PENYUSUNAN TABEL VOLUME LOKAL POHON
DAN SORTIMEN JATI (
Tectona grandis
L.f )
DI KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II
JAWA TIMUR
HAFID FARIS HAKIM
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
RINGKASAN
HAFID FARIS HAKIM. Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibimbing oleh BUDI PRIHANTO.
Kegiatan inventarisasi hutan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi sumberdaya hutan yang nantinya digunanakan untuk kegiatan pengelolaan hutan. Salah satu data kondisi sumberdaya hutan adalah potensi tegakan hutan. Potensi tegakan hutan diantaranya dicirikan oleh volume tegakan, yaitu jumlah volume pohon yang ada di dalam suatu tegakan. Penentuan volume pohon dapat dilakukan dengan menggunakan tabel volume lokal (TVL), yang disusun berdasarkan hubungan antara volume pohon dengan peubah penduganya yaitu keliling pohon.
KPH Bojonegoro adalah salah satu KPH yang menggunakan TVL untuk menduga volume pohon di lapangan. TVL yang sudah ada di KPH Bojonegoro saat ini adalah TVL yang dibuat pada tahun 2002 dengan menggunakan sebanyak 900 pohon contoh. TVL ini perlu ditinjau secara periodik agar keakurasiannya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu KPH Bojonegoro mengumpulkan data volume 4561 pohon rebah untuk kemudian diseleksi dan dibuat model penduga volumenya. Data yang dikumpulkan berupa keliling pohon setinggi dada, keliling sortimen, panjang sortimen, volume sortimen, dan volume total pohon. Dari 4561 data yang dikumpulkan, kemudian diseleksi menjadi 1000 pohon berdasarkan kesehatan, kelas keliling, dan tempat tumbuhnya. Data-data yang terpilih tersebut kemudian dibuat model penduga volumenya.
Kriteria yang digunakan untuk pemilihan model terbaik adalah nilai R2, R2adj, simpangan baku (s), dan Fhitung. Setelah itu dilakukan uji validasi silang
model dengan mencari nilai PRESS. Berdasarkan kriteria tersebut, pada sortimen AI dan AII modelnya sudah signifikan namun mempunyai nilai R2 dibawah 50%. Setelah dibagi menjadi beberapa kelas keliling, pada sortimen AI tidak terdapat peningkatan nilai R2 yang signifikan sedangkan pada sortimen AII terdapat model yang mempunyai kenaikan nilai R2 yang signifikan yaitu pada kelas keliling 61-96 cm dengan persamaan VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K2 yang
mempunyai nilai R2 sebesar 54,9%. Model yang terpilih untuk sortimen AIII dan volume total pohon adalah VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2 untuk kelas
keliling 96-280 cm dengan nilai R2 sebesar 93,1%, dan VT = 0,000056 K2,06 untuk
kelas keliling 70-227 cm dengan nilai R2 sebesar 96,5%. Dengan K adalah keliling setinggi dada.
Tingkat ketelitian TVL 2002 dan TVL 2010 dibandingkan menggunakan kriteria simpangan agregat (SA) dan simpangan rata-rata (SR). Bedasarkan kriteria di atas, kedua TVL tersebut memenuhi kriteria keberartian model, yaitu nilai SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%. Meskipun demikian, berdasarkan uji t student terhadap nilai rata-rata simpangan dugaan terhadap nilai aktual menyatakan bahwa TVL 2002 cenderung overestimate dan TVL 2010 cenderung underestimate.
SUMMARY
Hafid Faris Hakim. The construction of the Local Volume Tables Tree and Teak’s Sortimen (Tectona grandis L.f) in KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II of East Java. Supervised by BUDI PRIHANTO.
Forest inventory activities aimed to obtain data and information about forest resources condition for forest management planning. One condition of forest resources data is the potential of forest stands. Potential of forest stands are characterized by stand’s volume, it is volume of the existing trees in the stand. Determination of tree’s volume could be done by using local volume tables (LVT), which is composed based on the relationship between the tree’s volume with the estimators variables that is circumference of the tree.
KPH Bojonegoro is one of KPH that uses the LVT to estimate the tree’s volume in the field. KPH Bojonegoro had LVT that created in 2002 by using 900 trees sample. LVT need periodical review to improve it’s accuracy. Therefore KPH Bojonegoro collected 4561 volume of fallen trees to selected and then create a LVT. Collected data were circumference at breast height, circumference of sortimen, sortimen length, sortimen volume, and the total volume of trees. Constructing TVL 2010, was be supported by 1000 unit of tree samples that was be selected from 4561 data based on healthly, class of circumference, and place of growth.
The criteria used for selecting the best model are the value of R2, R2adj, standard deviation (s), and F. After that, cross-validation test is performed by finding the PRESS value. Based on these criteria, the AI and AII sortimen model are significant but has a R2 value below 50%. After divided into several
circumference’s classes, the AI sortimen still has no significant increase in the
value of R2 while the sortimen AII has a significant increase in the value of R2 which is at around 61-96 cm by the equation VAII = 1.95 - 0.0535K + 0,000396 K2
with R2 values of 54.9%. The chosen model for sortimen AIII and total tree’s volume is VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2 for circumference’s class
96-280 cm with R2 values of 93,1%, and VT = 0.000056 K2,06 for circumference’s
class 70-227 cm with R2 values of 96.5%. Where K is the circumference at breast height.
The accuracy LVT 2002 and LVT 2010 are compared with the aggregate deviation (AgD) and the average deviation (AvD) criteria. Based on above criteria, both LVT fullfil the model’s criteria, it has the AgD value ranging from -1 to +1 and AvD value smaller than 10%. Nevertheless, based on T student test to the average value of the alleged deviation and the actual value, LVT of 2002 had overestimate value and LVT of 2010 had underestimate value.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegor Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah di perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
PENYUSUNAN TABEL VOLUME LOKAL POHON
DAN SORTIMEN JATI (
Tectona grandis
L.f )
DI KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II
JAWA TIMUR
HAFID FARIS HAKIM
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
Judul Skripsi : Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Nama Mahasiswa : Hafid Faris Hakim
Nomor Pokok : E14061127
Menyetujui : Dosen Pembimbing,
(Ir. Budi Prihanto, MS) NIP. 131 849 396
Mengetahui :
Ketua Departemen Manajemen Hutan
(Dr. Ir. Didik Suharjito, MS) NIP. 1963 0401 1994 031 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tangal 23 Januari 1989 di Padang, Sumatera Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Dzulkurnain dan Ibu Umu Hani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 029 Pekanbaru lulus tahun 2000, pendidikan menengah pertama di MTsN PPMI Assalaam Surakarta lulus tahun 2003, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Bekasi lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun ajaran 2008-2009 dan asisten mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah pada tahun ajaran 2010-2011. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan pada tahun 2010. Penulis juga aktif sebagai anggota divisi Olahraga dan Seni BEM Fakultas Kehutanan IPB periode 2007-2008, serta menjadi volunteer di FORCI Development tahun 2009 sampai sekarang. Penulis juga aktif berpatisipasi dalam berbagai kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan di Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Penyusunan Tabel Volume Lokal Pohon dan Sortimen Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi tentang pembuatan tabel volume lokal tanaman jati baik untuk sortimen AI, AII, AIII dan gabungan seluruh sortimen.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan demi perbaikan tulisan ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua Dzulkurnain dan Umu Hani, beserta kedua adik atas dukungan, motivasi, kasih sayang dan doanya
2. Bapak Ir.Budi Prihanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah tersedia memberikan waktu dan pikiran serta kesabarannya untuk memberikan bimbingan baik bimbingan skripsi maupun bimbingan ilmu kehidupan.
3. Bapak Dr. Ir. Supriyanto dan bapak Ir. Muhdin, M.Sc selaku dosen penguji dan pimpinan ujian komprehensif atas saran dan nasehat yang diberikan kepada penulis
4. Keluarga besar KPH Bojonegoro atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian ini dilakukan.
5. Keluarga besar FORCI, om Agus, om Yusuf, mba Wita, mba Restu, Fitri A, Hangga,Dyah R, Dian A, Handyan, Ahsana Riska, Adi, Tia, Lola, dan semuanya yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Morina, Anom, Raditya, Fajrin, Indra, Diki, Patra, Ifki, Adly, dan Ridho atas
motivasi dan kebersamaannya selama mengerjakan karya ini.
