PERSEPSI DAN PERILAKU PASIEN PASCA BEDAH
ABDOMEN TENTANG MOBILISASI DINI
DI RSUD Dr. Pirngadi Medan
Skripsi
Oleh:Natal Kingman Budi Sidabungke 131121024
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah
dan rahmat-Nya yang senantiasa diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini yaitu “Persepsi Dan Perilaku Pasien
Pasca bedah Abdomen Tentang Mobilisasi Dini Di RSUD Dr.Pirngadi Medan”. Skripsi ini
ditujukan sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat
bagi skripsi ini dan juga motivasi serta dukungan kepada saya selama proses penyelesaian
skripsi ini.
6. Ibu Cholina Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji I skripsi dan Bapak Iwan Rusdi
S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji II skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas
7. Ibu Rosina Tarigan, S.Kep, Ns, M.Kep,, Bapak Asrizal, S.Kep, Ns, dan Bapak
Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., M.N.S. selaku Expert Judgement / Validator dari
kuesioner penelitian.
8. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah
memberi bimbingan selama perkuliahan. .
9. Teristimewa saya sampaikan kepada Ayahanda tercinta Lukiaman lukas dabungke dan
Ibunda tercinta Samianna yasinta br tanggang yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil dan khusunya doa yang tulus kepada peneliti.
10.Terimakasih buat teman-teman Ekstensi 2013 atas bantuan dan semangatnya selama ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi
maupun penulisan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kesempurnaan dan pengembangan penulisan ini dimasa yang
akan datang.
Medan, Oktober 2015 Peneliti
DAFTAR ISI
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR KONSUL
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi, dan Persentase Karakteristik Responden di RSUD
Dr.Pirngadi Medan. ... 30
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Persepsi
Pasien Pasca Bedah Abdomen Tentang Mobilisasi Dini... 31
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden Pasien Pasca Bedah
Abdomen Dalam Melakukan Mobilisasi Dini Di RSUD Dr.Pirngadi Medan...
... 32
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan
Tindakan Pasien Pasca Bedah Abdomen Melakukan Mobilisasi Dini... 33
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Observasi Tindakan Pasien Pasca Bedah
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pernyataan Content Validity Indeks ... 42
Lampiran 2 Surat Ijin Survei Awal dari RSUD Dr. Pirngadi Medan... 47
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU ... 48
Lampiran 7 Surat Selesai Melakukan Penelitian dari RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 49
Lampiran 8 Surat Etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU ... 50
Lampiran 10 Lembar Persetujuan Responden (Informed Concent) ... 51
Lampiran 11 Lembar Kuesioner ... 56
Lampiran 11 Lembar Observasi ... 57
Lampiran 12 Master Data ... 58
Lampiran 13 Hasil SPSS ... 59
Lampiran 14 Lembar Bukti Bimbingan ... 68
Lampiran 15 Taksasi Dana ... 69
DAFTAR SKEMA
Halaman
Judul : Persepsi Dan Perilaku Pasiem Pasca Bedah Abdomen Tentang Mobilisasi Dini Di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Nama : Natal Kingman Budi Sidabungke Nim : 131121024
Program Studi : S1 Keperawatan (Ekstensi) Tahun : 2015
ABSTRAK
Mobilisasi merupakan kemampuan menggerakkaan anggota tubuh secara bebas dan normal sebagai hasil dari energi dan sebagai kebutuhan manusia. Mobilisasi dini pasca bedah bermanfaat untuk mencegah kekakuan sendi, mencegah atropi otot, mempercepat penyembuhan luka, menurunkan nyeri, mencegah kelemahan otot, mempercepat platus, menghindar terjadinya dekubitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi dan perilaku pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Pingadi Medan pada bulan Juli 2015. Desain penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan metode deksriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pascabedah abdomen di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah sebanyak 40 orang. Penelitian ini menggunakan analisa univariat yang dilakukan secara deksriptif dengan melihat persentase sebaran data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa persepsi pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini sebanyak 39 responden (97,5%) berkategori positif, dan hasil penelitian tindakan dalam melakukan mobilisasi dini sebanyak 38 responden (95,0%) berkategori baik. Diharapkan RSUD Dr. Pingadi Medan memberikan edukasi dan motivasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini pasca bedah.
Title : Perception of Post Operative Abdominal Behavior of Early Mobilization in Pirngadi Hospital Medan
Name : Natal Kingman Budi Sidabungke NIM : 131121024
Major : S1 Keperawatan (Ekstensi) Year : 2015
ABSTRAK
Mobilization is the ability to move freely limbs and normal as a result of energy and as a human need. Early postoperative mobilization is useful to prevent joint stiffness, prevent muscle atrophy, accelerate wound healing, reduce pain, prevent muscle weakness, accelerate platus, avoid the occurrence of pressure sores. The purpose of this study was to identify the perceptions and behaviors of patients after abdominal surgery on early mobilization. This study was conducted at Hospital Dr. Pingadi Medan in July 2015. The design of this study design quantitative descriptive method. The population in this study are patients with postoperative abdominal Hospital Dr. Pirngadi Medan. The sampling technique used was accidental sampling with a total of 40 people. This study using univariate analysis that is done by looking at the percentage distribution of descriptive data that has been collected and presented in the form of a frequency distribution table. Based on the research results obtained that the perception of postoperative abdominal about early mobilization as much as 39 respondents (97.5%) positive category, and the results of research actions in conducting early mobilization were 38 respondents (95.0%) categorized either. Expected Hospital Dr. Pingadi Medan provide education and motivation of patients to early mobilization postoperatively.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian
tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani
ditampilkan, selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan
luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005) salah satu jenis tindakan operasi bedah
mayor adalah bedah abdomen. bedah abdomen merupakan pembedahan yang melibatkan
suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen tindakan bedah abdomen juga
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
bedah digestif dan obstetri gynecologi.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan adalah hernioraphi/herniotomi,
gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatektomi, splenektomi, apendektomi, kolostomi,
hemoroidektomi dan fistulektomi. Sedangkan tindakan bedah abdomen pada kasus obstetri
gynecologi yang sering dilakukan adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada
tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi histerektomi, baik histerektomi total, radikal,
eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Tindak bedah pada seorang dapat memberikan dampak yang seringkali
memperlambat pemulihan. Dalam upaya mencegah berbagai dampak yang tidak diingankan,
penting diberikan program rehabilitas. Tirah baring yang lama menyebabkan kondisi yang
sering dikenal dengan sindrom dekondisi, pada sindrom tersebut ditemukan berbagai
gangguan ikutan yang bermanifestasi dalam sitem kardiovaskuler,system musculoskeletal,
Tirah baring lama dapat menyebabkan kehilangan kekuatan otot besar 10%-15% setiap
minggu. (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Menurut Lim (2014) efek dari sindrom dekondisi pada pasien dengan imobilisasi
yang lama bisa terjadi pada semua orang tetapi kebanyakan terjadi pada orang- orang lanjut
usia, atau pasca operasi yang membutuhkan tirah baring lama. Dampak yang terutama
muncul ialah dekubitus mencapai 11% dan terjadi dalam kurun waktu 2 minggu, perawatan
emboli paru berkisar 0,9%,dimana tiap 200.000 orang meninggal per tahunnya Menurut
penelitian Cooney dan Reuler (1991) di Amerika Serikat ada sekitar 70% pasien yang
mengalamai luka dekubitus di rumah sakit terjadi pada minggu pertama sampai minggu
kedua selama dirawat.
