• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAGU TIAS DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT SIMALUNGUN DI DESA BANGUN PURBA ( STUDI KAJIAN, BENTUK PENYAJIAN, FUNGSI DAN MAKNA LAGU ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAGU TIAS DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT SIMALUNGUN DI DESA BANGUN PURBA ( STUDI KAJIAN, BENTUK PENYAJIAN, FUNGSI DAN MAKNA LAGU )."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAGU TIAS DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT

SIMALUNGUN DI DESA BANGUN PURBA (STUDI

KAJIAN, BENTUK PENYAJIAN, FUNGSI

DAN MAKNA LAGU)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

EKO PUTRA OKTAVIANUS

NIM 209342040

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

▸ Baca selengkapnya: apa makna lagu selir hati

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi, kecuali yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yang vertandantangan dibawah ini

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Eko Putra Oktavianus. Nim 209342040“Lagu Tias dalam upacara pernikahan adat simalungun di desa bangun purba ( studi kajian, bentuk penyajian, fungsi dan makna lagu ) .”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitentang lagu tias dari bentuk penyajian,

fungsi dan makna lagu tersebut dalam upacara adat pernikahan bangun purba.

Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengertian bentuk kajian, fungsi dan makna lagu tersebut.

Penelitian ini dilakukan di desa bangun purba, pada saat upacara pernikahan simalungun. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara, dandokumentasi.

Penelitian ini dilihat pada saat awal acara sampai selesai dengan tujuan melihatbentuk penyajian, fungsi dan makna lagu tersebut dalam adat simalungun.Fungsi lagu ini dibuat untuk menjamu pihak “boru” yang dating kepada pihak “tondong” yang dilakukan pada saat upacara pernikahan adat simalungun dimana pun berada, termasuk pula di desa bangun purba. Dan sekaligus melihat bagaimana kehidupan masyarakat di desa bangun purba, dan beberapa marga di daerah bangun purba. Lagu ini memiliki makna tentang seorang anak yang telah berubah pada saat ia melangsungkan pernikahan tersebut. Lagu ini di nyanyikan oleh seorang penyanyi di dalam acara, yang di iringi oleh beberapa alat musik tradisional simalungun

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Negeri Medan. Skripsi ini berjudul“Lagu Tias dalam upacara adat pernikahan

simalungun di desa bangun purba (studi kajian, bentuk penyajian,fungsi dan makna lagu )

Dalam penyelesaianSkripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan

kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga

kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan,

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa Dan

Seni Universitas Negeri Medan

4. Dra. Pita H.D Silitonga, M.Pd. Sekretaris Jurusan Sendratasik, yang telah

memberikan semangat kepada penulis sebagai Pembimbing Skripsi I,

5. Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn., M.Sn Ketua Prodi Pendidikan Musik dan

sebagai Pembimbing Skripsi II,

6. Mukhlis Hasbullah, M.Sn sebagai Narasumber I, yang telah memberikan

bimbingan dan kritik tentang karya tulis

7. Herna Hirza,S.Pd, M.Pd sebagai Narasumber II yang telah memberikan

bimbingan dan kritik tentang karya tulis

8. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan,

9. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Komansen Saragih

dan Ibunda Ramu Purba, S.Pd yang selalu mendidik, memberikan kasih

sayang yang tak terhingga, mendukung baik secara moril maupun materil,

memberikan motivasi, semangat dan doa yang tulus yang tiada hentinya demi

(8)

10.Teman-teman terbaik penulis yang telah memberikan dukungan yang lebih

kepada penulis terutama teman – teman Pend. Seni Musik stambuk 2009.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang

diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu

pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, Februari2016

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoretis ... 11

1. Teori Bentuk Penyajian ... 11

2. Bentuk Penyajian ... 12

3. Pengertian Upacara Pernikahan ... 13

4. Pernikahan Adat Simalungun ... 14

B. Kerangka Konseptual ... 16

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Masyarakat Simalungun ... 27

B. Bentuk, Fungsi dan Makna Lagu Tias ... 28

1. Peranan Lagu Tias Dalam Upacara Pernikahan Adat Pada Masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba ... . 28

