• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Alokasi Dana Desa Dengan Pembangunan Desa Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Alokasi Dana Desa Dengan Pembangunan Desa Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ALOKASI DANA DESA DENGAN

PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN STABAT

KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

DINI GEMALA SARI

087024007/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Judul Tesis : HUBUNGAN ALOKASI DANA DESA DENGAN PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT.

Nama : Dini Gemala Sari

Nomor Pokok : 087024007/SP Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Kariono, M.Si) (Drs. Agus Suriadi, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)

(3)

Telah diuji pada

Tanggal 30 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA

Anggota : 1. Drs. Kariono, M.Si

2. Drs. Agus Suriadi, M.Si

3. Drs. Bengkel Ginting, Msi

(4)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ALOKASI DANA DESA DENGAN PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar perpustakaan.

Medan, Juni 2010 Penulis,

(5)

ABSTRAK

Fokus penelitian mengambil tema Hubungan Alokasi Dana Desa dengan Pembangunan Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dengan subjek penelitian adalah Penerapan Alokasi Dana Desa bagi pembangunan desa di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari jawaban akan hubungan antara pemberian Alokasi Dana Desa dengan

pembangunan desa di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat .

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional yakni analisis penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut yang nantinya hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah para penduduk di kecamatan Stabat kabupaten

Langkat yang berjumlah 83.223 jiwa pada tahun 2008. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian

Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,695. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan)

kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hasilnya

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Kemudianuntuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan

Korelasi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa dan juga terdapat persepsi positif masyarakat tentang manfaat penggunaan Alokasi Desa dengan pembangunan desa di kecamatan Stabat kabupaten Langkat.

(6)

ABSTRACT

The focus of the research is by taking the theme about the relationship of village fund allocation with village development in Stabat sub-district, Langkat regency with the subject of research is the application of village fund allocation for village development in Stabat, Langkat regency. The objective of this research is to seek out the answer for the relationship between village fund allocation with village development in Stabat sub-district, Langkat regency.

This research uses correlation quantitative research method, that is the analysis of research describing or explaining the problem which is intended to find out the relationship, and to what extent if available, and to what extent is the relationship. The result of research will be generalized. The population of this research is the people in Stabat sub-district, Langkat regency, with the total for 83.223 persons in 2008. To determine the sample, it uses Taro Yamane to get the sample for 100 persons. Sample taking technique uses proportional stratified random sampling and purposive sampling. Data collection technique uses 2 (two) ways, namely the library research and field research.

Data analysis technique uses single table analysis, cross table analysis and hypothesis test with the formula Rank Order Correlation Coefficient by Spearman using Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. From the result of the research, it is obtained rs for 0,695. To see the relationship of the two variables in this research, it uses Guilford scale. It shows that there is significant relationship between village fund allocation with village development in Stabat sub-district, Langkat regency. Then, to test the significance level of the influence of X variable to Y variable, it uses the application of SPSS 16 and to know to what extent the influence of X variable toward Y using Correlation Determinant Test. The results of the research shows that there is positive relationship between village fund allocation with village development and also there is positive perception about the uses of village allocation toward village development in Stabat sub-district, Langkat regency.

Key word : Village Fund Allocation, Village Development, Perception, Stabat sub-district, Langkat regency

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, kemudahan, serta ridha-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa juga peneliti mengucapkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kata terima kasih tidak cukup untuk peneliti persembahkan kepada keluarga tercinta, terutama kedua orang tua Ayahanda Amran, SH, M.Hum dan Ibunda Dra. Diana Sari yang selama ini telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga tesis ini dapat peneliti kerjakan dengan baik. Untuk tante peneliti yakni tante Desriyanti, tante Butet, dan tante Niar yang selalu memberikan semangat untuk tetap kuat menjalani pengerjaan tesis ini, serta nenek yang juga ikut mendoakan pengerjaan tesis ini, peneliti ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya tanpa dukungan dan doa dari kalian mungkin pengerjaan tesis ini tidak akan terselesaikan dengan baik.

Tesis yang berjudul Hubungan Alokasi Dana Desa dengan Pembangunan ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dan perolehan gelar Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan dan penyusunan tesis ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menghaturkan ucapan terimakasih kepada :

(8)

2. Bapak Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan dan Ketua Program Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Kariono M.Si dan Bapak Drs. Agus Suriadi M.Si selaku Dosen Pembimbing peneliti yang banyak memberi masukan, bimbingan dan dorongan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M.Si dan Drs. Irfan S. M.Si, selaku dosen pembanding.

6. Kak Dina, Bang Iwan, Bang Dadek, dan Tika selaku staf di Magister Studi Pembangunan yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

7. Keluarga besar Alm. Said Ali dimanapun berada, yang selalu mendukung peneliti dalam doa.

8. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan energi positif kepada peneliti, Tami, Ibal, Irma, Bisman, Rika, Kak Uun, dan Cici, terimakasih untuk tawa dan ceria yang telah diberikan kepada peneliti.

9. Abang-abang senior yang sama-sama satu trayek yang telah memberi tumpangan sehingga peneliti dapat mengikuti perkuliahan.

(9)

11. Seseorang yang pernah mengisi hidup peneliti, tesis ini sebagai penantian tapi sungguh sangat disayangkan mungkin apa yang telah dicita-citakan bersama telah sirna dan hanya dapat berusaha untuk ikhlas dan sabar mungkin ini jalan terbaik.

12. Sepupu-sepupu terbaik Bang boy, Bang bobby, Kak silvi dan sepupu lain yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih dukungan dan doanya. 13. Semua Pihak yang secara tidak sadar telah ikut membantu menyelesaikan

tugas akhir ini, peneliti mengucapkan terimakasih banyak

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, peneliti dengan rendah hati meminta saran dan masukan yang bisa membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.