Menurut Mukti, (2005) insidensi dan prevalensi terjadinya dekubitus di Amerika
tergolong masih cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga
kesehatan khususnya perawat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa insidensi
terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11 % terjadi di tatanan
perawatan akut, 15-25% di tatanan perawatan jangka panjang dan 7-12 % di tatanan
perawatan rumah atau home care (Setiyawan,2010)
Dan salah satu intervensi yang dirancang untuk meningkatkan pemulihan dan
mencegah komplikasi adalah mobilisasi dini. Mobilisasi dini mencegah komplikasi
pernafasan, sirkulasi, urinarius, dan gastrointestinal. Mobilisasi juga mencegah kelemahan
otot umum (Kozier, 2011)
Menurut Kiik (2013) Mobilisasi meningkatkan tonus saluran gastrointestinal, dinding
abdomen dan menstimulasi peristaltik usus. Pemulihan pada luka abdomen lebih cepat terjadi
bila mobilisasi dilakukan lebih dini. Kejadian eviserasi pasca operasi jarang terjadi bila
pasien diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur secepatnya. Nyeri berkurang bila
Mobilisasi juga mempunyai banyak tujuan seperti mengekspresikan emosi dengan
gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktifitas hidup sehari-hari
dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system
saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik (Potter dan Perry, 2006)
Mobilisasi pascaoperasi mengarah ke peningkatan penyembuhan tendon ,
meningkatkan kekuatan tarik , penurunan pembentukan adhesi, kembali awal offunction, dan
kurang kekakuan dan deformitas dibandingkan dengan protokol imobilisasi (Purnima, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Boyer (1998), mobilisasi pasca operasi
dapat mempercepat fungsi peristaltik usus. Hal ini didasarkan pada struktur anatomi kolon di
mana gelembung udara bergerak dari bagian kanan bawah ke atas menuju fleksus hepatik,
mengarah ke fleksus spleen kiri dan turun kebagian kiri bawah menuju rektum. Menurut
Doenges (2000), bahwa mobilisasi dini yang berupa latihan di tempat tidur, berpindah ke
tempat tidur lainnya dapat merangsang peristaltik dan kelancaran flatus.
Demikian pula dengan pasien pasca operasi diharapkan dapat melakukan mobilisasi
sesegera mungkin, seperti melakukan gerakan kaki, bergeser di tempat tidur, melakukan
nafas dalam dan batuk efektif dengan membebat luka dengan jalinan kedua tangan di atas
luka operasi, dan teknik bangkit dari tempat tidur (Kiik, 2013).
Menurut Kiik (2013), dengan melakukan mobilisasi sesegera mungkin, hari
perawatan pasien akan lebih singkat dan komplikasi pasca operasi tidak terjadi. Akhirnya
lama rawat di rumah sakit akan memendek dan lebih murah, yang merupakan keuntungan
bagi rumah sakit dan pasien.
Dengan koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi terintegrasi dari sistem skeletal,
otot skeletal, dan system saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan mekanisme
pendukung tubuh, system ini dapat dianggap sebagai satu unit fungsional (Potter dan Perry,
Menurut Kiik (2013), Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh pasca
operasi karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika setelah operasi dan pasien segera
bergerak maka akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan
lebih cepat kentut atau flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir
pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan
lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal.
Berdasarkan hasil survey awal peneliti di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari bulan Mei
2013 sampai dengan Juni 2013 sebanyak 346 orang yang pernah melakukan bedah abdomen
(Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi Medan,2013).
Mengingat pentingnya dilakukan mobilisasi dini pasien pasca bedah abdomen,
peneliti merasa tertarik untuk menyelidiki bagaimana persepsi dan perilaku pasien pasca
bedah abdomen tentang mobilisasi dini. Secara khusus peneliti ingin meneliti persepsi dan
perilaku pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalahnya adalah “
Bagaimana persepsi dan prilaku pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini di
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui persepsi dan prilaku pasien pasca bedah abdomen tentang
mobilisasi dini di RSUD Dr. Pirngadi Medan
2. Tujuan khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi persepsi pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini
oleh perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan
b. Mengidentifikasi perilaku pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini
oleh perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan akan digunakan oleh perawat di ruangan
untuk melakukan mobilisasi dalam artian bahwa pasien melakukan perawatan lanjut
di rumah.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan akan digunakan oleh pendidikan keperawatan agar
memberikan materi tentang mobilisasi dini pada mahasiswa
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan akan dipergunakan sebagai bahan masukan untuk
penelitian selanjutnya, untuk meneliti persepsi dan perilaku pasien pasca bedah mayor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Dasar tentang Persepsi
1.1.Pengertian Persepsi
Persepsi adalah objek-objek disekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indra dan
diproyeksikan pada bagian tertetu di otak sehingga kita dapat mengamati objek tersebut.
Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh
organ-organ bantunya yang kemudia masuk kedalam otak (Sarwono, 2010).
1.2.Prinsip persepsi
Menurut Sarwono (2010) Organisasi dalam persepsi mengikuti beberapa prinsip yaitu :
1. Wujud dan Latar
Objek-objek yang kita amati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud dengan
hal-hal lainya sebagai latar (ground). Namun, tidak selalu perbedaan wujud dan latar sejelas itu.