2. Bentuk Penyajian, Fungsi dan Makna Lagu ... 30

a. Bentuk Penyajian Lagu Tias ... 30

b. Fungsi dan Makna Lagu Tias ... 31

3. Latar Belakang Lagu Tias Dalam Upacara Pernikahan Adat Pada Masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba ... 34

4. Instrumen Iringan Lagu Tias Dalam Upacara Pernikahan Adat Pada Masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ...46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Proses penyambutan pengantin oleh keluarga ... 30

Gambar 4.2 Mongmongan ... 37

Gambar 4.3 Sitalasayak ... 37

Gambar 4.4 Garantung ... 38

Gambar 4.5 Sarunei Bolon ... 38

Gambar 4.6 Sarunei Buluh ... 39

Gambar 4.7 Tulila ... 39

Gambar 4.8 Sulim ... 40

Gambar 4.9 Sordam ... 41

Gambar 4.10 GondrangSidua – Sidua ... 41

Gambar 4.11 GondrangSipitu – Sipitu ... 41

Gambar 4.12 Arbab ... 42

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem

dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system

mata pencaharian hidup, dan system teknologi dan peralatan.Salah satu bagian

dari kebudayaan yang sangat berperan adalah musik tradisional yang merupakan

kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.Guna

melestarikan kebudayaan daerah sebagai aset kebudayaan nasional hendaknya

dapat digali dan dikembangkan.Musik tradisional merupakan bagian dari upacara

adat sebagai perangkat yang memiliki tatanan atau aturan khusus sesuai

kebutuhan ritualnya.Disamping itu musik tradisional merupakan unsur budaya

penting. Karena, musik tersebut merupakan alat untuk menyampaikan hal yang

akan dan telah terjadi dalam kebudayaan itu sendiri.

Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya

yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang

berbeda-beda dan bervariasi.Bentuk dan struktur yang bervariasi, membuat musik

menjadi seni yang terbatas,artinya bahwa musik menjadi wadah untuk

mengekspresikan segudang ide-ide kreatif para pecinta seni khususnya seni

musik.

Setiap jenis-jenis musik pasti memiliki spesifiknya masing-masingseperti

musik pop, jazz, rock, blues, keroncong, dangdut, klasik, bahkan musik

(13)

alirannya maupun cara penyajiannya. Bentuk musik jazz terkenal dengan

perpindahan/progress akordnya, musik rock yang biasanya selalu beraliran keras,

musik klasik yang kental dengan notasi, sedangkan bentuk musik tradisional yang

identik dengan nada-nada pentatonik dalam penyajiannya, dan begitu juga dengan

jenis-jenis musik lainnya.

Musik tradisional merupakan musik khas suatu daerahatau suku

tertentuyang secara turun- temurun dilestarikan dan menjadi sebuah kebudayaan.

Setiap daerah atau wilayah regional memilki musik tradisionalnya masing-masing

seperti Jawa, Bali, Melayu, Dayak,Melayu, Toraja, Betawi, Batak dan lainnya.

Tidak mengherankan jika ada dua daerah yang memiliki musik tradisional

yang sama baik dari segi alat musiknya, maupun dari cara penyajiannya. Itu

terjadi karena dua daerah tersebut merupakan keturunan dari nenek moyang yang

sama. Jawa dan Bali memiliki musik tradisional yang sama yaitu gamelan, akan

tetapi bentuk dan struktur penyajiannya berbeda-beda.

Di Sumatera utara, setiap suku memilki musik tradisionalnya

masing-masing. Ada yang sama dari segi alat musiknya, dan juga dari segi penyajiannya,

seperti suku Batak. Suku Batak merupakan suku yang terdiri dari enam sub-etnis,

yaitu Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing, dan Angkola Sipirok. Dalam

kehidupan sehari-hari banyak orang mengasosiasikan kata “Batak” dengan ‘orang

Batak Toba’ karena dari keenam Sub-etnis Batak, Batak Toba yang paling besar

jumlahnya. Hal ini dapat dilihat dari segi jumlah masyarakatnya, kebudayaannya

(14)

