• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAJULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Mei Mei Wilianti Nim : 100902088

Judul : Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

Medan, Juli 2014 PEMBIMBING

NIP. 19630319 199303 1 001 (Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D)

KETUA DAPARTEMEN

NIP. 19710927 199801 2 001 (Hairani Siregar, S.Sos, M.SP)

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRISPSI

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani

Indonesia Terhadap Sosial-Ekonomi Petani Di Desa Damak

Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

MEI MEI WILIANTI 100902088

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Mei Mei Wilianti

NIM : 100902088

Penagruh Program Berkelanjutan Terhadap Sosial Ekonomi Petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Sosial Ekonomi Petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan 113 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah adakah pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program pertanian berkelanjutan terhadappetaninya.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian dan juga bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 434 mitra petani binaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 43 orang mitra binaan. Teknik penarikan sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana.

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment diketahui koefisien korelasi (r_xy) = 0,39 dengan taraf siknifikan 5% (tarap kepercayaan 95%) yaitu 0,301, ternyata lebih besar dari harga t tabel yaitu (0,39>0,301), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan hipotesa (Ha) yang mengatakan “ada pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi petani” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi petani ” tidak dapat diterima (ditolak).

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE

Name: Mei Mei Wilianti

NIM: 100902088

ABSTRACT

Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming

this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming this consists of 6 chapter and 113 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue farming

this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 434 prisoners. The number of samples in this study were 43 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.

From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (r_xy) = 0.39 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.301, was greater than the price of that table t (0.39> 0.301), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic continue farming" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established continue farming Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic continue farming program Indonesia amounted to 9%.

(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 12

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 13

1.3.1 Tujuan Penelitian... 13

1.3.2 Manfaat Penelitian... 13

1.4 Sistematika Penulisan... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pertanian Berkelanjutan ... 15

2.1.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan...15

2.1.2 Aspek-Aspek Pelaksanaan Pertanian Berkelanjutan...19

2.2 Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia ...23

2.2.1 Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan ... 24

2.2.2 Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan ... 26

2.2.3 Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia ... 27

2.3 Sosial Ekonomi ... 27

2.3.1 Produktivitas ... 29

2.3.2 Pendapatan ... 29

2.3.3 Pangan ... 30

(6)

2.3.5 Kesehatan ... 31

2.3.6 Sarana Perumahan ... 31

2.3.7 Rekreasi ... 32

2.4 Kesejahteraan Sosial ... 33

2.5 Kerangka Pemikiran ... 34

2.6 Hipotesis ... 37

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional... 38

2.7.1 Defenisi Konsep ... 38

2.7.2 Defenisi Operasional ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 43

3.2 Lokasi Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 43

3.3.1 Populasi ... 43

3.3.2 Sampel ... 44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5 Teknis Analisis Data ... 45

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Latar Belakang Berdirinya Serikat Petani Indonesia SUMUT ... 47

4.2 VISI dan MISI Serikat Petani Indonesia ... 49

4.3 PROGRAM & KEGIATAN Serikat Petani Indonesia .... 52

4.4 Peran dan Posisi FSPI ... 54

4.4.1 Peran FSPI ... 54

(7)

4.5 Program Kerja SPI ... 56

4.6 Perubahan Setelah Adanya Unitaris ... 57

4.7 Letak dan Kedudukan Serikat Petani Indonesia... 58

4.8 Gambaran Desa Damak Maliho ... 60

4.8.1 Data Demografi ... 61

4.8.2 Sarana dan Prasarana Desa ... 61

a. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 61

b. Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 62

BAB V ANALISA DATA 5.1 Pengantar ... 63

5.2 Identitas responden ... 64

5.2.1 Umur ... 64

5.2.2 Jenis Kelamin ... 65

5.2.3 Agama ... 65

5.2.4 Suku Bangsa ... 66

5.2.5 Pendidikan Terakhir ... 67

5.2.6 Jumlah Anak ... 68

5.2.7 Jenis Tanaman yang Dikembangkan ... 68

5.3 Program Pertanian Berkelanjutan (Variabel X) ... 69

5.3.1 Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan ... 70

5.3.2 Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia Kepada Petani Binaan ... 80

5.3.3 Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia... 82

(8)

5.4.1 Poduktivitas ... 85

5.4.2 Pendapatan ... 87

5.4.3 Kebutuhan Pemenuhan Pangan ... 92

5.4.4 Kondisi Pendidikan Anak ... 98

5.4.5 Kesehatan ... 103

5.4.6 Sarana Perumahan ... 106

5.4.7 Rekreasi ... 108

5.5 Uji Hipotesa ... 108

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 112

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 64

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 66

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 67

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 68

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Tanaman yang Dikembangkan ... 69

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Darimana Mengetahui Pertama Kali Informasi Mengenai Uji Coba Pertanian Organik 70 Tabel 5.8 Berapa Kali Responden Mengikuti Pelaksanaan Sosialisasi Uji Coba Pertanian Organik yang Diadakan Oleh Serikat Petani Indonesia ... 72

Tabel 5.9 Adakah Hambatan yang Dirasakan Responden Dalam Mengikuti Sosialisasi Uji Coba Pertanian Organik ... 73

Tabel 5.10 Apakah Uji Coba Pertanian Organik Telah Berhasil Dalam Hasil Panen ... 75

Tabel 5.11 Kapan Pertama Kali Mengikuti Pelatihan Budidaya Tani ... 76

(10)

Sosialisasi Pelatihan Budidaya Tani yang Diadakan

Oleh Pihak Serikat Petani Indonesia ... 77

Tabel 5.13 Jenis Transport yang Digunakan Untuk Pengangkutan

Hasil Panen ke Pasar ... 81

Tabel 5.14 Seberapa Jauh Keterlibatan Pendamping Pertanian Dalam

Membantu Pengembangan Pengelolaan Pertanian Responden 83

Tabel 5.15 Pertemuan Diskusi oleh Pihak Serikat Petani Indonesia yang

Diikuti Oleh Responden Dalam Membangun Jaringan

Dengan Lembaga Pertanian Lainnya ... 85

Tabel 5.16 Luas Lahan yang Digunakan Responden Dalam Bertani ... 86

Tabel 5.17 Berapa Kali Panen Tanaman Pertanian Responden

Dalam Setahun ... 87

Tabel 5.18 Penghasilan Responden Per Panen Sebelum

Mengikuti Program Pertanian Berkelanjutan ... 88

Tabel 5.19 Penghasilan Responden Setiap Kali Panen Setelah

Mengikuti Program Pertanian Berkelanjutan ... 89

Tabel 5.20 Apakah Ada Sisa Penghasilan Responden Setelah

Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga

(11)

