ABSTRACT
SOCIOECONOMIC STATUS EFFECT OF PARENTS TO THE CHILDREN LEARNING MOTIVATION
ON STUDENTS IN CLASS X AND XI SMA NEGERI 10 Bandar Lampung By
Gede Arye Sujane
This study aims to determine the effect of socioeconomic status of parents to the children learning motivation. In this study, using quantitative methods. The study population was students of class X and XI SMAN 10 Bandar Lampung. The number of samples in this research is 87 respondents taken by purposive sampling. Data collection techniques in this study using observations, questionnaires, interviews and literature. While the analysis of data using simple regression test. The hypothesis of this study is Ho: no influence and Ha: there is an influence. Based on the results of a simple regression analysis were conducted, stating that Ho refused those there is influence between education level and the type of employment of parents of children learning motivation is parental education level of 0,000 and 0,003 types of work those the strength of influence between variables were categorized. This research resulted in the conclusion that the phenomenon of parents' education level and the type of work the parents had a huge contribution to the child's motivation to learn in SMAN 10 Bandar Lampung
MOTIVASI BELAJAR ANAK
PADA SISWA-SISWI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG
Oleh
Gede Arye Sujane
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status sosioal ekonomi orang tua
terhadap motivasi belajar anak. Dalam penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 10
Bandar Lampung. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 87 responden, diambil
secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Sedangkan analisis
data dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier sederhana. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah Ho : tidak ada pengaruh dan Ha : terdapat pengaruh.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana yang dilakukan, menyatakan Ho
ditolak dengan demikian terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan orang tua terhadap motivasi belajar anak yaitu tingkat pendidikan orang tua
sebesar 0,000 dan jenis pekerjaan sebesar 0,003 dengan demikian kekuatan pengaruh
antar variabel dikategorikan sedang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa
fenomena tingkat pendidikan orang tua dan jenis pekerjaan orang tua memiliki
kontribusi yang besar terhadap motivasi belajar anak di SMA Negeri 10 Bandar
Lampung.
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK
(Studi Pada Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung)
Oleh
GEDE ARYE SUJANE
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
(Studi Pada Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung)
(Skripsi)
Oleh
GEDE ARYE SUJANE
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...71
Gambar 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...72
Gambar 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ...73
Gambar 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang
Tua...74
Gambar 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua....75
Gambar 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang
Tua...76
Gambar 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Motivasi Belajar Anak...77
Gambar 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Yang Mengikuti
Les/Bimbel...78
Gambar 5.9 Kateristik Responden Berdasarkan Sering Membolos Atau Yang
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... ... 8
2.1 Tinjauan Tentang Pengaruh... ... 8
2.2 Tinjauan Tentang Status Sosial Ekonomi ... 9
2.3 Tinjauan Tentang Orangtua... 17
2.4 Tinjauan Tentang Perilaku ... 18
2.5 Motivasi... ... 20
2.5.1 Macam-Macam Motivasi ... 22
2.5.2 Tingkat Motivasi... 30
2.6 Tinjauan Tentang Anak ... 30
2.7 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Perilaku Anak ... 32
2.8 Kerangka Pikir... ... 33
2.9 Hipotesis... 35
BAB III METODE PENELITIAN…... 37
3.1 Tipe Penelitian ... 37
3.2 Definisi Konseptual ... 38
3.2.1 Motivasi Belajar ... 39
3.4 Definisi Operasional... 41
4.2.3 Keadaan Laboratorium Sekolah... 58
4.2.3 Keadaan Perpustakaan Sekolah... 59
4.2.4 Tata Usaha... 60
4.3 Penyusunan Kurikulum... 60
4.3.1 Penyusunan Program Per Semester... 60
4.3.2 Penyusunan Satuan Pembelajaran... 60
4.3.3 Kegiatan Ko-kurikuler dan Ekstrakulikuler... 61
4.4 Obser Vasi Kegiatan Administrasi Seolah... 62
4.5 Prestasi Siswa... 64
4.6 Peraturan Tata Tertip Sekolah... 64
4.6.1 Kewajiban Bagi Siswa... 65
4.6.2 Larangan Bagi Siswa... 67
4.6.3 Sanksi-sanksi Bagi Siswa... 69
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 70
5.1 Hasil Penelitian... 70
5.1.1 Identitas Responden... 70
5.1.2 Status Sosial Ekonomi... 80
5.1.3 Motivasi... 90
5.2 Pembahasan... 102
5.2.1 Tabel Silang... 102
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 108 6.1 Kesimpulan... 108
6.2 Saran... 109
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Jumlah Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10
Bandar Lampung ...45
Tabel 2. Jenis Laboratorium di SMA Negeri 10 Bandar Lampung...58
Tabel 3. Jumlah Pegawai SMA Negeri10 Bandar Lampung...63
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Orang Tua...80
Tabel 5. Orang Tua Pernah Mengikuti Kursus...81
Tabel 6. Tempat Orang Tua Mengikuti Kursus...82
Tabel 7. Jenis Pekerjaan Orang Tua...82
Tabel 8. Penghasilan Perbulan Orang Tua...83
Tabel 9. Alat Komunikasi Yang Dimiliki Orang Tua...84
Tabel 10. Kekayaan Lain Yang Dimiliki Orang Tua...84
Tabel 11. Usaha Lain Selain Pekerjaan Pokok...85
Tabel 12. Tempat Tinggal Orang Tua...85
Tabel 13. Jenis Rumah Yang Ditempati Orang Tua...86
Tabel 14. Jenis Lantai Rumah Yang Ditempati Orang Tua...87
Tabel 15. Sumber Penerangan Utama Rumah Orang Tua...87
Tabel 16. Bahan Bakar Utama Untuk Memasak Orang Tua...88
Tabel 17. Barang-barang Yang Dimiliki Oleh Orang Tua...89
Tabel 18. Kondisi Atap Rumah Orang Tua...89
Tabel 19. Berusaha Mengerjakan Soal-soal Pelajaran Yang Memerlukan Ketelitian,Kecermatan Dan Ketepatan...91
Tabel 20. Berusaha Belajar Sendiri Dirumah...92
Tabel 21. Bertanya Kepada Guru Setiap Pelajaran Yang Belum Dimengerti...92
Tabel 22. Berusaha Mengerjakan Tugas Yang Diberikan Oleh Guru...93
Tabel 23. Mengerjakan Soal Yang Berhubungan Dengan Mata Pelajaran...93
Tabel 25. Mengikuti Kegiatan Yang Ada Disekolah...95
Tabel 26. Melakukan Kegiatan Disekolah...95
Tabel 27. Merespon Pelajaran Dikels...96
Tabel 28. Selalu Mengajukan Pertanyaan Saat Belajar...96
Tabel 29. Mengikuti Les/Bimbel...97
Tabel 30. Tempat Mengikuti Les/Bimbel...97
Tabel 31. Lamanya Mengikuti Les/Bimbel...98
Tabel 32. Dalam Seminggu Mengikuti Les/Bimbel...99
Tabel 33. Peringkat Dalam Kelas...99
Tabel 34. Mengikuti Kegiatan Ektrakulikuler Disekolah...100
Tabel 35. Ektrakulikuler Yang Diikuti Disekolah...100
Tabel 36. Respon Terhadap Ektrakulikuler...101
“
Lebih baik melaksanakan kewajiban sendiri
walaupun penuh kekurangan,dari pada melakukan
kewajiban orang lain dengan sempurna. Lebih baik
mati dalam tugas kewajiban sendiri dari pada
melakukan kewajiban orang lain yang sangat
berbahaya
”
(Bhagawad Gita. Bab III Sloka 39)
“Jadi diri sendiri, cari jati diri, dan dapatkan
hidup yang mandiri optimis, karena hidup
terus mengalir dan kehidupan terus berputar
sesekali liat kebelakang untuk melanjutkan
perjalanan yang tiada ujung
”
PERSEMBAHAN
Setiap goresan tinta ini adalah wujud dari keagungan dan
kasih sayang yang diberikan Tuhan Maha Esa kepada
umatnya.