Medan, Juni 2010

Peneliti,

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan Penelitian ... 8

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 8

1.2.2 Pembatasan Masalah ... 9

1.2.3 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian... 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 10

1.4 Hipotesis Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1 Alokasi Dana Desa ... 12

2.1.1 Pengelolaan Alokasi Dana Desa... 14

2.1.2 Pelaksana Kegiatan Tingkat Desa ... 15

2.1.3 Tim Fasilitas Tingkat Kecamatan... 20

2.1.4 Tim Pembina Tingkat Kabupaten... 21

2.2 Konsep Pembangunan ... 22

2.3 Pembangunan Desa... 24

2.3.1 Pembangunan Masyarakat Desa... 24

2.3.2 Keswadayaan Masyarakat Desa ... 26

2.3.3 Perencanaan Pembangunan Berbasis Sosial Budaya Lokal... 28

2.3.4 Perenacanaan Pembangunan Parsipatif Desa ... 28

2.3.5 Pembangunan Desa yang Berkelanjutan ... 30

(11)

2.4.1 Defenisi Persepsi ... 33

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 34

2.4.3 Proses Persepsi ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Lokasi Penelitian ... 41

3.2 Tipe Penelitian... 42

3.3 Populasi dan Sampel... 44

3.3.1 Populasi ... 44

3.3.2 Sampel ... 45

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel... 48

3.3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 49

3.3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.3.4.2 Sumber Data ... 50

3.4 Teknik Analisis Data ... 51

3.5 Konsep Penelitian ... 53

3.6 Operasional Variabel ... 54

3.7 Defenisi Operasional ... 55

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 59

4.2 Proses Pengolahan Data... 60

4.3 Analisa Tabel Tunggal... 61

4.3.1 Karakteristik Responden ... 61

4.3.2 Alokasi Dana Desa ... 66

4.3.3 Pembangunan Desa ... 77

4.3.4 Persepsi Masyarakat terhadap Alokasi Dana Desa ... 87

4.4 Analisa Tabel Silang... 97

4.5 Uji Hipotesa ... 104

(12)

BAB V. PENUTUP... 111

5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(13)

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL

HALAMAN

1 Populasi Penelitian Penduduk di Kecamatan Stabat

Kabupaten Langkat ... 45

2 Jumlah Sampel Penelitian ... 48

3 Operasionalisasi Variabel... 55

4 Jenis Kelamin Responden ... 62

5 Desa/Kelurahan ... 63

6 Tingkat Pendidikan ... 64

7 Pekerjaan ... 65

8 Tingkat Penghasilan ... 66

9 Anda Mengetahui Latar Belakang Pemberian ADD... 67

10 Anda Mengetahui Sumber Dana ADD... 68

11 Anda Mengetahui Fungsi Pemberian ADD ... 69

12 Anda Mengetahui Sasaran Pemberian ADD ... 70

13 Anda Mengetahui Asas Pembagian ADD ... 71

14 Anda Mengetahui Tujuan ADD ... 72

15 Anda Mengetahui Indikator Pemberian ADD... 73

16 Anda Mengetahui Prinsip Dasar Pengelolaan ADD ... 74

17 Anda Terlibat dalam Proses ADD... 75

18 Anda tidak Merasakan Hasil ADD... 76

19 Anda Mengetahui dengan Pasti Konsep Pembangunan ... 77

20 Anda Mengerti Arti Pembangunan ... 78

21 Pembangunan lebih kepada Sektor Fisik ... 79

22 Pembangunan Mencakup Sektor Non Materil ... 80

23 Pembangunan Masyarakat Desa sudah Berpihak ke Rakyat ... 81

24 Pembangunan Desa Hanya Segelintir Kepentingan Penguasa... 82

(14)

26 Anda Merasakan Hasil Pembangunan Desa... 84

27 Kebijakan yang Diambil Sudah Tepat ... 85

28 Pembangunan Desa Tidak Merata... 86

29 Adanya Pemberian Informasi yang Jelas Mengenai ADD... 87

30 Anda Mendapatkan Informasi Mengenai ADD ... 88

31 Anda Mengerti dengan Informasi Mengenai ADD... 89

32 Anda dapat Menerima Konsep Mengenai ADD ... 90

33 Anda dapat Menerima Tujuan Diberikannya ADD ... 91

34 ADD Menarik untuk Dilaksanakan... 92

35 Program ADD tidak Menarik Perhatian Anda ... 93

36 Anda Tertarik dengan Program ADD ... 94

37 ADD Memiliki Dampak Positif ... 95

38 ADD Tidak Memiliki Keuntungan Bagi Masyarakat Desa ... 96

39 Hubungan Antara Pengetahuan Masyarakat Mengenai Latar Belakang Pemberian ADD dengan Pembangunan lebih kepada Sektor Fisik Seperti Pembangunan Infrastruktur Desa... 98

40 Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat Mengenai Prinsip Dasar Pengolahan ADD dengan Pembangunan Desa Hanya Segelintir Kepentingan Pihak Penguasa ... 100

41 Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat Mengenai Sasaran Pemberian ADD dengan Pembangunan Juga Mencakup Sektor Non Materil seperti Peningkatan SDM... 102

(15)

DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL

HALAMAN

1 Kerangka Berfikir... 10

2 Siklus Pembangunan Partisipatif Desa... 29

3 Penggunaan Alokasi Dana Desa... 32

(16)

ABSTRAK

Fokus penelitian mengambil tema Hubungan Alokasi Dana Desa dengan Pembangunan Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dengan subjek penelitian adalah Penerapan Alokasi Dana Desa bagi pembangunan desa di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari jawaban akan hubungan antara pemberian Alokasi Dana Desa dengan

pembangunan desa di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat .

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional yakni analisis penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut yang nantinya hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah para penduduk di kecamatan Stabat kabupaten

Langkat yang berjumlah 83.223 jiwa pada tahun 2008. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian

Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,695. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan)

kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hasilnya

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Kemudianuntuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan

Korelasi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa dan juga terdapat persepsi positif masyarakat tentang manfaat penggunaan Alokasi Desa dengan pembangunan desa di kecamatan Stabat kabupaten Langkat.

(17)

ABSTRACT

The focus of the research is by taking the theme about the relationship of village fund allocation with village development in Stabat sub-district, Langkat regency with the subject of research is the application of village fund allocation for village development in Stabat, Langkat regency. The objective of this research is to seek out the answer for the relationship between village fund allocation with village development in Stabat sub-district, Langkat regency.

