• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penggunaan Obat Nyeri Kepala pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penggunaan Obat Nyeri Kepala pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Stephanie Jesslyn Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 6 Juli 1994

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Buddha

Alamat : Komplek Taman Setia Budi Indah Blok: QQ No. 3 Nomor Handphone : 081376961455

Email : stephaniejesslyn@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Swasta Sutomo 1 Medan (2000-2006) 2. SMP Swasta Sutomo 1 Medan (2006-2009) 3. SMA Swasta Sutomo 1 Medan (2009-2012)

(2)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2012 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2012

3. Peserta PIM (Pekan Ilmiah Nasional) SCORE PEMA FK USU 2012

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Muda Divisi PPI SCORE PEMA FK USU 2013-2014 2. Anggota Divisi PPI SCORE PEMA FK USU 2014-2015

3. Anggota Seksie Konsumsi Get Together SCORE PEMA FK USU 2013 4. Anggota Seksie Administrasi Kesekretariatan PIM FK USU 2013 5. Anggota Seksie Kompetisi SRF FK USU 2014

(3)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN

Saya, Stephanie Jesslyn, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Penggunaan Obat Nyeri Kepala pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pilihan obat yang lebih sering dipakai untuk tatalaksana nyeri kepala dan mengetahui prevalensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan kerjasama saudara/i untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan mengikuti wawancara dan mengisi form penelitian. Partisipasi saudara/i bersifat sukarela, bukan dengan beban maupun paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak mengikuti jika tidak bersedia.

Jika saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian saya ini, maka saudara/i diharapkan kesediaanya untuk menandatangani Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan atau Informed Consent.

Atas perhatian saudara/i, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 2015 Hormat saya,

(4)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini: Nama:

Umur: Alamat:

Telah menerima dan memahami penjelasan peneliti tentang penelitian “Gambaran Penggunaan Obat Nyeri Kepala pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013”. Dengan penuh kesadaran serta tanpa paksaan, saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut.

Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan siapa pun.

Medan, 2015

(5)

LAMPIRAN 4

FORM PENELITIAN

Nama

Usia tahun

Jenis Kelamin L / P

Riwayat Nyeri Kepala dalam Seminggu Terakhir

Ada / Tidak Ada

Obat yang Digunakan Parasetamol / Ibuprofen / Ketoprofen / Aspirin / Naproxen / Diclofenac / Lain-lain: …

Medan, 2015

(6)

LAMPIRAN 5

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

1. Persiapan Proposal

Nama Jumlah Harga Satuan Total

Tinta print 1 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00

Kertas A4 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid proposal awal 5 Rp 2.000,00 Rp 10.000,00 Jilid proposal revisi 5 Rp 2.000,00 Rp 10.000,00 Total Rp 80.000,00 2. Taksasi Pengumpulan Data

Memperbanyak form penelitian 96 Rp 400,00 Rp 38.400,00 Memperbanyak lembar

penjelasan

96 Rp 100,00 Rp 9.600,00

Memperbanyak lembar persetujuan

96 Rp 100,00 Rp 9.600.00

Souvenir untuk responden 96 Rp 3.000,00 Rp 288.000,00 Ethical Clearence 1 Rp 50.000,00 Rp 50.000,00 Total Rp 395.600,00 3. Taksasi Analisis Data dan Revisi

Tinta print 1 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00

Kertas A4 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

(7)
(8)
(9)
(10)

LAMPIRAN 9

No Nama Usia Jenis

Kelamin

Riwayat Nyeri Kepala Seminggu

Terakhir

Obat yang Digunakan

1 Akmal Fahrezzy 19 LK TIDAK ADA TIDAK ADA 2 Chairul Anwar 20 LK TIDAK ADA TIDAK ADA 3 Fay Enndy M. Shapi 21 P TIDAK ADA TIDAK ADA

4 Rahmi Hasanah 19 P ADA TIDAK ADA

5 Dea Celine 19 P ADA PARASETAMOL

6 Nesya Putri 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

7 Wina Kanya 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA

8 Christine 20 P ADA PARASETAMOL

9 Gokull Shautri 22 LK ADA PARASETAMOL

10 Sri Veera Sivaa 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

11 Teuku M. Syiva 19 LK ADA PARASETAMOL

12 Fadel Muhammad 19 LK ADA PARASETAMOL

13 Natria L. N. 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA

14 Adithya Nurliza S. 19 P ADA PARASETAMOL

15 Miranty Sasmita 20 P ADA PARASETAMOL

16 Amelia Rizky Ananda 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA 17 Murshidah Shereen 21 P TIDAK ADA TIDAK ADA

18 S. Monessha 22 P ADA PARASETAMOL

19 Ummuh Sa'adah Lubis 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 20 Yoseph Hendrik 20 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

21 Rizky Ayuni 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

22 Sabrina Dwi Putri 20 P ADA PARASETAMOL

23 Nanda Novianty 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA 24 Raja Permata Hsb 19 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

25 Ella Finarsih 19 P ADA PARASETAMOL

26 Indriani Nisfulaila 20 P ADA PARASETAMOL

27 Fauzan Azima 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

28 Yahsarul Ikhsan Nst 17 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

29 Alvin Henri 20 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

30 Amellia Sefti 21 P TIDAK ADA TIDAK ADA

31 Sari Shafadena S. 20 P ADA PARASETAMOL

32 Erwin Kristianto 20 LK TIDAK ADA TIDAK ADA 33 Ginatasya Adelina H. 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA

34 Fathiah 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA

35 Ayezsa Dwi Astari 19 P ADA TIDAK ADA

36 Kania 18 P ADA PARASETAMOL

(11)

38 Novien Amalia 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA

39 Astri Annisa 20 P ADA PARASETAMOL

40 Siti Rahmah Muizah 20 P ADA PARASETAMOL

41 Willy Sunjaya 20 LK ADA PARASETAMOL

42 Angelin P. G. 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 43 Lela Khaibinna 18 P TIDAK ADA TIDAK ADA

44 Kartika 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

45 Aldi Nurcahyo 19 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

46 Febriyanti 21 P TIDAK ADA TIDAK ADA

47 M. Ary Guhtama 19 LK TIDAK ADA TIDAK ADA 48 Fajrina Kartika Ayu 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

49 Nita Aulia 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

50 Atiqah Aldria Ulfa 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 51 Zaidar Sabrina 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 52 Dwi Azhari Adha 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 53 Rizka Deliana 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 54 Abidah Harahap 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA 55 Aisyah Mutiara LBD 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA

56 Rahma Fridayana 18 P ADA PARASETAMOL

57 Cellya Amanta 19 P ADA PARASETAMOL

58 Julitya Arta Manalu 20 P ADA IBUPROFEN 59 David Jhon RP 20 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

60 Rahmad Diansyah 20 LK ADA PARASETAMOL

61 Steven 20 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

62 Ruth Monica 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

63 Fiona Aprilia 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 64 Ifan Kusuma Wardana 19 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

65 Surya Raj 19 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

66 Nurudz Dzakiyah 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 67 Michelle Faustine 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA 68 Zahrifa Dwi Andina 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 69 Rivani Sintia S 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA 70 Vincent Viandy 20 L TIDAK ADA TIDAK ADA 71 Annabell Siregar 18 P TIDAK ADA TIDAK ADA

72 An Nur Fithri 20 P ADA IBUPROFEN

73 Aditya R. Pinem 19 L ADA ASAM MEFENAMAT

74 M. Ridho Fahrezi 20 L ADA ASPIRIN

75 Priyangkha Selva S. 21 P ADA PARASETAMOL

76 Muhelee 23 P TIDAK ADA TIDAK ADA

77 Kamilah Agita Sari 20 P ADA PARASETAMOL

78 Amin Siagian 20 LK ADA PARASETAMOL

(12)

80 Eka Purnama S. Nst 21 P ADA PARASETAMOL 81 Fathiah Husain 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA

82 Amanda Hannan T. 19 P ADA PARASETAMOL

83 Nithya Devi Murthi 22 P TIDAK ADA TIDAK ADA

84 Batmassundari 22 P ADA PARASETAMOL

85 Walfrindo H. S. 20 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

86 Sanny 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

87 Kaamini 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

88 Andrien Phoebus 21 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

89 Fiony Adida 20 P ADA PARASETAMOL

90 Cristia KPS 21 P ADA IBUPROFEN

91 Vinalola Vera 19 P ADA PARASETAMOL

92 Suyata Tanjung 20 P TIDAK ADA TIDAK ADA

93 Yulita 19 P TIDAK ADA TIDAK ADA

94 Rafika Wardani Nst 19 P ADA PARASETAMOL

95 Selan Menandi 22 LK TIDAK ADA TIDAK ADA

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Aliyev, R., Shiraliyeva, R., Hasanov, R., dan Mammadbayli, A. Epidemiology of Primary Headaches in the Population of Baku. Department of Neurology and Medical Genetics, Azerbaijan Medical University, Azerbaijan.

Akbar, M., 2010. Nyeri Kepala. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anurogo, D., 2014. Tension Type Headache. Neuroscience Department, Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII), Surya University, Indonesia.

Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014. Mengatasi Keracunan Parasetamol.

Beithon, J. et al., 2013. Diagnosis and Treatment of Headache, Institute for Clinical Systems Improvement.

British Association for the Study of Headache, 2010. Guidelines for All Healthcare Professionals in the Diagnosis and Management of Migraine, Tension-Type

Headache, Cluster Headache, Medication-Overuse Headache.

Duncan, P., Aref-Adib G., Venn, A., Britton, J., dan Davey, G., 2006. Use and Misuse of Aspirin in Rural Ethiopia, Department of Community Health, Addis Ababa University, Ethiopia.

Food and Drug Administration, 2008. PONSTEL® (Mefenamic Acid Capsules, USP). Ganong, W.F., 2012. Ganong’s Review of Medical Physiology 24th Edition. United

States: McGrawHill.

Goadsby, P.J., 2003. Migraine: Diagnosis and Treatment, Institute of Neurology, The National Hospital for Neurology and Neurosurgery, London, United Kingdom.

International Association for the Study of Pain, 1994. Part III: Pain Terms, A Current List with Definitions and Notes on Usage.

(14)

Katzung, B.G., Masters, S.B., dan Trevor, A.J., 2012. Basic and Clinical Pharmacology Twelfth Edition. United States: McGrawHill.

Kojić, Z. dan Stojanović, D., 2013. Pathophysiology of Migraine - From Molecular to Personalized Medicine,University of Belgrade.

Levin, M., Ward, T., dan Davis, P., 2013. Headaches: Practical Management, American Academy of Neurology.

MacGregor, E.A., Rosenberg, J.D., dan Kurth, T. Sex-Related Differences in Epidemiological and Clinic-Based Headache Studies, American Headache Society.

Matharu, M., 2010. Cluster Headache. BMJ Publishing Group.

Muchid, A. et al., 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Pardutz, A. dan Schoenen, J, 2010. NSAIDs in the Acute Treatment of Migraine: A Review of Clinical and Experimental Data, Department of Neurology, University of Szeged, Hungary.

Prabawani, A.T., 2011. Hubungan Topis dan Volume Neoplasma Intrakranial dengan Lokasi dan Intensitas Nyeri Kepala, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ravishankar, K., Chakravarty, A., Chowdhury, D., Shukla, R., dan Singh, S., 2011. Guidelines on the Diagnosis and the Current Management of Headache and

Related Disorders. Annals of Indian Academy of Neurology, Mumbai.

Santiago, M.D.S., Carvalho, D.S., Gabbai, A.A., Pinto, M.M.P., Moutran, A.R.C., Villa, T.R., 2014. Amitriptyline and Aerobic Exercise or Amitriptyline Alone in the Treatment of Chronic Migraine: A Randomized Comparative Study. Department of Neurology and Neurosurgery, Federal University of São Paulo, Brazil.

(15)

Steiner, T.J. et al., 2007. Aids for Management of Common Headache Disorders in Primary Care.World Health Organization.

Surya, A., 2012. Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan Nyeri Kepala pada Remaja. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Thomson Medstat, 2006. New Data Estimate Migraine Headaches Cost U.S. Employers More Than $24 Billion Annually. Dalam: Ambarsari, A., 2013. Hubungan Presbiopi dengan Derajat dan Frekuensi Nyeri Kepala. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Weaver-Agostoni, J., 2013. Cluster Headache. University of Pittsburgh Medical

Center Shadyside Hospital, United States.

(16)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Usia

Usia adalah usia responden sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk. Cara ukur : Observasi

Hasil ukur : Dinyatakan dalam tahun Skala pengukuran: Interval

3.2.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden. Cara ukur : Observasi

Hasil ukur : Laki-laki, Perempuan Skala pengukuran: Nominal

Gambaran Penggunaan Obat Nyeri Kepala pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

1. Usia

2. Jenis kelamin

(17)

3.2.3. Riwayat Nyeri Kepala

Riwayat nyeri kepala adalah riwayat nyeri kepala responden dalam seminggu terakhir.

Cara ukur : Wawancara Hasil ukur : Ya, Tidak Skala pengukuran: Nominal

3.2.4. Obat yang Digunakan

Obat yang digunakan adalah jenis obat yang umumnya digunakan responden untuk tatalaksana nyeri kepala.