Setiap detik waktu menyelesaikan karya tulis ini merupakan
hasil getaran doa kedua orang tua, saudara, dan orang-orang
terkasih yang mengalir tiada henti.
Setiap pancaran semangat dalam penulisan ini merupakan
dorongan dan dukungan dari sahabat-sahabatku tercinta.
Setiap makna pokok bahasan pada bab-bab dalam sekripsi ini
merupakan hempasan kritik dan saran dari teman-teman
Penulis bernama lengkap Gede Arye Sujane. Lahir di Mulyasari
Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Waykanan pada tanggal 02
Febuari 1992. Penulis merupakan anak kelima dari Enam bersaudara,
dari pasangan Bapak I Made Buku dan Ibu Wayan Sukle. Penulis
memiliki satu kakak laki-laki dan tiga kakak perempuan dan satu adik
perempuan.
Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Hindu. Pendidikan yang pernah ditempuh
oleh penulis :
1. SDN Mulyasari, diselesaikan pada tahun 2005
2. SMP N 4 Negeri Agung, diselesaikan pada tahun 2008
3. SMA Negeri 10 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi. Pada Januari 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja
Nyata di Desa Raja Basa Kecamatan Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan. Pada semester
akhir tahun 2015 penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Status Sosial
Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak (Studi Pada Siswa-Siswi Kelas X dan
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar
Anak (Studi Pada Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung)”. adalah
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosiologi di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku dekan Fisip Unila;
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan dosen Pembimbing
Akademik;
3. Ibu Dra. Paraswati Daril Milyan, selaku pembimbing utama atas kesabaran dan
ketulusan dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian
skripsi ini serta memberikan semangat tiada henti;
4. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H., selaku dosen penguji atas masukan, saran, dan kritik
dalam penyempurnaan skripsi ini;
5. Seluruh Dosen dan staf administrasi Fisip Unila;
6. Seluruh keluarga besarku, yang telah memberikan yang telah memberikan do’a dan
dukungan nya.
7. Kedua orang tua tercinta , Ibu Wayan Sukle dan Bapak I Made Buku atas kasih
semangat;
9. Kakak kandung ku yang tersayang Wayan Gutre,Kadek Rahayu,Komang
Nurmiyati,Ketut Titik Purwati dan Adik Saya Kadek Rindani yang tiada henti
memberiku nasehat, dukungan, doa serta kesetiaannya menanti kesuksesanku;
10. Keponakanku tersayang Dika, Andre, Aditiya, Putu Pinka, Ninggrum, Pradnya, Nia,
Agus Sadawi,Windu dan Putu Bagus yang selalu memberikan keceriaan dan
semangat untukku melalui wajah lucu dan manis kalian;
11. Buat Angga, Hapis, Moran, Deni sahabat yang paling terbaik ku dan yang selalu ada
saat susah ataupun senang kita jalanin bersama-sama.
12. Sahabat-sahabat ku Alvin, Mpip, Wisnu Lidi, Zibon, Agung, Oji, Firman, Mon, Upik,
Putri, Eca, Jajak, Agun, Kuming, Badrun dan Tobi yang selalu memberikan
semangat dan dukungan.
13.Buat pacar ku tercinta Meri Susanti terimakasih atas do’a kasih, dukungan semngat,
kesabaran dan keceriaan yang selalu diberikan kepada penulis.
14. Teman-teman Kontrakan yang sering belanja bareng, makan bareng dan saling melepas penat untuk Wayan Jabrik, Made Lugre, Ketut Gojo dan Boglar yang selalu
heboh kalau dah ngerumpi;
15. Teman-teman satu bimbingan yang saling menyemangati untuk Hesti Mega
Ninggrum semangat ya Hesti , semoga sukses selalu;
16. Semua temen-temen jurusan Sosiologi angkatan 2011 : Lilian, Anggun, Yani, Arum,
Nora, Siska, Desi, Alfi, Dina, Monika D, Pipit, Fachri, Pandi, Yudi, Hengki, Arif,
Tomi, Agus, Windu, Fahru, Imam, Putu, Mirdalina, Agung, Anas, Davit, Yoga, Eva,
Nisa N, Cindi, Nisa P, Partini, Marlina, Nia, dan Anton, Angga , Hapis, Moran dan
Deni Terima kasih atas kebaikan kalian selama ini semoga silaturahmi kita tetap
terjaga;
17. Teman-teman KKN tercinta yang telah memberikan cerita baru, pengalaman, serta
pelajaran yang berkesan untuk penulis. Kepada Bang Galang (kordes), Zahara
(sekertaris), Ata, Bang Aji. Gita, , Mbhoot, Heral penulis ucapkan terima kasih atas
kerja sama yang solid selama 40 hari di Desa Titian Wangi;
18. Ibu Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Bandar Lampung serta Siswa-Siswi Kelas X dan
XI yang telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner;
19. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini belum seideal dan sebaik harapan,
namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 26 Oktober 2015 Penulis
1.1 Latar Belakang
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak banyak menggambarkan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa
ada pembedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat.Perbedaan
itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga
terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain.Beragamnya orang
yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial
(pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).
Seperti yang diungkapkan Aristoteles (dalam Soekanto,2000:227) mengatakan
bahwa di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang
melarat dan yang berada di tengah-tengahnya.Ucapan demikian sedikit banyak
membuktikan bahwa di zaman itu, dan sebelumnya, orang telah mengakui adanya
lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-bertingkat dari bawah
2
Menurut Bossard dan Boll (dalam Ahmadi, 1991:110) jugabahwa kelas-kelas
sosial dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu upper class,middle classdan
lower class, dan apa yang disebut Bossard dan Boll yang biasanya pembagian-pembagian kelas di masyarakat salah satunya berdasarkan status sosial ekonomi
individu tersebut.
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak dalam memberikan
dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Untuk
belajar menghormati orang yang lebih tua membantu menyelesaikan berbagai
masalah yang timbul.Keluarga juga merupakan unit-unit sosial ekonomi yang
menjadikan perilaku-perilaku sosial sebagai agent of change dan peran-peran ekonomi sebagai pelaku ekonomi. Menurut Sri Lestari dalam bukunya yang
berjudul Psikologi keluarga, terdapat 6 fungsi keluarga yakni :
1. Fungsi Pengatur Keturunan
Tujuan utama dibentuknya suatu keluarga adalah untuk menurunkan generasi
dengan melanjutkan jalannya keturunan. Jadi dulu orangtua kita menikah untuk
mendapatkan keturunan yang nantinya akan melanjutkan atau meneruskan rantai
keturunan saat orangtua kita sudah tua dan tiada.
2. Fungsi Sosial dan Pendidikan
Keluarga juga difungsikan untuk sosial dan mendidik. Mengapa ? Karena fungsi
ini untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga
berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat. Jadi, dengan kata lain, anak-anak harus belajar
norma-norma mengenai apa yang senyatanya baik dan tidak layak dalam masyarakat.
Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus memperoleh standar tentang nilai-nilai
apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik, yang indah, yang patut, dsb.
Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya dengan
menguasai sarana-sarananya. Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi
utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya, tingkah pekertinya, sikapnya, dan
reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga merupakan perantara antara
masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian seseorang itu
diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang berpengaruh besar sekali
terhadap kepribadian seseorang adalah keluarga, khususnya seorang ibu. Inilah
yang dinamakan proses aktualisasi didalam keluarga.
3. Fungsi Pelindung
Keluarga disebut fungsi plindung karena keluarga akan melindungi anggota dari
bahaya yang dihadapi.Inilah yang disebut sikap toleransi antar anggota keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga sebagai fungsi ekonomi karena didalam keluargalah kita belajar mandiri.
Mandiri dalam mengatur waktu, mengatur uang, mengatur pembiayaan hidup
sendiri. Dalam keluarga, orangtualah yang mencari nafkah (uang). Jadi sebagai
orangtua, mereka akan pintar pintar mengatur keuangan untuk keidupan sehari
4
5. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan disini maksudnya perhatian terhadap anggota keluarga yang
sedang tertimpa musibah. Misalnya seorang anak sedang sakit. Maka sang ibu
merawat dan memberi perhatian lebih kepada anak tersebut agar cepat sembuh.
Begitu juga dengan anggota keluarga yang lain.
6. Fungsi Status
Mengapa keluarga difungsikan sebagai penentu status seseorang? Jadi misalnya
seseorang merupakan anggota keluarga dari orang penting di negara ini. Misalnya
saja Presiden. Maka orang tersebut otomatis derajat akan ikut terangkat karena
orang lain menganggap dia adalah anggota keluarga orang penting di negara ini.
Itulah beberapa fungsi keluarga yang sangat mempengaruhi kehidupan kita.
Karena kita masih memiliki keluarga yang senantiasa ada, meskipun keluarga tiap
tiap orang memiliki sifat yang berbeda. Jadi kita harus bersyukur karena kita
hidup tidak sendirian(Sri Lestari,2012:179). Orangtua diharapkan dapat
membantu anaknya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk
mengatasi masalahnya secara realistis dan simpati. Oleh karena itu, keluarga
sebagai tempat untuk mengkondisikan pemberian nilai positif pada anak.Status
sosial ekonomi orangtua terkadang mempengaruhi perilaku seorang anak dalam
keluarga, misalnya, anak yang berdasarkan ekonomi orang tuanya cukup berada,
biasanya hanya bersenang-senang dan berfoya-foya. Sehingga banyak anak yang
diketahui bahwa keluarga merupakan lingkungan atau tempat pertama terjadinya
proses pembentukan diri seorang anak(Soekanto, 1992:85).
Seperti fenomena yang terjadi di SMA Negeri 10Bandar Lampung, siswa yang
status sosial ekonomi yang tinggi menghabiskan waktunya untuk
bersenang-senang bersama teman-teman yang memiliki status sosial ekonomi yang sama,
bertolak belakang dengan status sosial ekonominya rendah siswa tersebut akan
menghemat seminim mungkin pengeluaran yang ada dan memanfatkan waktu
mereka untuk belajar dan membantu orangtua di rumah.
Status sosial ekonomi orangtua juga diperlukan dalam memenuhi kebutuhan
pokok keluarga agar kehidupan keluarga tetap berlangsung dan selain itu juga
berpengaruh terhadap berlangsungnya fungsi keluarga sebagai unit sosial ekonomi
yang membentuk dasar kehidupan sosial ekonomi bagi anak-anaknya (Soekanto,
1992:85). Orangtua mempunyai peranan yang sangat besar dalam mendidik anak.
Anak harus dilatih untuk mengembangkan konsep diri yang baik (positif).
Lingkungan keluarga akan pengembangan pribadi anak, meskipun yang lainnya
juga turut menunjang dan sangat berperan sekali.
Menurut Soekanto (1992:85) pendapatan orangtua berfungsi sebagai unit
sosial-ekonomi yang secara materil memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya,
apabila orangtua tidak bisa menjalankan fungsi tersebut secara bijak, maka akan
menimbulkan dampak buruk pada perilaku anak. Setiap orangtua menginginkan
6
hendaknya memberikan contoh-contoh pada anak dan menanamkan nilai-nilai
positif pada anak, sehingga semua bimbingan, arahan, perhatian, dan motivasi
serta nilai-nilai yang telah diajarkan orangtua tertanam dengan baik. Ukuran
keberhasilan penerapan peranan orangtua sebagai pendidik dalam keluarga dapat
dilihat dari motivasi belajar anak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap motivasi belajar anak di SMA
Negeri 10 Bandar Lampung.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap
motivasi belajar anak di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisa pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap motivasi
belajar anak di SMA Negeri 10 Bandar Lampung berdasarkan tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan orangtua.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan ini dapat berguna, baik secara teoritis maupun secara
a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang ilmu sosial khususnya
pada disiplin ilmu Sosiologi Keluarga.
b. Secara praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang masalah
motivasi belajar anak yang dikaitkan dengan status sosial ekonomi orangtua.
2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Pengaruh
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1997:747), definisi dari kata
pengaruh yakni “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang/benda) yang ikut
membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Jika “pengaruh”
diartikan sebagai hal yang bersifat kolektif dalam masyarakat seperti himpunan,
gerombolan, ataupun organisasi berarti, “daya yang ada atau timbul dari sesuatu
(organisasi, himpunan) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
masyarakat”.
Pengaruh adalah “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdikbud,
2001:845). Poerwadarminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa
atau yang berkekuatan dan berpengaruh pada orang lain, (Poerwadarminta,
1984:731). Bila ditinjau dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu hal yang
2.2 Tinjauan tentang Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi menurut M. Sastropraja (1991:53) dalam Kamus Istilah
Pendidikan dan Umum (2001:1091) adalah keadaan/kedudukan seseorang dalam
masyarakat sekelilingnya. Malo (dalam Barlina, 1994:12) juga memberikan
batasan tentang status sosial ekonomi yaitu:
“Status Sosial Ekonomi merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu didalam struktur tertentu dalam sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yng baru dimainkan oleh si pembawa
status”.
Menurut Chapin (dalam Juariah, 1998:12) status sosial ekonomi merupakan posisi
yang ditempati oleh individu atau keluarga berkenaan dengan ukuran rata-rata,
yang umunya ditandai dengan pendapatan efektif pemilikan barang-barang, dan
partisipasi dalam aktifitas kelompok dari komunitasnya. Weiner (dalam Juariah,
1998:12) juga menambahkan bahwa indeks ciri-ciri status sosial ekonomi yang
popular adalah pekerjaan, sumber pendapatan, rumah, dan kawasan tempat
tinggal.W.S. Winkel (dalam Barlina 1994:13) menyebutkan bahwa status sosial
ekonomi adalah suatu keadaan yang menunjuk pada kemampuan financial dan
material yang dimiliki oleh sebuah keluarga.
