• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU IBU

DALAM MEMBERIKAN STIMULASI

PERKEMBANGAN

SOSIAL

ANAK

USIA

3.5

TAHUN

DI

DESA

'

SINDANGWANGI

Skipsi diajukan sebagai tugas akhir strata-l (S-l) pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan rmtuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan

Universilas lslam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

RISMA BUDTYA}ITI

108104rI00018

PROGRAM

STI]I}I

ILMU

KEPERAWATAT\I

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

ILMU

KESEHATAN

UNIYERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF'

HIDAYATULLAH

JAKARTA

143s

rV

201s

M

I ITL.

(2)

I

:

S kripsi dengan judul

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAIVI MEMBERIKAN STIMULASI

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

USIA 3-5 TAHUN DI DESA SINDANGWANGI

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skipsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakurtas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSTIN OLEH

RISMA BUDIYANTI NIM 108104000018

lakarta, Januai 2Ol4

Pembimbing I

NIP: 197902102005012002

PROGRAM STUDI

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

ILMU

KESEHATAN

I-IIN SYARIF

HIDAYATULLAI{ JAIi{ITTA

1435

W2ot4M

MAULINA H4JYDAYANI S.K

(3)

PANITIA

SIDANG

UJIAN

SKRIPSI

SKRIPSI DENGAN JUDUL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL

ANAK USIA3-5 TAHT]N DI DESASINDANGWANGI

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh Nama : Risma Budiyanti

Nim: 108104000018

Penguji I

Maulina Handayani. S.kep. M.Sc

NIP : 197902102005012002

Penguji I

NIP: I5040868

Penguji III

f-J

Ns. Usrlatun Khasanah, S.Kep. MNS

(4)

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. (hc)dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp. And

(5)

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa :

l.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di Fakurtas Kedokteran dan Il*ru Kesehatan universitas Islam Negeri (uIN) Syarif Hidayatulrah Jakarta

2.

Serrua surnber yang saya gunakan dalarn penulisan ini telah saya canturnkan

sesuai dengan ketenfuan yang berlaku

di

Fakultas Kedokteran dan Irrnu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatultah Jakarta

3.

Jika kernudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan universitas

(6)

Nama Risrna Budiyanti

Tempat Tanggal

Lahir

: Ciamis, 12 November 1990

Agama Status Alamat

Telepontlp

E-rnail

Riwayat Pendidikan

1.

TK PGRI Pataruman

2.

SDN I Ciganjeung

3.

SMP N 2 Padaherang

4.

SMAN

l

Ciarnis

Islarn

Belum Menikah

Jl. Raya Pangandaran no. 843 Dusun Balater RT 006/ RW 003 Desa Sindangwangi, Kecamatan padaherang,

Kabupaten Pangandaran

-

Jawa ba rat 462g4

: 083827150169

: rismabudiyanti 1 2@yahoo.corn

(r996-2002)

(2002-200s) (2005-2008)

Pengalaman Seminar

I

.

Seminar "The Porver of Herbal,' pa<ia tatrun 2009

2'

Pclatihan Sirkunrsisi "Menumtruhkan Insan cita yang Terarnpil Dan peduri
(7)

pada tahun 2009

4.

Seminar Kesehatan "Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rurnah,.

pada tahun 2010

5.

Seminar Profesi Kesehatan Masyarakat ..Sudah Amankah Anda Berkendara?,,

pada tahun 201 1

6.

Seminar Nasional "Peningkatan Peran dan Fungsi pemuda Dalam Rangka

Mewujudkan Masyarakat

Adil

Makmur

di

Tengah Era Globalisasi,. pada tahun 201 I

7.

Seminar Nasional

"

Combat Antirnicrobial Drugs Resistance,. pada tahun

20l

l

8-

Diskusi Publik "Profesionalisrne Kepe,rimpinan Mahasisrva Kesehatan Islar.,

dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015,'pada tahun 2012

9.

Seminar Nasional "Sinergi LKMI Untuk Bangsa yang Sehat,,pada tahun 2012

10. Seminar Nasional "Uji Kompetensi Nasional perawat: Meningkatkan peran

dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global,' pada tahun 201 2

1 1. Diskusi Publik "Forum Kcimunikasi Sistem Jaminan Sosial Nasional.. pacla

tahun 201 2

12. Pelatihan Insan Cita Rescuc pada tahun 20 l2

(8)

Menyongsong Era BPJS" pada tahun 2013

Rirvayat Organisasi

Bendahara II BEMJ PSIK FKIK 2009-2011

1.

2. Staff Ahli Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LKMI-HMI) 2011-2012

3.

Ketua Bidang Kewirausahaan KOMFAKDIK

HMI

2OlZ-2013

4.

Staff Ahli Bidang Pemberdayaan Perempuan Himpunan Mahasiswa Islam
(9)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2014 Risma Budiyanti

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan perilaku Ibu dalam

Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi

xvii+107 hal, 14 tabel, 2 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun, kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan turnbuh kembang anak.

Stimulasi tumbuh kembang dilakukan oleh orang tua sebagai orang terdekai. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan sesuai dengan tahap perkembangan akan

lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat itimulasi

atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan

sikap dengan perilaku ibu dalam mernberikan stirnulasi perkembangan sosial anak

usia 3-5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 97. Hasil analisis didapatkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalarn rnemberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan (p talue:0.007) dan usia +8-60 bulan (p value

:

0.001) serta ada hubungan antara sikap dan perilaku ibu dalarn memberikan stimulasi perkernbangan sosial anak 36-48 bulan Qt

value:

0.000) dan tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku

ibu

dalam mernberikan stimulasi perkernbangan sosial anak usia 48-60 bulan (p valtrc = 1.000).

Diharapkan orang

tua

khususnya

ibu

dapat meningkatkan pengetahuan dan

memperbaiki sikap serta perilaku dalarn rnemberikan stinulasi perkembangan sosial

anak dan mernberikan stimulasi yang teratur sesuai tahap perkembangan anak.

(10)

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA

Undergraduate thesis, January 20 1 4

Risma Budiyanti

Relationship Betrveen

Social Development Sindangwangi

Knowledge and Attitude with Mother,s Behavior in the

Stimulation

0f

3-5

Years

Old

Children

in

Desa

xvii+l0f pngs51, 14 tables, 2 sketch, 3 appendixes

ABSTRACT

Stimulation is the basic ability to stimulate activity of children aged 0-6 years , the lack of stimulation cim cause deviations of child development . Stimulation of growth

and development is done by the parents as the nearest person . Children who received stimulation directed and in accordance with the stage ofdevelopment will grow faster than children who received less stimulation or no stimulation .