Cara ukur : Wawancara

Hasil ukur : Parasetamol (Cetapain, Dumin, Farmadol, Fevrin, Ottopan, Pamol, Panadol, Piosfen, Progesic, Pyridol, Sanmol, Sumagesic), Ibuprofen (Arfen, Arthrifen, Brufen, Bufect, Farsifen, Ibukal, Iprox, Ostarin, Proris, Prosic, Prosinal, Rhelafen, Spedifen, Yariven), Ketoprofen (Kaltrofen, Ketros, Lantiflam, Nasaflam, Nazovel, Profenid, Profika, Pronalges, Remapro), Aspirin (Ascardia, Aspilets, Astika, Farmasal, Miniaspi 80, Norspirinal), Naproxen (Xenifar), Diclofenac (Anuva, Araclof, Cataflam), Lain-lain (Asam Mefenamat/Ponstan, Tidak Ada)

(18)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional karena subjek hanya diobservasi satu kali dan hubungan antarvariabel tidak dipelajari.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di area kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara karena sampel lebih mudah dijangkau. Penelitian akan dilakukan dari awal September hingga akhir Oktober 2015 karena kegiatan akademis sudah dimulai.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi Sasaran

Populasi sasaran dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 yang dipilih dengan consecutive sampling. Perkiraan besar sampel dapat dihitung dengan rumus:

� =�� 2

�2

(19)

n = besar sampel

p = proporsi variabel yang dikehendaki q = 1 – p

Zα2

= confidence interval

d = kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi

Diketahui confidence interval adalah 95% (Zα = 1.96), p = 0,5, q = 0,5, dan d = 0,1:

�= (1,96)

2 0,5 0,5

(0,1)2

�= 96,04 � ≈ 96

Maka perkiraan besar sampel adalah 96.

4.3.2. Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013.

2. Subjek yang memberi persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(20)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(21)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di area kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara di Jl. Dr. T. Mansur No. 5. Area kampus meliputi Gedung Baru Fakultas Kedokteran dan Gedung Abdul Hakim. Lokasi penelitian di Gedung Baru Fakultas Kedokteran meliputi Ruang Kuliah Semester V dan Ruang Tutorial A. Lokasi penelitian di Gedung Abdul Hakim meliputi Ruang Tutorial B.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

(22)
[image:22.612.112.527.133.480.2]

Tabel 5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik Subjek Frekuensi (n=96) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 26 27.1

Perempuan 70 72.9

Usia

17 tahun 1 1.0

18 tahun 4 4.2

19 tahun 31 32.3

20 tahun 45 46.9

21 tahun 9 9.4

22 tahun 5 5.2

23 tahun 1 1.0

Riwayat Nyeri Kepala

Ada 37 38.5

Tidak ada 59 61.5

(23)

5.1.3. Frekuensi Nyeri Kepala Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:23.612.112.533.228.420.2]

Terdapat perbedaan yang cukup besar pada gambaran riwayat nyeri kepala berdasarkan jenis kelamin. Data lengkap disajikan dalam tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Nyeri Kepala Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

(n=96)

Persentase dengan Jenis Kelamin (%)

Persentase Total (%) Laki-Laki

Riwayat Nyeri Kepala + 8 30,8% 8,3% Riwayat Nyeri Kepala - 18 69,2% 18,8% Perempuan

Riwayat Nyeri Kepala + 29 41,4% 30,2% Riwayat Nyeri Kepala - 41 58,6% 42,7%

Total 96 100%

Dari 26 subjek laki-laki, terdapat sebanyak 8 mahasiswa (30,8%) dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir dan 18 mahasiswa (69,2%) tanpa riwayat nyeri kepala seminggu terakhir. Dari 70 subjek perempuan, terdapat sebanyak 29 mahasiswa (41,4%) dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir dan 41 mahasiswa (58,6%) tanpa riwayat nyeri kepala seminggu terakhir.

5.1.4. Obat yang Digunakan

(24)
[image:24.612.110.533.174.346.2]

Tabel 5.3. Obat yang Digunakan

Obat yang Digunakan Frekuensi (n=37) Persentase (%)

Parasetamol 30 81,1

Ibuprofen 3 8,1

Aspirin 1 2,7

Asam Mefenamat 1 2,7

Tidak ada 2 5,4

Total 37 100%

Dari 37 subjek yang mempunyai riwayat nyeri kepala, terdapat sebanyak 30 orang (81,1%) mahasiswa menggunakan parasetamol, sebanyak 3 orang (8,1%) mahasiswa menggunakan ibuprofen, sebanyak 1 orang (2,7%) mahasiswa menggunakan aspirin, sebanyak 1 orang (2,7%) mahasiswa menggunakan asam mefenamat, dan sebanyak 2 orang (5,4%) mahasiswa tidak menggunakan obat apa pun untuk mengobati nyeri kepala.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Epidemiologi Nyeri Kepala Secara Umum

(25)

5.2.2. Epidemiologi Nyeri Kepala Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 26 subjek laki-laki, terdapat sebanyak 8 mahasiswa (30,8%) dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir dan 18 mahasiswa (69,2%) tanpa riwayat nyeri kepala seminggu terakhir. Dari 70 subjek perempuan, terdapat sebanyak 29 mahasiswa (41,4%) dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir dan 41 mahasiswa (58,6%) tanpa riwayat nyeri kepala seminggu terakhir.

Hal ini sejalan dengan penelitian MacGregor (2011), dimana lebih banyak perempuan yang mengalami nyeri kepala dibandingkan dengan laki-laki. Rata-rata prevalensi nyeri kepala pada laki-laki adalah 37%, sedangkan pada perempuan adalah 52%. Ini disebabkan oleh faktor hormonal pada perempuan.

Ini juga sejalan dengan penelitian Aliyev (2014), dimana prevalensi nyeri kepala pada laki-laki adalah 13,7%, sedangkan prevalensi nyeri kepala pada perempuan adalah 26,3%.

5.2.3. Gambaran Penggunaan Obat Nyeri Kepala

Dari 37 subjek yang mempunyai riwayat nyeri kepala, terdapat sebanyak 30 orang (81,1%) mahasiswa menggunakan parasetamol, sebanyak 3 orang (8,1%) mahasiswa menggunakan ibuprofen, sebanyak 1 orang (2,7%) mahasiswa menggunakan aspirin, sebanyak 1 orang (2,7%) mahasiswa menggunakan asam mefenamat, dan sebanyak 2 orang (5,4%) mahasiswa tidak menggunakan obat apa pun untuk mengobati nyeri kepala.