Menurut Astrid S. Susanto (dalam Barlina, 1994:68), tinggi rendahnya status
sosial masyarakat seseorang dalam masyarakat dapat dilihat dari empat indikator
yaitu:
1. Bentuk rumah
10
3. pekerjaan/profesi
4. Sumber pendapatan
Rogers dan Shocmacker (dalam Barlina, 1994:13) mengatakan bahwa ciri-ciri
individu yang memiliki status sosial ekonomi tinggi adalah:
1. Lebih berpendidikan
2. Mempunyai status sosial yang lebih tinggi. Status sosial ini ditandai
dengan pendapatan, tingkat kehidupan, kesehatan, prestise, pekerjaan atau
jabatan
3. Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar yaitu cenderung untuk
lebih meningkatkan lagi status sosial ekonomi dan mereka mengadakan
inovasi sebagai salah satu jalan untuk mempertinggi status tersebut
4. Mempunyai ladang lebih luas
5. Mempunyai pekerjaan yang lebih spesifik
Dengan demikian dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa status sosial
ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga di tengah
kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai faktor
diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan orangtua.
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia dalam pembangunan di segala bidang kehidupan. Peran pendidikan
dalam kehidupan seseorang antara lain untuk mengembangkan kepribadian serta
Mereka yang memiliki pendidikan tinggi berbeda dengan mereka yang
berpendidikan rendah, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan
semakin luas cara berpikirnya, lebih matang dan bersikap dan bertindak, serta
mampu memberikan pemikiran yang lebih rasional terhadap berbagai masalah
yang ada termasuk memberikan bimbingan dan arahan kepada anak. Orangtua
yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah untuk membantu
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam berperilaku.
Bagaimana pentingnya peranan orangtua dalam pembentukan kepribadian anak
diungkapkan oleh Yusuf (dalam Juariah,1998:15) bahwa bentuk dan corak
pendidikan yang diberikan sekeluarga, baik itu kemampuan materi dan biaya
hidup yang menunjang serta tersedianya kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, baik secara formal,
informal, maupun non formal.
Seperti yang dijelaskanoleh Coombs (dalam Hartini, 2010:18) bahwa seorang ahli
perencana pendidikan menjadi tiga yaitu:
a. Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar, sejak seseorang lahir sampai mati,
didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari.
b. Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah ialah
pendidikan teratur dan bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat yang jelas
12
c. Pendidikan nonformal ialah pendidikan yang teratur, dengan sabar
dilakukan tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.
Selain pendapat Safaniah (dalam Hartini, 2010:15) Safaniah menyatakan bahwa
ada dua jenis pendidikan, yaitu :
a. Pendidikan formal yaitu aktifitas penyelenggaraan pendidikan yang jelas,
terorganisir, terprogram secara teratur, dan sistematis serta jelas media
integrasi belajar mengajarnya.
b. Pendidikan diluar sekolah
1. Pendidikan nonformal, diartikan sebagai penyelenggaraan
pendidikan yang terorganisir diluar pendidikan persekolahan, isi
pendidikannya terprogram, ada konsekuensi materi berlangsung
dalam suatu medan interaksi belajar mengajar yang sedikit banyak
terkontrol serta adanya kredensial nilai, meskipun tidak memiliki
sanksi legal.
2. Pendidikan informal yaitu segala macam penyelenggaraan aktifitas
lembaga berfungsi pendidikannya berlangsung sacara wajar , lebih
bersikap mandiri dan sebagai pengalaman belajar individual serta
tidak memiliki kredensial nilai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa jenis pendidikan
dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu pendidikan formal, pendidikan
informal, pendidikan nonformal. Notonegoro (dalam Hartini 2010:16) sendiri
a. Pendidikan pra sekolah, yang diberikan kepada lembaga pendidikan kanak
kanak dimana masa asuhnya dalam tiga tahun.
b. Pendidikan Dasar (SD), dimana masa belajarnya adalah enam tahun.
c. Pendidikan menengah baik umum maupun kejuruan tingkat pertama (SLTP),
masa belajarnya tiga tahun.
d. Pendidikan menengah baik umum maupun kejuruan tingkat atas (SLTA),
masa belajarnya tiga tahun.
e. Pendidikan tinggi (Akademik, Institusi, Universitas) pada lembaga pendidikan
tinggi, lama belajarnya tergantung pada siswa masing-masing.
Tingkat pendidikan orangtua menurut Arikunto (1984:92) dikategorikan sebagai
berikut:
1. Pendidikan rendah yaitu tamat SD dan SMP
2. Pendidikan sedang yaitu tamat SMA
3. Pendidikan tinggi yaitu tamat perguruan tinggi
Berdasarkan pendapat diatas, tingkat pendidikan adalah suatu proses yang
berkesinambungan yang dilakukan manusia yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan taraf hidupnya. Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal akhir yang dimiliki orangtua
responden di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.
2. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia dengan berbagai tujuan.
Ada yang melakukan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas. Ada yang melakukan
14
pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, jenis-jenis
pekerjaan cukup banyak sesuai dengan keahlian seseorang.
Setiap orang berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan berkewajiban
menjalaninya dengan sepenuh hati. Pasalnya jika pekerjaan dilakukan dengan
setengah-setengah maka tidak akan jadi keseriusan dalam bekerja. Tentunya ini
berefek bagi kondisi ekonominya. (http://www.anneahira.com/jenis-pekerjaan.htm
diakses pada hari kamis, 18-10-2014). Setiap orang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Jenis-jenis pekerjaan dapat dibedakan berdasarkan hasil dari
pekerjaannya,yaitu barang dan jasa.
a. Pekerjaan yang menghasilkan barang.
Jenis pekerjaan ini menghasilkan barang yang dapat dipakai untuk memenuhi
kebutuhan hidup, seperti makanan minuman dan perabot rumah tangga, dan
lain-lain. Jenis-jenis pekerjaan serta hasilnya yaitu petani menghasilkan
padi,jagung,dan lain, pengrajin menghasilkan meja, kursi dan kerajinan
lain-lain, peternak menghasilkan telur,daging,dan susu.
1. Pekerjaan yang menghasilkan jasa.
Jenis pekerjaan ini menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kita
membutuhkan pendidikan,layanan kesehatan, layanan transportasi, dan lain-lain.
Jenis-jenis pekerjaan serta jasanya yaitu guru berjasa dalam pendidikan, dokter
berjasa dalam kesehatan, sopir berjasa dalam layanan transportasi. Jenis pekerjaan
lain yang menghasilkan jasa ialah montir,pengacara,polisi tentara, jaksa, hakim,
pegawai negeri,perias pengantin,dan perawat.
(http://syadiashare.com/jenis-jenis-pekerjaan.html diakses pada hari Kamis, 18-10-2014).
Dengan demikian dapat dikatakan jenis pekerjaan adalah segala sesuatu yang
dikerjakan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Jenis pekerjaan yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan tetap yang dimiliki
orangtua responden yang menghasilkan penghasilan tiap bulannya di SMA Negeri
10 Bandar Lampung.
3. Tingkat pendapatan
Untuk menjalankan dan mempertahankan kelangsungan hidup seseorang harus
berusaha dan bekerja. Mereka akan mendapatkan imbalan upah atau imbalan dari
hasil pekerjaannya. Upah yang telah diterimanya tersebut, maka dapat membiyai
hidupnya, dengan demikian akan dapat meneruskan dan mempertahankan
eksistensi kehidupannya.
Pendapatan merupakan hal yang penting dalam mendukung kelangsungan
kehidupan suatu keluarga. Dimana orangtua sebagai fungsi ekonomis dalam
keluarga tersebut akan memenuhi semua kebutuhan demi berlangsungnya hidup
keluarganya tersebut. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin
16
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa barang atau uang yang
diperoleh seseorang dari hasil usaha melakukan pekerjaan. Sumardi (dalam
Hartini, 2010:20), mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil yang diperoleh
responden beserta keluarga yang bersumber dari sektor formal, sektor informal
dalam waktu sebulan yang diukur dengan rupiah, sedangkan menurut
Pringgodigdo (1982:217), pendapatan biasanya berupa sejumlah uang yang
diterima oleh seseorang atau dari anggota keluarga dari hasil jerih payah kerjanya.
