• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEngaruh Akar Gingseng (Wild ginseng) dalam Ransum Mencit (Mus musculus) terhadap Jumlah Anak dan Pertumbuhan Anak dari Lahir sampai dengan Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEngaruh Akar Gingseng (Wild ginseng) dalam Ransum Mencit (Mus musculus) terhadap Jumlah Anak dan Pertumbuhan Anak dari Lahir sampai dengan Sapih"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM

MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP

JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK

DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

KADARWATI

D24102015

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

(2)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM

RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP

JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHANANAK

DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

Oleh:

KADARWATI

D24102015

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Jajat Jachja F.A.,MAgr Jakaria, SPt, MSi

NIP 130 516 994 NIP 132 050 623

Mengetahui

(3)

Dr.Ir. Ronny R. Noor, MRurSc

NIP.131 624 188

PENGARUH AKAR GINSENG (Wild ginseng) DALAM RANSUM MENCIT

(Mus musculus) TERHADAP

JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK

DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

SKRIPSI

KADARWATI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

(4)

RINGKASAN

KADARWATI. D24102015. 2006. Pengaruh Akar Ginseng (Wild ginseng)

dalam Ransum Mencit (Mus musculus) terhadap Jumlah Anak dan

Pertumbuhan Anak dari Lahir Sampai dengan Sapih. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Jajat Jachja F.A.,MAgr Pembimbing Anggota : Jakaria, SPt, MSi

Ginseng merupakan tanaman herbal alami yang memiliki bahan aktif flavonoid dan ginsenosid yang bermanfaat dalam memelihara diri dari penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh dan merangsang pembentukan hormon estrogen pada mamalia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh akar ginseng terhadap jumlah anak dan pertumbuhan anak mencit dari lahir sampai dengan sapih.

Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli sampai dengan September 2005 di kandang A Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Mencit yang digunakan adalah mencit yang sudah dewasa tubuh berumur dua bulan sebanyak 48 ekor masing-masing 24 ekor betina dan 24 ekor jantan. Perkawinan dilakukan dengan perbandingan satu jantan dengan satu betina yang dimasukkan ke dalam kandang kawin. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan yaitu R1 (kontrol), R2 (0.0134 % ginseng), R3 (0.026 % ginseng), dan R4 (0.04 % ginseng). Data dianalisis dengan sidik ragam (Anova), jika berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Peubah yang diamati adalah jumlah anak per kelahiran, bobot lahir, pertambahan bobot badan anak dan bobot sapih.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap semua peubah yang diamati tidak berbeda nyata. Adapun rataan hasil penelitian terhadap peubah yang diamati pada mencit adalah jumlah anak per kelahiran masing-masing adalah 9.0±1.7, 9.8±1.7, 10±1.4l, 8.6±1.5 ekor untuk perlakuan R1, R2, R3 dan R4, bobot lahir masing-masing 1.37±0,12, 1.35±0,40, 1.10±0,08, 1.16±0,34 g pada perlakuan R1, R2, R3 dan R4, bobot sapih 6.63±1.02, 8.23±1.15, 7.53±0.84, 7.88±0.59 g pada perlakuan R1, R2, R3 dan R4 dan pertambahan bobot badan masing-masing 0.26±0,03, 0.33±0,06, 0.03±00.04, 0.32±0,04 g/ekor/hari pada perlakuan R1, R2, R3 dan R4.

(5)

ABSTRACT

Effect of Root Ginseng (Wild ginseng) in Dietary Mice (Mus musculus) on Litter Size and Growth of Birth to Weaning

Kadarwati, Jajat Jachja, and Jakaria

Ginseng is natural herb plants has flavonoid and ginsenosid to protect from desease and to increase produce from of estrogen of mice. This research purpose is to know effect of ginseng root to litter size and growing. This research was done with at Juli until September 2005 in Husbandary Faculty in Bogor Agriculture University. Mice used are male and female it’s two months, have 24 number and 48 of albino strain. Mating system used monogamy with one female and male ratio. The experimental design is Completely Randomized Design (CRD). If the result this research it that treatment of ginseng significantly used Duncan. Observed are litter size, birth weight, wean weight and gain body weight. The result showed not significantly with mean of litter size 9.00 head, born weight 1.25 g, weaning weight 7.57 g and gain body weight 0.33 g/head.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Juni 1983 di Sukoharjo, Jateng. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Sadi Cipto Diharjo dan Siyam.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1997 di Sekolah Dasar Negeri 1 Jetis, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 1 Baki dan pendidikan lanjutan menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Kartasura.

(7)

KATA PENGANTAR

Penggunaan tanaman herba belakangan ini sering digunakan untuk menunjang kesehatan dan pengobatan medis karena adanya pengaruh negatif dari penggunaan obat-obat sintetis, diantaranya adanya residu yang mengganggu metabolisme tubuh. Ginseng merupakan salah satu tanaman herba yang bersifat alami karena bahan aktif ginseng dapat diserap tubuh dan tidak meninggalkan unsur residu. Bahan aktif ginseng berupa flavonoid diduga mampu meningkatkan kesuburan karena dapat merangsang pembentukan hormon estrogen. Penelitian ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan untuk mengetahui aspek jumlah anak per kelahiran dan pertumbuhan anak dari lahir sampai dengan sapih.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Ginseng (Wild ginseng) ... 3

Klasifikasi dan Fisiologi Ginseng ... 3

Varietas Ginseng ... 4

Pertumbuhan Ginseng ... 8

Komponen Kimia Ginseng ... 8

Ginsenosid dan Flavonoid ... 9

Khasiat dan Kegunaan Ginseng ... 13

Prospek Ginseng di Indonesia ... 17

Mencit (Mus musculus) ... 19

Diskripsi dan Klasifikasi Mencit ... 19

Sifat Biologis Mencit ... 20

Sifat Reproduksi dan Pertumbuhan Mencit ... 20

Jumlah Anak per Kelahiran ... 21

Bobot Lahir ... 21

Bobot sapih ... 22

Pertambahan Bobot Badan ... 22

Pakan Mencit ... 23

MATERI DAN METODE ... 25

Materi Penelitian ... 25

Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

(9)

Metode Penelitian ... 29

Perlakuan ... 29

Rancangan Percobaan ... 29

Peubah ... 29

Jumlah Anak per Kelahiran ... 29

Bobot Lahir ... 30

Bobot Sapih ... 30

Pertambahan Bobot Badan ... 30

Prosedur Pelaksanaan ... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

Jumlah Anak per Kelahiran ... 31

Bobot Lahir ... 33

Bobot Sapih ... 34

Pertambahan Bobot Badan ... 35

KESIMPULAN ... 38

SARAN ... 38

UCAPAN TERIMA KASIH ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komponen dan Kandungan Kimia Ginseng ... 9

2. Persentase Kandungan Ginsenosid dalam Ginseng ... 10

3. Sifat Biologis Mencit (Mus musculus) ... 20

4. Kandungan Nutrien Ginseng yang Digunakan dalam Penelitian ... 26

5. Susunan Ransum yang Digunakan dalam Penelitian ... 27

6. Komposisi Bahan Pakan yang Digunakan dalam Penelitian ... 28

7. Komposisi Nutrisi Ransum yang Digunakan dalam Penelitian ... 28

8. Kandungan Nutrisi Masing-masing Ransum Setiap Perlakuan ... 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Macam-macam Ginseng Berdasarkan Bentuk Daun ... 5

2. Macam-macam Ginseng Berdasarkan Bentuk Akar ... 6

3. Struktur Saponin Tetrapenoid Tetrasiklik. (a) Ginsenosid 20-protopanax triol, (b) Ginsenosid (20-protopaxadiol) yang Terdapat pada Ginseng ... 11

4. Struktur Isoflavon. (a) Estradiol, (b) Genistein yang Terdapat pada Gin seng ... 12

5. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian ... 25

6. Akar Ginseng yang Digunakan dalam Penelitian ... 26

7. Tepung Ginseng yang Digunakan dalam Penelitain ... 26

8. Kandang dan Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian ... 27

9. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Anak per Kelahiran ... 32

10.Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Lahir ... 33

11.Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Sapih ... 34

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Sidik Ragam Jumlah Anak per Kelahiran ... 44

2. Analisis Sidik Ragam Bobot Lahir Anak Mencit ... 44

3. Analisis Sidik Ragam Bobot Sapih Anak Mencit ... 44

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ginseng sangat populer sebagai tanaman herba kuno yang dapat

menyembuhkan berbagai macam penyakit, sehingga ginseng sering digunakan

dalam pengobatan medis selama beribu tahun yang lalu. Salah satu manfaat

ginseng adalah mampu memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatan baik

pria atau wanita agar tubuh menjadi kuat dan mampu mempertahankan diri

terhadap segala macam penyakit atau gangguan. Penelitian yang dilakukan oleh

ilmuwan menyimpulkan bahwa pemberian ginseng pada penderita penyakit

diabetes, hipertensi, kanker, kolestrol dan penyakit lainnya menunjukkan

peningkatan kondisi kesehatan yang relatif cepat serta tidak menimbulkan

efek-efek samping dibandingkan dengan terapi pemberian obat-obatan yang seringkali

menimbulkan komplikasi.