The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and

attitude to provide stimulation of rnatemal behavior in the social development of

children aged 3-5 years . This research is a quantitative study with cross-sectional design and nurnber sample were 97 respondents. The analysis we found that there is a relationship between knowledge

of

the mother's behavior

in a

stimulating social development ofchildren aged 36-48 months ( p value: 0.007 ) and age 4g-60 months ( p value: 0.001 ) and no relationship between maternal attitudes and behavior in a

stimulating social development of children 36-48 months

( p

value

:

0.000

)

and there was no relationship between uratemal attitudes and behavior in a stirnulating social development ofchildren aged 48-60 r)lonths (p value = 1.000) .

It is expected that parents, especially mothers can increase knowledge and irnprove attitudes and behaviors in a stirrulating social developrnent of childr-en and piovide appropriate stirnulation regularly stages of child developrnent.

Keyr.vords : behavior in stin.rulation of social developrrent of children , knowledge ,

(11)

As s a I anu' alailatm l{r. Wb

Alharndulitlah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah rnemberikan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang rnenjadi salah satu syarat kelulusan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula sholawat serta salam penulis sanjungkar kepada baginda revolusi Islam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi alam jagad raya ini.

Skripsi ini membahas tentang

"

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stirnulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi "

Dalam penyrsunan skripsi ini, penulis telah rnendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1.

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya-2.

Terima kasih kepada Papah "Enjo Sua4'o" dan Marnah "Tita Hartati" atas do'a

dorongan dan semangat, sehingga peneliti dapat rrenyelesaikan pendidikan perguruan tinggi ini.

3.

Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ihnu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla

4.

Bapak Waras Budi Utorno, S. Kep, MKM selaku Ketua Prograur Studi llrnu
(12)

Keperawatan

6.

Ibu

Maulina Handayani, S.Kep,M.Sc selaku Pembirnbing

I

yang telah

mernbirnbing dan nemberikan motivasi

7.

Ibu Yuli Amran, S.KM, M.KM selaku Pembimbing

II

yang telah rnernbirnbing

dan mernberikan motivasi

8.

Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan

rrotivasi

9.

Segenap Staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi ilmu Keperar.vatan

Penulis menyadari bahwa rnasih banyak kekurangan dalam proses skripsi ini,

karena sesungguhnya kesempumaan

milik

Allah.

Semoga skripsi

ini

bisa dikembangkan kembali dan dapat mernberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umurnnya bagi pembaca yang metnpergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan. Amien

lVu s s a I a nt u' a la i ktun Wr.

llb

Jakarla, Januari 2014

(13)

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBARPERNYATAAN RIWAYATHIDI]P

. . . - . . . - - . . . , . . . . I I

.. vl

... VUt

ABSTRAK ABTRACT

KATAPENGANTAR ... vlll

DAFTARISI DAFTARTABEL DAFTARBAGAN

BAB I PENDAIIT]LUAN

A. . Latar Belakang ... ,

B.

Rumusan Masalah .'..'..,...'.. 9
(14)

C. Perken.rb angan Sosial Anak ....24

D. Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun ,o

E.

Kebutuhan Dasar Turnbuh Kembang

F.

Stimulasi G. Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun ....-...32

H.

Cara Stimulasi Perkembangan Sosial

Anak

... 36

... 41

...-.. 57

BAB

III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ...59

B.

Hipotesis

C.

Definisi Operasional

BABIV

N{ETODOLOGI PENELITIAN

A.

Desain Penelitian

C.

Populasi dan Sanrpel ... 66

... 66

l.

Populasi

29 30

(15)

1t-F.

G.

H.

...7 5

... 7 5

(16)

anak usia 3-5

tahun

9l

3.

Gambaran sikap ibu dalam mernberikan stirnulasi perkembangan

sosial anak usia 3-5 tahun

.,...-...,

...,92

4.

Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun ...94

5.

Hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun ... 97

B.

Kelerbatasan Penelitian 100

BAB

\TI

KESIMPULAII DAN SARAN
(17)

Nornor

tabel

Halaman Tabel

3.1

Definisi Operasional

...

... 62

Tabel

4.1

Tabel Indeks Korelasi

...

...72

Tabel4.2

Tabel Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... ...74

Tabel

5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Anak

di Desa Sindangwangi Tahun

2014

...79 Tabel

5.2

Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Tentang Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa

Sindangwangi Tahun 2014

...

... 80

Tabel

5.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di

Desa Sindangwangi Tahun

2014

... 80

Tabel

5.4

Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di

Desa Sindangwangi Tahun

2014

...

t,

Tabel

5.5

Distribusi Frekuensi Perilaku ibu Tentang Stimulasi Perkenbangan

Sosial Anak Usia48-60 Bulan di

Desa Sindangwangi Tahun 2014 ... 82 Tabel

5.6

Distribusi Frekuensi Pengetahuan lbu Tentang Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 46-60 Bulan di

[image:17.595.23.579.47.790.2]
(18)

Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di

Desa Sindangwangi Tahun

2014

... 83 Tabel

5.8

Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan

dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan

di Desa Sindangwangi Tahun

2014

... 84 Tabel

5.9

Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku

Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi

Tahun

2014

... 86

Tabel

5.10

Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku lbu dalarn Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial Anak 48-60 Bulan di Desa Sindangrvangi

Tahun

2014

... 87

Tabel

5.11

Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di Desa Sindangrvangi [image:18.595.48.577.38.563.2]
(19)
(20)

PENDAHULUAN

A.

LATARBELAKANG

Perkembangan raerupakan bertambah sempumanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kembang kematangan dan belajar (Wong, 2000

dalam Hidayat, 20O9).perkembangan pada anak mencakup perkembangan

motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan

perkembangan sosial (Hidayat, 2009).

Anak

adalah makhluk sosial seperti

juga

orang dewasa. Anak

membutuhkan

orang

lain

untuk

dapat

mernbantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan dan kelebihannya.

Untuk mencapai perkembangan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya,

maka anak membutuhkan rangsangan dari orang_orang yang ada disekitamya. Hal

ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh John Locke dalam Gunarsa (19g6) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.

Rasulullah SAW bersabda :

JE : JU

a;

it

o-r;1-r^ gi

;t

;;-)tt.o a/

;.J

.Ji af ,S-tilt

if-.;

3i

,r

U"u

,.rl u-u

f

"""J,

Jj.l

4iL-.,,r-

ti

;et

1i,ir.r..? otlij .rt;Jr ._sI" Jr:

,f

J-<J

-,

&,iir

,rf.-;r

'tc,-r'> l.,i

.,i

.l^

i.:*,l

"Setiap a,ak lahir (daranr keadaa,) tih'ah. kedua orang tua,ya (memiliki

(21)

tetapi paling terpenting mempengaruhi perkembangan manusia adalah kedua

orang tuanya sendiri.