Pendapatan berupa uang yaitu dari gaji atau upah yang diperoleh dari pekerjaan
pokok, kerja lembur dan kerja sampingan. Dari usaha sendiri meliputi komisi dan
penjualan dari kerajinan rumah atau pengelolaan usaha. Dari hasil investasi yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kerja pendapatan berupa barang yaitu beras,
transportasi, pengobatan, dan barang produksi hasil konsumsi.Sumardi (dalam
Hartini, 2010:20) membagi pendapatan menjadi tiga macam yaitu:
1. Pendapatan pokok, artinya pendapatan utama dan pokok, yaitu hasil yang
didapat oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan
tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
2. Pendapatan tambahan, yaitu pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur
namun hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan setiap
bulan, dan selalu berusaha untuk mencari tambahan serta usaha yang dapat
menambah penghasilan rumah tangga.
3. Pendapatan keseluruhan, yaitu pendapatan pokok ditambah pendapatan
Berdasarkan data UMP (Upah Minimum Provinsi) Lampung 2013, upah
minimum untuk Provinsi Lampung sebesar Rp1.150.000,00.
(http://lampost.co/berita diakses pada hari senin tanggal 20 mei 2013).
Berdasarkan data dari UMP untuk mengukur tingkat pendapatan orangtua
responden yang diterima setiap bulannya dari pendapatan tetap dan sampingan
maka dapat dibagi menjadi tiga tingkat pendapatan, yaitu:
1. <Rp. 1.150.000,00 = tingkat pendapatan rendah
2. >Rp. 1.150.000,00-3.000.000,00 = tingkat pendapatan sedang
3. > Rp. 3.000.000,00- 6.000.000,00= tingkat pendapatan tinggi
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pendapatan yang dimaksud adalah seluruh
pendapatan orangtua responden yang didapatkan dari pendapatan tetap ataupun
sampingan setiap bulannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan keseluruhan baik dari pendapatan
pokok maupun sampingan orangtua responden dalam setiap bulannya di SMA
Negeri 10 Bandar Lampung.
2.3 Tinjauan Tentang Orang tua
Orangtua adalah hubungan perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara
pasangan suami dan istri yang sah dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia berdasarkan pada Tuhan Yang Maha Esa (Gautama, 2000:47). Orangtua
18
dimana, mereka menjalin kehidupan berkeluarga yang mampu memberikan kasih
sayang dan perhatian serta motivasi yang penuh kepada anak-anaknya dalam
pencapaian keluarga yang bahagia, harmonis dan tentram.
Dapat dikatakan orangtua dalam penelitian ini adalah teladan utama bagi
anak-anaknya. Sehingga baik buruknya seorang anak dapat dilihat dalam kehidupan
sehari-hari tergantung didikan orangtua menjaga, merawat, dan membina anaknya
sampai dewasa.
2.4 Tinjauan Tentang Perilaku
Perilaku adalah segala tindakan yang disebabkan baik karena dorongan
organismenya serta hasrat-hasrat psikologinya maupun karena pengaruh
masyarakat dan kebudayaannya menurut Aryono ( dalam Wahyuni, 2010:21).
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas makhluk hidup (organisme) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyi aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud
perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia-manusia
itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.
Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang
berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini
yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika
seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang
berperilaku. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku
ada yang balik tirai tubuh didalam tubuh manusia.
Menurut Mappierre(1982:132) ada lima pola tingkah laku individu yaitu:
1. Tingkah laku untuk mendapatkan pemuasan kebutuhan agar diterima orang lain meliputi:
a. Berusaha menjadi pusat perhatian
b. Suka menyumbang terhadap kemanusiaan c. Baik hati dan suka membantu
d. Giat bekerja keras dan beramal
2. Tingkah laku untuk mendapatkan pemuasan kebutuhan agar mendapatkan penerimaan dan terhindar dari penolakan orang lain yang meliputi:
a. Suka disiplin b. Suka teliti c. Suka kejujuran d. Suka banyak bicara
3. Tingkah laku yang diarahkan untuk mendapat pemuasan kebutuhan menghindari penolakan orang lain meliputi:
a. Pemalu
b. Penyendiri dan penutup c. Pemalas
d. Pencemas
4. Tingkah laku untuk mendapatkan pemuasan kebutuhan agresif yang bersamaan dengan kebutuhan penerimaan menghindari penolakan orang lain meliputi:
a. Menjadi remaja nakal
b. Suka mencampuri urusan orang lain c. Suka mengeluh
d. Tidak merasakan ketenangan
e. Tingkah yang laku diarahkan untuk memenuhi kebutuhan agresif semata meliputi:
f. Sangat pemarah g. Garang dan kejam
20
Berdasarkan pola dan wujud perilaku diatas menurut Mappiere pola 1 dan 2
digolongkan sebagai wujud perilaku yang tidak baik karena telah menunjukkan
sifat perilaku yang agresif dan pasif. Dari beberapa definisi diatas, dapat
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah reaksi yang
diwujudkan dalam gerak dan sikap yang dapat dilihat secara langsung dan tidak
langsung, baik dari gerakan maupun ucapan.
Menurut Cohen (1995:17), perilaku buruk atau menyimpang merupakan perilaku
yang melanggar kebiasaan-kebiasaan atau keinginan-keinginan bersama di dalam
masyarakat yang telah dilembagakan bersama yang telah diakui secara sah di
dalam suatu sistem sosial. Sedangkan perilaku yang baik atau tidak menyimpang
adalah perilaku yang sesuai dengan aturan normatif dan telah diakui dengan sah di
dalam masyarakat. Perilaku responden yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah:
a. Perilaku baik, seperti tidak melanggar tata tertib peraturan sekolah dan
berprestasi di sekolah.
b. Perilaku tidak baik, seperti melanggar tata tertib peraturan sekolah yaitu
terlambat sekolah, bolos, mencuri, tawuran,berkelahi, mabuk-mabukan, memakai
obat-obatan terlarang dan lain sebagainya.
2.5 Motivasi
Menurut Mc Donsld (Hamalik, 1992:173), motivasi diartikan merupakan suatu
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya efeksi dan
dapat dilihat dari berbagai bentuknya di dalam berbagai kegiatan nyata dalam
mencapai tujuan tertentu. Semakin kuat motivasi seseorang, maka upaya untuk
mencapai nya melalui befrbagai aktivitas yang dilakukan juga semakin kuat.
Artinya, upaya seseorang untuk mencapai tujuannya sebanding dengan motivasi
nya untuk mencapai tujuannya itu.