Dalam gambar wujud dan latar, kita bias melihatnya sebagai dua wajah yang saling
berhadapan latar belakang putih atau hitam. Bentuk seperti ini dinamakan ambiguous figure
atau disebut juga multi stability dan sering terjadi sehingga terjadilah perbedaan persepsi
atau miskomunikasi.
2. Pola Pengelompokkan
Dalam psikologi, cara manusia mengelompokkan apa yang dipersepsinya dengan
mengikuti hokum tertentu yang dinamakan hukum gestalt atau hukum pragnanz. Termasuk
di dalamnya adalah hukum kesamaan (law of similarity), hukum keutuhan (law of
3. Ketetapan
Teori gestalt juga mengemukakan bahwa dari proses belajarnya, manusia cenderung
akan mempersepsikan segala sesuatu sebagai sesuatu yabg tidak berubah, walaupun indra
kita sebetulnya menangkap adanya perubahan. Dalam persepsi ada empat ketetapan dasar
yang di kemukakan oleh psikologi gestalt, yaitu ketetapan warna, ketetapan bentuk,
ketetapan ukuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi antar individu dan antar
kelompok yaitu : perhatian, set, kebutuhan sistem nilai, tipe kepribadian, dan gangguan
kejiwaan (Sarwono, 2010)
2. Konsep Dasar tentang Perilaku 2.1.Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2012)
Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon yaitu Respondent respon, dan operant
respon.
a. Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulalation
karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau
reinforcer, karena mencakup respon.
Menurut Notoatmodjo (2011) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka.
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang
dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
2.2.Domain perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada
karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin
dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2011).
Notoatmodjo (2011), membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau
kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).
Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni:
2.2.1. Pengetahuan
Menurut Noatmodjo (2011), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu : Tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi ( application), analisa (analysis) , sintesis (synthesis),
dan evaluasi.
2.2.2. Sikap
Sikap merupakan reksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek Tingkatan dari pembentuk sikap yakni: menerima (receiving), merespon
2.2.3. Praktik atau Tindakan
Menurut Notoatmodjo, (2011) untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tingkatan
praktik atau tindakan, yaitu: persepsi (persepstion), respon terpimpin (guided response),
mekanisme (mechanism), adopsi (adaption)
2.3.Pengukuran perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara
langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam
rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode
mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap
subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo,
2011).
2.4.Perilaku kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2011), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme)
terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terjadi dari 3 aspek yaitu Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan
penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit, Perilaku
peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat dan Perilaku gizi (makanan)
3. Konsep Bedah Abdomen 3.1.Pengertian
Bedah abdomen adalah tindakan bedah besar yang menggunakan anestesi umum/ general
anestesi, yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Bedah abdomen merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsuhidajat dan
Jong, 2005). Ditambahkan pula bahwa tindakan bedah abdomen merupakan teknik sayatan
yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obstetri
ginekologi.
3.2.Indikasi Bedah Abdomen
Indikasi dilakukan tindakan bedah abdomen menurut Smeltzer dan Bare (2001) adalah
karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: trauma abdomen (tumpul atau tajam), Peritonitis,
Perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus halus dan usus besar, masa pada
abdomen, perforasi usus, pancreatitis, cholelithiasis.
3.3.Macam-macam Bedah Abdomen
Adapun tindakan bedah abdomen yang sering dilakukan adalah laparatomi, gasterektomi,
kolesistoduodenostomi, cholesistektomi, hepatektomi, splenektomi, kolostomi, dan
fistulektomi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan insisi/sayatan yang merupakan trauma
atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Salah satu
4. KONSEP MOBILISASI DINI 4.1.Pengertian Mobilisasi Dini
Menurut Kozier (2011) mobilisasi adalah kemampuan menggerakkan anggota tubuh
secara bebas dan normal sebagai hasil darienergi dan sebagai kebutuhan manusia.
4.2.Prinsip dan Tujuan Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry (2006), mengemukakan bahwa mobilisasi mempunyai banyak
tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan gerakan non verbal, pertahan diri, pemenuhan
kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan
mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, skeletal harus tetap utuh dan
berfungsi baik.
4.3.Manfaat Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry (2006) keuntungan yang dapat diperoleh dari mobilisasi bagi
sistem tubuh adalahsebagai berikut :
a. Sistem Muskuloskeletal
Ukuran, bentuk, tonus, dan kekuatan rangka dan otot jantung dapat dipertahankan dengan
melakukan latihan yang ringan dan dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan yang berat.
Dengan melakukan latihan, tonus otot dan kemampuan kontraksi otot meningkat. Dengan
melakukan latihan atau mobilisasi dapat meningkatkan fleksibilitas tonus otot dan range of
motion.
b. Sistem Kardiovaskular
Dengan melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat meningkatkan denyut
jantung (heart rate), menguatkan kontraksi otot jantung, dan menyuplai darah ke jantung dan
otot. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (cardiac output) meningkat karena aliran balik
dari aliran darah. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (cardiacoutput) normal adalah 5
c. Sistem Respirasi
Jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan oleh paru (ventilasi) meningkat. Ventilasi
normal sekitar 5-6 liter/menit. Pada mobilisasi yang berat, kebutuhan oksigen meningkat
hingga mencapai 20x dari kebutuhan normal. Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah
penumpukan sekret pada bronkus dan bronkiolus, menurunkan usaha pernapasan.
d. Sistem Gastrointestinal
Dengan beraktivitas dapat memperbaiki nafsu makan dan meningkatkan tonus saluran
pencernaan, memperbaiki pencernaan dan eliminasi seperti kembalinya mempercepat
pemulihan peristaltik usus dan mencegah terjadinya konstipasi serta menghilangkan distensi
abdomen.
e. Sistem Metabolik
Dengan latihan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme, dengan demikian
peningkatan produksi dari panas tubuh dan hasil pembuangan. Selama melakukan aktivitas
berat, kecepatan metabolisme dapat meningkat sampai 20x dari kecepatan normal. Berbaring
di tempat tidur dan makan diit dapat mengeluarkan 1.850 kalori per hari. Dengan beraktivitas
juga dapat meningkatkan penggunaan trigliserid dan asam lemak, sehingga dapat mengurangi
tingkat trigliserid serum dan kolesterol dalam tubuh.
f. Sistem Urinary
Karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran darah, tubuh dapat memisahkan
sampah dengan lebih efektif, dengan demikian dapat mencegah terjadinya statis urinary.
