FUNGSI DAN MAKNA LAGU GUBANG DALAM UPACARA SIAR
MAMBANG PADA MASYARAKAT TANJUNGBALAI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
THEO HENRY TUA SIAGIAN
NIM. 2113142076
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Theo Henry Tua Siagian. NIM 2113142076. Fungsi Dan Makna Lagu Gubang Dalam Upacara Siar Mambang Pada Masyarakat Tanjungbalai. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi gubang dalam upacara siar mambang pada masyarakat Tanjungbalai, untuk mengetahui fungsi dan makna lagu gubang pada masyarakat Tanjungbalai, untuk mengetahui tanggapan masyarakat mengenai fungsi dan makna lagu gubang dalam upacara siar mambang, dan alat musik apa saja yang diamainkan pada lagu gubang dan juga semaakin jarangnya diadakan upacara siar mambang.
Teori yang digunakan adalah fungsi, makna, Gubang, dan Siar Mambang. Fungsi merupakan kegunaan gubang pada upacara Siar Mambang. Makna adalah maksud yang tersimpul dari hal yang mau ditujukan oleh sesuatu atau mau diungkapkan, dipaparkan, dengan jata sebenarnya tidak mencampuri nilai rasa. Gubang adalah komposisi musik melayu berupa ensambel musik. Siar Mambang adalah upacara pengobatan untuk orang sakit.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari tokoh adat 1 orang, pemusik 5 orang, penari 2 orang, masyarakat kota Tanjungbalai 5 orang. Sehingga jumlah keseluruhan 13 orang. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di kota Tanjungbalai Kabupaten Asahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya sebuah lagu yang bertempo semakin cepat untuk menciptakan keadaan trance (kerasukan roh) pada upacara Siar Mambang dan lagu tersebut adalah lagu gubang. Instrumen musik yang dimainkan pada upacara siar mambang ini antara lain gendang, tawak-tawak, dan bangsi faktor yang menyebabkan semakin jarang dilaksanakan upacara siar mambang ialah kondisi keagamaan, ekonomi, sistem pengobatan modern.
ii
FUNGSI DAN MAKNA LAGU GUBANG DALAM UPACARA
SIAR MAMBANG PADA MASYARAKAT TANJUNGBALAI
Theo Henry Tua Siagian Prodi PendidikanMusik
Abstract
This study aims to determine the contribution Gubang in a ceremony broadcast haunter on society Tanjungbalai, to determine the function and meaning of the song Gubang on society Tanjungbalai, to determine the response of society about the function and meaning of the song Gubang in a ceremony broadcast haunter, and musical instrument what diamainkan on track Gubang and also held a ceremony broadcast semaakin rarity haunter.
The theory used is a function, meaning, Gubang and Mambang Siar. Function is the usefulness Gubang on Mambang Siar ceremony. The meaning is the intention knotted from things like addressed by something or want disclosed, described, with real guns do not interfere in the value sense. Gubang is Malay music composition in the form of musical ensembles. Siar Mambang is a ceremony for the treatment of sick people.
The method used is descriptive qualitative, while the sample in this study consisted of traditional leaders 1, 5 musicians, dancers 2, the urban community Tanjungbalai 5 people. Bringing the total number of 13 people. The tools used for data collection is the method of observation, interviews, and documentation. The research was conducted in the city of Tanjungbalai Asahan.
These results indicate that the presence of an increasingly fast tempo song to create a state of trance (spirit) on Mambang Siar ceremony and the song is a song Gubang. The musical instruments were played at the ceremony broadcast haunter include drum, tawak-tawak, and Bangsi factor that causes more rarely implemented ceremony broadcast haunter a condition of religious, economic, modern medical system.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya serta kesehatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Fungsi Dan Makna
Lagu Gubang dalam Upacara Siar Mambang Pada Masyarakat Tanjungbalai”. Tujuan dari Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi
Pendidikan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena keterbatasan penulis. Di sini penulis dengan segala
kerendahan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni.