Hal ini sesuai dengan dikatakan Maslow (1970) bahwa tingkah laku manusia itu
di bangkitkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, yakni kebutuhan fisikologis,
rasa aman, rasa cinta, penghargaan terhadap aktualisasi diri, mengetahui dan
mengerti, dan kebutuhan estetik, semuanya mampu memotivasi tingkah laku
individu. Motivasi jga dapat diartikan yang member alasan, penyebab, atau
pendorong seseorang hingga dia melakukan suatu perbuatan. Motivasi selalu
menuju ke suatu tujuan, dan tujuan itu disebut ensentif (incentive). Jika yang menjadi motif seseorang itu adalah lapar maka insentifnya adalah makanan, dan
jika motifnya harus makan insentifnya adalah minuman, dan sebaginya. Jadi,
istilah motif menunjuk pada beberapa ciri,yaitu:
1. Sebagai pendorong manusia untuk berbuat agar
kebutuhannya dapat dipenuhi,
2. Menuju kesuatu arah tujuan atau insentif yang hendak
dicapai,dan
3. Menseleksi perbuatan perbuatan mana saja yang terlebih
22
2.5.1 Macam-macam Motivasi
1. Dilihat dari bentuk kejutuhan dasarnya
Dilihat dari bentuk kebutuhan dasarnya, Woodworth (1957) membagi motif
menjadi tiga golongan besar, yaitu kebutuhan organik (organic needs), motif darurat (emergencuy motives), dan motif obyektif dan kepentingan (objective motive and interest).
Kebutuhan organik meliputi semua kebutuhan mendasar yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup manusia, seperti lapar- makan, haus–minum, bernafas-udara,
seks–kawin , bekerja dan istirahat.Motif darurat timbul karena adanya kebutuhan
yang segera harus dipenuhi dan tergantung pada keadaan lingkungan. Contohnya,
jika situasinya sekitar memnahayakan seseorang merasa takut maka motif yang
muncul adalah melarikan diri dengan tujuan untuk mendapat rasa aman.
Seseorang ingin bebas tetapi situasinya menghambat maka ia marah dan motif
yang timbul adalah melakukan perlawanan. Jika situasi sekitar merintangi, maka
dengan derajat emosi yang berupa ketetapan hati, muncul motif berusaha dengan
tujuan untuk menguasai. Jika situasinya atau pada awalnya adalah menyerang
yang bertujuan untuk menaklukan, maka keadaan emosinya adalah sangat
menginginkan dan motif yang muncul adalah mengejar kepuasan.
Motif obyektif dan kepentingan merupakan suatu motif hyang mendorong
seseorang ingin berhubungan dengan pihak lain, baik dengan manusia maupun
sudah menjadi kebiasaan. Misalnya, kita berkumpul ngobrol dengan teman-teman
atau mendekati sesuatu yang menarik perhatian kita, sehingga motif tersebut
seolah-olah kita kesampingkan.
2. Dilihat dari Asalnya
Dilihat dari asalnya maka motivasi dapat di golongkan menjadi dua, yaitu
mlotivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut dengan motivasi
intrinsikatau motivasi internal dan motivasi yang berasl dari luar diri seseorang
yang disebut dengan motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal.Motivasi intrinsik
atau motivasi internal adalah motif-motif yang sudah ada di dalam diri seseorang.
Motif-motif tersebut diaktifkan sebagai faktor pendorong untuk melakukan
sesuatu, tidak perlu adanya rangsangan dari luar.
Dalam motivasi intrinsik ini, tujuannya melekat dengan situasi lingkungan sekitar
dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan yang diinginkan. Seseorang
termotivasi untuk melakukan sesuatu karena dia menyadari bahwa mencapai
sesuatu itu adalah sesuai dengan yang diinginkan sendiri, bukan karena berbagai
keinginan yang berasal dari luar, seperti ingin dipuji orang lain, mendapat
penghargaan tinggi, mendapat hadiah, dan lain sebagainya. Seseorang yang
semakin kuat memotivasi intrinsiknya, maka apa yang dilakukannya itu
didasarkan atas kesadaran sendiri, sehingga tindakannya itu semakin kurang
24
Motivasi intrinsik seseorang berhubungan dengan kebutuhannya yang
memunculkan kesadaran untuk melakukan berbagai kegiatan, dank arena itu
minat seseorang terhadap suatu obyek berkaitan dengan keinginan yang ada pada
dirinya. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik yang tinggi cenderung
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih berkualitas karena didasarkan
pada kesadarannya sendiri.
Motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal merupakan kebalikan dari motivasi
intrinsik yang diaktifkan dan berfungsi karena mendapat rangsangan dari luar diri
seseorang. Motivasi ekstrinsik terjadi jika seseorang menempatkan tujuan dari
tindakannya itu berada di luar faktor-faktor yang ada di dalam dirinya, seseorang
melakukan tindakan karena ingin mencapai tujuan-tujuan yang berada di luar apa
yang dilakukannya itu, seperti ingin mendapatkan kehormatan, kekuasaan,
jabatan, prestasi kerja, hadiah, dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik di dalam banyak hal yang diperlukan seseorang untuk dapat
mengaktualisasikan dirinya di dalam berbagai kehidupan sosial. Banyak tindakan
yang dilakukan oleh seseorang yang didasarkan pada motivasi yang berasal dari
luar dirinya itu. Akan tetapi, tidak semua faktor-faktor eksternal tersebut menjadi
dasar dorongan positif seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan oleh
dirinya dan banyak orang lain. Jika motivasi eksternal seseorang mengalahkan
motivasi internalnya, bisa jadi hasil yang diperoleh akan merugikan dirinya
sendiri dan pihak lain. Misalnya, agar seseorang lebih giat dan disiplin dalam
subtansi pekerjaan yang menjadi dasar dorongan seseorang untuk giat dan disiplin
untuk bekerja, tetapi karena akan mendapatkan sejumlah uang.
Sesuai dengan proposisi Homans, bahwa jika penghargaan yang diperoleh itu
bernilai bagi seseorang maka dia akan mengalami kekurangan penghargaan itu
dan akan semakin kehilangan nilainya ketika dia menerimanya sangat serting.
Artinya. Lama kelamaan insentif berupa sejumlah uang itu akan semakin kurang
bernilai baginya, dan jiaka insentifnya itu tidak dinaikkan maka semangat
kerjanya akan kembali menurun. Contoh ini menunjukan bahwa motivasi
ekstrinsik tidak selalu berfungsi positif sebagai faktor pendorong seseorang untuk
melakukan tindakan yang lebih produktif, tetapi dapat menjadikan dia tergantung
pada insentif yang menyertainya itu.
3. Dilihat dari peranan strategisnya
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting di dalam setiap kegiatan yang
dilakukan seseorang. Tidak ada orang yang melakukan kegiaatan untuk mencapai
sesuatu keinginan tanpa memiliki motivasi. Dilihat dari peranan strategisnya,
motivasi dapat menjadi dasar penggerak seseorang dalam melakukan kegiatannya,
motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi esktrinsik, motivasi pujian
(reward) lebih baik daripada hukuman (punishment), motivasi berhubungan erat
dengan kebutuhan seseorang, dan dapat memupuk optimisme dalam
melakukankegiatan, dan dapat melahirkan prestasi kerja
26
1. Seseorang melakukan berbagai tindakan karena ada dasar pendoronganya,
yaitu motivasi.minat seseorang terhadap sesuatu obyek belum sampai pada tataran
motivasi jika belum diwujudkan dalam kegitan nyata minat itu masih berupa
kecenderungan psikologis seseorang yang menyenangi suatu obyek yang menjadi
di dalam motivasi dan dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi.