Penggunaan ginseng sangat baik karena tidak mengakibatkan efek negatif,

sebab ginseng dapat berinteraksi langsung dengan kelenjar hipotalamus, kelenjar

hifofisa dan kelenjar adrenal. Pengaruh ginseng dalam metabolisme tubuh sangat

alami, tidak seperti obat sintetik yang biasanya digunakan untuk meningkatkan

energi dan daya tahan tubuh seperti anabolik steroid. Beberapa hasil penelitian

lain menunjukkan bahwa penggunaan ginseng tidak meninggalkan substansi

doping yang berasal dari stimulan sintetik. Hal ini mengindikasikan bahwa bahan

aktif ginseng seluruhnya dapat diserap tubuh, sehingga tidak meninggalkan unsur

residu. Akan tetapi berbeda halnya dengan stimulan seperti amfetamin, anabolik

steroid, nikotin dan kafein yang dapat meninggalkan residu yang dapat

membahayakan tubuh.

Selain sifatnya yang alami, ginseng mempunyai bahan aktif flavonoid dan

ginsenosid yang bermanfaat dalam mencegah masuknya penyakit melalui organ

pernafasan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kesuburan,

meningkatkan kemampuan mental, menguatkan fungsi jantung, merangsang

pembentukan darah, memperbaiki sistem sirkulasi, membantu menjalankan fungsi

(14)

Mencit (Mus musculus) sebagai salah satu hewan percobaan yang banyak

digunakan untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu,

baik dalam skala penelitian atau laboratorik, sangat efektif untuk mempelajari

proses pertumbuhan, masa laktasi dan reproduksi dengan biaya yang relatif

murah, sehingga mencit sering dijadikan sebagai hewan model dalam percobaan

laboratorium. Keunggulan mencit sebagai hewan percobaan antara lain karena

siklus hidupnya yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi

sifatnya tinggi, mudah ditangani, sifat produksi dan reproduksinya mirip dengan

hewan mamalia. Oleh karena itu, mencit digunakan dalam penelitian ini, untuk

mengetahui respon penggunaan ginseng terhadap jumlah anak per kelahiran dan

pertumbuhan anak dari lahir sampai dengan sapih.

Perumusan Masalah

Penggunaan obat sintetis secara terus menerus dan dalam jangka waktu

lama dapat meninggalkan residu yang membahayakan tubuh. Salah satu dampak

negatif penggunaan obat sintesis adalah mengakibatkan kerusakan fisiologis.

Dengan kondisi di atas, maka dapat dirumuskan beberapa hal yang

dijadikan peubah dalam penelitian ini sebagai informasi dasar untuk mengetahui

pengaruh ginseng, yaitu :

1) mengetahui jumlah anak per kelahiran

2) mengetahui bobot lahir mencit

3) mengetahui bobot sapih

4) mengetahui pertambahan bobot badan

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh akar ginseng terhadap

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Ginseng

Klasifikasi dan Fisiologis Ginseng

Kata ginseng berasal dari bahasa Cina yaitu jen dan shen. Shen berarti akar

yang merupakan bagian ginseng yang paling penting dan berguna, sedangkan jen

berarti manusia karena bentuk akarnya menyerupai bentuk manusia. Nama

ginseng dalam bahasa Latin ialah Panax. Panax berasal daripada famili

Araliaceae dan mempunyai hubungan yang dekat dengan famili Panacea. Panax

berarti mengobati segala penyakit. Bentuk akar ginseng yang masih muda

menyerupai bagian-bagian tubuh manusia, seperti tangan dan kaki dan

kadang-kadang seperti organ reproduksi manusia. Akar ginseng liar yang berumur

kira-kira lebih dari 400 tahun, harganya bisa mencapai 3.000 dolar AS per ons.

Semakin tua usia ginseng, diyakini makin kuat khasiatnya, sehingga diperlukan

dosis yang sedikit saja. Umumnya tanaman ginseng dipanen ketika sudah berusia

6-7 tahun. Jika lebih muda dari itu tidak akan bermanfaat sebagai obat. Selain

akarnya, kini orang mulai memanfaatkan daun dan buah ginseng. Manfaat kedua

bagian tanaman ginseng itu termasuk kecil, daunnya berfungsi sebagai

antioksidan, sehingga banyak dipakai untuk lalapan. Namun, menurut Japan

Health Association, kandungan saponin pada buah ginseng sekitar 83 persen atau

tujuh kali lipat lebih besar dibanding yang terdapat pada akarnya. Selain itu

persenyawaan buah ginseng empat kali lebih efisien, artinya saponinnya lebih

mudah diserap tubuh (Moramarco,1998).

Mazza dan Oomah (2000) menyatakan bahwa bunga ginseng sangat khas

dengan ukuran panjang 5-7 mm dan diameter 4-5 mm yang akan berkembang

menjadi biji (yang panjangnya 3-7 mm) dan daun. Bagian terpenting dari ginseng

adalah akar yang berbentuk silinder dengan panjang bervariasi yaitu 2-10 cm dan

diameter 1-2 cm. Semua spesies ginseng dapat tumbuh liar di daerah hutan

temperate, sehingga kebanyakan ginseng dapat ditanam di wilayah pertanian

seperti Cina, Korea, Uni Soviet, Amerika Serikat dan Kanada. Ginseng termasuk

tanaman yang pemeliharaannya sangat susah dan mahal. Ginseng harus dilindungi

(16)

Varietas Ginseng

Ada tiga varietas ginseng yang dikenal di dunia yaitu; (1) Asian ginseng

(Panax ginseng C. A. Meyer); ini ditemukan oleh seorang ahli botani yang

bernama C.A. Meyer pada tahun 1842, dan orang menyebutnya ginseng Cina atau

ginseng Korea yang banyak terdapat di bagian utara Cina khususnya Manchuria,

Korea dan Siberia, (2) American ginseng (Panax quinquefolius); ini banyak

ditemukan di Amerika Utara dan (3) Siberian ginseng (Eleutherococcus

senticosus); spesies ini tidak termasuk genus panax seperti Asian ginseng dan

American ginseng, tapi masih termasuk famili Araliaceae yang tumbuh di bagian

utara Uni Soviet (Moramarco, 1998).

Mazza dan Oomah (2000) menyatakan bahwa terdapat enam spesies

ginseng yaitu (1) Panax ginseng C. A. Meyer (Asian ginseng); ginseng ini tumbuh

di Korea, Cina, Jepang, dan Rusia, (2) Panax Japanicum (Japanese ginseng,

Bamboo ginseng ) yang tumbuh di Jepang, (3) Panax Vietnamensis; ginseng ini

tumbuh di Vietnam, (4) Panax notoginsengana F . H. Chen (Sanchi ginseng) yang

tumbuh di Cina yaitu di propinsi Yunan dan Kwangsi, (5) Panax quiqefolium

(North American ginseng); tumbuh di propinsi Kanada Timur dan Kanada Barat

dan Amerika Serikat dan (6) Panax trifolium C. A. Meyer yang tumbuh di Jepang.

(Gambar 1 dan 2).

Ginseng dikelompokkan menjadi dua jenis variasi, yang diketahui oleh

kebanyakan orang ialah Panax ginseng dan Panax quinquefolius. Panax ginseng

dikenal sebagai ginseng Asiatic, Cina atau Korea. Panax quinquefolius juga

dikenal sebagai ginseng Amerika. Di samping itu, terdapat juga ginseng lain yang

dikenal sebagai Panax notoginseng, Panax pseudo-ginseng, Panax japonica,

Panax trifolius, Panax zingeberinsis, Panax stipuleanatus dan Panax

vietnamensis. Semua ginseng yang asli mempunyai nama genus Panax dalam

bahasa Latin. Terdapat juga variasi tumbuhan yang sama dengan ginseng tetapi

bukan ginseng asli, diantaranya ialah Eleutheroeoccus senticosis (ginseng Serbia)

yang ada hubungan dengan ginseng asli tetapi bahan kimianya berlainan. Pfaffia

paniculata (ginseng Brazilian, Suma atau Amerika Selatan) tidak berkaitan

dengan ginseng asli dan tidak ada bahan kimia yang sama. Di samping itu,

(17)

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j) (k) (l)

Gambar 1. Macam-macam Ginseng Berdasarkan Bentuk Daun. (a) Panax ginseng, (b) Siberian ginseng, (c) American ginseng, (d) Panax trifolius, (e) Siberian ginseng , (f) Panax C.A. Meyer, (g) Panax quiqefolium, (h) Panax quiqefolius, (i) Panax Japanicum/ Japanese ginseng, (j) Panax trifolium, (k) Ginseng Jawa (Talinum paniculatum), ( l) Panax quiqefolia.

(18)

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j) (k) (l)

Gambar 2. Macam-macam Ginseng Berdasarkan Bentuk Akar. (a) American ginseng, (b) Asian ginseng, (c) Wild ginseng, (d) Female ginseng dan (e) Male ginseng, (f) Panax C.A. Meyer, (g) Panax quiqefolius,(h) Asian panax ginseng, (i) Panax trifolium C.A. Meyer, (j) American ginseng, (k) Ginseng Jawa (Talinum paniculatum), (l) Panax quiqefolius

(19)

ginseng. Kedua-duanya berasal dari Manchuria yaitu utara Cina dan Korea Utara.

Panax ginseng adalah berwarna merah karena ginseng tersebut telah diproses

dengan cara-cara rahasia oleh pencari ginseng. Sementara ginseng Jepang adalah

mirip dengan ginseng Cina dari segi batangnya tetapi berbeda dari segi akarnya.

Akar Panax japonica lebih mirip dengan akar bambu. Rasanya lebih pahit dan

harganya murah dibanding ginseng Cina. Ginseng Jepang lebih banyak dipakai

sebagai obat batuk dan antidemam. Buah ginseng juga banyak dimanfaatkan

sebagai obat. Kandungan ginsenosida lebih banyak terdapat di buahnya dibanding

di akarnya (http://www. Goodwaynetwork. com/ginseng. Php, 2006).