7. Keluarga besar SEMERU ( Novriadi, Ade K, Ardi, Edi, Rangga, Niechi, Randy, Amri, Abdul A, Rahmat M, Resang, Redy, Surapman, Rizka Wulandari, Wulan S) 8. Adik-adik 44 (Rizky S, Anggiana, Batara, Singgih, Rizky M, Dikdik)
9. Keluarga besar Fahutan 43.
10.Teman-teman Fahutan dari kakak-kakak E36 sampai E46.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Manfaat Penelitian ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) ... 3
2.2 Kelas Perusahaan ... 4
2.3 Klasifikasi Kelas Hutan ... 5
2.4 Bentuk Tebangan ... 6
2.5 Sortimen Kayu Bundar Jati... 8
2.6 Dimensi Pohon ... 10
2.7 Pendugaan Volume Pohon... 10
2.8 TVL Yang Sudah Ada ... 11
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 12
3.3 Metode Penelitian ... 12
3.3.1 Pengumpulan Data ... 12
3.3.2 Penyajian Data ... 13
3.3.3 Pengolahan Data ... 13
3.3.4 Analisa Data ... 14
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas ... 21
4.2 Tanah dan Geologi... 22
4.4 Keadaan Hutan ... 23
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Pohon Contoh... 25
5.2 Eksplorasi Data ... 25
5.3 Analisa Model Persamaan Penduga Volume Sortimen dan Volume Pohon ... 30
5.4 Analisa Model Penduga Persamaan Volume Tanpa Menggunakan Data Pencilan ... 31
5.5 Analisa Model Penduga Persamaan Volume Dengan Pembuatan Kelas Keliling Baru ... 32
5.6 Validasi Model Penduga Volume Sortimen dan Pohon ... 34
5.7 Pemilihan Model Volume Terbaik ... 35
5.8 Perbandingan Akurasi Model TVL 2002 dengan TVL 2010 Terbaik ... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 37
6.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Data sebaran kelas keliling dan daerah pengambilan data ... ... 13
2 Analisis keragaman pengujian regresi (ANOVA) ... 17
3 Posisi KPH Bojonegoro berdasarkan geografis, administrasi pemerintahan, wilayah pemangkuan hutan, daerah aliran sungai, dan batas wilayah . . ... 21
4 Formasi geologi di wilayah KPH Bojonegoro serta batuan penyusun dan sebaran luasnya ... 22
5 Satuan lahan, jenis tanah serta sebaran luas di wilayah KPH Bojonegoro ... 23
6 Pembagian wilayah kerja KPH Bojonegoro ... 23
7 Pembagian kelas keliling untuk kelas sortimen AI, AII, dan AIII ... 25
8 Ketersebaran keliling pohon contoh dan persentasinya ... 26
9 Persamaan penduga volume sortimen AI, AII, dan AIII ... 31
10 Tabel penduga volume dengan menghilangkan data unusual observations ... 32
11 Persamaan penduga volume sortimen AI dan AII pada beberapa kelas keliling ... 33
12 Nilai PRESS pada setiap persamaan penduga volume terpilih ... 34
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1 Histogram penyebaran keliling pohon contoh ... 27
2 Scatterplot hubungan antara volume AI dengan keliling pohon ... 28
3 Scatterplot hubungan antara volume AII dengan keliling pohon ... 28
4 Scatterplot hubungan antara volume AIII dengan keliling pohon ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kegiatan inventarisasi hutan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi sumberdaya hutan yang nantinya akan dipakai untuk mendukung kegiatan perencanaan hutan. Data potensi tegakan tersebut selain digunakan dalam kegiatan perencanaan juga dapat digunakan dalam kegiatan penebangan. Untuk memperoleh data mengenai potensi tegakan, salah satu data yang dicari adalah volume tegakan. Volume tegakan yang dimaksud yaitu jumlah volume pohon yang ada di dalam suatu tegakan.
Penghitungan volume pohon dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah melalui penghitungan volume per seksi, menggunakan persamaan volume dan menggunakan model penduga volume. Model penduga volume pohon adalah model hubungan antara volume pohon dengan dimensi pohon penduganya sebagai peubah, yang biasanya adalah diameter dan tinggi pohon. Model ini biasa dikenal dengan istilah tabel volume pohon. Ditinjau dari peubah bebas yang yang digunakan, tabel volume pohon dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu (1) tabel volume standar, dan (2) tabel volume lokal atau tarip volume lokal. Tabel volume standar adalah tabel volume yang menggunakan peubah diameter setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon sebagai peubah penduganya, sedangkan tabel volume lokal hanya menggunakan peubah dbh sebagai peubah penduganya.
selanjutnya data tersebut digunakan dalam pembuatan model penduga volume lokal pohon dan sortimen.
1.2Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Memperoleh model penduga volume pohon dan sortimen jati terbaik berdasarkan data pohon contoh tahun 2010.
2. Membandingkan akurasi model Tabel Volume Lokal 2002 dengan model terbaik Tabel Volume Lokal 2010.
1.3Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat menduga volume pohon dan sortimen jati di wilayah KPH Bojonegoro secara efektif dan efisien pada bentuk tebangan A2 (tebang habis pada jangka yang berjalan)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f)
Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona
Species : Tectona grandis Linn.f
Simon (1993) menyatakan bahwa jati dapat tumbuh baik pada suhu rata-rata yang optimum berkisar 22-27°C. pertumbuhan hutan Jati secara alam juga dapat dijumpai di Negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, yaitu India, Burma, Thailand, Laos, Cambodia dan Indonesia. Pada abad 19,Jati juga mulai ditanam di Amerika tropic seperti Trinidad dan Nicaragua. Belakangan ini Jati juga ditanam di Nigeria dan beberapa Negara Afrika lainnya. Di Indonesia keberadaan jenis jati terbatas pada daerah beriklim muson di Jawa dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, serta Pulau Muna di Sulawesi Tenggara. Di daerah ini, secara alami jati tumbuh sampai ketinggian 600m di atas permukaan laut.
Pohon jati dapat mencapai tinggi 45 meter dengan panjang batang bebas cabang 15-20 meter,diameter dapat mencapai 220 cm, bentuk batang tidak teratur dan beralur. Pohon jati dapat tumbuh dengan baik pada tanah sarang terutama tanah yang mengandung kapur. Tumbuh pada daerah bermusim kering yang nyata, dengan curah hujan rata-rata 1200-2000 mm/tahun serta tumbuh pada ketinggian tempat 0-700 mdpl (Martawijaya et al 1981)
2.2 Kelas Perusahaan
Menurut Perum Perhutani (1992), kelas perusahaan adalah penggolongan usaha dibidang kehutanan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Di dalam pengusahaan hutan yang dilaksanakan dengan sistem tebang habis, permudaan buatan dengan tanaman sejenis dan seumur, maka jenis produk yang dihasilkan menunjuk kepada jenis kayu yang ditanam.
Menurut Perum Perhutani (2006), penetapan kelas perusahaan yang tepat dan sesuai, diharapkan akan mampu mengoptimalkan potensi sumberdaya hutan dan kegiatan pengelolaannya bisa menghasilkan produksi serta nilai produk yang optimal. Kelas perusahaan dalam suatu wilayah hutan merupakan gambaran potensi yang terkandung dalam wilayah tersebut berdasarkan jenis tanaman pokok untuk menghasilkan produk utama tertentu sehingga diperoleh nilai hutan yang optimum.
Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pembentukan kelas perusahaan yaitu :
a. Tempat tumbuh (kesesuaian lahan dan penyebaran tegakan). b. Teknis (sistem, teknik silvikultur dan pemanenan).
c. Pasar produk hasil hutan (pasokan dan permintaan). d. Ekonomis (nilai ekonomi hutan).
2.3 Klasifikasi Kelas Hutan
Kelas hutan adalah penggolongan kawasan hutan ke dalam kelas-kelas berdasarkan kondisi kawasan, kesesuaian lahan, keadaan lingkungan (biofisik dan sosial ekonomi) serta keadaan vegetasi (Perum Perhutani 1992)
Menurut Perum Perhutani (1974), pengaturan kelestarian hutan memerlukan pemisahan hutan ke dalam kelas hutan yaitu:
1. Bukan untuk Produksi
Kelas hutan ini adalah kawasan hutan yang karena berbagai sebab tidak dapat disediakan untuk penghasilan kayu dan atau hasil hutan lainnya.Contoh kelas hutan ini antara lain : hutan lindung, hutan suaka alam, dan hutan wisata.
2. Untuk Produksi
Kawasan hutan ini merupakan lapangan-lapangan untuk menghasilkan kayu dan atau hasil hutan lainnya, dalam hal ini yang terpenting adalah penghasilan kayu jati. Kelas hutan ini terdiri dari lapangan-lapangan : untuk produksi kayu jati dan bukan untuk produksi kayu jati.