2. Seseorang yang tindakan nya dilandasi oleh motivasi intrinsik, maka semangat untuk melakukan tindakan itu akan tinggi, dan dengan sendirinya
tindakannya itu sangat sedikit dipengaruhi faktor dari luar. Dia lebih trkonsentrasi
bagai mana tindakan yang dilakukan itu dapat mencapai tujuan sebaik-baiknya,
bukan karena ingin menghormati, dipuji atau disanjung orng lain. Misalnya,
seseorang mahasiswa mengikuti mata kuliah psikologi sosial, bukan didasarkan
oleh dorongan memperoleh nilai yang tinggi, tetapi untuk memperoleh
pengetahuan sebanyak-banyaknya. Sangat logis jika ingin menguasai ilmu
pengetahuan psikologis sosial, maka dengan tanpa disuruh dia akan rajin belajar
dan berusaha dengan sungguh-sungguh, berusaha untuk menyelesaikan
tugas-tugas kuliah yang diberikan dosennya dengan sebaik-baiknya. Konsekuensinya
adalah dia akan mudah menjawab soal-soal yang diberikan dosennya, sehingga
nilai yang diperolehnya akan tinggi. Berbeda jika motivasinya untuk mengikuti
matakuliah psikologi sosial itu semata-mata untuk mendapatkan nilai yang tinggi,
maka motivasi belajar yang datang darinya akan rendah, karena baginya yang
penting bukan mengusai ilmu sebanyak –banyaknya tetapi untuk mendapatkan
nilai yang tinggi, dengan menggunakan berbagai cara bahkan termasuk
3. Motivasi pujian atau penghargaan(reward) lebih baik daripada hukuman (punisment), karena setiap orang akan berusaha untuk menghindari hukuman dan memperoleh penghargaan. Dalama teori pertukaran dinyatakan bahwa seseorang
cenderung melakukan tindakan-tindakan yang dianggap paling menguntungkan
baginya. Artinya, dia akan melakukan kegiatan yang lebih bnyak mendatangkan
imbalan daripada hukuman, yang lebih banyak manfaat bagi dirinya.dalam
interaksi sosial sehari-hari di berbagai tempat dan pada situasi sosial yang tepat,
memberikan pujian, penghargaan atau imbalan akan meningkat semangat orang
dalam melakukan tindakan untuk lebih dapat meningkatkan prestasi kerjanya.
Penjelasan ini bukan berarti bahwa memberi hukuman itu sama sekali tidak
penting.
Kompleksitas interaksi dan situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari, untuk
menciptakan ketertiban, keamanan dan keteraturan sosial selain diperlukan
penghargaan juga diperlukan hukuman. Hanya saja, bentuk yang diberikan lebih
tepat jika lebih bersifat mendidik dari pada yang mengandung unsur kekerasan
baik secara fisik maupun pskologis. Dalam suatau organisasi, hukuman yang
mendidik dapat meningkatkan kesadaran seseorang untuk lebih memahami makna
kesalahan dari tindakan yang dilakukan dan meningkatkan tindakan-tindakan
yang benar guna mencapai tujuan sendri dan tujuan bersama.
4. Jika motivasi itu menunjuk pada yang menjadi alasan, peyebab atau
28
tujuan yang diinginkan, maka dengan jelas bahwa motivasi itu berhubungan erat
dengan kebutuhan seseorang. Kebutuhan seseorang adalah sangat kompleks yang
secara umum dapat digolongkan sebagai kebutuhan biologis, psikologis, sosial,
dan berkebutuhan. Oleh sebab itu, motivasi dari setiap tindaka seseorang akan
selalu diarahkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut.
5. Motivasi dapat menumpuk optimism dalam melakukan kegiatan. Terutama
pada motivasi intrinsik yang mendasari berbagai tindakan dapat membuat
seseorang menjadi lebih yakin terhadap tindakan yang dilakukannya, lebih
bersemangat dalam melakukan kegiatan-kegitannya. Pada situasi ini menunjukan
bahwa kegiatan yang dilakukannya itu tidak sia-sia, bahkan ketika mengalamu
hambatan atau kegagalan baik disadari atau tidak dia akan mengamalkan suatu
prinsip bahwa “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda” .
6. Derajat motivasi seseorang dalam melakukan berbagai tindakan
berpengaruh terhadap prestasi kerjanya. Artinya, tinggi atau rendahnya motivasi
seseorang dapat dijadikan sebagai indicator tinggi atau rendahnya prestasi
kerjanya. Ketika seseorang menyukai suatu obyek tertentu dan dia dengan penuh
kesadaran dan iklas melakukan berbagai tindakan untuk mencapai tujuannya
berkaitan dengan obyek tersebut, maka tingkat keberhasilannya akan lebih tinggi.
Dia akan berusaha untuk lebih giat dengan sungguh-sungguh dan pantang
Contohnya, seperti yang sudah dipaparkan oleh seorang mahasiswa dalam
mengikuti mata kuliah psikologi sosial. Dia menyenangi matakuliah itu dan
dosennya juga mendorong selalu untuk belajar giat dan sungguh-sungguh dengan
memberikan berbagai alasan tentang pentingnya mempelajari psikologi sosial.
Keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan psikologi sosial dan dorongan dari
dosennya dapat membangkitkan semagat belajar seorang mahasiswa tersebut.
Dalam berbagai kesempatan dia akan berusaha membaca buku-buku literatur yang
dianjurkan dan berbagai tulisan lainnya yang berkaitan denagan materi psikologi
sosial . pada suatu situasi tindakannya yang seperti itu, maka sangat wajar jika
dalam waktu singkat lebih dapat mengusai materi pelajaran psikologi sosial, dan
hasil ahirnya akan memuaskan.
4. Dilihat dari jumlah motif yang dimiliki seseorang
Motif yang dimiliki seseorang adalah sebagai alasan, sebab dan pendorong untuk
melakukan kegitan-kegiatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dilihat dari
jumlahnya, motif tersebut ada yang tunggal dan ada yang jamak. Banyaknya
kebutuhan yang dimiliki seseorang agar dapat bertahan hidup dan berkembang
dengan baik, menjadikan banyak tindakan yang dilakukan tidak hanya terdiri dari
satu motif saja tetapi dari banyak motif secara bersama-sama. Semakin dewasa
seseorang, semakin kompleks lingkungannya, dan semakin banyak kebutuhan
yang ingin dicapainya, maka tindakan-tindakan yang dilakukan banyak yang
30
2.5.2 Tingkat Motivasi
a. Tingkat stimulasi belajar
Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu
untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini
mencakup materil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.
b. Tingkat metode belajar
Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang
menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan
mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.
Maka guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media dan model pembelajaran
yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian jelas siswa
akan lebih tumbuh serta berkembang dalam upayanya mencapai tujuan
pembelajaran. Tanpa dibarengi usaha guru yang keras, maka kegiatan belajar
mengajar hanya berlangsung jika guru selalu tatap muka, selebihnya siswa akan
selalu bersikap pasif.
2.6 Tinjauan Tentang anak
Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Anak juga
karena pada dasarnya anak lahir dengan segala kelamahan sehingga tanpa orang
lain anak tidak mungkin dapat mencari taraf kemanusiaan yang normal.
Agustinus (1994:87) mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang
dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan
ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian
terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh
yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Menurut Sobur (1998:150) juga mengartikan anak sebagai orang atau manusia
yang mempunyai pikiran, sikap, dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan
segala keterbatasan. Sedangkan definisi anak menurut Haditono (1992:23) anak
adalah makhluk yang membutuhkan kasih sayang dan keluarga yang memberi
kesempatan kepada anak untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan
bersama.
Menurut Soekanto (1990:123) menyebutkan bahwa anak-anak adalah golongan
penduduk yang berusia antara nol sampai empat belas tahun yang merupakan hasil
keturunan dari orangtua atau melalui adopsi didalam keluarga yang secara
potensial perlu dibina secara terarah.