3. Uyuni Widiastuti, S.Pd., M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Dr. Pulumun P. Ginting, Sn., M.Sn Ketua Program Studi Pendidikan
Musik sekaligus Pembimbing Skripsi I yang selalu sabar dan rendah hati
dalam membimbing penulis.
5. Wiflihani,M.Pd. Pembimbing Skripsi II yang selalu sabar dan rendah hati
dalam membimbing penulis serta memberikan arahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS Unimed yang
telah banyak memberikan sumbangan ilmunya selama perkuliahan.
7. Muhammad Abror Harahap, S.E.
8. Musisi musik gubang Kota Tanjungbalai sebagai Narasumber Bapak
Agustoni S.Pd, Abangda Harry Satria S.Pd dan rekan-rekan yang juga
selalu memberi semangat dan motivasi kepada Penulis untuk
menyelesaikan Skripsi ini.
9. Orang Tua penulis yang sangat istimewa, Ayahanda Herbert MH
iii
10. Kakak penulis tercinta Hedithya Betaria Novel Siagian ST yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat terbaik penulis Riki Wardana S.Pd, Frando Arfian, Ari
Akbar, Doli Maulana, Yogi Wacacaw, Tiurma Panggabean, Agus, Aseng,
Romi, Nico, Dedi Fu, Hazral Aswad S.E, Robin Panjaitan, Andreas Siboro
S.Ars, Candy Sitorus S.E, Jahotman Purba SST, Janton Sianturi SST, Joko
SST, Wirabudi Simanungkalit SST, Martin SST, Beni SST, Abangda
Albert, Hugo S.Pd, Eko S.Pd, fans KDRT yang selalu memberikan
semangatm dukungan, dan motivasi dalam menyelesaikan Skripsi ini. Dan
kepada seluruh Stambuk 2011 Pendidikan Musik.
12. Terkhusus untuk orang yang tersayang Jenny Hotnida Simanjuntak SST terimakasih atas do’a, motivasi dan dukungannya selama ini.
Terima kasih atas kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan. Penulis
hanya dapat berdoa semoga semua kebaikan yang telah kalian berikan akan
dibalas Tuhan dengan yang lebih baik. Dan semoga amal yang telah kita lakukan
dijadikan amal yang tidak putus pahalanya, dan bermanfaat untuk kita semua di
dunia maupun diakhirat.
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat berguna, khususnya
bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya
Medan, Januari 2017
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR GAMBAR ...vii
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Indentifikasi Masalah ...5
C. Pembatasan Masalah ...6
D. Rumusan Masalah ...6
E. Tujuan Penelitian ...7
F. Manfaat Penelitian ...8
BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ...10
1. Pengertian Fungsi ...10
2. Pengertian Makna ...13
3. Teori Musik ...13
4. Musik Gubang ...18
5. Pengertian Upacara ...20
v
B. Kerangka Konseptual ...23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...25
C. Populasi dan Sampel penelitian ...26
1. Populasi ...26
2. Sampel ...26
D. Teknik Pengumpulan Data ...27
1. Obsevasi ...27
2. Wawancara ...28
3. Dokumentasi ...29
E. Teknik Analisis Data ...31
BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Tata Pelaksanaan Upacara Siar Mambang Di Kota Tanjung Balai.32 1. Tahap Membuka Lawang ...32
2. Tahap Kerasukan ...35
3. Tahap Kesadaran ...36
B. Fungsi Lagu Gubang Dalam Upacara Siar Mambang ...37
C. Makna Lagu Gubang ...42
vi BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ...52
B. Saran ...53
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bangsi ... 19
Gambar 2.2 Gendang Melayu ... 19
Gambar 2.3 Tawak-Tawak ... 20
Gambar 4.1 Tahap Membuka Lawang ... 34
Gambar 4.2 Tahap kerasukan ... 35
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumatera Utara terkenal dengan beragam etnik. Dalam kenyataannya
etnik-etnik itu adalah: (a) etnik setempat yang terdiri dari: Melayu, Karo,
Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, dan Nias; (b) etnik
Nusantara seperti: Aceh Raya, Alas, Gayo, Tamiang, Aneuk Jamee,
Minangkabau, Banjar, Sunda, Jawa, Bugis, Makasar, dan lainnya; dan (c)
etnik-etnik dunia, seperti: Hokkian, Hakka, Khek, Kwong Fu, Tamil, Hindustani, Arab,
Pashtun, dan lainnya. Mereka berinteraksi dalam suasana multikultural dan
integrasi sosial dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari berbagai etnik yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara tersebut
yang menarik perhatian penulis, untuk dikaji adalah etnik Melayu. Berdasarkan
wilayah budaya mereka ini, maka pada umumnya berada di kawasan pesisir. Oleh
karena itu orang-orang Melayu di Sumatera Utara sering disebut juga sebagai
masyarakat pesisir Sumatera Timur.