Tabel 5.21 Jumlah Tabungan Responden Setiap Bulannya ... 91

Tabel 5.22 Dimanakah Responden Menyimpan Tabungan ... 92

Tabel 5.23 Berapakali Responden dan Keluarga Rata-rata Makan

Dalam Satu Hari ... 92

Tabel 5.24 Berapakali Rata-rata Dalam Satu Minggu

Responden dan Keluarga Mengkonsumsi Daging ... 93

Tabel 5.25 Berapakali Rata-rata Dalam Satu Minggu

Responden dan Keluarga Mengkonsumsi Ikan Segar ... 94

Tabel 5.26 Berapakali Rata-rata Dalam Satu Minggu Responden

dan Keluarga Mengkonsumsi Telur ... 95

Tabel 5.27 Berapakali Rata-rata Dalam Satu Hari Responden

dan Keluarga Mengkonsumsi Sayur Setiap Kali Makan ... 96

Tabel 5.28 Berapakali Rata-Rata Dalam Satu Minggu Responden

dan Keluarga Mengkonsumsi Susu ... 97

Tabel 5.29 Berapa Jumlah Anak Responden yang Sedang

Bersekolah di SD ... 98

Tabel 5.30 Jumlah Anak Responden yang Bersekolah di SLTP/SMP ... 99

Tabel 5.31 Berapa Jumlah Anak Responden yang

(12)

Tabel 5.32 Berapa Jumlah Anak Responden

yang Bersekolah di Perguruan Tinggi ... 101

Tabel 5.33 Sampai Mana Anak Responden yang Putus Sekolah ... 103

Tabel 5.34 Apabila Responden dan Keluarga Sakit

Apakah yang Dilakukan Responden ... 104

Tabel 5.35 Apabila Ketika Responden dan Keluarga

Sakit Parah dan Harus Rawat Inap

Apakah yang Dilakukan Responden ... 105

Tabel 5.36 Bagaimana Status Kepemilikan Rumah yang Responden Huni .. 106

Tabel 5.37 Bagaimana tipe rumah yang keluarga responden huni ... 107

DAFTAR BAGAN

(13)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatallahhi Wabarokatuh

Bismillahirahmaanirrahim

Puji syukur penulis hantarkan kepada-Mu ya Allah atas selesaikannya penulisan

skripsi ini. Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempurnaan nikmat

dan rahmat-Nya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani

Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang”. Sholawat beriring salam penulis hantarkan kepada Nabi

Besar Muhammad SAW beserta keluarga semoga kita semua diberikan kesehatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan

dan dukungan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi, Ph.D selaku dosen pembimbing penulis yang telah

bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberi dukungan

(14)

4. Teristimewa kepada Bapak dan Mamak tersayang Zuki dan Nuraidah Siregar yang tak

pernah ada habis-habisnya menyemangati saya dalam mengerjakan skripsi ini. Disaat

saya mulai jenus dan hampir berputus saya dalam proses mengerjakan skripsi ini,

beliau selalu menyemangati saya, dan kata-kata beliau yang kerap kali bilang “yang

namanya proses pembelajaran ya begitulah nak, gak ada yang mudah semua butuh

perjuangan, yang perlu mei mei ingat doa mamak sama bapak gak ada habis-habisnya

buat mei mei, SEMANGAT !!!”.

5. Seluruh Staff dan Pegawai di Lembaga Serikat Petani Indonesia. Terimakasih karena

banyak membantu saya menyediakan bahan-bahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan pegawai administrasi

FISP USU.

7. Teristimewa kepada abang ku tersayang Sefti Sandi Irwanda, kakak ku tersayang

Maria Weni serta kedua adikku tersayang Meri Pratiwi dan Sri Dewi yang selalu

menyemangati saya untuk menyelesaikan skripsi saya.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan saya di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Semangat teman-teman kita semua harus bisa menggapai cita-cita kita, jangan

menyerah walaupun banyak kerikil di depan yang harus kita lewati !!!

9. Spesialnya kepada seseorang yang selama ini juga memberikan saya semangat ketika

saya mulai jenuh dalam mengerjakan skripsi ini. Kamu adalah alasan kedua ku setelah

orangtua ku buat tetap berusaha bangkit walau berat dan sulit dalam mengerjakan

skripsi ini. Want be prouded mom and dad and last just for you my amri.

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan hidayah dan limpahkan rahmat dan

karunianya serta membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi.

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang

(15)

Walaikuumsalam warohmatuallhi wabarokatuh

Medan, Maret 2014

Penulis,

(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE

Name: Mei Mei Wilianti

NIM: 100902088

ABSTRACT

Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming

this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming this consists of 6 chapter and 113 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue farming

this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 434 prisoners. The number of samples in this study were 43 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.

From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (r_xy) = 0.39 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.301, was greater than the price of that table t (0.39> 0.301), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic continue farming" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established continue farming Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic continue farming program Indonesia amounted to 9%.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur

pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan

perhatian serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit

hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program

pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor

ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak

menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.

Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat

menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan

kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap

penting dari keseluruhan pembangunan nasional.

Menyaksikan suatu peristiwa krisis pembangunan yang terjadi adalah salah satu

akibat dari sistem kapitalisme. Kapitalisme di Asia Timur yang selama ini dijadikan teladan

keberhasilan pembangunan dan keberhasilan kapitalisme tengah mengalami kebangkrutan.

Krisis terhadap pembangunan yang terjadi pada saat ini pada dasarnya merupakan bagian dari

krisis sejarah dominasi dan eksploitasi manusia atas manusia yang lain. Secara umum

terdapat suatu gejala yang menunjukkan di satu pihak semakin dominasinya paradigma

mainstream yang berakar pada paradigma teori klasik dan modernisasi. Selanjutnya, di pihak

(18)

gerakan sosial secara global, serta bangkitnya masyarakat sipil (civil society) (Fakih, 2001:

199).

Hampir setengah dari populasi dunia adalah petani, baik sebagai petani penggarap di

lahan sendiri atau lahan sewa maupun sebagai buruh tani. Diera teknologi tinggi seperti saat

ini pun, manusia tetap memakan pangan yang dihasilkan para petani. Bahkan keamanan

dunia bergantung pada kehidupan petani dan keberlangsungan pertanian. Pangan bisa

berubah menjadi senjata (food weapon), ketika petani mogok memproduksi pangan, ketika

petani produsen pangan tidak mau mendistribusi pangannya atau ketika negara produsen

pangan tidak mendistribusikan pangannya ke negara yang membutuhkan

(www.spi.or.id/masalah/pertanian diakses pada tanggal 27 april 2014 pukul 22.09 wib )