Kejadian retensi urin juga dapat dicegah dengan melakukan aktivitas.
4.4.Rentang Gerak dalam Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry (2006) Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan
transversal. Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligament, otot, dan kontruksi
Sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan.
Menurut Carpenito (2000, yang dikutip oleh Rismalia, 2010), terdapat tiga rentang gerak
dalam mobilisasi dini yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya pasien berbaring sambil menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan.
4.5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
Menurut Kozier (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah :
a. Gaya Hidup
Istilah gaya hidup merupakan prinsip yang dapat dicapai sebagai landasan untuk
memahami perilaku seseorang yang melatarbelakangi sifat khas seseorang, terlihat dari
beberapa pengertian yang diungkapkan di bawah ini. Menurut Adler dalam Hall (1993)
mendefinisikan gaya hidup sebagai sistem utama yang memungkinkan berfungsinya
b. Proses Penyakit dan Injury
Proses penyakit adalah keadaan dimana seseorang sedang menderita suatu penyakit
tertentu. Keadaan tersebut mengakibatkan keadaan kesehatan seseorang menjadi terganggu
sehingga sulit melakukan aktivitas seperti biasa. Ada kalanya pasien harus istirahat di tempat
tidur karena menderita penyakit tertentu. Hal tersebut dikarenakan kondisi fisik pasien yang
lemah dan energi yang kurang menyebabkan pasien beristirahat di tempat tidur dan tidak
dapat melakukan mobilisasi.
c. Kebudayaan
Menurut Berger kebudayaan adalah produk manusia; produk itu lalu menjadi
kenyataan objektif yang kembali mempengaruhi yang menghasilkannya (Lawang, 1994).
Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa manusia berposisi sebagai subyek yang
menghasilkan kebudayaan sebagai obyek. Tetapi setelah kebudayaan itu menjadi obyek,
dengan sendirinya ia akan mempengaruhi manusia dan kehidupan lingkungannya.
d. Tingkat Energi
Seseorang yang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang
yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang yang dalam kondisi
sehat. Untuk itu asupan makanan yang bergizi sangat diperlukan bagi orang yang sedang
sakit apalagi orang yang baru menjalani tindakan operasi agar energi atau tenaga orang
tersebut dapat kembali optimal sehingga dapat melakukan mobilitas sebagaimana yang
dianjurkan
4.6.Pergerakan dan Mobilisasi
Dorong klien untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lain setidaknya setiap 2 jam.
Membalikkan posisi tubuh secara bergantian dapat meningkatkan ekspansi paru secara
guling dibawah lutut karena tekanan pada pembuluh darah popliteal dapat mengganggu
sirkulasi darah ke dan dari ekstremitas bawah (Kozier, 2011)
Menurut Potter dan Perry (2006), Latihan Rentang Gerak Dalam Mobilisasi Dini terdiri
dari : Fleksi, Ekstensi, Adduksi, Abduksi, Supinasi, Pronasi, Dorsifleksi, Plantarfleksi,
Inversi, Eversi
4.7.Tahap-Tahap Mobilisasi Dini pada Pasien Paska Operasi
Untuk mencegah komplikasi pada pasien paska operasi, pasien harus melakukan
mobilisasi dini sesuai dengan tahapannya. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun
ambulasi harus tetap dilakukan secara hati-hati (Brunner & Suddarth, 2002). Menurut Waher,
Salmond dan Pellino (2002, yang dikutip oleh Eldawati 2010), pada pasien dengan
keterbatasan beban pada tubuh, mulai latihan ambulasi dengan bantuan alat gerak.
Untuk meyakinkan pasien aman atau selamat selama latihan melangkah maka respon
kardiovaskular harus dikaji, karena latihan seperti berpindah atau turun naik tangga adalah
sebagian dari proses rehabilitasi dan membutuhkan pengkajian hemodinamik. Hal ini harus
diperhatikan, bahwa kondisi medis harus selalu stabil karena latihan tidak bisa dilakukan
pada kondisi kronis seperti Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) dan Coronary
Arteri Disease (CAD).
Tujuan tahapan ambulasi ini adalah untuk mencapai fungsi yang independen pada
Menurut Cetrione (2009, dalam Rismalia, 2010) tahap –tahap mobilisasi dini pasien
paska operasi meliputi:
a. Pada saat awal (6 sampai 8 jam setelah operasi), pergerakan fisik bisa dilakukan di
atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan
diluruskan, mengkontraksikan otot-otot termasuk juga menggerakkan badan lainnya,
miring ke kiri atau ke kanan.
b. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah bisa
diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk di atas
tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil
digerak-gerakkan.
c. Pada hari kedua paska operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau
bangsal tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa
berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke toilet atau kamar
mandi sendiri. Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa segera
mungkin, hal ini perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien paska operasi untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Dasar tentang Persepsi
1.1.Pengertian Persepsi
Persepsi adalah objek-objek disekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indra dan
diproyeksikan pada bagian tertetu di otak sehingga kita dapat mengamati objek tersebut.
Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh
organ-organ bantunya yang kemudia masuk kedalam otak (Sarwono, 2010).
1.2.Prinsip persepsi
Menurut Sarwono (2010) Organisasi dalam persepsi mengikuti beberapa prinsip yaitu :
1. Wujud dan Latar
Objek-objek yang kita amati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud dengan
hal-hal lainya sebagai latar (ground). Namun, tidak selalu perbedaan wujud dan latar sejelas itu.
Dalam gambar wujud dan latar, kita bias melihatnya sebagai dua wajah yang saling
berhadapan latar belakang putih atau hitam. Bentuk seperti ini dinamakan ambiguous figure
atau disebut juga multi stability dan sering terjadi sehingga terjadilah perbedaan persepsi
atau miskomunikasi.
2. Pola Pengelompokkan
Dalam psikologi, cara manusia mengelompokkan apa yang dipersepsinya dengan
mengikuti hokum tertentu yang dinamakan hukum gestalt atau hukum pragnanz. Termasuk
di dalamnya adalah hukum kesamaan (law of similarity), hukum keutuhan (law of
3. Ketetapan
Teori gestalt juga mengemukakan bahwa dari proses belajarnya, manusia cenderung
akan mempersepsikan segala sesuatu sebagai sesuatu yabg tidak berubah, walaupun indra
kita sebetulnya menangkap adanya perubahan. Dalam persepsi ada empat ketetapan dasar
yang di kemukakan oleh psikologi gestalt, yaitu ketetapan warna, ketetapan bentuk,
ketetapan ukuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi antar individu dan antar
kelompok yaitu : perhatian, set, kebutuhan sistem nilai, tipe kepribadian, dan gangguan
kejiwaan (Sarwono, 2010)
2. Konsep Dasar tentang Perilaku 2.1.Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2012)
Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon yaitu Respondent respon, dan operant
respon.
a. Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulalation
karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau
reinforcer, karena mencakup respon.