Termasuk dalam kelas hutan yang baik untuk produksi kayu jati adalah: kelas hutan kelas umur, hutan alam/miskin riap,tanaman kayu lain,tanaman jati bertumbuhan kurang dan hutan masak tebang.
a. Kelas Hutan Kelas Umur (KU)
Kelas hutan Kelas Umur (KU) merupakan jenis tanaman pokok (kelas perusahaan) yang keadaan pertumbuhannya cukup baik, sehingga secara ekonomis dapat dipertahankan untuk dipungut hasilnya setelah mencapai Umur Tebang Rata-Rata (UTR) atau umur daur.
b. Hutan Alam (HA/Miskin Riap atau MR)
c. Tanaman Kayu Lain (TKL)
Tanaman Kayu Lain (TKL) adalah jenis kayu pokok yang tumbuh pada areal yang diperuntukkan untuk penghasilan dan sesuai untuk jenis tanaman pokok. TKL ini dapat berupa tanaman atau hutan alam kayu lain yang perlu diganti dengan tanaman pokok. Keberadaan TKL pada dasarnya bersifat sementara antara lain diperlukan untuk pergiliran tanaman sebelum ditanam dengan jenis kayu pokok.
d. Tanaman Jati Bertumbuhan Kurang (TJBK)
Jenis kayu pokok maupun jenis kayu lain, baik yang berasal dari tanaman maupun hutan alam, yang keadaan volume per hektar tidak memadai dimasukkan ke dalam bertumbuhan kurang. Dasar penggolongan ini adalah aspek ekonomi, dimana dianggap bahwa volume/ha tegakan tidak ekonomis untuk dipertahankan (berada di bawah volume/ha titik impas), sehingga pada kelas hutan ini perlu segera dilakukan penanaman kembali atau dilakukan pengkayaan.
e. Hutan Masak Tebang (MT)
Tegakan-tegakan yang berumur 120 tahun atau lebih baik, termasuk ke
dalam “Masak Tebang” (lengkapnya : sudah masak untuk ditebang atau
sudah waktunya yntuk ditebang). Batas umur tertinggi untuk kelas hutan ini demikian baiknya, sehingga penebangannya dapat ditunda dalam waktu yang agak lama dengan tidak menimbulkan kerugian apa-apa. Untuk keperluan penetapan bonita umurnya ditetapkan 120 tahun. Jika batang dan tajuk pohon mempunyai banyak cacat seharusnya dimasukkan ke
dalam anak kelas hutan “miskin riap”.
2.4Bentuk Tebangan
Menurut Perum Perhutani (1992), bentuk-bentuk tebangan jati dibedakan sebagai berikut :
golongan ini termasuk pula penebangan habis jati dari kelas umur V jelek dan yang akan dijadikan tanaman lagi.
A.1. Lelesan bidang tebang habis jangka lampau yaitu lapangan yang telah ditebang habis dalam jangka perusahaan lalu.
A.2. Tebangan habis biasa pada jangka yang berjalan yaitu penebangan habis biasa yang dilaksanakan dalam jangka berjalan.
A.3. Tebangan habis biasa pada jangka berikut yaitu lapangan-lapangan yang akan ditebang dalam jangka berjalan.
Tujuan diadakannya bentuk tebangan A.1 dan A.3 adalah untuk mempermudah pendaftaran rencana tanaman dan teresan di dalam jangka perusahaan yang berjalan, sehingga dapat diketahui rencana penanaman pada lapangan-lapangan yang ditebang habis dalam jangka berjalan (A.2), sedangkan lapangan yang direncanakan diteres pada akhir jangka yang dapat diketahui akan ditebang dalam jangka perusahaan berikutnya (A.3). B. Tebang habis lanjutan pada kawasan hutan yang tetap adalah penebangan
habis dari hutan yang produktif dari lapangan yang baik untuk tebang habis dan dari lapangan yang tidak baik untuk tebang habis. Tebang habis lanjutan ini dibagi menjadi :
B.1. Tebang habis bidang-bidang yang tak produktif tetapi baik buat perusahaan hutan produktif yaitu penebangan habis pada lapangan tak produktif tetapi perlu disediakan untuk penghasilan kayu jati,meliputi : tanah kosong, hutan jati rawang (bertumbuhan kurang) dan hutan jenis kayu lain.
B.2. Tebang habis hutan-hutan yang jelek buat perusahaan tebang habis yaitu penebangan habis pada lapangan yang tidak baik untuk tebang habis.
B.3. Tebang habis bidang-bidang yang jelek untuk jati yaitu penebangan habis pada lapangan yang tidak baik untuk jati meliputi tanah kosong, hutan dan hutan jenis kayu lain.
akan dihapuskan. Bentuk tebangan ini meliputi bidang-bidang yang sesudah ditebang tidak akan ditanami lagi.
D. Tebangan lain terdiri atas :
D.1. Tebangan pembersihan atau tebang limbah ialah penebangan pohon- pohon merana, condong, dan rebah yang berada di hutan alam, baik terdapat pada lapangan yang baik untuk tebang habis maupun pada lapangan yang tidak baik untuk tebang habis. Dalam golongan ini termasuk juga tebang penerang atau tebang rawat ialah pemotongan pohon-pohon yang masak tebang di hutan “Masak Tebang” atau
“Sekunder Tua” untuk memperbaiki hidupnya pohon-pohon yang
muda.
D.2. Tebangan tak tersangka ialah penebangan yang berasal dari lapangan-lapangan yang mengalami kerusakan oleh angin atau dibuat jalan dan sebagainya.
E. Tebangan E (tebangan penjarangan) ialah penebangan yang berasal dari hutan-hutan yang dijarangkan, hasil yang diperoleh dari tebang penjarangan diartikan pula sebagai hasil pendahuluan.
Bentuk tebangan A-D diartikan pula dengan tebangan eksploitasi yaitu pemungutan hasil akhir dari satu bidang hutan.
2.5Sortimen Kayu Bundar Jati
Hal yang paling penting dalam pembagian batang adalah dalam hal prioritas pembagian batang karena hal ini berkaitan dengan permintaan pasar dan harga jual.Prioritas pembagian batang kayu bundar jati adalah sebagai berikut:
1. Sortimen AI
 Diameter 4 cm, panjang batang ≥ 2,00 m
 Diameter 7 cm, panjang batang ≥ 1,50 m
 Diameter 10 cm dan 13 cm, panjang batang ≥ 0,70 m
 Diameter 16 cm dan 19 cm, panjang batang ≥ 0,40 m
2. Sortimen A II
3. Sortimen A III
 Diameter 30 cm ke atas, panjang batang ≥ 0,40 m
Untuk urutan prioritas pembagian batang kayu bundar jati adalah sebagai berikut : 1. Kayu Bundar Vinir (Vi)
Panjang 2,40 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas. 2. Kayu Bundar Hara (H)
 A III : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas  A II : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 25 - 28 cm 3. Kayu Bundar Lokal Industri (IN)
 A III : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas  A II : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 22 - 28 cm 4. Kayu Bundar Besar (A III) Lokal
Panjang 0,40 – 4, 10 m ke atas, diameter 30 cm ke atas, dengan catatan kayu doreng > 5 % diameter atau buncak-buncak > 0,5 keliling.
5. Kayu Bundar Sedang (A II) Lokal
Panjang 0,40 – 4,00 m ke atas, diameter 22 – 28 cm, dengan catatan tidak mengandung dua sortimen.
6. Kayu Bundar Kecil (A I)
 Diameter 0,70 - 4,00 m ke atas, diameter 16 – 19 cm  Diameter 0,40 – 4,00 m ke atas, diameter 10 – 13 cm  Diameter 1,50 – 4,00 m ke atas, diameter 4 – 7 cm 7. Kayu Bahan Parket (KBP)
 Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 16 – 19 cm  Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 22 – 28 cm  Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 30 cm ke atas 8. Kayu Bundar Limbah/ KBL (Kayu Bakar)
9. Brongkol
Panjang 0,40 - < 1,00, diameter 16 cm ke atas (Perhutani 2005).
2.6Dimensi Pohon
Beberapa hal yang termasuk dalam dimensi pohon adalah :
1. Diameter, yaitu panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling batang yang melalui titik pusat (sumbu) batang
2. Keliling, yaitu perkalian antara diameter pohon dengan nilai � (3,14) nya
3. Tinggi pohon seluruhnya, yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal.
4. Tinggi bebas cabang,yaitu jarak antara titik bebas cabang atau permukaan tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal.
5. Luas bidang dasar,yaitu luas penampang lintang batang pohon dengan asumsi bahwa penampang lintang batang pohon tersebut berbentuk lingkaran
2.7Pendugaan Volume Pohon
Pengukuran volume pohon dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, yaitu :
1. Volume Seksi
Menghitung volume pohon dengan cara menghitung volume perseksinya. Dalam penghitungan volume perseksi dapat menggunakan rumus yang umum digunakan,yaitu:
1. Rumus Hubber : V = T.L 2. Rumus Smalian : V
=
�+2
3. Rumus Newton : V = �+4 +
6 L
Keterangan :
V : volume batang/sortimen
T : luas bidang dasar tengah kayu bulat U : luas bidang dasar ujung kayu bulat L : panjang kayu bulat
Selanjutnya volume pohon adalah jumlah dari volume per seksi pohon tersebut.