Menteri pertanian yang menyatakan bahwa 70% masyarakat miskin di Indonesia

adalah petani. Namun hingga Maret 2011 kondisi kehidupan para petani di Indonesia masih

miskin. Dari sensus pertanian terakhir tahun 2003, penduduk yang rentan miskin sebanyak 27

juta jiwa, jumlah tersebut berasal dari petani gurem. Petani gurem ini mengolah tanah

garapannya di bawah 0,5 hektar. Hasil proyeksi Serikat Petani Indonesia pada tahun 2008

juga mencatat jumlah petani gurem di Indonesia berjumlah 15,6 juta jiwa (55,1%). Kondisi

petani ini semakin memprihatinkan karena pertanian di Indonesia secara umum masih

subsiten, kepemilikan lahan yang sempit berdampak kepada pendapatan para petani yang

masih rendah. Disatu sisi petani tidak memiliki sertifikat yang biasa digunakan sebagai

agunan. Dengan kondisi ini menjadikan petani terjebak kepada tengkulak maupun rentenir

yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Meski kondisi tercekik namun itulah

solusinya para petani bisa mendapatkan modalnya. Dalam kondisi seperti ini pemerintah

justru mengeluarkan kebijakan melalui berbagai Undan-undang yang menyimpang dari UUD

1945 pasal 33 dan UUPA 5 tahun 1960. Sebagai contoh UU No.7/2004 tentang Sumber Daya

(19)

mengakibatkan ratusan petani dikriminalkan, Perpres 36/2005 dan revisi Perpres 67/2006

tentang pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan UU No.27/2007 tentang

penanaman modal yang membenarkan pemodal menguasai secara dominan disektor pertanian

pangan dan perkebunan

diakses pada tanggal 04 april 2014 pukul 09.14 wib).

Masalah yang paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal dan pengetahuan bertani yang sangat rendah . Sebagian besar petani mengalami kekurangan modal untuk pertanian dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta gagalnya panen yang telah diolah petani yang menyebabkan

keterpurukan petani di pedesaan. Umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan masalah pertanian di Indonesia. Sudah sejak lama Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat petani. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Berbagai bentuk bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi pupuk, Kredit Usaha Tani (KUT), penyuluhan pertanian dan bantuan-bantuan lainnya. Namun petani Indonesia masih berpendapatan rendah dan masih berfikir belum mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usaha taninya.

Permasalahan pertanian di Indonesia juga dikarenakan masih banyaknya para petani yang menggunakan bahan-bahan kimia seperti jenis pestisida sebagai bahan dasar untuk bertani mereka. Mengingat bahwa pestisida dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, namun dapat pula membahayakan kesehatan manusia, kelestarian sumber daya alam hayati lingkungan hidup.

Para petani Indonesia beranggapan bahwa bahan kimia, pestisida, bibit,

(20)

kimia, pupuk kimia serta penyemprot kimia yang berlebihan dapat menghasilkan produktivitas panen yang banyak dalam kurun waktu singkat akan tetapi bahan-bahan kimia yang mereka gunakan tersebut dapat merusak kualitas tanah dalam jangka waktu yang panjang. Berkurangnya kesuburan tanah adalah salah satu masalah baru yang dapat merugikan para petani serta masyarakat Indonesia. Kurangnya kesuburan tanah menyebabkan hasil panen yang kurang produktif sehingga tingginya tingkat kebutuhan masyarakat tidak sebanding dengan jumlah hasil panen yang menyebabkan tingginya barang-barang impor ke Indonesia.

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintesis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan ‘back to nature’ telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintesis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat yang bergizi tinggi dapat diproduksi metode baru yang dikenal dengan pertanian organik atau pertanian berkelanjutan (Simatupang: http: //petani-indonesia/2002.com diakses pada tanggal 12 maret 2014 pukul 11.06 wib).

(21)

Pertanian masih merupakan sektor strategis bagi Indonesia untuk waktu lima dan sepuluh tahun ke depan. Hal tersebut dikarena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama bagi petani.

Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu pengaruhnya masih sangat besar terhadap pembangunan bangsa. Keselamatan umat manusia sangat ditentukan oleh usaha pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Melindungi dan memenuhi hak-hak petani merupakan suatu keharusan untuk kelangsungan kehidupan itu sendiri. Namun kenyataannya pelanggaran

terhadap hak asasi manusia bagi petani terus berlangsung sejak dahulu hingga saat ini (www.spi.or.id/pembangunan/pertanian diakses pada tanggal 27 januari 2014 pukul

20.34 wib).

Kebijakan pemerintah dalam menanggapi masalah-masalah sosial ekonomi negara Indonesia ialah dengan meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakatnya yang dilakukan melalui pembangunan pertanian. Adapun salah satu kebijakan mendasar yang diperlukan untuk mengatasi masalah dalam pertanian ialah pemerintah mampu meyediakan lahan kosong untuk digarap oleh para petani dengan tujuan untuk menambah pendapatan petani, akan tetapi seringkali kebijakan yang dikeluarkan pemerintah belakangan ini disamping tidak konsisten, juga tidak mencerminkan sence of humanity. Hal ini dapat dilihat dari dampak yang telah terjadi maupun yang bakal muncul terhadap kesejahteraan petani Indonesia dan ketahanan pangan nasional. Jatuhnya harga gabah ditingkat petani memperlihatkan betapa lemahnya antisipasi pemerintah terhadap permasalah yang menyangkut kehidupan para petani. Disamping itu, penerapan pencabutan subsidi pupuk yang dilakukan pemerintah sangat

(22)

Masalah pertanian di Indonesia dari tahun ke tahun tidak banyak berubahnya, masalah yang sama selalu membuat petani Indonesia semakin miskin. Adapun masalah yang dihadapi pertanian Indonesia dari tahun ke tahun ini ialah :

1. Masalah ketersediaan saprodi ( pupuk, benih unggul).

2. Masalah tidak adanya modal usaha.

3. Sempitnya luas lahan milik petani sehingga biaya cost/ musim tanam sangat tinggi.

4. Harga jual produk pertanian sangatlah rendah.

5. Teknologi pasca panen dikalangan petani sangatlah minim sehingga pada saat panen langsung dijual, padahal jika diolah menjadi bahan

olahan harga akan mahal (http://agriculturalproject.html diakses pada tanggal 28 febuari 2014 pukul 11.40 wib).

Mewujudkan kemandirian pangan dalam tatanan perdagangan dunia yang bebas dan adil. Kecukupan pangan merupakan masalah hidup dan matinya suatu bangsa, sehingga kemandirian pangan merupakan prioritas tujuan pembangunan pertanian. Tantangan ke depan yang dihadapi dalam rangka mewujudkan

kemandirian pangan adalah meningkatnya derajat globalisasi perdagangan dunia yang tidak adil. Sebagai anggota WTO, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling patuh menjalankan komitmen untuk mewujudkan perdagangan bebas. Indonesia sejak krisis ekonomi tahun 1998 telah mengurangi seluruh tarif bea masuk komoditi

(23)

sehingga petani indonesia dihadapkan pada persaingan tidak adil dengan petani dari negara-negara lain yang dengan mudah mendapat perlindungan tarif dan non tarif serta subsidi langsung dan tidak langsung dari pemerintahnya

pukul 21.15 wib)

Serbuan impor beberapa komoditas pangan utama meningkat, seperti beras, gula, kedelai, jagung dan daging sapi. Akibatnya komoditas pangan indonesia kalah bersaing dengan komoditas pangan negara lain. Hal ini kalau ini dibiarkan terus, maka keberlanjutan pertanian pangan akan tidak terjamin yang berarti jutaan petani

pangan akan kehilangan mata pencaharian. Indonesia juga menghadapi permasalahan dalam negeri yang berkaitan dengan produksi pangan (http://agribisinis

teknologi.blogspot.com/2012/01/pembangunan-pertanian-berkelanjutan.html diakses pada tanggal 10 maret 2014 pukul 21.45 wib).