Perkembangan sosial pada masa prasekolah atau usia 3-5 tahun adalah adanya

kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat

permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan

terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (Wong, 2000 dalam Hidayat,

2009).

Di dalam pergaulan antar sesama manusia, keterampilan sosial memainkan

peranan yang penting. Jika ini tidak terjadi dengan baik, maka manusia tidak mampu

berfungsi dengan baik, sehingga hubungan dengan orang lain akan berjalan tidak

lancar (Steven dkk, 1999).

Jean piaget mengatakan bahwa interaksi sosial, terlebih interaksi dengan

teman-teman sekelompok, mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan

pemikiran anak. Dengan interaksi ini anak dapat membandingkan pemikiran dan

pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain.

Proses sosialisasi untuk lingkungan anak memerlukan teman sebaya. Tetapi

perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak bergaul

(Soetjiningsih, 1995) Keluarga menjadi fokus perhatian untuk memaksimalkan

potensi anak.Pengetahuan dan kesadaran dari keluarga dan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan esensial anak, yaitu kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan, kasih

saying, stimulasi perkembangan, pendidikan dan perlindungan anak memegang

peranan yang sangat penting (DepKes RI, 2011).

Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil

interaksi antar faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan.Agar

(22)

maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu.Menurut Soetjiningsih

(2000) dalam Nursalam (2008) kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi

tiga, yaitu asuh, asih dan asah.

Menurut Kurniasih (2006), tiga kebutuhan pokok untuk mengembangankan

kecerdasan antara lain adalah kebutuhan fisik, emosi (kasih sayang) dan stimulasi.

Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Dimana anak yang

mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi(Soetjiningsih,

1995).

Menurut penelitian yang dilakukan Martiningsih, dkk(2008), tentang pengaruh

stimulasi terhadap perkembangan anak sebagai tindak lanjut pasca DDTK massal.

Dari penelitian ini didapatkan hasil perkembangan anak sebelum dilakukan intervensi

dalam kategori sesuai sebanyak 0%, kategori meragukan 70%, kategori menyimpang

sebanyak 30%.Setelah dilakukan intervensi perkembangan anak pada kategori sesuai

sebanyak 65%, kategori meragukan sebanyak 25% sedang dalam kategori

menyimpang sebanyak 10%.Hasil uji terdapat pengaruh stimulasi perkembangan

terhadap perkembangan anak.Peneliti melakukan pendidikan atau penyuluhan kepada

orang tua anak tentang stimulasi dan menganjurkan untuk melakasankannya, untuk

kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya. Data post-test diperoleh dengan cara

melakukan wawancara dan observasi langsung pada responden dengan menggunakan

kuesioner kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).

Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa keterampilan mengasuh dan

memberikan stimulasi pada anak dengan sendirinya dimiliki jika waktunya

tiba.Padahal pengetahuan dan keterampilan tentang stimulasi harus dipahami dengan

(23)

(knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice) tentang stimulasi merupakan

salah satu faktor penting karena orang tua dapat lebih memahami cara mengasuh dan

mendidik anak yang baik dan benar (Arip, 2008 dalam Ani, 2008).

Pendidikan orang tuamerupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh

kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima

segala informasi dari luar terurtama tentang cara pengasuhan anak yang baik,

bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih,

1995). Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif

rendah, mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit berarti anak tidak

mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya

(Nursalam, 2008).Dalam hal ini pendidikan dapat dikaitkan dengan pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoatmodjo, 2002).

Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat diperoleh melalui pendidikan,

pengalaman diri sendiri, dan pengalaman orang lain, media massa serta lingkungan

(Hurlock, 2002).

Menurut penelitian Qoriah dan Mardikaningsih (2011), tentang tingkat

pengetahuan ibu dengan perkembangan sosial balita umur 4-5 tahun didapatkan

tingkat pengetahuan baik sebanyak 46,7% dan responden dengan tingkat pengetahuan

cukup sebanyak 23,3%. Sedangkan tingkat perkembangan sosial tinggi anak (36,7%),

tingkat perkembangan sosial kategori rendah (33.3%) dan tingkat perkembangan

sosial sedang (30%).

Hendaknya ibu member kesempatan dan kebebasan yang cukup untuk anak

(24)

menjawab seluruh pertanyaan dan tidak menghambat fantasi serta kreasi anak dalam

bermain dan berinteraksi dengan lingkungan. Sebaliknya, jika ibu menghambat

perkembangan pada masa ini, maka anak akan mengalami keterlambatan dalam

perkembangan (Eni, 2008). Pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak

sangat penting.Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar

tentang maksud dari stimulasi perkembangan pada anak maupun tujuan pemberian

stimulasi.

Daniel Goleman (1996) dalam Iriyanto (2006) menyatakan bahwa kecerdasan

sosial sangat penting peranannya dalam menentukan keberhasilan

seseorang.Persentasenya bias mencapai 80%. Berdasarkan penelitian Hurlock (1995)

dalam Nugraha dan Rachmawati (2005), anak yang kurang mendapat stimulasi

perkembangan sosial banyak yang mengalami kehausan atau kelaparan emosi

(emotional starved). Kondisi ini kemudian berkembang menjadi pribadi yang labil,

memiliki hambatan dalam penyesuaian diri, dan menjadi pribadi yang tidak bahagia

pada tahap perkembangan selanjutnya.

Anak yang kurang mendapat stimulasi kasih sayang dari lingkungan sosialnya

juga berdampak pada fisik.Fisik anak menjadi lemah, kurang berkembang, dan tidak

berdaya.Ini terjadi karena anak-anak yang sedih (mengalami emosi negatif) terdapat

hambatan pada sekresi hormon kelenjar dibawah otak (pituitary hormon) termasuk

didalamnya hormone pertumbuhan.Dapat disimpulkan bahwa stimulasi

perkembangan sosial dan emosi menentukan perkembangan individu selanjutnya

(Hurlock, 1995).

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

(25)

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut

merespon (Notoatmodjo, 2007).

Stimulasi paling banyak didapatkan dari lingkungan terdekat anak.Keluarga

atau orang tua, khususnya ibu, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi

seorang anak balita (soetjiningsih, 1995). Interaksi antara anak dan orang tua,

terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara

keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan

anaknya dan sedini mungkin untuk memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak

secara menyeluruh.

Goleman (1996) menyatakan bahwa, hanya sekitar 20 persen kemampuan

hardskill yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, sementara 80 persen

sisanya adalah softskill yang termasuk didalamnya kemampuan membina hubungan

dengan orang lain (keterampilan sosial). Hal ini menunjukan betapa pentingnya

stimulus yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk merangsang perkembangan

sosial pada anak.Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan

interaksi antar anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya (Soetjiningsih,

1995 dalam Latifah, 2007).

Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa peranan orang tua dalam lingkungan

keluarga yang penting adalah memberi pengalaman belajar pada anak-anak dari usia

dini, sebab pengalaman belajar merupakan faktor penting dalam pengembangan

pribadi anak. Pengsuh yang diterapkan orang tua pun berdampak pada perkembangan

sosial anak.

Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan

anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses

(26)

kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Orang tua

harus memahami tahap-tahap perkembangan anak agar anak bisa tumbuh kembang

secara optimal yaitu dengan memberi anak stimulasi.Orang tua jangan terlalu

overprotektif terhadap anak tetapi selalu memberi anak penghargaan berupa pujian,

belaian, pelukan dan sebagainya (Feiby, 2001 dalam Cahyani, 2009).

Hasil penelitian Handayani (2007), menunjukan bahwa sebagian besar ibu

mempunyai tingkat pengetahuan tentang perkembangan anak yang baik (58,3%)

dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang baik (58,3%). Hasil uji

statistic menunjukan bahwa p <0,001. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang

mempunyai anak 3-5 tahun di play group Pelangi Anak Umbulharjo Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997) menyatakan bahwa

perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus

menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan

masyarakat. Perkembangan sosial pada anak sangat diperlukan karena anak

merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.

Apabila pada masa kanak-kanak ini anak akan mampu melakukan hubungan sosial

dengan baik dan anak akan mudah diterima sebgai anggota kelompok sosial ditempat

mereka mengembangkan diri (Hurlock, 1998).

Menurut Nursalam (2008), stimulasi perkembangan sosial anak dapat

dilakukan oleh lingkungan luar. Fenomena yang terjadi dilapangan bahwa

pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun masih

kurang. Hanya 30% (3 orang) dari sepuluh ibu yang mengatakan bahwa stimulasi

perkembangan anak datang dari lingkungan luar anak yang lainnya mengatakan

(27)

bagaimana cara menstimulasi perkembangan sosial anak. Hal ini terlihat dari perilaku

ibu yang lebih banyak membiarkan anaknya bermain sendiri di rumah setelah pulang

sekolah sebanya 70% (7 orang). Sebagian besar ibu juga jarang membawa anaknya

untuk berinteraksi.

Ibu mengatakan kendala yang dialami dalam menstimulasi perkembangan

sosial anak diantaranya adalah anak sulit untuk berkomunikasi dan bersosialisasi

kecuali dengan teman yang dikenalnya, anak pemalu, anak sering bertengkar dengan

teman sebayanya, ibu sering mendapat kata-kata yang kasar dan jorok dari anak serta

lingkungan yang kurang mendukung anak untuk bersosialisasi.

Hotmaria (2010), hasil penelitian didapatkan pengetahuan ibu tentang

pemberian stimulasi berbahasa pada anak usia 1-3 tahun dapat dikategorikan cukup

dengan persentase 45,5%. Sedangkan perkembangan bahasa pada anak usia 1-3 tahun

sesuai dengan persentase 47,8%. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seorang ibu

tentang pemberian stimulasi berbahasa merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

Penelitian sebelumnya yang pernah dialakukan diantaranya antara

pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia

3-5 tahun serta pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi berbahasa pada anak

usia 1-3 tahun. Stimulasi perkembangan sosial yang dilakukan oleh ibu penting agar

anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan sosial secara

optimal.Namun masih sedikit penelitian yang dilakukan terkait stimulasi

perkembangan sosial anak.Oleh karena itu, peneliti tertarik dan ingin mengetahui

bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian stimulasi

perkembangan sosial anaknya.

(28)

Berdasarkan hasil pendahuluan yang dilakukan di Desa Sindangwangi pada

bulan September 2013 terhadap 10 ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun didapatkan

bahwa 60% ibu kurang mengetahui bagaimana cara melakukan stimulasi

perkembangan sosial anak sesuai tahap perkembangan sosial anak sesuai tahap

perkembangan serta perilaku yang tidak memberikan kesempatan anak untuk

bersosialisasi dengan teman sebayanya dirumah.

Mengingat peranan ibu yang besar, maka pengetahuan ibu tentang stimulasi

dan perkembangan sosial anak sangat diperlukan. Keterlambatan juga sering

disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak untuk mempelajari cara bersosialisasi

dengan teman sebayanya.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis dapat merumuskan

masalah penelitian: Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan

perilaku ibu dalam meberikan stimulasi stimulasi perkembangan sosial anak umur 3-5

tahun di Desa Sindangwangi?

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum:

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan

sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial

anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.

2. Tujuan Kuhusus:

a. Diketahui tentang gambaran perilaku ibu dalam meberikan stimulasi

(29)

b. Diketahui tentang gambaran ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak

usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.

c. Diketahui tentang gambaran sikap ibu tentang stimulasi perkembangan sosial

anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.

d. Diketahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa

Sindangwangi.

e. Diketahui hubungan antara sikap ibu engan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anka usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk Orang Tua

Hasil penelitian ini untuk menemabah minat dan perhatian orang tua untuk

melakukan stimulasi perkembangan sosial anak sehingga anak dapat berkembang

secara optimal.

2. Untuk Pendidikan Ilmu Keperawatan Anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan bagi pendidikan keperawatan khususnya mata ajar keperawatan

anak.

3. Untuk Penelitian Akan Datang

Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian

lain dengan ruang lingkup yang sama.

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian dilakukan untuk mengindentifikasi pengetahuan dan sikap

(30)

yang mempunyai anak usia 3-5 tahun. Penelitian akan dilakukan pada bulan

Desember 2013. Penelitian ini dilakukan dengan Desain studi analitik dan metode

cross sectional pendekatan kuantitatif.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

mempunyai anak umur 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.Data yang digunakan adalah

data primer dengan menggunakan Angket/kuesioner.Kuesioner menggunakan skala

likert untuk identifikasi sikap dan perilaku ibu.Sedangkan data sekunder diperoleh

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang Anak

1. Konsep Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan merupakan beratmbah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian

tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan

bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh

kematangan dan belajar (Wong, 2000).

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat dua peristiwa, yaitu

peristiwa percepatan dan perlambatan (Hidayat, 2009).Peristiwa tersebut

merupakan kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh, namun masih saling

berhubungan satu dengan yang lain, misalnya terjadi perubahan tentang besarnya,

jumlah, dan ukuran di tingkat sel maupun organ pada individu serta perubahan

bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

intelektual.