Menurut Notoatmodjo (2011) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka.
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang
dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
2.2.Domain perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada
karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin
dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2011).
Notoatmodjo (2011), membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau
kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).
Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni:
2.2.1. Pengetahuan
Menurut Noatmodjo (2011), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu : Tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi ( application), analisa (analysis) , sintesis (synthesis),
dan evaluasi.
2.2.2. Sikap
Sikap merupakan reksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek Tingkatan dari pembentuk sikap yakni: menerima (receiving), merespon
2.2.3. Praktik atau Tindakan
Menurut Notoatmodjo, (2011) untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tingkatan
praktik atau tindakan, yaitu: persepsi (persepstion), respon terpimpin (guided response),
mekanisme (mechanism), adopsi (adaption)
2.3.Pengukuran perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara
langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam
rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode
mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap
subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo,
2011).
2.4.Perilaku kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2011), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme)
terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terjadi dari 3 aspek yaitu Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan
penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit, Perilaku
peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat dan Perilaku gizi (makanan)
3. Konsep Bedah Abdomen 3.1.Pengertian
Bedah abdomen adalah tindakan bedah besar yang menggunakan anestesi umum/ general
anestesi, yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Bedah abdomen merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsuhidajat dan
Jong, 2005). Ditambahkan pula bahwa tindakan bedah abdomen merupakan teknik sayatan
yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obstetri
ginekologi.
3.2.Indikasi Bedah Abdomen
Indikasi dilakukan tindakan bedah abdomen menurut Smeltzer dan Bare (2001) adalah
karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: trauma abdomen (tumpul atau tajam), Peritonitis,
Perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus halus dan usus besar, masa pada
abdomen, perforasi usus, pancreatitis, cholelithiasis.
3.3.Macam-macam Bedah Abdomen
Adapun tindakan bedah abdomen yang sering dilakukan adalah laparatomi, gasterektomi,
kolesistoduodenostomi, cholesistektomi, hepatektomi, splenektomi, kolostomi, dan
fistulektomi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan insisi/sayatan yang merupakan trauma
atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Salah satu
4. KONSEP MOBILISASI DINI 4.1.Pengertian Mobilisasi Dini
Menurut Kozier (2011) mobilisasi adalah kemampuan menggerakkan anggota tubuh
secara bebas dan normal sebagai hasil darienergi dan sebagai kebutuhan manusia.
4.2.Prinsip dan Tujuan Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry (2006), mengemukakan bahwa mobilisasi mempunyai banyak
tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan gerakan non verbal, pertahan diri, pemenuhan
kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan
mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, skeletal harus tetap utuh dan
berfungsi baik.
4.3.Manfaat Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry (2006) keuntungan yang dapat diperoleh dari mobilisasi bagi
sistem tubuh adalahsebagai berikut :
a. Sistem Muskuloskeletal
Ukuran, bentuk, tonus, dan kekuatan rangka dan otot jantung dapat dipertahankan dengan
melakukan latihan yang ringan dan dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan yang berat.
Dengan melakukan latihan, tonus otot dan kemampuan kontraksi otot meningkat. Dengan
melakukan latihan atau mobilisasi dapat meningkatkan fleksibilitas tonus otot dan range of
motion.
b. Sistem Kardiovaskular
Dengan melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat meningkatkan denyut
jantung (heart rate), menguatkan kontraksi otot jantung, dan menyuplai darah ke jantung dan
otot. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (cardiac output) meningkat karena aliran balik
dari aliran darah. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (cardiacoutput) normal adalah 5
c. Sistem Respirasi
Jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan oleh paru (ventilasi) meningkat. Ventilasi
normal sekitar 5-6 liter/menit. Pada mobilisasi yang berat, kebutuhan oksigen meningkat
hingga mencapai 20x dari kebutuhan normal. Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah
penumpukan sekret pada bronkus dan bronkiolus, menurunkan usaha pernapasan.
d. Sistem Gastrointestinal
Dengan beraktivitas dapat memperbaiki nafsu makan dan meningkatkan tonus saluran
pencernaan, memperbaiki pencernaan dan eliminasi seperti kembalinya mempercepat
pemulihan peristaltik usus dan mencegah terjadinya konstipasi serta menghilangkan distensi
abdomen.
e. Sistem Metabolik
Dengan latihan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme, dengan demikian
peningkatan produksi dari panas tubuh dan hasil pembuangan. Selama melakukan aktivitas
berat, kecepatan metabolisme dapat meningkat sampai 20x dari kecepatan normal. Berbaring
di tempat tidur dan makan diit dapat mengeluarkan 1.850 kalori per hari. Dengan beraktivitas
juga dapat meningkatkan penggunaan trigliserid dan asam lemak, sehingga dapat mengurangi
tingkat trigliserid serum dan kolesterol dalam tubuh.
f. Sistem Urinary
Karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran darah, tubuh dapat memisahkan
sampah dengan lebih efektif, dengan demikian dapat mencegah terjadinya statis urinary.
Kejadian retensi urin juga dapat dicegah dengan melakukan aktivitas.
4.4.Rentang Gerak dalam Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry (2006) Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan
transversal. Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligament, otot, dan kontruksi
Sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan.
Menurut Carpenito (2000, yang dikutip oleh Rismalia, 2010), terdapat tiga rentang gerak
dalam mobilisasi dini yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya pasien berbaring sambil menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan.