Pembangunan dalam pertanian berkelanjutan haruslah dilaksanakan secara integratif dan berkelanjutan, tidak terpisah melainkan holistik. Kemajuan dan

(24)

part time farmer karena kontribusi pendapatannya terhadap pendapatan total rumah tangga relatif kecil menjadikan kelompok tani sangat penting. Peran tersebut terutama dalam memanfaatkan skala ekonomi dan harmonisasi kegiatan serta dalam

menyukseskan program pemerintah mengenai peningkatan produksi padi. Saat ini, intensitas dan kualitas pembinaan terhadap kelompok tani berkurang karena belum jelasnya beberapa status lembaga yang berkaitan dengan pembinaan kelompok tani seperti lembaga penyuluhan. Diduga pelandaian produksi petanian berkaitan dengan melemahnya kekuatan kelompok tani dalam membangkitkan partisipasi masyarakat dalam penerapan teknologi pertanian (Saragih, 2004: 68).

Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu meningkatkan taraf hidupnya yang telah dilaksanakan oleh Serikat Petani Indonesia di berbagai pedesaan. Salah satu program yang dilakukan oleh Serikat Petani Indonesia secara terintegrasi adalah program Pertanian Berkelanjutan.

(25)

Di Indonesia dikenal ada 4 (empat) sistem pertanian yang berbeda baik tingkat

efisiensi teknologi maupun tanaman yang diusahakan. Keempat sistem itu adalah :

1. Sistem ladang merupakan yang paling belum berkembang, suatu peralihan dari tahap

pengumpul ke tahap penanam. Pengolahan tanah minimum sekali, produktivitas

berdasarkan pada lapisan humus yang terbentuk dari sistem hutan. Sistem ini hanya

akan bertahan di daerah yang berpenduduk jarang, dan sumber tanah tak terbatas.

Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, baik padi, jagung maupun

umbi-umbian.

2. Sistem tegal pekarangan berkembang di tanah-tanah kering, yang jauh dari

sumber-sumber air, yang sinambung. Sistem ini diusahakan setelah menetap lama, tetapi

tingkatan pengusahaan juga rendah; untuk tegal umumnya tenaga kurang intensif dan

pada keduanya tenaga hewan jarang digunakan. Tanaman-tanaman yang diusahakan

terutama tanaman –tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.

3. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan

tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga

kesuburan tanah dapat dipertahankan.Ini dicapai dengan sistem pengairan yang

sinambung dan drainase yang lambat. Sawah merupakan potensi besar untuk produksi

pangan, baik padi maupun palawija; di beberapa daerah tanaman tebu dan tembakau

sangat bergantung padanya.

4. Sistem perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang

dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan Negara berkembang

karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet,

kopi, teh dan coklat yang merupakan hasi utama. Dalam taraf tertentu,

pengelolaannya merupakan yang terbaik. Akan tetapi dibandingkan dengan kemajuan

(26)

pukul 13.09 wib)

Pandangan bahwa ketertinggalan disegi ekonomi dan teknologi telah menyebabkan

kemiskinan terutama di daerah pedesaan yang relatif lebih tertinggal dari daerah perkotaan

yang lebih mendapatkan manfaat pembangunan. Lembaga Serikat Petani Indonesia bergerak

mendampingi komunitas pedesaan dengan memilih teknologi tepat sebagai pintu masuk

dengan misi menegakkan keadilan dan kemakmuran masyarakat pedesaan. Teknologi tepat

menjadi salah satu pilihan lembaga Serikat Petani Indonesia selain bentuk-bentuk kegiatan

ekonomi yang lazim dikenal dengan sebutan program peningkatan pendapatan yang

merupakan bagian dari Pertanian Berkelanjutan.

Serikat petani Indonesia merupakan organisasi gerakan petani kecil, buruh tani,

masyarakat adat petani, serta pemuda-pemudi yang berkeinginan kuat menjadi petani. Serikat

petani SUMUT saat ini tersebar di 11 kabupaten, yaitu : Medan, Deli Serdang, Langkat,

Karo, Asahan, Simalungun, Padang Lawas, Samosir, Batu Bara, Tapanuli Tengah dan

Labuhan Batu.

Program Pertanian Berkelanjutan ini dilakukan di desa Damak Maliho Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang yang sebahagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani. Adapun program ini ialah berisi kegiatan yang sifatnya sebagai

fasilitasi yang lebih ditekankan dalam bentuk peningkatan keterampilan teknis, manajemen

dan informasi. Tujuan program ini ialah memberikan bantuan untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat dampingan, sebagai entry point untuk menggalang massa atau media

dialog dalam rangka menemukan tema-tema generatif dan politis dan juga sebagai pencarian

dan penemu pola-pola pertanian atau penanganan pasca panen yang benar-benar dapat

(27)

Petani di desa Damak Maliho ini sering kali mengalami kegagalan panen yang

dikarenakan berbagai faktor, diantaranya yaitu faktor cuaca, kurangnya modal, dan

pengetahuan yang sangat sedikit mengenai budidaya tani. Oleh karena itu hadirnya lembaga

Serikat Petani Indonesia melalui programnya yaitu Pertanian Berkelanjutan di desa Damak

Maliho ini sebagai wadah menambah ilmu mengenai pertanian bagi para petaninya mulai dari

memilih bibit yang baik sampai pada pasca panen, dan semua indikator yang digunakan oleh

petani di desa ini dalam bercocok tanam ialah menggunakan bahan-bahan organik, dimana

program Pertanian Berkelanjutan ini yang bertujuan untuk peningkatan sosial ekonomi petani

ini dibagi atas dua bidang yaitu :

a. Bidang Marketing yaitu upaya untuk membantu memasarkan hasil panen petani.

b. Bidang Pertanian yaitu upaya untuk meningkatkan sosial ekonomi petani dengan

berfokus pada masalah yang berhubungan dengan pertanian. Contoh kebijakan

revolusi hijau.

Lembaga Serikat Petani Indonesia dengan program Pertanian Berkelanjutannya

dilaksanakan di desa Damak Maliho dengan tujuan utama yaitu sebagai pendukung dan

membantu masyarakat petani dalam mengelolah lahan pertanian dengan baik dan mengalami

perubahan kearah yang lebih baik lagi serta dapat meningkatkan hasil produksi pertanian

dengan peningkatan yang maksimal sehingga para petani merasakan dampak yang positif atas

program pertanian berkelanjutan tersebut. Perubahan yang diharapkan atas program pertanian

berkelanjutan ini ialah peningkatan pada kehidupan sosial ekonomi petaninya yaitu

perubahan pada pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan serta kondisi sosialnya yang

berujung pada kesejahteraan masyarakat petaninya.

Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah maupun non

pemerintah yang bertujuan utuk mensejahterakan masyarakat petani dengan cara memberikan

(28)

kenyataanya dari beberapa program pemerintah maupun non pemerintah yang telah

dilaksanakan tidak dapat memecahkan masalah para petani atau dengan kata lain program

tersebut tidak tepat sasaran, karena program yang ada hanya diberikan dalam bentuk dana

atau dalam bentuk material seperti bibit dan pupuk. Akan tetapi program tersebut tidak

memberikan bimbingan atau arah mengenai cara bertani yang baik.

Permasalahan ini yang menjadi latar belakang penulis sangat tertarik untuk membuat

penelitian mengenai “Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan oleh Serikat Petani

Indonesia terhadap Sosial Ekonomi Petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang, maka

penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah ada pengaruh program

pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat petani di desa Damak Maliho

kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang ?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh program Pertanian Berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat petani di

(29)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan terhadap para pengambil kebijakan dan

pihak-pihak yang berkepentingan yang berkaitan dengan masalah kelompok tani dalam

rangka pembinaan dan pengembangan kelompok tani di pedesaan.

1. Sebagai bahan pengembangan konsep-konsep serta teori-teori yang berkenaan

dengan kelompok tani.

2. Semoga dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan sebagai

bahan referensi, khususnya bagi kelompok Serikat Petani Indonesia di desa

Damak Maliho kecamatan Bangun Purba kabupaten Deli Serdang guna

meningkatkan program Pertanian Berkelanjutan.

3. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan mahasiswa atau pembaca

lainnya dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sebagai sumber bacaan.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan

masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi

konsep dan defenisi operasional

(30)

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis

data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat Lembaga Serikat Petani Indonesia.

Selanjutnya berisikan gambaran umum lokasi penelitian dan data-data

lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pertanian Berkelanjutan

2.1.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan

Pertanian ialah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agro

industri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Usaha pertanian

memilki dua ciri penting, yaitu :

1. selalu melibatkan barang dalam volume besar.

2. proses produksi memilki risiko yang relatif tinggi.

Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau

beberapa tahapannya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu

dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga,

hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini akan tetapi sebahagian besar usaha

pertanian dunia masih tetap demikian ( Susanto, 2002: 1).

Pembangunan berkelanjutan bukan hanya sebagai transformasi progresif terhadap

struktur sosial dan politik. Pembangunan pertanian berkelanjutan juga untuk meningkatkan

kapasitas masyarakat dalam memenuhi kepentingan saat ini tanpa mengorbankan

kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kepentingan masyarakat pada masa saat ini

(Supardi, 2003: 204).

Pertanian berkelanjutan ialah sebagai sebuah sistem yang terintegrasi antara praktek

produksi tanaman dan hewan dalam sebuah lokasi dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Brundtland, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan untuk

memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang

untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan

(32)

Kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati adalah kebutuhan paling esensial yang meliputi

udara, air dan pangan yang harus tersedia dalam jumlah dan kualitas memadai untuk dapat

hidup sehat. Sedangkan kebutuhan untuk kehidupan manusiawi mempunyai arti untuk

menaikkan martabat dan status sosial manusia (Supardi, 2003: 205).

Menurut SAREP (1998), pertanian berkelanjutan adalah suatu pendekatan sistem

yang memahami keberlanjutan secara mutlak. Sistem ini memahaminya dari sudut pandang

yang luas, dari sudut pertanian individual, kepada ekosistem lokal, dan masyarakat yang

dipengaruhi oleh sistem pertanian, baik lokal maupun global. Mary V. Gold.1999

menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) memadukan tiga tujuan

yang meliputi: pengamanan lingkungan, pertanian yang menguntungkan dan kesejahteraan

masyarakat petani. Tujuan-tujuan tersebut telah didefinisikan secara beragam oleh berbagai

disiplin, tetapi kata kuncinya adalah: manfaat atau keuntungannya bagi petani dan konsumen.

Francis dan Youngberg (1990) memberikan batasan bahwa pertanian berkelanjutan adalah

suatu filosofi yang berbasis pada tujuan-tujuan manusia dan atas pemahaman terhadap

dampak jangka panjang dari aktivitas-aktivitas kita atas lingkungan dan spesies-spesies

lainnya. Sistem ini menekan degradasi lingkungan, memelihara produktivitas pertanian,

meningkatkan kelayakan ekonomi, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta

memelihara kemantaban komunitas dan mutu hidup (Mardikanto, 2009: 21-22).

Sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa

kriteria, antara lain:

1. Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumberdaya alam dan vitalitas

keseluruhan agro ekosistem dipertahankan atau mulai dari kehidupan manusia,

tanaman dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai

apabila tanah terkelola dengan baik, kesehatan tanah dan tanaman ditingkatkan,

(33)

biologi. Sumberdaya lokal dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan

kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, dan menghindarkan

terjadinya polusi. Serta berfokus pada pemanfaatan sumberdaya.

2. Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang

cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri/pendapatan, dan cukup memperoleh

pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut

ukuran ekonomi tidak hanya diukur langsung berdasarkan hasil usaha taninya, tetapi

juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko

yang terjadi terhadap lingkungan.

3. Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumberdaya dan tenaga tersebar sedemikian

rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi, demikian

juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan lahan,

memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan memasarkan hasil. Semua orang

mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam menentukan kebijakan, baik

di lapangan maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.

4. Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk

kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) prinsip dasar semua bentuk kehidupan

adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah

kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan saling membantu. Integritas

budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan.

5. Dapat dengan mudah diadaptasi, berarti masyarakat pedesaan atau petani yang

mampu dalam menyesuaikan dengan perubahan kondisi usahatani: pertambahan

penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan

masalah perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial

(34)

Pertanian berkelanjutan adalah gerakan pertanian menggunakan prinsip ekologi, studi

hubungan antara organisme dan lingkungannya. Pertanian berkelanjutan telah didefinisikan

sebagai sebuah sistem terintegrasi antara praktek produksi tanaman dan hewan dalam sebuah

lokasi dan dalam jangka panjang memiliki fungsi sebagai berikut: Memenuhi kebutuhan

pangan dan serat manusia, meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam

berdasarkan kebutuhan ekonomi pertanian. Menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan

secara efisien, menggunakan sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terintegrasi,

dan memanfaatkan pengendalian dan siklus biologis jika memungkinkan, meningkatkan

kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan. Namun tahap menuju pertanian

berkelanjutan seringkali dipandang sebagai sebuah tahapan dan bukan sebagai akhir.

Beberapa menganggap bahwa pertanian berkelanjutan yang sebenarnya adalah yang

berkelanjutan secara ekonomi yang dicapai dengan penggunaan energi yang lebih sedikit,

jejak ekologi yang minimal, barang berkemasan yang lebih sedikit, pembelian lokal yang

meluas dengan rantai pasokan pangan singkat, bahan pangan terproses yang lebih sedikit

pukul 21.16 wib).