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan

dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun emosional.Pertumbuhan dan

perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuranbesar kecilnya fungsi

organ mulai dari tingkat sehingga perubahan organ tubuh.Pertumbuhan dan

perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolok

maupun abstrak, seperti bicara, bermain, berhitung, membaca dan

lain-lain.Pertumbuhan dan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari

(32)

2. Prinsip Tumbuh Kembang Anak

Menurut Hidayat (2009), Secara umum pertumbuhan dan perkembangan

memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya . Proses tersebut dapat menentukan

cirri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip

tersebut antara lain:

a. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat begantung pada aspek

kematangan susunan saraf pada manusia, dimana semakin sempurna atau

komplek kematangan saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan

dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses konsepsi sampai dengan

dewasa.

b. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu

mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut

tidak memiliki kecepatan yang sama anatara individu yang satu dengan yang

lain.

c. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola yang khas yang dapat

terjadi mulai dari kepala hingga keseluruh bagian tubuh dan juga mulai dari

kemampuan yang sederhana hingga mencapai kematangan yang lebih

kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari tahap pertumbuhan dan

perkembangan (Narenda, 2002 dalam Hidayat, 2009).

3. Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Dalam peristiwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri

khas yang membedakan komponen satu dengan yang lain.

(33)

1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.

2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat dilihat

dari proporsi fisik atau organ manusia yang muncul dari mulai masa

konsepsi hingga dewasa.

3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama

yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus,

lepasnya gigi susu, atau hilangnya reflek-reflek tertentu.

4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri-ciri baru yang secara perlahan

mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila,

pubis, atau dada (Hidayat, 2009).

b. Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perkembanga selalu melibatkan pertumbuhan yang diikuti dari perubahan

fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi, akan diikuti perubahan

pada fungsi alat kelamin.

2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hokum tetap, yaitu

perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kea rah kaudal

atau dari bagian proximal ke bagian distal.

3. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan

melakukan yang sederhana menuju kemampuan yang melakukan hal yang

sempurna.

4. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian

(34)

5. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di

mana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Hidayat,

2009).

4. Tahap Tumbuh Kembang

Menurut Nursalam (2008), manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai

tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap tumbuhkembang mempunyai ciri

tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada

masa anak-anak.

Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak.

Menurut Hurlock (1998), tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masa pralahir (pembuahan sampai lahir)

Sebelum lahir, perkembangan berlangsung sangat cepat, terutama terjadi

secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh.

2. Masa neonates (lahir sampai 10-14 hari)

Masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate (berasal dari kata

Yunani ”neos” yang berarti “baru” dan kata kerja latin “nascor”yang berarti

dilahirkan). Selama waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang seluruhnya baru di luar rahim ibu.Pertumbuhan untuk

sementara terhenti.

3. Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun)

Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka

belajar untuk mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat

bergantung pada dirinya sendiri.Perubahan ini disertai timbulnya perasaan

(35)

4. Masa kanak-kanak (2 tahun sampai remaja)

Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian:

1) Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau

“prakelompok” . Anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai

belajar menyesuaikan diri secara sosial.

2) Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14

tahun pada anak laki-laki) adalah periode dimana terjadi kematangan

seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini

merupakan usia sekolah atau “usia kelompok”.

5. Masa puber (11 sampai 16 tahun)

Merupakan periode yang saling tumpang-tindih, kira-kira dua tahun

meliputi akhir masa kanak-kanak dan 2 tahun meliputi awal masa remaja.

Masa puber berlangsung dari usia 11 sampai 15 tahun pada gadis dan dari 12

sampai 16 tahun pada jejaka. Tubuh anak sekarang berubah menjadi tubuh

orang dewasa.

Setiap anak melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan kesinambungan

(Nursalam, 2009).Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai

untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dua pertiga masa kehidupan

berikutnya.Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang

pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting.

6. Tahap tumbuh kembang usia 3-5 tahun

Menurut Nursalam (2008), pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada

masa ini. Anak kelihatan lebih langsing, pertumbuhan fisik juga relatif pelan,

naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri, demikianlah pula halnya

(36)

berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada

tindakannya yang keliru.

Menurut teori Sigmund Frued, anak berada fase phalik, di mana anak

mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.Anak juga

mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai

kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.

Sedangkan menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berbeda pada

fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guility). Pada masa ini, anak

berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasinya, sehingga anak

banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak

diketahuinya.Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut

membuat anak merasa bersalah. Oleh sebab itu, salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah dengan jalan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri

anak (Jamaris, 2006).

Bertitik tolak dari pendapat ahli tersebut, maka dapat diketahui bahwa

perkembangan psikososial merupakan suatu bentuk perkembangan yang

bersifat kumulatif.Hal ini berarti bahwa perkembangan psikososial pada

tahap selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan dalam

perkembangan psikososial pada tahap awal, maka keadaan ini akan

mempengaruhi perkembangan psikososial pada tahap selanjutnya (Jamaris,

2006).

B. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang

(37)

hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang

terorganisasi IDAI (2002) dalam Nursalam (2008).

1. Aspek-aspek perkembangan

Perkembangan manusia mencakup perubahan dan kestabilan berbagai aspek

dalam dirinya, mencakup perkembangan fisik, kognitif, dan aspek-aspek tersebut

saling psikososial, dan dalam kehidupannya, aspek-aspek tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain (Hidayat, 2009).

1) Perkembangan fisik (misalnya, pertumbuhan bdan dan otak, kapasitas sensor,

keterampilan motorik, dan kesehatan) mungkin mempengaruhi aspek lain

dalam perkembangan.

2) Perkembangan kognitif (perubahan dan stabilitas pada mampuan mental:

belajar, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran moral, dan kreativitas)

berhubungan erat dengan perkembangan fisik dan emosi.

3) Perkembangan psikososial (perubahan dan stabilitas pada kepribadian dan

relasi sosial), aspek ini akan mempengaruhi fungsi kognitif dan fisik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Menurut Soetjiningsih (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.

1) Faktor dalam (internal)

a. Genetik

Pengaruh genetik bersifat heredo-konstitusional yang artinya bahwa

bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor keturunan. Faktor

genetik akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan, kematangan

(38)

b. Pengaruh hormon

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal yaitu saat janin

berumur 4 bulan.Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat dan kelenjar

pituitary dan tiroid mulai bekerja.Hormon yang berpengaruh terutama

adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar

pituitary.

2) Faktor lingkungan (eksternal)

Faktor yang berasal dari lingkungan dapat dikelompokkan menjadi

faktor pranatal (selama kehamilan), dan faktor postnatal.

a. Faktor pranatal (Selama Kehamilan), meliputi:

1. Gizi

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada

waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Badan

Lahir Rendah) atau lahir mati.Disamping itu, dapat pula menyebabkan

hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru

lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.

2. Toksin, zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap

obat-obatan kimia kerna dapat menyebabkan kelainan bawaan. Ibu hamil yang

perokok atau peminum alkohol akan melahirkan bayi yang cacat.

3. Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua kehamilan oleh TORCH

(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex), PMS

(Penyakit Menular Seksual), penyakit virus lainya dapat mengakibatkan

(39)

4. Kelainan imunologi

Kelainan imunologi akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin karena dapat menyebabkan terjadinya abortus, selain

itu juga kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi

gangguan dalam plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat lahir

rendah.

5. Psikologi ibu

Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi

tumbuh kembang janin yang terdapat di dalam kandungan karena janin

dapat ikut merasakan apabila ibunya sedang sedih. Ibu hamil yang

mengalami gangguan psikologi, maka dia tidak akan memperhatikan

kondisi kandungannya dan akan berakibat pada kelahiran bayi yang tidak

sehat.

b. Faktor postnatal, meliputi:

1. Pengetahuan ibu

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu dalam perkembangan anak. Ibu yang mempunyai

pengetahuan kurang, maka tidak akan memberikan stimulasi pada

perkembangan anaknya sehingga perkembangan anak akan terlambat,

sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik, maka akan

memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya.

2. Gizi

Makanan memegang peranan penting dalam proses tumbuh

kembang anak. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, terdapat

(40)

karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Seorang anak yang

kebutuhan zat gizinya kurang atau tidak terpeuhi, maka dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.

3. Budaya lingkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam memahami

atau mempersepsikan pola hidup sehat.

4. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak.Hal ini dapat terlihat pada anak dengan status sosial

ekonomi tinggi, pemenuhan kebetulan gizinya sangat baik dibandingkan

dengan anak yang status ekonominya rendah.

5. Lingkungan fisik

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,

mempunyai dampak yang negative terhadp pertumbuhan anak.Kebersihan

lingkungan maupun kebersihan perseorangan memegan peranan penting

dalam timbulnya penyakit. Demikian pula dengan populasi udara baik

yang berasal daripabrik, asap rokok atau asap kendaraan dapat

menyebakan timbulnya penyakit. Anak sering sakit, maka tumbuh

kembangnya akan terganggu.

6. Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat

penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Interaksi timbal

balik antar ibu dan anak akan menimbulkan keakraban anatara ibu dan

(41)

arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya

kedekatan dan kepercayaan antara keduanya.

7. Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, misalnya:

penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota

keluarga lain terhadap kegitan anak, perilaku ibu terhadap perilaku anak.

Anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

8. Olahraga atau latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak,

karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke

seluruh tubuh dapat teratur.Selain itu, latihan juga meningkatkan stimulasi

perkembangan otot pertumbuhan sel.

C. Perkembangan Sosial Anak

Menurut Hurlock (1998), perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan

berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Menjadi orang yang mampu

bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah

dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam

satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.

Menurut Wong (2000) dalam Hidayat (2009), perkembangan perilaku

sosial/adaptasi sosial pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai berikut:

1. Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan adaptasi sosial atau perilaku masa neonates ini dapat

ditunjukan dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk

(42)

2. Masa bayi (28 hari-1 tahun)

a. Usia 1-4 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan

kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum

bila diajak tersenyum; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam

sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun;

menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah-wajah yang

dikenalinya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).

b. Usia 4-8 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa

takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan

mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang

kesal.

c. Usia 8-12 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan

kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum

dengan cankir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan

orang lain.

3. Masa Anak (1-2 tahun)

Perkembangan adaptasi sosial anak dapat ditunjukan dengan adanya

kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai mengosok

gigi, serta mengenakan baju sendiri.

4. Masa prasekolah (2-6 tahun)

Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya

(43)

membuat permintaansederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan

kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga.

Nugraha dan Rachmawati (2005) dalam Soetjiningsih (1995),

mengemukakan ada beberapa hal yang dapat orang tua lakukan untuk

mengembangkan kemampuan sosial anak yaitu:

1. Lakukan rutinitas, seperti memberikan makan, mengganti pakaian,

memandikan atau merindukan, sehingga anak mengerti tentang rutinitas

tersebut dan akan membuat anak mengenal lebih dekat siapa yang berinteraksi

dengannya setiap hari.

2. Libatkan anak dalam kehidupan keluarga (anak berada di antara anggota

keluarga yang lain)

3. Sertakan anak dalam aktivitas di rumah, biarkan anak membantu dan merasa

tanggung jawab di rumah, seperti saat makan atau minum membersihkan

perobatan dan memberi makan hewan peliharaan.

4. Bila memungkinkan sertakan anak jika akan berpergian.

5. Beri anak waktu atau kesempatan untuk mengamati atau mendengarkan situasi

tertentu, misal ke sekolah atau tempat berkumpul anak.

6. Ajarkan anak sikap-sikap yang perlu dimiliki dalam sebuah persahabatan dan

berilah semangat agar sikap-sikap tersebut saat melekat dengan baik.

7. Kenalkan tentang rasa hormat, persahabatan, dan kepedulian terhadap orang

lain.

8. Ajaklah anak berbicara terbuka tentang hal-hal yang disarankan.

9. Berikan saran atau petunjuk tentang cara mengatasi masalah atau menenmukan

(44)

10.Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar

individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat

berkembang daripada anak yang kurang mendapakan stimulasi. Stimulasi

dapat berfungsi sebagai penguat (reinforcement).

11.Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tehap-tahap perkembangannya.

12.Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya,

perhatian beralih ke teman sebayanya (pergroup). Akan sangat

menguntungkan apabila anak mempunyai kesempatan untuk bersosialisasi

dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih

banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak.

13.Anak memerlukan stimulasi taktil. Kurangnya stimulasi taktil dapat

menimbulkan penyimpangan perilaku sosial.

14.Perhatian dan kassih saying juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak.

Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak

sehingga anak lebih responsive terhadap lingkungannya lebih berkembang.

D. Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal dari umur 2-6 tahun, anak

belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di lingkungan

rumah terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar

menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain (Hurlock, 1998).

Masa kanak-kanak awal sering disebut “Usia Pragang” (Pregang Age). Pada masa

ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak yang lain meningkat

(45)

Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau

searah. Meskipun satu atau dua anak bermain didalam ruangan yang sama dan dengan

jenis mainan yang sama, inetraksi sosial yang terjadi sangat sedikit. Hubungan mereka

terutama terdiri atas meniru atau mengamati satu sama lain atau berusaha mengambil

mainan anak lain. (Hurlock, 1998).

Selama periode prasekolah, anak telah mengatasi berbagai ansietas yang

berkaitan dengan adanya orang asing dan perpisahan.Namun demikian mereka masih

membutuhkan bimbingan dan persetujuan dari orang tua.Mereka sudah menghadapi

perubahan dalam anak toddler (Azziah, 2012).

