48 months ( p value: 0.007 ) and age 4g-60 months ( p value: 0.001 ) and no relationship between maternal attitudes and behavior in astimulating social development of children 36-48 months
( p
value:
0.000)
and there was no relationship between uratemal attitudes and behavior in a stirnulating social development ofchildren aged 48-60 r)lonths (p value = 1.000) .It is expected that parents, especially mothers can increase knowledge and irnprove attitudes and behaviors in a stirrulating social developrnent of childr-en and piovide appropriate stirnulation regularly stages of child developrnent.
Keyr.vords : behavior in stin.rulation of social developrrent of children , knowledge ,
As s a I anu' alailatm l{r. Wb
Alharndulitlah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah rnemberikan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang rnenjadi salah satu syarat kelulusan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula sholawat serta salam penulis sanjungkar kepada baginda revolusi Islam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi alam jagad raya ini.
Skripsi ini membahas tentang
"
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stirnulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi "Dalam penyrsunan skripsi ini, penulis telah rnendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1.
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dankarunia-Nya-2.
Terima kasih kepada Papah "Enjo Sua4'o" dan Marnah "Tita Hartati" atas do'adorongan dan semangat, sehingga peneliti dapat rrenyelesaikan pendidikan perguruan tinggi ini.
3.
Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran danIhnu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla
4.
Bapak Waras Budi Utorno, S. Kep, MKM selaku Ketua Prograur Studi llrnuKeperawatan
6.
Ibu
Maulina Handayani, S.Kep,M.Sc selaku PembirnbingI
yang telahmernbirnbing dan nemberikan motivasi
7.
Ibu Yuli Amran, S.KM, M.KM selaku PembimbingII
yang telah rnernbirnbingdan mernberikan motivasi
8.
Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan danrrotivasi
9.
Segenap Staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi ilmu Keperar.vatanPenulis menyadari bahwa rnasih banyak kekurangan dalam proses skripsi ini,
karena sesungguhnya kesempumaan
milik
Allah.
Semoga skripsiini
bisa dikembangkan kembali dan dapat mernberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umurnnya bagi pembaca yang metnpergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan. AmienlVu s s a I a nt u' a la i ktun Wr.
llb
Jakarla, Januari 2014
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBARPERNYATAAN RIWAYATHIDI]P
. . . - . . . - - . . . , . . . . I I
.. vl
... VUt
ABSTRAK ABTRACT
KATAPENGANTAR ... vlll
DAFTARISI DAFTARTABEL DAFTARBAGAN
BAB I PENDAIIT]LUAN
A. . Latar Belakang ... ,
B.
Rumusan Masalah .'..'..,...'.. 9C. Perken.rb angan Sosial Anak ....24
D. Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun ,o
E.
Kebutuhan Dasar Turnbuh KembangF.
Stimulasi G. Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun ....-...32H.
Cara Stimulasi Perkembangan SosialAnak
... 36... 41
...-.. 57
BAB
III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ...59B.
HipotesisC.
Definisi OperasionalBABIV
N{ETODOLOGI PENELITIANA.
Desain PenelitianC.
Populasi dan Sanrpel ... 66... 66
l.
Populasi29 30
1t-F.
G.
H.
...7 5
... 7 5
anak usia 3-5
tahun
9l3.
Gambaran sikap ibu dalam mernberikan stirnulasi perkembangansosial anak usia 3-5 tahun
.,...-...,
...,924.
Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalammemberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun ...94
5.
Hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikanstimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun ... 97
B.
Kelerbatasan Penelitian 100BAB
\TI
KESIMPULAII DAN SARANNornor
tabel
Halaman Tabel3.1
Definisi Operasional...
... 62Tabel
4.1
Tabel Indeks Korelasi...
...72Tabel4.2
Tabel Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... ...74Tabel
5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Anakdi Desa Sindangwangi Tahun
2014
...79 Tabel5.2
Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Tentang StimulasiPerkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa
Sindangwangi Tahun 2014
...
... 80Tabel
5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun
2014
... 80Tabel
5.4
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun
2014
...t,
Tabel5.5
Distribusi Frekuensi Perilaku ibu Tentang Stimulasi PerkenbanganSosial Anak Usia48-60 Bulan di
Desa Sindangwangi Tahun 2014 ... 82 Tabel
5.6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan lbu Tentang StimulasiPerkembangan Sosial Anak Usia 46-60 Bulan di
[image:17.595.23.579.47.790.2]Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di
Desa Sindangwangi Tahun
2014
... 83 Tabel5.8
Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuandengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan
di Desa Sindangwangi Tahun
2014
... 84 Tabel5.9
Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan PerilakuIbu dalam Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi
Tahun
2014
... 86Tabel
5.10
Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku lbu dalarn Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak 48-60 Bulan di Desa SindangrvangiTahun
2014
... 87Tabel
5.11
Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di Desa Sindangrvangi [image:18.595.48.577.38.563.2]PENDAHULUAN
A.
LATARBELAKANGPerkembangan raerupakan bertambah sempumanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kembang kematangan dan belajar (Wong, 2000
dalam Hidayat, 20O9).perkembangan pada anak mencakup perkembangan
motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan
perkembangan sosial (Hidayat, 2009).