4.5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
Menurut Kozier (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah :
a. Gaya Hidup
Istilah gaya hidup merupakan prinsip yang dapat dicapai sebagai landasan untuk
memahami perilaku seseorang yang melatarbelakangi sifat khas seseorang, terlihat dari
beberapa pengertian yang diungkapkan di bawah ini. Menurut Adler dalam Hall (1993)
mendefinisikan gaya hidup sebagai sistem utama yang memungkinkan berfungsinya
b. Proses Penyakit dan Injury
Proses penyakit adalah keadaan dimana seseorang sedang menderita suatu penyakit
tertentu. Keadaan tersebut mengakibatkan keadaan kesehatan seseorang menjadi terganggu
sehingga sulit melakukan aktivitas seperti biasa. Ada kalanya pasien harus istirahat di tempat
tidur karena menderita penyakit tertentu. Hal tersebut dikarenakan kondisi fisik pasien yang
lemah dan energi yang kurang menyebabkan pasien beristirahat di tempat tidur dan tidak
dapat melakukan mobilisasi.
c. Kebudayaan
Menurut Berger kebudayaan adalah produk manusia; produk itu lalu menjadi
kenyataan objektif yang kembali mempengaruhi yang menghasilkannya (Lawang, 1994).
Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa manusia berposisi sebagai subyek yang
menghasilkan kebudayaan sebagai obyek. Tetapi setelah kebudayaan itu menjadi obyek,
dengan sendirinya ia akan mempengaruhi manusia dan kehidupan lingkungannya.
d. Tingkat Energi
Seseorang yang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang
yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang yang dalam kondisi
sehat. Untuk itu asupan makanan yang bergizi sangat diperlukan bagi orang yang sedang
sakit apalagi orang yang baru menjalani tindakan operasi agar energi atau tenaga orang
tersebut dapat kembali optimal sehingga dapat melakukan mobilitas sebagaimana yang
dianjurkan
4.6.Pergerakan dan Mobilisasi
Dorong klien untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lain setidaknya setiap 2 jam.
Membalikkan posisi tubuh secara bergantian dapat meningkatkan ekspansi paru secara
guling dibawah lutut karena tekanan pada pembuluh darah popliteal dapat mengganggu
sirkulasi darah ke dan dari ekstremitas bawah (Kozier, 2011)
Menurut Potter dan Perry (2006), Latihan Rentang Gerak Dalam Mobilisasi Dini terdiri
dari : Fleksi, Ekstensi, Adduksi, Abduksi, Supinasi, Pronasi, Dorsifleksi, Plantarfleksi,
Inversi, Eversi
4.7.Tahap-Tahap Mobilisasi Dini pada Pasien Paska Operasi
Untuk mencegah komplikasi pada pasien paska operasi, pasien harus melakukan
mobilisasi dini sesuai dengan tahapannya. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun
ambulasi harus tetap dilakukan secara hati-hati (Brunner & Suddarth, 2002). Menurut Waher,
Salmond dan Pellino (2002, yang dikutip oleh Eldawati 2010), pada pasien dengan
keterbatasan beban pada tubuh, mulai latihan ambulasi dengan bantuan alat gerak.
Untuk meyakinkan pasien aman atau selamat selama latihan melangkah maka respon
kardiovaskular harus dikaji, karena latihan seperti berpindah atau turun naik tangga adalah
sebagian dari proses rehabilitasi dan membutuhkan pengkajian hemodinamik. Hal ini harus
diperhatikan, bahwa kondisi medis harus selalu stabil karena latihan tidak bisa dilakukan
pada kondisi kronis seperti Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) dan Coronary
Arteri Disease (CAD).
Tujuan tahapan ambulasi ini adalah untuk mencapai fungsi yang independen pada
Menurut Cetrione (2009, dalam Rismalia, 2010) tahap –tahap mobilisasi dini pasien
paska operasi meliputi:
a. Pada saat awal (6 sampai 8 jam setelah operasi), pergerakan fisik bisa dilakukan di
atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan
diluruskan, mengkontraksikan otot-otot termasuk juga menggerakkan badan lainnya,
miring ke kiri atau ke kanan.
b. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah bisa
diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk di atas
tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil
digerak-gerakkan.
c. Pada hari kedua paska operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau
bangsal tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa
berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke toilet atau kamar
mandi sendiri. Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa segera
mungkin, hal ini perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien paska operasi untuk
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
1 kerangka konseptual
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka dapat digambarkan
kerangka konsep sebagai berikut :
Skema 1. Kerangka Penelitian Persepsi dan Perilaku Pasien Pasca Bedah
Abdomen Tentang Mobilisasi Dini
Persepsi pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini:
- Positif - Negatif
Tindakan pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini:
2. Definisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Persepsi Pandangan pasien
tentang mobilisasi dini pasca bedah abdomen
Diukur yang terdiri dari 8 pertanyaan
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana persepsi dan perilaku pasien pasca bedah abdomen tentang
mobilisasi dini di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Menurut Dharma (2011) penelitian jenis
deskriptif hanya menggambarkan/ memaparkan variabel-variabel yang diteliti tanpa
menganalisa hubungan antar variable.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi
Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan (Dharma,
2011).Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah pasien pasca bedah abdomen
di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013
sebanyak 346 orang.
2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian
ini adalah Pasien pasca bedah abdomen di RSUD Dr. Pirngadi Medan selama waktu
penelitian yang sesuai dengan kriteria sampel dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel secara accidental sampling.
Menurut Notoatmodjo (2010) accidental sampling ialah teknik pengambilan
sampel berdasarkan kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1) Pasien pasca bedah abdomen
2) Pasien yang baru pertama kali bedah
3) Pasien bedah abdomen selama satu hari.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Pelaksanaan pengumpulan
data dilakukan pada 19 Juni 2015 sampai dengan 19 Juli 2015.
4. Instrument Penelitian
Instrument ini terdiri dari bagian kuisioner data demografi, kuisioner persepsi
pasien pasca bedah abdomen, dan kuisioner perilaku pasien pasca bedah abdomen.
4.1. Kuisioner Data Demografi
Instrument penelitian tentang pengumpulan data demografi pasien pasca bedah
abdomen.
4.2. Kuisioner Persepsi
Instrument penelitian tentang persepsi pasien pasca bedah abdomen menggunakan
skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item, yaitu skor untuk
pernyataan positif adalah sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju=1.