Musik telah ada sejak manusia mengenal peradaban.Setiap budaya di

dunia ini memiliki musik yang khusus diperdengarkan atau dimainkan

berdasarkan peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup anggota

masyarakat.Pada umumnya manusia memiliki rasa senang untuk mendengarkan

musik, kendati tingkat kesenangan antara satu dengan yang lainnya

berbeda-beda.Oleh karena itu, rasa senang terhadap musik tidak dapat dianggap sifat khas

atau suatu keanehan yang kebetulan dimiliki seseorang. Rasa senang mendengar

musik disebabkan oleh beberapa faktor seperti : respon terhadap kesan irama,

melodi, harmoni, warna suara, dalam suatu komposisi serta faktor penggunaan

teks/syair bila sebuah komposisi yang didengar itu berbentuk nyanyian.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama-sama oleh sebuah kelompok manusia yang diwariskan secara turun-temurun dari

generasi ke generasi yang selalu dipengaruhi oleh norma adat-istiadat yang

berlaku dalam masyarakat. Musik sangat penting dalam kebudayaan.Musik adalah

salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan

masyarakat pendukungnya. Dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang

menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun

informal. Musik dapat dipergunakan pada acara adat, seperti upacara religi,

pernikahan , mengiringi tari-tarian, hiburan, serta memanggil roh leluhur dan lain

sebagainya. Dalam kegiatan adat, musik merupakan bagian dari tradisi. Tetapi

tidak semua kegiatan adat menggunakan musik, akan tetapi ada kegiatan adat

(15)

atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi.Bisa dikatakan,

bunyi (suara) adalah elemen musik paling dasar.

Suara musik yang baik adalah hasil interaksi dari tiga elemen, yaitu:

irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan suara dalam suatu waktu,

panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan karakter tersendiri pada

setiap musik.Melodi adalah susunan nada yang diatur tinggi rendahnya, pola, dan

harga nada sehingga menjadi kalimat lagu. Melodi merupakan elemen musik yang

terdiri dari pergantian berbagai suara yang menjadi satu kesatuan, di antaranya

adalah satu kesatuan suara dengan penekanan yang berbeda, intonasi dan durasi

yang hal ini akan menciptakan sebuah musik yang enak didengar. Sedangkan

harmoni adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan nada secara serentak /

bersamaan.Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan menghasilkan melodi

tertentu. Selanjutnya, kombinasi yang baik antara irama dan melodi melahirkan

bunyi yang harmoni.

Daerah Sumatera Utara memiliki ragam kebudayaan termasuk seni musik

tradisionalnya yang berbeda-beda sesuai dengan etnisnya masing-masing. Salah

satu etnis terdapat di Sumatera Utara adalah Etnis Simalungun yang dimasukkan

sebagai bagian dari etnis Batak Toba, Mandailing, Pak-pak dan Karo.

Sistem kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat Simalungun adalah

berdasarkan pada prinsip Tolu Sahundulan dan Lima Saodoran.Tolu Sahundulan

terdiri dari Tondong (kelompok kerabat istri), Sanina (sanak saudara satu

keturunan/marga), anak boru (pihak ipar).Dalam pengaturan tempat duduk

(16)

kelompok tondong disebelah kanan pihak sanina, dan pihak anak boru disebelah

kanan pihak tondong.Itulah sebabnya dikatakan tolu sahundulan (pengaturan

tempat duduk dalam tiga kelompok).

Lima saodoran ialah kerabat keluarga luas yang merupakan

gabungan dari seluruh lembaga adat.Hal ini terjadi pada upacara besar

dan luas. Jadi pengertian lima disini ialah yang dihadiri oleh lima

kelompok kerabat yang terdiri dari tondong (kelompok istri), sanina

(sanak saudara satu keturunan/marga), anak boru (pihak ipar), tondong

ni tondong (kelompok pemberi istri kepada tondong), anak boru

mintori (kelompok boru dari ipar). Masyarakat Simalungun

memandang diri mereka sebagai suatu kelompok etnis yang kuat yang

dipersatukan oleh bahasa, musik tradisional, serta adat-istiadat dan

kekhasan yang unik yang ada pada budaya masyarakat Simalungun

(A.D.Jansen, 2003: 10).