(26)
(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian-uraian yang dipaparkan, maka didapatkan kesimpulan:

1. Nyeri kepala merupakan kasus yang cukup sering ditemukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (38,5%).

2. Lebih banyak mahasiswa perempuan dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir (41,4%) daripada mahasiswa laki-laki (30,8%).

3. Parasetamol merupakan obat yang paling sering digunakan untuk tatalaksana nyeri kepala (81,1%).

6.2. Saran

Karena nyeri kepala merupakan kasus yang sering ditemukan sehari-hari, ada baiknya ketika akan mengonsumsi obat, label pada kemasan obat sebaiknya dibaca dengan baik terlebih dahulu untuk mengetahui kontraindikasi obat dan efek samping yang mungkin timbul.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyeri

2.1.1. Definisi Nyeri

Menurut International Association for Study of Pain (1994), nyeri adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sebenarnya atau potensial, atau yang digambarkan dalam hal kerusakan tersebut.

Ketidakmampuan individu untuk berkomunikasi secara verbal tidak menghapuskan kemungkinan seorang individu mengalami nyeri dan memerlukan tatalaksana yang sesuai untuk meredakan nyeri. Nyeri selalu subjektif. Setiap individu mempelajari aplikasi istilah tersebut melalui pengalaman yang berhubungan dengan luka pada awal kehidupan. Para ahli biologi mengenal bahwa stimulus yang menyebabkan nyeri berhubungan dengan jaringan yang rusak. Dengan demikian, nyeri adalah pengalaman yang kita hubungkan dengan kerusakan jaringan yang sebenarnya atau potensial. Nyeri adalah sensasi dari suatu bagian tubuh, tetapi juga selalu tidak menyenangkan dan oleh sebab itu, nyeri juga merupakan pengalaman emosional. (International Association for Study of Pain, 1994)

2.1.2 Fisiologi Nyeri

Beberapa reseptor sensoris kutaneus merupakan ujung saraf bebas (free nerve ending). Sensasi nyeri dan temperatur timbul dari dendrit yang tidak bermielin yang terletak pada kulit dan jaringan dalam. (Ganong, 2012)

(29)

yang sensitif terhadap zat kimia memberi respon terhadap zat seperti bradikinin, histamin, asam, dan berbagai iritan lingkungan. Nosiseptor polimodal memberi respon terhadap kombinasi stimulus – stimulus ini. (Ganong, 2012)

Impuls dari nosiseptor ditransmisikan melalui dua tipe serat, yaitu serat Aδ bermielin tipis (diameter 2 – 5 μm) dengan laju konduksi sekitar 12 – 35 m/s dan serat C tanpa mielin (diameter 0.4 –1.2 μm) dengan laju konduksi sekitar 0.5 – 2 m/s. Aktivasi serat Aδ mencetuskan pelepasan glutamat dan menyebabkan fast pain atau epicritic pain yang merupakan respon cepat. Fast pain memediasi kemampuan untuk melokalisir dan menentukan intensitas nyeri. Aktivasi serat C mencetuskan pelepasan glutamat dan substansi P dan menyebabkan slow pain atau protopathic pain. Slow pain merupakan nyeri yang tumpul dan tersebar. (Ganong, 2012)

Variasi reseptor ditemukan pada ujung saraf sensoris nosiseptif yang memberi respon terhadap stimulus termal, mekanis, dan kimiawi. Kebanyakan reseptor ini merupakan bagian dari sekelompok kanal kation nonselektif yang disebut kanal transient receptor potential (TRP). Ini termasuk reseptor TRPV1 (V merujuk ke kelompok zat kimia yang disebut vanilloid) yang diaktivasi oleh panas, asam, dan bahan kimia seperti kapsaisin. Reseptor TRPV1 juga dapat diaktivasi secara tidak langsung oleh aktivasi awal reseptor TRPV3 pada keratinosit di kulit. Stimulus mekanis, dingin, dan kimiawi dapat mengaktivasi reseptor TRPA1 (A merupakan ankyrin) pada ujung saraf sensoris. Ujung saraf sensoris juga memiliki reseptor acid sensing ion channel (ASIC) yang diaktivasi oleh perubahan pH dan kemungkinan merupakan reseptor dominan dalam memediasi nyeri akibat asam. (Ganong, 2012)

(30)

receptor kinase A (TrkA) diaktivasi oleh nerve growth factor (NGF) yang dilepaskan akibat kerusakan jaringan. (Ganong, 2012)

2.2. Nyeri Kepala 2.2.1 Definisi

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dari dagu sampai ke daerah belakang kepala. Berdasarkan kausanya, nyeri kepala dapat digolongkan menjadi nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala tanpa adanya kelainan anatomi atau struktur yang jelas, sedangkan nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala dengan adanya kelainan anatomi atau struktur yang jelas. (Prabawani, 2011)

2.2.2 Epidemiologi

Nyeri kepala merupakan gangguan neurologis yang paling sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. 50% dari populasi umum mengalami nyeri kepala setiap tahun, dan lebih dari 90% melaporkan riwayat nyeri kepala dalam hidup. Prevalensi rata-rata migrain dalam hidup adalah 18%, dan diperkirakan prevalensi rata-rata tahun lalu adalah 13%. Prevalensi tension-type headache (TTH) adalah sekitar 52% dalam hidup, sedangkan 3% dari populasi umum mengalami chronic headache. (International Association for the Study of Pain, 2011)

Berdasarkan hasil penelitian multicentre berbasis rumah sakit pada lima rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : migrain tanpa aura 10%, migrain dengan aura 1,8%, episodic tension-type headache 31%, chronic tension-type headache 24%, cluster headache 0.5%, dan mixed headache 14%. (Surya, 2012)

(31)

remaja laki-laki. Pada prevalensi tension-type headache, perbandingan jumlah penderita pria dan wanita adalah 1:1. (International Association for the Study of Pain, 2011)

2.2.3 Faktor Risiko

Kurangnya upaya menjaga kesehatan diri sendiri, ketidakmampuan rileks setelah bekerja, gangguan tidur, usia muda, kelaparan, dehidrasi, pekerjaan atau beban yang terlalu berat, caffeine withdrawal, dan fluktuasi hormonal pada wanita merupakan faktor risiko tension-type headache (TTH). Stress dan konflik emosional merupakan pemicu tersering TTH. (Anurogo, 2014)

Terdapat peningkatan risiko pada cluster headache yang menunjukkan adanya hubungan dengan faktor genetik. Terdapat pula penigkatan insidensi trauma kepala lama pada cluster headache dengan range antara 5% hingga 37%, meskipun sering terdapat interval yang lama antara trauma kepala dengan onset nyeri kepala. (Matharu, 2010)