Sebagai daerah yang majemuk dan beranekaragam suku, Sumatera Utara
sangat berkaitan erat dengan interaksi antar penduduk asli dan penduduk
pendatang. Sumatera Utara terdiri dari 8 (delapan) etnis asli dan beberapa etnis
yang pendatang dan mendiami daerah di Sumatera Utara. Dengan kebudayaan
yang begitu majemuk ini, sampai saat ini, Sumatera Utara tidak memiliki budaya
2
pendatang ini melakukan pola migrasi. Istilah migrasi menurut Muhammad Takari
(2009:113)
“Dapat didefinisikan sebagai gerakan pindah pendudukan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan maksud mencari nafkah atau menetap. Migrasi tersebut ada yang terjadi karena didatangkan oleh seseorang atau suatu lembaga, dan ada juga yang terjadi berdasarkan kemauan sendiri.”
Sebagai wilayah yang tingkat migrasi cukup besar, menjadikan Sumatera
Utara sebagai tempat pencarian suaka bagi para imigran dari daerah-daerah lain
untuk memilih bertahan hidup. Hal ini juga berdampak pada semua aspek
kehidupan yang ada di Sumatera Utara itu sendiri. Melayu pesisir yang luput dari
arus migrasi yang tinggi juga terkena dampaknya baik dari kebudayaan, adat dan
aspek kehidupan lainnya.
Di Indonesia, jumlah suku Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang
sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Meskipun begitu,
banyak pula masyarakat Minangkabau, Mandailing, dan Dayak yang berpindah ke
wilayah pesisir Timur Sumatera dan pantai Barat Kalimantan, mengaku sebagai
orang Melayu. Selain di Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Kota
Tanjungbalai. Suku Melayu ini memiliki kesenian-kesenian yang mendukung
identitas kebudayaannya.
Kesenian Melayu kaya akan bentuk-bentuk ketradisian dengan pola
beragam baik dalam seni pertunjukan maupun seni rupa, yang menjadi ciri khas
dari daerahnya. Salah satu kesenian yang sangat memperkuat jadi diri masyarakat
Melayu adalah seni musik dan seni tarinya. Musik dan tarian Melayu sangat
3
menjadikan seni musik dan seni tari Melayu semakin kuat dan mentradisi adalah
karena adanya pekerja seni atau seniman yang terus menjaga, melestarikan dan
mengembangkan kesenian tersebut. Seniman tidak hanya bertugas untuk
menciptakan karya-karya seni yang bagus, tetapi seniman juga harus memiliki
pemikiran bahwa karya seni yang ia ciptakan harus mengangkat sebuah tradisi
yang nantinya akan tetap diingat oleh masyarakat penikmat dan pendukung seni.