Dengan adanya kegiatan ini sistem kekerabatan masyarakat

Simalungun akan terjalin harmonis, karena disanalah para penatuah-penatuah adat

bertemu dan saling beradu komentar agar menuju Kabupaten Simalungun yang

maju dalam bidang sektor apapun.Lagu dan musik daerah yang tentu saja

merupakan kekayaan bangsa sudah seharusnya dilestarikan dan dikenalkan

keseluruh warga negara Indonesia.Bukan hanya sekedar mengetahui dan

memahami keaneka ragaman budaya, tapi yang lebih penting adalah

mengkokohkan persatuan dan kesatuan bangsa.Lagu merupakan syair-syair yang

(17)

http://id.wikipedia.org/wiki/Lagu.Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara

dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat

musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan

kesinambungan (mengandung irama).Sedangkan ragam nada atau suara yang

berirama disebut juga dengan lagu.Lagu bisa menjadi media curahan hati orang

yang membuat lagu itu tadi.Sehingga lagu yang dinyanyikan bisa bernuansa sedih,

senang, maupun jenaka.Jadi sebuah lagu dapat diartikan sebagai sebuah ungkapan

yang dikeluarkan oleh sebuah nada atau bunyian dan dalam sebuah lagu dapat

diambil kesimpulan yang ada pada lirik lagu tersebut.Maka untuk itu penulis

mengambil judul “Lagu Tias Dalam Acara Pernikahan Adat Simalungun Di

Desa Bangun Purba (Studi Kajian Bentuk Penyajian, Fungsi dan Makna Lagu)”.

B. Identifikasi Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi maka

umumnya penelitian menggunakan identifikasi masalah agar langkah– langkah

yang diambil dapat dicapai semaksimal mungkin.Tujuan dari identifikasi masalah

adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah, serta cakupan masalah

tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan pendapat Suyanto (2012:49), yang

mengatakan bahwa:

(18)

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka identifikasi masalah

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan lagu Tiasdalam upacara pernikahan adatpada

masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

2. Bagaimana bentuk penyajian Lagu Tias dalam upacara pernikahan adat

pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

3. Apa yang melatarbelakangi dibawakannyaLagu Tias dalam upacara

pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

4. Instrumen apa saja yang digunakan untuk mengiringi Lagu Tias dalam

upacara pernikahan adatpada masyarakat Simalungun di Desa Bangun

Purba?

5. Bagaimana bentuk apresiasi masyarakat dengan Lagu Tias dalam upacara

pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

6. Apa saja makna yang terkandung dalam penyajian Lagu Tias dalam

upacara pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun

Purba?

7. Bagaimana bentuk pertunjukan dari Lagu Tias dalam upacara pernikahan

adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

8. Bagaimana impelementasi lagu Tias pada upacara pernikahan adat pada

masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

9. Bagaimana struktur musik Lagu Tias yang digunakan dalam upacara

(19)

C. Pembatasan Masalah

Sebagaimana uraian pada latar belakang, Pembatasan masalah perlu

dilakukan untuk membatasi luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu dan

kemampuan penulis. Maka penulis mengadakan pembatasan masalah untuk

mempermudah proses pemecahan masalah dalam penelitian ini. Pembatasan

masalah tersebut sesuai dengan pendapat Surakhmad (2013:31) yang mengatakan

bahwa:

“Sebuah masalah yang dirumuskan tidak terlalu luas, tidak perlu dipakai sebagai masalah penyelidikan, oleh karena itu tidak akan pernah jelas batasan-batasan masalah, pembatasan ini perlu bukan saja untuk mempermudah atau menyempurnakan masalah bagi penyelidikan, akan tetapi juga dapat menetapkan terlebih dahulu segala ongkos yang diperlukan dalam memecahkan masalah tenaga, waktu, ongkos dan sebagainya yang timbul dari rencana tertentu.”

Maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penyajian Lagu Tias dalam upacara pernikahan adat

pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

2. Bagaimana Bentuk, Fungsi dan Makna Lagu Tiasdalam upacara

pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

3. Apakah yang melatarbelakangi dibawakannyaLagu Tias dalam upacara

pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?

