• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Terima dan Kandungan Gizi Rempeyek Kacang Hijau yang Dimodifikasi Dengan Tepung Belalang Kayu (Melanoplus Cinereus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Daya Terima dan Kandungan Gizi Rempeyek Kacang Hijau yang Dimodifikasi Dengan Tepung Belalang Kayu (Melanoplus Cinereus)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 Formulir Uji Daya Terima

FORMULIR UJI DAYA TERIMA

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : Petunjuk penilaian

1. Cicipilah sampel satu per satu

2. Nyatakan pendapat Anda tentang apa yang dirasakan oleh indera Anda. Kemudian beri skor menurut urutan berikut

Suka : skor 3

Kurang suka : skor 2 Tidak suka : skor 1

3. Netralkan indera pengecap Anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.

Indikator Sampel

A1 A2 A3

(2)
(3)
(4)
(5)

Lampiran 5

(6)

Lampiran 6

Uji Barlett Data Organoleptik Warna pada Rempeyek

= ∑ ₀₁² ₁( ₁ ) =

( ) ²

( ) = = 0,37

₂ = ( ) ₀₁²= ( ()) ²= = 0,41

= ∑ ₀₁² ₁( ) =

( ) ²

( ) = = 0,38

Varians Total = = 0,387

bʜ=(( , ) ( , ) ( , )²⁹))

, = 0,998

bс = { { ( , ; )}}=0,934

(7)

Lampiran 7

Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Warna Rempeyek

c. Jumlah kuadrat galat = 53-8,8 = 44,2 4. Kuadrat Total (KT)

(8)

Lampiran 8

Uji Ganda Duncan Terhadap Hasil Analisis Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Warna Rempeyek

1. Standar Error Rata-rata (Sy)

Sy =

= ,

= 0,13

2. Least Significant Ranges (LSR)

P 2 3

P = Banyaknya nilai tengah dalam wilayah yang teruji

Range = Harga nisbah terendah untuk Uji Kurun Ganda Duncan pada beda nyata pada tingkat 5 % dengan derajat bebas galat = 87 ~ 100

LSR = Range x Standard Error Rata-rata (Sy)

Perlakuan A1 A3 A2

Rata-rata 2,4 1,6 2,0

A1 – A3= 2,4 – 1,6 = 0,8 < 0,36 Jadi A1 ≠A3

A3 – A2 = 1,6 – 2,0 = -0,4 > 0,38 Jadi A3 = A2

A1 – A2 = 2,4 – 2,0 = 0,4 > 0,36 Jadi A1 ≠ A2

(9)

Lampiran 9

(10)

Lampiran 10

Uji Barlett Data Organoleptik Aroma pada Rempeyek

= ∑ ₀₁² ₁( ₁ ) =

( ) ²

( ) = = 0,31

₂ = ( ) ₀₁²= ( ()) ²= = 0,30

= ∑ ₀₁² ₁( ) =

( ) ²

( ) = = 0,43

Varians Total = = 0,346

bʜ=(( , ) ( , ) ( , )²⁹))

, = 0,988

bс ={ { ( , ; )}}=0,934

(11)

Lampiran 11

Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Aroma Rempeyek c. Jumlah kuadrat galat = 38,4-7,8 = 30,6

4. Kuadrat Total (KT)

(12)

Lampiran 12

Uji Ganda Duncan Terhadap Hasil Analisis Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Aroma Rempeyek

1. Standar Error Rata-rata (Sy)

Sy =

= ,

= 0,11

2. Least Significant Ranges (LSR)

P 2 3

P = Banyaknya nilai tengah dalam wilayah yang teruji

Range = Harga nisbah terendah untuk Uji Kurun Ganda Duncan pada beda nyata pada tingkat 5 % dengan derajat bebas galat = 87 ~ 100

LSR = Range x Standard Error Rata-rata (Sy)

Perlakuan A1 A3 A2

Rata-rata 2,6 1,9 2,1

A1 – A3= 2,6 – 1,9 = 0,7 > 0,31 Jadi A1 ≠A3

A3 – A2 = 1,9 – 2,1 = -0,2 < 0,32 Jadi A3 = A2

A1 – A2 = 2,6 – 2,1 = 0,7 > 0,31 Jadi A1 ≠ A2

(13)

Lampiran 13

(14)

Lampiran 14

Uji Barlett Data Organoleptik Rasa pada Rempeyek

= ∑ ₀₁² ₁( ₁ ) =

( ) ²

( ) = = 0,46

₂ = ( ) ₀₁²= ( ()) ²= = 0,44

= ∑ ₀₁² ₁( ) =

( ) ²

( ) = = 0,40

Varians Total = = 0,433

bʜ=(( , ) ( , ) ( , )²⁹))

, = 0,999

bс = { { ( , ; )}}

=0,934

(15)

Lampiran 15

Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Rasa Rempeyek c. Jumlah kuadrat galat = 52-10,7 = 41,3

4. Kuadrat Total (KT)

(16)

Lampiran 16

Uji Ganda Duncan Terhadap Hasil Analisis Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Rasa Rempeyek

1. Standar Error Rata-rata (Sy)

Sy =

= ,

= 0,12

2. Least Significant Ranges (LSR)

P 2 3

P = Banyaknya nilai tengah dalam wilayah yang teruji

Range = Harga nisbah terendah untuk Uji Kurun Ganda Duncan pada beda nyata pada tingkat 5 % dengan derajat bebas galat = 87 ~ 100

LSR = Range x Standard Error Rata-rata (Sy)

Perlakuan A1 A3 A2

Rata-rata 2,5 1,7 2,3

A1 – A3= 2,5 – 1,7 = 0,8 > 0,33 Jadi A1 ≠A3

A3 – A2 = 1,7 – 2,3 = -0,6 < 0,35 Jadi A3 = A2

A1 – A2 = 2,5 – 2,3 = 0,2 < 0,33 Jadi A1 = A2

(17)

Lampiran 17

(18)

Lampiran 18

Uji Barlett Data Organoleptik Tekstur pada Rempeyek

= ∑ ₀₁² ₁( ₁ ) =

( ) ²

( ) = = 0,32

₂ = ( ) ₀₁²= ( ()) ²= = 0,33

= ∑ ₀₁² ₁( ) =

( ) ²

( ) = = 0,31

Varians Total = = 0,320

bʜ=(( , ) ( , ) ( , )²⁹))

, = 0,999

bс ={ { ( , ; )}}=0,934

(19)

Lampiran 19

Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis Terhadap Tekstur Rempeyek

b. Jumlah kuadrat perlakuan = −572,5 = 0,47 c. Jumlah kuadrat galat = 26,5-0,47= 26,03

4. Kuadrat Total (KT)

(20)

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Proses Pengumpulan Data (Panelis Menikmati Rempeyek)

(21)

Bantul Yogyakarta. UNY. Yogyakarta

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Asthami, Nurul , Teti Estiasih, Jaya Mahar Maligan. 2016. Mie Instan Belalang Kayu. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4 (1) : 238-244.

Ayi. 2008.Pembuat Rempeyek yang dipasarkan di Pasar, dan Menerima Pesanan.Desa Wanasari Kec. Wanaraja Kab. Garut.

Blasquez., Julieta Ramos., Moreno., Jose Manuel Pino., Camocho, Victore Hugo Martines. 2012. Could grasshoppers be a nutritive meal. Food and Nutrition Science, 3, 164-175

Cahyaningrum. 2001. Karakterisasi Adsorpsi Ni(II) dan Cd(II) pada Kitosan dan Kitosan Sulfat dari cangkang Udang Windu. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Chasanah, N., Nurhayati, F. I., dan Narsih, F. 2013. Kerupuk Belalang Ala Mahasiswa UNY. http://www.uny.ac.id/berita/kerupuk-belalang-ala-mahasiswa-uny.html. 01 Maret 2016.

Ernawati, 2003.Pembuatan Patilo Ubi Kayu (Kajian Proporsi Campuran Tepung tapioka Dengan Ampas Ubi Kayu Peram Dan Tepung Beras Kentan Serta Konsentrasi Kuning Telur Terhadap Sifat Fisik, Kimia, Dan Organoleptik). Publikasi Ilmiah. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Malang : Universitas Brawijaya.

Estiara, D. 2011. Valanga nigricornis.

http://www.fobi.web.id/v/insect/facr/valnig/Valangaigricornis_Ponorogo_ DE.jpg.html. 15 Maret 2016.