Ginseng Amerika (Panax quinquefolium) mengandung panaquilin (di

Amerika disebut sang) tingginya 10-20 inci, akarnya bercabang samar seperti kaki

dan tangan manusia. Selain itu, rasanya agak pahit pada permulaan dan manis

kemudian. Di Amerika, ekstrak akar sang dipakai sebagai adaptogen. Dalam

dunia farmasi ginseng Amerika lebih tinggi dari Panax ginseng karena kandungan

ginsenosidanya lebih tinggi dari Panax ginseng. Akan tetapi setengah jenis

ginsenosida yang terkandung di Panax ginseng tidak ditemukan di ginseng

Amerika. Panax C. A. Meyer dimanfaatkan untuk meningkatkan vitalitas,

kekebalan, kanker, penyakit kardiovaskuler dan meningkatkan penampilan fisik

dan mental (Coon J.T dan Ernest E, 2006).

Indonesia terdapat tanaman yang secara morfologi dan kandungan kimia

sama dengan ginseng Cina dan Korea yaitu Som Jawa (Talinum paniculatum

Gaertn) dan Kolesom (Talinum triangulare Wild). Som Jawa dan Kolesom

dikenal sebagai ginseng Jawa, dalam pengobatan tradisional diramu menjadi

berbagai sediaan dan yang paling terkenal dalam bentuk sediaan anggur. Untuk

menjadikan Som Jawa dan Kolesom sebagai ginseng Indonesia telah dilakukan

penelitian khasiat dan keamanan Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) dan

Kolesom (Talinum triangulare Wild). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Som

Jawa dan Kolesom aman berdasarkan uji toksisitas akut. Pemberian ekstrak Som

Jawa dapat memperpanjang waktu mulai tidur dan menambah kebugaran.

Pemberian ekstrak Kolesom dapat menaikkan jumlah dan motilitas spermatozoa,

menaikkan kadar testosteron dan menambah kualitas lapisan spermatogesis

(20)

Pertumbuhan Ginseng

Ginseng ialah tumbuhan yang berumur panjang dan bisa tetap hidup

sampai beratus tahun. Ginseng liar biasanya tumbuh di hutan–hutan pergunungan

yang gelap dan daerah yang memiliki iklim empat musim yang berbeda. Ginseng

tumbuh di bawah naungan pohon-pohon lain dan menghindari secara langsung

sinar mahatari. Ginseng akan mati jika tumbuh di tempat terbuka. Ginseng juga

memerlukan curah hujan yang cukup dengan fluktuasi siang dan malam yang

besar. Tanah yang sesuai untuk tumbuhnya ginseng ialah lempung berpasir.

Pertumbuhan ginseng relatif lambat, pada umur lima tahun, tanaman mulai

bercabang dan berbatang dua, cabang muncul langsung dari tanah. Pada umur itu

tanaman belum berbunga. Setelah berumur 10 tahun dan bercabang empat barulah

ada satu cabang khusus yang ditumbuhi bunga. Ginseng akan berbunga pada

setiap musim bunga. Satu batang ginseng yang matang akan mempunyai lima

daun di tangkainya, tiga daun berukuran besar dan dua lagi berukuran kecil.

Kuntum bunga ginseng adalah berwarna kelabu dan akan bertukar menjadi

gugusan buah yang berwarna merah tua pada penghujung musim panas. Bunganya

berukuran kecil seperti biji kemiri. Bentuk akarnya berbentuk seperti tubuh

manusia. Akarnya bercabang dan panjang, kulitnya kuning dan putih di bagian

dalamnya. Akarnya berasa pahit dan manis (Suara Merdeka, 2005).

Komponen Kimia Ginseng

Ginseng mengandung dua bahan aktif, yakni fitokimia dan nutrien.

Fitokimia berupa betasitosterol, kampesterol, kariofilen, asam sinamik, escin,

asam ferulik, asam fumarik, ginsenosides, kaempferol, asam oleanolik, asam

panaxik, panaxin, saponin, stigmasterol, asam vanilik. Nutrien yang dikandung

adalah kalsium, serat, folat, zat besi, magnesium, mangan, fosfor, potasium,

silikon, zinc, vitamin B1, B2, B3, B5, dan C. Ginsenosides merupakan elemen

terpenting dari tanaman ginseng yang berguna bagi kesehatan (Samuel, 2000).

Beberapa penelitian lain mengungkapkan tentang kandungan ginseng,

antara lain asam askorbat (vitamin C) yang berfungsi membantu memelihara dan

membentuk kolagen, kemudian Beta karoten (pro vitamin A) yang diperlukan

tubuh untuk mempertahankan jaringan kulit ari agar selalu dalam keadaan sehat,

(21)

vitamin B2 yang sangat penting untuk menjaga kesehatan kulit, mata dan syaraf.

Ginseng yang tumbuh di Korea mengandung lebih banyak ginsenoside yang

beraneka ragam, dibanding dengan ginseng yang tumbuh di Cina atau negara lain

di dunia sehingga ginseng Korea dijadikan sebagai salah satu bahan efektif untuk

pengobatan di dunia (Khor Too King, 1999).

Mazza dan Oomah (2000) menyatakan bahwa ginseng mengandung

komponen serta kandungan kimia seperti lemak, protein, fenolik, vitamin,

karbohidrat seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen dan Kandungan Kimia Ginseng

Komponen Kandungan

Lemak Triacilglyserida, trilinolein, oligoglyserida

Protein Peptida, enzim

Fenoliks Asam cafeic, kaempherol, asam vanilic, Flavonoids

Β – N-oxalo-L-α, β, asam diaminopropionik Vitamin Asam askorbat, tiamin, riboflafin, niacin Karbohidrat Panaxan polisakarida, Substansi mucilaginus

Lainnya Saponin steroid atau ginsenosid, minyak essensial, β- farnesen,β-gurnenen,β-bisablen, asam organik

Sumber: Mazza and Oomah, 2000

Ginsenosid dan Flavonoid

Kandungan kimia yang telah diketahui adalah saponin dan glikosida.

Glikosida pada akar ginseng dikenal sebagai ginsenosida. Selain itu, akar ginseng

juga mengandung 16 jenis ginsenosida seperti minyak atsiri, panasena, resih,

musilago, asam panax, fitosterol, hormon, vitamin B, karbohidrat dan selulosa.

Pada tahun 1960, pengkaji-pengkaji Moscow dan Tokyo menemukan sejenis

Sebatian yang dikenal sebagai terpenidol glycisides. Penelitian yang dilakukan

terhadap tikus mendapatkan bahwa Sebatian tersebut memberikan tenaga kepada

tikus tersebut. Sebatian terdiri dari molekul gula dan molekul terpenoid.

Terpenoid ialah sejenis hormon tumbuhan yang serupa dengan hormon hewan.

Kemudian terpenidol glycisides dinamakan ginsenosida, yang menjadikan ginseng

terkenal sebagai obat segala penyakit karena peranan yang dimainkan oleh

ginsenosida (Suara Merdeka, 2005).

(22)

Tabel 2. Kandungan Ginsenosida dalam Ginseng

Ginsenosida % kandungan dalam ginseng

Ro 0.2-0.4%

Ra1 0.02%

Ra2 0.03%

Ra3 unsur surih

Rb1 0.37-0.5%

Rb3 unsur surih

Rc 0.13-0.3%

Rd 0.15%

Re 0.15-0.2%

Rf 0.05%

Rg 0.05%

Rg1 0.2%

Rg2 unsur surih

Rg3 unsur surih

Rh1 unsur surih

Rs1 unsur surih

Rs2 unsur surih

Sumber: Republika, 2000

Ginsenosid yang terdapat pada akar ginseng merupakan golongan yang

menarik dari segi struktur dan segi aktivitas fisiologinya. Senyawa ini adalah

glikosida steroid dengan penyulingan oksigen pada posisi 3, 12, dan 20 dan gugus

metil tambahan. Lebih dari 30 ginsenosid sudah diidentifikasi dan

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut rantai gliko dalam ikatan

aglikone. Aglikone dari 20-S-protopanaxandiol (misal ginsenosid Rb 1, Rb2, Rc

dan Rd) termasuk saponin panaxadiol, sedangkan aglikone dari

20-S-protopanaxatriol (Re, Rf dan Rg 1) termasuk saponin panaxtriol.

Terdapat dua jenis ginsenosid yang disebut saponin triterpenoid tetrasiklik

(20-(s)-protopanaxtriol dan 20-(s)- protopaxadiol)(Mazza dan Oomah, 2000)

(23)

(a)

Ra: R1=glucose-6 →1-glucose-6 →1-glucose

R2=glucose-3 →1-glucose-3 →1-glucose

Rb1: R1=glucose-2 →1-glucose

R2=glucose-6 →1-glucose

Rb2 : R1=glucose-2 →1-glucose

R2=glucose-6 →1-arabinose(pyr)

Rb3 : R1=glucose-2 →1-glucose

R2=glucose-6 →1-xylose

Rc : R1=glucose-2 →1-glucose

R2=glucose-6 →1-arabinose (fur)

Rd : R1=glucose-2 →1-glucose

R2=glucose

(b)

Re : R1=glucose-2 →1-rhamnose R2=glucose

Rf : R1=glucose-2 →1-glucose

R2=H

Rg1 : R1=glucose

R2=glucose

Rg2 : R1=glucose-2 →1-glucose

R2=H

Gambar 3. Struktur Saponin Tetrapenoid Tetrasiklik. (a) Ginsenosid 20-(s) protopanaxtriol, (b) Ginsenosid (20-(s)- protopaxadiol) yang Terdapat pada Ginseng.