This research uses correlation quantitative research method, that is the analysis of research describing or explaining the problem which is intended to find out the relationship, and to what extent if available, and to what extent is the relationship. The result of research will be generalized. The population of this research is the people in Stabat sub-district, Langkat regency, with the total for 83.223 persons in 2008. To determine the sample, it uses Taro Yamane to get the sample for 100 persons. Sample taking technique uses proportional stratified random sampling and purposive sampling. Data collection technique uses 2 (two) ways, namely the library research and field research.

Data analysis technique uses single table analysis, cross table analysis and hypothesis test with the formula Rank Order Correlation Coefficient by Spearman using Statistical Product and System Solution (SPSS) 16. From the result of the research, it is obtained rs for 0,695. To see the relationship of the two variables in this research, it uses Guilford scale. It shows that there is significant relationship between village fund allocation with village development in Stabat sub-district, Langkat regency. Then, to test the significance level of the influence of X variable to Y variable, it uses the application of SPSS 16 and to know to what extent the influence of X variable toward Y using Correlation Determinant Test. The results of the research shows that there is positive relationship between village fund allocation with village development and also there is positive perception about the uses of village allocation toward village development in Stabat sub-district, Langkat regency.

Key word : Village Fund Allocation, Village Development, Perception, Stabat sub-district, Langkat regency

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada masa Orde Baru, pemerintah merupakan agen utama dari Pembangunan Nasional. Paradigma Pembangunan dijadikan sebagai landasan nilai yang menjadi acuan dari semua Kebijakan Pemerintahan. Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Repelita sebagai instrumen utama dari Penyelenggaraan Pemerintahan Orde Baru sarat dengan konsep dan Rencana Pembangunan. Dalam rangka Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan, untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Upaya untuk menyusun Undang-Undang yang mengatur Pengelolaan Keuangan Negara Indonesia dan elemen pokok dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

(19)

memberikan kesejahteraan pada rakyatnya melalui segala bentuk pelayanan publik dan pemenuhan hak–hak dasar yang baik.

Daerah otonom memiliki wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat pada era reformasi sekarang ini. Hal itu sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan tentang Kelurahan, terutama memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, peningkatan prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Untuk itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, bahwa dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kelurahan dan untuk peningkatan pelayanan, pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan prasarana serta fasilitas pelayanan umum. Kelurahan mempunyai sumber Keuangan dari APBD Kabupaten yang dialokasikan, bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten dan bantuan pihak Ketiga dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

(20)

kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi Kewajiban Daerah. Perubahan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah. Perubahan ini karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan serta tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Pemberian otonomi membuka peluang (opportunities) bagi daerah untuk membuktikan kemampuan dalam penyelenggaraan kewenangan bidang keuangan serta Pelayanan Umum. Serta otonomi yang nyata yang bertujuan untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah. Dalam implementasi Otonomi Daerah salah satu aspeknya adalah Pengelolaan Keuangan Daerah, karena Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan suatu Program Daerah bidang Keuangan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu serta mengemban misi mewujudkan suatu strategi melalui berbagai kegiatan. Selain Undang-Undang terdapat beberapa Peraturan Perundang-undangan yang jadi acuan Pengelolaan Keuangan Daerah antara lain PP.No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan untuk pelaksanaannya ditetapkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

(21)

Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa dari pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Desa mempunyai hak untuk memperoleh bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten serta bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 68. Perolehan bagian Keuangan Desa dari Kabupaten penyalurannya melalui Kas Desa sesuai dengan pasal 2A Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Pembangunan nasional dan daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembangunan desa, mengingat konsentrasi jumlah penduduk masih dominan berada di daerah desa, sehingga desa merupakan basis kekuatan sosial ekonomi dan politik yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Perencanaan pembangunan selama ini lebih bersifat “top down” dibandingkan “bottom-up”, sehingga telah menjadikan masyarakat desa sebagai objek pembangunan semata, bukan sebagai subjek pembangunan.

(22)

Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran Pemerintah Desa dalam memberikan pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menghela percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis. Sehingga, hal ini dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Keuangan desa adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 64 ayat 1 dan ayat 2 disusun secara berjangka meliputi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES) untuk jangka 5 tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Desa, selanjutnya disebut RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa ditetapkan dalam Peraturan Desa dan Rencana Kerja Pembangunan Desa ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa dengan berpedoman Kepada Peraturan Daerah.

(23)

dianggap relatif cukup memenuhi prasarana dan sarana desa, namun demikian desa-desa masih jauh dari keberhasilan pembangunan fisik.

Kemampuan dan keterampilan Aparatur Desa merupakan dasar dari Pelaksanaan Pemerintahan khususnya di Bidang Keuangan dalam mengelola Alokasi Dana Desa. Pembangunan Fisik merupakan wujud dari Perkembangan Desa, akan tetapi pada saat ini sarana dan prasarana Desa masih kurang memadai dalam pencapaian Pembangunan yang berkelanjutan. Dikarenakan hal tersebut , dana merupakan faktor dasar dalam meningkatkan Pembangunan Desa.

Penelitian ini akan mengambil lokasi di Kabupaten Langkat kecamatan Stabat. Alasan pemilihan kecamatan Stabat sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan terlihatnya berbagai pembangunan yang cukup berarti seperti pembangunan dari sektor fisik di desa ataupun kelurahan di wilayah ini. Selain itu, wilayah kabupaten Langkat sudah mengimplementasi program Alokasi Dana Desa ini sejak tahun 2008. Kecamatan Stabat juga merupakan ibukota dari kabupaten Langkat dan wilayah tempat penelitian cukup mudah untuk dijangkau dari segi waktu maupun biaya oleh pihak peneliti.

(24)

Kelurahan dalam melaksanakan kegiatan Pemerintahan, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan.