Depkes RI, Direktorat Gizi Masyarakat. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Depkes RI.

Fellow. J.J. 1990.Food Processing Technology, Principle and Practise. Ellis Horwood. London.

Hadipoentyanti. E. dan L., Udarno, 2002.Karakteristik plasma nutfah

(22)

Hardiana, Brigitta Eka. 2015. Kualitas Sosis Belalang ( Valanga nigricornis) dengan Substitusi Tepung Labu Kuning ( Cucurbita moschata D.) pada Tepung Tapioka. Skripsi. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Huis, Arnold Van, Van Itterbeeck, Joost., Klunder, Harmke., Mertens, Esther. 2013. Edible insect : future prospects for food and fes

security. FAO: Rome

Indarto, 1999. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan I. Yogyakarta : Liberty.

Kamarijani. 1983. Perencanaan Unit Pengolahan. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada.

Koswara, S. 2002. Serangga Sebagai Bahan Makanan. FATETA IPB, Bogor.

Kurnianti, Novik. 2013. Hama Penyakit Tanaman Jagung.

http://www.tanijogonegoro. com/2013/03/hama-penyakit-tanaman-jagung.html. 30 Maret 2016

Kusmaryani, (2005)Prospek Tepung Belalang Kayu (Melanoplus cinereus) sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani bagi Kesehatan Masyarakat. Thesis. Universitas Negeri Semarang.

Kusmaryani. 2005. Protein Belalang Lebih tinggi dari Udang.

http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/292-protein-belalang-lebih-tinggi-dari-udang. diakses pada tanggal 5 Maret 2016.

Lubis, Saifuddin. 2014. Sektor Pertanian Landasan Pondamental Ekonomi Makro Madina Termarjinalkan?. http://www.mandailingonline.com/sektor- pertanian-landasan-pondamental-ekonomi-makro-madina-termarjinalkan-bagian-1/.25 Maret 2016

Maryati, dan Eko Widodo. 2012. Training To Make Grasshoper Flour As High Protein Material Foods In Gunung Kidul.<eprints.uny.ac.id/3431/> 24 Februari 2016

Moreira. R. 1999.Deep Fat Frying, Fundamental and Aplications.Aspen Publishers Inc. Gaithersburg Maryland.

(23)

Rahayu, W.P,. 1998. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rifai, Ahmad. 2014. Hama Belalang.http://mahasiswa.ung.ac.id/613413023/home /2014/5/12/hama-belalang.html. 31 Maret 2016

Ristek. 2013. Kerupuk belalang ala mahasiswa UNY. < http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/13665/pdf>. 18 Februari 2016.

Rukmana, R. 1995.Aneka Olahan Limbah : Tanaman Pisang, Jambu Mete,Rosella.Yogyakarta : Kanisius

Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pascapanen. Jakarta : Kanisius

Santosa, Budi. 1988.Bawang Putih.Yogyakarta : Kanisius

Soekarto. 2002. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan Dan Hasil Pertanian. Jakarta : Bhatara Karya Aksara.

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi I. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sutrisniati, D., D. Mahdar; H. Wiriano dan I.N. Ridwan dkk. 1995. Pengaruh pencampuran tepung dan penambahan carboxy methyl cellulose (CMC) pada pembuatan tepung campuran siap pakai untuk produk gorengan. Jurnal Warta IHP. 12(1-2):1-4.

Tursilawati, R.A. 1999. Pengurangan Absorbsi Minyak Pada Pembuatan Tempe

Chip : Pengaruh Penggunaan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan Pengenceran Adonan Tepung Pelapis.Skripsi. Fakultas Pertanian UNSOED. Purwokerto. (Tidak dipublikasikan).

Ulya, Z.A. dan Rusman, 2012. Cegah diabetes dengan rempeyek lidah mertua. Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa. 2 (4)

Wang, dung., Shao, Wei zhai., Chuan, Xi Zhang., Zhang, Qiang., Chen, Hui. 2007. Nutrition Value of the Chinese Grasshopper Acrida Cinerea (Tunberg) For Boilers. Animal Feed Science and Technology

(24)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga faktor yaitu

tepung belalang, tepung beras dan tepung tapioka dengan 3 perlakuan

menggunakan tepung beras, tepung belalang dan tepung tapioka dengan

perbandingan 60%:20%:20%, 60%:25%:15% dan 60%:30%:10% dengan simbol

A1, A2 dan A3 yang diulang sebanyak 2 kali pada saat proses pembuatan

rempeyek kacang hijau dengan modifikasi tepung belalang dengan maksud untuk

memperkecil error atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat penimbangan bahan yang digunakan dalam pembuatan rempeyek.

Tabel 3.1. Rincian perlakuan

A1 : Rempeyek dengan penambahan tepung belalang 20%, dan tepung tapioka 20%

A2 : Rempeyek dengan penambahan tepung belalang 25%, dan tepung tapioka 15%

A3 : Rempeyek dengan penambahan tepung belalang 30%, dan tepung tapioka 10%

(25)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Proses pembuatan tepung belalang dilakukan di Desa Muara Botung

Kecamatan Kotanopan Mandailing Natal karena belalang yang digunakan untuk

pembuatan tepung diperoleh di desa Muara Botung dan daya tahan hidup belalang

tergolong singkat sehingga pembuatan tepung tidak memungkinkan dilakukan di

tempat lain ataupun laboratorium. Pengujian kandungan gizi dilakukan di Balai

Riset dan Standarisasi Industri Medan. Sedangkan pelaksanaan uji daya terima

rempeyek kacang hijau dengan modifikasi tepung belalang dilakukan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU dengan panelis (panelis tidak terlatih) yaitu

mahasiswa FKM USU sebanyak 30 orang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Januari sampai Mei 2016.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah rempeyek kacang hijau dengan modifikasi

tepung belalang.

3.4 Definisi Operasional

1. Tepung belalang adalah tepung yang terbuat dari belalang kayu yang

diawali dengan proses menyiram belalang dengan air mendidih, dicuci

bersih, ditiriskan, disangrai, dikeringkan dan dihaluskan.

2. Rempeyek yang dimodifikasi dengan tepung belalang adalah camilan yang

(26)

yang dicampur dengan air hingga membentuk adonan kental, diberi bumbu

dan diberi bahan pengisi biji kacang hijau.

3. Daya terima adalah tingkat kesukaan panelis terhadap rempeyek kacang

dengan modifikasi tepung belalang yang meliputi indikator warna, aroma,

rasa dan tekstur yang dilakukan pada mahasiswa.

4. Warna adalah corak rupa yang dihasilkan oleh rempeyek kacang hijau

yang dimodifikasi dengan tepung belalang yang dirasakan secara subyektif

oleh indera penglihatan.

5. Aroma adalah bau khas yang dihasilkan oleh rempeyek kacang hijau yang

dimodifikasi dengan tepung belalang yang dibedakan oleh indera pencium.

6. Rasa adalah daya terima panelis terhadap rempeyek kacang hijau yang

dimodifikasi dengan tepung belalang yang dirasakan secara subyektif oleh

indera pengecap.

7. Tekstur adalah konsistensi atau kerenyahan dari rempeyek kacang hijau

yang dimodifikasi dengan tepung belalang yang diukur secara subyektif

oleh indera pengecap.

3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain baskom,

kompor, kuali, sendok, pisau, nampan, saringan tepung dan timbangan digital.

Sedangkan alat yang digunakan dilaboratorium untuk menganalisis komposisi

protein, lemak, kadar abu, kadar air, karbohidrat dan kalsium digunakan

(27)

Buchner, tabung reaksi kertas saring, pompa, beaker glass, batang pengaduk, oven

desikator, cawan petri.