Sumber: Mazza dan Oomah, 2000

R2O

OH 20

12

3

OR11

HO

R2O

OH 20

12

3

(24)

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa

C6-C3-C6. Artinya kerangka karbonya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena

tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon. Kelas-kelas yang

berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen

tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan.

Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar flavonoid berciri

mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah

satu dari cincin benzena. Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum

dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungi sampai angiosparmae.

Pada tumbuhan tingkat tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif

maupun bunga. Beberapa kemungkinan lain fungsi flavonoid pada tumbuhan yang

ialah untuk pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan

antivirus. Flavonoid tertentu dalam makanan tampaknya menurunkan agregasi

platelet dan dengan demikian mengurangi pembekuan darah, tetapi jika dipakai

pada kulit, flavonoid dapat menghambat pendarahan. Beberapa xanton dan

flavonoid oligomer dalam makanan mempunyai efek antihipertensi yang dapat

menghambat kerja enzim angiotensin. Peran flavonoid yang merugikan adalah

ditemukannya kuersetin yang bersifat mutagen pada uji Ames tetapi flavonoid

juga bekerja sebagai antimutagen. Selain itu isoflavon seperti genistein

merangsang pembentukan estrogen pada mamalia, karena memiliki kesamaan

struktur dengan hormon estrogen (Robinson, 1996)(Gambar 4).

(a) (b)

Gambar 4. Struktur Isoflavon. (a) Estradiol (b) Genistein yang Terdapat pada Ginseng

Sumber: Robinson, 1996

HO

OH

OH

HO

(25)

Khasiat dan Kegunaan Ginseng

Ginseng banyak digunakan oleh masyarakat Cina, Korea, Jepang, Eropa,

Rusia dan Amerika Serikat sebagai obat awet muda, stimulan dan penyegar.

Masyarakat Cina percaya bahwa semakin tua ginseng maka semakin tinggi

khasiatnya dan semakin mahal harganya. Di Korea, ginseng lebih terkenal sebagai

obat untuk menjaga kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memperbaiki

kesehatan secara umum dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Secara umum, khasiat ginseng adalah untuk menguatkan tubuh dan menyimpan

energi, menguatkan fungsi jantung dan menghilangkan stres, penawar racun dan

meningkatkan ketahanan melawan penyakit, menguatkan fungsi limpa, mencegah

masuknya penyakit melalui organ pernafasan, merangsang pembentukan darah

dan memperbaiki sistem sirkulasi, menggiatkan sistem pencernaan dan membantu

menjalankan fungsinya dengan baik (http:Sinar.Fm/oap/06/sinar_petang/produk.

asp, 2005).

Kaisar dinasti Qing, Qian Long dan kaisar Shen Nung (3500 SM),

menjuluki ginseng sebagai rajanya obat. Di dalam kitab pengobatan Shen Nung's

Pharmacopeaia, disebutkan bahwa ginseng bukanlah obat dalam arti

menyembuhkan gejala penyakit, melainkan sebagai penguat daya tahan tubuh.

Selain kaisar Qian Long dan kaisar Shen Nung, tokoh lain yang juga telah

mendapatkan manfaat dari ginseng adalah Ibu Suri Zhe Xi. Ibu suri menggunakan

ginseng lebih untuk hal-hal kecantikan. Menurut sejarah, Ibu suri memiliki pesona

luar biasa bahkan pada usianya yang sudah 70 tahun. Pada saat wafat, kulit

wajahnya masih terlihat sehat, dan mulus, sehingga terlihat seperti tertidur.

Ginseng dinyatakan berkhasiat antara lain untuk mengurangi kelelahan,

meningkatkan stamina, memperbaiki kondisi mental, meningkatkan pengeluaran

cairan tubuh, mencegah diabetes, menguatkan sistem pencernaan, mencegah

iritasi, serta mengeluarkan racun. Karena diyakini sebagai sumber energi itulah

banyak atlet yang memanfaatkan ginseng. Hingga hari ini ginseng masih populer

dan diburu untuk meningkatkan stamina dan mengatasi berbagai macam gangguan

kesehatan (http:Evamislia.com/Lihat Artikel.Php?Aid=231, 2006).

Moramarco (1998) menyatakan bahwa spesies ginseng Asia, ginseng

(26)

terhadap kesehatan tubuh. Ginseng Siberia mempunyai fungsi adaptogen terbaik.

Adaptogen adalah substansi untuk meningkatkan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres. Ginseng siberia dinyatakan tidak bersifat toksik (racun),

tidak bersifat adiktif (membuat ketergantungan) dan tidak berefek samping,

karena tidak menimbulkan resiko terhadap organ tubuh, jadi dapat digunakan

dalam jangka panjang. Ginseng Asia merupakan spesies ginseng yang memiliki

efek penyembuh dan bersifat stimulan yang berguna untuk meningkatkan vitalitas

dan energi. Hal ini telah terbukti meningkatkan daya tahan dan kemampuan fisik,

meningkatkan kapasitas paru-paru dan penggunaan oksigen serta mengurangi

kandungan asam laktat dalam otot yang menyebabkan kelelahan. Ginseng

Amerika termasuk ginseng yang bersifat sebagai obat penenang, bermanfaat untuk

mengobati penyakit stres tinggi, darah tinggi dan kolesterol tinggi. Ginseng juga

berfungsi dua arah, artinya dapat meningkatkan energi tanpa memaksakan

kemampuan tubuh, sehingga bisa bekerja lebih bertenaga tanpa merasa terlalu

letih.

Penelitian tentang terapi dengan ekstrak ginseng pada pasien diabetes,

hipertensi, kanker, dan penyakit lain menunjukkan peningkatan kondisi kesehatan

yang relatif cepat dan tanpa efek samping. Hasil ini dibandingkan dengan

penggunaan obat kimia yang seringkali bersifat toksik serta menimbulkan

komplikasi. Tahun 1969, Brehman, ilmuwan dari Uni Soviet, juga meneliti

manfaat ginseng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tentara Uni Soviet yang

mengkonsumsi ginseng mampu lari lebih cepat daripada yang tidak makan

ginseng. Di dalam tubuh, ginseng berkhasiat mengurangi kelelahan, meningkatkan

stamina, memperbaiki kondisi mental dan gangguan kejiwaan, meningkatkan

pengeluaran cairan tubuh, mencegah diabetes, menguatkan sistem pencernaan,

mencegah iritasi dan mengeluarkan racun. Selain itu ginseng banyak

dimanfaatkan sebagai obat sedatif, hipnotik, penambah vitalitas dan efek diuretik

juga meningkatkan konsentrasi. Efek farmakologik ginseng adalah menstimulasi

susunan saraf pusat, meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan hasil

penelitian ginseng juga memberikan efek antidiabetik. Penelitian tentang ginseng

di korea menunjukkan bahwa mengkonsumsi ginseng segar dapat mengurangi

(27)

jenis saponin triterpenoid glikosides), adalah jenis komponen steroid yang

memiliki sifat adaptogen, yaitu memiliki kemampuan untuk dapat

menyeimbangkan sistem dalam tubuh menurut kebutuhan dari individunya. Jika

tekanan darah seseorang sedang tinggi atau rendah, maka sifat adaptogen dari

ginseng dapat menormalkan kembali tekanan darah orang bersangkutan dengan

memperbaiki sirkulasi darah dalam tubuh. Ginseng juga mengandung vitamin A,

B6 dan mineral Zn yang penting dalam proses metabolisme terutama berhubungan

dengan sistem hormonal dan kekebalan tubuh, sehingga tidak mengherankan

ginseng efektif sebagai penambah tenaga sekaligus penenang akibat stres

(http:Sinar.Fm/oap/06/sinar_petang/produk.asp, 2005)

Ginseng Asia merupakan spesies ginseng yang memiliki efek penyembuh

dan bersifat stimulan yang berguna untuk meningkatkan vitalitas dan energi. Hal

ini telah terbukti meningkatkan daya tahan dan kemampuan fisik, meningkatkan

kapasitas paru-paru dan penggunaan oksigen serta mengurangi kandungan asam

laktat dalam otot yang menyebabkan kelelahan. Ginseng Amerika termasuk

ginseng yang bersifat sebagai obat penenang, bermanfaat untuk mengobati

penyakit stres tinggi, darah tinggi dan kolesterol tinggi. Ginseng Siberia

merupakan ginseng yang paling adaptogenik dan bersifat menyegarkan tubuh,

terutama untuk mencegah stres dan sebagai agen anti penuaan. Panax ginseng

secara umum berkhasiat untuk menguatkan tubuh dan menyimpan tenaga,

menguatkan fungsi jantung dan menghilangkan masalah tekanan, penawar racun

dan meningkatkan ketahanan melawan penyakit, mencegah masuk penyakit

melalui organ pernafasan, merangsang pembentukan darah dan memperbaiki

sistem sirkulasi, menggiatkan sistem pencernaan dan membantu menjalankan

fungsinya dengan baik. Wild ginseng dapat digunakan untuk menyembuhkan

berbagai gejala/penyakit di antaranya adalah menurunnya stamina tubuh,

insomnia, keletihan, tidak ada nafsu makan, sakit kepala, menurunnya daya

penglihatan, menurunnya daya ingat, sering terkena flu, gangguan pernafasan,

jantung berdetak tidak teratur, keringat dingin pada telapak tangan, gangguan

pencernaan, tekanan darah rendah, kurangnya zat besi pada darah, urine tidak

(28)

perawatan kulit dan kecantikan, memperlambat efek penuaan, mempercepat masa

penyembuhan suatu penyakit (Alison Ritonga, 2006).