2. Pendekatan Volume Silinder
Dengan asumsi bahwa penampang lintang batang pohon berbentuk lingkaran, maka volume pohon dapat dihitung dangan cara hasil perkalian luas bidang dasar dengan tinggi, kemudian dikoreksi ioleh suatu konstanta yang ditetapkan (faktor bentuk pohon), atau dengan rumus
V= ¼ � x D2 x f
Dimana, V adalah volume pohon, � bernilai 3,14 , D adalah diameter pohon dan f adalah angka bentuk pohon.
3. Model Tabel Volume
Cara termudah untuk menentukan volume pohon adalah dengan menggunakan tabel volume. Tabel volume terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Tabel Volume Lokal (TVL) biasa juga disebut tarif volume lokal yaitu tabel volume yang dibuat hanya menggunakan satu peubah bebas saja yaitu diameter atau keliling nya saja. Tabel volume local ini hanya dapat digunakan pada kelas diameter tertentu dan tempat tertentu saja.
 Tabel Volume Standar yaitu tabel volume yang dibuat dengan menggunakan dua peubah bebas yaitu diameter dan tinggi pohonnya baik tinggi total ataupun tinggi bebas cabangnya.
2.8TVL yang Sudah Ada
BAB III
METODOLOGI
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bubulan, Dander, Clebung, dan Pradok. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Mei sampai Juli tahun 2010.
3.2Bahan dan Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tarip Volume Lokal Tebang Habis Hutan Tanaman Jati KPH Bojonegoro Tahun 2002, seperangkat komputer, dengan software microsoft excel 2007 dan MINITAB 14. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buku DK 316 hasil tebangan A2 .
3.3Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan yaitu pengumpulan data, penyajian data, pengolahan data, dan analisa data.
3.3.1 Pengumpulan Data
Tabel 1 Data sebaran kelas keliling dan daerah pengambilan data
BKPH Jumlah Pohon Contoh Kelas Keliling (cm) Bonita
Bubulan 300 61-280 2 - 4
Clebung 250 77-256 2,5 - 4,5
Dander 250 80-209 1 - 3,5
Pradok 200 60-178 3,5 - 4,5
3.3.2 Penyajian Data
Data-data pohon terpilih tersebut kemudian disajikan dalam bentuk histogram, dan hubungan antara keliling dan volume dalam bentuk scatter diagram dengan tujuan untuk melihat ketersebaran data yang diperoleh. Pembuatan model penduga volume pohon dan sortimen akan menghasilkan persamaan dan nilai dugaan. Nilai dugaan dari persamaan yang dihasilkan selanjutnya akan diuji, dan jika hasilnya belum memenuhi syarat maka kelas kelilingnya akan dibagi lagi menjadi beberapa kelas dengan rumus sebagai berikut:
 Kelas pertama : < μ – s  Kelas ke dua : μ –s  Kelas ke tiga : μ = s
 Kelas ke empat: > μ + s
 Kelas ke lima : keliling dengan sebaran pohon yang rendah
Dengan s = ∑�2−(∑��−1 2)/
Keterangan :
s : simpangan baku contoh, y : keliling pohon,
μ : nilai tengah contoh, dan n : jumlah total data.
3.3.3 Pengolahan Data
Volume pohon dihitung dengan cara menjumlahkan volume tiap seksi batangnya menggunakan rumus:
Vt = ∑ Vsi
Vt : Volume total,
Vsi : Volume seksi batang ke-i.
Volume seksi batang tersebut dihitung dengan menggunakan rumus Smalian, yaitu :
Vs = (�+�)
2 L
Keterangan :
Vs : volume seksi batang,
G : luas bidang dasar pangkal seksi batang, g : luas bidang dasar ujung seksi batang, L : panjang seksi batang.
3.3.4 Analisa Data
1) Scatter diagram dan Penentuan model penyusunan tabel volume
Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah mengikuti pola linier atau non linier, sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya.
Karakteristik paling nyata untuk diukur yang berkaitan dengan volume pohon adalah keliling setinggi dada. Oleh karena itu semua persamaan volume akan mempunyai keliling setinggi dada serta peubah lainnya yang umumnya ditambahkan sebagai peubah penentu volume adalah jenis peubah tinggi pohon, baik tinggi total, tinggi bebas cabang ataupun tinggi yang lain yang dianggap mempunyai peranan dalam tujuan untuk pendugaan potensi tegakan.
Beberapa persamaan hubungan antara volume pohon dengan peubah-peubah penentunya yang digunakan dalam penyusunan tabel volume pohon antara lain ( Loetsch et al 1973) :
Peubah bebas hanya keliling pohon :
1. v = a + bK2 ( Kopezky-Gehrhardt) 2. v = a + bK + cK2 ( Hohenadl-Krenn )
Ketrangan :
V : Volume total pohon (m3) K : Keliling setinggi dada (cm) a, b ,dan c : Konstanta
Dari ketiga persamaan diatas dibuat model persamaan regresi liniernya, yaitu sebagai berikut :
V = a + b K2→ model persamaan regresi liniernya adalah Y1 = β0 + β1X1 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + e1
Dimana : V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa
a = β0 = b0 K2 =Xi = x1
V = a + bK + cK2→ model persamaan regresinya adalah
Y1= β0 + β1X1+β2X2+ ε1yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + b2X2 +
e1
Dimana : V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa
a = β0 = b0 K =X 1i = x1
K2 = X2i = x2
V = a Kb → transformasi logaritmis → Log V = Log a + b Log K Model persamaan regresinya adalah
Y1 = β0 + β1X1+ ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 +b1X1 + e1
Dimana : Log V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa
Log a = β0 = b0 Log K =Xi = x1
2) Menghitung Koefisien Determinasi a. Koefisien Determinasi ( R2 )
2
=
� � ��Dimana : JKregresi
=
b1JHKx1y + b2JHKx2yJKtotal = JKy =
∑
�=1�
�2-
(∑ ��).2
�=1
Perhitungan nilai R2 adalah untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas dan tidak bebas.
b. Koefisien Determinasi Terkoreksi (Ra2)
Koefisien determinasi terkoreksi (Ra2) adalah koefisien
determinasi yang telah dikoreksi oleh derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya. Perhitungan koefisien determinasi terkoreksi (Ra2) dengan
rumus (Draper dan Smith 1992) :
R
a 2=1-
( )/( − )/( −1)
100%
Keterangan : JKS = jumlah kuadrat sisa
JKTT = jumlah kuadrat total terkoreksi (n-p) = dbs = derajat bebas sisaan (n-1) = dbt = derajat bebas total
Ketentuan keterandalan (Ra2) sama dengan (R2). Kelebihan Ra2
adalah dapat membandingkan keterandalan model-model yang memiliki banyak peubah bebas yang berbeda. Pengujian yang dilakukan menurut criteria ini akan lebih dapat menambah keyakinan penerimaan model.
c. Simpangan Baku (s)
Nilai simpangan baku (s) ditentukan dengan rumus (Draper dan Smith 1992)
S= 2
=
∑ �2
( − )
Pemeriksaan statistic di tingkat ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilainya semakin baik, artinya semakin tepat dugaannya.
3) Analisa Keragaman
[image:31.595.161.515.254.416.2]Terhadap persamaan-persamaan regresi tersebut dilakukan pengujian dengan melakukan analisa keragaman (analysis of variance) untuk melihat signifikasi atau adanya ketergantungan peubah-peubah yang menyusun regresi tersebut.
Tabel 2 Analisis keragaman pengujian regresi (ANOVA) Sumber
keragaman
Derajat bebas
Jumlah kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT)
F-hitung F-tabel
Regresi K = p-1 JKregresi (JKR) KTR =
JKR/k
F-hitung =
KTR/KTS Sisaan n-k-1 JKsisa (JKS) KTS =
JKS/(n-k-1) Total n-1 JKtotal(JKT)
Dimana p = banyaknya konstanta (koefisien regresi dan intersept) dan n = banyaknya pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan regresi tersebut.
Dalam hipotesa tersebut hipotesa yang diuji adalah : a. Pada regresi linier sederhana
H0 : β = 0 lawan H1: β ≠ 0
b. Pada regresi linier berganda : H0 : βi = 0 dimana : I = 1,2
H1 : Sekurang-kurangnya ada βi ≠ 0
Jika H1 yang diterima, maka regresi tersebut nyata, artinya ada
nyata, artinya persamaan regresi tidak dapat untuk menduga volume pohon berdasarkan peubah bebasnya.