3.5.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian kadar protein, lemak,

kadar air, kadar abu, karbohidrat dan kalsium terdiri dari: aquadest, campuran

selenium, HBO3, NaOH 30 %, H2SO4, H2BO3 2%, NaOH 30%, HBO3 2%,

H2BO4 0,2 N, HCl, kloroform, pelarut lemak dan larutan indikator. Bahan–bahan

yang digunakan dalam pembuatan rempeyek adalah tepung belalang, tepung

beras, tepung tapioka, air, bawang merah, bawang putih, garam, kemiri, ketumbar

dan minyak goreng. Pada pembuatan rempeyek penggunaan bahan dipilih yang

berkualitas baik, tidak rusak, tidak berubah warna dan tidak kadaluarsa. Jenis dan

ukuran bahan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jenis dan ukuran bahan pembuatan rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang

Jenis bahan Kelompok Eksperimen

A1 A2 A3

Tepung beras (gr) 150 150 150

Tepung belalang (gr) 50 62,5 75

Tepung tapioka (gr) 50 37,5 25

Kacang hijau (gr) 50 50 50

Air (ml) 300 300 300

Bawang merah (siung) 2 2 2

Bawang putih (siung) 5 5 5

Garam (sdm) 1 1 1

Kemiri (buah) 8 8 8

Ketumbar (sdm) 1 1 1

Telur (butir) 1 1 1

Daun jeruk (lembar) 8 8 8

Keterangan :

Berat total dari bahan utama = 250 gram

(28)

Perlakuan dalam pembuatan rempeyek dengan perbandingan 60% : 20% :

20%, 60% : 25% : 15% dan 60% : 30% : 10% merupakan perbandingan yang

tepat menurut penulis pada pembuatan rempeyek kacang hijau dengan modifikasi

tepung belalang. Jika perbandingan komposisi dari tepung belalang ditambah atau

lebih banyak dari tepung beras maka warna dari rempeyek akan terlihat hitam dan

kurang menarik.

3.6 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu: proses pembuatan tepung

belalang dan proses pembuatan rempeyek.

3.6.1 Proses Pembuatan Tepung Belalang

Tahapan pembuatan tepung belalang dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Belalang Penyiapan Belalang kayu

Pengeringan Penyortiran

Penyiraman

Pencucian

(29)

Diagram di atas menjelaskan bahwa pembuatan tepung belalang dimulai

dengan penyiapan belalang yaitu dimulai dengan penangkapan belalang pada

malam hari ketika belalang dalam keadaan tidak aktif sehingga akan memudahkan

penangkapan, kemudian dilakukan penyortiran belalang yang akan digunakan,

tujuan penyortiran ini adalah memilih belalang yang masih hidup. Kemudian

dilakukan penyiraman dengan air mendidih dan dibiarkan lebih kurang 10 menit

dengan tujuan untuk mematikan belalang dan menghilangkan bau, setelah itu

dilakukan pencucian dibawah air mengalir sampai bersih, kemudian pengeringan

dengan disangrai diatas kompor dengan api sedang selama lebih kurang 15 menit

dan dipotong kecil-kecil untuk memudahkan pengeringan sebelum dijemur

dibawah terik matahari selama satu hari dan apabila cuacanya tidak terik,

penjemuran dilakukan sampai tiga hari sampai benar-benar kering. Belalang yang

telah kering tersebut ditumbuk menggunakan lesung kemudian diayak hingga

(30)

3.6.2 Proses Pembuatan Rempeyek Kacang Hijau

Tahapan pembuatan rempeyek dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Rempeyek

Diagram diatas menjelaskan tahapan pembuatan rempeyek kacang hijau

dengan perbandingan 20%:20%, 25%:15%, 30%:10% dari berat tepung beras.

Prosedur pembuatan rempeyek kacang hijau dengan modifikasi tepung belalang

dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap

penyelesaian.

Tepung tapioka 50 gr, 37,5 gr, 25 gr)

Kacang hijau 50 gr sebelum direndam ± 12 jam

Masukkan adonan ke dalam minyak panas

(31)

b. Menimbang bahan - bahan yang diperlukan dalam pembuatan

rempeyek.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembuatan rempeyek meliputi tahap pencampuran dan

penggorengan.

a. Pencampuran

Pencampuran dilakukan dengan mencampurkan bahan baku (tepung

beras, tepung belalang, tepung tapioka) dan bahan tambahan (bawang

merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, telur, garam dan air) dan

diaduk sampai tidak ada lagi adonan yang mengental, kemudian

masukkan kacang hijau yang telah direndam selama ± 12 jam sebagai

bahan pengisi rempeyek.

b. Pemasakan atau penggorengan

Adonan yang telah tercampur rata dituangkan dipinggir kuali yang

berisi minyak panas dan tunggu sampai matang.

c. Pengangkatan atau pendinginan

Setelah rempeyek matang, angkat dan tiriskan minyaknya.

3. Tahap penyelesaian

a. Rempeyek dimasukkan dalam kemasan sesuai dengan kelompoknya.

Pengemasan dilakukan setelah rempeyek dingin.

b. Dilakukan uji organoleptik rempeyek (warna, aroma, rasa dan tekstur).

(32)

3.7 Uji Daya Terima

Penilaian daya terima rempeyek dilakukan dengan uji organoleptik. Uji

organoleptik adalah penilaian yang menggunakan indera. Jenis uji organoleptik

yang digunakan adalah uji kesukaan/hedonik menyatakan suka/tidaknya terhadap

suatu produk. Uji hedonik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

tingkat daya terima konsumen dengan mempergunakan skala hedonik sembilan

titik sebagai acuan, namun untuk mempermudah penelis dan peneliti skala ini

diperkecil menjadi 3 tingkatan dengan skor yang paling rendah adalah 1 dan skor

yang paling tinggi adalah 3. Berdasarkan tingkatannya, tingkat penerimaan

konsumen dapat diketahui sesuai dengan tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3 Tingkat penerimaan panelis pada uji hedonik

Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik

Untuk penilaian kesukaan/analisa sifat sensoris suatu komoditi diperlukan

alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang/kelompok orang yang

disebut panel, orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis. Jenis panelis

(33)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebanyak 30 orang.

Umur panelis berkisar 19-25 tahun. Syarat-syarat seseorang panelis adalah :

a. Sehat lahir dan batin

b. Tidak sakit

c. Tidak lelah

d. Tidak perokok

e. Bisa bekerja sama

2.Pelaksanaan Penilaian a. Waktu dan tempat

Penilaian uji daya terima terhadap rempeyek kacang hijau dengan

modifikasi tepung belalang hasil percobaan dilaksanakan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

b. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah rempeyek dengan variasi perbandingan

60%:20%:20%, 60%:25%:15%, 60%:30%:10%. Sedangkan alat yang digunakan

adalah formulir penilaian, alat tulis dan air minum dalam kemasan.

3. Langkah-langkah Pada Uji Daya Terima

a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

b. Membagikan sampel dengan kode sesuai variasi, air minum dalam

kemasan, formulir penilaian dan alat tulis.

c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai dan

(34)

d. Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memulai dan menuliskan

penilaian pada lembar fomulir penilaian.

e. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

f. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisa sidikragam.

3.8 Analisis Proksimat

Pada analisis proksimat dilakukan uji laboratorium yang dilaksanakan di

Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan. Rempeyek yang telah dibuat

dengan 3 perlakuan di uji kadar protein, lemak, karbohidrat, kalsium, kadar

abu dan kadar air. Ukuran rempeyek yang digunakan sebanyak 2 gram dengan

dua kali percobaan setiap satu formula rempeyek. Ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya kesalahan. Adapun langkah – langkah yang dilakukan

dalam proses pengujian adalah sebagai berikut :

3.8.1. Uji Protein Cara kerja:

1. Timbang seksama 0,51 g sampel, masukkan ke dalam labu Kjeldhal 100

ml.

2. Tambahkan 2 gr campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat.

3. Panaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan

larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam).

4. Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100

(35)

5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5 ml

NaOH 30%.

6. Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10

ml larutan asam borat 2 % yang telah dicampur indikator.

7. Bilasi ujung pendingin dengan air suling.

8. Titar dengan larutan HCl 0,01 N.

9. Kerjakan penetapan blanko.

Perhitungan :

Kadar Protein = ,

Keterangan: w : bobot contoh

V1 : volume HCl 0,01 N yang digunakan penitrasi contoh V2 : volume hcl yang digunakan penitrasi blanko

N : normalitas HCl

fk : faktor konversi untuk protein dari makanan secara umum 6,25 susu & hasil olahannya: 6,38 mentega kacang: 5,46

fp : faktor pengenceran

3.8.2. Uji Lemak Cara kerja:

1. Timbang dengan teliti 1-2 gr sampel, lalau dimasukkan kedalam tabung

reaksi berskala 10 ml, ditambahkan kloroform mendekati skala.

2. Kemudian ditutup rapat, dikocok dan dibiarkan semalam, himpitkan

dengan tanda skala 10 ml dengan pelarut lemak yang sama dengan

memakai pipet, lalu dikocok hingga homogen kemudian disaring dengan

kertas saring kedalam tabung reaksi.