Ginseng digunakan untuk mencegah penuaan dan berbagai penyakit di

Asia Timur. Salah satu hasil penelitian menyebutkan bahwa kemampuan tonik

ginseng mampu meningkatkan sistem kekebalan sel tubuh ketika diberikan pada

rodensia dan manusia yang sudah tua. Selain itu beberapa penelitian lain

menyebutkan bahwa dengan mengkonsumsi ginseng mampu mengurangi

kemungkinan terjadinya kanker lambung dan paru-paru. Ginseng Korea dengan

dosis 100 mg/kg dapat meningkatkan bobot badan pada tikus (Mazza dan Oomah,

2000).

Tanaman ginseng bisa memperkuat jantung dan sistem susunan saraf,

membantu tubuh menstimulasi glandula endokrin untuk metabolisme vitamin dan

mineral. Ginseng juga merupakan obat tradisional yang bisa membuat orang

nyaman tidur karena ginseng bisa membantu tubuh menyerap gizi dengan

sempurna. Salah satu penyebab sulit tidur adalah penyerapan gizi di dalam tubuh

yang kurang baik, hal ini bisa karena kelelahan, stres, sakit, penurunan sistem

imun dan sebagainya. Salah satu manfaat ginseng ialah untuk mengatasi stres,

sakit kepala, kelelahan dan membantu daya serap gizi. Ginseng mengandung

komponen aktif, antara lain ginsenosida, polisakarida, dan panaxans. Polisakarida

merupakan zat yang membantu meningkatkan sistem imun tubuh. Orang yang

sering sulit tidur karena serangan batuk dan hidung tersumbat bisa menkonsumsi

ginseng. Orang sering sulit tidur juga bisa disebabkan obesitas. Tubuh yang

gemuk karena penuh dengan timbunan kolesterol bisa mengganggu sistem saraf

yang menyebabkan tidurnya mendengkur cukup keras. Manfaat lain ginseng ialah

mampu meluruhkan kolesterol. Ginseng juga memiliki manfaat memperlancar

peredaran darah pada sistem saraf dan membantu mengencerkan darah. Oleh

sebab itu, ginseng tidak boleh dikonsumsi para penderita hipertensi, pasien

pra-operasi, dan wanita hamil atau menyusui. Bagi wanita hamil yang mengkonsumsi

ginseng akan mengalami pendarahan yang cukup banyak ketika proses persalinan.

Demikian juga dengan pasien pra-operasi, darah tidak bisa beku karena sifat

ginseng yang mengencerkan darah, sama halnya dengan penderita hipertensi

(29)

Ilmuwan melakukan penelitian-penelitian ilmiah tentang bagaimana cara

kerja, pengaruh dan efek yang ditimbulkan ekstrak ginseng pada sistem kerja

organ-organ tubuh manusia. Hasil penelitian terhadap berbagai macam ginseng

yang tumbuh di berbagai tempat menyimpulkan bahwa ekstrak ginseng yang

terbaik adalah yang terkandung dalam ginseng Korea. Hasil penelitian dan

percobaan terapi pemberian ekstrak ginseng Korea pada diabetes, hipertensi,

kanker, kolesterol dan penyakit lainnya menunjukkan bahwa peningkatan kondisi

kesehatan pada penderita yang relatif cepat serta tanpa menimbulkan efek-efek

samping dibandingkan dengan terapi pemberian obat-obatan yang seringkali

menimbulkan komplikasi. Satu lagi khasiat ginseng menunjukkan bahwa ginseng

bisa membantu memperbaiki daya ingat pada pasien stroke yang juga menderita

demensia (kepikunan). Selain sulit bicara, pasien stroke juga bisa kehilangan

memori. Ini terjadi akibat rusaknya pembuluh darah yang menuju ke otak.

Penelitian tersebut meminta sejumlah penderita stroke untuk meminum ramuan

yang terbuat dari ginseng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita yang

minum ramuan ini mendapatkan skor yang lebih baik dalam tes daya ingat

dibanding penderita stroke yang tidak minum ramuan ginseng. Pada penelitian

sebelumnya dengan obyek percobaan tikus terlihat bahwa ginseng mampu

meningkatkan aktivitas zat-zat kimiawi di otak seperti acetylcholine dan choline

acetyltransferase. Ginseng dapat juga menimbulkan beberapa efek samping

seperti sulit tidur, diare, nyeri kepala hebat, gangguan jiwa, dan reaksi alergi

seperti sindrom Steven Johnson (Republika, 2000).

Prospek Ginseng di Indonesia

Budidaya ginseng termasuk cukup menjanjikan karena selain harga jualnya

mahal, pemeliharaannya cukup mudah dan murah. Tanaman obat asal Korea ini

mulai ditanam di Guluk-Guluk dan Saronggi (Sumenep), sebagian daerah utara

Pamekasan, dan Sampang. Sebanyak 3.500 pohon ginseng dibudidayakan di lahan

tidur Jalan Rajawali, Jalan Trunojoyo, dan Desa Gunung Maddah Kota Sampang.

Setiap paket ginseng mampu menghasilkan satu kg lebih ginseng kering, harga

ginseng kering dengan diameter satu cm di pasaran bisa mencapai Rp 2,0-2,5 juta

per kg. Biaya satu paket ditambah perawatan sampai masa panen hanya Rp 1,5

(30)

dikenal. Padahal, tanaman obat ini sangat cocok ditanam dan dibudidayakan di

Pulau Garam. Melihat kebutuhan dan prospeknya ke depan, ginseng cukup

menjanjikan dan bisa memberikan keuntungan besar bagi petani. Tanaman ini

tumbuh di lahan yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering (lembab).

Dengan perawatan yang cukup sederhana dan tidak membutuhkan lahan terlalu

luas, petani bisa membudidayakan 250-500 bibit tanaman ginseng. Daun ginseng

bisa dimanfaatkan untuk sayur-mayur. Sebelum dipasarkan, ginseng harus

disortir. Lalu dirajang dan dicuci sampai bersih, serta dioven menggunakan alat

khusus selama tujuh hari. Selesai dioven, ginseng akan disortir lagi. Pensortiran

kedua ini dilakukan untuk memilih ginseng yang bermutu tinggi dengan diameter

minimal satu cm. Untuk ginseng yang rusak atau diameternya kurang dari satu cm

tetap laku dijual, harganya sisa mencapai dua ratus ribu per paket (Rizqon, 2004).

Penelitian tentang ginseng sudah dilakukan selama beribu tahun yang lalu.

Sekarang ginseng sudah dapat ditemui dalam berbagai produk olahan diantaranya

ialah kopi (kopi Korea, kopi ekstrak Korea) yang berfungsi untuk membantu

mengatasi kelelahan fisik dan pikiran sehabis bekerja dan berolah raga,

meredakan stress, memperkuat stamina serta daya tahan tubuh, sehingga dapat

menigkatkan produktifitas kerja, sabun kecantikan (Neo propolis) yang berfungsi

menyembuhkan berbagai penyakit kulit, melindungi kulit, mencegah jerawat dan

meremajakan kulit, herbal fiber teayangdapat menghilangkan lemak, membuang

racun dan meningkatkan kesehatan, antibioatik (biovlavonoid propolis) yang

berfungsimendegrasi radikal bebas yang disebabkan oleh polusi udara, tanah, air,

bahan pengawet, perasa dan pewarna, plester petoksifikasi memberi efek sehat

dan langsing yang baik pada berjuta-juta orang, dan telah menjadi produk yang

populer di Jepang, Taiwan, dan negara-negara Asia Tenggara sebagai produk

detoksifikasi dan pengangkat lemak alami. Efek besar plester petoksifikasi telah

diakui oleh dunia kesehatan Jepang. Jika digunakan selama 30 hari terus-menerus,

warna plester akan berangsur-angsur menjadi terang, dengan mengurangi

kelembaban dan tanpa bau busuk. Plester tersebut menyerap racun dan lemak

yang tersimpan dalam tubuh manusia melalui pori-pori pada telapak kaki, dengan

(31)

Mencit (Mus musculus)

Deskripsi dan Klasifikasi Mencit

Klasifikasi mencit menurut Arrington (1972) yaitu :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Musculus

Mencit merupakan hewan percobaan yang populer digunakan dalam

penelitian laboratorium yang dipelihara secara intensif. Hal ini didukung oleh

keunggulan mencit sebagai hewan percobaan yang memiliki siklus hidupnya

relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifatnya tinggi, mudah

ditangani dan sifat produksi maupun reproduksinya sama dengan hewan mamalia

lainnya (Smith dan Mangkoewidjojo,1988)

Mencit liar atau mencit rumah adalah hewan yang semarga dengan hewan

laboratorium dan sering ditemukan didekat manusia. Galur mencit yang ada saat

ini merupakan turunan dari mencit liar hasil dari budidaya selektif. Mencit liar

bulunya berwarna keabuan dengan warna perut sedikit pucat, mata berwarna

hitam dan kulit berpigmen. Berat badan umumnya bervariasi dan pada umur

empat minggu berat badannya mencapai 10-18 g. Mencit laboratorium

mempunyai berat badan yang relatif sama dengan mencit liar, dan umumnya

berwarna putih dengan jumlah galur yang banyak dan berat badan yang

berbeda-beda (Smith dan Mangkoewidjojo,1988).