4.3. kuisioner perilaku
4.3.1. Kuisioner Tindakan
Insrument penelitian tentang tindakan pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi
dini terdiri dari 8 pernyataan. Penilaian menggunakan Skala Guttman dengan cara
menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif adalah ada
Berdasarkan rumus statistic menurut sudjana (1992) adalah :
� = �������
������ �����
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 12 dan 2 kategori kelas untuk
menilai pengetahuan pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini, maka didapatkan
panjang kelas 4 menggunakan P=4 dan nilai terendah 8 sebagai batas bawah kelas interval
pertama, maka pengetahuan pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini
dikategorikan interval sebagai berikut 8-20 adalah buruk, dan 21-32 adalah baik.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang dilakukan
bertahap, yang terdiri dari :
1. Tahap persiapan pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat rekomendasi dari bagian pendidikan
Fakultas Keperawatan dan permintaan izin kepada Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Kemudian peneliti mendekati responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Apabila calon responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka responden
dipersilahkan untuk menandatangani Informed Consent. Jika responden menolak untuk
diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan menghormati hak-haknya.
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik
resiko fisik maupun psikis. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara
tidak menuliskan nama responden pada instrument, tetapi menggunakan inisial saja. Dan
seluruh data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
2. Tahap Pengumpulan Data
Peneliti mendatangi RSUD Dr. Pirngadi Medan,Selanjutnya peneliti memperkenalkan
diri, menjelaskan tujuan dari penelitian dan juga peneliti memberitahukan bahwa segala
infomasi responden akan tetap dirahasiakan. Kemudian Peneliti memohon ketersediaan ibu
hamil yang sesuai dengan kriteria sampel untuk menjadi responden. Jika responden bersedia
menjadi sampel maka peneliti meminta menandatangani di lembar persetujuan menjadi
responden yang telah disediakan kemudian dilanjutkan untuk penjelasan tata cara pengisian
kuesioner.
a. Responden diminta untuk mengisi kuesioner.
b. Setelah kuesioner selesai di isi, peneliti memeriksa semua kuesioner sebelum
dikumpulkan untuk diteliti kelengkapannya terlebih dahulu. Bila ada yang tidak lengkap,
peneliti meminta responden untuk melengkapinya kembali.
c. Setelah semuanya selesai, kemudian peneliti mengadakan terminasi kepada responden
dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian ini.
6. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan akan diolah melalui beberapa tahap berikut (Notoatmodjo, 2010)
:
1. Editing.Setelah kuesioner diperoleh, hasil kuesioner yang telah dikumpulkan perlu
disunting (edit) terlebih dahulu.
2. Coding. Peneliti membuat lembaran kode berupa kolom-kolom untuk merekam data
secara manual.
3. Transfering (Data Entry). Memasukkan Data yang telah diberi kode disusun secara
berurutan untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang ingin
4. Tabulating. Data dimasukkan ke dalam tabel dilakukan proses perhitungan untuk
mencari nilai rata-rata dari setiap subvariabel dan kemudian baru dilakukan
pencarian nilai rata-rata secara keseluruhan, dan seterusnya sehingga dapat
ditentukan seorang responden bisa digolongkan dalam kategori tingkat baik
ataupun kurang.
7. Analisa Data a. Univariat
Menurut Saryono (2013), data yang dperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data
mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan
standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Jika distribusi data tidak normal maka
sebaiknya menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan miimum-maksimum sebagai
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi dan
perilaku pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini yang diperoleh melalui
proses pengumpulan data yang dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di RSUD
Dr.Pirngadi Medan dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Hasil penelitian
ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi, yang berisi data karakteristik responden,
persepsi dan perilaku pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini di RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2015.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi, dan Persentase Karakteristik Responden di RSUD Dr.Pirngadi Medan (n=40)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 5.1. menunjukkan bahwa
mayoritas usia responden adalah 18-30 tahun dengan jumlah sebanyak 23 responden
(57,5%), dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden
(52,5%), serta mayoritas berpendidikan perguruan tinggi Sebanyak 22 responden
(55,0%), dan mayoritas beragama islam sebanyak 25 responden (62,5%), dengan
mayoritas bersuku jawa sebanyak 17 responden (42,5%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Persepsi Pasien Pasca Bedah Abdomen Tentang Mobilisasi Dini
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Positif 39 97,5
2. Negatif 1 2,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan hasil penelitian Tabel 5.2. menunjukkan bahwa persepsi pasien
pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini di RSUD Dr. Pirngadi sebanyak 1
responden (2,5%) berkategori Negatif, dan 39 responden (97,5%) berkategori Positif.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Tindakan Pasien Pasca Bedah Abdomen Melakukan Mobilisasi Dini
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 38 95,0
2 Buruk 2 5,0
Jumlah 40 100
Berdasarkan hasil penelitian Tabel 5.3. menunjukkan bahwa tindakan pasien
pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini di RSUD Dr. Pirngadi sebanyak 2
5.2Pembahasan
5.2.1 Persepsi Dan Tindakan Pasien Pasca Bedah Abdomen Tentang Mobilisasi Dini
Hasil penelitian mengenai persepsi pasien pasca bedah abdomen tentang
mobilisasi dini di RSUD Dr.Pirngadi Medan telah dilaksanakan kepada 40 responden
dan menunjukkan bahwa persepsi pasien pasca bedah abdomen tentang mobilisasi dini
di RSUD Dr.Pirngadi Medan sebanyak 39 responden (97,5%) berkategori positif. Hal
ini didukung karena di RSUD Dr. Pirngadi sudah ada standar operasi prosedur tentang
mobilisasi dini pasca operasi
Berdasarkan penelitian Hesti (2010), mengenai gambaran penatalaksanaan
mobilisasi dini oleh perawat pada pasien post apendiktomy yang menimbulkan respon
positif seperti mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh
Kozier (2011), mengatakan manfaat mobilisasi adalah mencegah kekakuan sendi,
mencegah atropi otot, mempercepat penyembuhan luka, menurunkan nyeri, mencegah
kelemahan otot, mempercepat platus, menghindar terjadinya dekubitus.
Potter dan Perry (2006), mengemukakan bahwa mobilisasi mempunyai banyak
tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan gerakan non verbal, pertahanan diri,
pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam
mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, skeletal harus
tetap utuh dan berfungsi baik.