4) Validasi Model
Setelah beberapa persamaan yang memenuhi syarat ditetapkan, akan sangat baik jika dilakukan uji validasi untuk memilih persamaan terbaik pada setiap keadaan. Uji validasi yang dilakukan adalah secara validasi silang (cross validation). Nilai pengujian validasi tersebut dapat dihitung dengan perhitungan nilai PRESS (Predicted Residual of Sum Square). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
 Matan pertama pada peubah respons maupun peubah ramalannya dihilangkan
 Tentukan model dugaan semua kemungkinan regresi terhadap n-1 data
 Gunakan setiap persamaan regresi yang diperoleh untuk meramalkan Y1 oleh Yip (misalnya), sehingga diperoleh
simpangan ramalannya untuk semua kemungkinan model regresinya.
 Ulangi ketiga langkah diatas namun dengan menghilangkan amatan kedua, ketiga sampai matan ke-n
 Untuk setiap model regresi dihitung jumlah kuadrat simpangan ramalannya
PRESS =
∑
�=1(
�
�−Ŷ
ip)
2dimana, Yi = nilai Y pada amatan ke i, Ŷip = nilai Yi dugaan
persamaan regresi tanpa mengikutsertakan amatan ke-i.
PRESS =
∑
e
2(i)dimana, e(i)
=
�(1−ℎ��)
,
ei = nilai sisaan ke i, hii = nilai baris dan lajurke-i dari hatmatrik.
Persamaan terbaik adalah persamaan yang memiliki nilai PRESS yang paling kecil.
5) Menentukan Persamaan Terbaik Akhir
Untuk memperoleh persamaan terbaik akhir, langkah yang dilakukan adalah menjumlahkan peringkat akhir dari tahap penyusunan model dan validasi model untuk setiap persamaan. Peringkat akhir terbaik bila jumlah peringkat penyusunan model dan validasi model minimum atau paling kecil.
6) Perbandingan Akurasi Model TVL
Pengujian akurasi TVL dapat dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut :
a. Uji nilai T
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Tujuan dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.
 Hipotesa Nol = Ho
Ho adalah satu pernyataan mengenai nilai parameter populasi. Ho merupakan hipotesis statistik yang akan diuji hipotesis nihil.
 Hipotesa alternatif = Ha
Ha adalah satu pernyataan yang diterima jika data sampel memberikan cukup bukti bahwa hipotesa nol adalah salah.
Rumus perhitungannya adalah :
t
hitung=
− 0 /Dimana:
d : nilai tengah selisih n pengamatan berpasangan, sd : simpangan baku selisih n pengamatan berpasangan, n : jumlah contoh.
H0 : μd ≤ 0 Kriteria ujinya ≤ t α (n-1) terima H0
H1 : μd > 0 jika t hitung =
/ > t α (n-1) terima H1
H0 : μd ≥ 0 Kriteria ujinya ≥ t α (n-1) terima H0
H1 : μd < 0 jika t hitung =
/ < t α (n-1) terima H1
(Mattjik dan Sumertajaya 2006) b. Simpangan agregat
Simpangan agregat merupakan selisih antara jumlah volume aktual (Va) dan volume dugaan (Vt) yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai persentase terhadap volume dugaan (Vt). Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang berkisar dari -1 sampai +1 (Spurr 1952). Nilai SA dapat dihitung dengan rumus :
SA = ∑�=1 � −∑�=1 ��
∑�=1 �
Dimana :
c. Simpangan rata-rata
Simpangan rata-rata merupakan rata-rata jumlah dari nilai mutlak selisih antara jumlah volume dugaan (Vt) dan volume aktual (Va), proporsional terhadap jumlah volume dugaan (Vt). Nilai simpangan rata yang baik adalah tidak lebih dari 10% (Spurr 1952). Simpangan rata-rata dapat dihitung dengan rumus :
SR =
∑
� − � � �=1
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1Letak Geografis dan Luas
Kesatuan Pemangku Hutan Bojonegoro memiliki luas wilayah 50.145,4 hektar. Secara administratif wilayah KPH Bojonegoro seluruhnya berada dalam Kabupaten Bojonegoro. Luasan tersebut seluruhnya masuk kedalam daerah administratif Kabupaten Bojonegoro dan dibagi berdasarkan penggunaannya yaitu areal produksi dan non produksi dengan pembagian sebagai berikut:
1. Areal efektif untuk produksi luasnya 47.479,3 Hektar (94,68 % dari areal kerja) terdiri dari:
a. areal produksi jati 45.447,8 Hektar.
b. bukan untuk produksi kayu jati 2.031,5 Hektar.
[image:35.595.106.515.437.770.2]2. Areal yang bukan untuk produksi luasnya 2.666,1 Hektar yang terdiri dari alur, jalan, perumahan dinas dan bangunan lainnya, serta di dalamnya termasuk areal Hutan Lindung seluas 1.050,4 Hektar (2,09 % dari areal kerja).
Tabel 3 Posisi KPH Bojonegoro berdasarkan geografis, administrasi pemerintahan, wilayah pemangkuan hutan, daerah aliran sungai, dan batas wilayah
Uraian Keterangan
Geografis 4°54’0” – 5°16’42” BT
7°10’38” –7°27’58” LS
Administrasi Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur
Wilayah Pemangkuan Hutan Dinas Kehutanan Kabupaten Bojonegoro Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo
Batas Wilayah :
- Sebelah Utara Kota Kabupaten Bojonegoro
- Sebelah Timur KPH Jombang
- Sebelah Selatan KPH Saradan dan KPH Nganjuk
- Sebelah Barat KPH Padangan
4.2Tanah dan Geologi
[image:36.595.85.517.59.783.2]Formasi Geologi yang terdapat di wilayah KPH Bojonegoro adalah formasi alluvium, undifferentiated volcanic product, young quaternary volcanic product, pleistocene sedimentary facies, pleistocene limestone facies, pliocene limestone facies, dan miocene sedimentary facies. Batuan penyusun dan luas masing-masing formasi geologi di wilayah tersebut tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Formasi geologi di wilayah KPH Bojonegoro serta batuan penyusun dan sebaran luasnya
No. Formasi Luas
Ha %
1. Alluvium 1.093,01 2,18
2. Undifferentiated volcanic product 703,92 1,40 3. Young quaternary volcanic product 2.145,18 4,28 4. Pleistocene sedimentary facies 15.779,29 31,47 5. Pleistocene limestone facies 1.431,74 2,86 6. Pliocene limestone facies 17.284,84 34,47 7. Miocene sedimentary facies 11.707,42 23,35
Jumlah 50.145,4 100,00
(Sumber : Public Summary KPH Bojonegoro Tahun 2009)
Di beberapa lokasi teridentifikasi keberadaan deposit bahan tambang phospat dan minyak bumi, yaitu di areal BKPH Gondang untuk phospat dan di BKPH Clangap untuk minyak bumi.
Tabel 5 Satuan lahan, jenis tanah serta sebaran luas di wilayah KPH Bojonegoro
No Simbol Jenis Tanah Luas
Ha %
1. Li/My/Rz Komplek litosol mediteran kuning
dan rensina 16.547,22 33,00
2. G.dg Grumusol kelabu tua 1.068,20 2,13
3. G.dg Grumusol kelabu tua 14.047,44 28,01 4. M.rb/Li Komplek mediteran coklat
kemerahan dan litosol 2.104,58 4,20 5. M.b/L Komplek mediteran coklat 3.541,72 7,06 6. M.r/Li Komplek mediteran merah 12.278,60 24,49 7. L.rb Latosol coklat kemerahan 557,64 1,11
(Sumber : Public Summary KPH Bojonegoro Tahun 2009)
4.3Iklim
Wilayah hutan KPH Bojonegoro terletak pada daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Pada beberapa tempat di sekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data stasiun hujan tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. Berdasarkan kriteria iklim dari Scmidht dan Ferguson, KPH Bojonegoro termasuk dalam iklim D.