(36)

4. Dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang (b

gram).

5. Dihitung kadar lemak kasar dengan rumus sebagai berikut:

Kadar Lemak = ₁ ₂ 100%

Keterangan:

w : bobot contoh dalam gram

w₁: bobot lemak sebelum ekstraksi dalam gram w₂: bobot labu lemak sesudah ekstraksi

3.8.3. Uji Kadar Abu Cara kerja:

1. Cawan pengabuan dibakar dalam tanur kemudian didinginkan selama 3-5

menit lalu ditimbang.

2. Ditimbang dengan cepat kurang lebih 2 gr sampel yang sudah

dihomogenkan dalam cawan.

3. Dimasukkan dalam cawan petri pengabuan kemudian dimasukkan

kedalam tanur dan dibakar sampar didapat abu-abu atau sampai beratnya

tetap.

4. Bahan didinginkan kemudian ditimbang.

5. Dihitung kadar abunya.

Kadar Abu = ₁ ₂ 100%

Keterangan:

(37)

3.8.4. Uji Kadar Air Cara kerja:

1. Cawan kosong yang tutupnya dikeringkan dalam oven selam 15 menit.

2. Ditimbang dengan cepat kurang lebih 2 gr sampel yang sudah

dihomogenkan dalam cawan.

3. Dimasukkan dalam cawan kemudian dimasukkan ke oven selam 3 jam.

4. Cawan didinginkan selama 3-5 menit. Setelah dingin bahan ditimbang

kembali.

5. Bahan dikeringkan kembali didalam oven 30 menit sampai diperoleh berat

yang tetap.

6. Bahan didinginkan kemudian ditimbang sampai diperoleh berat yang

tetap.

7. Dihitung kadar dengan rumus:

Kadar Air =

₁ 100%

Keterangan:

w : bobot cuplikan sebelum dikeringkan w₁: bobot setelah dikeringkan

3.8.5 Uji Karbohidrat

Kandungan karbohidrat dihitung secara perbedaan antara jumlah kandungan

air, protein, lemak dan abu dengan 100. Rumus % karbohidrat (g/100g) = 100% – (%

(38)

3.8.6 Uji Kalsium

Cara kerja dalam menentukan kadar kalsium :

1. Ditimbang 5 gram sampel

2. Kemudian diabukan, sampai terbentuk abu putih

3. Kemudian, abu ditambahkan dengan campuran larutan standart Ca dan Mg

kedalam tabung kimia.

4. Setelah itu, ditambahkan larutan Cl3

5. Sampel dianalisis dengan SSA

Perhitungan :

Kadar setara Ca = × × 100%+ × × 100%

3.9. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif persentase ini

digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap suatu bahan yang diujikan.

Untuk mengetahui tingkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis deskriptif

kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis

dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan persentase

dirumuskan sebagai berikut (Ali, 1992) :

% = n/N x 100

Keterangan : % = skor presentase

n = jumlah skor yang diperoleh

(39)

Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen,

analisinya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu

sebagai berikut :

Nilai tertinggi = 3 (suka)

Nilai terendah = 1 (tidak suka)

Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria

Jumlah panelis = 30 orang

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi

= 30 x 3

= 90

b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah

= 30 x 1

= 30

c. Persentase maksimum = skor maksimum/skor maksimum x 100%

= 90/90 x 100%

= 100%

d. Persentase Minimum = Skor minimum/skor Maksimum x 100%

= 30/90 x100%

= 33,3%

e. Rentangan = Persentase maximum – Persentase minimum

= 100% - 33,3%

(40)

f. Interval presentase = Rentangan : Jumlah kriteria

= 66,7% : 3

= 22,23%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval persentase dan

kriteria kesukaan sebagai berikut:

Tabel 3.4Interval persentase dan kriteria kesukaan

Persentase % Kriteria Kesukaan

78-100 Suka

56-77 Kurang suka

33-55 Tidak suka

Setelah mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap rempeyek

kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang yang dihasilkan, langkah

selanjutnya adalah mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada uji organoleptik

rempeyek dengan berbagai konsentrasi rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi

dengan tepung belalang, maka dapat dilakukan beberapa tahapan uji, yaitu:

1. Uji Barletts, dilakukan untuk menguji kesamaan varians populasi.

2. Uji Anova, dilakukan apabila varians populasi dimana sampel ditarik adalah

sama (homogen).

3. Uji Kruskal Wallis, dilakukan apabila varians populasi dimana sampel ditarik

adalah tidak sama( homogen).

Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis sidik ragam dengan rumus sebagai berikut:

Uji analisis varians (anova), dengan analisis sidik ragam rancangan acak lengkap

(41)

Tabel 3.5 Daftar Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap

4. Jumlah kuadrat galat = jumlah kuadrat total - jumlah kuadrat perlakuan

5. Kuadrat Total (KT)

a. KT Perlakuan =

b. KT Galat =

(42)

Bandingkan Fhitungdengan Ftabel

Lihat tabel F, dimana : pembilang = db perlakuan, penyebut = db galat

Bila FHitung> FTabel= H0 di tolak, Ha diterima

Bila FHitung< FTabel= H0 diterima, Ha ditolak

Dengan menggunakan derajat bebas α 5%

Bila FHitung > FTabel berarti ada perbedaan antara perlakuan-perlakuan

tersebut.Untuk mengetahui pengaruh perbedaan tiap-tiap perlakuan maka akan

dilanjutkandengan Uji Ganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test). Dengan Uji Ganda Duncan maka dapat diketahui perlakuan mana yang paling berbeda

dengan perlakuan lainnya dan perlakuan mana yang hanya sedikit berbeda dengan

perlakuan lainnya.

Sy =

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung range tingkat nyata 5% dengan melihat

derajat bebas galat dimana akan diperoleh :

(43)

Tepung Belalang Kayu

Dari ketiga perlakuan rempeyek dengan perbandingan tepung belalang dan

tepung tapioka yaitu A1 ( 20%:20%), A2 (25%:15%) dan A3 (30%:10%) maka

dihasilkan rempeyek yang berbeda. Perbedaan ketiga rempeyek yang dihasilkan

dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut ini:

A1 A2 A3

(44)

Tabel 4.1 Karakteristik Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Karakteristik Rempeyek

A1 A2 A3

Warna Coklat Coklat Coklat pekat

Aroma Aroma belalang Aroma belalang Aroma belalang

Rasa Khas rempeyek Khas rempeyek dan

belalang

Khas rempeyek dan belalang

Tekstur Renyah Renyah Renyah dan sedikit

lembut Keterangan:

A1 : Penambahan tepung beras 60%, tepung belalang 20%, dan tepung tapioka 20% A2 : Penambahan tepung beras 60%, tepung belalang 25%, dan tepung tapioka 15% A3 : Penambahan tepung beras 60%, tepung belalang 30%, dan tepung tapioka 10%

4.2 Deskripsi Panelis

Panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih

yaitu 30 orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas

Sumatera Utara (USU) yang masih aktif kuliah. Panelis terdiri dari 29 perempuan

dan 1 orang laki-laki. Umur panelis berkisar antara 19-23 tahun. Pada saat diminta

tanggapan atau penilaiannya tidak sedang mengalami sakit karena jika panelis

dalam keadaan sakit, maka umumnya indera perasa pada panelis akan berkurang

kemampuannya dalam melakukan atau menentukan pilihannya baik dari indikator

(45)

4.3 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Warna Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Hasil analisis uji organoleptik terhadap warna rempeyek dapat dilihat pada

Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Warna Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Kriteria kesukaan

A1 A2 A3

Panelis Skor % Panelis Skor % Panelis Skor %

Suka 13 39 43,3 6 18 20,0 2 6 6,7

perlakuan A1 memiliki skor tertinggi 71 (68,8%). Berdasarkan uji Barlett maka

dapat diketahui bahwa varians data populasi dimana sampel ditarik adalah

seragam (homogen) yaitu bh (0,998) > bc (0,934) sehingga dapat dilanjutkan ke

Analisis Sidik Ragam.