2.1.2 Aspek-Aspek Pelaksanaan Pertanian Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan,

yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia

(people), keberlanjutan ekologi alam (planet). Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi

sehingga ketiganya harus diperhatikan secara berimbang. Ketiganya yaitu :

1. Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat

diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis

(35)

tingkat efisiensi, dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah (termasuk

laba), dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan

kebutuhan ekonomi (material) manusia baik untuk generasi sekarang maupun

generasi mendatang.

2. Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan

kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis

(termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal

sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan

kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial

politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu

dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.

3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam

yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini

ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis (sumber daya genetik),

sumberdaya tanah, air dan agro klimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan.

Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur (resilience) dan dinamika ekosistem

untuk beradaptasi terhadap perubahan, bukan pada konservasi suatu kondisi ideal

statis yang mustahil dapat diwujudkan (AhmadSuryana:http://Pembangunan/Pertanian

Berkelanjutan/Andalan/Pembangunan/Nasional.com diakses pada tanggal 10 maret

2014 pukul 21.15 wib).

Sistem pertanian berkelanjutan juga berisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikan

pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga aspek, sebagai berikut:

1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh

menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan adalah indikator adanya

(36)

2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu

pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka

pendek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar

sistem ekologi.

3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras

dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan dijunjung tinggi oleh

masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan

peternakan ayam di pekarangan milik sendiri. Mungkin secara ekonomis dan ekologis

menjanjikan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat

memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran

ayam. Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem

pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk

dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial

pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas

(Salikin, 2003: 6-7).

Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan yaitu :

1. Kelayakan ekonomis (economic viability).

2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly).

3. Diterima secara sosial (Social just).

4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate).

5. Pendekatan sistem holistik (system and hollisticc approach) (Salikin, 2003: 8).

Cara dan tujuan di dalam peningkatan produksi tanaman pertanian ada tiga macam

yaitu sebagai berikut :

1. Perluasan areal (ekstensifikasi).

(37)

3. Penganekaragaman komoditi (diversifikasi) (Soetriono, Suwandari, Rijanto, 2006:

65).

Disamping ketiga faktor tersebut, ada suatu cara penunjang untuk peningkatan

produksi pertanian, yakni panca usaha tani yang berarti lima usaha tani. Panca usaha tani

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Penggunaan bibit varietas unggul. Ciri-ciri suatu bibit varietas unggul antara lain:

berproduksi tinggi, tahan hama dan penyakit, berkualitas baik, beradaptasi tinggi

terhadap lingkungan.

2. Mengusahakan kultur teknik merupakan cara bercocok tanam yang baik, sebab

varietas akan menyesuaikan diri terhadap tanah serta iklim. Cara bercocok tanam

tersebut misalnya umur bibit yang akan dipindahkan ke tempat lapang, jarak tanam,

pemangkasan, dan lain-lain.

3. Proteksi tanaman merupakan suatu cara pencegahan terhadap serangan hama dan

penyakit. Untuk itu diperlukan adanya perawatan secara seksama dan teliti agar tidak

mengakibatkan kegagalan. Sebagai upaya pencegahan, pada umumnya, digunakan

obat-obatan pestisida.

4. Penggunaan pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Dengan pemberian pupuk

yang cocok, tanaman akan tumbuh baik dan subur. Apabila kekurangan pupuk,

tanaman bisa tumbuh terlambat dan kurus. Akan tetapi, ada pula pemberian pupuk

yang berlebihan menjadikan hasil panen menjadi menurun. Hal tersebut merupakan

pemborosan di samping juga merangsang adanya perubahan fisiologis tanaman.

5. Pengairan kebutuhan air sangat mutlak bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

pertanian. Seperti pemberian pupuk, pemberian air yang berlebihan bisa mematikan

tanman. Air yang menggenang menyebabkan sirkulasi udara tidak berjalan lancar dan

(38)

penulis mengambil beberapa faktor yang akan penulis jadikan indikator dalam

pelaksanaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo

yaitu: lahan pertanian; sarana produksi (saprodi) seperti pupuk, bibit, danpestisida;

sarana prasarana pertanian seperti alat mesin pertanian (alsintan)dan irigasi; program

penyuluhan pertanian; dan kelembagaan pertanian (Soetriono, Suwandari, Rijanto,

2006: 65-69).

2.2 Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia

Program Pertanian Berkelanjutan pertama kali dilaksanakan pada warga petani binaan

Serikat Petani Indonesia di Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kecamatan Medan Johor tepatnya

berada di Jalan Eka Rosa sejak tahun 2007, dan ternyata program yang baru bergerak selama

satu tahun ini sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar kelurahan. Dengan

adanya program Pertanian Berkelanjutan ini perekonomian keluarga warga binaan

mengalami peningkatan, karena manfaat yang dirasakan tersebut maka program ini

mengalami perkembangan hingga pada warga petani binaan di desa Damak Maliho

Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang dan program Pertanian Berkelanjutan ini

masih diterapkan hingga saat ini

10.18 wib).

Pelaksanaan pertanian berkelanjutan oleh Serikat Petani Indonesia bersumber dari

tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam

untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Oleh karena itu, Serikat

Petani Indonesia mengistilahkan Pertanian Berkelanjutan berbasis keluarga petani, untuk

membedakannya dengan konsep pertanian organik berbasis agribisnis. Pertanian

berkelanjutan merupakan tulang punggung bagi terwujudnya kedaulatan pangan. Peran

(39)

berkelanjutan ini ialah sebagai pelatih, marketing maupun sebagai fasilitator yang bertujuan

untuk mensejahterakan masyarakat petani Indonesia yang diukur dari sosial ekonomi

masyarakat petaniny

Dalam penerapan Program Pertanian Berkelanjutan, Serikat Petani Indonesia telah

memiliki program rutin yang dikelola oleh basis di desa Damak Maliho ini. Adapun kegiatan

rutin Serikat Petani Indonesia di desa Damak Maliho untuk setiap basis petani ialah :

1. Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan

2. Pengelolaan marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan

3. Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia

januari 2014 pukul 15.10 wib).

2.2.1 Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan

Pelatihan merupakan salah satu kegiatan penyuluhan dalam rangka memberdayakan

masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani

sebagai sasaran penyuluhan pertanian. Keberadaan petani yang memiliki sikap, ketrampilan

dan pengetahuan yang memadai dalam bidang pertanian, diharapkan dapat mendukung dan

berperan serta dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu pelatihan petani perlu

dilaksanakan dan dikembangkan dengan memperhatikan faktor efisiensi, efektivitas dan

relevansi

mei 2014 pukul 08.11 wib).

Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia merupakan keterlibatan Lembaga Serikat

Petani Indonesia untuk melakukan pelatihan agar terwujud perubahan yang lebih baik sesuai

dengan yang diharapkan dari hasil panen sebelum mendapatkan pelatihan. Adapun bentuk

pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia ialah :

(40)

Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia, mengatakan pengembangan

pupuk organik merupakan salah satu bagian upaya Serikat Petani Indonesia untuk

membangun pola pertanian berkelanjutan dan pertanian organik. “Serikat Petani

Indonesia akan terus mengembangkan pupuk organik sebagai salah satu upaya untuk

melepaskan ketergantungan petani dari pupuk kimia dan memperkuat pola pertanian

berkelanjutan,” katanya. Adapun pengembangan pupuk Bokhasi yang diarahkan

untuk tanaman padi, menurutnya, dapat membantu petani mengurangi beban

produksi, terlebih harga pupuk kimia yang semakin melambung saat ini. Padi dipilih

karena komoditas tersebut saat ini menjadi salah satu komoditas pertanian yang paling

krusial di Indonesia menyusul keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras

dari Thailand dan Vietnam. Pupuk Bokhasi dapat membantu para petani untuk

menggenjot hasil produksinya dengan kualitas yang lebih baik,” ujar Henry. Selain

pengembangan pupuk organik, tambahnya, Serikat Petani Indonesia juga masih terus

mengembangkan ‘pusat perbenihan’ di areal Pusdiklat Bogor yang saat ini sudah

memiliki hampir seluruh bibit jenis tanaman pertanian di Indonesia, khususnya 50

jenis tanaman unggulan, termasuk padi. Pusat perbenihan itu sendiri berfungsi untuk

melakukan konservasi bibit dan memproduksi bibit-bibit unggulan yang dapat

dipasok oleh para petani, khususnya ratusan ribu petani anggota Serikat Petani

Indonesia di seluruh tanah air.

b. Pelatihan budidaya tani.

Metode ini intinya adalah teknik budidaya tanaman yang mampu meningkatkan

produktivitas tanpa menghancurkan kualitas tanah. Setidaknya ada empat rekayasa

(41)

teratur, pemupukan yang tepat menggunakan kompos dan pupuk hijau, serta

pemeliharaan yang telaten dan teratur. ”Kotoran sapi dan daun busuk punya unsur

hara tinggi. Selama ini ada anggapan salah di kalangan petani. Petani Indonesia

menganggap kalau mau panen banyak, harus mengutamakan kesuburan tanamannya.

Padahal, yang terpenting adalah tanah. Kalau tanah subur, ditanami apa saja pasti

tumbuh dengan baik (www.spi.or.id diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 14.14

wib).

2.2.2 Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan

Tujuan Serikat Petani Indonesia menggunakan metode marketing sebagai salah satu

bentuk dari program pertanian berkelanjutan ialah sebagai cara untuk memasarkan hasil

panen petani secara langsung ke pasar guna menghindari keberadaan tengkulak yang dapat

merugikan pendapatan petani. Adapun bentuk marketing dalam program pertanian

berkelanjutan ini ialah pemasaran hasil tani yaitu memasarkan secara langsung hasil panen

petani ke pasar dengan harga yang efesien (tidak merugikan petani), serta melibatkankan

petani dalam proses pemasaran

14.06 wib)

2.2.3 Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia

Peran fasilitator anggota Serikat Petani Indonesia di setiap basis ialah memfasilitasi

segala bentuk yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi petani terhadap pihak yang

terkait baik itu pihak pemerintah maupun non pemerintah. Adapun metode fasilitator dalam

(42)

a. Membangun jaringan dengan lembaga-lembaga pertanian lainnya.

b. Menyediakan informasi tentang benih dan teknologi budidaya tani

c. Fasilitas diskusi tentang pertanian

pukul 14.16 wib).

2.3 Sosial Ekonomi

Kata sosial menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan

dengan masyarakat. Kegiatan sosial tidak terlepas dari tindakan-tindakan sosial dan interaksi

sosial, tindakan sosial adalah hal-hal yang dilakukan individu atau kelompok. Interaksi

adalah proses dimana individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok

dengan kelompok yang satu dengan yang lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial_Ekonomi

diakses pada tanggal 18 febuari 2014 pukul 21.16 wib).

Melly G.Tan dalam Gunawan, Muktar mengatakan untuk melihat kedudukan sosial

ekonomi adalah dengan melihat pekerjaan, penghasilan dan pendididkan seseorang.

Berdasarkan hal ini masyarakat dapat digolongkan ke dalam kedudukan sosial ekonomi

rendah, sedang dan tinggi yaitu dengan :

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima

pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal

mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan harga cukup untuk

memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi

kebutuhan pokok juga dari pendapatan itu dapat ditabungkan untuk kebutuhan lain

(43)

Penggunaan tolok ukur ekonomi pada awalnya didasari dari pandangan para ekonom

yang melihat realitas perbedaan tingkat pendapatan masyarakat yang mencolok di

negara-negara maju (develop) dengan negara-negara-negara-negara miskin/tertinggal (lessdeveloped). Pertumbuhan

ekonomi telah dijadikan prioritas utama, sehingga pembangunan sering kali dikonotasikan

dengan ekonomi. Selanjutnya kalau orang menggunakan kata pembangunan tanpa diikuti

dengan kata lain di belakangnya, maka akan selalu diinterprestasikan sebagai pembangunan

ekonomi (Soetomo dalam Gunawan, 2010: 9).

Interprestasi pengertian pembangunan tersebut dipandang Migley (dalam Gunawan,

2010: 9) sebagai konsep pembangunan telah terdistorsi. Artinya, keberhasilan pembangunan

dapat dipahami sebagai kemajuan ekonomi. Berbagai kata yang mengikuti istilah

pembangunan, tentunya akan berkaitan dengan tolok ukur yang digunakan untuk melihat

kondisi.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tolok ukur peningkatan

sosial ekonomi dapat dilihat dari kondisi pendapatan, pangan, pendidikan maupun kesehatan.

Keberhasilan dalam pembangun ialah apabila masyarakatnya sudah mengalami peningkatan

ekonomi setiap tahunnya sesuai dengan kebutuhannya. Adapun tolok ukur tersebut secara

rincinya ialah :

1. Produktivitas

2. Pendapatan

3. Kebutuhan pemenuhan pangan

4. Kondisi pendidikan anak

5. Sarana perumahan

6. Rekreasi

(44)

2.3.1 Produktivitas

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja dan teknis operasional,

secara filosofis, Produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu

berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari

kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap

mental yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas dan akan

terus meningkatkan kemampuan kerjany

2.3.2 Pendapatan

Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman (2002: 234) bahwa pendapatan

adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian

kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi

barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas

yang sedang berlangsung”

diakses pada

tanggal 14 april 2014 pukul 15.22 wib). Pendapatan oleh program pertanian berkelanjutan ini

diukur dengan :

a. Pendapatan petani setiap bulannya dari hasil panen.

b. Kemampuan petani menabung setiap bulannya.

c. Dimana petani menyimpan tabungannya

2014 pukul 15.39 wib).