Anak prasekolah sudah mampu mengungkapkan keinginan dan melakukan secara

mandiri (Wong, 2009). Bermain merupakan hal yang penting bagi perkembangan

sosial anak terutama asosiatif, yaitu permainan kelompok dengan aktivitas yang sama

dan tanpa aturan yang kaku.

Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-ank mulai bermain bersama dalam kelompok,

berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir

siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama. Perilaku yang paling umum dari

kelompok ini ialah mengamati satu sama lain, melakukan percakapan, dan

memberikan saran lisan (Hurlock, 1998).

Studi terhadap anak-anak dalam masa prasekolah telah membuktikan bahwa

semakin dengan meningkatnya usia anak, pendekatan yang ramah meningkat dan

interaksi permainan semakin berkurang. Tahun demi tahun anak laki-laki semakin

melakukan pendekatan yang bermusuhan terhadap anak lain (Hurlock, 1998).

E. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang

Menurut Soetjiningsih (2000), kebutuhan dasar ini dikelompokan dasar ini

(46)

a. Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

Yang termasuk kebutuhan asuh adalah nutrisi yang mencakupi dan

seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan, hygiene diri dan

lingkungan dan keseragaman jasmani (olahraga dan rekreasi).

b. Asah (Kebutuhan Stimulus)

Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa

latihan dan bermain.Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi

yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang

mendapatkan stimulasi.

Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan

setelah lahir dengan cara menetekan bayi pada ibunya sendini mungkin. Asah

merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat

dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.

F. Stimulasi

Menurut Nursalam (2008), stimulasi adalah perangsangan yang datang dari

lingkungan luar anak, yang berupa latihan dan bermain. Stimulasi merupakan hal

yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak mendapat

stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang

kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai

penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak.Berbagai macam stimulasi seperti

stimulasi visual, verbal, auditif, taktil, dan lain-lain dapat mengoptimalkan

perkembangan anak (soetjiningsih, 1995).

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun

(47)

stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi

tumbuh kembang dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan

anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat

dilingkungan rumah tangga masing-masing penyimpangan tumbuh kembang anak

bahkan yang menetap (DepKes, 2008).

Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu sahn. Dengan

mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin

meningkat. Pemberian stimulus dapat dilakukan dengan latihan dan bermain. Anak

yang memperoleh stimulus yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan

anak yang kurang memperoleh stimulus (Nursalam, 2008). Kemampuan dasar anak

yang dirangsang dengan stimulus terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan

gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisi dan

kemandirian (DepKes, 2008).

Menurut Departemen Kesehatan (2008), dalam melakukan stimulasi tumbuh

kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

2. Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah

laku orang-orang yang terdekat dengannya.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan mengajak anak bermain, bernyanyi bervariasi,

menyenagkan , tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.

5. Lakukan dengan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,

terhadap ke empat aspek kemampuan dasar anak.

6. Gunakan alat bantu/ permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.

(48)

8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu hadiah atas keberhasilan.

Jenis stimulasi pada usia 3-5 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan

kreativitas dan sosialisasinya sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat

mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan; kemampuan bahasa;

mengembangkan kecerdasan; menumbuhkan sportifitas; mengembangkan koordinasi

motorik; mengembangkann dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus;

memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan; serta memperkenalkan

suasana kompetisi dan gotong-royong (Nursalam, 2008).

G. Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun

Stimulasi perkembangan sosial mempunyai tujuan untuk melatih kemampuan

bergaul agara anak dapat mudha berkawan, tidak canggung dlam memasuki

lingkungan baru, mengerti disiplin, sopan santun dan aturan-aturan baik di dalam

maupun diluar rumah (Prayoto, 2003).

Berikut ini adalah berbagai stimulasi perkembangan berdasarkan panduan dari

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) yang dapat dilakukan oleh ibu

terhadap anaknya yang tergolong usia prasekolah:

a. Stimulasi pada anak umur 36-48 bulan

1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:

 Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya.

 Dorong agar anak mau mengutarakan perasaannya.

 Ajak anak anda makan berasama keluarga.

(49)

 Bermain dengan anak, ajak agar anak mau membantu melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan.

2. Mengancingkan kancing tarik

Bila anak sudah bisa mengancingkan kencing besar, coba dengan kancing

yang lebih kecil. Ajari cara menutup dan membuka kancing tarik di bajunya.

3. Makan pakai sendok garpu

Bantu anak makan pakai sendok dan garpu dengan baik.

4. Memasak

Berikan anak membantu memasak seperti mngukur dan menimbang

menggunakan timbangan masak, mebubuhkan sesuatu, mengaduk, memotong

kue, dan sebagainya. Bicara pada anak apa yang diperbuat oleh anak berdua.

5. Mencuci tangan dan kaki

Tunjukan pada anak cara memakai sabun dan membasuh dengan air ketika

mencuci kaki dan tangannya. Setelah itu dapat dilakukannya, ajari ia untuk mandi

sendiri.

6. Menentukan batasan

Pada umur ini, sebagai bagian dari proses tumbuh kembangnya, anak-anak

mulai mengenal batasan dan peraturan. Bantu anak anda dalam membuat

keputusan dengan cara anada menentukan batasanya dan menawarkan pilihan.

Misalnya “kau bisa memilih anatara dua hal: dibacakan cerita atau bermain

sebelum tidur, kau tidak boleh memilih keduanya”.

b. Stimulasi pada anak umur 48-60 bulan

1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan

(50)

 Buat anak bermain dengan teman sebayanya.

 Ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan anak.

 Bersama-sama anak buatlah rencana jalan-jalan sesering mungkin. 2. Membentuk kemandirian

Beri kesempatan pada anak untuk mengunjungi tetangga terdekat, teman atau

saudara tanpa ditemani anda.Selanjutnya minta anak bercerita tentang

kunjungannya itu.

3. Membuat “boneka”

Tunjukan cara membuat “boneka” dari kertas. Gambar bagian muka dengan

spidol.Agar dapat berdiri tegak, pasang lidi sebagai “rangka/badan” boneka.Atau

buat “boneka” dari kaos kaki bekas.Gambar mata, hidung dan mulut.Gerkan jari

-jari tangan anda seolah-olah beoneka itu dapat berbicara.Buat agar anak mau

bermain dengan temannya selain bermain sendiri.

4. Membuat “album” keluarga

Bantu anak membuat album keluarga yang ditempeli dengan foto-foto anggota

keluarga. Tulis nama setiap orang dibawah fotonya.

5. Menggambar orang

Tunjukan pada anak cara menggambar orang pada selembar kertas. Jelaskan

ketika anda menggambar mata, hidung, bibir dan baju.