4. Instrumen apa saja yang digunakan untuk mengiringi Lagu Tias dalam

upacara pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun

(20)

D.Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan fokus sebuah penelitian yang akan dikaji.

Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban

pertanyaan, maka dari itu perlu dirimuskan dengan baik, Sehingga dapat

mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan.

Uraian di atas sejalan dengan pendapat Maryaeni (2005:14), yang

mengatakan bahwa:

“Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah yang menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian meruapakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga biasa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan.”

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta

pembatasan masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah Peranan Lagu Tias Dalam Upacara Pernikahan Adat Pada

Masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba?”.

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan mengarah pada tujuan, yang merupakan suatu keberhasilan

penelitian.Untuk lebih jelasnya penulis menguraikan tujuan yang ingin dicapai

dalam pelaksanaan penelitian. Maka tujuan yang hendak dicapai penulis adalah:

1. Untuk mengetahui peranan Lagu Tias dalam upacara pernikahan adat

(21)

2. Untuk mengetahui Bentuk, Fungsi dan Makna Lagu Tiasdalam upacara

pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba

3. Untuk mengetahui latarbelakangdibawakannya Lagu Tias dalam upacara

pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba

4. Instrumen apa saja yang digunakan untuk mengiringi Lagu Tias dalam

upacara pernikahan adat pada masyarakat Simalungun di Desa Bangun

Purba

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan

sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya.

Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi pembaca.

2. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai peranan Lagu Tiasdalam upacara pernikahan adat pada

masyarakat Simalungun di Desa Bangun Purba.

3. Memberi masukan yang dapat berguna bagi para seniman untuk melihat

kembali bagaimana perkembangan Lagu Tias di Bangun Purba.

4. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca, khususnya generasi

muda, terutama masyarakat setempat agar termotivasi untuk melestarikan

musik tradisional Simalungun .

5. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang berminat melakukan

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Keberadaan Musik Tradisional Simalungun

Dalam Pesta Pernikahan Adat Simalungun Di Desa Bangun Purba Kabupaten

Simalungun. Peneliti membuat beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Lagu Tias merupakan lagu yang mengiringi acara adat Simalungun Dalam

Pesta Pernikahan Di Desa Bangun Purba Kabupaten Simalungun

merupakan salah satu tradisi adat simalungun yang dilaksanakan secara

turun-temurun, dimana sebuah aktivitas adat dan religi terdapat dalam

pesta ini.

2. Lagu Tias juga berisikan syair-syair yang merupakan penjelasan maksud

upacara, yang ditujukan kepada kerabat yang hadir. Apabila ditinjau dari

kata yang terdapat pada bagian ini, maka Lagu Tias berperan sebagai

penyambung lidah panortor (suhut sihabolonan) guna menjelaskan

maksud dari upacara tersebut, sehingga dari isi bagian ini orang dapat

lebih banyak mengetahui tentang maksud upacara yang sedang

dilaksanakan. Lagu Tias dalam menyampaikan penjelasan tersebut, sudah

tentu akan menyesuaikan syairnya dengan upacara yang sedang

dilaksanakan. Dalam upacara perkawinan,Lagu Tias akan menjelaskan

bahwa pelaksanaan upacara itu adalah untuk menyambut menantu

perempuan mereka atau menyambut pengantin. Dalam penjelasan tersebut

Lagu Tiasakan menceritakan pula identitas dari masing-masing pengantin,

(23)

tempat tinggalnya dimana. Isi bagian syair ini selalu ditampilkan pada

setiap Lagu Tias.

3. Makna dari Lagu Tias menjadi sebuah doa, pujian dan nasehat kepada

mempelai yang menikah dan menjadi bagian dari rangkaian kegiatan pesta

pernikahan adat Simalungun.