Usaha Penerapan program Alokasi Dana Kelurahan yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Kelurahan seperti gambaran diatas bahwa alokasi dana tersebut masih bisa dikatakan kecil dalam pembangunan fisik kelurahan dan swadaya masyarakat juga menjadi masalah tersendiri melihat kondisi masyarakat yang dalam hal ini tingkat pendidikan dan kesadaran untuk maju masih dikategorikan kurang. Hal ini menjadi perhatian Pemerintah Kelurahan sebagai pengambil kebijakan adalah bagaimana menerapkan agar Program Alokasi Dana Kelurahan ini sebagai langkah strategis dalam usaha pemberdayaan masyarakat untuk memenuhi sarana dan prasarana di desa/ Kelurahan.

Peneliti memiliki alasan tersendiri dalam memilih program Alokasi Dana Desa dibandingkan dengan program lain yang diprogramkan oleh pemerintah. Ketertarikan ini dikarenakan program Alokasi Dana Desa memiliki implikasi yang sangat besar dan juga signifikan terhadap pembangunan sebuah desa/kelurahan di setiap kabupaten yang ada di Indonesia. Kendali dalam program ini juga sepenuhnya ditangani secara swadaya oleh pemimpin daerah dan juga masyarakat langsung. Oleh sebab itu, peneliti lebih memilih meneliti mengenai program ini karena jika dana ini dikelola secara jujur, maka hasil pembangunan juga terlihat dengan jelas, dan juga sebaliknya.

(25)

maupun non fisik. Bidang fisik meliputi pembangunan fasilitas bagi desa/kelurahan seperti puskesmas, jalan, rumah ibadah, saluran drainase, alun-alun, MCK (Mandi Cuci Kakus) dan lainnya. Bidang non fisik meliputi pembekalan SDM (Sumber Daya Masyarakat Desa) seperti pemberian keterampilan bagi para warga dan juga penyuluhan terhadap berbagai masalah yang dianggap penting seperti penyuluhan keluarga berencana dan mengentasan buta huruf.

Sehubungan dengan apa yang diuraikan di atas,maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Alokasi Dana Desa Dengan Pembangunan Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat."

1.2 Permasalahan Penelitian

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan Keuangan Desa khususnya dalam mengelola Alokasi Dana Desa belum terlaksana dengan memadai dikarenakan kurangnya pengetahuan aparatur desa.

(26)

3. Desa-desa di Kabupaten Langkat masih mengalami banyak kendala dalam Pelaksanaan Pemerintahan seperti Pembangunan fisik Sarana dan Prasarana, Sumber Daya Manusia dan Keuangan Desa.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada permasalahan yang berkenaan dengan Hubungan Alokasi Dana Desa Terhadap Pembangunan Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

1.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan Alokasi Dana Desa dengan Pembangunan desa di Kecamatan Stabat?

2. Bagaimanakah persepsi masyarakat tentang dana alokasi desa dengan pembangunan desa di Kecamatan Stabat?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan hubungan antara Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa di Kecamatan Stabat.

(27)

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Secara umum ada dua kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai landasan penelitian selanjutnya dan sebagai pengetahuan yang berharga sesuai dengan perkembangan Pengelolaan Keuangan Desa khususnya dengan hubungan Alokasi Dana Desa terhadap Perkembangan Pembangunan di Desa.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat dalam hubugan Alokasi Dana Desa terhadap Perkembangan Pembangunan di Desa

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan beberapa teori, maka dapat diungkapkan suatu kerangka berfikir yang berfungsi sebagai penuntun, alur pikir dan sekaligus sebagai dasar dalam penelitian yang secara diagram adalah sebagai berikut :

Hi

Alokasi Dana Desa

(X)

Pembangunan Desa

(Y)

Persepsi Masyarakat

(28)

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995 : 43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak terdapat hubungan antara Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa. Pemberian Alokasi Dana Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat tidak memberikan dampak yang baik bagi pembangunan desa, dan hal tersebut bisa dilihat dari pembangunan sektor fisik maupun non fisik. Ha : Terdapat hubungan antara Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa.

Pemberian Alokasi Dana Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat memberikan dampak yang baik bagi pembangunan desa, dan hal tersebut bisa dilihat dari pembangunan sektor fisik maupun non fisik.

H02: Tidak terdapat persepsi positif masyarakat tentang manfaat penggunaan

Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa di Kecamatan Stabat. Pengimplementasian Alokasi Dana Desa mendapat tanggapan yang baik dan juga penerimaan dari masyarakat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Ha2 : Terdapat persepsi positif masyarakat tentang manfaat penggunaan Alokasi

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa yang diperoleh dari Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen). Menurut Peraturan Daerah Kabupaten LangkatNomor 10 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDES adalah Rencana Keuangan Tahunan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa dan Dana Alokasi Desa terdapat pada Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud ayat (5) pasal 10 Peraturan Daerah ini meliputi:

1. Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa (TPAPD) 2. Alokasi Dana Desa (ADD)

3. Penyisihan Pajak dan Retribusi Daerah 4. Sumbangan Bantuan lainnya dari Kabupaten

(30)

desa di 23 kecamatan Kabupaten Langkat. Pembagian Alokasi Dana Desa (ADD) dapat dilihat berdasarkan Variabel Independen utama dan Variabel Independen tambahan dengan rincian sebagai berikut:

1. Asas Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang sama untuk di setiap Desa atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD) minimal. Alokasi Dana Desa (ADD) Variabel Independen utama sebesar 70% dan Variabel Independen Tambahan 30%.

2. Asas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi secara proporsional untuk di setiap Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa (ADD) Proporsional (ADDP), Variabel Proporsional Utama sebesar 60% dan Variabel Proporsional Tambahan sebesar 40%.

Variabel Independen Utama adalah Variabel yang dinilai terpenting untuk menentukan nilai bobot desa. Variabel Utama ditujukan untuk mengurangi kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan dasar umum antar desa secara bertahap dan mengatasi kemiskinan strukturan masyarakat di desa. Variabel Independen Utama meliputi sebagai berikut:

1. Indikator kemiskinan 2. Indikator Pendidikan Dasar 3. Indikator Kesehatan

4. Indikator Keterjangkauan Desa

(31)

1. Indikator Jumlah Penduduk 2. Indikator Luas Wilayah

3. Indikator Potensi Ekonomi (PBB)

4. Indikator Jumlah Unit Komunitas (Dusun)

2.1.1 Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena itu dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat.

2. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrative, teknis dan hukum.

3. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali.

4. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sengat terbuka untuk meningkatkan sarana Pelayanan Masyarakat berupa Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan Desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan Masyarakat Desa yang diputuskan melalui Musyawarah Desa.

(32)

mekanisme yang berlaku.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kelancaran Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dibentuk Pelaksana Kegiatan Tingkat Desa, Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan dan Tim Pembina Tingkat Kabupaten. Pelaksana Kegiatan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai berikut :

2.1.2 Pelaksana Kegiatan Tingkat Desa

Di Desa Pelaksana Kegiatan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, dengan Susunan sebagai berikut :

1. Penanggungjawab : Kepala Desa atau pelaksana Tugas Kepala Desa dari Perangkat Desa yang disetujui oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD). 2. Pelaksaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) : Sekretaris

Desa dan Perangkat Desa.

3. Sekretaris Desa : Koordinator Pelaksanaan Keuangan Desa

4. Bendahara Desa : Perangkat Desa yang ditunjuk oleh melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Desa (Penanggungjawab Administrasi Keuangan). 5. Ketua Perencana dan Pelaksana Partisipatif Pembangunan: Ketua

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).

6. Pelaksana Kegiatan Dan Pemberdayaan Perempuan : Tim Penggerak PKK Desa.

(33)

1. Menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dan Perencanaan Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD),Tim Penggerak PKK dan Lembaga lainnya, untuk membahas masukan dan usulan-usulan yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dan Rencana Kegiatan Desa (DRK) yang dibiaya dari Alokasi Dana Desa (ADD).

2. Mensosialisasikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) melalui rapat/pertemuan untuk mendapat tanggapan masyarakat tentang Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).

3. Mempertanggungjawabkan semua kegiatan baik yang dibiaya dari Pendapatan Asli Desa (PAD) dan yang dibiayai dari Alokasi Dana Desa (ADD).

4. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di Desa.

5. Menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Tim Pelaksana Kegiatan di Desa.

6. Menyampaikan laporan realisasi perkembangan fisik, pertanggungjawaban keuangan Desa serta laporan swadaya masyarakat secara berjenjang kepada Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan dan Tim Pembina Kabupaten. 7. Menetapkan Kebijakan tentang Pelaksana APBDesa.

(34)

10. Menetapkan Petugas yang melakukan Pemungutan Penerimaan Desa. 11. Menetapkan Petugas yang melakukan Pengelolaan Barang Milik Desa.

Tugas Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) sebagai berikut :

1. Mengkoordinasikan Kegiatan pada Penanggungjawab Kegiatan.

2. Mengkoordinasikan Pelaksanaan Kegiatan kepada Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan.

3. Menyampaikan laporan kegiatan baik fisik dan keuangan kepada Penanggungjawab kegiatan.

Tugas Sekretaris sebagai berikut:

1. Menyusun dan Melaksanakan Pengelolaan APBDesa. 2. Menyusun dan Melaksanakan Pengelolaan Barang Desa.

3. Menyusun Raperdes APB Desa, Perubahan APBDesa dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa.

4. Menghimpun Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Pelaksanaan Peraturan Desa.

5. Membantu Penanggungjawab dalam menyusun rencana kegiatan yang dibiayai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) yang dituangkan pada Rencana Kegiatan Anggaran ( RKA ) dan dijabarkan dalam APBDesa.

6. Membantu mengkoordinasikan tugas penanggungjawab.

(35)

8. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh Alokasi Dana Desa (ADD).

Tugas Bendahara Desa sebagai berikut :

1. Membuka Rekening Desa bersama Kepala Desa atas nama Pemerintahan Desa yang bersangkutan.

2. Membuka Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama Pemerintah Desa.

3. Membukukan penerimaan dan pengeluaran uang disertai dengan bukti-bukti pendukung dan memelihara bukti-bukti-bukti-bukti.

4. Menyimpan dan memelihara semua arsip, dan segala transaksi keuangan, buku keuangan sebagai bahan pemeriksaan Pada buku Kas Umum.

5. Menyusun Anggaran kegiatan. 6. Menyetorkan Pajak.

7. Menyampaikan laporan keuangan kepada Penanggung jawab.

Tugas Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai Wadah Perencana dan Pelaksana Partisipasi pembangunan :

(36)

2. Memberdayakan bersama Ketua T.P.PKK dalam membina Lembaga Pemberdayaan Posyandu di Desa.

3. Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

4. Menyusun Tahapan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. 5. Merekapitulasi hasil-hasil kegiatan pelaksana teknis. 6. Menggerakkan swadaya dan partispasi masyarakat.

7. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa selaku Penanggungjawab kegiatan.

8. Ketua Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

Tugas Tim Penggerak PKK selaku Ketua Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga sebagai berikut :

1. Bersama Kepala Desa selaku Penanggungjawab Kegiatan memfasilitasi kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan Kegiatan pemberdayaan Perempuan.

2. Bersama Ketua LKMD membina perkembangan LPP Posyandu.

3. Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

4. Menyusun Tahapan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. 5. Merekapitulasi hasil-hasil kegiatan pelaksana teknis. 6. Menggerakkan swadaya dan partispasi masyarakat.

(37)

2.1.3 Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan

Di kecamatan di bentuk Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan yang ditetapkan dengan Keputusan Camat, dengan susunan sebagai berikut :

Penanggung Jawab : Camat

Ketua : Kepala Seksi PMD.

Anggota : 1. Ketua T.P.PKK Kecamatan

2. Staf PMD Kecamatan.

3. Instansi Terkait Kecamatan.

Tugas Tim Fasilitasi Tingkat Kecamatan sebagai berikut :

1. Memfasiltasi Pemerintah Desa dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDesa) dan menghadiri Pelaksanakan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa.

2. Melaksanakan kegiatan Fasilitasi dan Pembinaan, Pengawasan, Pemantauan, Penelitian dan memverifikasi kelayakan kegiatan Desa yang dibiayai oleh Alokasi Dana Desa (ADD).