Secara keseluruhan, faktor risiko yang berhubungan dengan perkembangan chronic daily headache (CDH) meliputi jenis kelamin wanita, pendidikan rendah, status sosioekonomi rendah, riwayat trauma kepala, obesitas (indeks massa tubuh lebih besar dari 30), sleep apnea, stress, konsumsi kafein yang berlebihan, penggunaan obat yang berlebihan, dan depresi. Pada suatu penelitian di Cina, Wang et al melakukan community-based survey pada penduduk yang berusia 65 tahun atau lebih. Ditemukan bahwa faltor risiko CDH meliputi penggunaan analgesik yang berlebihan, riwayat migrain, dan depresi. (Silberstein, 2006)

2.2.4 Klasifikasi

Klasifikasi nyeri kepala menurut The Intemational Classification of Headache Disorders, 2nd Edition (2004) dalam Ravishankar (2012) adalah:

(32)

1.1. Migrain

1.2. Tension-type headache

1.3. Cluster headache and sefalgia trigeminal otonom lain 1.4. Nyeri kepala primer lain

2. Nyeri kepala sekunder

2.1. Nyeri kepala akibat trauma kepala atau leher 2.2. Nyeri kepala akibat kelainan kranial atau servikal 2.3. Nyeri kepala akibat kelainan intrakranial nonvaskuler 2.4. Nyeri kepala akibat obat atau withdrawal

2.5. Nyeri kepala akibat infeksi

2.6. Nyeri kepala akibat kelainan homeostasis

2.7. Nyeri kepala atau fasial akibat kelainan cranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur fasial atau kranial lainnya

2.8. Nyeri kepala akibat kelainan psikiatrik 3. Neuralgia kranial dan nyeri fasial

3.1. Neuralgia kranial dan penyebab utama nyeri fasial

3.2. Nyeri kepala lain, neuralgia kranial sentral, atau nyeri fasial primer

2.2.5 Patofisiologi

Beberapa teori yang menyebabkan timbulnya nyeri kepala terus berkembang hingga sekarang, seperti teori vasodilatasi cranial, aktivasi saraf trigerminal perifer, lokalisasi dan fisiologi second order trigerminovascular neurons, cortical spreading depression, dan rostral brainstem activation. (Akbar, 2010)

(33)

Karena ciri nyeri kepala yang berdenyut, migrain awalnya dianggap sebagai kelainan vaskuler pada abad ke-20. Sekarang, banyak fakta yang menyanggah teori vaskuler sebagai penyebab serangan migrain, seperti: vasodilator intracranial kuat, yaitu vasoactive intestinal polypeptide (VIP), tidak menyebabkan migrain; vasodilatasi intrakranial terjadi secara sekunder terhadap stimulasi nyeri kepala; zat-zat yang tidak menyebabkan vasokonstriksi seperti aspirin dapat menghentikan serangan migrain. (Kojić, 2013)

Pendukung teori neurogenik dan neurotransmitter menyatakan bahwa disfungsi batang otak adalah penyebab utama nyeri kepala migrain. Struktur neuromodulator, seperti periaqueductal gray matter (PAG), locus coeruleus, dan nucleus raphe, memodulasi transmisi sinyal nyeri asenden. (Kojić, 2013)

Salah satu teori yang paling sering digunakan mengenai penyebab tension-type headache (TTH) adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m. sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita TTH mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar daripada orang lain. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi tubuh yang dipertahankan secara lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot. (Akbar, 2010)

Patofisiologi cluster headache tidak sepenuhnya dipahami. Teori sekarang termasuk dilatasi vaskuler, stimulasi saraf trigerminal, dan efek sirkadian. Pelepasan histamin, peningkatan jumlah mast cells, faktor genetik, dan aktivasi sistem saraf otonom juga bisa berkontribusi. (Weaver-Agostoni, 2013)

(34)

dengan gen HCRTR2. Gangguan irama sirkadian juga mungkin merupakan penyebab karena onset nyeri kepala sering pada saat tidur. (Weaver-Agostoni, 2013)

2.2.6 Diagnosis

Klasifikasi IHS menyusun apa yang telah dipikirkan klinisi dari prinsip utama, yaitu migrain merupakan kumpulan dari gejala. Beberapa gejala lebih menonjol dari yang lain, tetapi tidak ada yang dominan. Meskipun sifat unilateral, berdenyut, dan nyeri hebat dengan rasa mual merupakan migrain, nyeri berdenyut bilateral yang hebat juga bisa merupakan spektrum migrain. (Goadsby, 2003)

Kriteria diagnostik migrain menurut IHS dalam Goadsby (2003) adalah episode serangan yang berlangsung selama 4-72 jam dengan dua dari ciri-ciri berikut: unilateral, berdenyut, diperparah oleh gerakan, dan nyeri sedang hingga berat. Mual dan muntah serta fotofobia dan fonofobia dapat ditemukan.

Pemeriksaan neuroimaging pada pasien migrain dilakukan hanya jika ditemukan pemeriksaan neurologis abnormal, pasien datang dengan ciri-ciri atipikal, serangan migrain yang terjadi pertama kali pada usia lebih dari 40 tahun, atau frekuensi dan intensitas serangan migrain meningkat. (Ravishankar, 2011)

Diagnosis tension-type headache (TTH) hanya bergantung pada tanda dan gejala. TTH merupakan episode nyeri kepala rekuren yang berlangsung dari menit hingga minggu. Nyeri TTH umumnya dalam bentuk tekanan dengan intensitas ringan hingga sedang, bersifat bilateral, dan tidak diperberat oleh aktivitas fisik. Keluhan mual dan muntah umumnya tidak ada, tetapi keluhan fotofobia dan fonofobia dapat ditemukan. (Ravishankar, 2011)

(35)

15-180 menit jika tidak ditatalaksana. Nyeri kepala dapat berhubungan dengan salah satu gejala berikut: ipsilateral conjunctival injection atau lakrimasi, ipsilateral nasal congestion atau rinorea, miosis ipsilateral, ptosis, edema kelopak mata ipsilateral, keringat fasial dan dahi ipsilateral, kegelisahan, atau agitasi selama nyeri kepala. Frekuensi serangan dapat terjadi antara satu hingga delapan kali sehari. (Ravishankar, 2011)

Meskipun CH sering merupakan nyeri kepala primer, CH dapat merupakan manifestasi yang langka dari lesi pokok seperti tumor kelenjar pituitari. Pemeriksaan neuroimaging direkomendasikan untuk CH. (Ravishankar, 2011)

2.2.7 Penatalaksanaan

2.2.7.1 Penatalaksanaan Farmakologis

Dalam migrain episodik, amitriptyline telah dipakai untuk terapi profilaktik selama 45 tahun terakhir, dan umumnya merupakan obat yang efektif. Selain menurunkan frekuensi, durasi, dan intensitas serangan nyeri kepala, terapi amitriptyline dapat meningkatkan respons terhadap tatalaksana akut, menurunkan gangguan aktivitas, dan menurunkan biaya. (Santiago, 2014)