Anak
adalah makhluk sosial sepertijuga
orang dewasa. Anakmembutuhkan
orang
lain
untuk
dapat
mernbantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan dan kelebihannya.Untuk mencapai perkembangan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya,
maka anak membutuhkan rangsangan dari orang_orang yang ada disekitamya. Hal
ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh John Locke dalam Gunarsa (19g6) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.Rasulullah SAW bersabda :
JE : JU
a;
it
o-r;1-r^ gi;t
;;-)tt.o a/;.J
.Ji af ,S-tiltif-.;
3i,r
U"u,.rl u-u
f
"""J,Jj.l
4iL-.,,r-ti
;et
1i,ir.r..? otlij .rt;Jr ._sI" Jr:,f
J-<J
-,&,iir
,rf.-;r
'tc,-r'> l.,i.,i
.l^i.:*,l
"Setiap a,ak lahir (daranr keadaa,) tih'ah. kedua orang tua,ya (memiliki
tetapi paling terpenting mempengaruhi perkembangan manusia adalah kedua
orang tuanya sendiri.
Perkembangan sosial pada masa prasekolah atau usia 3-5 tahun adalah adanya
kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan
terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (Wong, 2000 dalam Hidayat,
2009).
Di dalam pergaulan antar sesama manusia, keterampilan sosial memainkan
peranan yang penting. Jika ini tidak terjadi dengan baik, maka manusia tidak mampu
berfungsi dengan baik, sehingga hubungan dengan orang lain akan berjalan tidak
lancar (Steven dkk, 1999).
Jean piaget mengatakan bahwa interaksi sosial, terlebih interaksi dengan
teman-teman sekelompok, mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan
pemikiran anak. Dengan interaksi ini anak dapat membandingkan pemikiran dan
pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain.
Proses sosialisasi untuk lingkungan anak memerlukan teman sebaya. Tetapi
perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak bergaul
(Soetjiningsih, 1995) Keluarga menjadi fokus perhatian untuk memaksimalkan
potensi anak.Pengetahuan dan kesadaran dari keluarga dan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan esensial anak, yaitu kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan, kasih
saying, stimulasi perkembangan, pendidikan dan perlindungan anak memegang
peranan yang sangat penting (DepKes RI, 2011).
Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil
interaksi antar faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan.Agar
maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu.Menurut Soetjiningsih
(2000) dalam Nursalam (2008) kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu asuh, asih dan asah.
Menurut Kurniasih (2006), tiga kebutuhan pokok untuk mengembangankan
kecerdasan antara lain adalah kebutuhan fisik, emosi (kasih sayang) dan stimulasi.
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Dimana anak yang
mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi(Soetjiningsih,
1995).
Menurut penelitian yang dilakukan Martiningsih, dkk(2008), tentang pengaruh
stimulasi terhadap perkembangan anak sebagai tindak lanjut pasca DDTK massal.
Dari penelitian ini didapatkan hasil perkembangan anak sebelum dilakukan intervensi
dalam kategori sesuai sebanyak 0%, kategori meragukan 70%, kategori menyimpang
sebanyak 30%.Setelah dilakukan intervensi perkembangan anak pada kategori sesuai
sebanyak 65%, kategori meragukan sebanyak 25% sedang dalam kategori
menyimpang sebanyak 10%.Hasil uji terdapat pengaruh stimulasi perkembangan
terhadap perkembangan anak.Peneliti melakukan pendidikan atau penyuluhan kepada
orang tua anak tentang stimulasi dan menganjurkan untuk melakasankannya, untuk
kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya. Data post-test diperoleh dengan cara
melakukan wawancara dan observasi langsung pada responden dengan menggunakan
kuesioner kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).
Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa keterampilan mengasuh dan
memberikan stimulasi pada anak dengan sendirinya dimiliki jika waktunya
tiba.Padahal pengetahuan dan keterampilan tentang stimulasi harus dipahami dengan
(knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice) tentang stimulasi merupakan
salah satu faktor penting karena orang tua dapat lebih memahami cara mengasuh dan
mendidik anak yang baik dan benar (Arip, 2008 dalam Ani, 2008).
Pendidikan orang tuamerupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima
segala informasi dari luar terurtama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih,
1995). Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif
rendah, mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit berarti anak tidak
mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya
(Nursalam, 2008).Dalam hal ini pendidikan dapat dikaitkan dengan pengetahuan.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoatmodjo, 2002).
Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat diperoleh melalui pendidikan,
pengalaman diri sendiri, dan pengalaman orang lain, media massa serta lingkungan
(Hurlock, 2002).
Menurut penelitian Qoriah dan Mardikaningsih (2011), tentang tingkat
pengetahuan ibu dengan perkembangan sosial balita umur 4-5 tahun didapatkan
tingkat pengetahuan baik sebanyak 46,7% dan responden dengan tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 23,3%. Sedangkan tingkat perkembangan sosial tinggi anak (36,7%),
tingkat perkembangan sosial kategori rendah (33.3%) dan tingkat perkembangan
sosial sedang (30%).
Hendaknya ibu member kesempatan dan kebebasan yang cukup untuk anak
menjawab seluruh pertanyaan dan tidak menghambat fantasi serta kreasi anak dalam
bermain dan berinteraksi dengan lingkungan. Sebaliknya, jika ibu menghambat
perkembangan pada masa ini, maka anak akan mengalami keterlambatan dalam
perkembangan (Eni, 2008). Pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak
sangat penting.Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar
tentang maksud dari stimulasi perkembangan pada anak maupun tujuan pemberian
stimulasi.