3. Mensosialisasikan secara luas tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 4. Camat selaku Penangungjawab memverifikasi Usulan Rencana Kegiatan

Desa (RKD) dan Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa.

5. Mengadakan Monitoring dan Pengendalian Kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD).

(38)

7. Memfasilitasi dan mencari solusi terhadap permasalahan ditingkat Desa dan melaporkan kepada Bupati LangkatCq. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa selaku Tim Pembina Kabupaten.

2.1.4 Tim Pembina Tingkat Kabupaten.

Tim Pembina Tingkat Kabupaten ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 1. Bupati dan Wakil Bupati Langkat sebagai Pengarah.

2. Sekretaris Daerah Kabupaten Sebagai Penanggungjawab.

3. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa sebagai Ketua.

4. Kepala Bidang Pemerintahan Desa sebagai Sekretaris. 5. Inspektur Kabupaten Langkat sebagai Anggota

6. Kepala Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Asset Kabupaten Langkat sebagai Anggota.

7. Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Langkat sebagai Anggota.

8. Kepala Bagian Hukum Setdakab. Langkat sebagai Anggota. 9. Sekretaris, Kepala Bidang dan Kasubbid Sebagai Anggota. 10. Dinas Instansi Terkait lainnya.

Tugas Tim Pembina Kabupaten sebagai berikut :

1. Mendata variabel Independent utama dan variable tambahan untuk menentukan beasarnya bagian dana yang diterima setiap Desa.

(39)

3. Melaksanakan Pembinaan Administrasi Keuangan Desa bersama dengan Tim Fasilitasi Kecamatan.

4. Membuat laporan kegiatan Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD).

5. Melakukan fasilitasi pemecahan masalah berdasarkan pengaduan masyarakat serta pihak lainnya dan mengkordinasikan dengan Inspektorat Kabupaten Langkat.

6. Melakukan monitoring / evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Desa.

2.2 Konsep Pembangunan

Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai 3 sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi.

(40)

ketimpangan dan pengangguran dalam kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang sedang berkembang.

Rostow (1971) juga menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyaralat tradisional, pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Kunci diantara tahapanini adalah tahap lepas landas yang didorong oleh satu atau lebih sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah menarik bersamanyabagian ekonomi yang kurang dinamis.

Menurut Hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun meningkat. Dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan secara sempit.

(41)

menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang.

2.3 Pembangunan Desa

2.3.1 Pembangunan Masyarakat Desa

Esensi dari demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang berasal dari dan untuk rakyat. Tidak ada alasan untuk meyakini bahwa esensi utama dari pemerintahan yang demokratis akan berubah dalam beberapa waktu mendatang. Di Indonesia mekanisme perencanaan pembangunan baik yang berlaku dipusat maupun didaerah diatur melalui peraturan menteri dalam negri no : 9 tahun 1982 tentang P5D atau (Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah), namun dengan beralihnya sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi serta tuntutan reformasi yang berkembang, regulasi tersebut dirasa kurang layak lagi untuk diterapkan.

(42)

ini sesuai dengan arah kebijakan pembangunan yang lebih diprioritaskan kepada pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan menegakkan citra pemerintah daerah dalam pembangunan.

Menurut Surjadi (1995:1) Pembangunan Masyarakat Desa adalah sebagai suatu proses dimana anggota-anggota masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk memenuhi keinginan mereka tersebut. Pembangunan Masyarakat Desa mempunyai ruang lingkup dan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah dalam strata pemerintahan yang disebut sebagai pemerintahan terbawah atau desa yaitu pemerintahan di tingkat ‘grass roots’ peningkatan taraf hidup yang berupa lebih banyak pengenalan atas benda-benda fisik yang bernilai ekonomis, mungkin dapat saja diberi penilaian secara standard an kemudian dijadikan ukuran.

(43)

2.3.2 Keswadayaan Masyarakat Desa

Keswadayaan bisa dipahami sebagai ”semangat” yakni upaya yang didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri dan berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Keswadayaan juga berarti semangat untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dari atas (Raharjo, 1992).

Penanganan masalah kemiskinan selama ini didasarkan pada asumsi bahwa kemiskinan merupakan fenomena rendahnya kesejahteraan dan kurangnya penguasaan terhadap sumber daya. Padahal sebenarnya fenomena kemiskinan sangat kompleks dan bersifat multidimensional. Masalah kemiskinan ditandai oleh banyak faktor misalnya kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja, kondisi fisik yang lemah akibat kurangnya gizi, tingginya tingkat ketergantungan mereka dan terefleksikannya dalam budaya kemiskinan yang digariskan satu generasi ke generasi berikutnya (Tjokrowinoto : 1993). Kondisi kemiskinan di atas terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Orang miskin adalah orang yang serba kurang mampu dan terbelit dalam lingkaran ketidakberdayaan (Bappenas-Depdagri, 1993)

(44)

Swadaya masyarakat merupakan semangat untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dari atas dengan memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki. Swadaya masyarakat juga dapat dipahami sebagai kemampuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan fasilitas-fasililtas yang telah tersedia sebagai hasil pembangunan yang dilaksanakan pemerintah (Raharjo, 1992).

Tidak berkembangnya swadaya masyarakat mengakibatkan penduduk miskin tetap terperangkap dalam kemiskinan. Menurut Chambers (1983), kemiskinan itu sendiri bukanlah hal yang melekat pada diri orang miskin itu sendiri seperti ketidakberdayaan, kerawanan, kelemahan fisik, isolasi dan kemiskinan itu sendiri, dan dapat pula merupakan sesuatu yang bersifat eksternal seperti kebijaksanaan pembangunan yang lebih mendukung perkembangan lapisan masyarakat ekonomi kuat ketimbang lapisan masyarakat lemah. Menurut Soetrisno (1991) dominannya kepala desa dalam perencanaan program-program pembangunan desa, telah mengabaikan aspirasi dan partisipasi masyarakat desa menyebabkan matinya kemandirian politik pembangunan.