4.4Keadaan Hutan
Tabel 6 Pembagian wilayah kerja KPH Bojonegoro
BKPH / Luas RPH
A.Sub KPH Bojonegoro Barat
A.1 Bagian Hutan Clangap 1. BKPH Clangap : 2. 625,8
Ha
2. BKPH Nglambangan : 796,8 Ha
- Prajegan,Gledegan,Sawitrejo dan Sendanggerong - Ringinanom (khusus 1 RPH, lainnya masuk BH
Deling)
A.2 Bagian Hutan Deling 1.BKPH Bubulan: 2.904,4 Ha
2.BKPH Deling : 2.800,4 Ha 3.BKPH Nglambangan :
3.049,7 Ha
- Tlotok,Sambirejo,Pragelan Utara - Deling, Klino, Pragelan Selatan - Semek,Kalimas,Ringinanom
Jumlah Sub KPH Bojonegoro Barat : 12.177,1 Ha
B.Sub KPH Bojonegoro Tengah
B.1 Bagian Hutan Dander 1. BKPH Tengger: 3.183,5 Ha 2. BKPH Pradok: 2.891,5 Ha
- Wadang,Putuk,Kebonagung,Soko - Grogolan,Suruhan,Pradok
B.2 Bagian Hutan Ngorogunung 1. 1. BKPH Dander : 3.819,9 Ha
2. BKPH Clebung : 3.502,7 Ha
- Ngunut,Dander,Sumberarum,Sampang - Cancung,Jeblokan,Clebung,Ngorogunung
Jumlah Sub KPH Bojonegoro Tengah : 23.958,1 Ha
C.Sub KPH Bojonegoro Timur
C.1 Bagian Hutan Cerme
1 1. BKPH Bareng : 4.260,2 Ha . 2. BKPH Tondomulo : 4.119,9
Ha
- Alasgung,Sekidang,Bareng,Babat
- Banaran,Malangbong,Bunten,Mundu
C.2 Bagian Hutan Temayang 1 1. BKPH Tretes : 4.770,2 Ha
2. BKPH Temayang : 5.439,3 Ha
3. BKPH Gondang : 5.368,5 Ha
- Maor,Bakulan,Tretes,Sugihan
- Sekonang,Kalimati,Temayang,Madungan,Brabuhan
- Gondang,Sukun,Dodol,Soko
Jumlah Sub KPH Bojonegoro Timur : 13.397,6 Ha
Alur : 612,6 Ha
Jumlah Seluruh KPH Bojonegoro : 50.145,4 Ha
(Sumber : Public Summary KPH Bojonegoro Tahun 2009)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1Penentuan Pohon Contoh
Pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan tabel volume ini adalah pohon rebah jenis jati (Tectona Grandis) yang sehat (tidak terserang penyakit dan hama) dipilih secara acak dan tersebar menurut kelas diameternya. Pohon yang dipilih adalah pohon yang telah ditebang dengan keliling > 60 cm dan telah dibagi menjadi sortimen-sortimen. Data pohon contoh yang digunakan sebanyak 4561 yang kemudian diseleksi menurut kesehatan, ketersebaran keliling dan tempat tumbuhnya sehingga kemudian terpilih sebanyak 1000 pohon dengan selang diameter 60-280 cm dari 4 BKPH yang masih termasuk kedalam wilayah KPH Bojonegoro. Berikut disajikan tabel penyebaran pohon contoh menurut Bagian Hutan dan kelas kelilingnya yang digunakan untuk penyusunan tabel volume pohon.
Tabel 7 Pembagian kelas keliling untuk kelas sortimen AI, AII, dan AIII Kelas Keliling (cm) Jumlah Pohon Contoh
60 - 96 144
97 - 125 372
126 – 153 264
154 – 190 160
191 - 200 60
Dalam penyusunan tabel volume pohon lokal semua data yang ada dipakai tanpa memmbuat kelas sedangkan untuk penyusunan tabel volume sortimen dibuat beberapa kelas data untuk memudahkan dalam pembuatan modelnya. Pembagian kelasnya adalah sebagai berikut
5.2Eksplorasi Data
Tabel 8 Ketersebaran keliling pohon contoh dan persentasenya Keliling setinggi dada
(K)
banyaknya (N)
Persentase (%)
61-70 23 2,30%
71-80 36 3,60%
81-90 41 4,10%
91-100 87 8,70%
101-110 121 12,10%
111-120 145 14,50%
121-130 125 12,50%
131-140 99 9,90%
141-150 89 8,90%
151-160 60 6,00%
161-170 46 4,60%
171-180 35 3,50%
181-190 33 3,30%
191-200 13 1,30%
201-210 19 1,90%
211-220 9 0,90%
221-230 9 0,90%
231-240 1 0,10%
241-250 4 0,40%
251-260 2 0,20%
261-270 1 0,10%
271-280 2 0,20%
Jumlah 1000 100,00%
Gambar 1 Histogram penyebaran keliling pohon contoh.
Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah mengikuti pola linier ataukah non linier, sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya. Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar) menggambarkan persebaran kelas diameter setinggi dada dengan volume pohon yang akan dijadikan model persamaan regresi dalam penyusunan tabel volume pohon. Berikut ini ditampilkan bentuk scatterplot untuk volume sortimen AI, AII, AIII, dan total.
Gambar 2 Scatterplot hubungan antara volume AI dengan keliling pohon.
[image:42.595.133.496.57.285.2]Pola sebaran acak antara volume sortimen AI dengan kelilingnya terlihat tidak membentuk pola yang linier. Dugaan awalnya adalah dari kelas sortimen AI tersebut tidak dapat dibuat persamaan penduga volumenya.
Gambar 3 Scatterplot hubungan antara volume AII dengan keliling pohon.
Gambar 4 Scatterplot hubungan antara volume AIII dengan keliling pohon.
[image:43.595.129.497.111.343.2]Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa hubungan antara volume AIII dengan keliling pohon membentuk pola yang linier. Dilihat dari pola sebarannya diduga bahwa dari kelas sortimen AIII tersebut dapat dibuat persamaan penduga volumenya.
Sebaran acak pada Gambar 5 juga membentuk pola yang linier pada hubungan antara volume pohon dengan keliling. Sehingga dapat diduga bahwa pada kelas volume pohon dapat dibuat persamaan penduga volumenya.
Sedangkan untuk pembuatan tabel volume sortimen dan volume pohon, untuk memudahkan dalam pengolahan datanya dibuat beberapa kelas untuk pengolahan data.
Model persamaan volume yang disusun dan dicoba sebanyak tiga model, yaitu :
1. Model Kopezky-Gerhardt : V = a + b K2 2. Model Horenadl-Krenn : V = a + b K + c K2 3. Model Berkhout : V = aK2
Data pohon contoh yang terpilih dianalisa dengan menggunakan software statistik (Minitab versi 14)
5.3 Analisa Model Persamaan Penduga Volume Sortimen dan Volume Pohon Perhitungan nilai koefisien determinasi (R2) dan koefisien determinasi terkoreksi (R2 adj) adalah untuk melihat tingkat keeratan hubungan antara peubah bebas (keliling setinggi dada) dengan peubah tak bebasnya (volume pohon). Nilai R2 yang baik adalah yang mendekati 100%.
Ketelitian berkaitan dengan adanya pengulangan dan menggambarkan sejauh mana kedekatan nilai-nilai pengukuran terhadap nilai rata-ratanya. Ketelitian ditunjukkan oleh besarnya nilai simpangan baku dari kesalahan dugaan volume (s). Semakin kecil nilai simpangan baku tersebut maka akan semakin baik persamaan yang akan digunakan untuk menduga volume pohon dan sortimen.
Pengujian keberartian persamaan regresi (Uji Signikasi F-test) dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang nyata atau tidak antara peubah bebas (keliling setinggi dada) dengan peubah tak bebasnya (volume). Uji signifikasi F-test dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel
Tabel 9 Persamaan penduga volume sortimen A1, A2, A3, dan volume pohon
No Persamaan Penduga R2 R
2
adj S F hit
F tab (α = 5%) Persamaan penduga volume sortimen AI
1 VAI = 0,138 + 0,000004 K2 14,5 14,4 0,096 169,15 3,851
2 VAI = 0,406 - 0,00386 K + 0,000017 K 2
20,3 20,1 0,093 126,75 3,005 3 VAI = 0,291 K
0,04571
2,8 2,7 0,198 28,57 3,851 Persamaan penduga volume sortimen AII
1 VAII = 0,422 - 0,000002K 2
1,3 1,2 0,1545 12,56 3,851 2 VAII = 0,153 + 0,00388 K - 0,000015 K2 3,6 3,4 0,1529 18,08 3,005
3 VAII = - 0,0223 K0,389045 0 0 0,2349 0,11 3,851
Persamaan penduga volume sortimen AIII
1 VAIII = - 0,628 + 0,000077 K2 92,8 92,8 0,2160 11028,56 3,852
2 VAIII = - 1,34 +0,00948 K + 0,000048 K2 93,1 93,1 0,2116 5763,16 3,006
3 VAIII = 0,00000000063 K4,22 84,1 84,1 0,1695 4521,6 3,852
Persamaan penduga volume pohon
1 VT = - 0,0181 + 0,000077 K2 95,2 95,2 0,1799 19299,14 3,851
2 VT = - 0,0626 + 0,000641 K + 0,000075
K2
95,2 95,2 0,1799 9960,17 3,005 3 VT = 0,000056 K2,06 94,6 94,6 0,0567 17623,92 3,851
Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa pada sortimen AI dan AII tidak ada satupun persamaan yang memiliki nilai R2 dan R2 adj di atas 50 %, sedangkan untuk persamaan penduga volume sortimen AIII, persamaan terbaik dimiliki persamaan No. 2. Pada persamaan penduga volume pohon ada dua persamaan yang mempunyai nilai terbaik yaitu pesamaan No. 2 dan 3. Persamaan terbaik menurut nilai simpangan bakunya dimiliki oleh persamaan No. 2 untuk sortimen AI dan AII, sedangkan untuk sortimen AIII dan pohon persamaan terbaiknya terdapat pada No. 3. Hasil uji F-test menunjukkan bahwa keseluruhan persamaan memenuhi syarat kecuali pada pesamaan No. 3 sortimen AII.