Daniel Goleman (1996) dalam Iriyanto (2006) menyatakan bahwa kecerdasan
sosial sangat penting peranannya dalam menentukan keberhasilan
seseorang.Persentasenya bias mencapai 80%. Berdasarkan penelitian Hurlock (1995)
dalam Nugraha dan Rachmawati (2005), anak yang kurang mendapat stimulasi
perkembangan sosial banyak yang mengalami kehausan atau kelaparan emosi
(emotional starved). Kondisi ini kemudian berkembang menjadi pribadi yang labil,
memiliki hambatan dalam penyesuaian diri, dan menjadi pribadi yang tidak bahagia
pada tahap perkembangan selanjutnya.
Anak yang kurang mendapat stimulasi kasih sayang dari lingkungan sosialnya
juga berdampak pada fisik.Fisik anak menjadi lemah, kurang berkembang, dan tidak
berdaya.Ini terjadi karena anak-anak yang sedih (mengalami emosi negatif) terdapat
hambatan pada sekresi hormon kelenjar dibawah otak (pituitary hormon) termasuk
didalamnya hormone pertumbuhan.Dapat disimpulkan bahwa stimulasi
perkembangan sosial dan emosi menentukan perkembangan individu selanjutnya
(Hurlock, 1995).
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut
merespon (Notoatmodjo, 2007).
Stimulasi paling banyak didapatkan dari lingkungan terdekat anak.Keluarga
atau orang tua, khususnya ibu, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
seorang anak balita (soetjiningsih, 1995). Interaksi antara anak dan orang tua,
terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara
keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan
anaknya dan sedini mungkin untuk memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak
secara menyeluruh.
Goleman (1996) menyatakan bahwa, hanya sekitar 20 persen kemampuan
hardskill yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, sementara 80 persen
sisanya adalah softskill yang termasuk didalamnya kemampuan membina hubungan
dengan orang lain (keterampilan sosial). Hal ini menunjukan betapa pentingnya
stimulus yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk merangsang perkembangan
sosial pada anak.Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
interaksi antar anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya (Soetjiningsih,
1995 dalam Latifah, 2007).
Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa peranan orang tua dalam lingkungan
keluarga yang penting adalah memberi pengalaman belajar pada anak-anak dari usia
dini, sebab pengalaman belajar merupakan faktor penting dalam pengembangan
pribadi anak. Pengsuh yang diterapkan orang tua pun berdampak pada perkembangan
sosial anak.
Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan
anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses
kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Orang tua
harus memahami tahap-tahap perkembangan anak agar anak bisa tumbuh kembang
secara optimal yaitu dengan memberi anak stimulasi.Orang tua jangan terlalu
overprotektif terhadap anak tetapi selalu memberi anak penghargaan berupa pujian,
belaian, pelukan dan sebagainya (Feiby, 2001 dalam Cahyani, 2009).
Hasil penelitian Handayani (2007), menunjukan bahwa sebagian besar ibu
mempunyai tingkat pengetahuan tentang perkembangan anak yang baik (58,3%)
dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang baik (58,3%). Hasil uji
statistic menunjukan bahwa p <0,001. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang
mempunyai anak 3-5 tahun di play group Pelangi Anak Umbulharjo Yogyakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997) menyatakan bahwa
perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus
menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan
masyarakat. Perkembangan sosial pada anak sangat diperlukan karena anak
merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.
Apabila pada masa kanak-kanak ini anak akan mampu melakukan hubungan sosial
dengan baik dan anak akan mudah diterima sebgai anggota kelompok sosial ditempat
mereka mengembangkan diri (Hurlock, 1998).
Menurut Nursalam (2008), stimulasi perkembangan sosial anak dapat
dilakukan oleh lingkungan luar. Fenomena yang terjadi dilapangan bahwa
pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun masih
kurang. Hanya 30% (3 orang) dari sepuluh ibu yang mengatakan bahwa stimulasi
perkembangan anak datang dari lingkungan luar anak yang lainnya mengatakan
bagaimana cara menstimulasi perkembangan sosial anak. Hal ini terlihat dari perilaku
ibu yang lebih banyak membiarkan anaknya bermain sendiri di rumah setelah pulang
sekolah sebanya 70% (7 orang). Sebagian besar ibu juga jarang membawa anaknya
untuk berinteraksi.
Ibu mengatakan kendala yang dialami dalam menstimulasi perkembangan
sosial anak diantaranya adalah anak sulit untuk berkomunikasi dan bersosialisasi
kecuali dengan teman yang dikenalnya, anak pemalu, anak sering bertengkar dengan
teman sebayanya, ibu sering mendapat kata-kata yang kasar dan jorok dari anak serta
lingkungan yang kurang mendukung anak untuk bersosialisasi.
Hotmaria (2010), hasil penelitian didapatkan pengetahuan ibu tentang
pemberian stimulasi berbahasa pada anak usia 1-3 tahun dapat dikategorikan cukup
dengan persentase 45,5%. Sedangkan perkembangan bahasa pada anak usia 1-3 tahun
sesuai dengan persentase 47,8%. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seorang ibu
tentang pemberian stimulasi berbahasa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Penelitian sebelumnya yang pernah dialakukan diantaranya antara
pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia
3-5 tahun serta pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi berbahasa pada anak
usia 1-3 tahun. Stimulasi perkembangan sosial yang dilakukan oleh ibu penting agar
anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan sosial secara
optimal.Namun masih sedikit penelitian yang dilakukan terkait stimulasi
perkembangan sosial anak.Oleh karena itu, peneliti tertarik dan ingin mengetahui
bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian stimulasi
perkembangan sosial anaknya.