2.3.3 Perencanaan Pembangunan Berbasis Sosial Budaya Lokal

(45)

pembangunan melalui pendekatan sosial budaya ini diarahkan untuk meningkatkan peranan dan pengembangan Lembaga Adat dan Budaya Lokal guna menumbuh kembangkan kembali nilai-nilai budaya lokal dalam menunjang pemberdayaan masyarakat sehingga akan tumbuh kondisi sosial budaya yang sehat dan dinamis, yang pada akhirnya akan bermuara pada masyarakat madani dan mengembalikan citra budaya bangsa Indonesia.

2.3.4 Perencanaan Pembangunan Partisipatif Desa

Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung didesa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia no : 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.

(46)

Sumber: Pedoman sosialisasi Penyusunan RPJMDES BPMPD Kabupaten Langkat

Tahun 2008

Gambar 2. Siklus Pembangunan Partisipatif Desa

Prinsip Pembangunan Partisipatif sebagai berikut : 1. Pemberdayaan

2. Transparansi 3. Akuntabilitas 4. Berkelanjutan 5. Partisipasi

Tujuan Perencanaan Pembangunan sebagai berikut: 1. Mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan.

2. Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan Pembangunan Daerah.

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan.

4. Mengoptimalkan Partisipasi Masyarakat

5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

2.3.5 Pembangunan Desa yang Berkelanjutan

(47)

memenuhi kebutuhan pembangunan di masa sekarang tanpa membahayakan daya dukung sumberdaya bagi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Tantangan pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk meningkatkan kesejahteraan sambil menggunakan sumberdaya alam secara bijaksana. Arus globalisasi yang semakin kuat perlu diimbangi dengan kesadaran bahwa mekanisme pasar tidak selalu mampu memecahkan masalah ketimpangan sumberdaya. Kebijakan pembangunan harus memberi perhatian untuk perlunya menata kembali landasan sistem pengelolaan aset-aset di wilayah pedesaan. Penataan kembali tersebut lebih berupa integrasi kepada pemanfaatan ganda, yaitu ekonomi dan lingkungan/ekosistem. Walaupun wawasan agroekosistem merupakan sesuatu pengelolaan yang kompleks dan rumit, akan tetapi keberhasilannya dapat dilihat dan dirumuskan dengan melihat indikator-indikator antara lain: kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan lokal, kontribusi terhadap keberlanjutan penggunaan sumberdaya alam, kontribusi terhadap peningkatan lapangan kerja, kontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi makro, efektifitas biaya dan kontribusi terhadap kemandirian teknis.

Ada empat aspek umum ciri-ciri spesifik terpenting mengenai konsep agroekosistem. Empat aspek umum tersebut adalah:

(48)

Secara sederhana, equitability merupakan penilaian tentang sejauh mana hasil suatu lingkungan sumberdaya didistribusikan diantara masyarakatnya. Sustainability dapat diberi pengertian sebagai kemampuan sistem sumberdaya

mempertahankan produktivitasnya, walaupun menghadapi berbagai kendala. Stability merupakan ukuran tentang sejauh mana produktivitas sumberdaya bebas

dari keragaman yang disebabkan oleh fluktuasi faktor lingkungan. Productivity adalah ukuran sumberdaya terhadap hasil fisik atau ekonominya. Dimasa yang akan datang, dalam konteks pembangunan pedesaan yang berkelanjutan, pengelolaan sumberdaya di desa haruslah dilaksanakan dalam satu pola yang menjamin kelestarian lingkungan hidup, menjaga keseimbangan biologis, memelihara kelestarian dan bahkan memperbaiki kualitas sumberdaya alam sehingga dapat terus diberdayakan, serta menerapkan model pemanfaatan sumberdaya yang efisien.

Pemerintah Kabupaten memberikan Alokasi Dana Desa merupakan wujud nyata pemenuhan Hak Desa dalam membiayai Program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan kegiatan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di desa. Alokasi Dana Desa tersebut digunakan dalam Pembangunan fisik atau non fisik dengan tujuan Perkembangan Desa. Indikator dalam hal ini meliputi tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan tingkat pendapatan.

Pembangunan fisik dan non fisik

Pendidikan Kesehatan Pendapatan

(49)

Gambar 3. Penggunaan Alokasi Dana Desa

2.4 Persepsi Masyarakat

2.4.1 Definisi Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003 : 445).

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap orang tak terlepas dari proses persepsi.

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorag melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003 : 445).

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2007 : 179).

(50)

menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2001 : 57).

Lahlry (1991) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data – data sensoris. Data – data sensoris sampai kepada kita melalui lima indra kita (Severin, 2005 : 83).

Sementara Joseph A. De Vito mendefinisikan persepsi sebagai proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya yang mempengaruhi indra kita (Mulyana, 2007 : 180).

Brian Fellows juga mendefinisikan persepsi sebagai proses yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran menerima dan menganalisis informasi (Mulyana, 2007 : 180).

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang dating dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, dan selanjutnya diproses.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi. David Krech dan Richard S. Crurchfield (1977 : 235) (dalam Rakhmat, 2001 : 58) menyebutnya sebagai faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional, dan faktor personal.

(51)

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor - faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Dari sini Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama, yaitu : Persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. 2. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata – mata dari sifat stimuli fisik dan efek- efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Dari sini Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua, yaitu : Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. 3. Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralingusitik adalah beberapa dari faktor situasional yang memengaruhi.

4. Faktor Personal

(52)

dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seorang individu.

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2007 : 170).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menetukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2007 : 180).

2.4.3 Proses Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan, tanggapan. Seperti dinyatakan dalam bagan berikut ini :

Penalaran

Rangsangan Persepsi Pengenalan Tanggapan Perasaan

Sumber : Sobur, 2003 : 447

(53)

Dari bagan di atas, digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan.

Secara singkat persepsi dapat didefinisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik sendiri atau bersama – sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.