4. Peneliti melihat bahwa Keberadaan Musik Tradisional Dalam mengiringi

lagu Tias pada Pesta Pernikahan bukan sekedar pesta biasa saja, namun

memiliki makna yang cukup dalam Karena disana terletak suatu tujuan

yakni untuk memajukan dan mengembangkan Kesenian Budaya

Simalungun.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka

dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Melihat Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta

Pernikahan memiliki peran yang sangta penting, diharapkan tradisi init

tetap dapat dilaksanakan sebagai salah satu identitas seni budaya pada

masyarakat simalungun khususnya di Desa Bangun Purba Kabupaten

Simalungun.

2. Melihat pengaruh dan dampak perkembangan zaman yang begitu deras

mempengaruhi generasi muda untuk berpaling dari tradisi seni budayanya,

(24)

diharapkan dapat menggali meneruskan tradisi batak simalungun supaya

tidak punah, dan tradisi simalungun dapat dilestarikan.

3. Dalam Pesta Pernikahan Instrumen Musik yang dipakai hanya Gonrang

Sipitu-pitu, Mongmongan, Sulim, dan Keyboard. Peneliti meminta agar

ada penambahan instrument lain yaitu arbab yang akan menambah

keharmonisan musik tradisi simalungun.

4. Penulis sangat mengharapkan dukungan dari instansi terkait, agar ikut

serta peduli terhadap Tradisi Kesenian Daerah Simalungun demi

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2009. Apresiasi Karya Seni Musik Daerah Nusantara.

Bandung:Sarana Ilmu Pustaka.

Al-Barry, M. Dahlan Yacub. 2001. Kamus Sosiologi Antropologi. Surabaya :

Indah.

Djohan. 2003. Psikologi Musik.Yogyakarta : Penerbit Buku Baik Yogyakarta.

Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi pustaka.

Damanik.Maradona.Deni.2011. Peranan Lagu Tolo Sahundulan Lima Sodoran

Dalam Pesta Perkawinan Adat Simalungun Di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun. Medan. Universitas Negeri Medan.

Jansen. Dietrich.2003. Gonrang Simalungun Struktur dan Fungsinya Dalam

Musik Simalungun. Medan:Bina Media.

Fiske, John, 2004. CultureAnd Communication Studies, Jalasutra,Yogyakarta.

Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang. Quantum Teaching.

Mawar, Ika. 2006. Musik Tradisional SimalungunPada Pesta Pernikahan di

Desa Sei Buaya KabDeli Serdang. Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana SI Unimed.

Nasution, Pandapotan. 2005. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman.

Medan: Forkala Povinsi Sumatera Utara.

Prinst, Darwan. 2012. Adat Karo. Medan: Bina Media Perintis.

Simanungkalit.Nortier. 2008.Teknik Vokal.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes,Yayasan Indonesia,Magelang.

Sutan Tinggi, Ch. 2012. Surat Tumbaga Holing I. Medan: Penerbit Mitra.

(26)

Sinaga, dkk. 2005. Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Sumatera Utara, Depdikbud Kebudayaan Daerah, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini di lakukan agar masyarakat Gayo khususnya para generasi muda dapat memahami makna, nilai ( makna adalah maksud dari syair lagu tawar sedenge, sedangkan

dari penelitian ini adalah fungsi, proses, makna afiks yang terdapat dalam lirik. lagu

Penelitian ini menggunakan teori Fungsi, Bentuk dan Makna simbol, Tari tembut-tembut in dilaksanakan pada upacara adat ndilo wari uda didesa Seberaya kecanatan

untuk mendapatkan hal-hal yang penting saja. Penyajian data akan dilakukan sebagai berikut. 1) Penyajian data tuturan upacara adat Biduk Bebandung akan dikaitkan dengan

Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini ada tiga yaitu : (1) Bentuk lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat Lampung, (2) Makna lagu dan tari cangget dalam adat

Makna Simbolik Upacara Perkawinan Adat Jawa di Hajoran Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu.. Fakultas

1) Pelaksanaan Upacara Ngerasakin perlu disebar luaskan kepada semua masyarakat di Desa Banyuatis khususnya yang belum mengerti mengenai, bentuk, fungsi maupun

*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail: Tomal_ranto@yahoo.co.id Fungsi ungkapan ini adalah untuk menasihati keluarga baru ketika upacara adat