5.3Analisa Model Penduga Persamaan Volume Tanpa menggunakan Data Pencilan
Tabel 10 Tabel penduga volume dengan menghilangkan data pengamatan tak wajar (unusual observations)
No Persamaan Penduga R2 R2 adj S F hit (α = 5%)F tab Persamaan penduga volume sortimen AI
1 VAI = 0,130 + 0,000004 K2 12,6 12,5 0,096 133,78 3,852
2 VAI = 0,572 - 0,00648 K + 0,000027 K2 20,7 20,6 0,091 121,23 3,006
3 VAI = 0,03981 K0,315 2,6 2,5 0,198 24,35 3,852
Persamaan penduga volume sortimen AII
1 VAII = 0,459 - 0,000003 K2 4,3 4,2 0,144 41,26 3,851
2 VAII = 0,0947 + 0,00535 K - 0,000022
K2
7,0 6,8 0,142 34,55 3,005 3 VAII = 1,588546 K-0,307 2,1 2,0 0,215 19,54 3,851
Persamaan penduga volume sortimen AIII
1 VAIII = - 0,671 + 0,000080 K2 93,0 93,0 0,190 11348,51 3,852
2 VAIII = - 0,822 + 0,00210 K + 0,000073
K2
93,1 93,0 0,189 5677,37 3,006 3 VAIII = 0,000000000251 K4,41 85,3 85,3 0,164 4918,04 3,852
Persamaan penduga volume pohon 1 VT = - 0,0475 + 0,000079 K
2
96,5 96,5 0,136 25381,59 3,851 2 VT = 0,189 - 0,00347 K + 0,000091 K2 96,5 96,5 0,135 12856,06 3,005
3 VT = 0,000056 K 2,06
97,0 97,0 0,037 29893,45 3,851
Setelah data yang tidak terpakai dihilangkan, pada sortimen AI, AII dan AIII tidak terjadi perubahan yang signifikan pada setiap nilai penduganya. Sedangkan pada persamaan penduga volume pohon terdapat peningkatan nila-nilai penduga volumenya. Sehingga untuk persamaan penduga volume sortimen AIII persamaan yang digunakan adalah persamaan awal dengan memakai semua kelas keliling dan untuk volume pohon mengunakan persamaan yang menghilangkan data pencilan.
5.5 Analisa Model Penduga Persamaan Volume dengan Pembuatan Kelas Keliling Baru
[image:46.595.111.515.109.387.2]Tabel 11 Persamaan penduga volume sortimen AI dan AII pada beberapa kelas keliling
No Persamaan Penduga R2 R2 adj S F hit F tab (α = 5%) Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 61cm-96cm
1 VAI = 0,283 - 0,000009
K2
4,4 3,7 0,069 6,38 3,908741 2 VAI = - 0,656 + 0,0236 K -
0,000155 K2
8,6 7,2 0,067 6,51 3,061234 3 VAI = 1,521 K0,448 3,4 2,7 0,135 4,91 3,908741
Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 97cm-125cm
1 VAI = 0,229 - 0,000004 K2 1,7 1,4 0,059 6,41 3,866714
2 VAI = 0,606 - 0,0068 K +
0,000026 K2
1,8 1,3 0,059 3,39 3,020185 3 VAI = 6,223 K
0,771
2,6 2,3 0,149 9,74 3,866714 Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 126cm-153cm
1 VAI = 0,109 + 0,000004 K 2
0,8 0,5 0,093 2,20 3,877196 2 VAI = 3,38 - 0,0473 K +
0,000175 K2
1,8 1,1 0,093 2,43 3,030382 3 VAI = 0,0074 K
0,628
0,5 0,2 0,208 1,43 3,877196 Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 154cm-190cm
1 VAI = 0,155 + 0,000003 K 2
0,9 0,3 0,123 1,44 3,900989 2 VAI = - 4,55 + 0,0554 K -
0,000159 K2
2,7 1,4 0,122 2,16 3,053628 3 VAI = 0,00077 K1,10 1,8 1,2 0,225 2,91 3,900989
Persamaan penduga volume sortimen AI pada kelas keliling 191cm-280cm 1 VAI = 0,308 + 0,000001
K2
0,8 0,0 0,158 0,47 4,006873 2 VAI = - 0,26 + 0,0050 K -
0,000009 K2
0,9 0,0 0,160 0,27 3,158843 3 VAI = 0,1465 K0,658 7,8 6,2 0,207 4,89 4,006873
Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 61cm-96cm
1 VAII = - 0,211 + 0,000069 K2 51,1 50,7 0,104 138,02 3,912875
2 VAII = 1,95 - 0,0535 K +
0,000396 K2
54,9 54,3 0,100 79,86 3,065296 3 VAII = 0,00000000165 K4,24 48,6 48,2 0,223 124,79 3,912875
Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 97cm-125cm
1 VAII = 0,518 - 0,000003 K2 0,4 0,1 0,098 1,47 3,866714
2 VAII = - 2,95 + 0,0624 K -
0,000283 K2 3,6 3,1 0,096 6,88 3,020185 3 VAII = 1,285 K0,216 0,4 0,1 0,104 1,55 3,866714
Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 126cm-153cm
1 VAII = 0,663 - 0,000015 K2 5,9 5,6 0,126 16,43 3,877334
2 VAII = - 0,03 + 0,0101 K -
0,000051 K2
5,9 5,2 0,126 8,22 3,030516 3 VAII = 2691,535 K1,81 5,5 5,2 0,183 15,29 3,877334
Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 154cm-190cm
1 VAII = 0,480 - 0,000006 K2 1,9 1,3 0,155 3,07 3,901761
2 VAII = 0,61 - 0,0016 K -
0,000001 K2
1,9 0,7 0,155 1,52 3,054385 3 VAII = 741,3102 K
1,54
3,2 2,5 0,236 5,09 3,901761 Persamaan penduga volume sortimen AII pada kelas keliling 191cm-280cm
1 VAII = 0,088 + 0,000006 K 2
4,3 2,6 0,254 2,51 4,012973 2 VAII = - 5,02 + 0,0454 K -
0,000094 K2
Setelah dilakukan pembagian kelas,pada sortimen AI tidak ada persamaan yang lebih baik dari sebelumnya namun pada sortimen AII terdapat hasil yang lebih baik pada kelas keliling 61-96 cm. Sehingga persamaan penduga volume yang dipakai untuk sortimen AI adalah persamaan awal dengan memakai semua kelas keliling, sedangkan untuk sortimen AII memakai persamaan pada kelas keliling 61-96 cm.
5.6 Validasi Model Penduga Volume Sortimen dan Pohon
[image:48.595.97.512.290.817.2]Persamaan terbaik yang terpilih baik pada volume sortimen AI, AII, AIII dan volume pohon kemudian dilakukan uji validasi dengan menggunakan cara validasi silang. Dalam uji validasi silang ini, yang diperhatikan adalah nilai Predicted Residual of Sum Square ( PRESS ). Berikut disajikan hasil uji validasi beberapa model terpilih tersebut.
Tabel 12 Nilai PRESS pada setiap persamaan penduga volume terpilih
No Persamaan penduga PRESS
Persamaan penduga volume sortimen AI
1 VAI = 0,138 + 0,000004K2 9,2452
2 VAI = 0,406 - 0,00386 K + 0,000017 K2 8,6579
3 VAI = 0,291 K0,04571 39,4731
Persamaan penduga volume sortimen AII
1 VAII = - 0,211 + 0,000069 K2 1,4816
2 VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K2 1,4117
3 VAII = 0,00000000165 K4,24 6,8289
Persamaan penduga volume sortimen AIII
1 VAIII = - 0,628 + 0,000077 K2 40,3756
2 VAIII = - 1,34 +0,00948 K + 0,000048 K2 39,0122
3 VAIII = 0,00000000063 K4,22 24,7349
Persamaan penduga volume pohon
1 VT = - 0,0475 + 0,000079 K2 17,3343
2 VT = 0,189 - 0,00347 K + 0,000091 K2 17,1774
3 VT = 0,000056 K2,06 1,28649
5.7 Pemilihan Model Tabel Volume Terbaik
Untuk memudahkan dalam memilih model terbaik, perlu diberikan peringkat terhadap beberapa kriteria seperti R2 R2adj, s, Fhitung, dan PRESS pada
masing-masing model. Peringkat persamaan penduga volume menunjukkan persamaan terbaik yang nantinya akan dipilih untuk digunakan di KPH Bojonegoro. Peringkat terbaik ditunjukkan oleh angka yang lebih rendah untuk kemudian dijumlahkan dan diperoleh peringkat akhir.