Sifat Biologis Mencit

Smith dan Mangkuwidjojo (1988) menyatakan bahwa mencit mempunyai

(32)
[image:32.612.129.507.93.535.2]

Tabel 3. Sifat Biologis Mencit (Mus musculus)

Sifat Keterangan

Lama Hidup 1-2 dapat tiga (tahun)

Lama produksi ekonomis sembilan bulan

Lama bunting 19-21 hari

Umur disapih 21 hari

Umur dewasa 35 hari

Umur dikawinkan delapan minggu

Berat dewasa :

Jantan 20-40 g

Betina 18-35 g

Berat lahir 0,5-1,0 g

Berat sapih 18-20 g

Jumlah anak rata-rata enam, dapat 15

Komposis air susu :

Air 75 %

Lemak 10-12 % Protein 10 %

Gula 3 %

Siklus estrus 4-5 hari

Lama estrus 12-14 jam

Waktu perkawinan pada periode estrus

Kopulasi dekat periode estrus

Fertilitas dua jam setelah kawin

Sumber: Smith dan Mangkoewidjojo, 1988

Sifat Reproduksi dan Pertumbuhan Mencit

Mencit bersifat poliestrus, 14-28 jam setelah beranak dapat dikawinkan

kembali. Meskipun demikian, jika induk betina dikawinkan setelah partus atau

kelahiran maka dapat meningkatkan kebuntingan lebih lama 3-5 hari dari lama

kebuntingan sebelumnya. Daya hidup mencit bekisar antara 1-3 tahun, lama

(33)

dikawinkan kembali 1-24 jam setelah beranak. Siklus birahi mencit berulang

kembali secara periodik dengan jarak waktu 4-5 hari (Malole dan Utami, 1989).

Jumlah Anak per Kelahiran

Jumlah anak per kelahiran adalah jumlah total anak hidup dan mati pada

waktu dilahirkan (Eisen dan Duran, 1980). Rata-rata jumlah anak per kelahiran

mencit yaitu enam ekor, dapat mencapai jumlah tertinggi 15 ekor anak per induk

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Besarnya anak per kelahiran dipengaruhi

oleh bangsa ternak, umur induk, musim kelahiran, makanan, silang dalam dan

kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan sangat mempengaruhi jumlah

kelahiran antara lain kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada induk,

musim kawin, jumlah sel telur yang dihasilkan serta tingkat kematian embrio yang

sangat berpengaruh terhadap jumlah anak per kelahiran (Toelihere,1979)

Day et al. (1989) menyatakan bahwa penurunan fertilitas dan jumlah anak

per kelahiran terjadi pada mencit yang mempunyai siklus estrus tidak teratur pada

umur setengah tua, sehingga menurunkan jumlah blastosit normal pada hari

kelima kebuntingan.

Bobot lahir

Toelihere (1979) menyatakan bahwa bobot lahir yaitu bobot badan suatu

individu pada saat dilahirkan. Bobot lahir ternak ditentukan oleh pertumbuhan

foetus sebelum lahir atau pertumbuhan selama di dalam kandungan induknya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pertumbuhan sebelum lahir dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya mutu genetik ternak, umur serta bobot badan induk

yang melahirkan, pakan induk selama kebuntingan dan suhu lingkungan selama

kebuntingan. Anak yang dilahirkan dari induk yang besar serta umur tidak terlalu

tua, pada umumnya akan menghasilkan anak dengan bobot badan yang tinggi.

Pakan yang diberikan selama kebuntingan selain akan menentukan bobot lahir

anak juga akan menentukan kondisi fisik anak yang dilahirkan. Kondisi pakan

selama kebuntingan yang kurang baik dapat menyebabkan anak yang dilahirkan

menjadi lemah dan bobot lahirnya rendah.

Smith dan Mangkuwidjojo (1988) menyatakan, bahwa bobot lahir anak

(34)

dipengaruhi pertumbuhan foetus. Pada spesies yang beranak banyak, kenaikan

jumlah foetus yang dikandung akan menurunkan pertumbuhan.

Menurut Arrington (1972), suhu optimum untuk memelihara mencit

berkisar antara 21-22oC, dengan kelembaban udara 45-55%. Suhu lingkungan

mempengaruhi bobot lahir ternak karena secara langsung dapat mempengaruhi

konsumsi pakan. Pada kondisi suhu yang tinggi dapat menyebabkan penurunan

nafsu makan, sehingga memungkinkan terjadinya defisiensi zat makanan yang

diperlukan foetus. Keadaan tersebut menyebabkan bobot lahir rendah.

Bobot Sapih

Bobot sapih adalah bobot badan ternak pada saat disapih dari induknya.

Hafes (1963) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan sebelum sapih adalah pengaruh genetik, bobot lahir, produksi susu

induk, perawatan induk dan umur induk. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo

(1988), bobot sapih mencit berkisar antara 18-20 g dan anak mencit jantan

memiliki bobot sapih lebih tinggi dari jantan dan cenderung lebih cepat

mengalami dewasa kelamin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot sapih adalah pengaruh silang

dalam, jenis kelamin, umur induk, keadaan pada waktu lahir, kemampuan induk

menyusui anaknya, kuantitas dan kualitas pakan (Bogart, 1977).

Ketidakseimbangan gizi dalam makanan dapat menyebabkan berbagai macam

gangguan misalnya pertumbuhan lambat, peka terhadap penyakit, rambut rontok,

kematian anak sebelum lahir, berkurangnya produksi susu, infertil, kelainan

bentuk tulang, kelainan jaringan saraf dan kesulitan bergerak (Malole dan

Pramono, 1989)

Pertambahan Bobot Badan

Newth (1970) menyatakan pertumbuhan bisa diartikan sebagai

pertambahan panjang, volume, massa, jumlah sel atau molekul, selanjutnya Newth

(1970) menyatakan bahwa tingkat nutrisi merupakan salah satu faktor yang

menentukan dalam pertumbuhan, karena rendahnya nutrisi akan menurunkan

pertumbuhan. Pertambahan bobot badan ditunjukkan melalui peningkatan

perubahan zat-zat nutrisi yang terdapat dalam ransum. Parakkasi (1999)

(35)

hiperplasia yaitu pertambahan jumlah sel dan hipertrofi yaitu pertambahan besar

sel-sel dari jaringan atau organ-organ tersebut. Pertambahan bobot badan dapat

digunakan sebagai kriteria mengukur pertumbuhan. Tilman et al. (1991)

menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu

makanan, breeding dan jenis kelamin. Anggorodi (1979) menyatakan bahwa

pertumbuhan dapat terjadi secara hiperplasi/penambahan jumlah sel tubuh dan

hipertrofi/penambahan ukuran tubuh. Sementara Carlson (1969) menyatakan

bahwa pertumbuhan hewan dipengaruhi oleh faktor genetik, penyakit, hormon dan

lingkungan.

Pakan Mencit

Ransum adalah makanan yang diberikan pada ternak selama 24 jam yang

dapat diberikan sekali atau beberapa kali dalam kurun waktu 24 jam. Ransum

sempurna adalah kombinasi beberapa bahan makanan yang dikonsumsi secara

normal dan mensuplai zat-zat penting ke dalam tubuh ternak dengan perbandingan

jumlah dan bentuk yang sedemikian rupa sehingga fungsi fisiologis dalam tubuh

berjalan dengan normal (Parakkasi, 1999). Zat-zat yang dibutuhkan mencit untuk

pertumbuhan hampir sama dengan manusia yaitu karbohidrat yang terdiri dari

pati, selulosa, gula, minyak atau lemak terutama linoleat dan linolenat, protein

terutama asam amino esensial, mineral-mineral mikro, vitamin-vitamin baik yang

larut dalam air maupun larut dalam lemak (Muchtadi, 1989). Tingkat energi dalam

ransum menentukan banyaknya ransum yang dikonsumsi (Mujiasih, 1999).

Ransum yang tinggi kandungan energinya harus diimbangi dengan protein,

mineral dan vitamin yang cukup untuk ternak, tidak mengalami defisiensi protein

vitamin dan mineral.

Pelet adalah bentuk bahan pakan atau ransum yang dibentuk dengan cara

menekan dan memadatkannya melalui lubang cetakan secara mekanis (Ensminger

dan Olentine, 1978). Proses pembentukan pakan campuran kansentrat atau ransum

komplit menjadi bentuk silinder disebut pelleting (Pathak, 1997). Proses

pembuatan pelet terbagi menjadi tiga tahap yaitu 1) pengolahan pendahuluan

meliputi pencacahan, pengeringan, dan penggilingan, 2) pembuatan pelet meliputi

pencetakan, pendinginan dan pengeringan dan 3) perlakuan akhir meliputi sortasi,

(36)

mengurangi sifat debu, meningkatkan palatabilitas, mengurangi pakan yang

terbuang, mengurangi sifat voluminous, dan mempermudah penanganan saat

penyimpanan dan transportasi. Komponen bahan baku menentukan kualitas pelet

yang dihasilkan adalah komposisi kimia bahan seperti kandungan abu, lemak, dan

nitrogen. Komposisi bahan seperti ukuran partikel dan sifat fisik kimia seperti

kandungan pati, protein dan serat.