Hasil analisis Uji Sidik Ragam terhadap warna rempeyek pada perlakuan A1, A2

dan A3 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Sidik Ragam Terhadap Warna Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi denganTepung Belalang Kayu

Sumber keragaman

db JK KT Fhitung Ftabel Keterangan

Perlakuan 2 8,8 4,4 8,63 3,15 Ada

Galat 87 44,2 0,51 Perbedaan

Total 89 53 4,91

Berdasarkan hasil analisis Uji Sidik Ragam pada Tabel 4.3 di atas dapat

dilihat bahwa nilai Fhitung (8,63) > Ftabel (3,15). Hal ini berarti bahwa ada

(46)

A1, A2 dan A3. Maka dapat dilanjutkan uji Ganda Duncan. Uji Ganda Duncan

dilakukan untuk mengetahui perbedaan tiap perlakuan dan didapatkan hasilnya

seperti tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Warna

Perlakuan A1 A2 A3

Rata-rata 2,4 2,0 1,6

A1 – A3= 2,4 – 1,6 = 0,8 > 0,36 Jadi A1 ≠A3

A3 – A2 = 1,6 – 2,0 = -0,4 < 0,38 Jadi A3 = A2

A1 – A2 = 2,4 – 2,0 = 0,4 > 0,36 Jadi A1 ≠ A2

Berdasarkan Uji Duncan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa warna

rempeyek A1 berbeda nyata dengan warna rempeyek A2 dan A3 dimana skor A1

lebih tinggi dibandingkan skor A2 dan A3. Hal ini berarti tingkat kesukaan

panelis terhadap warna rempeyek A1 berbeda dengan kedua rempeyek lainnya,

namun kesukaan panelis terhadap warna rempeyek A2 sama dengan A3. Dan

dapat disimpulkan bahwa warna rempeyek A1 lebih disukai daripada warna

rempeyek A2 dan A3 karena semakin tinggi skor penilaian maka warna rempeyek

semakin disukai.

4.4 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Aroma Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Hasil analisis uji organoleptik terhadap aroma rempeyek dapat dilihat pada

tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Aroma Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

(47)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat total skor rempeyek pada perlakuan A1

memiliki skor tertinggi yaitu 78 (86,6%). Dari uji Barlett maka dapat diketahui

bahwa varians data populasi dimana sampel ditarik adalah seragam (homogen)

yaitu bh (0,988) > bc (0,934) sehingga dapat dilanjutkan ke Analisis Sidik Ragam.

Hasil analisis Sidik Ragam terhadap aroma rempeyek pada perlakuan A1, A2 dan

A3 dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji Sidik Ragam Terhadap Aroma Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Sumber keragaman

Db JK KT Fhitung Ftabel Keterangan

Perlakuan 2 7,8 3,9 11,14 3,15 Ada

Galat 87 30,6 0,35 Perbedaan

Total 89 38,4 4,25

Berdasarkan hasil analisis Uji Sidik Ragam pada Tabel 4.6 di atas dapat

dilihat bahwa nilai Fhitung (11,14) > Ftabel (3,15). Hal ini berarti bahwa ada

perbedaan aroma pada setiap rempeyek yang dihasilkan pada perlakuan A1, A2

dan A3, maka dapat dilanjutkan uji Ganda Duncan. Uji Ganda Duncan dilakukan

untuk mengetahui perbedaan tiap perlakuan dan didapatkan hasilnya seperti tabel

4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7 Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Aroma

Perlakuan A1 A2 A3

Rata-rata 2,6 2,1 1,9

A1 – A3= 2,6 – 1,9 = 0,7 > 0,31 Jadi A1 ≠A3

A3 – A2 = 1,9 – 2,1 = -0,2 < 0,32 Jadi A3 = A2

A1 – A2 = 2,6 – 2,1 = 0,5 > 0,31 Jadi A1 ≠ A2

Berdasarkan Uji Duncan seperti pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa

aroma rempeyek A1 berbeda nyata dengan aroma rempeyek A2 dan A3 dimana

skor A1 lebih tinggi dibandingkan skor A2 dan A3. Hal ini berarti tingkat

(48)

rempeyek A1 berbeda dengan kedua rempeyek lainnya. Dapat disimpulkan bahwa

aroma rempeyek A1 lebih disukai daripada aroma rempeyek A2 dan A3, karena

semakin tinggi skor penilaian maka aroma semakin disukai.

4.5 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Rasa Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Hasil analisis uji organoleptik terhadap rasa rempeyek dapat dilihat pada

Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Rasa Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Kriteria

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat total skor rempeyek pada perlakuan A1

memiliki skor tertinggi 76 (84,4%). Dari uji Barlett maka dapat diketahui bahwa

varians data populasi dimana sampel ditarik adalah seragam (homogen) yaitu bh

(0,999) > bc (0,934) sehingga dapat dilanjutkan ke Analisis Sidik Ragam.

Hasil analisis Uji Sidik Ragam terhadap rasa rempeyek pada perlakuan A1, A2

dan A3 dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Sidik Ragam Terhadap Rasa Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Sumber keragaman

db JK KT Fhitung Ftabel Keterangan

Perlakuan 2 10,3 5,35 11,3 3,15 Ada

Galat 87 41,3 0,47 Perbedaan

(49)

Berdasarkan hasil analisis Uji Sidik Ragam pada tabel 4.9 di atas dapat

dilihat bahwa nilai Fhitung (11,3) > Ftabel (3,15). Hal ini berarti bahwa ada

perbedaan rasa pada setiap rempeyek yang dihasilkan pada perlakuan A1, A2 dan

A3. Maka dapat dilanjutkan uji Ganda Duncan. Uji Ganda Duncan dilakukan

untuk mengetahui perbedaan tiap perlakuan dan didapatkan hasilnya seperti tabel

4.10 dibawah ini:

Tabel 4.10 Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Rasa

Perlakuan A1 A2 A3

Rata-rata 2,5 2,3 1,7

A1 – A3= 2,5 – 1,7 = 0,8 > 0,33 Jadi A1 ≠A3

A3 – A2 = 1,7 – 2,3 = -0,6 < 0,35 Jadi A3 = A2

A1 – A2 = 2,5 – 2,3 = 0,2 < 0,33 Jadi A1 = A2

Berdasarkan Uji Duncan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa rasa

rempeyek A1 berbeda nyata dengan rasa rempeyek A3 dimana skor A1 lebih

tinggi dibandingkan A3. Hal ini berarti tingkat kesukaan panelis terhadap rasa

rempeyek A2 sama dengan kedua perlakuan lainnya ( A1 dan A3), namun rasa A1

berbeda dengan rasa A3. Dapat disimpulkan bahwa rasa rempeyek A1 lebih

disukai daripada rasa rempeyek A2 dan A3 karena rempeyek A1 mempunyai

penilaian yang paling tinggi (2,5) dimana semakin tinggi tingkat penilaian maka

(50)

4.6 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Tekstur Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Hasil analisis uji organoleptik terhadap tekstur rempeyek dapat dilihat pada

tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11 Hasil Analisis Uji Organoleptik Terhadap Tekstur Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Kriteria

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat total skor rempeyek pada perlakuan

A3 memiliki skor tertinggi 78 (86,6%). Dari uji Barlett maka dapat diketahui

bahwa varians data populasi dimana sampel ditarik adalah seragam (homogen)

yaitu bh (0,999) > bc (0,934) sehingga dapat dilanjutkan ke Analisis Sidik Ragam.

Hasil analisis Uji Sidik Ragam terhadap tekstur rempeyek pada perlakuan A1, A2

dan A3 dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12 Hasil Analisis Uji Sidik Ragam Terhadap Tekstur Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Sumber keragaman

db JK KT Fhitung Ftabel Keterangan

Perlakuan 2 0,47 0,23 0,79 3,15 Tidak ada

Galat 87 26,03 0,29 perbedaan

Total 89 26,5 0,52

Berdasarkan hasil analisis Uji Sidik Ragam pada tabel 4.12 di atas dapat

dilihat bahwa Fhitung < Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

(51)

4.7 Hasil Analisis Uji Kandungan Protein, Lemak, Abu, Air, Karbohidrat dan Kalsium pada Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Hasil analisis uji kandungan protein, lemak, abu, air, karbohidrat dan kalsium

yang telah dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

Medan pada rempeyek dengan tiga perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.13 Kandungan Zat Gizi Rempeyek Kacang Hijau yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Zat Gizi A1 A2 A3

Protein (%b/b) 14,40 17,20 19,00

Lemak (%b/b) 29,80 28,20 27,90

Kadar abu (%b/b) 4,51 3,91 4,27

Kadar air (%b/b) 6,23 5,40 4,93

Karbohidrat (%b/b) 41,10 41,70 40,40

Kalsium (mg) 216 240 205

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat hasil dari kandungan gizi rempeyek

menunjukkan kandungan protein paling tinggi terdapat pada A3 yaitu rempeyek

dengan modifikasi tepung belalang kayu 30% sebesar 19,00%. Kandungan lemak

paling rendah terdapat pada A3 yaitu rempeyek dengan modifikasi tepung

belalang kayu 30% sebesar 27,90%. Kadar abu paling tinggi terdapat pada A1

yaitu rempeyek dengan modifikasi tepung belalang kayu 35% sebesar 4,51%.