Penggunaan amitriptyline untuk terapi migrain menurunkan frekuensi nyeri kepala sebesar 50%. Penelitian menunjukkan adanya penurunan intensitas dan frekuensi nyeri kepala ketika dibandingkan dengan kelompok venlafaxine dan penurunan frekuensi dan durasi nyeri kepala ketika dibandingkan dengan plasebo. (Santiago, 2014)

Dewasa dengan migrain harus mendapatkan pengobatan akut. Pengobatan teratur yang terlalu sering (lebih dari dua kali seminggu) dapat menyebabkan medication-overuse headache. (Steiner, 2007)

(36)

melanjutkan ke langkah berikutnya. Jika strategi ini diikuti dengan tepat, maka penatalaksanaan yang efektif dapat tercapai. (Steiner, 2007)

Langkah pertama adalah terapi simptomatik yang terdiri atas pemberian analgesik sederhana dan antiemetik (jika diperlukan). Analgesik yang sering dipakai adalah asam asetilsalisilat 900 – 1000 mg (hanya pada dewasa), ibuprofen 400 – 800 mg, diclofenac 50 – 100 mg, ketoprofen 100 mg, dan naproxen 500 – 1000 mg. Jika obat tersebut dikontraindikasikan, maka pasien diberikan parasetamol. Pasien disarankan untuk menggunakan lebih dari satu jenis analgesik pada langkah pertama sebelum lanjut ke langkah kedua. (Steiner, 2007)

Jika administrasi per oral tidak memungkinkan akibat adanya gejala muntah, administrasi rektal dapat dilakukan. Analgesik supersitori yang digunakan adalah

diclofenac 100 mg, ibuprofen 400 mg, ketoprofen 100 – 200 mg, dan naproxen 500 –

1000 mg. (Steiner, 2007)

Langkah kedua adalah terapi spesifik. Obat yang umumnya digunakan adalah almotriptan, eletriptan, frovatriptan, naratriptan, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan, dan ergotamin taltrat, tergantung availabilitas pada setiap negara. (Steiner, 2007)

Penderita migrain diberi terapi profilaktik jika terjadi serangan yang menyebabkan gangguan berat selama dua hari atau lebih dalam sebulan, terapi akut optimal tidak meredakan migrain, dan pasien setuju untuk medikasi harian. Indikasi lain untuk terapi profilaktik adalah risiko penggunaan obat yang terlalu sering meskipun efektif (tetapi obat profilaktik tidak cocok untuk medication-overuse headache) dan untuk anak-anak yang sering absen dari sekolah. (Steiner, 2007)

Terapi farmakologis terbatas pada tension-type headache (TTH), tetapi efektif pada kebanyakan pasien. Pengobatan akut harus dilakukan dengan hati-hati ketika nyeri kepala sering karena adanya risiko penggunaan obat yang berlebihan. (Steiner, 2007)

(37)

digunakan adalah asam asetilsalisilat 600 – 1000 mg (dewasa), ibuprofen 400 – 800 mg, dan parasetamol 1000 mg. Opioid harus dihindari, terutama kodein, dihidrokodein, dekstropropoksifen, ataupun kombinasi dari analgesik yang terdiri atas opioid. Barbiturat juga tidak digunakan untuk tatalaksana farmakologis TTH. (Steiner, 2007)

Prinsip profilaksis pada penderita tension-type headache (TTH) adalah intoleransi diturunkan dengan pemberian dosis awal obat yang rendah (10 mg) dan ditingkatkan sebesar 10 – 25 mg setiap 1 – 2 minggu dan menjaga jadwal untuk menilai efektivitas. Profilaksis yang tidak efektif tidak boleh dihentikan terlalu cepat; 2 – 3 bulan merupakan minimum untuk mencapai dan mengobservasi efektivitas. (Steiner, 2007)

Sumatriptan 6 mg yang diberikan secara subkutan adalah tatalaksana akut cluster headache yang terbukti efektif, tetapi tidak direkomendasikan untuk penggunaan lebih dari dua kali sehari. Analgesik, termasuk opioid, tidak digunakan untuk tatalaksana cluster headache. (Steiner, 2007)

Profilaksis episodic cluster headache harus dimulai secepat mungkin setelah awal serangan klaster (kecuali penggunaan prednisolon, yang hanya digunakan untuk jangka pendek) dan dihentikan dengan tapering-off dua minggu setelah remisi penuh. Pada chronic cluster headache, terapi dapat dilanjutkan secara long-term. Obat yang sering dipakai adalah verapamil 240 – 960 mg setiap hari, prednisolon 60 – 80 mg selama 2 – 4 hari (dihentikan dengan penurunan dosis selama 2 – 3 minggu), litium karbonat 600 – 1600 mg setiap hari, ergotamine tartrate 2 – 4 mg setiap hari per rectum (biasanya diabaikan setiap hari ketujuh), dan methysergide 1 – 2 mg tiga kali sehari (penggunaan diinterupsi minimal sebulan setiap enam bulan). Kombinasi obat dapat dicoba, tetapi risiko toksisitas tinggi. (Steiner, 2007)

(38)

Aspirin sekarang sudah jarang digunakan untuk pengobatan antiinflamasi dan lebih sering digunakan untuk efek anti-platelet. (Katzung, 2012)

Menurut Mycek (2001) dalam Antono (2013), dosis oral aspirin untuk memperoleh efek analgesik dan antipiretik pada manusia adalah 325 – 650 mg empat kali sehari, sedangkan dosis untuk memperoleh efek antiinflamasi adalah 4 – 6 gram secara oral per hari. Aspirin berfungsi sebagai analgesik dengan menghambat sintesa prostaglandin E2.