Dari beberapa pendapat diatas, anak adalah makhluk yang membutuhkan kasih
sayang yang mempunyai pikiran, sikap, dan minat berbeda dengan orang dewasa
32
mempunyai sikap yang membutuhkan kasih sayangdari keluarganya demi
perkembangan Ia untuk kehidupan bersama. Anak dengan kategori usia 15 sampai
18 tahun di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.
2.7 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Motivasi Belajar Anak
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak dalam memberikan
dasar perilku perkembangan sikap dan nilai kehidupan masyarakat. Keluarga juga
merupakan unit-unit sosial ekonomi yang menjadikan perilaku-perilaku sosial
sebagaiagent of changedan peran-peran ekonomi sebagai pelaku ekonomi. Tugas orangtua sebagai mengajarkan kepada anak-anak penguasaan diri, nilai-nilai dan
peran-peran sosial, sehingga ketika anak sudah cukup umur untuk memasuki
lingkungan sekunder diluar keluarganya sudah diarahkan dan dibentuk.
Status sosial ekonomi orangtua terdiri dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
dan jenis pekerjaan orangtua mementukan perilaku anak. Apabila status sosial
ekonomi orangtuanya tinggi, maka perilaku anak cenderung akan
bersenang-senang dan berfoya-foya. Oleh sebab itu perilaku anak yang status sosial
ekonominya tinggi akan bersifat konsumtif atau boros. Menurut Soekanto
(1992:85) keluarga batih mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan seksual yang
sewajarnya.
b. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, memahami, mentaati, dan
c. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan ekonomis.
d. Unit terkecil dalam masyarakat, tempat anggota-anggotanya mendapat
perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.
Dari uraian Soekanto dapat kita simpulkan bahwa keluarga sebagai unit terkecil
dari masyarakat, dan orangtua berfungsi sebagai unit sosial-ekonomi yang secara
materil memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya, apabila orangtua
tidak bisa menjalankan fungsi tersebut secara bijak, maka akan menimbulkan
dampak buruk pada perilaku anak.
Orangtua mempunyai peranan yang sangat besar dalam mendidik anak. Anak
harus dilatih untuk mengembangkan konsep diri yang baik(positif). Lingkungan
keluarga berpengaruh akan pengembangan pribadi anak, meskipun yang lainnya
juga turut menunjang dan sangat berperan sekali.
Walaupun setiap orangtua menginginkan anaknya berperilaku sesuai apa yang
diharapkan, oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan contoh-contoh pada
anak dan menanamkan nilai-nlai positif pada anak sehingga semua bimbingan,
arahan, perhatian, motivasi, serta nilai-nilai yang diajarkan orangtua tertanam
dengan baik. Ukuran keberhasilan penerapan orangtua sebagai pendidik dalam
keluarga dapat dilihat dari perilaku anak.
2.8 Kerangka pikir
Keluarga sebagai sebuah intuisi yang memainkan peranan yang besar dalam
34
individu lain. Keluarga merupakan institusi sosial dari pertama dan utama yang
akan melahirkan satu generasi yang baru dan justru sama dengan generasi
sebelumnya.
Keluarga biasanya terdiri dari ayah ibu dan anak. Dimana ayah dan ibu atau orang
tua menempati kelas-kelas tertentu di masyarakat yang menurut Bossard dan Boll
(dalam Ahmadi, 1991:110) bahwa kelas-kelas sosial dapat dibedakan menjadi tiga
macamupper class,middle class, dan lower class, dan pembagian kelas-kelas ini biasanya berdasarkan status sosial ekonomi yang dimiliki oleh orangtua.
Menurut Marx Weber(dalam Abdulsyani, 2002:89), yang mengatakan bahwa
sebuah kelas terdiri atas orang-orang life chances nya sama, ialah kepentingan ekonomis dalam milik barang-barang dan kesempatan mempunyai penghasilan,
menurut syarat-syarat pasaran barang dan tenaga buruh. Dalam kehidupan
bermasyarakat biasanya selalu terdapat perbedaan status antara orang satu dengan
orang yang lainnya. Ada yang mempunyai status sosial yang tinggi ada status
sosial yang rendah dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kalau dilihat dari
bentuknya seakan-akan status sosial ekonomi itu berlapis-lapis dari atas ke bawah.
Orangtua sebagai fungsi ekonomis untuk memenuhi kebutuhan di dalam
keluarganya. Dalam hal ini, status sosial ekonomi orangtua secara tidak disadari
mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam hal perilaku.
Orangtua yang mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi akan memenuhi
semua kebutuhan anaknya dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan tersiernya.
Hal tersebut yang membedakan antara orangtua yang mempunyai status sosial
Bagi orangtua yang status sosial ekonominya rendah tentunya akan sulit untuk
memenuhi segala kebutuhan anaknya dalam fasilitas belajar maupun dalam segi
hal kebutuhan pokok anak tersebut. Secara tidak disengaja status sosial ekonomi
orang tua tersebut mempengaruhi dalam hal motivasi belajar anak.
Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dalam penelitian ni akan tergambar dalam
skema hubungan antar variabel berikut ini:
Variabel (X) Variabel (Y)
2.9 Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, Motivasi Belajar
Status Sosial Ekonomi OrangTua
1. Tingkat Pendidikan (x1)
36
2010:11). Sehubungan dengan pendapat Arikunto maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Ha = ada pengaruh antara tingkat pendidikan orangtua terhadap motivasi
belajar anak
b. Ha = ada pengaruh antara tingkat pendapatan orangtua terhadap motivasi
belajar anak
c. Ha = ada pengaruh antara jenis pekerjaan orangtua terhadap motivasi
belajar anak
d. Ho = tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikanorangtua terhadap
motivasi belajar u anak
e. Ho = tidak ada pengaruh antara tingkat pendapatan orangtua terhadap
motivasi belajar anak
f. Ho = tidak ada pengaruh antara jenis pekerjaan orangtua terhadap motivasi
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dan
berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yaitu:
1. Cara ilmiah berati kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan
yaitu rasional, empiris dan sistematis
2. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara masuk
akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
3. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera
manusia, sehingga orang lain dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
4. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Penelitian ini tergolong kedalam penelitian deskriptif. Bungin (2010:36)
menjelaskan bahwa penelitian bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau
✂8
Melalui pendekatan kuantitatif sederhana, dengan di bantu tabel tunggal atau tabel
silang. Peneliti menggunakan metode ini karena dalam penelitian ini berkaitan
erat dengan realita sosial perilaku anak yaitu mengukur pengaruh status sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku anak.
3.2 Definisi Konseptual
Status sosial ekonomi orangtua adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga
di tengah kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai
faktor diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan
orangtua responden.
a) Tingkat pendidikan orangtua
Pada dasarnya pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal yang
bertujuan untuk meningkatkan pengalaman, keterampilan dan sikap. Tingkat
pendidikan dapat juga menentukan posisi seseorang dalam masyarakat yang
akhirnya berpengaruh terhadap penghasilan yang diperoleh. Tingkat pendidikan
orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal akhir yang
ditempuh oleh orangtua responden.
b) Jenis pekerjaan orangtua
Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia dengan berbagai tujuan.
Ada yang melakukan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas. Ada yang melakukan
pekerjaan karena membutuhkan pekerjaan tersebut dan ada juga yang melakukan
pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, jenis-jenis