Tabel 13 Peringkat persamaan penduga volume sortimen dan pohon
No Persamaan penduga
Peringkat Peringk at gabung
an R2 R2 adj s F hit PRESS ∑
Sortimen AI
1 VAI = 0,138 + 0,000004K2 2 2 2 1 2 9 2
2 VAI = 0,406 - 0,00386 K + 0,000017 K2 1 1 1 2 1 6 1
3 VAI = 0,291 K 0,04571
3 3 3 3 3 15 3
Sortimen AII
1 VAII = - 0,211 + 0,000069 K 2
2 2 2 1 2 9 2
2 VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K 2
1 1 1 3 1 7 1
3 VAII= 0,00000000165 K4,24 3 3 3 2 3 14 3
Sortimen AIII
1 VAIII = - 0,628 + 0,000077 K2 2 2 3 1 3 11 3
2 VAIII = - 1,34 +0,00948 K + 0,000048
K2
1 1 2 2 2 8 1
3 VAIII = 0,00000000063 K4,22 3 3 1 3 1 11 3
Pohon
1 VT = - 0,0475 + 0,000079 K2 2.5 2.5 3 2 3 13 3
2 VT = 0,189 - 0,00347 K + 0,000091 K2 2.5 2.5 2 1 2 10 2
3 VT = 0,000056 K2,06 1 1 1 3 1 7 1
Persamaan terpilih yang dapat digunakan dalam pembuatan tabel volume lokal KPH Bojonegoro adalah, untuk sortimen AI, AII, dan AIII menggunakan persamaan No. 2, sedangkan untuk volume pohon menggunakan persamaan No. 3.
tahun 2010, dengan kriteria uji t hitung < t α (n-1), dimana �= 0,05, diperoleh nilai -3,947. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima. Artinya akurasi pada TVL tahun 2010 ini underestimate karena hasil pendugaan volume dengan menggunakan TVL tahun 2010 mempunyai nilai yang lebih kecil daripada hasil yang didapatkan di lapangan.
Nilai-nilai simpangan agrerat (SA) dan simpangan rata-rata (SR) menggambarkan tentang ketelitian model. Penilaian akan ketelitian model penduga volume akan menentukan model pendugaan volume pohon terbaik. Menurut Spurr (1952) persamaan yang baik memiliki nilai SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan kriteria tersebut, pada sortimen AI dan AII modelnya sudah signifikan namun mempunyai nilai R2 dibawah 50%. Setelah dibagi menjadi beberapa kelas keliling, pada sortimen AI tidak terdapat peningkatan nilai R2 yang signifikan sedangkan pada sortimen AII terdapat model yang mempunyai kenaikan nilai R2 yang signifikan yaitu pada kelas keliling 61-96 cm dengan persamaan VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K2 yang
mempunyai nilai R2 sebesar 54,9%. Model yang terpilih untuk sortimen AIII dan volume total pohon adalah VAIII = - 1,34 + 0,00948 K + 0,000048 K2
untuk kelas keliling 96-280 cm dengan nilai R2 sebesar 93,1% , dan VT =
0,000056 K2,06 untuk kelas keliling 70-227 cm dengan nilai R2 sebesar 96,5%. Dengan K adalah keliling setinggi dada.
2. Berdasarkan uji ketelitian dengan menggunakan nilai simpangan agregat (SA) dan simpangan rata-rata (SR), pada TVL 2002 mempunyai nilai SA sebesar 0,036 dan SR 8,43% sedangkan TVL 2010 mempunyai nilai SA sebesar -0,016 dan SR 8,16%. Dilihat dari nilai SA dan SR nya kedua TVL tersebut sudah memenuhi kriteria model penduga volume pohon yang baik yaitu memiliki nilai SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%. Meskipun demikian, berdasarkan uji t student terhadap nilai rata-rata simpangan dugaan terhadap nilai aktual menyatakan bahwa TVL 2002 cenderung overestimate dan TVL 2010 cenderung underestimate.
6.2Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukannya pengujian ulang tabel volume lokal yang ada secara berkala. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tabel volume lokal tersebut masih dapat digunakan di tempat tersebut atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Husch B. 1963. Forest Mensuration and Statistics. New York. The Ronald Press Company Inc.
Kuncahyo B. 1991. Analisis Regresi dengan MINITAB. Laboratorium Biometrika Hutan Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Loetsch F, Zohrer F, and Haller KE. 1973. Forest Inventori volume II. Munchen. BLV Verlagsgesselschaft.
Martawijaya, Kartasujana AI, Kadir K, dan Prawira SA. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan.
Matjjik AA , Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Jilid I Edisi 2. Bogor.IPB Press
Perum Perhutani. 1974. Instruksi Pembuatan Tanaman Jati. Jakarta. Direksi Perum Perhutani.
Perum Perhutani. 1992. Pedoman Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH). Jakarta.
Perum Perhutani. 2006. Redesign (Rancang Ulang) Kelas Perusahaan KPH Ciamis. Bandung
Perum Perhutani I. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Pembagian Batang Kayu Bundar Jati. Semarang: Biro Produksi Semarang.
Perum Perhutani. 2009. Public Summary KPH Bojonegoro. Bojonegoro.
Seksi Perencanaan Hutan I Bojonegoro. 2002. Tarip Volume Lokal Tebang Habis Hutan Tanaman Jati KPH Bojonegoro Tahun 2002. Bojonegoro.
Simon H. 1993. Hutan Jati dan Kemakmuran.Problematika dan Stategi Pemecahannya. Yogyakarta. Aditya Media.
Spurr SH. 1952. Forest Inventory. New York. The Ronald Press Company Inc. Suharlan A, Sudiono Y. 1976. Ilmu Ukur Kayu. Jakarta: Bagian Pendidikan
Direktorat Jendral Kehutanan.
Suharlan,A.,Boestomi S, Soemarna K. 1976. Tabel Volume untuk Pinus merkusii Jungh.Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.
Sumarna Y. 2002. Budidaya Jati. Jakarta. Penebar Swadaya.
Lampiran 1 Tabel volume sortimen AII jati ( kelas keliling 61-96 cm )
No Keliling (cm) Volume (m3)
1 61 0,160
2 62 0,155
3 63 0,151
4 64 0,148
5 65 0,146
6 66 0,144
7 67 0,143
8 68 0,143
9 69 0,144
10 70 0,145
11 71 0,148
12 72 0,151
13 73 0,155
14 74 0,159
15 75 0,165
16 76 0,171
17 77 0,178
18 78 0,186
19 79 0,195
20 80 0,204
21 81 0,215
22 82 0,226
23 83 0,238
24 84 0,250
25 85 0,264
26 86 0,278
27 87 0,293
28 88 0,309
29 89 0,325
30 90 0,343
31 91 0,361
32 92 0,380
33 93 0,400
34 94 0,420
35 95 0,441
36 96 0,464
Model : VAII = 1,95 - 0,0535 K + 0,000396 K2
Lampiran 2 Tabel volume sortimen AIII jati ( kelas keliling 96-280 cm )
No Keliling (cm) Volume (m3) No Keliling (cm) Volume (m3)
1 96 0,012 41 136 0,837
2 97 0,031 42 137 0,860
3 98 0,05 43 138 0,882
4 99 0,069 44 139 0,905
5 100 0,088 45 140 0,928
6 101 0,107 46 141 0,951
7 102 0,126 47 142 0,974
8 103 0,146 48 143 0,997
9 104 0,165 49 144 1,020
10 105 0,185 50 145 1,044
11 106 0,204 51 146 1,067
12 107 0,224 52 147 1,091
13 108 0,244 53 148 1,114
14 109 0,264 54 149 1,138
15 110 0,284 55 150 1,162
16 111 0,304 56 151 1,186
17 112 0,324 57 152 1,210
18 113 0,344 58 153 1,234
19 114 0,365 59 154 1,258
20 115 0,385 60 155 1,283
21 116 0,406 61 156 1,307
22 117 0,426 62 157 1,332
23 118 0,447 63 158 1,356
24 119 0,468 64 159 1,381
25 120 0,489 65 160 1,406
26 121 0,51 66 161 1,430
27 122 0,531 67 162 1,455
28 123 0,552 68 163 1,481
29 124 0,574 69 164 1,506
30 125 0,595 70 165 1,531
31 126 0,617 71 166