Mencit membutuhkan makanan berkadar protein 22%. Untuk kondisi di

Indonesia kebutuhan protein tersebut dapat dipenuhi dari makanan ayam pedaging

dengan kadar protein 19%. Seekor mencit dewasa membutuhkan lima gram

makanan dan 15 ml air minum bervariasi menurut temperatur kandang,

kelembaban, kualitas makanan, kesehatan dan kadar air dalam makanan (Malole

dan Pramono, 1989). Menurut Smith dan Mangkuwidjojo (1988) seekor mencit

dewasa dapat mengkonsumsi ransum 3-5 g/hari, dengan komposisi ransum adalah

protein 17%, lemak 5%, serat kasar 5%, abu 4-5%. Juga harus mengandung

(37)

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juli s/d September 2005, di kandang

A Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Penelitian

Ternak

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit albino dewasa

berumur dua bulan terdiri atas 24 ekor jantan dan 24 ekor betina. Mencit diberi

pakan perlakuan pada umur lepas sapih. Adapun gambar mencit yang digunakan

[image:37.612.236.398.310.491.2]

disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian. Sumber : Srinola, 2006

Ginseng

Penelitian ini menggunakan ginseng (Wild ginseng) yang berasal dari

seorang pengusaha di Banten yang ditanam pada ketinggiaan 700 m diatas

permukaan laut. Akar ginseng dan tepung akar ginseng disajikan pada Gambar 6

(38)
[image:38.612.187.452.78.231.2]

Gambar 6. Akar Ginseng yang Digunakan dalam Penelitian

[image:38.612.186.451.258.435.2]

Gambar 7. Tepung Akar Ginseng yang Digunakan dalam Penelitian

Tabel 4. Kandungan Nutrien Ginseng yang Digunakan dalam Penelitian

Komposisi Kandungan Nutrisi (%)

Kadar Air (%) 13,04

Protein kasar (%) 16,4

Serat kasar (%) 6,37

Lemak kasar (%) 0,77

Abu (%) 5,62

Kalsium (%) 5,62

Phospor mg/kg 1243

[image:38.612.135.506.483.636.2]
(39)

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan berukuran 30x20x15 cm sebanyak 42 buah,

terbuat dari plastik yang bagian atasnya ditutup dengan kawat untuk mencegah

mencit keluar dan sirkulasi udara bisa lancar. Setiap kandang dilengkapi dengan

tempat minum berupa botol yang terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan karet

penutup botol dan pipa logam. Adapun gambar kandang dan tempat air minum

disajikan pada Gambar 8.

Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan,

sekam padi, sikat botol, gunting, sarung tangan, masker, pinset, kertas dan alat

tulis.

Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini ditambahkan bubuk akar

ginseng sesuai dengan perlakuan dan dibentuk menjadi pellet. Susunan ransum,

komposisi pakan, komposisi kandungan nutrisi ransum dan kandungan nutrien

[image:39.612.186.447.216.344.2]

ransum disajikan pada Tabel 5, 6,7 dan 8.

Tabel 5. Susunan Ransum yang Digunakan dalam Penelitian Bahan Makanan komposisi

(g) (%)

Jagung 600 60,0

Pollard 90 9,0

Onggok 65 6,5

Bungkil kelapa 70 7,0

Bungkil kedele 120 12,0

Tepung ikan 50 5,0

[image:39.612.134.507.561.691.2]

Premix 5 0,5 1000 100

Gambar 8. Kandang dan Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian

(40)
[image:40.612.132.508.100.283.2]

Tabel 6. Komposisi Bahan Pakan yang Digunakan dalam Penelitian

No. BahanMakanan Energi Protein Lemak Serat Kalsium Fosfor Metabolis kasar kasar kasar

(EM) (PK) (LK) (SK) (Ca) (P)

(Kkal) ...(%)... 1. Jagung 2010,00 5,10 2,28 1,32 0,0120 0,0480 2. Pollard 180,00 1,35 0,27 0,68 0,0108 0,0270 3. Onggok 231,27 0,14 0,02 0,75 0,0169 0,010 4. Bungkil Kelapa 106,75 1,34 0,14 1,01 0,0119 0,0140 5. Bungkil Kedelai 267,60 5,28 0,09 0,84 0,0348 0,0324 6. Tepung Ikan 141,00 3,00 0,47 0,04 0,2555 0,1440

Jumlah 2936,62 16,22 3,2838 4,632 0,3419 0,2758

[image:40.612.134.508.319.430.2]

Tabel 7. Komposisi Nutrisi Ransum yang Digunakan dalam Penelitian

Komposisi Kandungan Nutrisi

Energi Metabolis (Kkal) 2892,28 Protein kasar (%) 18,12 Kalsium (%) 0,41 Fospor (%) 0,34 Serat kasar (%) 3,14

Lemak kasar (%) 3,70

Tabel 8. Kandungan Nutrisi Masing-masing Ransum Setiap Perlakuan Perlakuan BK BO PK SK LK Beta-N Ca P

---(%)--- ---(mg/kg)--- R1 90,11 83,67 20,06 5,39 7,82 59,57 679 802

R2 89,61 84,14 20,19 4,79 7,01 61,91 680 564 R3 90,29 83,50 21,45 5,17 7,72 58,13 866 811 R4 89,74 83,43 20,24 4,77 7,60 60,36 663 757

[image:40.612.135.509.463.559.2]
(41)

Metode Penelitian

Perlakuan

Untuk mengetahui pengaruh akar ginseng, penelitian ini menggunakan

empat level perlakuan dengan enam ulangan. Setiap level perlakuan yang

diberikan pada pakan didasarkan pada kebutuhan 5 g/60 kg berat badan manusia

(Moramarco, 1998). Adapun level perlakuan adalah sebagai berikut

R1 = ransum basal + 0 % ginseng

R2 = ransum basal + 0.0164% ginseng

R3 = ransum basal + 0.034% ginseng

R4 = ransum basal + 0.068% ginseng

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat level perlakuan dan enam

ulangan, dengan model matematika sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993) ;

Yij = µ + αi + εij

Yij = Respon peubah yang diamati pada penambahan ginseng taraf ke-i

ulangan ke-j

µ = Rataan umum perlakuan

αi = Pengaruh perlakuan penambahan ginseng taraf ke-i (i =1,2,3,4)

εij = Error (galat) perlakuan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati

dilakukan analisa sidik ragam (ANOVA). Selanjutnya jika berbeda nyata

dilakukan uji lanjut Duncan.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah anak per kelahiran,

bobot lahir, bobot sapih dan pertambahan bobot badan. Adapun maksud dari

setiap peubah ;

1) jumlah anak per kelahiran adalah jumlah total anak hidup dan mati pada waktu

(42)

2) bobot lahir anak mencit adalah bobot anak mencit pada saat dilahirkan

(g/ekor)

3) bobot sapih anak mencit adalah bobot anak mencit ketika disapih (21 hari)

(g/ekor)

4) pertambahan bobot badan anak mencit sampai umur sapih dihitung dengan

cara mengurangi bobot sapih dengan bobot lahir dibagi umur sapih (g/ekor).

Prosedur Pelaksanan

Mencit yang mencapai umur dewasa tubuh baik jantan maupun betina

dikawinkan dengan rasio jantan dan betina satu banding satu dalam satu kandang.

Pemeriksaan kebuntingan dilakukan pada minggu kedua, jika tanda-tanda

kebuntingan terlihat jelas maka mencit betina dan mencit jantan dipisah dan

ditempatkan dalam kandang individu. Setelah beranak dilakukan perhitungan litter

size, jumlah anak per kelahiran, bobot lahir, bobot sapih dan pertambahan bobot

badan. Penimbangan terhadap bobot lahir dan bobot sapih menggunakan

timbangan dengan tingkat ketelitian satu g dan dilakukan dengan cara menimbang

seluruh anak yang baru dilahirkan maupun disapih kemudian setiap rataan dibagi

dengan jumlah anak, untuk meyakinkan hasil yang didapat dilakukan juga

penimbangan anak per ekor.

Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dengan jumlah pemberian lima

g/ekor pada minggu pertama, 7.5 g/ekor pada minggu kedua, 10 g/ekor pada

minggu ketiga, keempat, kelima dan keenam. Air minum diberikan secara ad

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ginseng

terhadap peubah jumlah anak per kelahiran, bobot lahir, bobot sapih dan

pertambahan bobot badan tidak berbeda nyata (P>0.05)(Tabel 9). Hal ini diduga

karena umur ginseng masih relatif muda, level pemberian ginseng masih rendah

dan mencit yang digunakan bukan galur murni. Ginseng butuh waktu lama untuk

dipanen, akar ginseng tidak akan dipanen hingga mencapai umur tiga tahun. Umur

yang paling tepat apabila digunakan untuk medis jika mencapai 6-7 tahun

[image:43.612.132.508.283.419.2]

(Moramarco,1998).

Tabel 9. Rataan Hasil Penelitian Terhadap Peubah yang Diamati Peubah

Hasil

R1 R2 R3 R4

Konsumsi Ransum (g/ekor/hari) 5,02±0,93 4,93±0,94 4,81±1,29 4,75±0,85

Jumlah Anak Per Kelahiran (ekor) 9,00±1,70 9,80±1,70 10,0±1,40 8,60±1,50 Bobot Lahir (g/ekor) 1,37±0.12 1,35±0,40 1,10±0,08 1,16±0,34 PBB Anak(g/ekor) 0,26±0,04 0,37±0,19 0,38±0,18 0,32±0,07

Bobot Sapih (g/ekor) 6,63±1,45 8,23±2,54 7,53±1,47 7,88±1,02

Mortalitas Anak (%) 3,03±0,07 6,27±0,12 8,33±0,28 9,6±0,18

Konsumsi Ransum Induk

Konsumsi merupakan faktor esensial yang menjadi dasar untuk

menentukan produksi (Parakasi,1999 ). Ransum seimbang adalah porsi makanan

yang mengandung zat makanan yang cukup untuk kesehatan, pertumbuhan dan

reproduksi. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsumsi ransum

induk tidak berbeda nyata (P>0.05). Rataan umum konsumsi ransum induk yang

diperoleh pada penelitian ini ialah 4,703 g/ekor/hari. Rataan konsumsi induk

tersebut berada pada kisaran rataan konsumsi ransum yang diutarakan oleh Smith

dan Mangkoewidjojo (1998) yaitu sebesar 3-5 gram/ekor/hari. Adapun respon

perlakuan konsumsi induk yaitu masing-masing 5,02±0,93, 4,93±0,94, 4,81±1,29

(44)