Musik merupakan salah satu media ungkap kesenian yang menjadi salah
satu dari unsur kebudayaan yang universal. Musik mencerminkan kebudayaan
masyarakat pendukungnya, dimana terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi bahagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal
maupun informal. Hampir di seluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik
tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya,
penyajiannya maupun bentuk (organologi) instrumen musiknya. Hampir seluruh
seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga
dapat dikenali karakter khas masyarakat Indonesia, dengan bentuknya yang khas,
baik dari sudut struktural maupun genrenya dalam kebudayaan. Demikian juga
yang terjadi pada musik dalam kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera Utara,
dimana musik juga digunakan dalam mengiringi tarian, menggunakan instrumen
daerahnya sendiri sesuai dengan tari yang diiringi.
Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara
kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan.
Bunyi-bunyian dan nada-nada yang dihasilkan sangat memungkinkan untuk
4
oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena
itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat. Dari
penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa musik tradisional dapat berfungsi
sebagai sarana dalam suatu upacara budaya (ritual).
Menurut Pak Agustoni (budayawan Melayu Asahan) Gubang adalah salah
satu bentuk kesenian tradisional yang terdiri dari musik dan tari. Kesenian
Gubang berasal dari suku Melayu yang berdiam dan berkembang di Kota
Tanjungbalai, Asahan salah satu pemerintahan kota yang ada di Provinsi Sumatera
Utara. Penduduk Kota Tanjungbalai pada umumnya terdiri dari suku Melayu,
Jawa, Batak, Aceh, Nias, China, dan lain sebagainya yang mayoritasnya memeluk
agama Islam.
Sampai saat ini masyarakat kota Tanjungbalai, masih melaksanakan
kegiatan berupa upacara-upacara adat tradisional yang masih kuat melekat di
kalangan mereka, dalam acara adat seperti adat perkawinan, sunat rasul/khitanan,
penabalan anak (aqiqah), dan memperingati hari-hari besar. Dalam
menyelengarakan kegiatan-kegiatan adat, masyarakat Kota Tanjungbalai
menampilkan berbagai kesenian, seperti nyanyian Didong, nyanyian Sinandong,
tari Patam-patam, tari Gubang, dan tari lainnya.
Kesenian Gubang di desa ini merupakan kesenian tradisional yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat Melayu. Kesenian ini berpatokan kepada
nilai-nilai dan aturan tradisi, dan menjadi musik hiburan yang tidak diketahui
5
kalangan nelayan suku Melayu Asahan. Menurut keterangan para informan, musik
ini diperkirakan berasal dari Sungai Paham, Kecamatan Sungai Kepayang.
Keberadaan tradisi Gubang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya
semakin lama semakin memprihatinkan. Regenerasi terhadap pemain musik
maupun penari Gubang sangat minim pada saat sekarang ini. Minat masyarakat
untuk menggunakan tradisi gubang juga menurun, karena masyarakat
Tanjungbalai pada masa sekarang ini mereka lebih cenderung mempergunakan
alat band sebagai hiburan pada upacara perkawinan, sunat rasul dan penyambutan
tamu. Tentunya ini merupakan penentuan dalam hal kontinuitas tradisi Gubang.
Berdasarkan, pentingnya lagu Gubang dalam upacara Siar mambang pada
masyarakat Tanjungbalai, penulis menjadi tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “FUNGSI DAN MAKNA LAGU GUBANG DALAM
UPACARA SIAR MAMBANG PADA MASYARAKAT TANJUNGBALAI”
B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian perlu diadakan identifikasi masalah. Hal tersebut
dilakukan agar penelitian menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas
tidak terlalu luas. Menurut sugiyono (2010 : 281) dalam bagian ini perlu
dituliskan berbagai masalah yang ada pada obyek yang diteliti, baik yang akan
diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan.
Agar tidak terjadi kesalah pahaman tentang masalah yang diteliti, maka
6
1. Bagaimana tata pelaksanaan upacara siar mambang di kota Tanjungbalai?
2. Apa fungsi lagu gubang pada upacara siar mambang di kota Tanjungbalai?
3. Apa makna lagu gubang pada upacara siar mambang di kota Tanjungbalai?
4. Instrument/alat musik apa saja yang dimainkan pada lagu gubang pada
upacara siar mambang di kota Tanjungbalai?