Ibuprofen adalah derivat sederhana asam fenilpropionat. Pada dosis sekitar 2400 mg per hari, ibuprofen setara dengan efek antiinflamasi aspirin 4 g. Ibuprofen oral sering diberikan dalam dosis rendah (kurang dari 2400 mg per hari), dimana terdapat efek analgesik tetapi tidak efektif sebagai antiinflamasi. (Katzung, 2012)

Ketoprofen adalah derivat asam propionate yang menginhibisi COX secara nonselektif dan lipoksigenase. Efektivitas ketoprofen pada dosis 100-300 mg per hari setara dengan NSAID lain. Meskipun ketoprofen berpengaruh terhadap prostaglandin dan leukotrien, ketoprofen tidak lebih efektif secara klinis jika dibandingkan dengan NSAID lain. (Katzung, 2012)

Naproxen adalah derivat asam naftilpropionat. Insiden perdarahan saluran cerna bagian atas akibat penggunaan over-the-counter rendah, tetapi masih dua kali lebih tinggi dari over-the-counter ibuprofen. (Katzung, 2012)

(39)

Diclofenac adalah derivat asam fenilasetat yang merupakan inhibitor COX nonselektif. Ulserasi gastrointestinal lebih jarang terjadi pada penggunaan diclofenac dibandingkan dengan NSAID lain. (Katzung, 2012)

Sumatriptan digunakan secara subkutan atau intranasal. Efektivitas sumatriptan oral tidak diketahui. Pada pasien dengan cluster headache episodik atau kronis, sumatriptan subkutan lebih efektif dalam menurunkan keparahan dan durasi nyeri kepala pada menit kelima belas, sedangkan sumatriptan intranasal lebih efektif untuk meredakan nyeri, durasi serangan, dan jumlah serangan pada menit ketiga puluh. (Matharu, 2010)

2.2.7.2 Penatalaksanaan Nonfarmakologis

Selain terapi farmakologis profilaktik, beberapa penelitian menunjukkan manfaat intervensi nonfarmakologis seperti senam aerobik. Olahraga dengan intensitas sedang yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan kesehatan kardiovaskuler, dan juga menurunkan frekuensi, intensitas dan durasi serangan nyeri kepala. (Santiago, 2014)

Terapi relaksasi dan biofeedback secara potensial merupakan pilihan efektif ketika tatalaksana farmakologis harus dihindari. Manfaat fisioterapi juga telah terbukti pada pasien dengan tension-type headache (TTH). Diperlukan dokter yang terampil untuk memberikan terapi tersebut. (Steiner, 2007)

Akupunktur memberi manfaat kepada penderita migrain atau tension-type headache (TTH), meskipun uji klinis luas gagal membedakan akupunktur dengan prosedur palsu. (Steiner, 2007)

(40)

2.2.7.3 Edukasi dan Pencegahan

Pada pasien migrain, latihan secara teratur serta hindari faktor predisposisi akan memberi keuntungan. (Steiner, 2007)

Pada pasien tension-type headache (TTH), bersantai seperti pemijatan atau mandi air hangat dapat bermanfaat. Menyesuaikan diri terhadap stress dengan latihan pernapasan dan relaksasi dapat mencegah nyeri kepala. (Steiner, 2007)

Pada pasien cluster headache, analgesik umumnya tidak efektif karena analgesik memerlukan waktu yang lama. Penatalaksanaan pada awal episode klaster lebih efektif, sehingga pasien disarankan untuk segera mencari bantuan medis secepatnya. (Steiner, 2007)

2.2.8 Prognosis

Tidak ada obat yang pasti untuk migrain, tetapi serangan pada penderita migrain lebih jarang di kemudian hari. (Steiner, 2007)

Tension-type headache (TTH) pada kondisi tertentu dapat menyebabkan nyeri hebat, tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika merupakan TTH yang timbul akibat pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesik. TTH biasanya mudah diobati sendiri. Dengan pengobatan, relaksasi, perubahan pola hidup, dan terapi lain, lebih dari 90% pasien TTH dapat sembuh dengan baik. (Akbar, 2010)

Cluster headache dapat mengalami rekurensi setelah beberapa tahun. (Steiner, 2007)

2.3. Penggolongan Obat

(41)

Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusinya. (Muchid, 2006)

2.3.2. Golongan Obat

Menurut Permenkes No. 917/1993, obat digolongkan menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan psikotropika, dan obat narkotika. (Muchid, 2006)

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol. (Muchid, 2006)

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah chlorpheniramin maleat. (Muchid, 2006)

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah asam mefenamat. (Muchid, 2006)

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contohnya adalah diazepam dan fenobarbital. (Muchid, 2006)

(42)

2.3.3 Daftar Obat NSAID yang Memerlukan Resep

Tabel 2.1. Daftar obat NSAID yang memerlukan resep (Food and Drug Administration, 2008)

Generic Name Trade Name

Celecoxib Celebrex

Diclofenac Cataflam, Voltaren, Arthrotec (combined with misoprostol)

Diflunisal Dolobid

Etodolac Lodine, Lodine XL Fenoprofen Nalfon, Nalfon 200 Flurbiprofen Ansaid

Ibuprofen Motrin, Tab-Profen, Vicoprofen* (combined with hydrocodone), Combunox (combined with oxycodone)

Indomethacin Indocin, Indocin SR, Indo-Lemmon, Indomethagan Ketoprofen Oruvail

Ketorolac Toradol Mefenamic acid Ponstel

Meloxicam Mobic

Nabumetone Relafen

Naproxen Naprosyn, Anaprox, Anaprox DS, EC-Naproxyn, Naprelan, Naprapac (copackaged with lansoprazole)

Oxaprozin Daypro

Piroxicam Feldene Sulindac Clinoril

[image:42.612.111.481.151.701.2]
(43)
(44)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri kepala merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada masyarakat. Menurut Thomson Medstat (2006) dalam Ambarsari (2013), penelitian yang dilakukan pada pekerja di Amerika Serikat melaporkan sebanyak 220,140 pekerja mengalami nyeri kepala migrain sedangkan sebanyak 1,1 juta pekerja tidak mengalami nyeri kepala. Penelitian memperkirakan biaya penyakit nasional akibat nyeri kepala migrain sebesar 12,7 miliar US dollar per tahun untuk biaya kesehatan dan 12 miliar US dollar per tahun untuk biaya nonkesehatan seperti ketidakhadiran dan kompensasi pekerja.

Nyeri kepala merupakan gangguan neurologis yang paling sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. 50% dari populasi umum mengalami nyeri kepala setiap tahun, dan lebih dari 90% melaporkan riwayat nyeri kepala dalam hidup. Prevalensi rata-rata migrain dalam hidup adalah 18%, dan diperkirakan prevalensi rata-rata tahun lalu adalah 13%. Prevalensi tension-type headache (TTH) adalah sekitar 52% dalam hidup, sedangkan 3% dari populasi umum mengalami chronic headache. (International Association for the Study of Pain, 2011)

Berdasarkan hasil penelitian multicentre berbasis rumah sakit pada lima rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : migrain tanpa aura 10%, migrain dengan aura 1,8%, episodic tension-type headache 31%, chronic tension-type headache 24%, cluster headache 0.5%, dan mixed headache 14%. (Surya, 2012)

(45)

dengan tiga perempat penderita yang mengeluhkan gangguan aktivitas fisik. (British Association for the Study of Headache, 2010)