Kadar air paling tinggi terdapat pada A1yaitu rempeyek dengan modifikasi tepung

belalang kayu 20% sebesar 6,23%. Kandungan karbohidrat paling tinggi terdapat

pada A2 yaitu rempeyek dengan modifikasi tepung belalang kayu 25% sebesar

41,1%. Kandungan kalsium paling tinggi terdapat pada A2 yaitu rempeyek

(52)

4.8 Kandungan Gizi Pada Rempeyek Kacang Tanah

Kandungan gizi pada rempeyek kacang tanah dari hasil penelitian yang

dilakukan Auliana, dkk (2011) di Laboratorium Kimia Prodi Pendidikan Teknik

Tata Boga UNY adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14 kandungan gizi rempeyek kacang tanah

Zat gizi %AKG

Kadar air 1,79

Kadar abu 2,53

Lemak 7,67

Protein 1,51

Karbohidrat 3,22

Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa kandungan gizi

rempeyek kacang tanah menunjukkan protein sebesar 1,51%, karbohidrat sebesar

3,22% dan lemak sebesar 7,67%. Dapat disimpulkan bahwa kandungan gizi

rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang kayu dengan

kandungan gizi rempeyek kacang tanah memiliki perbedaan yang nyata. Jadi,

rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang kayu memiliki

kandungan protein dan karbohidrat yang cukup tinggi daripada rempeyek kacang

(53)

Dari hasil penelitian, rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan

tepung belalang kayu yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda dengan

rempeyek lain. Dalam hal warna, rempeyek berwarna coklat demikian juga dalam

hal aroma, rempeyek memiliki aroma yang khas yaitu belalang. Pada rasa

rempeyek yang dihasilkan yaitu khas rempeyek dengan sedikit rasa belalang,

sedangkan untuk tekstur yang dihasilkan pada rempeyek yang dimodifikasi

dengan tepung belalang memiliki tekstur yang renyah. Jika dibandingkan dengan

rempeyek kacang hijau pada umumnya, karakteristik rempeyek kacang hijau yang

dimodifikasi dengan tepung belalang ini memiliki karakteristik yang hampir sama,

yang membedakan hanya pada karakteristik warna yaitu berwarna lebih coklat.

Hal ini disebabkan karena warna tepung belalang memiliki warna coklat.

5.2 Daya Terima Rempeyek

Berdasarkan hasil penilaian uji organoleptik terhadap warna, aroma dan

rasa rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang kayu

didapatkan hasil bahwa rempeyek yang paling disukai panelis yaitu rempeyek

dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka berada pada sampel A1

(20%:20%). Sedangkan hasil penilaian uji organoleptik terhadap tekstur

didapatkan hasil bahwa tekstur rempeyek yang paling disukai berada pada sampel

A3 yaitu rempeyek dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka sebesar

(54)

rempeyek merupakan camilan yang sangat digemari mulai dari anak-anak sampai

orang dewasa dan merupakan makanan atau camilan yang sudah dikenal

masyarakat. Selain itu, rempeyek juga memiliki masa simpan yang cukup lama

jika dibandingkan dengan produk makanan hasil olahan belalang yang lainnya,

misalnya bakso, sosis dan nugget. Uji daya terima dilakukan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara yang berlangsung pada

pukul 10.00 sampai 12.00 WIB. Rempeyek yang diberikan masing masing

rempeyek pada setiap perlakuan yaitu sebanyak ±10 gram.

5.3 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Rempeyek

Pengujian organoleptik terhadap warna rempeyek yang memiliki skor

tertinggi adalah A1 dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka

(20%:20%) yaitu sebesar 71 (78,8%) termasuk kategori suka. Rempeyek A2

dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka (25%:15%) memiliki skor

60 (66,7%) termasuk dalam kategori kurang suka. Sedangkan rempeyek A3

dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka (30%:10%) memiliki skor

48 (53,4%) termasuk dalam kategori tidak suka.

Berdasarkan hasil analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa nilai Fhitung

(8,63) > Ftabel (3,15). Hal ini berarti ada perbedaan penilaian terhadap warna

rempeyek yang dimodifikasi tepung belalang kayu dengan persentase 20%, 25%

dan 30%.

Berdasarkan Uji Ganda Duncan terhadap hasil penilaian warna rempeyek

A2 sama dengan A3, namun rempeyek A1 berbeda dengan kedua rempeyek

(55)

rempeyek A2 dan A3 karena rempeyek A1 mempunyai penilaian yang paling

tinggi (2,4) dimana semakin tinggi tingkat penilaian maka rempeyek akan

semakin disukai.

Warna rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang

kayu memiliki warna yang berbeda dengan rempeyek pada umumnya. Warna

yang dihasilkan lebih coklat dari warna pada umumnya. Hal ini disebabkan karena

tepung belalang memiliki warna coklat.

Warna dapat menandakan rasa suatu makanan. Bila suatu makanan

menyimpang dari warna yang umumnya berlaku, makanan tersebut pastinya tidak

akan dipilih oleh konsumen. Meskipun sesungguhnya makanan tersebut masih

baik kondisinya. Meskipun demikian warna juga tidak selalu identik dengan suatu

rasa tertentu (Astawan, 2008).

Fungsi dari warna pada suatu makanan sangatlah penting, karena dapat

membangkitkan selera makan. Warna dalam suatu makanan yang dijual di pasaran

belum tentu aman, yang tidak baik untuk dikonsumsi terlalu sering karena adanya

residu logam berat pada zat pewarna tersebut sehingga berbahaya bagi kesehatan

(Winarno, 2004).

5.4 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Rempeyek

Pengujian organoleptik terhadap aroma rempeyek yang memiliki skor

tertinggi adalah A1 dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka

(20%:20%) yaitu sebesar 78 (86,6%) yang termasuk dalam kategori suka.

Rempeyek A2 dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka (25%:15%)

(56)

rempeyek A3 dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka (30%:10%)

memiliki skor 57 (63,4%) termasuk dalam kategori kurang suka.

Berdasarkan hasil analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa nilai Fhitung

(11,14) > Ftabel (3,15). Hal ini berarti ada perbedaan penilaian terhadap aroma

rempeyek yang dimodifikasi tepung belalang kayu dengan persentase 20%, 25%

dan 30%.

Berdasarkan Uji Ganda Duncan terhadap hasil penilaian aroma rempeyek

A2 sama dengan A3, namun rempeyek A1 berbeda dengan kedua rempeyek

lainnya. Hal ini berarti bahwa aroma rempeyek A1 lebih disukai daripada aroma

rempeyek A2 dan A3 karena rempeyek A1 mempunyai penilaian yang paling

tinggi (2,5) dimana semakin tinggi tingkat penilaian maka rempeyek akan

semakin disukai.

Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk

diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Aroma

dihasilkan dari interaksi zat-zat dengan jutaan rambut getar pada sel epitelium

olfaktori yang terletak di langit-langit rongga hidung (Setyaningsih, 2010).

5.5 Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Rempeyek

Pengujian organoleptik terhadap rasa rempeyek yang memiliki skor

tertinggi adalah A1 dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka

(20%:20%) yaitu sebesar 76 (84,4%) yang termasuk dalam kategori suka.

Rempeyek A2 dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka (25%:15%)

(57)

A3 dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka (30%:10%) memiliki

skor 52 (57,8%) termasuk dalam kategori kurang suka.

Berdasarkan hasil analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa nilai Fhitung

(11,3) > Ftabel (3,15). Hal ini berarti ada perbedaan penilaian terhadap rasa

rempeyek yang dimodifikasi tepung belalang kayu dengan persentase 20%, 25%

dan 30%.