4.60 4.65 4.70 4.75 4.80 4.85 4.90 4.95 5.00 5.05

R1 R2 R3 R4

[image:44.612.179.418.112.265.2]

Perlakuan K ons um s i R a ns um Ind uk ( g /e k o r/har i

Gambar 9. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Induk

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh konsumsi ransum tertinggi terdapat pada

perlakuan R1 yaitu sebesar 5,02±0,93 g/ekor/hari, terendah terdapat pada

perlakuan R4 yaitu sebesar 4,75±0,85 g/ekor/hari. Konsumsi ransum pada

perlakuan yang diberi ginseng lebih rendah daripada pada kontrol, hal ini diduga

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kandungan ginsenosid pada ginseng

merupakan golongan saponin yang berasa pahit sehingga menyebabkan konsumsi

ransum menurun. Faktor lain yang menyebabkan kurangnya konsumsi adalah

stres panas yang ditunjukkan dengan panas dari temperatur kandang dan

kelembaban kandang yang berfluktuasi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah kualitas

ransum yang diberikan. Status protein ransum penelitian ini yaitu antara

20,06-21,45% bahan kering. Status protein dalam ransum sudah sesuai dengan

standar bahan kering. Stasus protein dalam ransum sudah

sesuai dengan standar status nutrisi NRC yaitu 12-21% BK ( NRC, 1995 ).

Lebih lanjut NRC memberikan batasan bahwa penggunaan makanan dengan

kandungan protein 17% akan menghasilkan pertumbuhan yang sama dengan

pakan berprotein 19 % dan 21%. Berikut adalah gambar konsumsi induk sebelum

(45)

Jumlah Anak Per Kelahiran

Jumlah anak per kelahiran adalah jumlah total anak hidup dan mati setelah

dilahirkan (Eisen dan Duran, 1980). Jumlah anak per kelahiran yang diperoleh

dalam penelitian ini berkisar antara 7-12 ekor. Hasil analisis sidik ragam

menunjukkan bahwa jumlah anak per kelahiran tidak berbeda nyata (P>0.05).

Rataan umum jumlah anak per kelahiran yang diperoleh pada penelitian ini ialah

sembilan ekor. Adapun respon perlakuan jumlah anak per kelahiran yaitu

masing-masing 9.00±1.70, 9.80±1.70, 10.0±1.40 dan 8.60±1.50 ekor untuk perlakuan R1,

R2, R3 dan R4. (Gambar 10).

7.5 8.0 8.5 9.0 9.5 10.0 10.5

R1 R2 R3 R4

[image:45.612.214.439.296.431.2]

Perlakuan Ju m la h A n ak pe r K el ahi ra n (e kor)

Gambar 10. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Anak per Kelahiran

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah anak per kelahiran tertinggi

terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 10 ekor, terendah terdapat pada

perlakuan R4 yaitu sebesar 8 ekor. Penambahan ginseng pada pakan induk tidak

berpengaruh terhadap jumlah anak per kelahiran. Hal ini diduga karena level

pemberian ginseng belum optimal, sehingga flavonoid yang terdapat dalam

ginseng belum memberikan pengaruh yang maksimal. Flavonoid merupakan

deretan senyawa C5-C6 yang mempunyai cincin piran dan salah satu peran yang

sangat menarik adalah mampu merangsang pembentukan hormon estrogen,

karena memiliki kesamaan struktur dengan hormon estrogen (Robinson, 1996).

Sudono (1981) menyatakan bahwa jumlah anak yang lahir dengan pakan

berkadar protein 22% adalah 8-9 ekor. Septaria Rosa (2004) dengan perlakuan

(46)

(2003) dengan perlakuan biji jarak menghasilkan rataan jumlah anak per kelahiran

sebesar tujuh ekor. Rataan jumlah anak per kelahiran yang diperoleh pada

penelitian ini ialah sembilan ekor lebih besar dibandingkan dengan hasil

penelitian Sudono (1981), Ariny (2003) dan Rosa (2004).

Bobot Lahir Anak Mencit

Bobot lahir yaitu bobot badan suatu individu pada saat dilahirkan

(Toelihere, 1979). Bobot lahir anak mencit yang diperoleh dari hasil penelitian ini

berkisar antara 1.0-1.9 g/ekor. Rataan bobot lahir hasil penelitian ini adalah 1.25

g. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata

(P>0.05). Adapun respon perlakuan bobot lahir yaitu masing-masing 1.37±0.12,

[image:46.612.211.433.361.476.2]

1.35±0.40, 1.10±0.08 dan 1.16±0.34 g pada perlakuan R1, R2, R3 dan R4

(Gambar 11). 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6

R1 R2 R3 R4

Perlakuan B o bot L ahi r ( g /e kor )

Gambar 11. Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Lahir

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bobot lahir tertinggi terdapat pada

perlakuan R1 yaitu sebesar 1.37 g/ekor, terendah terdapat pada perlakuan R3

yaitu sebesar 1.10 g/ekor. Bobot lahir berkorelasi negatif dengan jumlah anak per

kelahiran. Apabila jumlah anak per kelahiran yang dihasilkan tinggi maka bobot

lahir akan rendah. Noor (1996) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah telur

yang dikandung mengakibatkan penurunan bobot masing-masing foetus yang juga

mempengaruhi bobot lahir karena bobot lahir dipengaruhi oleh pertumbuhan

foetus sebelum lahir. Penambahan ginseng pada pakan induk tidak berpengaruh

(47)

yang diperlukan mencit sudah terpenuhi, sehingga penambahan ginseng tidak

memberikan pengaruh terhadap bobot lahir.

Hasil penelitian Sudono (1981) menyebutkan bahwa mencit yang

mendapatkan pakan berkadar protein 15% menghasilkan bobot lahir 1.49 g,

sedangkan mencit yang mendapat pakan berkadar protein 22% menghasilkan

bobot lahir 1.51 g demikian pula Rosa (2004) dengan perlakuan bawang putih

menghasilkan rataan bobot lahir 1.49 g, sedangkan Jaenudin (2002) dengan

perlakuan stimulan monogastrik menghasilkan rataan bobot lahir 1.67 g. Rataan

bobot lahir hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan rataan hasil penelitian

Sudono (1981), Rosa (2004) dan Jaenudin (2002). Hal ini diduga disebabkan

karena kandungan kimia ginseng yang disebut ginsenosid memberikan rasa pahit

pada bahan pangan nabati sehingga menurunkan tingkat tingkat konsumsi pakan,

dengan menurunnya tingkat konsumsi secara tidak langsung akan menyebabkan

bobot lahir anak rendah.

Bobot Sapih

Bobot sapih adalah bobot badan ternak pada saat disapih dari induknya.

Rataan bobot sapih yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 6.63-8.21

g/ekor. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda

nyata. Adapun respon perlakuan bobot sapih yaitu masing-masing 6.63±1.02,

8.23±1.15, 7.53±0.84 dan 7.88±0.59 g pada perlakuan R1, R2, R3 dan R4

(Gambar 12). 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

R1 R2 R3 R4

[image:47.612.232.443.521.657.2]

Perlakuan B o b o t S apih ( g /e kor )

(48)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bobot lahir tertinggi terdapat pada

perlakuan R2 yaitu sebesar 8.23 g/ekor, terendah terdapat pada perlakuan R1

yaitu sebesar 6.63 g/ekor. Hasil penelitian Sudono menunjukkan bahwa bobot

sapih anak mencit bervariasi dari 6.65-7.69 g pada mencit jantan dan dari

6.61-7.69 g pada mencit betina. Bobot sapih yang diperoleh pada penelitia

Gambar

Gambar 1. Macam-macam Ginseng Berdasarkan Bentuk Daun. (a) Panax
Gambar 2. Macam-macam Ginseng Berdasarkan Bentuk Akar. (a) American ginseng, (b) Asian ginseng, (c) Wild ginseng, (d) Female ginseng dan (e) Male ginseng, (f) Panax C.A
Tabel 1. Komponen dan Kandungan Kimia Ginseng
Tabel 2. Kandungan Ginsenosida dalam Ginseng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Tocopherol terhadap Kadar Testosteron, Jumlah Sperma dan Berat Testis Mencit Jantan Dewasa ( Mus musculus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol Propolis dalam penurunan jumlah spermatid mencit ( Mus musculus ) yang dipapar asap rokok dan untuk

Cacing tanah (Lumbricus rubellus) tidak dapat dijadikan sebagai pakan tambahan untuk mencit (Mus musculus) sampai dengan taraf pemberian 2 g/ekor/hari dalam kondisi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian ekstrak almond terhadap jumlah morfologi sperma mencit jantan putih ( Mus musculus ) galur Swiss

Cacing tanah (Lumbricus rubellus) tidak dapat dijadikan sebagai pakan tambahan untuk mencit (Mus musculus) sampai dengan taraf pemberian 2 g/ekor/hari dalam kondisi

bahwa Aeromonas hydrophila dapat terdeteksi pada jaringan histopatologi ginjal mencit (Mus musculus) yang ditunjukkan dengan adanya interaksi antara antigen dan antibodi

Sedangkan, bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) betina dewasa sebanyak 20 ekor yang berumur 8 minggu dengan berat 18-20 gram,

pada dosis yang ditentukan tidak dapat mengurangi jumlah spermatozoa mencit tapi dapat menyebabkan abnormalitas pada morfologi sperma mencit Mus musculus L., sehingga ekstrak kulit