STRATEGI PEMASARAN ROTI KACANG
DI KOTA TEBING TINGGI
SKRIPSI
FUTRI MEDWINA
110304119
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
STRATEGI PEMASARAN ROTI KACANG
DI KOTA TEBING TINGGI
SKRIPSI
FUTRI MEDWINA
110304119
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi
NIP. 196302041997031001 NIP. 196309281998031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAK
Futri Medwina (110304119) dengan judul skripsi “Strategi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEcsebagai Ketua Komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai Anggota Komisi pembimbing.
Kota Tebing Tinggi dikenal sebagai wilayah yang mengandalkan industri dan perdagangan. Sebagai penyumbang kegiatan ekonomi terbesar, sektor industri tidak bisa mengenyampingkan keberadaan industri-industri kecil dan rumahan. Sejak sekitar tahun 2005 di Kota Tebing Tinggi muncul makanan baru, yakni Roti Kacang (di kota lain disebut Bakpia). Roti kacang kini menjadi oleh – oleh kuliner khas Tebing Tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran kue kacang di Kota Tebing Tinggi serta untuk menentukan strategi pemasaran kue kacang di Kota Tebing Tinggi. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif yaitu matriks SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kekuatan (variasi produk, modal dan harga jual), kelemahan (promosi dan tenaga kerja), peluang (permintaan pasar, teknologi dan dukungan pemerintah), ancaman (perusahaan pesaing dan bahan baku). (2) Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah strategi agresif atau strategi SO (Strength – Oppurtunities) yaitu ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan dengan melakukan kegiatan sebagai berikut: meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi roti kacang untuk pemasaran yang lebih luasbaik domestik maupun luar negeri, meningkatkan penggunaan teknologi modern guna menghasilkan produk roti kacang dengan harga terjangkau dan pemanfaatan bantuan dana dari pemerintah untuk meningkatkan produksi roti kacang siap jual
RIWAYAT HIDUP
Futri Medwina lahir di Medanpada tanggal 5 Juni 1993. Anak dari Bapak Drs. H. Pardamean Siregar, MAP dan Ibu Hj. Nora Sibarani, MM.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1998 masuk Taman Kanak-kanak di TK Swasta Eria Medan dan tamat pada tahun 1999.
2. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Eria Medandan tamat pada tahun 2005.
3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tebing Tinggidan tamat pada tahun 2008.
4. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1Tebing Tinggidan tamat pada tahun 2011.
5. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama.
6. Bulan Agustus hingga September 2014 Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di KecamatanSecanggang, Desa Selotong, Kabupaten Langkat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugrah dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Strategi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi”
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEcselaku Ketua Komisi pembimbing. 2. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSisebagai Anggota Komisi pembimbing. 3. Ayahanda tercinta Drs. H. Pardamean Siregar, MAP dan Ibunda tercinta Hj.
Nora Sibarani, MM serta kakak tersayang Dewi Lestari Siregar, ST dan adik tersayang Andino Hamutur Siregaryang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis dan Kakak Bagian Tata Usaha dan Bagian Perpustakaan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
5. Kawan-Kawan Seperjuangan, Nelfita Rizka, Sri Wahyuni, Meinia, Fadli, Fitrah dan Fadil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.
Medan, Agustus 2015
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan Penelitian ...4
1.4Kegunaan Penelitian ...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ...5
2.2 Peneliti Terdahulu...6
2.3Landasan Teori ...7
2.3.1 Konsep Dasar Pemasaran ...7
2.3.2 Teori Strategi Pemasaran Pemasaran ...8
2.3.3 Bauran Pemasaran ...11
2.3.4 SWOT ...12
2.3.5 Matriks SWOT ...15
2.4 Kerangka Pemikiran ...16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian...18
3.2Metode Pengambilan Sampel ...19
3.3Metode Pengumpulan Data ...19
3.4Metode Analisis Data ...19
3.5Defenisi dan Batasan Operasional ...23
3.5.1 Defenisi ...23
BAB IV DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN DAN KARATERISTIK
INDUSTRI ROTI KACANG
4.1Deskripsi Daerah Penelitian ...25
4.1.1 Kecamatan Tebing Tinggi Kota ...26
4.2.1 Kecamatan Padang Hulu ...27
4.2 Karakteristik Industri Roti Kacang Tebing Tinggi ...28
4.2.1 Karateristik sampel...28
4.2.2 Tenaga Kerja...29
4.2.3 Permodalan ...29
4.2.4 Bahan Baku...29
4.2.5 Fasilitas Perusahaan ...30
4.3 Proses Pembuatan Roti Kacang ...31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancamandalam Mempengaruhi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi ...33
5.1.1 Kekuatan dalam Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi ...33
5.1.2 Kelemahan dalam Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi...35
5.1.3 Peluang dalam Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi 37 5.1.4 Ancaman dalam Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi ...38
5.2Strategi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi ...40
5.2.1 Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi ...40
5.2.2 Pembobotan Faktor Internal dan Faktor Eksternal...43
5.2.3 Penentuan Strategi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi ...45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...55 6.2Saran ...56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. JUDUL HALAMAN
1. Matriks SWOT 16
2. Jumlah Industri Pembuatan Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
18
3. Skala Penilaian Perbandingan 20
4. Matriks SWOT 22
5. Karakteristik Sampel 28
6. Kebutuhan bahan baku pada industri roti kacang di Kota Tebing Tinggi
30
7. Skor Rata – Rata Faktor Internal dan Faktor Eksternal 39 8. Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor
Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
42
9. Pembobotan Faktor – Faktor Internal 44
10. Pembobotan Faktor – Faktor Eksternal 45 11. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS) 46 12. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS) 47 13. Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan
Eksternal Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
48
DAFTAR GAMBAR
No. JUDUL HALAMAN
1. Matriks Posisi SWOT 14
2. Skema Kerangka Pemikiran 17
3. Skema Pembuatan Roti Kacang 31
4. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
DAFTAR LAMPIRAN
No. JUDUL
1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
2. Parameter Penilaian Faktor Kekuatan. Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
3. Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Internal (IFAS) 4. Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal (EFAS) 5. Hasil Penilaian Faktor Internal (IFAS)
6. Hasil Penilaian Faktor Eksternal (EFAS)
7. Hasil Perhitungan Nilai Rata – Rata Geometris Faktor Internal (IFAS) 8. Hasil Perhitungan Nilai Rata – Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS) 9. Normalisasi Faktor Internal (IFAS)
10. Normalisasi Faktor Eksternal (EFAS)
11. Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
12. Penentuan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
13. Pembobotan Faktor Internal (IFAS) 14. Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS)
ABSTRAK
Futri Medwina (110304119) dengan judul skripsi “Strategi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEcsebagai Ketua Komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai Anggota Komisi pembimbing.
Kota Tebing Tinggi dikenal sebagai wilayah yang mengandalkan industri dan perdagangan. Sebagai penyumbang kegiatan ekonomi terbesar, sektor industri tidak bisa mengenyampingkan keberadaan industri-industri kecil dan rumahan. Sejak sekitar tahun 2005 di Kota Tebing Tinggi muncul makanan baru, yakni Roti Kacang (di kota lain disebut Bakpia). Roti kacang kini menjadi oleh – oleh kuliner khas Tebing Tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran kue kacang di Kota Tebing Tinggi serta untuk menentukan strategi pemasaran kue kacang di Kota Tebing Tinggi. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif yaitu matriks SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kekuatan (variasi produk, modal dan harga jual), kelemahan (promosi dan tenaga kerja), peluang (permintaan pasar, teknologi dan dukungan pemerintah), ancaman (perusahaan pesaing dan bahan baku). (2) Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah strategi agresif atau strategi SO (Strength – Oppurtunities) yaitu ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan dengan melakukan kegiatan sebagai berikut: meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi roti kacang untuk pemasaran yang lebih luasbaik domestik maupun luar negeri, meningkatkan penggunaan teknologi modern guna menghasilkan produk roti kacang dengan harga terjangkau dan pemanfaatan bantuan dana dari pemerintah untuk meningkatkan produksi roti kacang siap jual
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dewasa ini peran agroindustri dirasakan sangat penting dan memiliki nilai strategis dalam upaya peningkatan dan percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di pedesaan. Sektor agroindustri telah memberikan nilai tambah bagi hasil pertanian dan merupakan pembeli yang berkelanjutan dari produk pertanian. Agroindustri memperkaya keragaman lapangan kerja petani, membangun industri hilir dan hulu untuk mendapatkan nilai tambah dan membawa pemerataan pembangunan dan kesejahteraan sosial masyarakat, terutama pedesaan(Surahman, 2007).
Lemang. Bahan baku dari pembuatan roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah aneka kacang – kacangan. Diantaranya kacang hijau dan kacang hitam.
Kacang hijau dan aneka kacang merupakan komoditas strategis sebagai sumber pendapatan bagi petani yang memiliki arti dan peran dalam peningkatan kesejahteraan petani. Kacang tanah, kacang hijau dan aneka kacang selain dapat dijadikan bahan pangan dimanfaatkan juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak dalam bentuk bungkil. Pentingnya peran tersebut terlihat dengan semakin meningkatnya permintaan di dalam negeri dan semakin beragamnya produk – produk olahan berbahan baku kacang tanah, kacang hijau dan aneka kacang yang dihasilkan oleh industri berskala rumah tangga maupun oleh industri besar (Anonimous, 2010).
Aspek pemasaran merupakan kegiatan pendistribusian hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak. Untuk melakukan pemasaran diperlukan manajemen yang baik agar pengusaha mendapatkan keuntungan yang diharapkan (Rahardi dkk, 2001).
Untuk roti kacang di Kota Tebing Tinggi, pihak yang memiliki peranan penting dalam pemasaran roti kacang adalah pedagang pengecer. Sebab, konsumen dapat memperoleh roti kacang melalui dua cara, yaitu langsung dari produsen dan melalui pedagang pengecer.
Para pemasar yang waspada sepertinya mampu melihat peluang yang menarik ke manapun mereka menoleh. Hal ini tentu saja masuk akal jika disadari bahwa kebanyakan orang memiliki kebutuhan yang tidak terpuaskan. Sayangnya, kebanyakan peluang terlihat “jelas” hanya setelah orang lain menemukannya.
para pemasar untuk memiliki kerangka berpikir dalam mempertimbangkan peluang yang mereka temukan (Cannon dkk, 2008).
Strategi pemasaran merupakan kunci dari suatu keberhasilan suatu produk. Meskipun banyak peluang yang terdapat dalam memasarkan roti kacang namun ancaman juga terdapat dalam usaha roti kacang. sebab tidak hanya satu usaha saja yang memasarkan, sehingga persaingan pasti terjadi.
Dari uraian yang dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai menjadi alasan peneliti untuk meneliti analisis strategi pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor internal dan eksternal pada pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi?
2. Bagaimanakah strategi pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal pada pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi.
2. Untuk menentukan strategi pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi.
1.4Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha roti kacang dalam peningkatan proses pemasaran produknya.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak – pihak yang berkaitan terhadap pengembangan agroindustri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Salah satu produk olahan kacang adalah roti kacang. Tekstur kuenya yang lembut merupakan khas roti kacang Tebing Tinggi. Roti kacang ini terbuat dari tepung roti dan tentu saja kacang. Sehingga roti kacang dijadikan makanan khas oleh – oleh dari Kota Tebing Tinggi. Varian rasa favorit pada roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah kacang hijau dan kacang hitam.
Kacang – kacangan merupakan sumber protein yang baik, dengan kandungan protein berkisar antara 20 – 35%. Selain itu, kacang – kacangan juga merupakan sumber lemak, vitamin, mineral dan serat pangan (dietary fiber). Protein kacang – kacangan umumnya kaya akan lisin, leusin dan isoleusin, tetapi terbatas dalam hal kandungan asam amino sulfur, yaitu metionin dan sistein. Kadar serat dalam kacang – kacangan mempunyai peran yang sangat penting, yaitu untuk mencegah berbagai penyakit akibat rendahnya serat di dalam makanan – makanan ala Barat (Astawan, 2009).
Kacang hitam tinggi protein. Kelebihannya dibanding kacang pada umumnya adalah kandungan antioksidan kacang hitam yang lebih tinggi dibandingkan kacang lainnya. Kelebihan lain dari kacang hitam adalah molybdenum yang sangat berlimpah dalam kacang hitam. Molybdenum adalah mineral yang berperan penting dalam penguraian dan detoks sulfit yang terdapat pada makanan.Kacang hitam bisa dikonsumsi seperti halnya kacang lain. Diolah sebagai aneka macam camilan, hingga menjadi bahan kue dan sup, kacang hitam memberikan cita rasa yang enak (Anonimous, 2012).
Roti kacang Tebing Tinggi hampir sama dengan bakpia dari Yogyakarta. Hanya kulitnya lebih tebal dengan taburan wijen di atasnya. Rasa roti kacang Tebing Tinggi enak dan sehat. Roti kacang Tebing Tinggi tanpa bahan pengawet dan diproduksi dalam industri rumah tangga yang bersih.Gula murni sudah jadi bahan pengawet. Jadi tak perlu pengawet lagi. Roti kacang ini bisa tahan 22 hari.
Roti kacang Tebing Tinggi dikemas dalam bentuk kotak. Kemasan besar berisi 27 roti, sedangkan kemasan kecil berisi 15 roti. Roti kacang dijual di pasar – pasar kota Tebing Tinggi dan sepanjang jalan lintas Tebing Tinggi.
2.2 Penelitian Terdahulu
agroindustri pancake durian, jumlah tenaga kerja pada agroindustri pancake durian dan promosi/sistem penjualan produk pancake durian. Peluang agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri pancake durian, pangsa pasar produk pancake durian dan tingkat selera masyarakat terhadap produk pancake durian. Ancaman agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah perusahaan pesaing agroindustri pancake durian, pengeruh pergantian musim/cuacaterhadap agroindustri pancake durian dan daya beli masyarakat terhadap produk pancake durian. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Oppurtunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Meningkatkan modal usaha dengan ketersediaan bahan baku 2) Memanfaatkan peluang pasar dengan harga jual produk 3) Memanfaatkan peluang pada tingkat selera masyarakat dengan meningkatkan jumlah produksi.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Konsep Dasar Pemasaran
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu dan Hani, 2004).
Menurut Philip Kotler (2005), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk memperoleh yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai.
2.3.2 Teori Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah sebuah keseluruhan, program perusahaan untuk menentukan target pasar dan memuaskan konsumen dengan membangun kombinasi elemen dari bauran pemasaran, produk distribusi, promosi dan harga (Kurtz, 2008).
Menurut Kotler & Amstrong (2008), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai dan mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan konsumen.
Menurut Kotler (2008), dalam upaya untuk mendapatkan kepuasan konsumen di tengah persaingan, perusahaan harus mengerti terlebih dahulu apa kebutuhan dan keinginan konsumennya. Sebuah perusahaan menyadari bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi keinginan konsumen yang sangat berbeda-beda. Perusahaan menyiapkan strategi pemasaran dengan memilih segmen konsumen terbaik yang dapat menciptakan keuntungan yang sebesarnya. Proses ini meliputi market segmentation, market targeting, positioning, dan differentiation.
Menurut Kotler & Amstrong (2008), segmentasi pasar adalah membagi sebuah pasar menjadi grup-grup pembeli dengan keinginan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda-beda. Pembagian pasar menurut Kotler:
a. Geografik
Segmentasi geografik adalah membagi keseluruhan pasar menjadi kelompok homogeneous berdasarkan lokasi. Lokasi geografis tidak menjamin bahwa semua konsumen di lokasi tersebut mempunyai keputusan pembelian yang sama, namun pendekatan ini dapat membantu mengidentifikasi secara umum akan kebutuhan konsumen di suatu lokasi.
b. Demografis
Segmentasi dari demografis dibagi menjadi :
1. Usia: Kebutuhan dan keinginan konsumen berubah seiring usia. 2. Jenis kelamin: Membagi pasar sesuai jenis kelamin.
3. Pendapatan: Membagi pasar sesuai kelompok pendapatan yang berbeda c. Psychographic
Membagi pasar berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, dan karakteristik pribadi. d. Tingkah Laku
Membagi pasar berdasarkan pengetahuan konsumen, sikap, dan respon terhadap sebuah produk.
2. Market Targeting
setiap segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki. Pada umumnya market targeting dapat dibedakan menjadi beberapa level :
a. Undifferentiated Marketing (mass)
Sebuah strategi pasar dimana sebuah perusahaan memutuskan untuk mengabaikan perbedaan segmen dan masuk ke dalam sebuah pasar dengan hanya satu penawaran
b. Differentiated Marketing (Segmented)
Sebuah strategi pasar dimana perusahaan memutuskan untuk menargetkan beberapa segmen pasar dan merancang beberapa penawaran untuk setiap pasarnya.
c. Concentrated Marketing(Niche)
Sebuah strategi pasar dimana sebuah perusahaan masuk ke dalam sebuah pasar yang memiliki segmen sedikit dan sempit.
d. Micromarketing
Sebuah penyesuaian produk terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen dan konsumen lokal termasuk marketing lokal dan marketing individual.
3. Positioning
Positioning adalah memposisikan suatu produk dengan jelas, tepat, dan berbeda untuk bersaing di pikiran target konsumen
4. Differentiation
Membuat suatu perbedaan kepada target konsumen dengan menciptakan nilai yang berbeda di pikiran konsumen.
Setelah memutuskan target pasarnya, perusahaan memutuskan rencana detail untuk bauran pemasaran. Menurut Kotler (2008), bauran pemasaran adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi produk, harga, tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk menciptakan respon dari target marketnya. Bauran pemasaran juga dikenal dengan 4P. Menurut Kotler & Amstrong, 4P didefinisikan:
1. Produk (Product)
Produk adalah kombinasi benda atau jasa dari perusahaan yang ditawarkan ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk secara luas meliputi desain, merek, hak paten, positioning, dan pengembangan produk baru 2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang menunjukkan bagaimana suatu brandmemposisikan dirinya di pasar.
3. Distribusi (Place)
Distribusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya tersedia di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi, pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi konsumen.
4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan produk dan jasanya dan mempengaruhi target konsumen untuk membeli. Kegiatan promosi antara lain, iklan, personal selling, promosi penjualan, dan public relation.
Analisa SWOT menurut Kotler & Amstrong (2008) analisa SWOT adalah evaluasi secara keseluruhan terhadap kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan harus menganalisa kekuatan perusahaan dan mengidentifikasi kelemahan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga menganalisa pasar dan lingkungan pemasaran untuk mencari kesempatan yang atraktif dan mengidentifikasi ancaman. Tujuannya adalah untuk mencocokan kekuatan perusahaan dengan kesempatan yang ada dalam lingkungan disamping mengurangi kelemahan dan meminimalisasi ancaman yang datang.
Analisa SWOT menurut Thompson (2008), adalah analisa dengan menilai kondisi intern perusahaan seperti daya kekuatan (strength) dan kelemahan maupun kondisi eksternal yang berupa kesempatan dan ancaman, yang diharapkan dapat member informasi kepada perusahaan situasi yang dihadapi perusahaan dan sebagai tindak lanjut perusahaan dalam menentukan strateginya. Konsep analisa SWOT dapat membantu mengklarifikasi situasi yang akan terjadi, isu-isu penting. a. Strength adalah daya kekuatan atau kemampuan perusahaan yang tidak
dimiliki oleh pesaing. Kekuatan dapat digunakan sebagai dasar perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetisi.
b. Weakness adalah suatu hal yang menjadi kelemahan atau kekurangan.
c. Kesempatan (Opportunities) adalah faktor eksternal dimana kondisi-kondisi tersebut dapat membuka kesempatan baru yang dapat menciptakan keuntungan bagi perusahaan.
Menurut Rangkuti (20008), hasil analisis pada tabel matriks faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:
1. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman
2. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:
a. Kalau peluang lebih besar daripada ancaman, maka nilai y>0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y<0 b. Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan, maka nilai x>0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x<0
Gambar 1. Matriks Posisi SWOT
Kuadran III
Strategi Turn - Around
Kuadran I Strategi Agresif
Kuadran IV Strategi Defensif
Kuadran II
Strategi Diversifikasi
Y (-) Y (+)
a. Posisi menguntungkan
b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal
Kuadran II
a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.
b. Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
Kuadran III
Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah dapat meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.
Kuadran IV
a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan
b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan
2.3.5 Matriks SWOT
Dengan memetakan 4 variabel yaitu, kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman, dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi :
2. Strategi ST Stratpegi (Strength-Threats) dibuat dengan dasar bahwa perusahaan dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menahan atau mengatasi ancaman yang dapat mengganggu jalannya perusahaan
3. Strategi WO Strategi WO (Weakness-Opportunity) dibuat berdasarkan adanya kesempatan-kesempatan yang ada untuk digunakan dalam rangka mengatasi kelemahan yang ada.
4. Strategi WT Strategi WT (Weakness-Threats) adalah strategi dimana perusahaan dihadapkan pada ancaman dari luar dan juga kelemahan di dalam perusahaan. Strategi yang dibuat bersifat defensive dengan meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman
Tabel 1. Matriks SWOT
Dari faktor eksternal maupun internal tersebut akan diperoleh faktor – faktor yang akan dianalisis dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Oportunies, Threats) dalam bentuk matriks. Sehingga, dapat diketahui strategi yang tepat dalam pemasaran roti Kacang di Kota Tebing Tinggi.
Keterangan :
: Ada Hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Ancaman (T) E k sternal
Usaha Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
Kegiatan Pemasaran Roti Kacang
Peluang (O)
Eksternal Kekuatan (S) Internal
Kelemahan (W) Internal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan
lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yakni kota Tebing Tinggi sebagai pusat produsen roti kacang di Sumatera Utara. Berikut data mengenai
produsen roti kacang di Tebing Tinggi:
Tabel 2. Jumlah Industri Pembuatan Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
No Kecamatan Jumlah
1 Tebing Tinggi Kota 1
2 Padang Hulu 2
Total 3
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tebing Tinggi
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi bahwa jumlah industri pembuatan roti
kacamg di Tebing Tinggi berada di dua kecamatan, yaitu satu industri di
Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan dua industri di Kecamatan Padang Hulu.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara metode sensus.
Dimana seluruh populasi yang menjadi produsen dijadikan sampel. Produsen roti
kacang di Kota Tebing Tinggi sebanyak tiga produsen.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan
kepada produsen dan pedagang pengecer. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
instansi terkait yang memberi informasi pada penelitian ini yaitu Dinas Koperasi
dan UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tebing Tinggi.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan analisis deskriptif dan masalah 2
digunakan analisis SWOT. Dengan analisis SWOT dapat ditunjukkan peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan roti kacang di Kota Tebing Tinggi dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks SWOT bertujuan untuk
memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman.
Adapun langkah – langkah dalam pembuatan matriks SWOT yaitu:
1. Tahap pengambilan data evaluasi faktor eksternal dan internal
2. Tahap penentuan skor (rating) pada tiap faktor yang akan ditentukan, mana
yang termasuk internal (kekuatan dan kelemahan) atau eksternal (peluang dan
ancaman). Tahap ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Pemberian skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai skor untuk faktor peluang diberi skor +4 dengan kategori sangat besar sampai dengan skor +1 dengan kategori sangat kecil, serta sebaliknya untuk nilai skor ancaman. Sementara itu untuk faktor kekuatan diberi skor +1 dengan kategori sangat kecil sampai dengan +4 dengan kategori sangat besar, serta sebaliknya untuk nilai skor kelemahan.
sedangkan pada faktor eksternal skala 1 dan 2 menunjukkan ancaman, skala 3 dan 4 menunjukkan peluang.
3. Tahap pembobotan pada tiap faktor.
Setelah diperoleh skor tiap faktor, kemudian dilakukan pembobotan dalam tiap faktor. Pembobotan ini dilakukan degan menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwaise comparison ) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty.skala penilaian perbandingan berpasangan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Skala Penilaian Perbandingan
Tingkat Kepentingan
Defenisi Keterangan
1 Sama pentingnya Kedua faktor mempunyai pengaruh yang sama
2 Sedikit lebih penting Diberikan bila terdapat keraguan penilaian diantara dua tingkat kepentingan yang berdekatan
3 Mutlak lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu faktor dibandingkan dengan pasangannya
Sumber: Saaty, 1988
4. Tahap pembuatan matriks
Setelah didapatkan tingkat kepentingan masing – masing faktor tiap sampel,
selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap sampel yang akan menjadi bobot dari
tiap faktor.
5. Mencari nilai rata – rata geometris
Setelah didapat penilaian tiap faktor dari seluruh sampel, tahap selanjutnya
adalah mencari rata – rata perbandingan dari seluruh sampel yang disebut dengan
rata – rata geometris. Rumus mencari rata – rata geometris adalah :
Keterangan: x1 = Nilai sel i untuk sampel 1 x2 = Nilai sel i untuk sampel 2 x3 = Nilai sel i untuk sampel 3 xn = Nilai sel i untuk sampel n 6. Normalisasi nilai rata – rata geometris
Setelah didapatkan nilai rata – rata geometris, kemudian dinormalisasikan untuk
mendapatkan nilai rata – rata dari masing – masing faktor. Selanjutnya nilai rata –
rata akan menjadi bobot faktor – faktor strategis.
7. Pembuatan Matriks Evaluasi Strategi Pemasaran
Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, hal selanjutnya dilakukan matriks
evaluasi strategi pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi, yaitu dengan
mengalikan skor dengan bobot yang diperoleh dari tiap faktor, agar diperoleh
hasil skor tersebut. Nilai skor terbobot bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perkembangan industri roti kacang di Kota Tebing Tinggi terhadap faktor – faktor
strategis internal dan faktor – faktor strategis eksternal.
8. Penyusunan faktor – faktor strategis dengan matriks SWOT
Matriks SWOT akan menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis,
yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT. Matriks SWOT dapat
Tabel 4. Matriks SWOT
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan atas kesempatan-kesempatan yang tersedia di kondisi eksternal.
b. Strategi ST Strategi (Strength-Threats) dibuat dengan dasar bahwa perusahaan
dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menahan atau mengatasi
ancaman yang dapat mengganggu jalannya perusahaan
c. Strategi WO Strategi WO (Weakness-Opportunity) dibuat berdasarkan adanya kesempatan-kesempatan yang ada untuk digunakan dalam rangka mengatasi
kelemahan yang ada.
perusahaan. Strategi yang dibuat bersifat defensive dengan meminimalkan
kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.
3.5Definisi dan Batasan Operasional
Dalam penelitian seringkali terjadi kesalahpahaman. Untuk menghindari
kesalahpahaman dibuat suatu defenisi batasan operasional.
3.5.1 Definisi
1. Roti kacang adalah makanan khas kuliner Kota Tebing Tinggi yang terbuat
dari kacang dilapisi tepung dan ditaburi wijen diatasnya.
2. Strategi pemasaran adalah rencana tindakan yang hendak diikuti oleh manajer
pemasaran yang berdasarkan atas analisa situasi dan tujuan perusahaan.
3. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiiliki perusahaan
roti kacang di Kota Tebing Tinggi
4. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan
roti kacang di Kota Tebing Tinggi.
5. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal, lingkungan eksternal,
peluang dan ancaman yang dihadapi di dunia bisnis.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara
2. Sampel penelitian adalah produsen yang mengusahakan roti kacang
BAB IV
DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN DAN KARATERISTIK
INDUSTRI ROTI KACANG
4.1 Deskriptif Daerah Penelitian
Kota Tebing Tinggi adalah salah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi
Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing
Tinggi terletak pada 3o 19’00” - 3o 21’00” Lintang Utara dan 98o 11’ - 98o21’
Bujur Timur. Kota Tebing Tinggi berada di bagian tengah Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai yang dibatasi oleh PTPN III Rambutan di
sebelah Utara, PT. Socfindo Kebun Tanah Bersih di sebelah Timur, PTPN III
Kebun Pabatu di sebelah Selatan, dan PTPN III Kebun Gunung Pamela Bandar
Bejambu di sebelah Barat.
Hingga Desember 2013, Kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 kecamatan dan 35
kelurahan dengan luas wilayah 38,438 km2. Kecamatan Padang Hilir merupakan
kecamatan yang terluas dengan luas 11,441 km2 atau 29,76 persen dari luas Kota
Tebing Tinggi. Kota Tebing Tinggi terletak di dataran rendah Pulau Sumatera
dengan ketinggian 18 – 34 m di atas permukaan laut.
Berikut merupakan deskripsi kecamatan di Kota Tebing Tinggi yang merupakan
lokasi penelitian industri roti kacang, yakni Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan
Kecamatan Padang Hulu.
4.1.1 Kecamatan Tebing Tinggi Kota
Kecamatan Tebing Tinggi Kota adalah salah satu dari dua kecamatan baru hasil
pemekaran berdasarkan PERDA Kota Tebing Tinggi nomor 15 tahun 2006
Secara geografis Kecamatan Tebing Tinggi Kota terletak pada posisi tengah dari
wilayah kota Tebing Tinggi. Sesuai dengan namanya pusat perkotaan dan juga
pusat perekonomian seperti pertokoan dan lainnya banyak terdapat di wilayah
kecamatan ini.
Keadaan topografi kecamatan Tebing Tinggi sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan beberapa kecamatan lainnya yang ada di Kota Tebing Tinggi. Batas –
batas Kecamatan Tebing Tinggi Kota:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rambutan.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Hulu.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bajenis.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Hilir.
Berdasarkan proyeksi penduduk pertengahan tahun 2013, jumlah penduduk
Kecamatan Tebing Tinggi Kota sebanyak 24.352 jiwa. Jumlah penduduk laki –
laki 11.862 jiwa dan penduduk perempuan 12.490 jiwa, dan jumlah rumahtangga
sebanyak 6.026 rumahtangga. Pada umumnya penduduk Kecamatan Tebing
Tinggi Kota mengantungkan hidup dari sektor perdagangan dan jasa. Jumlah
industri kecil pada tahun 2013 sebanyak 19 unit yakni di Pasar Gambir, Rambung,
dan Badak Bejuang, dan industri rumah tangga sebanyak 15 unit.
4.1.2 Kecamatan Padang Hulu
Kecamatan Padang Hulu merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di
wilayah Kota Tebing Tinggi. Secara Geografis Kecamatan Padang Hulu terletak
pada bagian selatan wilayah Kota Tebing Tinggi dengan luas wilayah 8,5110 km2,
Siantar, membuat udara di Kecamatan ini lebih sejuk dibandingkan Kecamatan
lain yang ada di Kota Tebing Tinggi.
Keadaan topografi Kecamatan Padang Hulu sedikit bergelombang dibandingkan
Kecamatan lainnya dimana Kecamatan ini berbatasan langsung dengan
Perkebunan Pabatu. Kecamatan Padang Hulu mempunyai batas – batas wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan
Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan Bahilang
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan Pabatu
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Hilir
Jumlah penduduk Kecamatan Padang Hulu berdasarkan proyeksi penduduk
pertengahan tahun 2013 sebanyak 27.490 jiwa dan jumlah rumah tangga sebanyak
6.702 rumah tangga. Jumlah industri besar/sedang (tenaga kerja 20 orang ke atas)
yang tercatat pada tahun 2013 sebanyak dua unit, industri kecil sebanyak 21 unit,
dan industri rumah tangga sebanyak 25 unit.
4.2 Karakteristik Industri Roti Kacang Tebing Tinggi
4.2.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian dapat dijelaskan secara rinci dalam Tabel
xx di bawah ini.
No Karakteristik Sampel Satuan Sampel
I II III
1 Luas Bangunan Usaha m2 50 16 30
2 Luas Lahan Usaha m2 50 16 30
3 Lama Usaha Tahun 7 5 40
4 Umur Tahun 55 56 60
5 Tingkat Pendidikan Tahun 12 12 -
Sumber: Analisis data primer
Dari Tabel 3 diketahui bahwa usaha industri roti kacang di Kota Tebing Tinggi
merupakan usaha home industry. Luas bangunan usaha pada sampel I yaitu 50 m2 , sampel II yaitu 16 m2dan sampel III yaitu 30 m2. Luas Lahan Usaha merupakan
Luas Bangunan Usaha bagi semua sampel pengusaha roti kacang di Kota Tebing
Tinggi. Lama Usaha yang didirikan pada sampel I adalah 7 tahun, pada sampel II
selama 5 tahun dan pada sampel III adalah 40 tahun. Umur pengusaha roti kacang
pada sampel I adalah 55 tahun, pada sampel II adalah 56 tahun dan sampel III
berumur 60 tahun. Tingkat pendidikan pada sampel I dan II adalah 12 tahun, yaitu
pengusaha mengemban pendidikan hanya sampai tingkat SMA. Namun, pada
sampel III, tidak bersekolah.
4.2.2 Tenaga Kerja
Tenaga kerja diperlukan dalam proses produksi, dimulai dari perendaman kacang
hingga pengemasan. Adapun jam kerja yang diberlakukan terhadap tenaga kerja
tergantung terhadap jumlah permintaan roti kacang. Apabila permintaan sedang
meningkat maka tenaga kerja bisa bekerja selama 10 jam dengan upah Rp. 50.000
setengah hari dengan upah Rp. 25.000 – Rp. 30.000. Pada sampel I dan II
memiliki sebanyak 15 tenaga kerja sedangkan pada sampel III memiliki sebanyak
40 tenaga kerja.
4.2.3 Permodalan
Modal merupakan hal yang penting guna keberlangsungan usaha. Dalam
membangun usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi, pengusaha memperoleh
modal dari modal sendiri maupun pinjaman dari bank. Modal awal yang
diperlukan pengusaha untuk mendirikan usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi
rata – rata berkisar Rp. 38.000.000.
4.2.4 Bahan Baku
Bahan baku utama dalam pembuatan roti kacang adalah kacang. Kacang yang
dipilih merupakan kacang bermutu baik dan tidak rusak. Pengusaha memperoleh
kacang dari pasar yang tersedia di kota Tebing Tinggi. Adapun kebutuhan kacang
hijau pada tiap sampel dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Kebutuhan bahan baku pada industri roti kacang di Kota Tebing Tinggi
Sampel Kebutuhan Kacang per hari
I 15 kg
II 20 kg
III 20 kg
Sumber: Analisis data primer, 2015
4.2.5 Fasilitas Perusahaan
Fasilitas perusahaan dapat terbagi dalam fasilitas produksi guna menunjang
keberlangsungan proses produksi. Adapun fasilitas produksi yang dimiliki,
a. Mesin Penggiling Kacang untuk menghaluskan kacang
b. Mixer untuk mengaduk adonan tepung terigu dan telur sebagai kulit roti kacang
c. Oven untuk memanggang roti kacang
d. Kipas angin untuk mendinginkan roti kacang yang baru masak sebelum
dikemas
e. Meja untuk tempat tenaga kerja mencetak roti kacang sebelum dimasukkan di
dalam oven
f. Kotak kemasaran untuk mengemas roti kacang agar siap dijual
g. Ember untuk merendam kacang sebelum digiling
h. Kuali untuk memasak kacang setelah digiling
i. Roller untuk memipihkan adonan kulit luar
Fasilitas penyimpanan hanya berupa rak meja berfungsi sebagai penyimpanan roti
kacang yang telah dikemas menjadi bentuk kemasan kotak berlabel nama
perusahaan. Roti kacang di Kota Tebing Tinggi hanya dapat bertahan selama 10
hari. Sedangkan fasilias pengangkutan, pada perusahaan belum memiliki sarana
transportasi milik perusahaan, perusahaan masih menggunakan kendaraan pribadi
dalam menyalurkan produk roti kacang.
4.3 Proses Pembuatan Roti Kacang
Gambar 3. Skema Pembuatan Roti Kacang
Proses pembuatan roti kacang terdiri dari 3 tahapan, yaitu pembuatan isi roti
kacang, pembuatan kulit roti kacang serta pengemasan.
1. Pembuatan ntii roti kacang
Kacang direndam sebelumnya pada sore hari hingga kulitnya kembang.