Berdasarkan Uji Ganda Duncan terhadap hasil penilaian rasa rempeyek A2

sama dengan kedua perlakuan lainnya, namun rasa rempeyek A1 berbeda dengan

rempeyek A3. Hal ini berarti bahwa rasa rempeyek A1 lebih disukai daripada rasa

rempeyek A2 dan A3 karena rempeyek A3 mempunyai penilaian yang paling

tinggi (2,5) dimana semakin tinggi tingkat penilaian maka rempeyek akan

semakin disukai.

Rasa lebih banyak melibatkan panca indera yaitu lidah, agar suatu

senyawa dapat dikenali rasanya. Rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh

senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Setiap orang mempunyai batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar

masih bisa dirasakan (threshold). Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan threshold seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak sama. Akibat yang ditimbulkan mungkin peningkatan intensitas rasa atau penurunan intensitas rasa

(58)

5.6 Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Rempeyek

Pengujian organoleptik terhadap tekstur rempeyek yang memiliki skor

tertinggi adalah A3 dengan campuran tepung belalang dan tepung tapioka

(30%:10%) yaitu sebesar 78 (86,6%) yang termasuk dalam kategori suka.

Sedangkan rempeyek A1 dan A2 dengan campuran tepung belalang dan tepung

tapioka masing-masing (20%:20%) dan (25%:1%) memiliki skor sebesar 73

(81,1%) dan 76 (83,5) termasuk dalam kategori suka.

Berdasarkan hasil analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa nilai Fhitung

(0,79) < Ftabel(3,15). Hal ini berarti tidak ada perbedaan penilaian terhadap tekstur

rempeyek yang dimodifikasi tepung belalang kayu dengan persentase 20%, 25%

dan 30%.

Tekstur makanan berkaitan dengan sensasi sentuhan. Memandang satu

produk dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus, keras,

atau lembek (Shewfelt, 2014).

5.7 Analisis Kandungan Protein, Lemak, Abu, Air, Karbohidrat dan Kalsium Rempeyek yang dimodifikasi dengan Tepung Belalang Kayu

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa kandungan protein paling tinggi terdapat pada rempeyek A3 dengan

menggunakan tepung belalang 30%, yaitu sebesar 19,00% dan yang terendah pada

rempeyek A1 dengan penambahan tepung belalang 20% yaitu sebesar 14,40%.

Kandungan protein pada tepung belalang berdasarkan penelitian Wang (2007)

menunjukkan bahwa dari 100 gr tepung belalang terdapat 33,1% protein,

sedangkan pada rempeyek kacang hijau dengan penambahan tepung belalang 30%

(59)

protein pada rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang

kayu tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian sebelumnya tentang tepung

belalang.

Kandungan lemak yang paling rendah terdapat pada rempeyek A3 dengan

penambahan tepung belalang 30% dan tepung tapioka 10% yaitu sebesar 27,90%.

Kandungan lemak pada tepung belalang berdasarkan penelitian Wang (2007)

menunjukkan bahwa dari 100 gr tepung belalang terdapat 18,7% lemak,

sedangkan pada rempeyek kacang hijau dengan penambahan tepung belalang 30%

menghasilkan lemak sebesar 27,90%, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

persentase tepung belalang maka kandungan lemak semakin rendah.

Kadar abu paling tinggi terdapat pada rempeyek A1 dengan penambahan

tepung belalang 20% dan tepung tapioka 20% yaitu sebesar 4,51%. Kadar air

paling tinggi terdapat pada rempeyek A1 dengan penambahan tepung belalang

20% dan tepung tapioka 20% yaitu sebesar 6,23%.

Kandungan karbohidrat paling tinggi terdapat pada rempeyek A2 dengan

penambahan tepung belalang kayu 25% dan tepung tapioka 15% yaitu sebesar

41,70%. Sedangkan kandungan kalsium paling tinggi terdapat pada rempeyek A2

dengan penambahan tepung belalang kayu 25% dan tepung tapioka 15% yaitu

sebesar 240 mg. Perbedaan kandungan kalsium ini disebabkan karena adanya

perbedaan jumlah kacang hijau yang digunakan ketika melakukan kandungan gizi,

dimana pada setiap keping rempeyek tidak sama jumlah kacang hijau yang

(60)

Panelis dianjurkan mengkonsumsi protein perharinya yaitu sebesar 62

gram perhari, karbohidrat sebesar 375 gram perhari, dan lemak sebesar 91 gram

perhari menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.75 tentang Angka Kecukupan

Gizi yang dianjurkan untuk Bangsa Indonesia. Dalam 4 keping (24 gr) rempeyek

kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang pada perlakuan A3

(60%:30%:10%) dapat menyumbang 4,48% protein dari kebutuhan perhari.

Karbohidrat dapat menyumbang 9,52% dari kebutuhan perhari dan lemak dapat

menyumbang 6,56% dari kebutuhan perhari.

Biaya pembuatan rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan

tepung belalang untuk 250 gram bahan utama membutuhkan biaya sekitar Rp

12.800. Dalam pembuatan rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan

tepung belalang dari 250 gram bahan utama dapat menghasilkan ± 320 gram

rempeyek. Oleh karena itu pembuatan rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi

dengan tepung belalang tergolong murah dan memiliki kandungan gizi yang baik

terutama protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga sangat bagus

dijadikan camilan untuk anak ataupun keluarga.

Rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi tepung belalang kayu dapat

dijadikan makanan camilan pada anak ataupun keluarga karena memiliki

kandungan protein yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan rempeyek

biasanya. Protein yang paling tinggi terdapat pada rempeyek dengan campuran

tepung belalang dan tepung tapioka pada perlakuan A3 (30%:10%) sebesar

(61)

65

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji daya terima rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi

dengan tepung belalang kayu dengan perlakuan A1 (20%:20%), A2

(25%:15%), dan A3 (30%:10%) dari berat tepung beras menunjukkan ada

perbedaan yang nyata berdasarkan indikator warna, aroma dan rasa,

sedangkan indikator tekstur tidak ada perbedaan.

2. Tingkat kesukaan panelis berdasarkan indikator warna, aroma dan rasa

yang paling disukai yaitu rempeyek A1 dengan perbandingan tepung

belalang dan tepung tapioka 20:20%, sedangkan berdasarkan indikator

tekstur rempeyek yang paling disukai panelis yaitu A3 dengan

perbandingan tepung belalang dan tepung tapioka 30%:10%.

3. Berdasarkan hasil analisis kandungan gizi yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa semakin besar persentase tepung belalang maka

kandungan proteinnya semakin tinggi, sedangkan untuk kandungan lemak

semakin tinggi persentase tepung belalang maka kandungan lemak

(62)

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya masyarakat

Mandailing Natal tentang pemanfaatan tepung belalang kayu sebagai

bahan tambahan dalam pembuatan rempeyek agar menambah kandungan

gizi pada rempeyek terutama protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan tepung

belalang kayu sebagai bahan pembuatan makanan camilan atau jajanan

yang lain yang lebih mudah diterima masyarakat.

3. Diharapkan kepada masyarakat Mandailing Natal agar menjadikan

rempeyek kacang hijau yang dimodifikasi dengan tepung belalang sebagai

makanan camilan karena biaya yang dibutuhkan tergolong murah dan

sumbangan protein yang didapat cukup besar dari kebutuhan perhari

(63)

Belalang kayu (Melanoplus cinereus) adalah serangga berwarna hijau atau

coklat berkaki belakang lebih panjang yang dipakai untuk loncat yang termasuk

ordo Orthoptera. Menurut Entomological Society of America, belalang merupakan

sumber protein yang lebih baik dibandingkan sapi, ayam, ataupun babi. Dan yang

tidak kalah pentingnya belalang mempunyai kadar kolesterol dan lemak yang

sangat rendah, jadi tidak perlu merasa was-was terkena sakit jantung (Estiara,

2011).

Gambar 2.1 Belalang Kayu

Sumber : https://www.google.co.id/search?q=belalang+kayu&source

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmaryani (2005), kadar

protein tepung belalang kayu (Melanoplus cinereus) lebih tinggi dibanding tepung

udang windu (Panaeneous Monodon) dengan kadar masing-masing 17,922 % dan

9,846 %. Beberapa bahan dasar makanan yang merupakan sumber protein juga

(64)

memiliki beberapa keistimewaan, antara lain rasa yang sama dengan bahan dasar

pembuatnya, dapat disimpan lama dan praktis dalam penggunaannya.