5. Bagaimana tanggapan masyarakat melayu yang ada di Tanjungbalai
terhadap fungsi dan makna lagu gubang pada upacara siar mambang?
6. Mengapa upacara siar mambang semakin jarang dilaksanakan?
C. Pembatasan Masalah
Menurut Sugiyono (2010 :281), karena adanya keterbatasan, waktu dana,
tenaga, teori-teori dan supaya penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka
tidak semua masalah yang diidentifikasi akan diteliti. Oleh karena itu, peneliti
member batasan dimana akan dilakukan penelitian, variable apa saja yang akan
diteliti, serta bagaimana hubungan variable yang satu dengan variable yang lain.
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis membatasi masalah yang akan
diteliti. Adapun masalah tersebut yaitu:
1. Bagaimana tata pelaksanaan upacara siar mambang di kota Tanjungbalai?
2. Apa fungsi lagu gubang pada upacara siar mambang di kota Tanjungbalai?
3. Apa makna lagu gubang pada upacara siar mambang di kota Tanjungbalai?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat melayu yang ada di Tanjungbalai
7
D. Rumusan Masalah
Menurut Sugiyono (2010 :35), rumusan masalah merupakan suatu
pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan
masalah sangat erat kaitannya dengan masalah, karena setiap rumusan masalah
didasarkan pada suatu masalah yang akan diteliti.
Oleh karena itu, rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi penulis
karena penelitian merupakan upaca untuk menemukan jawaban pertanyaan
sebagaimana terpapar pada rumusan masalah. Berdasarkan uraian latar belakang
masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimana fungsi dan makna
lagu gubang dalam upacara siar mambang pada masyarakat Tanjungbalai”?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang diperoleh. Berhasil atau
tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dari tercapai tidaknya tujuan
penelitian.
Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka arah kegiatan yang dilakukan tidak
terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut. Maka
dapat disimpulkan setiap penelitian akan tertuju kepada tujuan tertentu, untuk
melihat berhasil tidaknya suatu penelitian dapat dilihat dari tercapainya tujuan
yang telah di terapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat sugiyono (2009 :397) yang
8
mengembangkan dan membuktikan pengetahuan yang sebelumnya belum pernah
ada atau belum diketahui”.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui tata pelaksanaan upacara siar mambang di kota
Tanjungbalai?
2. Untuk mengetahui fungsi lagu gubang dalam upacara siar mambang pada
masyarakat Tanjungbalai?
3. Untuk mengetahui makna lagu gubang dalam upacara siar mambang pada
masyarakat Tanjungbalai?
4. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat melayu yang ada di
Tanjungbalai terhadap fungsi dan makna lagu gubang pada
upacara siar mambang?
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pastilah hasilnya sangat bermanfaat, karena penelitian
akan dilakukan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi,
sehingga dengan adanya hasil dari penelitian manusia akan tahu bagaimana masa
lalu dan bagaimana menghadapi masa yang akan datang. Dalam penelitian ini
penulis dapat melihat yang bisa diuraikan, segala sesuatu yang dapat digunakan
baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga, instansi tertentu ataupun yang lain.
Menurut sugiyono 2010:283), manfaat atau kegunaan hasil penelitian
merupakan dampak tercapainya tujuan pada masalah yang dirumuskan untuk
9
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau kegunaan teoritis dan juga
bermanfaat sebagai kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan
mengantisipasi masalah yang ada pada obyek yang diteliti.
Setelah penelitian dirangkumkan, maka penelitian ini dapat member
manfaat sebagai berikut:
1. Bahan informasi kepada masyarakat tentang budaya Melayu mengenai
lagu Gubang dan upacara Siar Mambang.
2. Menambah wawasan penulis dalam menuangkan gagasan kedalam suatu
karya tulis.
3. Sebagai pedoman bagi peneliti dan masyarakat untuk melestarikan musik
Tradisional dan Budaya Melayu
4. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah refrensi menjadi bahan
masukan di jurusan SENDRATASIK FBS UNIMED, khususnya Prodi
52 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik
beberapas kesimpulan sebagai berikut:
1. Upacara siar mambang adalah salah satu bentuk upacara ritual bagi
masyarakat di daerah Tanjung Balai. Siar Mambang muncul dalam
bentuk upacara pemujaan terhadap mambang. Upacara ini dilakukan
apabila ada warga desa yang sakit diakibatkan guna-guna maupun
penyakit keturunan.
2. Fungsi gubang dalam upacara siar mambang adalah sebagai sarana untuk
mencapai keadaan trance pada dukun yang memimpin upacara.
3. Makna gubang adalah sebagai suatu musik atau media yang harus
dimainkan agar roh halus atau mambang mau hadir dan melakukan
penyembuhan, karena gubang merupakan musik kesukaan dari roh halus
atau mambang tersebut.
4. Berbagai macam tanggapan masyarakat Melayu yang berada di Kota
Tanjung Balai mengenai Gubang pada upacara Siar Mambang. Ada yang
menyebutkan ritual ini supaya tetap dilaksanakan karena merupakan
budaya yang perlu untuk dilestarikan. Namun ada beberapa yang
berpendapat upacara ini tidak lagi terlalu penting untuk dilaksanakan
53
5. sudah menganut agama. Keadaan ekonomi keluarga juga merupakan
penyebab Upacara Siar Mambang ini semakin jarang dilaksanakan.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran,
antara lain :
1. Musik Gubang dalam Upacara Siar Mambang harus sering
dilaksanakan. Gunanya untuk tetap melestarikan kebudayaan
Melayu di bidang seni musik.
2. Sebaiknya masyarakat Melayu atau bahkan pemerintah daerah jika
memiliki kemampuan dalam materi, agar tetap melaksanakan
upacara siar mambang namun sebagai kebudayaan yang harus
dilestarikan dengan tidak mengesampingkan agama yang dianut
oleh masyarakat.
3. Masyarakat Melayu dan pemerintah sangat mengharapkan agar
generasi muda juga turut berperan dalam upaya melestarikan adat,
alat – alat musik, dan semua kesenian yang ada di tanah Melayu
54
DAFTAR PUSTAKA
Budilinggono. 1993. Bentuk dan Analisis Musik. Jakarta : Mahendra Sampana.
Ellfeldt. L. 1995. Dance from magic to art, terjemahan Daryono.Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM.
Esdawara. Suwardi. 2006. Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta. Pustaka widyatama.
Harimuti. Kridalaksana 2001."Paradigma semiotik dalam linguistik Melayu/Indonesia”
Koentjaraningrat. 1985. Beberapa pokok antropologi sosial. Jakarta : Dian Rakyat
Mulyana. Rohmat.2004. mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung.Alfabeta
Merriam. Alan P. 1964. The antropologhy of musik. Chicago : the university of arizona press.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta, W.J.S 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Panggabean. R. Tiarma 1993 ‘Deskripsi Tradisi Gubang Asli dan Lukisan’. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.
Rahayu, Tuti. 2005. Upacara Adat Siar Mambang di Kabupaten Asahan. Medan. Tesis : Unimed.
Suroso. Panji. 2012. Ketoprak Dor di Helvetia. Medan. Unimed Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
55
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Satria. Harry 2013. Tinjauan Varian Ritme Musik Gubang di Tanjung Balai Asahan. Skripsi : FBS Unimed
.
Takari, Muhammad.2009. Kebudayaan Melayu di Sumatera Timur.Medan:USU press.
Wilkinson, R.J 1959 A Malay english dictionary (Romanised).