(45)

Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 ialah

segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah, yang diperuntukkan

sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Adapun yang termasuk ke dalam

bentuk pangan ialah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman

dikonsumsi petani dan keluarganya diukur dengan indikator :

a. Jenis makanan yang dikonsumsi petani dan keluarga setiap harinya.

b. Kualitas gizi makanan yang dikonsumsi petani dan keluarga setiap harinya.

2.3.4 Pendidikan

Pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik seacra aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memilki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi

pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat. Orangtua

berkewajiban dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. Pendidikan sangat

berpengaruh terhadap pola pikir dan prilaku seorang individu. Adapun yang menjadi

indikator suatu pendidikan ialah :

a. Pendidikan formal

b. Pendidikan non formal (raflengerungan.wordpress.com diakses pada tanggal 14

april 2014 pukul 19.11 wib).

(46)

Menurut WHO kesehatan ialah suatu keadaan sejahtera dari badan jiwa, dan sosial

yag memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya

kesehatan juga merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan

hanya ketiadaan penyakit kelemahan. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi tiga aspek, antara

lain :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit.

2. Tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.

3. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan

kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan. Adapun yang

menjadi indikator dalam pemenuhan kesehatan yaitu :

a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan.

b. Kemampuan untuk berobat ke dokter.

c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan spritual

diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 20.17 wib).

2.3.6 Sarana Perumahan

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat

merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan. Berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal

atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.

Pemukiman dapat diartikan juga sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala

unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman dapat

terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai

(47)

wib).

2.3.7 Rekreasi

Rekreasi, dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti membuat ulang,

adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal

ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang di samping bekerja. Kegiatan yang

umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, bermain, dan hobi. Kegiatan

rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Rekreasi merupakan aktivitas yang dilakukan

oleh orang-orang secara sengaja sebagai kesenangan atau untuk kepuasan, umumnya dalam

waktu senggang. Rekreasi memiliki banyak bentuk aktivitas di mana pun tergantung pada

pilihan individual. Beberapa rekreasi bersifat pasif seperti menonton televisi atau aktif seperti

olahraga.

Rekreasi telah menjadi unsur penting dalam kehidupan modern. Pendapatan, kondisi

pekerjaan dan perkembangan transportasi yang semakin baik telah memberi orang lebih

banyak uang, waktu dan pergerakan yang lebih tinggi untuk melakukan rekreasi. Pada saat

ini, rekreasi telah menjadi industri besar. Rekreasi umumnya berdampak pada rasa senang

tingkat kesehatan fisik dan mental manusi

pada tanggal 14 april 2014 pukul 22.09 wib).

2.4 Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang Undang No.11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial ialah terpenuhinya

kebutuhan materil, spritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsinya. Menurut Arthur (dalam

Nurdin 2002: 28), mengemukakan kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang usaha manusia,

(48)

meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan

anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan

hubungan sosial.

Dalam buku PBB I berjudul Report on International and Measurement of Standar

and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 10 jenis komponen yang harus digunakan

sebagai dasar untuk memperkirakan manusia, meliputi :

1. Kesehatan

2. Makanan dan gizi

3. Kondisi pekerjaan

4. Situasi kesempatan kerja

5. Konsumsi

6. Pengangkutan

7. Perumahan

8. Sandang

9. Rekreasi dan hiburan

10.Jaminan sosial

Pada perkembangan selanjutnya, PBB kembali membahasnya melalui pendekatan

konsumsi. Pada tahap ini PBB mendiskusikannya dengan berbagai badan khusus, seperti

ILO, WHO, FAO, UNESCO. Hasilnya dirumuskan adanya beberapa jenis komponen yang

harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi :

1. Konsumsi

2. Kesehatan bahan makanan dan gizi

3. Pendidikan

4. Kesempatan kerja dan kondisi pekerjaan

(49)

6. Sandang

7. Rekreasi

8. Jaminan sosial

pada tanggal 11 april 2014 pukul 22.29 wib).

Proses yang terjadi dalam pembangunan kesejahteraan sosial juga dapat dipahami dari

suatu kondisi yang paling buruk sampai pada kondisi yang ideal. Menurut Soetomo (dalam

Gunawan 2010: 10) perubahan dari realita yang disebut masalah sosial yang merupakan

kondisi yang tidak diharapkan (illfare), menuju kondisi masyarakat yang disebut ideal yang

biasa disebut wellfare. Dalam praktek kehidupan masyarakat, kondisi wellfare tidak pernah

menjadi realitas sehingga lebih tepat disebut idealisme. Tolok ukur terhadap hasil yang

dicapai dalam pembangunan juga dikemukakan oleh Migley (dalam Gunawan 2010: 10), bagi

sebagian orang, pembangunan berkonotasi sebagai sebuah proses perubahan ekonomi yang

dibawa oleh proses perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses industrialisasi.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang

berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah

tanaman ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki kesuburan dan struktur

tanah. Melaksanakan pertanian organik diperlukan peningkatan pengetahuan melalui jalur

pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan tanah dan perlindungan tanaman secara organik,

yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai materi penyuluhan pertanian.

Dengan adanya program Pertanian Berkelanjutan ini para petani yang dibawah binaan

Lembaga Serikat Petani Indonesia masih terus merintis kegiatan-kegiatan rutin yaitu berupa

pendampingan pertanian kepada kelompok tani, mengadakan diskusi di tingkat Paguyuban,

(50)

memfasilitasi para petani untuk mendapatkan dukungan program dari pemerintah,

mengadakan ujicoba pertanian organik, pelatihan budidaya tani serta menyediakan info

tentang benih maupun teknologi budidaya. Adapun keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh

Lembaga Serikat Petani Indonesia tersebut mempunyai tujuan untuk meningkatkan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Jum’at tanggal Dua Puluh Empat bulan Agustus tahun Dua Ribu Dua Belas, bertempat di Website LPSE Kementerian Keuangan RI : www.lpse.depkeu.go.id telah

Hasil dari penelitian komposit serat tangkai ilalang menunjukkan bahwa, kekuatan b e nding yang paling optimal pada fraksi volume 40% (serat) dan 60% (matrik) yaitu

The results of this study indicate that, for ewes with a mean condition score of 2.6 at 6 weeks prior to lambing and offered well fermented silage, protein source i.e., soypass

As is too common in discussions of biotechnology in agriculture, benefits of production efficiency to consumers are all but ignored in this book.. Price, pro- ductivity, yield

[r]

Pengantar kuliah struktur lanjutan [bentang lebar].. • Mahasiswa mengerti definisi

pada semester 1 (Ganjil) tahun pelajaran 2015/2016 meliputi pembagian tugas mengajar oleh setiap guru bidang studi dalam melaksanakan kewajiban mengajar dan tugas

• Mahasiswa memahami beberapa jenis sistem struktur bentang lebar dari material   kayu.. • Mahasiswa mampu mengaplikasikan struktur bentang lebar sederhana pada sebuah model