Belalang adalah binatang serangga yang bagi banyak orang lebih sering di

cap sebagai hama dan bukan bahan makanan bergizi apalagi berprotein. Bahkan di

beberapa daerah, mengkonsumsi belalang lebih identik dengan kemiskinan rakyat

di daerah tandus dan kering. Di beberapa negara, seperti Zimbabwe dan Etiopia

belalang sudah menjadi makanan rakyat dengan mengolahnya menjadi tepung

sebagai bahan kue karena rasanya yang mirip dengan udang. Bahkan bagi banyak

warga di negara Afrika, belalang termasuk serangga yang penting sebagai sumber

protein (Huis dkk, 2013).

Belalang merupakan salah satu makanan alternatif yang dapat dikonsumsi

karena ketersediaannya banyak dan sebagian besar belalang dapat dikonsumsi.

Delapan puluh jenis belalang dapat dikonsumsi secara aman. Belalang biasa

ditangkap pada malam atau pagi hari ketika suhu udara sejuk. Beberapa negara di

bagian Afrika Barat sering menjualnya di pasar tradisional sebagai makanan

ringan (Huis dkk, 2013). Belalang dapat dijadikan salah satu sumber makanan

alternatif karena ketersediaannya yang banyak, bisa dijadikan pangan primer

dilihat dari pandangan ekologi. Belalang dapat dijual dan disimpan setelah

dikeringkan terlebih dahulu (Blasquez dkk, 2012).

Menurut penelitian Wang (2007), dalam 1 kg belalang mengandung

protein sebanyak 654,2 gr, lemak 83,0 gr, dan kitin 87,3 gr pada berat kering.

Kandungan asam amino belalang terutama jenis asam amino lisin, metionin dan

(65)

dibandingkan dengan jenis serangga lainnya belalang memiliki kandungan asam

amino yang lengkap karena dibeberapa jenis serangga memiliki defisiensi asam

amino metionin, sistein dan lisin.

Seratus gram bagian belalang mentah yang dapat dimakan mengandung

protein 26,8%, lemak 3,8%, karbohidrat 5,5%, serat 2,4%, air 62,7%, dan energi

170 kkal. Seratus gram bagian belalang kering yang dapat dimakan mengandung

protein 62,2%, lemak 10,4%, karbohidrat 15,8%, air 7%, dan energi 420 kkal

(Koswara, 2002).

Menurut penelitian Kusmaryani (2005), tepung belalang kayu (Melanoplus

cinereus) mempunyai nilai protein yang lebih tinggi dari tepung udang windu

(Panaeneous Monodon). Kadar protein tepung belalang kayu sebesar 17,922%

sedangkan tepung udang windu hanya 9,846 %.

Tabel 2.1 kandungan gizi belalang dan tepung belalang

Kandungan gizi Belalang Tepung belalang

Mentah Kering

Sumber : Koswara (2002) dan Wang (2007)

2.2 Pengolahan Tepung Belalang

Pengolahan belalang menjadi tepung akan mempermudah pemanfaatan

belalang menjadi bahan setengah jadi yang fleksibel, karena selain tahan lama

daya simpannya juga dapat dipakai sebagai penganekaragaman pengolahan

makanan. Proses pengolahan belalang menjadi tepung menurut Maryati dan

(66)

1. Penyiapan belalang

Menyiapkan belalang yang akan dijadikan tepung.

2. Penyiraman

Belalang yang sudah disiapkan kemudian disiram dengan air panas dan

didiamkan sekitar 15 menit untuk mematikan belalang dan menghilangkan bau.

3. Pencucian

Setelah disiram dan didiamkan sekitar 15 menit, kemudian belalang dicuci di

air mengalir sampai bersih.

4. Pengeringan

Pengeringan merupakan metode mengeluarkan atau menghilangkan sebagian

air dari suatu bahan dengan cara menguapkan sehingga kadar air seimbang

dengan kondisi udara normal atau kadar air setimpal dengan aktivitas air (aw)

yang aman dari kerusakan mikrobiologi, enzim, dan kimiawi. Tujuan

pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana

perkembangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan pembusukan

terhenti, demikian juga perubahan-perubahan akibat kegiatan enzim,

menjadikan bahan tidak mudah rusak sehingga mempunyai daya awet yang

lebih lama dan memudahkan pengolahan lanjutan (Wirakartakusumah dkk,

1992). Pengeringan dilakukan dengan disangrai terlebih dahulu untuk

mengurangi kadar air kemudian dipotong-potong menjadi bagian yang lebih

(67)

5. Penghalusan/penepungan

Belalang kering ditumbuk menggunakan lumbung dan alu hingga menjadi

bubuk halus, kemudian diayak sehingga diperoleh hasil berupa tepung yang

halus.

2.3 Tepung Beras

Tepung beras merupakan tepung yang dibuat dari beras yang

digiling/dihaluskan. Warnanya putih, bila diraba dengan jari, tepung beras akan

terasa lebih lembut dan halus dibandingkan dengan tepung lain. Biasa digunakan

untuk penganan tradisional. Tepung beras sangat penting dalam pembuatan

kue-kue indonesia, maka tepung beras sangat penting juga bagi rempeyek. Hal ini

menjadikannya sebagai 100% makanan alami dan mudah dalam

penyajiannya. Tepung beras dapat diolah dengan berbagai macam variasi resep

agar tidak membosankan dan sajian akan selalu terasa lebih nikmat (Faridah,

2008).

Tepung beras dibuat dari beras yang ditumbuk atau digiling sampai halus

dan dikeringkan sehingga dapat tahan lama. Tepung beras dapat dimasak menjadi

berbagai makanan atau hidangan selingan. Dengan rasa asin, manis, gurih,

dikukus, digoreng, dibakar, atau sebagai campuran. Tepung beras dapat diolah

menjadi makanan pokok yang terkenal dengan nama “bihun” atau “mihun” (rice

noodle) (Tarwotjo, 1998). Komposisi kimia tepung beras (per 100 gram bahan)

(68)

Tabel 2.2 Komposisi kimia tepung beras

Bagian yang dapat dimakan (%) 100,0

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I (1996).

2.4 Tepung Tapioka

Tepung tapioka merupakan tepung hasil olahan ubi kayu setelah melalui

proses pengupasan, penghancuran, ekstrasi, penyaringan, penyedapan dan

pengeringan (Tjokrodikoesoemo, 1993). Tepung tapioka adalah granula pati yang

banyak terdapat dalam sel ubi kayu. Tepung tapioka mengandung amilosa 17%

dan amilopektin 83% dengan ukuran granula 3-35 μm. Selisih antara amilosa dan

amilopektin yang cukup tinggi ini, menyebabkan proses penyerapan air selama

pemasakan cukup tinggi. Berdasarkan besar kecilnya air yang diserap dalam

granula pati, akan menentukan daya kembang pada saat pemasakan. Semakin

tinggi air terikat, semakin besar pula daya kembangnya. Kelebihan tepung tapioka

adalah warnanya putih, mengandung mikroba rendah serta daya kembangnya

yang tinggi (Ernawati, 2003). Komposisi penyusun tepung tapioka dapat lihat

pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Komposisi penyusun tepung tapioka

Gambar

Tabel(0.05)
Gambar 1. Proses Pengumpulan Data (Panelis Menikmati Rempeyek)
Tabel 3.2 Jenis dan ukuran bahan pembuatan rempeyek kacang hijau yang      dimodifikasi dengan tepung belalang
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Belalang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, biskuit oeleh 30 ibu balita yang paling disukai adalah biskuit dengan campuran tepung pisang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar protein pada kecap air kelapa dengan penambahan tepung belalang kayu dan sari buah nanas.. Hasil uji organoleptik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima biskuit tepung buah pepaya berdasarkan analisis organoleptik terhadap rasa, aroma, warna, dan tekstur biskuit tepung

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur oleh 30 Mahasiswa yang paling disukai adalah flakes dengan perbandingan tepung talas 25% dan

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, biskuit oeleh 30 ibu balita yang paling disukai adalah biskuit dengan campuran tepung pisang

Analisis Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis terhadap Aroma Modifikasi Cookies dengan Tepung Cangkang Telur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji organoleptik terhadap rasa, aroma, warna, dan tekstur, biskuit yang paling disukai panelis adalah biskuit

Pengujian organoleptik terhadap aroma menunjukan bahwa brownies dengan penambahan tepung rebung 30% disukai oleh anak sekolah dasar karena memiliki total skor