Dari segi psikologis dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh sebab itu untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Dalam persepsi terdapat tiga komponen utama (Sobur, 2003 : 446) :

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

(54)

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuan adalah kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama dari pengetahuan itu. Dari definisi yang dikemukakan oleh Pareek (dalam Sobur, 2003 : 451) yaitu “persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra dan data”, tercakup beberapa segi atau proses yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita memperlajari segi – segi lain dari sesuatu itu. Dalam hal ini para warga masyarakat ataupun pimpinan desa menerima stimulus dari pemberian ADD di wilayah kecamatan Stabat 2. Proses menyeleksi rangsangan

(55)

kepada mereka yakni mengenai ADD di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni pengelompokkan (berbagai rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan gejala atau rangsangan yang lain berada di latar belakang), kemantapan persepsi (ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya). Pengorganisasian persepsi para warga masyarakat dan pimpinan desa menyeleksi rangsangan yang diberikan kepada mereka yakni mengenai ADD di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara, Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. Informasi yang diterima berupa pemberian ADD di wilayah kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

(56)

Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses ini terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. Proses ini didapat setelah terdapat penafsiran dari pihak warga masyarakat dan pimpinan desa kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

6. Proses reaksi

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3° 14’– 4° 13’ Lintang Utara, 97°52’ – 98° 45’ Bujur Timur dan 4 – 105 m dari permukaan laut. Kabupaten Langkat menempati area seluas ± 6.263,29Km² (626.329 Ha) yang terdiri dari 23 Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan. Area Kabupaten Langkat di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang dan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara / Tanah Alas, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan di Kabupaten Langkat, luas daerah terbesar adalah kecamatan Batang Serangan dengan luas 934,90 km2 atau 14,93 persen diikuti kecamatan Bahorok dengan luas 884,79 km2 atau 14,13 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kecamatan Binjai dengan luas 49,55 km2 atau 0,79 persen dari total luas wilayah Kabupaten Langkat.

(58)

sekaligus dengan jumlah populasi terpadat di Kabupaten Langkat yang kegiatan perekonomiannya bergerak di sektor perdagangan, pertanian, perkebunan dan jasa. Kecamatan ini dilalui oleh salah satu sungai terpanjang di Sumatera Utara

yakni

Kecamatan

Sumatera (Jalinsum lintas pantai timur).

Kecamatan Stabat terdiri dari 6 kelurahan dan 6 desa. Kelurahan di Stabat

yaitu , , , dan

. Sedangkan desanya adala, , ,

, . Dari segi demografi, jumlah populasi

penduduk di Kecamatan Stabat sebanyak 83.223 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 976,25 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk per desa adalah 6.935, 25 jiwa.

3.2 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kuantitatif yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Periset lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi (Kriyantono, 2007:57)

(59)

penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variable tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variable dependen.

Dalam riset kuantitatif, periset dituntut bersikap objektif dan memisahkan diri dari data. Artinya, periset tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data sekehendak hatinya sendiri. Semuanya harus objektif dengan diuji dahulu apakah batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinisp reliabilitas dan validitas. Dengan kata lain, periset berusaha membatasi konsep atau variabel yang diteliti dengan cara mengarahkan riset dalam setting yang terkontrol, lebih sistematik dan terstruktur dalam sebuah desain riset.

(60)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Dalam melakukan suatu penelitian, terlebih dahulu menentukan populasi yang akan diteliti. Yang dimaksud dengan “populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian” dengan demikian populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam lain yang merupakan subyek atau obyek yang berada pada suatu wilayah serta memenuhi syarat-syarat tertentu yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang diteliti”.

Menurut Sugiyono (2008:80) menyebutkan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek dan obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, populasi bukan hanya orang tetapi juga benda-benda alam yang lain, populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek itu”.

Adapun populasi dari penelitian ini adalah Perangkat Desa dan Masyarakat Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat sebanyak 83.223 jiwa.

Tabel 1. Populasi Penelitian Penduduk di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

(61)

Desa Pantai Gemi 6697

Desa Banyumas 5713

Desa Kwala Begumit 6334

Desa Mangga 6996

Desa Karang Rejo 5866

Desa Ara Condong 5787

Kelurahan Stabat Baru 7210

Kelurahan Kwala Bingai 7317

Kelurahan Sidomulyo 7884

Kelurahan Perdamaian 8415

Kelurahan Dendang 7555

Kelurahan Paya Maba 7449

Total 83.223

Sumber data : Katalog BPS tahun 2009 (1102001.1213)

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2008:81) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Teknik sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling untuk pengambilan sampel terhadap Perangkat Desa dan

Masyarakat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Menurut Sugiyono (2008:82) probability sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)”. Teknik probability sampling digunakan penulis karena penelitian ini harus sesuai dengan strata karena Hubungan Alokasi Dana Desa dengan pembangunan desa di Kecamatan Stabat dapat berbeda persepsi setiap latar belakang responden.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2001:144). Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, yakni sebagai berikut :

Gambar

Gambar 4. Variabel Psikologis Diantara Rangsangan dan Tanggapan
Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian
Tabel 3. Operasionalisasi Variabel
Tabel 4. Jenis Kelamin Responden  Jenis Kelamin          F
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, dalam penelitian ini yang menjadi tujuan utama dan menjadi konsentrasi pembahasannya adalah bagaimana media online Liputan6.com dan Papuanews.co mengkonstruksi

Sedangkan menurut kepentingannya kompetensi SDM adalah menguasai bahasa inggris atau bahasa lain yang relevan, memahami negara mitra, ahli dibidang perjanjian

substrat polietilen dengan dan tanpa perlakuan fisik ... 37 4.8 Hasil persentase degradasi isolat bakteri PES142b pada uji biodegradasi.. substrat polietilen dengan dan

(4) Dalam hal rancangan APBDesa tahun anggaran berikutnya sebagai mana dimaksud pada ayat (3) telah ditetapkan, sisa Dana Desa tersebut dapat digunakan

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF Periode 1 Januari - 31 Oktober

Gambar 4 menunjukkan seismik PSTM 2D dan atribut amplitude sesaat dari lintasan seismik yang melewati sumur Mawar-1, sementara Gambar 5 menunjukkan atribut

Gambar L.34 Halaman statistik mengisi login L.50 Gambar L.35 Halaman statistik Crystal Report 10 L.51 Gambar L.36 Tampilan aplikasi Transjakarta UserClient L.51 Gambar