Hanya 2,5% responden yang memiliki persepsi negatif. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang manfaat mobilisasi dini setelah
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tindakan pasien pasca bedah abdomen
tentang mobilisasi dini di RSUD Dr.Pirngadi Medan telah dilaksanakan kepada 40
responden dan menunjukkan bahwa Tindakan pasien pasca bedah abdomen tentang
mobilisasi dini di RSUD Dr.Pirngadi Medan sebanyak 38 responden (95,0%)
berkategori Baik
Dari hasil tindakan pasien pasca bedah abdomen dalam melakukan mobilisasi
dini adalah pada saat awal 6 sampai 8 jam setelah operasi pasien menggerakkan tangan
dan kaki dengan tujuan mencegah atropi otot (Kottke,1998)
Pasien duduk diatas tempat tidurdengan kaki yang dijatuhkan atau di tempatkan
dilantai sambil digerakan pada saat 12 sampai 24 jam setelah operasi dengan tujuan
mendukung ventilasi, curah jantung, menurunkan tekanan intra kranial (Potter dan
Perry, 2006)
Pada hari kedua pasien turun dari tempat tidur dengan tujuan mencegah
terjadinya dekubitus , pasien sudah bisa berjalan di sekitar tempat tidur pada hari ketiga
dengan tujuan mencegah kelemahan otot, dan meningkatkan sirkulasi darah
(Kozier,2011), pasien membalikan posisi tubuh secara bergantian dengan tujuan
menstimulus peristaltik usus sehingga memicu terjadinya flatus (Kottke,1998)
Pasien menggenggam dan meluruskan jari-jari tangan, pasien meregangkan dan
merapatkan kembali jari-jari tangan, pasien menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki
menekuk keatas dan kebawah dengan tujuan mencegah kontraktur (Kottke, 1998)
Hanya 5,0% responden berkategori buruk. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pasien tentang manfaat mobilisasi dini, dan akibat nyeri berat pasca bedah
laparatomi sehinga pasien merasa ketakutan untuk melakukan mobilisasi dini
Chapman (2006), mengatakan rendahnya pengetahuan, kelemahan mental, dan
Menurut Rismaliah (2009), faktor seseorang tidak melakukan mobilisasi karena
pengaruh dari orang-oreang sekitar seperti keluarga dan kerbat untuk tidak melakukan
banyak pergerakan setelah operasi mengakibatkan pasien malas untuk mobilisasi dini,
biasanya kepercayaan atau anggapan tersebut disebabkan oleh karena kurangnya
pengetahuan pasien dan keluarga tentang manfaat mobilisasi dini setelah operasi
Menurut Kozier (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah :
a. Gaya Hidup
Istilah gaya hidup merupakan prinsip yang dapat dicapai sebagai landasan untuk
memahami perilaku seseorang yang melatarbelakangi sifat khas seseorang, terlihat dari
beberapa pengertian yang diungkapkan di bawah ini. Menurut Adler dalam Hall (1993)
mendefinisikan gaya hidup sebagai sistem utama yang memungkinkan berfungsinya
kepribadian individu sebagai keseluruhan yang menggerakkan bagian-bagiannya.
b. Proses Penyakit dan Injury
Proses penyakit adalah keadaan dimana seseorang sedang menderita suatu
penyakit tertentu. Keadaan tersebut mengakibatkan keadaan kesehatan seseorang
menjadi terganggu sehingga sulit melakukan aktivitas seperti biasa. Ada kalanya pasien
harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu. Hal tersebut
dikarenakan kondisi fisik pasien yang lemah dan energi yang kurang menyebabkan
pasien beristirahat di tempat tidur dan tidak dapat melakukan mobilisasi.
c. Kebudayaan
Menurut Berger kebudayaan adalah produk manusia; produk itu lalu menjadi
kenyataan objektif yang kembali mempengaruhi yang menghasilkannya (Lawang,
1994). Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa manusia berposisi sebagai subyek
obyek, dengan sendirinya ia akan mempengaruhi manusia dan kehidupan
lingkungannya.
d. Tingkat Energi
Seseorang yang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga.
Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang yang
dalam kondisi sehat. Untuk itu asupan makanan yang bergizi sangat diperlukan bagi
orang yang sedang sakit apalagi orang yang baru menjalani tindakan operasi agar
energi atau tenaga orang tersebut dapat kembali optimal sehingga dapat melakukan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan masalah
penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan Persepsi
Dan Perilaku Pasien Pasca Bedah Abdomen Tentang Mobilisasi Dini Di RSUD
Dr.Pirngadi Medan.
Hasil kesimpulan persepsi pasien pasca bedah abdomen melakukan mobilisasi
dini di RSUD Dr.Pirngadi Medan sebanyak 39 responden (97,5%) berkategori Positif,
dan hasil kesimpulan tindakan pasien pasca bedah abdomen dalam melakukan
mobilisasi dini di RSUD Dr.Pirngadi Medan sebanyak 38 responden (95,0%)
berkategori Baik
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran
bagi :
1. Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk menambah wawasan
mengenai Persepsi Dan Perilaku Pasien Pasca Bedah Abdomen Tentang Mobilisasi
Dini Di RSUD Dr.Pirngadi Medan
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan di perpustakaan guna
untuk menambah bahan bacaan serta sumber referensi, dan sebagai bahan tambahan
pengetahuan mahasiswa tentang konsep mobilisasi dini dalam mata kuliah
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar referensi dalam penelitian
selanjutnya untuk melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama terkait pasien
DAFTAR PUSTAKA
Dharma K, K. (2011). Metodelogi penelitian keperawatan. Jakarta: TIM
Hesti, dkk. (2010). Gambara Penatalaksanaan Oleh Perawat Pada Pasien Post Apendictomy
Di RS PKU Muhammadiyah Gombong : STIKES Muhammadiah Gombong
Kiik M,S. (2013). Early mobilization influenceto peristaltic’s recov- ery time intestine
on pasca’s patient hads out abdomen at ICY BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR:
STIKES Maranatha Kupang
Kottke, (1998).. Krussen’s Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia :
W.B Saunders
Kozier. (2011). Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Promosi kesehatan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Potter, Perry. (2006). Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC
Purnima. (2010). Outcome of early active mobilization after flexor tendons repair in
zones II-V in hand
Rimaliah,R. (2009). Gambaran pengetahuan dan perilaku pasien pasca operasi
appendictomy tentang mobilisasi dini dI RSUP FATMAWATI,Skripsi,Jakarta: PSIK UINSHJ
Saryono. (2013). Metodelogi penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jakarta: Medical Book
Sarwono,S. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta: Rajawali Pers
Simamora,J. (2007). Gambaran dukungan social keluarga terhadap kesembuhan pasien
pasca stroke pada masa rehabilitasi di RSUP Haji Adam Malik, Skripsi, Medan :
PSIK USU
Sjamsuhidajat, Jong. (2005). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta:EGC
Yuni,S. (2013). Efektivitas Ambulasi Dini terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien