SKRIPSI
PENGARUH PIUTANG MURABAHAH, MUDHARABAH, MUSYARAKAH, DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP
RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
OLEH
FAHRIZANSYAH SIKUMBANG 110503079
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh piutang murabahah, mudharabah, musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah periode 2010-2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah 12 Bank Umum Syariah di Indonesia. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Setelah melewati tahap purposive sampling, terdapat 8 sampel Bank Umum Syariah yang layak digunakan yaitu Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan BCA Syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antar variable. Sedangkan uji asumsi klasik yang digunakan penelitian ini meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokolerasi dan uji multikolinieritas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Piutang murabahah, mudharabah,
musyarakah dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) dan secara parsial semua variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Kemampuan prediksi dari keempat variable tersebut terhadap ROA sebesar 32,9%, sedangkan sisanya 67,1% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi Bank Umum Syariah dalam mengelola perusahaan.
ABSTRACK
This study aimed to examine the effect of murabaha receivables, mudharaba, musharaka and Non Performing Financing (NPF) to Return on Assets (ROA) in Islamic Banks in Indonesia 2010-2013 period. The data used in this study were obtained from the Annual Financial Report for the 2010-2013 term Islamic Banks.
The population in this study were 12 Islamic Banks in Indonesia. The selection of the sample using purposive sampling technique. After passing through purposive sampling stage, there are 8 samples Islamic Banks decent used namely Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan BCA Syariah. The analysis technique used in this study using multiple linear regression with the purpose to obtain a comprehensive picture of the relationship between variables. While the classical assumption used this research include normality test, heterokedastisitas test, autocorrelation test, and multicolinearity test.
The results indicates that murabaha, mudharaba, musharaka, and Non Performing Financing (NPF) variable simultaneously have significantly influence to Return On Assets (ROA) and partially variables all not influence significantly to Return On Assets (ROA) of islamic banks in Indonesia. Predictive ability of the four variables on ROA of 32.9%, while the rest 67,1% influenced by other factors outside the research model. The result is expected to be aguideline for the of Islamic Banks in managing the company.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2013,” ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Program Sarjana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
adanya dukungan, bantuan, bimbingan, nasehat, dan do‟a dari berbagai pihak.
Melalui tulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Firman
Syarif, M.Si., Ak, Selaku Dosen Pembanding atas segala masukan dan saran
yang telah diberikan.
6. Kedua orang tua penulis, Nasrun Sikumbang dan Darhaini Tanjung yang
senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan
dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dan juga kepada
kedua Abang penulis, Nazwir Kurniawan Sikumbang dan Nazwar Anas
Sikumbang, dan sanak family yang juga senantiasa memberikan dukungan,
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat penulis Alex Leo Pasaribu, Dewi Wulandari Mukhriz.,S.Ikom dan
sahabat-sahabat dari jurusan Akuntansi, Manajemen, Ekonomi
Pembangunan, Organisasi BP2M Baiturrahmah FEB USU dan FoSEI USU
yang juga memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaaat bagi
berbagai pihak.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis ... 14
2.1.1. Pengertian Bank ... 14
A. Bank Konvensional ... 14
B. Bank Syariah ... 15
2.1.2 Pembiayaan Pada Bank Syariah ... 19
A. Pembiayaan Mudharabah ... 20
B. Pembiayaan Musyarakah ... 22
2.1.3 Jual Beli Syariah ... 26
A. Murabahah ... 26
B. Salam ... 28
C. Istishna’ ... 30
2.1.4 Non Performing Financing (NPF) ... 33
2.1.5 Return On Assets (ROA) ... 35
2.2. Penelitian Terdahulu ... 36
2.3. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 38
2.3.1. Pengaruh Piutang Murabahah dengan Return On Asset Bank Umum Syariah ... 38
2.3.2. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dengan Return On Asset Bank Umum Syariah ... 39
2.3.3. Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dengan Return On Asset Bank Umum Syariah ... 40
2.3.4. Pengaruh Non Performing Financing dengan ROA Bank Umum Syariah ... 40
2.5. Perumusan Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan PengukuranVariabel ... 44
3.2. Populasi dan Sampel ... 50
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 50
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 51
3.5. Metode Analisis ... 51
A. Satistik Deskriptif ... 52
B. Uji Asumsi Klasik ... 52
B.1.Uji Normalitas ... 52
B.2.Uji Heterokedastisitas ... 53
B.3.Uji Autokorelasi ... 54
B.4.Uji Multikolinieritas ... 55
C. Analisis Regresi Berganda ... 57
D. Pengujian Hipotesis ... 58
D.1.Uji F-statistic ... 58
D.2.Uji t-statistic ... 59
D.3.Uji R2 ... 60
3.6. Jadwal Penelitian ... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 61
B. Hasil Analisis ... 62
C. Pembahasan ... 75
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78
B. Keterbatasan ... 78
C. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan
Syariah Di Indonesia Tahun 2008 – 2014 ... 3
1.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2008 – 2014 ... 3
1.3 Pertumbuhan Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, NPF dan ROA Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2008 – 2014 ... 5
1.4 Research Gap Penelitian Sebelumnya ... 10
2.1 Indikator Kualitas Pembiayaan ... 34
2.2 Penelitian Terdahulu ... 36
3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 48
3.2 Populasi dan Sampel ... 50
3.3 Jadwal Penelitian ... 60
4.1 Sampel Bank Umum Syariah ... 61
4.2 Statistik Deskriptif ... 62
4.3 Uji Normalitas ... 63
4.4 Uji Autokorelasi ... 67
4.5 Uji Multikolinieritas ... 68
4.6 Model Summary ... 68
4.7 Uji t Statistik ... 70
4.8 Uji F statistik ... 72
DAFTAR GAMBAR
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Operasional Bank Syariah ... 17
2.2 Alur Transaksi Mudharabah ... 21
2.3 Alur Transaksi Musyarakah ... 24
2.4 Alur Transaksi Murabahah (dengan pesanan) ... 27
2.5 Alur Transaksi Salam dan Salam Paralel ... 29
2.6 Alur Tansaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel ... 31
2.7 Kerangka Konseptual ... 42
4.1 Grafik Histogram ... 64
4.2 Grafik P-Plot ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia ... 83
2 Data Penelitian 2010-2013 ... 84
3 Hasil Output SPSS. Versi 18 ... 85
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh piutang murabahah, mudharabah, musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah periode 2010-2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah 12 Bank Umum Syariah di Indonesia. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Setelah melewati tahap purposive sampling, terdapat 8 sampel Bank Umum Syariah yang layak digunakan yaitu Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan BCA Syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antar variable. Sedangkan uji asumsi klasik yang digunakan penelitian ini meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokolerasi dan uji multikolinieritas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Piutang murabahah, mudharabah,
musyarakah dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) dan secara parsial semua variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Kemampuan prediksi dari keempat variable tersebut terhadap ROA sebesar 32,9%, sedangkan sisanya 67,1% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi Bank Umum Syariah dalam mengelola perusahaan.
ABSTRACK
This study aimed to examine the effect of murabaha receivables, mudharaba, musharaka and Non Performing Financing (NPF) to Return on Assets (ROA) in Islamic Banks in Indonesia 2010-2013 period. The data used in this study were obtained from the Annual Financial Report for the 2010-2013 term Islamic Banks.
The population in this study were 12 Islamic Banks in Indonesia. The selection of the sample using purposive sampling technique. After passing through purposive sampling stage, there are 8 samples Islamic Banks decent used namely Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan BCA Syariah. The analysis technique used in this study using multiple linear regression with the purpose to obtain a comprehensive picture of the relationship between variables. While the classical assumption used this research include normality test, heterokedastisitas test, autocorrelation test, and multicolinearity test.
The results indicates that murabaha, mudharaba, musharaka, and Non Performing Financing (NPF) variable simultaneously have significantly influence to Return On Assets (ROA) and partially variables all not influence significantly to Return On Assets (ROA) of islamic banks in Indonesia. Predictive ability of the four variables on ROA of 32.9%, while the rest 67,1% influenced by other factors outside the research model. The result is expected to be aguideline for the of Islamic Banks in managing the company.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perekonomian dunia saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan.
Jika dilihat dari pendanaan, hampir semua aktivitas pendanaan menggunakan
perbankan sebagai lembaga keuangan yang dapat membantu berjalannya suatu
usaha. Masyarakat pada umumnya yang memiliki bisnis atau usaha mengambil
jalan untuk bekerjasama dengan pihak bank untuk keberlangsungan bisnisnya.
Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu lembaga yang mempunyai tugas pokok untuk menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor. 10 tahun 1998 tentang perbankan,
perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Sistem perbankan
konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan operasionalnya. Berbeda halnya dengan perbankan syariah, sistem perbankan syariah
menggunakan prinsip bagi hasil sebagai landasan dasar operasionalnya. Prinsip
perbankan syariah berdasarkan kaidah al-mudharabah, dalam prinsip ini bank syariah berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan
pengusaha yang meminjam dana. Perbankan Syariah yang berlandaskan sistem
bagi hasil menunjukkan ketangguhannya dengan tetap bertahan pada kondisi
sebagai Bank Islam Indonesia pertama, yang tetap bertahan walaupun dilanda oleh
krisis perekonomian (Santoso, 2008).
Pada Tabel 1.1 berikut ini terdapat perkembangan industri perbankan
syariah di Indonesia. Bank Syariah menunjukkan perkembangan yang sangat
pesat sejak tahun 1999 hingga saat ini. Dalam perkembangannya sejak Bank
Muamalat Indonesia (BMI) terbentuk, industri perbankan syariah di Indonesia
semakin berkembang. Meskipun hingga pada awal tahun 2000 Bank Umum
Syariah di Indonesia hanya berjumlah tiga, namun pada saat ini industri
perbankan syariah semakin marak. Pada Tahun 2014 telah tercatat 12 Bank
Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), 163 Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) dengan jumlah kantor perbankan syariah sebanyak 2.910
yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini didukung dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah sehingga perkembangan industri perbankan syariah nasional semakin
memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi. Bahkan pada saat ini, industri perbankan syariah tidak
hanya diisi oleh para pemain dari dalam negeri, tetapi juga para pemain dari luar
negeri. Untuk dapat mengetahui perkembangan jumlah bank dan kantor
perbankan syariah di Indonesia selama tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2008-2014
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bank Umum
Syariah
Jumlah Bank 5 6 11 11 11 11 12
Jumlah Kantor 581 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151
Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank 27 25 23 24 24 23 22
Jumlah Kantor 241 287 262 336 517 590 320
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Jumlah Bank 131 138 150 155 158 163 163
Jumlah Kantor 202 225 286 364 401 402 439
Total 1.024 1.223 1.763 2.101 2.663 2.990 2.910 Ket :* Jumlah Bank Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Desember 2014
Pada Tabel 1.2 Berikut ini, Menyajikan pertumbuhan pengumpulan Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan pada Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia pada tahun 2008-2014.
Tabel 1. 2
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Umum Syariah Di Indonesia
Tahun 2008-2014
Tahun % Pertumbuhan DPK % Pertumbuhan Pembiayaan
2008 26,26 26,03
2009 42,87 31,95
2010 62,36 63,58
2011 50,07 48,52
2012 22,03 34,28
2013 21,52 22,13
2014 19,24 7,35
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Desember 2014 (diolah)
Tabel 1.2 menunjukan bahwa DPK tahun 2009 mengalami peningkatan
kenaikan sebesar 19,49 % dan penurunan pertumbuhan terjadi yaitu pada tahun
2011 sampai tahun 2014 masing-masing sebesar 12,29 %, 28,04 %, 0,51 %, dan
2,28 %. Sedangkan penyaluran pembiayaan pada tahun 2009 mengalami kenaikan
sebesar 5,92 %. Tahun 2010 juga mengalami kenaikan sebesar 31,63 % dan
penurunan petumbuhan terjadi yaitu pada tahun 2011 sampai tahun 2014
masing-masing sebesar 15,06 %, 14,24 %, 12,15 %, dan 14,78 %.
Dalam perkembangannya dunia perbankan, suatu bank akan dinilai baik
kinerja usahanya apabila dapat dinilai dari suatu penilaian rasio keuangannya.
Salah satu rasio yang terpenting adalah rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan
dari pinjaman dan investasi. Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur
kinerja profitabilitas bank adalah ROE (Return On Equity) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas total modal untuk menghasilkan
keuntungan, dan ROA (Return On Assets) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dari keseluruhan aset yang ada dan yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan.
Pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank syariah adalah pembiayaan
jual beli dan bagi hasil. Pembiayaan yang tergolong berprinsip jual beli adalah
tingkat pengembalian aset (return on asset) pada bank yang telah menyalurkan pembiayaan tersebut.
Pada Tabel 1.3 Berikut ini, Menyajikan pertumbuhan murabahah,
musyarakah, mudharabah, non performing financing dan return on asset pada perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2008-2014.
Tabel 1.3
Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, NPF dan ROA Perbankan Syariah Di Indonesia
Tahun 2008-2014 Tahun Murabahah (Miliar Rupiah) Mudharabah (Miliar Rupiah) Musyarakah (Miliar Rupiah) NPF (%) ROA (%)
2008 22.486 6.205 7.411
2009 26.321 6.597 10.412 4,01 1,48
2010 37.508 8.631 14.624 3,02 1,67
2011 56.365 10.229 18.960 2,52 1,79
2012 88.004 12.023 27.667 2,93 1,99
2013 110.565 13.625 39.874 2,63 2,00
2014 117.371 14.354 49.387 4,33 0,80
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Desember 2014
Berdasarkan Tabel 1.3 diatas menunjukan bahwa Return On Asset (ROA) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 mengalami pertumbuhan setiap
tahunnya, kecuali pada tahun 2014. Jika dilihat dari perhitungan ROA dari tahun
2009 sampai 2013 selalu mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,06 %,
0,19 %, 0,12 %, 0,2 %, dan 0,01. Dan tahun 2014 mengalami penurunan sebesar
1,2 %.
Murabahah dari tahun 2008 sampai 2014 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika dilihat dari perhitungan dari tahun 2009 sampai 2014
mengalami pertumbuhan dengan jumlah masing-masing 3.435 Miliar, 11.187
dari tingkat kekonsistenan data antara variabel murabahah dengan Return On Asset (ROA). Pada tahun 2008 sampai tahun 2013, Nilai ROA dan murabahah
sama-sama mengalami kenaikan, kecuali tahun 2014.
Mudharabah dari tahun 2008 sampai 2014 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika dilihat dari perhitungan dari tahun 2009 sampai 2014
mengalami pertumbuhan dengan jumlah masing-masing 392 Miliar, 2.034 Miliar,
1.598 Miliar, 1.794 Miliar, 1.602 Miliar, dan 729 Miliar. Jika dilihat dari tingkat
kekonsistenan data antara variabel mudharabah dengan Return On Asset (ROA). Pada tahun 2008 menuju ke tahun 2013 nilai ROA dan murabahah sama-sama mengalami kenaikan, kecuali pada tahun 2014.
Musyarakah dari tahun 2008 sampai 2014 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika dilihat dari perhitungan dari tahun 2009 sampai 2014
mengalami pertumbuhan dengan jumlah masing-masing 3.001 Miliar, 4.212
Miliar, 4.336 Miliar, 8.707 Miliar, 12.207 Miliar, dan 9.513 Miliar. Jika dilihat
dari tingkat kekonsistenan data antara variabel musyarakah dengan Return On Asset (ROA). Pada tahun 2008 sampai tahun 2013, Nilai ROA dan musyarakah
sama-sama mengalami kenaikan, kecuai pada tahun 2014.
Non Performing Financing (NPF) dengan nilai tahun 2008 sampai tahun 2014 bersifat fluktuasi. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 2,59 %,
tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan masing-masing 0,99 % dan 0,5 %,
tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 0,41 %, di tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 0,3 %, dan tahun 2014 kembali mengalami kenaikan sebesar
Jika dilihat dari tingkat kekonsistenan data antara variabel Non Performing Financing (NPF) dengan Return On Asset (ROA), nilai NPF dan ROA tidak konsisten. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008 ke tahun 2009, nilai NPF
sama-sama mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 ke tahun 2011, nilai ROA mengalami
kenaikan sedangkan nilai NPF mengalami penurunan. Untuk tahun 2012 ke tahun
2013, nilai ROA mengalami peningkatan sedangkan nilai NPF mengalami
penurunan dan untuk tahun 2014 nilai ROA mengalami penurunan dan NPF
mengalami kenaikan. Dari hasil perhitungan nilai NPF dan ROA tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa antara nilai NPF dan ROA tidak memiliki
kekonsistenen data (data tidak konsisten) karena dari tahun ke tahun nilai NPF
dan ROA mengalami kenaikan dan penurunan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya research gap dari variabel independen yang mempengaruhi ROA perusahaan, adapun keempat variabel tersebut adalah Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan
Non Performing Financing (NPF).
Variabel pertama adalah murabahah. Muhammad (2005 : 201) menyatakan bahwa salah satu prinsip jual beli yaitu akad murabahah merupakan produk yang paling populer dalam industri perbankan syariah. Hal tersebut
dikarenakan beberapa alasan antara lain murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan cukup memudahkan dibandingkan dengan sistem
profit and loss sharing (PLS), mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh
menjadi saingan bank-bank Islam, murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS; dan murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis karena
bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.
Semakin tinggi murabahah, maka semakin tinggi profitabilitas yang diproksikan ke Return On Asset (ROA) karena pendapatan bank akan meningkat. Bukti empiris dari Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi
murabahah, maka semakin tinggi profitabilitas bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Asset. Sedangkan bukti empiris dari Maya (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi murabahah, maka semakin kecil
profitabilitas yang di proksikan dengan Return On Asset. Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu melanjutkan penelitian kembali yaitu pengaruh murabahah terhadap Return On Asset (ROA).
Variable kedua adalah mudharabah yang merupakan salah satu dari pembiayaan bagi hasil. Semakin besar mudharabah, maka semakin besar
profitabilitas, karena pendapatan dari mudharabah akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus, 2009) dan besarnya laba yang diperoleh akan
mempengaruhi profitabilitas.
Dalam penelitian Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi
mudharabah, maka semakin rendah profitabilitas bank umum yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan
pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap Return On Asset (ROA).
Variabel Ketiga adalah musyarakah. Semakin besar pembiayaan
musyarakah, maka semakin besar profitabilitas karena pendapatan dari pembiayaan musyarakah akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus,2009) dan besarnya laba yang diperoleh akan mempengaruhi
profitabilitas. Dalam penelitian Wicaksana (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan musyarakah, maka semakin tinggi profitabilitas Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Sedangkan bukti empiris Maya (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan
musyarakah, maka semakin rendah profitabilitas bank umum yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Dengan adanya research gap dari penelitian Wicaksana (2011) dan Maya (2009), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan
pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap Return On Asset (ROA).
Variabel keempat adalah Non Performing Financing (NPF). Semakin tinggi Non Performing Financing (NPF), maka semakin kecil Return On Asset
(ROA) karena pendapatan laba perusahaan kecil. Dalam penelitian Rahman dan
Financing (NPF), maka akan semakin rendah profitabilitas bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Hasil penelitian Rahman dan Ridha (2012) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2011)
yang menunjukkan adanya pengaruh yang negatif signifikan antara Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA). Dengan adanya
research gap dari penelitian Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika (2012), Adyani (2011), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA).
Pada tabel 1.4 menunjukkan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yang berkaitan dengan profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, antara lain:
Tabel 1.4
Research gap Penelitian Sebelumnya
Variabel
Dependen Variabel Independen
Pengaruh Peneliti
Sebelumnya
ROA
Murabahah Positif Signifikan
Oktariani (2012) Mudharabah Tidak Berpengaruh Musyarakah Tidak Berpengaruh Murabahah, Musyarakah, Mudharabah
Positif Signifikan Wicaksana (2011)
Non Performing Financing
Negatif
Signifikan Adyani (2011) Positif Signifikan Rahman dan
Ridha (2012) Negatif
Signifikan Dewi (2010)
Mudharabah Negatif Signifikan
Maya (2009)
Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini berangkat
dari reseach gap, yaitu adanya inkonsistensi penelitian-penelitian terdahulu mengenai “Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum syariah di Indonesia”. Namun, dalam hal ini perbedaan penelitian
saya dengan penelitian sebelumnya yaitu dari periode laporan keuangan yang di
amati, saya mengamati laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit dari tahun
2010 – 2013, sementara penelitian terdahulu menggunakan data triwulan yang
belum diaudit dari tahun 2010-2012. Perbedaannya lagi terletak di sampel yang
diambil, sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 8 Bank Umum Syariah
di Indonesia yang memenuhi kriteria yang sebelumnya sudah ditentukan.
1.2. Perumusan Masalah
Penilaian terhadap kinerja keuangan pada bank sangat penting untuk
mengetahui kondisi keuangannya. Kinerja bank dapat memberikan kepercayaan
kepada deposan dan investor guna menyimpan dananya. Return On Asset (ROA) penting bagi bank karena Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aset yang dimilikinya.
Seperti yang diuraikan dalam latar belakang di atas bahwa terdapat
perbedaan hasil penelitian antara satu peneliti dengan peneliti lainnya, dan juga
terdapat perbedaan antara teori dengan hasil penelitian terdahulu, maka dapat
diketahui adanya masalah dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan hasil
Berdasarkan rumusan masalah penelitian (research problem) yang telah dipaparkan, maka saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut terhadap pengaruh
piutang murabahah, mudharabah, musyarakah, dan non performing financing (NPF). Maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian (research question) yaitu:
1. Apakah piutang murabahah berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
2. Apakah pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
3. Apakah pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
4. Apakah Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
5. Apakah Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara simultan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam
melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan atau
pertanyaan penelitian. Berangkat dari pertanyaan penelitian diatas maka
tujuan penelitian ini yaitu:
2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap
Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Financing (NPF)
terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
5. Untuk mengetahui pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah :
1. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan sebagai bukti empiris di
bidang perbankan khususnya Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya, dapat mendukung penelitian yang berkaitan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia yaitu banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan
operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan
popular menjadi Bank (Rivai dan Veithzal, 2008). Menurut UU Nomor 10
tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk - bentuk lainnya, dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dari penjelasan tersebut
menekankan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam
bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari
segi penyalurannya, Bank tidak semata-mata bertujuan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi juga kegiatan itu harus pula
diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
perbankan, bank berdasarkan sistem operasionalnya dibedakan atas dua
jenis, antara lain:
A. Bank Konvensional
Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan
Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Menurut UU Nomor 10
Tahun 1998, Bank Konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Martono (2002) menjelaskan prinsip konvensional yang digunakan
bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu:
1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti tabungan, deposito berjangka, maupun produk pinjaman (kredit) yang diberikan berdasarkan tingkat bunga tertentu.
2. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau presentase tertentu.
B. Bank Syariah
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam khasanah
internasional bank syariah sering disebut juga dengan Islamic Banking.
Islamic Banking menurut Rivai dan Veithzal (2008) adalah “bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam,
berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada
masyarakat, atau sebagai perantara keuangan. Prinsip Islam yang dimaksud
adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank, pihak lain untuk
penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha”.
Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008, bank syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah adalah Bank
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiataannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Selain Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dalam
perbankan syariah juga dikenal Unit Usaha Syariah (UUS). Unit Usaha
Syariah adalah unit kerja dari kantor Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Dalam mekanisme operasional pada bank syariah dengan terhadap
nasabah/peminjam dana, bank syariah akan bertindak sebagai shahibul maal
(penyandang dana, baik yang berasal dari deposito/giro maupun dana bank sendiri berupa modal pemegang saham). Sementara itu, nasabah/peminjam
akan berfungsi sebagai mudharib (pengelola) karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank. Operasional bank syariah
Sumber: Abdurahim, 2009 :57
Gambar 2.1
Operasional Bank Syariah 2 Nasabah pemilik dan penitip dana Nasabah mitra, pengelola investasi, pembeli, penyewa. Instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan 1 BANK SYARIAH Sebagai pengelola dana/penerima dana titipan. Sebagai penyedia jasa keuangan Sebagai pemilik dana / penjual / pemberi sewa
5
Ket :
(1) Penghimpunan dana
(2) Penyaluran dana (5) Penyedia dana
Jasa Administras i tabungan, ATM, transfer, kliring, letter of credit, Bank Garansi, Transaksi valuta asing dsb.
4. Menyalurkan pendapatan 3. Menerima pendapatan
Bagi hasi, margin, fee
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Sistem operasional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan
dana dari masyarakat. Penghimpunan dapat dilakukan dengan skema
investasi maupun skema titipan. Dalam penghimpunan dana dengan
skema investasi dari nasabah pemilik dana (shahibul maal), bank syariah berperan sebagai pengelola dana atau bisa disebut dengan mudharib. Adapun pada penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah
berperan sebagai penerima titipan.
2. Dana yang diperoleh oleh bank syariah selanjutnya disalurkan kepada
berbagai pihak, antara lain: mitra investasi, pengelola investasi, pembeli
barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah.
Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi, bank syariah berperan
sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli,
bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam
kegiatan pengadaan objek sewa, berperan sebagai pemberi sewa.
3. Dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya
menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual
beli dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari instrument dana lain yang dibolehkan.
4. Pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjutnya dibagikan
kepada nasabah pemilik dana atau penitip dana. Penyaluran dana kepada
pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang
sukarela tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan
istilah bonus.
5. Selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank
syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa
keuangan seperti jasa ATM, transfer, letter of credit, bank garansi, dan sebagainya. Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan dana
dari pemilik dana maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh
dari jasa tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa
dibagi.
2.1.2 Pembiayaan Pada Bank Syariah
Menurut Karim dalam Antonio (2001), “pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Istilah
pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I trust, „saya percaya‟ atau „saya
menaruh kepercayaan”. sementara menurut Rivai dan Veithzal (2008),
”Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan
Menurut Antonio (2001 : 160) Menurut sifat penggunaanya,
pembiayaan dapat menjadi dua hal, yaitu:
1. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
2.1.2.1 Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. Bentuk ini menegaskan paduan kontribusi 100% modal kas
dari shahib al-mal dan keahlian dari mudharib.
Menurut (wasilah, 2013 : 132) Ketentuan dalam pembiayaan
mudharabah adalah di antaranya sebagai berikut:
1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
Sumber: Abdurahim, 2009 : 128
Gambar 2.2
Alur Transaksi Mudharabah
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan oleh nasabah
dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan. Formulir tersebut
diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak
bank selanjutnya melakukan evaluasi kelayakan investasi mudharabah
yang diajukan nasabah dengan menggunakan analisis 5 C
( Character, Capacity, Capital, Cimmitment, dan Collateral). Kemudian analisis diikuti dengan verifikasi. Bila nasabah dan usaha
Bank Syariah (Shahibul
Maal)
Nasabah (Mudharib)
1.Menegosiasi dan Akad Mudharabah
2. Pelaksanaan Usaha Produktif 4. a) Menerima
Posi Laba
5. Menerima Kembalian Modal
4. b) Menerima Posi Laba
1. Membagi Hasil Usaha
Kuntungan dibagi sesuai nisbah
dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk
penandatanganan kontrak mudharabah dengan mudharib di hadapan notaris. Kontrak yang dibuat setidaknya memuat berbagai hal untuk
memastikan terpenuhinya rukun mudharabah.
2. Bank mengontribusikan modalnya dan nasabah mulai mengelola
usaha yang disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan
terbaiknya.
3. Hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan
kesepakatan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank
sebagai shahibul maal dengan nasabah sebagai mudharib sesuai dengan porsi yang telah disepakati. Seandainya terjadi kerugian yang
tidak disebabkan oleh kelalaian nasabah sebagai mudharib, maka kerugian ditanggumg oleh bank. Adapun kerugian yang disebabkan
oleh kelalaian nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah.
4. Bank dan Nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing
berdasarkan metode perhitungan yang disepakati.
5. Bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah
telah mengembalikan semua modal milik bank, selanjutnya usaha
menjadi milik nasabah sepenuhnya.
2.1.2.2 Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Menurut (Wasilah, 2013 : 156) Ketentuan pembiayaan
musyarakah adalah di antaranya sebagai berikut:
1. Modal yang diserahkan harus tunai yang dapat berupa uang, emas, perak, aset perdagangan, aset yang tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dan sebagainya.
2. Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus. Misalnya, yang satu khusus membiayai pembelian bangunan, dan yang lain untuk membiayai pembelian perlengkapan kantor.
3. Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya.
4. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan di antara para mitra dapat dihilangkan.
Sumber: Abdurahim, 2009 : 154)
Gambar 2.3
Alur Transaksi Musyarakah
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan oleh nasabah
dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan. Formulir tersebut
diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung.
Selanjutnya, pihak bank melakukan evaluasi kelayakan investasi
musyarakah dengan menggunakan analisis 5 C ( Character, Capacity, Capital, Cimmitment, dan Collateral). Kemudian, analisis diikuti dengan verifikasi. Bila nasabah dan usaha dianggap layak, selanjutnya
Bank Syariah
(Mitra Pasif)
Nasabah (Mitra Akrif)
2.Menegosiasi dan Akad Musyarakah
2. Pelaksanaan Usaha Produktif 4. a) Menerima
Posi Laba
5. Menerima Kembalian Modal
4. b) Menerima Posi Laba
2. Membagi Hasil Usaha
Kuntungan dibagi sesuai nisbah
diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak
musyarakah dengan nasabah sebagai mitra di hadapan notaris. Kontrak yang dibuat setidaknya memuat berbagai hal untuk
memastikan terpenuhinya rukun musyarakah.
2. Bank dan Nasabah mengontribusikan modalnya dan nasabah sebagai
mitra aktif mulai mengelola usaha yang disepakati berdasarkan
kesepakatan dan kemampuan terbaiknya.
3. Hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan
kesepakatan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank
dengan nasabah sesuai dengan porsi yang telah disepakati.
Seandainya terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian
nasabah sebagai mitra aktif, maka kerugian ditanggumg proporsional terhadap modal masing-masing mitra. Adapun kerugian yang
disebabkan oleh kelalaian nasabah sepenuhnya menjadi tanggung
jawab nasabah.
4. Bank dan Nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing
berdasarkan metode perhitungan yang disepakati.
5. Bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah
telah mengembalikan semua modal milik bank, selanjutnya usaha
2.1.3 Jual Beli Syariah
A. Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Dalam perbankan,
Murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.
Menurut (yusuf, 2005 : 93), murabahah sesuai dengan jenis
dan pesanannya:
Murabahah sesuai dengan jenisnya:
1. Murabahah tanpa pesanan, artinya ada yang beli dan tidak, bank syariah menyediakan barang.
2. Murabahah berdasarkan pesanan, artinya bank syariah baru melakukan transaksi jual beli apabila ada yang pesan.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat dikategorikan dalam:
a) Sifatnya mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan. b)Sifatnya tidak mengikat, artinya walaupun nasabah telah
Sumber: Abdurahim, 2009 :185 Gambar 2.4
Alur Transaksi Murabahah (dengan pesanan)
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Dimulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah. Pada saat
itu, nasabah menegosiasikan harga barang, margin, jangka waktu
pembayaran, dan besar angsuran per bulan.
2. Bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan
nasabah dalam membayar piutang murabahah. Apabila rencana
pembelian barang tersebut disepakati oleh kedua belah pihak, maka
dibuatlah akad murabahah. Isi akad murabahah setidaknya
mencakup berbagai hal agar rukun murabahah dipenuhi dalam
transaksi jual beli yang dilakukan.
Bank Syariah (Penjual)
Nasabah (Pembeli) 1. Negosiasi
5. Kirim Dokumen
PEMASOK
4. Kirim Barang 3. Beli Barang
3. Setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan, bank
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada pemasok. Akan
tetapi, pada murabahah tanpa pesanan, bank dapat langsung
menyerahkan barang kepada nasabah karena telah memilikinya
terlebih dahulu. Pembelian barang kepada pemasok dalam
murabahah dengan pesanan dapat diwakilkan kepada nasabah atas
nama bank. Dokumen pembelian barang tersebut diserahkan oleh
pemasok kepada bank.
4. Barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh
pemasok kepada nasabah pembeli.
5. Setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar
kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan
cara mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang
disepakati.
B. Salam
Salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima (Abdurahim,
2009 : 62). Salam dapat dilakukan dengan secara langsung antara pembeli dan penjual, dan dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga
secara paralel: pembeli – penjual – pemasok yang disebut sebagai
Sumber: Abdurahim, 2009 : 236
[image:42.595.173.509.110.444.2]Gambar 2.5
Alur Transaksi Salam dan Salam Paralel
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Negosiasi dalam persetujuan kesepakatan antara penjual dengan
pembeli terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan.
2. Setelah akad disepakati, pembeli melakukan pembayaran terhadap
barang yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang sudah
dibuat.
3. Pada transaksi salam, penjual mulai memproduksi atau menyelesaikan tahapan penanaman produk yang diinginkan
pembeli. Setelah produk dihasilkan, pada saat atau sebelum
Bank Syariah sebagai Penjual (muslam
illaihi) pada
salam 1 dan Pembeli
(al muslam)
pada
Salam 2
Nasabah sebagai Pembeli
(al muslam)
6. Kirim Dokumen
PEMASOK
5. Kirim Barang 4. Bayar
3. Negosiasi dan Akad
2. Bayar 3. Negosiasi dan Akad
tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan
spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi salam paralel, yang biasanya digunakan oleh penjual (bank syariah) yang tidak memproduksi
sendiri produk salam, setelah menyepakati kontrak salam dan menerima dana dari nasabah salam, selanjutnya secara terpisah membuat akad salam dengan produsen produk salam.
4. Setelah menyepakati transaksi salam kedua tersebut, bank langsung melakukan pembayaran kepada petani.
5. Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan
bank, petani mengirim produk salam kepada petani sesuai sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
6. Bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada nasabah dari petani.
C. Istishna’
Istishna’ adalah jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesanan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat/shani’) (Fatwa DSN No: 06/DSN-MUI/IV). Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah
disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain
Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus
memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan (customized), bukan produk massal.
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Sumber: Abdurahim, 2009 : 257
[image:44.595.174.512.247.689.2]Gambar 2.6
Alur Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel 4. Bayar Bank Syariah sebagai Penjual (shan’i) pada
istishna’ 1 dan Pembeli (mustashn)
pada
istishna’ 2
Nasabah sebagai Pembeli ( mustashni’)
6. Kirim Dokumen pengirim
PEMASOK (Shani’) 3. Negosiasi, pesanan barang dan Akad Ishtisna‟
9. Pelunasan pembayaran 1. Negosiasi, pesan barang dan
akad istishna‟
4. kirim tagihan penyelasian barang
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan
negosiasi kesepakatan antara penjual dengan pembeli terkait
transaksi istishna‟ yang dilaksanakan.
2. Pada transaksi istishna‟ setelah akad disepakati, penjual mulai
membuat atau menyelesaikan tahapan pembuatan barang yang
diinginkan pembeli. Setelah barang dihasilkan, pada saat atau
sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai
dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati
kepada pembeli. Adapun transaksi istishna‟ paralel yang biasanya
digunakan oleh penjual (bank syariah) yang tidak membayar
sendiri barang istishna‟, setelah meyepakati kontrak istishna‟ dan
menerima dana dari nasabah istishna‟, selanjutnya secara terpisah
membuat akad istishna‟ dengan produsen barang istishna‟.
3. Setelah menyepakati transaksi ishtisna‟ dalam jangka waktu
tertentu, pemasok kemudian mulai melakukan pengerjaan barang
yang dipesan.
4. Selama mengerjakan barang yang dipesan, pemasok melakukan
tagihan kepada bank syariah senilai tingkat penyelesaian barang
pesanan.
5. Bank syariah melakukan pembayaran kepada pembuat barang
6. Bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli
berdasarkan tingkat penyelesaian barang.
7. Pemasok menyerahkan barang kepada nasabah kembali.
8. Pemasok mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank
syariah.
9. Nasabah melunasi pembayaran barang istishna‟ sesuai dengan
akad yang telah disepakati.
2.1.4. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.
Sehingga semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka
kemungkinan bank akan bermasalah dalam tingkat pengembalian asetnya.
Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kapada pihak ketiga tidak
termasuk kredit pada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan
kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet (Amalia, 2005).
Total Pembiayaan adalah keseluruhan pembiayaan (kredit) yang
diberikan kepada pihak ketiga yang berupa pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah.
Pembiayaan berdasarkan kualitasnya, pada hakikatnya didasarkan atas
risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta
tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun
pelunasan pokok pembiayaan. Berikut ini tabel yang menjelaskan indikator
[image:47.595.140.515.196.742.2]kualitas pembiayaan :
Tabel 2.1
Indikator Kualitas Pembiayaan
No Kualitas
Pembiayaan
Kriteria
1 Pembiayaan
Lancar
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bagi hasil tepat waktu; dan
b. Memiliki rekening yang aktif
2 Perhatian
Khusus
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil yang belum melampui Sembilan puluh hari: atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap e. kontrak yang diperjanjikan; atau f. Didukung oleh pinjaman baru
3 Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari; atau
e. Terdapat indikasi masala keuangan yang dihadapi debitur; atau
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah
4 Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau
b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari d. Terdapat kapitalisasi bunga
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan.
5 Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar,jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar
2.1.5 Return On Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Rasio profitabilitas ini sekaligus menggambarkan efisiensi kinerja bank yang bersangkutan. Return On Asset (ROA) sangat penting, karena rasio ini mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset produktif yang dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak
Ketiga (DPK). Semakin besar Return On Asset (ROA) suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
ROA menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aset yang
tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return semakin baik, berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai
retained earning juga semakin besar (Kuncoro, 2002 : 551) .
Suatu bank dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi sehat apabila:
1. Rasio tingkat pengembalian atau Return On Asset (ROA) mencapai sekurang-kurangnya 1,2%.
2. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi profitabilitas yang diproksikan ke Return On Asset (ROA) bank di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
[image:49.595.116.510.289.756.2]ini dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil
Rahman dan
Ridha (2012)
Pengaruh
Pembiayaan Jual Beli,Pembiayaan Bagi Hasil, dan
Rasio Non
Performing Financing
terhadap
Profitabilitas Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Dependen: ROA
Independen: Pembiayaan
Jual Beli,
Pembiayaan Bagi Hasil, dan
Rasio Non Performing Financing
Pembiayaan jual beli dan NPF secara parsial berpengaruh signifikan
positif terhadap
profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) dan Pembiayaan bagi hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas
yang diproksikan
dengan ROA (Return On Asset). Sedangkan
secara simultan
pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil
dan rasio NPF
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
yang diproksikan
dengan ROA (Return On Asset).
Ali dan Habbe (2012)
Pengaruh Rasio Kesehatan Bank TerhadapKinerja Keuangan Bank Umum Syariah
dan Bank
Konvensional di Indonesia
Dependen: ROA
Independen:
BOPO, NOM,
NPF, FDR,
NIM, NPL dan LDR
Rasio CAR, NOM
dan FDR berpengaruh positif signifikan terhad-ap ROA sedangkan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA dan BOPO
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Oktariani (2012) Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah, dan Murabahah Terhadap
Profitabilitas (studi kasus pada PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk) Independent: Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah, dan Murabahah
Dependent:
Profitabilitas
yang
diproksikan dengan ROA
Pembiayaan Musyaraka h terhadap profitabilitas
secara parsial tidak berpengaruh signifikan, pembiayaan Mudharab-ah terhadap profitabili-tas secara parsial tidak berpengaruh signifikan,
dan pembiayaan
Murabahah terhadap
profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan, sedangkan pembiayaan Musyaraka h, Mudharabah dan
Murabahah terhadap
profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan. Wicaksana (2011) Pengaruh Pembiayaan Mudharabah,
Musyarakah dan
Murabahah
Terhadap
Profitabilitas Bank Umum
Syariah di
Indonesia Dependen: ROA Independen: Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah
dan Murabahah
pembiayaan Mudharaa-h, Musyarakah,murabah berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas. Secara simultan variabel pembiayaan Mudharah,
Musyarakah, Murabaha h berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas. Taupiq (2010) Pengaruh pembiayaan Murabahah terhadap profitabilitas (ROA) Dependen: ROA Independen: Pembiayaan Murabahah
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Pembiayaan Murabaha-h berpengaruh rendah terhadap return on asset
(ROA). Berarti bahwa Pembiayaan Murabaha-h tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
2.3. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
2.3.1. Pengaruh Piutang Murabahah dengan Return On Asset Pada Bank Umum Syariah
Muhammad (2005 : 201) menyatakan bahwa salah satu akad dari
pembiayaan jual beli yaitu akad murabahah merupakan produk yang paling populer dalam industri perbankan syariah. Hal tersebut dikarenakan beberapa
alasan antara lain murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan cukup memudahkan dibandingkan dengan sistem profit and loss sharing (PLS); mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang
sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi
saingan bank-bank Islam; murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS; dan murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis
karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam
murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.
Pengelolaan murabahah yang merupakan salah satu komponen penyusun aset terbesar pada perbankan syariah akan menghasilkan
pendapatan berupa margin/mark up. Dengan diperolehnya pendapatan mark up tersebut, maka akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank syariah. Serta pada akhirnya mampu mempengaruhi peningkatan
Syariah. Hal ini didukung oleh bukti empiris dari Yesi Oktarian