Kemudian, dikukus hingga matang. Setelah dikukus, kacang digiling di mesin
penggiling hingga halus. Kacang yang halus kemudian dimasak dikuali untuk
ditambahkan dengan gula.
2. Pembuatan kulit luar roti kacang
Kacang Hijau / Hitam
Direndam semalaman kemudian ditiriskan
Dikukus kemudian digiling dengan mesin penggiling
Dibuat adonan kulit luar dari campuran gandum, telur, tepung, gula dan garam ke dalam mixer
Adonan dicetak berbentuk bulat lalu dipipih menggunakan roller
Dimasukkan inti kacang ke dalam adonan kulit luar kemudian dicetak
Dioleskan kuning telur di atas permukaan kulit luar roti kacang
Roti kacang dibakar hingga matang
Campur gandum, telur, tepung, gula, dan garam ke dalam mixer sehingga menjadi adonan. Setelah adonan selesai, roti kacang siap dicetak.
3. Pengemasan
Pencetakan roti kacang dimulai dengan membungkus isi roti kacang yaitu kacang
halus dengan adonan kulit roti kacang. Sebelum dimasukkan dalam oven, bagian permukaan roti kacang dioles dengan telur kemudian ditaburi wijen. Setelah
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Dalam Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
5.1.1 Kekuatan dalam Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
Adapun kekuatan dalam pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah:
1. Keunggulan produk memiliki berbagai cita rasa dan ukuran kemasan
Produk roti kacang di Kota Tebing Tinggi memiliki berbagai cita rasa dan ukuran
kemasan. Pada umumnya roti kacang yang populer dan sering dikonsumsi
masyarakat adalah roti kacang rasa kacang hijau. Berdasarkan hasil pengamatan
dan wawancara dengan pengusaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi, pengusaha
roti kacang memproduksi roti kacang rasa kacang hitam. Seiring dengan
perkembangan waktu, pengusaha roti kacang melakukan inovasi. Yaitu dengan
memproduksi berbagai varian rasa, yakni rasa nenas, strawberry dan cappucino. Adapun ukuran kemasan yang dijual pengusaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi
adalah kotak besar dan kotak kecil. Kotak besar berisi 27 roti kacang, sedangkan
kotak kecil berisi 15 roti kacang. Penciptaan berbagai cita rasa yang beraneka
ragam akan menjadi salah satu daya tarik perusahaan agar konsumen semakin
tertarik untuk membeli produknya. Hal ini menjadi kekuatan bagi industri roti
kacang di Kota Tebing Tinggi karena semakin besar niat pengusaha untuk lebih
berkreasi mengenai cita rasa dan ukuran kemasan maka akan semakin menjadi
salah satu daya tarik untuk membeli roti kacang di Kota Tebing Tinggi.
Dari segi keuangan, sumber modalusaha roti kacangberasal dari modal sendiri
maupun modal berupa pinjaman, misalnya dari bank. Semakin besar modal yang
ditanamkan dalam suatu usaha menunjukkan bahwa usaha tersebut semakin
potensial untuk dikembangkan agar memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha roti kacang di
Kota Tebing Tinggi, rata – rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha
adalah modal sendiri dan modal awal yang diperlukan pengusaha untuk
mendirikan usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi rata – rata berkisar Rp.
38.000.000. Tersedianya modal pada tiap usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi
menjadikan produksi dapat terlaksana secara berkesinambungan. Hal ini
memberikan kekuatan bagi usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi dikarenakan
memiliki modal untuk mengembangkan usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi
sehingga kestabilan dari segi keuangan / finansial tercapai. Usaha roti kacang di
Kota Tebing Tinggi masih tergolong homeindustry sehingga rata – rata pengusaha menjadikan rumahnya sebagai tempat proses produksi atau dengan kata lain,
pabrik roti kacang di Kota Tebing Tinggi berlokasi di rumah pengusaha itu
sendiri.
3. Harga jual produk terjangkau
Pengusaha menetapkan harga jual berdasarkan harga produk pesaing agar
pelanggan tetap terjaga dan keuntungan didapatkan. Berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara dengan pengusaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi
setiap produk roti kacang di Kota Tebing Tinggi menetapkan harga yang berbeda
– beda. Harga jual yang ditetapkakan pengusaha roti kacang di Kota Tebing
perusahaan roti kacang, maka pembeli dapat menentukan pilihannya berdasarkan
harga yang ditawarkan oleh pengusaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi.Hal ini
perlu diperhatikan oleh pengusaha roti kacang karena dengan harga yang
terjangkau merupakan suatu sumber kekuatan bagi pengusaha roti kacang, dengan
begitu akan dapat memenuhi ekspetasi dari segmentasi pasar.
4. Jumlah output produksi siap jual
Jumlah output produksi per hari menjadi indikator dalam perkembangan usaha,
semakin banyak permintaan, berarti semakin banyak roti kacang yang diproduksi.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha roti kacang di
Kota Tebing Tinggi, rata – rata perusahaan memproduksi roti kacang sebanyak
200 kotak per hari. Namun, pada saat weekend permintaan akan meningkat, sehingga pengusaha roti kacang bisa memproduksi sebanyak 300 kotak per
hari.Hal ini dapat menjadi kekuatan bagi usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi,
dengan memproduksi lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa, maka
keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dan dengan meningkatnya produksi
per hari akan meningkatkan potensi untuk memasarkan roti kacang ke luar daerah
Tebing Tinggi.
5.1.2 Kelemahan dalam Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
Adapun kelemahan dalam pemasaran roti kacang kota Tebing Tinggi adalah:
1. Minimnya upaya promosi yang dilakukan
Tujuan kegiatan promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk lebih luas
sehingga terjadi peningkatan jumlah produksi dan perusahaan makin berkembang.
Promosi perlu dilakukan agar calon konsumen tertarik untuk membeli produk
pengusaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi hanya ada satu perusahaan yang
melakukan promosi terhadap produknya. Promosi yang dilakukan melalui media
online, yaitu berupa website dan pernah melakukan promosi di televisi. Untuk perusahaan lain tidak melalukan promosi, mereka memperkenalkan produknya
secara langsung. Pengusaha roti kacang yang tidak melakukan promosi
menganggap bahwa pembeli akan bertambah sepanjang kualitas produknya
terjaga sehingga konsumen baru akan datang dengan sendirinya. Hal ini dirasakan
menjadi kelemahan dalam pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi, jika
upaya promosi dilakukan, konsumen lebih tertarik untuk membeli dengan begitu
terjadi peningkatan jumlah produksi.
2. Jumlah tenaga kerja tergolong rendah
Usaha besar/sedang adalah usaha dengan tenaga kerja 20 orang ke atas (Tebing
Tinggi Dalam Angka, 2014). Usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi terdiri dari
dua usaha kecil dan satu usaha sedang. Dua usaha roti kacang di Kota Tebing
Tinggi termasuk usaha kecil karena hanya memperkerjakan 15 pekerja, dimana
upah yang diberikan pun berbeda – beda untuk tiap pekerjaan, upah diberikan
berdasarkan jam kerja per harinya. Untuk usaha kecil, upah yang diberikan
sebesar Rp. 25.000 – Rp. 75.000, upah tertinggi diberikan kepada jam kerja
selama 10 jam.Sehingga, usaha roti kacang di Kota Tebing kurang mampu
menyerap tenaga kerja bagi Kota Tebing Tinggi, karena kebutuhan akan tenaga
kerja masih kurang bagi usaha yang tergolong kecil.
Adapun peluang dalam pemasaran roti kacang kota Tebing Tinggi adalah:
1. Adanya permintaan pasar dari luar daerah sentra produksi
Perusahaan perlu mengetahui berapa permintaan pasar saat ini dan permintaan
pasar pada masa depan. Permintaan pasar dapat dilihat dengan melihat
kecenderungan permintaan pasar pada masa lalu, untuk mengukur besarnya
permintaan saat ini dan masa yang akan datang. Permintaan pasar terhadap roti
kacang di Kota Tebing Tinggi dapat bersumber dari dalam Tebing Tinggi itu
sendiri dan dari luar Kota Tebing Tinggi. Dengan meningkatnya permintaan pasar
dapat menjadi peluang bagi perusahaan roti kacang di Kota Tebing Tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha roti kacang di
Kota Tebing Tinggi, rata – rata perusahaan mengekspor produk roti kacang di luar
daerah Kota Tebing Tinggi diantaranya Kota Kisaran, Kota Medan, Kota
Pematang Siantar dan Kabupaten Serdang Bedagai.Dengan adanya peningkatan
permintaan pasar dari luar daerah sentra produksi menjadi suatu peluang maka
pemasaran roti kacang dapat dikembangkan ke daerah – daerah lain di kota – kota
Sumatera Utara ataupun di kota – kota luar Sumatera Utara atau bahkan sampai ke
luar negeri.
2. Penggunaan teknologi tergolong modern
Setiap perusahaan roti kacang di Kota Tebing Tinggi dalam penggunaan teknologi
termasuk ke kategori modern karena sudah menggunakan mesin giling, mesin
mixer dan oven. Penggunaan teknologi pada usaha roti kacang dikategorikan modern hal ini dikarenakan usaha tersebut sudah menggunakan teknologi mesin
produksi akan semakin singkat dan ini merupakan suatu peluang untuk
memproduksi roti kacang dalam jumlah besar.
3. Adanya bantuan dari pihak pemerintah
Dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam usaha roti kacang di Kota Tebing
Tinggi. Program bantuan dana sangat diperlukan untuk menambah jumlah modal
usaha. Salah satu program bantuan pemerintah adalah pemberian oven kepada usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi. Secara tidak langsung aturan mengenai
pembuatan logo Kota Tebing Tinggi dapat meningkatkan penjualan, hal ini
menjadi peluang bagi pengusaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi karena adanya
dukungan pemerintah terhadap pengusaha roti kacang sebagai ikon kuliner Tebing
Tinggi dan menjadi makanan khas oleh – oleh kota Tebing Tinggi.
5.1.4 Ancaman dalam Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
Adapun ancaman dalam pemasaran roti kacang kota Tebing Tinggi adalah:
1. Adanya produk pesaing
Kota Tebing Tinggi tidak hanya identik dengan roti kacang yang dijadikan
sebagai oleh – oleh / buah tangan ataupun ikon. Terdapat produk – produk olahan
lain yang juga dijadikan sebagai oleh – oleh khas kuliner Kota Tebing Tinggi,
contohnya lemang. Masing – masing dari produk olahan tersebut memiliki
keunggulan. Dengan adanya produk lain, menjadi ancaman bagi usaha roti kacang
di Kota Tebing Tinggi.
2. Bahan baku kurang tersedia
Bahan baku kacang di kota Tebing Tinggi kurang tersedia, dikarenakan Kota
Tebing Tinggi tidak termasuk dalam produsen kacang di Sumatera Utara. Dengan
memproduksi roti kacang, Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan
pengusaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi, pengusaha memperoleh bahan baku
dari pasar – pasar yang ada di Kota Tebing Tinggi, namun jika bahan baku tidak
tersedia, perusahaan memperoleh bahan baku dari Kota Medan. Salah satu saran
yang diberikan pengusaha kepada pemerintah adalah dengan pembentukan
koperasi, agar petani dapat mengumpulkan hasil panen di koperasi dengan begitu
2.2 Strategi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
2.2.1 Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
Pemberian nilai skor 4 dan 3 pada faktor internal yaitu kekuatan dan pada faktor
internal yaitu peluang. Sedangkan untuk faktor internal yakni kelemahan
diberikan skor 2 dan 1, hal ini berlaku juga pada faktor eksternal yakni ancaman.
Tabel 7. Skor Rata – Rata Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Faktor Strategis Skor Rata – Rata
Distribusi Skor
1 2 3 4
Faktor Strategis Internal 1. Keunggulan produk
5. Bahan baku kurang tersedia
2 0% 100% 0% 0%
Sumber: Lampiran 1 dan 2
Berdasarkan Tabel 7, faktor internal memiliki kekuatan yan paling dominan untuk
strategi pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah keunggulan produk
berdasarkan cita rasa dan ukuran kemasan serta harga jual produk terjangkau
dengan skor rata – rata sebesar 3,3. Stabilnya usaha roti kacang dari segi
keuangan/finansial dan jumlah output produksiap jual berskor rata – rata sebesar
3. Sehingga faktor strategis internal yang merupakan kekuatan adalah keunggulan
produk berdasarkan cita rasa dan ukuran kemasan , harga jual produk terjangkau,
stabilnya usaha roti kacang dari segi keuangan/finansial dan jumlah output produk
siap jual . Faktor strategis intermal yang termasuk dalam kelemahan adalah
minimnya upaya promosi yang dilakukan dan jumlah tenaga kerja yang rendah,
karena masing- masing faktor berskor rata – rata 1,6 dan 1,3.
Faktor Eksternal memiliki peluang yang paling dominan untuk strategi pemasaran
roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah adanya bantuan dari pihak pemerintah
dengan skor rata – rata senilai 3,3 dan skor rata – rata 3 pada adanya permintaan
pasar dari luar sentra produksi dan penggunaan teknologi modern. Faktor strategis
eksternal yang termasuk dalam ancaman adalah adanya produk pesaing. Adanya
produk pesaing dengan skor rata – rata 1 dan skor 2 terdapat pada bahan baku
yang kurang tersedia. Dengan ini, yang menjadi ancaman dalam strategi
pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah adanya produk pesaing dan
bahan baku kurang tersedia.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh melalui kusioner yang
kekuatan dan kelemahan, faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman
yang disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
Faktor – Faktor Strategis Parameter Faktor Internal
1. Kekuatan
2. Kelemahan
1. Keunggulan produk memiliki berbagai cita rasa dan ukuran kemasan
2. Stabilnya usaha roti kacang dari segi keuangan / finansial
3. Harga jual produk terjangkau 4. Jumlah output produksi siap jual
1. Minimnya upaya promosi yang dilakukan 2. Jumlah tenaga kerja tergolong rendah Faktor Eksternal
1. Peluang
2. Ancaman
1. Adanya permintaan pasar dari luar daerah sentra produksi
2. Penggunaan teknologi tergolong modern 3. Adanya bantuan dari pihak pemerintah
1. Adanya produk pesaing 2. Bahan baku kurang tersedia Sumber: Lampiran 2, 11 dan 12
Tabel 8 menunjukkan bahwa faktor internal yang menjadi kekuatan lebih banyak
daripada kelemahan, sehingga hal ini dapat menjadi kekuatan untuk menutupi
kelemahan. Faktor internal yang menjadi kekuatan terdiri dari 4 faktor diantaranya
keunggulan produk memiliki berbagai cita rasa dan ukuran kemasan, stabilnya
usaha roti kacang dari segi keuangan / finansial, harga jual produk terjangkau dan
jumlah output produksi siap jual. Faktor internal yang menjadi kelemahan terdiri
dari 2 faktor yakni minimnya upaya promosi yang dilakukan dan jumlah tenaga
kerja tergolong rendah.
Begitu pula dengan faktor eksternal dimana faktor peluang lebih banyak daripada
tercipta. Faktor eksternal yang menjadi peluang terdiri atas 3 faktor yakni adanya
permintaan pasar dari luar daerah sentra produksi, penggunaan teknologi
tergolong modern dan adanya bantuan dari pihak pemerintah. Sedangkan faktor
eksternal yang menjadi amcaman terdiri dari 2 faktor yakni adanya produk
pesaing dan bahan baku kurang tersedia.
5.2.2 Pembobotan Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Setelah diperoleh skor tiap faktor internal dan faktor eksternal maka selanjutnya
dilkakukan pembobotan pada tiap faktor internal dan eksternal. Teknik komparasi
adalah pembobotan yang dilakukan dengan tingkat kepentingan 1, 2 dan 3 serta
dilakukan berpasangan. Setelah diperoleh tingkat kepentingan masing – masing
faktor pada setiap sampel, kemudian dibuat matriks penilaian setiap faktor dari
seluruh sampel. Selanjutnya nilai rata – rata perbandingan dari seluruh sampel
dicari dan disebut dengan rata – rata geomteris dengan menggunakan rumus
geometris. Kemudian, nilai rata – rata setiap faktiryang diperoleh
dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai rata – rata dari masing – masing faktor.
Nilai rata – rata ini akan menjadi bobot dari setiap faktor. Pembobotan faktor –
faktor internal dan faktor – faktor eskternal disajikan dalam Tabel 9 dan Tabel 10
Tabel 9. Pembobotan Faktor – Faktor Internal
Faktor – Faktor Internal Bobot
Kekuatan
1. Keunggulan produk memiliki berbagai cita rasa dan ukuran kemasan
2. Stabilnya usaha roti kacang dari segi keuangan/finansial 3. Harga Jual per produk terjangkau
4. Jumlah output produksi siap jual Kelemahan
5. Minimnya upaya promosi yang dilakukan 6. Jumlah tenaga kerja masih tergolong rendah
0,24
Minimnya upaya promosi yang dilakukan memiliki nilai bobot yang paling besar
yaitu 0,26. Hal ini berarti promosi merupakan faktor internal yang dianggap
sangat penting dalam pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi. Kemudian
diikuti oleh keunggulan produk memiliki berbagai cita rasa dan ukuran kemasan
memiliki bobot sebesar 0,24; kestabilan usaha roti kacang dari segi
keuangan/finansial memiliki bobot sebesar 0,17; jumlah output produksi siap jual
memiliki bobot sebesar 0,13;jumlah tenaga kerja tergolongrendah memiliki bobot
0,12; harga jual yang terjangkau memiliki nilai bobot paling kecil yaitu 0,08. Hal
ini berarti harga jual yang terjangkau merupakan faktor internal yang dianggap
kurang penting dalam pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi karena harga
jual per produk tidak terlalu berpengaruh disebabkan harga jual yang cenderung
Tabel 10. Pembobotan Faktor – Faktor Eksternal
Faktor – Faktor Eksternal Bobot
Peluang
1. Adanya permintaan pasar dari luar daerah sentra produksi
2. Penggunaan teknologi tergolong modern 3. Adanya bantuan dari pihak pemerintah
Ancaman
1. Adanya produk pesaing 2. Bahan baku kurang tersedia
0,34
Sumber: Lampiran 4, 6, 8, dan 10
Adanya permintaan pasar dari luar daerah sentra produksi memiliki bobot yang
paling besar yaitu 0,34. Hal ini berarti adanya permintaan pasar dari luar daerah
sentra produksi merupakan faktor eksternal yang dianggap sangat penting dalam
pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi. Kemudian diikuti oleh adanya
produk pesaing memiliki bobot sebesar 0,26; penggunaan teknologi memiliki
bobot sebesar 0,17; adanya bantuan dari pihak pemerintah memiliki bobot sebesar
0,13; kurang tersedianya bahan baku memiliki nilai bobot paling kecil yaitu 0,10.
5.2.3 Penentuan Strategi Pemasaran Roti Kacang di Kota Tebing Tinggi
Tahap berikutnya dilakukan matriks evaluasi strategi pemasaran roti kacang di
Kota Tebing Tinggi dengan mengkalikan skor dan bobot pada faktor internal
agar diperoleh hasil skor terbobot. Hasil perkalian skor dan bobot pada faktor
internal dalam pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi disajikan dalam
Tabel 11. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS)
Faktor – Faktor Strategis Internal Bobot Skor Bobot x Skor Kekuatan
1. Keunggulan produk memiliki berbagai cita rasa dan ukuran kemasan
5. Minimnya upaya promosi yang dilakukan
Hasil pembobotan faktor internal yang paling tinggi adalah keunggulan produk
memiliki berbagai cita rasa dan ukuran kemasan (kekuatan) dan minimnya upaya
promosi yang dilakukan (kelemahan). Hasil analisis menunjukkan bahwa
pengaruh faktor internal yang paling dominan terjadi pada keunggulan produk
berdasarkan cita rasa dan ukuran kemasan. Adanya keunggulan produk
berdasarkan cita rasa dan ukuran kemasan yang mendukung pemasaran roti
kacang di Kota Tebing Tinggi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan minimnya
upaya promosi roti kacang di Kota Tebing Tnggi. Jumlah tenaga kerja merupakan
salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan pemasaran. Banyak atau
rendahnya jumlah tenaga kerja dapat menunjukkan seberapa berkembang suatu
perusaahan. Perusahaan roti kacang di Kota Tebing Tinggi masih tergolong usaha
kecil, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan masih rendah, dan penyerapan
besar, maka banyak tenaga kerja terserap sehingga produk yang dihasilkapun
lebih banyak jumlahnya.
Tabel 12. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS)
Faktor – Faktor Strategis Eksternal Bobot Skor Bobot x Skor Peluang
1. Adanya permintaan pasar dari luar daerah sentra produksi
2. Penggunaan teknologi tergolong modern 3. Adanya bantuan dari
pihak pemerintah
Ancaman
4. Adanya produk pesaing 5. Bahan baku kurang tersedia
0,34
Hasil pembobotan faktor eksternal yang paling tinggi adalah adanya permintaan
pasar dari luar daerah sentra produksi (peluang) dan adanya produk pesaing
(ancaman). Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh faktor eksternal yang
paling dominan adalah adanya permintaan pasar dari luar daerah sentra produksi.
Faktor penggunaan teknologi modern dan adanya bantuan dari pihak pemerintah
merupakan peluang yang dapat diraih. Dengan adanya permintaan pasar dari luar
daerah sentra produksi sehingga pasokan bahan baku terbagi bagi dan ini
merupakan ancaman bagi pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi. Namun
adanya produk pesaing merupakan ancaman terbesar yang harus diatasi oleh
perusahaan yang ada dalam pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi.
Selanjutnya pengabungan antara faktor strategis internal dan faktor strategis