Berdasarkan hasil pendahuluan yang dilakukan di Desa Sindangwangi pada
bulan September 2013 terhadap 10 ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun didapatkan
bahwa 60% ibu kurang mengetahui bagaimana cara melakukan stimulasi
perkembangan sosial anak sesuai tahap perkembangan sosial anak sesuai tahap
perkembangan serta perilaku yang tidak memberikan kesempatan anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebayanya dirumah.
Mengingat peranan ibu yang besar, maka pengetahuan ibu tentang stimulasi
dan perkembangan sosial anak sangat diperlukan. Keterlambatan juga sering
disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak untuk mempelajari cara bersosialisasi
dengan teman sebayanya.
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis dapat merumuskan
masalah penelitian: Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan
perilaku ibu dalam meberikan stimulasi stimulasi perkembangan sosial anak umur 3-5
tahun di Desa Sindangwangi?
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum:
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan
sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial
anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.
2. Tujuan Kuhusus:
a. Diketahui tentang gambaran perilaku ibu dalam meberikan stimulasi
b. Diketahui tentang gambaran ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak
usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.
c. Diketahui tentang gambaran sikap ibu tentang stimulasi perkembangan sosial
anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.
d. Diketahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam
memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa
Sindangwangi.
e. Diketahui hubungan antara sikap ibu engan perilaku ibu dalam memberikan
stimulasi perkembangan sosial anka usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk Orang Tua
Hasil penelitian ini untuk menemabah minat dan perhatian orang tua untuk
melakukan stimulasi perkembangan sosial anak sehingga anak dapat berkembang
secara optimal.
2. Untuk Pendidikan Ilmu Keperawatan Anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan bagi pendidikan keperawatan khususnya mata ajar keperawatan
anak.
3. Untuk Penelitian Akan Datang
Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian
lain dengan ruang lingkup yang sama.
D. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk mengindentifikasi pengetahuan dan sikap
yang mempunyai anak usia 3-5 tahun. Penelitian akan dilakukan pada bulan
Desember 2013. Penelitian ini dilakukan dengan Desain studi analitik dan metode
cross sectional pendekatan kuantitatif.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
mempunyai anak umur 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.Data yang digunakan adalah
data primer dengan menggunakan Angket/kuesioner.Kuesioner menggunakan skala
likert untuk identifikasi sikap dan perilaku ibu.Sedangkan data sekunder diperoleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumbuh Kembang Anak
1. Konsep Tumbuh Kembang Anak
Pertumbuhan merupakan beratmbah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar (Wong, 2000).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat dua peristiwa, yaitu
peristiwa percepatan dan perlambatan (Hidayat, 2009).Peristiwa tersebut
merupakan kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh, namun masih saling
berhubungan satu dengan yang lain, misalnya terjadi perubahan tentang besarnya,
jumlah, dan ukuran di tingkat sel maupun organ pada individu serta perubahan
bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan
intelektual.
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan
dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun emosional.Pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuranbesar kecilnya fungsi
organ mulai dari tingkat sehingga perubahan organ tubuh.Pertumbuhan dan
perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolok
maupun abstrak, seperti bicara, bermain, berhitung, membaca dan
lain-lain.Pertumbuhan dan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari
2. Prinsip Tumbuh Kembang Anak
Menurut Hidayat (2009), Secara umum pertumbuhan dan perkembangan
memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya . Proses tersebut dapat menentukan
cirri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain:
a. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat begantung pada aspek
kematangan susunan saraf pada manusia, dimana semakin sempurna atau
komplek kematangan saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan
dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses konsepsi sampai dengan
dewasa.
b. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu
mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut
tidak memiliki kecepatan yang sama anatara individu yang satu dengan yang
lain.
c. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola yang khas yang dapat
terjadi mulai dari kepala hingga keseluruh bagian tubuh dan juga mulai dari
kemampuan yang sederhana hingga mencapai kematangan yang lebih
kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari tahap pertumbuhan dan
perkembangan (Narenda, 2002 dalam Hidayat, 2009).
3. Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Dalam peristiwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri
khas yang membedakan komponen satu dengan yang lain.
1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.
2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat dilihat
dari proporsi fisik atau organ manusia yang muncul dari mulai masa
konsepsi hingga dewasa.
3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama
yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus,
lepasnya gigi susu, atau hilangnya reflek-reflek tertentu.
4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri-ciri baru yang secara perlahan
mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila,
pubis, atau dada (Hidayat, 2009).
b. Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perkembanga selalu melibatkan pertumbuhan yang diikuti dari perubahan
fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi, akan diikuti perubahan
pada fungsi alat kelamin.
2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hokum tetap, yaitu
perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kea rah kaudal
atau dari bagian proximal ke bagian distal.
3. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan
melakukan yang sederhana menuju kemampuan yang melakukan hal yang
sempurna.
4. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian
5. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di
mana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Hidayat,
2009).
4. Tahap Tumbuh Kembang
Menurut Nursalam (2008), manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai
tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap tumbuhkembang mempunyai ciri
tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada
masa anak-anak.
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak.
Menurut Hurlock (1998), tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Masa pralahir (pembuahan sampai lahir)
Sebelum lahir, perkembangan berlangsung sangat cepat, terutama terjadi
secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh.
2. Masa neonates (lahir sampai 10-14 hari)
Masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate (berasal dari kata
Yunani ”neos” yang berarti “baru” dan kata kerja latin “nascor”yang berarti
dilahirkan). Selama waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang seluruhnya baru di luar rahim ibu.Pertumbuhan untuk
sementara terhenti.
3. Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun)
Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka
belajar untuk mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat
bergantung pada dirinya sendiri.Perubahan ini disertai timbulnya perasaan
4. Masa kanak-kanak (2 tahun sampai remaja)
Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian:
1) Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau
“prakelompok” . Anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai
belajar menyesuaikan diri secara sosial.
2) Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14
tahun pada anak laki-laki) adalah periode dimana terjadi kematangan
seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini
merupakan usia sekolah atau “usia kelompok”.
5. Masa puber (11 sampai 16 tahun)
Merupakan periode yang saling tumpang-tindih, kira-kira dua tahun
meliputi akhir masa kanak-kanak dan 2 tahun meliputi awal masa remaja.
Masa puber berlangsung dari usia 11 sampai 15 tahun pada gadis dan dari 12
sampai 16 tahun pada jejaka. Tubuh anak sekarang berubah menjadi tubuh
orang dewasa.
Setiap anak melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan kesinambungan
(Nursalam, 2009).Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai
untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dua pertiga masa kehidupan
berikutnya.Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang
pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting.
6. Tahap tumbuh kembang usia 3-5 tahun
Menurut Nursalam (2008), pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada
masa ini. Anak kelihatan lebih langsing, pertumbuhan fisik juga relatif pelan,
naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri, demikianlah pula halnya
berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada
tindakannya yang keliru.
Menurut teori Sigmund Frued, anak berada fase phalik, di mana anak
mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.Anak juga
mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai
kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.
Sedangkan menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berbeda pada
fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guility). Pada masa ini, anak
berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasinya, sehingga anak
banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak
diketahuinya.Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut
membuat anak merasa bersalah. Oleh sebab itu, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan jalan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri
anak (Jamaris, 2006).
Bertitik tolak dari pendapat ahli tersebut, maka dapat diketahui bahwa
perkembangan psikososial merupakan suatu bentuk perkembangan yang
bersifat kumulatif.Hal ini berarti bahwa perkembangan psikososial pada
tahap selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan dalam
perkembangan psikososial pada tahap awal, maka keadaan ini akan
mempengaruhi perkembangan psikososial pada tahap selanjutnya (Jamaris,
2006).
B. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang
hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang
terorganisasi IDAI (2002) dalam Nursalam (2008).
1. Aspek-aspek perkembangan
Perkembangan manusia mencakup perubahan dan kestabilan berbagai aspek
dalam dirinya, mencakup perkembangan fisik, kognitif, dan aspek-aspek tersebut
saling psikososial, dan dalam kehidupannya, aspek-aspek tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain (Hidayat, 2009).
1) Perkembangan fisik (misalnya, pertumbuhan bdan dan otak, kapasitas sensor,
keterampilan motorik, dan kesehatan) mungkin mempengaruhi aspek lain
dalam perkembangan.
2) Perkembangan kognitif (perubahan dan stabilitas pada mampuan mental:
belajar, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran moral, dan kreativitas)
berhubungan erat dengan perkembangan fisik dan emosi.
3) Perkembangan psikososial (perubahan dan stabilitas pada kepribadian dan
relasi sosial), aspek ini akan mempengaruhi fungsi kognitif dan fisik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Soetjiningsih (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
1) Faktor dalam (internal)
a. Genetik
Pengaruh genetik bersifat heredo-konstitusional yang artinya bahwa
bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor keturunan. Faktor
genetik akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan, kematangan
b. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal yaitu saat janin
berumur 4 bulan.Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat dan kelenjar
pituitary dan tiroid mulai bekerja.Hormon yang berpengaruh terutama
adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary.
2) Faktor lingkungan (eksternal)
Faktor yang berasal dari lingkungan dapat dikelompokkan menjadi
faktor pranatal (selama kehamilan), dan faktor postnatal.
a. Faktor pranatal (Selama Kehamilan), meliputi:
1. Gizi
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada
waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) atau lahir mati.Disamping itu, dapat pula menyebabkan
hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru
lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.
2. Toksin, zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap
obat-obatan kimia kerna dapat menyebabkan kelainan bawaan. Ibu hamil yang
perokok atau peminum alkohol akan melahirkan bayi yang cacat.
3. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua kehamilan oleh TORCH
(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex), PMS
(Penyakit Menular Seksual), penyakit virus lainya dapat mengakibatkan
4. Kelainan imunologi
Kelainan imunologi akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin karena dapat menyebabkan terjadinya abortus, selain
itu juga kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi
gangguan dalam plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat lahir
rendah.
5. Psikologi ibu
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi
tumbuh kembang janin yang terdapat di dalam kandungan karena janin
dapat ikut merasakan apabila ibunya sedang sedih. Ibu hamil yang
mengalami gangguan psikologi, maka dia tidak akan memperhatikan
kondisi kandungannya dan akan berakibat pada kelahiran bayi yang tidak
sehat.
b. Faktor postnatal, meliputi:
1. Pengetahuan ibu
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu dalam perkembangan anak. Ibu yang mempunyai
pengetahuan kurang, maka tidak akan memberikan stimulasi pada
perkembangan anaknya sehingga perkembangan anak akan terlambat,
sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik, maka akan
memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya.
2. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam proses tumbuh
kembang anak. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, terdapat
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Seorang anak yang
kebutuhan zat gizinya kurang atau tidak terpeuhi, maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam memahami
atau mempersepsikan pola hidup sehat.
4. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak.Hal ini dapat terlihat pada anak dengan status sosial
ekonomi tinggi, pemenuhan kebetulan gizinya sangat baik dibandingkan
dengan anak yang status ekonominya rendah.
5. Lingkungan fisik
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
mempunyai dampak yang negative terhadp pertumbuhan anak.Kebersihan
lingkungan maupun kebersihan perseorangan memegan peranan penting
dalam timbulnya penyakit. Demikian pula dengan populasi udara baik
yang berasal daripabrik, asap rokok atau asap kendaraan dapat
menyebakan timbulnya penyakit. Anak sering sakit, maka tumbuh
kembangnya akan terganggu.
6. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat
penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Interaksi timbal
balik antar ibu dan anak akan menimbulkan keakraban anatara ibu dan
arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya
kedekatan dan kepercayaan antara keduanya.
7. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, misalnya:
penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegitan anak, perilaku ibu terhadap perilaku anak.
Anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.
8. Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak,
karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke
seluruh tubuh dapat teratur.Selain itu, latihan juga meningkatkan stimulasi
perkembangan otot pertumbuhan sel.
C. Perkembangan Sosial Anak
Menurut Hurlock (1998), perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Menjadi orang yang mampu
bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah
dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam
satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.
Menurut Wong (2000) dalam Hidayat (2009), perkembangan perilaku
sosial/adaptasi sosial pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai berikut:
1. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan adaptasi sosial atau perilaku masa neonates ini dapat
ditunjukan dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk
2. Masa bayi (28 hari-1 tahun)
a. Usia 1-4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan
kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum
bila diajak tersenyum; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam
sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun;
menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah-wajah yang
dikenalinya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).
b. Usia 4-8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa
takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan
mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang
kesal.
c. Usia 8-12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum
dengan cankir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan
orang lain.
3. Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan adaptasi sosial anak dapat ditunjukan dengan adanya
kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai mengosok
gigi, serta mengenakan baju sendiri.
4. Masa prasekolah (2-6 tahun)
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya
membuat permintaansederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga.
Nugraha dan Rachmawati (2005) dalam Soetjiningsih (1995),
mengemukakan ada beberapa hal yang dapat orang tua lakukan untuk
mengembangkan kemampuan sosial anak yaitu:
1. Lakukan rutinitas, seperti memberikan makan, mengganti pakaian,
memandikan atau merindukan, sehingga anak mengerti tentang rutinitas
tersebut dan akan membuat anak mengenal lebih dekat siapa yang berinteraksi
dengannya setiap hari.
2. Libatkan anak dalam kehidupan keluarga (anak berada di antara anggota
keluarga yang lain)
3. Sertakan anak dalam aktivitas di rumah, biarkan anak membantu dan merasa
tanggung jawab di rumah, seperti saat makan atau minum membersihkan
perobatan dan memberi makan hewan peliharaan.
4. Bila memungkinkan sertakan anak jika akan berpergian.
5. Beri anak waktu atau kesempatan untuk mengamati atau mendengarkan situasi
tertentu, misal ke sekolah atau tempat berkumpul anak.
6. Ajarkan anak sikap-sikap yang perlu dimiliki dalam sebuah persahabatan dan
berilah semangat agar sikap-sikap tersebut saat melekat dengan baik.
7. Kenalkan tentang rasa hormat, persahabatan, dan kepedulian terhadap orang
lain.
8. Ajaklah anak berbicara terbuka tentang hal-hal yang disarankan.
9. Berikan saran atau petunjuk tentang cara mengatasi masalah atau menenmukan
10.Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar
individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat
berkembang daripada anak yang kurang mendapakan stimulasi. Stimulasi
dapat berfungsi sebagai penguat (reinforcement).
11.Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tehap-tahap perkembangannya.
12.Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya,
perhatian beralih ke teman sebayanya (pergroup). Akan sangat
menguntungkan apabila anak mempunyai kesempatan untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih
banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak.
13.Anak memerlukan stimulasi taktil. Kurangnya stimulasi taktil dapat
menimbulkan penyimpangan perilaku sosial.
14.Perhatian dan kassih saying juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak.
Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak
sehingga anak lebih responsive terhadap lingkungannya lebih berkembang.
D. Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal dari umur 2-6 tahun, anak
belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di lingkungan
rumah terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar
menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain (Hurlock, 1998).
Masa kanak-kanak awal sering disebut “Usia Pragang” (Pregang Age). Pada masa
ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak yang lain meningkat
Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau
searah. Meskipun satu atau dua anak bermain didalam ruangan yang sama dan dengan
jenis mainan yang sama, inetraksi sosial yang terjadi sangat sedikit. Hubungan mereka
terutama terdiri atas meniru atau mengamati satu sama lain atau berusaha mengambil
mainan anak lain. (Hurlock, 1998).
Selama periode prasekolah, anak telah mengatasi berbagai ansietas yang
berkaitan dengan adanya orang asing dan perpisahan.Namun demikian mereka masih
membutuhkan bimbingan dan persetujuan dari orang tua.Mereka sudah menghadapi
perubahan dalam anak toddler (Azziah, 2012).
Anak prasekolah sudah mampu mengungkapkan keinginan dan melakukan secara
mandiri (Wong, 2009). Bermain merupakan hal yang penting bagi perkembangan
sosial anak terutama asosiatif, yaitu permainan kelompok dengan aktivitas yang sama
dan tanpa aturan yang kaku.
Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-ank mulai bermain bersama dalam kelompok,
berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir
siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama. Perilaku yang paling umum dari
kelompok ini ialah mengamati satu sama lain, melakukan percakapan, dan
memberikan saran lisan (Hurlock, 1998).
Studi terhadap anak-anak dalam masa prasekolah telah membuktikan bahwa
semakin dengan meningkatnya usia anak, pendekatan yang ramah meningkat dan
interaksi permainan semakin berkurang. Tahun demi tahun anak laki-laki semakin
melakukan pendekatan yang bermusuhan terhadap anak lain (Hurlock, 1998).
E. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang
Menurut Soetjiningsih (2000), kebutuhan dasar ini dikelompokan dasar ini
a. Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)
Yang termasuk kebutuhan asuh adalah nutrisi yang mencakupi dan
seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan, hygiene diri dan
lingkungan dan keseragaman jasmani (olahraga dan rekreasi).
b. Asah (Kebutuhan Stimulus)
Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa
latihan dan bermain.Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
mendapatkan stimulasi.
Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan
setelah lahir dengan cara menetekan bayi pada ibunya sendini mungkin. Asah
merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat
dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.
F. Stimulasi
Menurut Nursalam (2008), stimulasi adalah perangsangan yang datang dari
lingkungan luar anak, yang berupa latihan dan bermain. Stimulasi merupakan hal
yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai
penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak.Berbagai macam stimulasi seperti
stimulasi visual, verbal, auditif, taktil, dan lain-lain dapat mengoptimalkan
perkembangan anak (soetjiningsih, 1995).
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi
tumbuh kembang dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan
anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat
dilingkungan rumah tangga masing-masing penyimpangan tumbuh kembang anak
bahkan yang menetap (DepKes, 2008).
Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu sahn. Dengan
mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin
meningkat. Pemberian stimulus dapat dilakukan dengan latihan dan bermain. Anak
yang memperoleh stimulus yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan
anak yang kurang memperoleh stimulus (Nursalam, 2008). Kemampuan dasar anak
yang dirangsang dengan stimulus terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan
gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisi dan
kemandirian (DepKes, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan (2008), dalam melakukan stimulasi tumbuh
kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan mengajak anak bermain, bernyanyi bervariasi,
menyenagkan , tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan dengan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke empat aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/ permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu hadiah atas keberhasilan.
Jenis stimulasi pada usia 3-5 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan
kreativitas dan sosialisasinya sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat
mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan; kemampuan bahasa;
mengembangkan kecerdasan; menumbuhkan sportifitas; mengembangkan koordinasi
motorik; mengembangkann dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus;
memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan; serta memperkenalkan
suasana kompetisi dan gotong-royong (Nursalam, 2008).
G. Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun
Stimulasi perkembangan sosial mempunyai tujuan untuk melatih kemampuan
bergaul agara anak dapat mudha berkawan, tidak canggung dlam memasuki
lingkungan baru, mengerti disiplin, sopan santun dan aturan-aturan baik di dalam
maupun diluar rumah (Prayoto, 2003).
Berikut ini adalah berbagai stimulasi perkembangan berdasarkan panduan dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) yang dapat dilakukan oleh ibu
terhadap anaknya yang tergolong usia prasekolah:
a. Stimulasi pada anak umur 36-48 bulan
1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya.
Dorong agar anak mau mengutarakan perasaannya.
Ajak anak anda makan berasama keluarga.
Bermain dengan anak, ajak agar anak mau membantu melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan.
2. Mengancingkan kancing tarik
Bila anak sudah bisa mengancingkan kencing besar, coba dengan kancing
yang lebih kecil. Ajari cara menutup dan membuka kancing tarik di bajunya.
3. Makan pakai sendok garpu
Bantu anak makan pakai sendok dan garpu dengan baik.
4. Memasak
Berikan anak membantu memasak seperti mngukur dan menimbang
menggunakan timbangan masak, mebubuhkan sesuatu, mengaduk, memotong
kue, dan sebagainya. Bicara pada anak apa yang diperbuat oleh anak berdua.
5. Mencuci tangan dan kaki
Tunjukan pada anak cara memakai sabun dan membasuh dengan air ketika
mencuci kaki dan tangannya. Setelah itu dapat dilakukannya, ajari ia untuk mandi
sendiri.
6. Menentukan batasan
Pada umur ini, sebagai bagian dari proses tumbuh kembangnya, anak-anak
mulai mengenal batasan dan peraturan. Bantu anak anda dalam membuat
keputusan dengan cara anada menentukan batasanya dan menawarkan pilihan.
Misalnya “kau bisa memilih anatara dua hal: dibacakan cerita atau bermain
sebelum tidur, kau tidak boleh memilih keduanya”.
b. Stimulasi pada anak umur 48-60 bulan
1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Buat anak bermain dengan teman sebayanya.
Ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan anak.
Bersama-sama anak buatlah rencana jalan-jalan sesering mungkin. 2. Membentuk kemandirian
Beri kesempatan pada anak untuk mengunjungi tetangga terdekat, teman atau
saudara tanpa ditemani anda.Selanjutnya minta anak bercerita tentang
kunjungannya itu.
3. Membuat “boneka”
Tunjukan cara membuat “boneka” dari kertas. Gambar bagian muka dengan
spidol.Agar dapat berdiri tegak, pasang lidi sebagai “rangka/badan” boneka.Atau
buat “boneka” dari kaos kaki bekas.Gambar mata, hidung dan mulut.Gerkan jari
-jari tangan anda seolah-olah beoneka itu dapat berbicara.Buat agar anak mau
bermain dengan temannya selain bermain sendiri.
4. Membuat “album” keluarga
Bantu anak membuat album keluarga yang ditempeli dengan foto-foto anggota
keluarga. Tulis nama setiap orang dibawah fotonya.
5. Menggambar orang
Tunjukan pada anak cara menggambar orang pada selembar kertas. Jelaskan
ketika anda menggambar mata, hidung, bibir dan baju.
6. Mengikuti aturan permainan/petunjuk
Ajak anak bermain sekaligus belajar mengikuti aturan dan petunjuk
permainan.Pada awal permainan, beri perintah kepada anak, “berjalan tiga
langkah besar kedepan atau berjalan mundur lima langkah jinjit”. Setiap kali akan
Setelah anak bisa memainkan perintah ini, bergantian anak yang memberikan
perintah dan anda yang mengatakan: “boleh saya memulainya?”.
7. Bermain kreatif dengan teman-temannya
Undang kerumah 2-3 anak yang sebaya.Ajari anak-anak permainan dengan
bernyanyi, membuat boneka dengan kertas atau kaos kaki bekas dan kemudian
memainkannya.Minta anak untuk mau meniru tingkah laku binatang seperti yang
dilihatnya di kebun binatang.
8. Bermain “berjualan dan belanja di toko”
Kumpulkan benda-benda yang ada dirumah seperti sepatu, sandal, buku,
mainan, majalah, dan sebagainya untuk bermain “berjualan dan belanja di
toko”.Tulis harga setiap benda pada secarik kertas kecil.Buat “uang kertas” dari
potongan kertas dan “uang logam” dari kancing atau tutup botol.Kemudian minta
anak berperan sebagai pemilik toko, anda dan anak yang lain pura-pura membeli
benda-benda itu dengan “uang kertas” dan “uang logam”.Selanjutnya secara
bergantian anak-anak menjadi pembeli dan pemilik toko.
H. Cara Stimulasi Perkembangan Sosial Anak 3-5 Tahun
Prayoto (2003), mengatakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak yang
dilakukan oleh lingkungan (ayah, ibu, pengasuh anak, anggota keluarga lain) untuk
mempercepat tumbuh kembang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan kelambatan
tumbuh kembang anak.
Adapun kemampuan perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah sebgai berikut:
1. Usia 3-4 tahun
a. Bermain dengan teman-teman seusia/sebaya
Untuk melatih anak agar mau bersosialisasi/bergaul dengan
teman-temannya
Untuk melatih anak berani berkomunikasi
Cara melatih:
Berikan kesempatan kepada anak untuk bermain dengan teman seusianya
Sediakan beberapa jenis permainan yang bisa dipergunakan secara
bersama-sama.
Biasakan anak minta izin jika akan meminjam mainan temannya dan harus
mengembalikannya.
b. Menunggu giliran
Tujuan:
Untuk melatih anak agar dapat membiasakan diri untuk disiplin, sabar dan
menghargai hak-hak orang lain.
Cara melatih:
Biasakan anak untuk bersabar, mau mengerti dan menunggu giliran
Pujilah anak jika berhasil menunggu giliran
Tanamkan disiplin dan hargai orang lain
c. Bisa memberi dan menerima
Tujuan:
Untuk melatih anak memahami kebutuhan orang lain dan menghargai orang
lain.
Cara melatih:
Ajak anak untuk mau berbagi dengan teman, misalkan meberi sebagian kue
2. Usia 4-5 tahun
a. Bermain dan bergaul
Tujuan:
Mengenal orang lain
Berkomunikasi dengan orang lain
Cara melatih:
Latih anak untuk mampu/mau bergaul dengan anak-anak lain
Biarkan anak bermain dan bergaul dengan teman-temannya
Apabila anak enggan bergaul dengan orang lain, orang tua perlu mengajak
anak bermain dengan teman sebayanya
b. Mamahami akan berbagi dan menunggu giliran
Tujuan:
Melatih kesabaran
Melatih kasih saying
Cara melatih:
Ajarkan anak berbagi makanan dengan bermain
Biasakan anak untuk bersabar dan memahami bagaimana harus menunggu
giliran
Puji anak jika berhasil melakukan
c. Mulai menyadari perilaku baik dan buruk
Tujuan:
Mengetahui perbedaan perilaku, baik dan buruk
Mengajarkan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk
Ajarkan anak memahami perilaku baik dengan memberi contoh tingkah
laku
d. Terlihat percaya diri
Tujuan:
Melatih keberanian
Cara melatih:
Ajari anak untuk memiliki konsep diri missal: tidak pemalu
e. Menunjukan dengan cara sopan jika kesal atau gagal
Tujuan:
Melatih mengendalikan emosi
Cara melatih:
Biasakan anak menunjukan tingkah laku sopan bila sedang kesal
Menurut Nursalam (2008), masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah
baik bagi orang tua maupun. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam
melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini. Petunjuk bimbingan untuk orang tua
bagi anak usia 3-5 tahun
a. Umur 3 tahun
1. Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan minat anak terhadap hubungan yang
luas.
2. Menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke taman kanak-kanak.
3. Menekan pentingnya batas-batas/tata cara/peraturan.
4. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi tingkah laku yang berlebihan
sehingga dapat menurunkan tension/ketegangan.
5. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif-alternatif
6. Memberikan gambaran mengenai perubahan pada usia 3,5 tahun ketika anak
kurang berkoordinasi motorik dan emosionalnya, merasa tidak aman, serta
menunjukan emosi dan perkembangan tingkah laku yang ekstrim seperti gagap.
7. Menyiapkan orang tua untuk mengekspetasi tuntutan-tuntutan akan perhatian
ekstra dari anak, yang merupakan refleksi dari emosi tidak aman dan ketakutan