6. Mengikuti aturan permainan/petunjuk

Ajak anak bermain sekaligus belajar mengikuti aturan dan petunjuk

permainan.Pada awal permainan, beri perintah kepada anak, “berjalan tiga

langkah besar kedepan atau berjalan mundur lima langkah jinjit”. Setiap kali akan

(51)

Setelah anak bisa memainkan perintah ini, bergantian anak yang memberikan

perintah dan anda yang mengatakan: “boleh saya memulainya?”.

7. Bermain kreatif dengan teman-temannya

Undang kerumah 2-3 anak yang sebaya.Ajari anak-anak permainan dengan

bernyanyi, membuat boneka dengan kertas atau kaos kaki bekas dan kemudian

memainkannya.Minta anak untuk mau meniru tingkah laku binatang seperti yang

dilihatnya di kebun binatang.

8. Bermain “berjualan dan belanja di toko”

Kumpulkan benda-benda yang ada dirumah seperti sepatu, sandal, buku,

mainan, majalah, dan sebagainya untuk bermain “berjualan dan belanja di

toko”.Tulis harga setiap benda pada secarik kertas kecil.Buat “uang kertas” dari

potongan kertas dan “uang logam” dari kancing atau tutup botol.Kemudian minta

anak berperan sebagai pemilik toko, anda dan anak yang lain pura-pura membeli

benda-benda itu dengan “uang kertas” dan “uang logam”.Selanjutnya secara

bergantian anak-anak menjadi pembeli dan pemilik toko.

H. Cara Stimulasi Perkembangan Sosial Anak 3-5 Tahun

Prayoto (2003), mengatakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak yang

dilakukan oleh lingkungan (ayah, ibu, pengasuh anak, anggota keluarga lain) untuk

mempercepat tumbuh kembang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan kelambatan

tumbuh kembang anak.

Adapun kemampuan perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah sebgai berikut:

1. Usia 3-4 tahun

a. Bermain dengan teman-teman seusia/sebaya

(52)

 Untuk melatih anak agar mau bersosialisasi/bergaul dengan

teman-temannya

 Untuk melatih anak berani berkomunikasi

Cara melatih:

 Berikan kesempatan kepada anak untuk bermain dengan teman seusianya

 Sediakan beberapa jenis permainan yang bisa dipergunakan secara

bersama-sama.

 Biasakan anak minta izin jika akan meminjam mainan temannya dan harus

mengembalikannya.

b. Menunggu giliran

Tujuan:

 Untuk melatih anak agar dapat membiasakan diri untuk disiplin, sabar dan

menghargai hak-hak orang lain.

Cara melatih:

 Biasakan anak untuk bersabar, mau mengerti dan menunggu giliran

 Pujilah anak jika berhasil menunggu giliran

 Tanamkan disiplin dan hargai orang lain

c. Bisa memberi dan menerima

Tujuan:

 Untuk melatih anak memahami kebutuhan orang lain dan menghargai orang

lain.

Cara melatih:

 Ajak anak untuk mau berbagi dengan teman, misalkan meberi sebagian kue

(53)

2. Usia 4-5 tahun

a. Bermain dan bergaul

Tujuan:

 Mengenal orang lain

 Berkomunikasi dengan orang lain

Cara melatih:

 Latih anak untuk mampu/mau bergaul dengan anak-anak lain

 Biarkan anak bermain dan bergaul dengan teman-temannya

 Apabila anak enggan bergaul dengan orang lain, orang tua perlu mengajak

anak bermain dengan teman sebayanya

b. Mamahami akan berbagi dan menunggu giliran

Tujuan:

 Melatih kesabaran

 Melatih kasih saying

Cara melatih:

 Ajarkan anak berbagi makanan dengan bermain

 Biasakan anak untuk bersabar dan memahami bagaimana harus menunggu

giliran

 Puji anak jika berhasil melakukan

c. Mulai menyadari perilaku baik dan buruk

Tujuan:

 Mengetahui perbedaan perilaku, baik dan buruk

 Mengajarkan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk

(54)

 Ajarkan anak memahami perilaku baik dengan memberi contoh tingkah

laku

d. Terlihat percaya diri

Tujuan:

 Melatih keberanian

Cara melatih:

 Ajari anak untuk memiliki konsep diri missal: tidak pemalu

e. Menunjukan dengan cara sopan jika kesal atau gagal

Tujuan:

 Melatih mengendalikan emosi

Cara melatih:

 Biasakan anak menunjukan tingkah laku sopan bila sedang kesal

Menurut Nursalam (2008), masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah

baik bagi orang tua maupun. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam

melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini. Petunjuk bimbingan untuk orang tua

bagi anak usia 3-5 tahun

a. Umur 3 tahun

1. Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan minat anak terhadap hubungan yang

luas.

2. Menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke taman kanak-kanak.

3. Menekan pentingnya batas-batas/tata cara/peraturan.

4. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi tingkah laku yang berlebihan

sehingga dapat menurunkan tension/ketegangan.

5. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif-alternatif

(55)

6. Memberikan gambaran mengenai perubahan pada usia 3,5 tahun ketika anak

kurang berkoordinasi motorik dan emosionalnya, merasa tidak aman, serta

menunjukan emosi dan perkembangan tingkah laku yang ekstrim seperti gagap.

7. Menyiapkan orang tua untuk mengekspetasi tuntutan-tuntutan akan perhatian

ekstra dari anak, yang merupakan refleksi dari emosi tidak aman dan ketakutan

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional .....................
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Stimulasi
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Tabel 4.1 Tabel Indeks Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan linier antar variabel independen dalam

Metode pengumpulan data menggunakan metode survey yaitu dengan penyebaran kuisioner yang telah terstruktur yang diberikan kepada responden yang dirancang untuk

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rasio ROA, ROE, LBAP dan NPM PT Bank Muamalat Indonesia periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013

Bahan makanan yang ditetesi dengan reagen biuret dan mengocoknya, berubah warna menjadiungu, maka bahan makanan tersebut mengandung protein.bahan makanan yang didenan

 Nilai impor Provinsi Maluku Utara pada Mei sebesar US$9,21 juta atau mengalami peningkatan sebesar 64,19 persen dibanding bulan April 2017 yang senilai

Based on our measurements, the major factors that affected carbon uptake in this ecosystem were (a) the timing of new leaf development, (b) the severity of seasonal drought

 Metode ini selalu menggunakan hasil survey sehingga hasil lebih dapat digeneralisasikan.  Keterbatasan metode ini

Area cukup luas, diatur rapih dan teratur dengan rak-rak (shelves) Tersedia sistem sirkulasi udara yang menjaga suhu ruang dari kelembaban, Penyimpanan teratur