Tension-type headache (TTH) yang sering dianggap sebagai nyeri kepala

„biasa‟ memengaruhi hingga 80% populasi dari waktu ke waktu. Penderita pada

umumnya mengobati diri sendiri tanpa kunjungan ke dokter dengan menggunakan obat over-the-counter (OTC) secara efektif. (British Association for the Study of Headache, 2010)

Cluster headache merupakan tipe nyeri kepala yang jarang, dengan prevalensi sekitar 0,05%, tetapi intensitas nyeri tinggi dan sering berulang. Medication-overuse headache umumnya merupakan chronic daily headache, dan menyerang 2% populasi dewasa serta anak-anak. (British Association for the Study of Headache, 2010)

Karena nyeri kepala merupakan kelainan umum yang sering salah didiagnosis sehingga menyebabkan kesalahan pada penatalaksanaan, diagnosis nyeri kepala yang baik dapat meningkatkan kualitas perawatan nyeri kepala. Morbiditas akibat nyeri kepala tinggi, sehingga diagnosis dan tatalaksana yang baik akan meningkatkan kesehatan populasi. Dengan adanya diagnosis yang baik, angka kunjungan klinik, kunjungan departemen gawat darurat, dan rawat inap akibat nyeri kepala yang tidak terkendalikan dapat diturunkan. Selain itu, tes dan prosedur diagnostik yang tidak perlu dapat diabaikan sehingga biaya perawatan akan lebih murah. (Beithon, 2013)

Adanya perbedaan tatalaksana nyeri kepala menyebabkan kesulitan dalam mengembangkan pedoman praktis klinis global untuk nyeri kepala. Ini meliputi masalah availabilitas obat dan tatalaksana modern untuk nyeri kepala. (World Health Organization, 2000)

1.2. Rumusan Masalah

(46)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

1. Untuk mempelajari pilihan obat yang lebih sering dipakai untuk tatalaksana nyeri kepala.

2. Untuk mengetahui prevalensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui prevalensi nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat untuk Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai nyeri kepala.

1.4.2. Manfaat untuk Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang serupa.

1.4.3. Manfaat untuk Masyarakat

(47)

ABSTRAK

Nyeri kepala merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada masyarakat yang sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. Tidak adanya standar yang tetap dalam tatalaksana nyeri kepala menyebabkan kesulitan dalam mengembangkan pedoman praktis klinis global untuk nyeri kepala. Masalah availabilitas obat dan tatalaksana modern untuk nyeri kepala merupakan faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mempelajari pilihan obat yang lebih sering dipakai untuk tatalaksana nyeri kepala. Subjek merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013. Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling, dan sebanyak 96 mahasiswa dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian form penelitian. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel prevalensi.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa dari 96 orang, terdapat sebanyak 37 (38,5%) mahasiswa dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir. Dari 26 subjek laki-laki, terdapat sebanyak 8 mahasiswa (30,8%) dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir, sedangkan dari 70 subjek perempuan, terdapat sebanyak 29 mahasiswa (41,4%) dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir. Dari 37 mahasiswa tersebut, 30 (81,1%) mahasiswa yang menggunakan parasetamol, 3 (8,1%) mahasiswa yang menggunakan ibuprofen, 1 (2,7%) mahasiswa yang menggunakan aspirin, 1 (2,7%) mahasiswa yang menggunakan asam mefenamat, dan 2 (5,4%) mahasiswa yang tidak menggunakan obat apa pun untuk mengobati nyeri kepala.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa nyeri kepala merupakan kasus yang cukup sering ditemukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Lebih banyak mahasiswa perempuan yang mengalami nyeri kepala, dan parasetamol merupakan obat yang paling sering dipakai untuk tatalaksana nyeri kepala.

(48)

ABSTRACT

Headache is one of the main health problems that can be frequently found in daily practice. The lack of fixed standards to treat headache causes difficulties in developing global clinical practice guideline for headache. Issues with drugs availability and modern treatment for headache are the causes of the aforementioned problems.

This research is a descriptive research that is intended to study the preferred drugs for treating headache. The subjects are the medical students of University of Sumatera Utara from class of 2013. Samples were taken by using consecutive sampling, and 96 students were the respondents. Data collection is done by interview and filling research form. Research result is presented in prevalence table.

The research result indicates that out of 96 students, there are 37 (38,5%) students with a history of headache in the past week and 59 (61,5%) students without a history of headache in the past week. Out of 26 male subjects, there are 8 (30.8%) students with a history of headache in the past week, while out of 70 female subjects, there are 29 (41.4%) students with a history of headache in the past week. From the aforementioned 37 students, there are 30 (81,1%) paracetamol users, 3 (8,1%) ibuprofen users, 1 (2,7%) aspirin user, 1 (2,7%) mefenamic acid user, and 2 (5,4%) students who do not use any drugs to treat headache.

Based on the results of this research, it can be concluded that headache is a common case in the Medical Faculty of Universitas Sumatera Utara. There are more female students with a history of headache, and paracetamol is the most preferred drug to treat headache.

(49)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2013

OLEH:

STEPHANIE JESSLYN 120100077

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)

SUMATERA UTARA ANGKATAN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

STEPHANIE JESSLYN 120100077

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(51)
(52)

ABSTRAK

Nyeri kepala merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada masyarakat yang sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. Tidak adanya standar yang tetap dalam tatalaksana nyeri kepala menyebabkan kesulitan dalam mengembangkan pedoman praktis klinis global untuk nyeri kepala. Masalah availabilitas obat dan tatalaksana modern untuk nyeri kepala merupakan faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mempelajari pilihan obat yang lebih sering dipakai untuk tatalaksana nyeri kepala. Subjek merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013. Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling, dan sebanyak 96 mahasiswa dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian form penelitian. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel prevalensi.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa dari 96 orang, terdapat sebanyak 37 (38,5%) mahasiswa dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir. Dari 26 subjek laki-laki, terdapat sebanyak 8 mahasiswa (30,8%) dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir, sedangkan dari 70 subjek perempuan, terdapat sebanyak 29 mahasiswa (41,4%) dengan riwayat nyeri kepala seminggu terakhir. Dari 37 mahasiswa tersebut, 30 (81,1%) mahasiswa yang menggunakan parasetamol, 3 (8,1%) mahasiswa yang menggunakan ibuprofen, 1 (2,7%) mahasiswa yang menggunakan aspirin, 1 (2,7%) mahasiswa yang menggunakan asam mefenamat, dan 2 (5,4%) mahasiswa yang tidak menggunakan obat apa pun untuk mengobati nyeri kepala.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa nyeri kepala merupakan kasus yang cukup sering ditemukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Lebih banyak mahasiswa perempuan yang mengalami nyeri kepala, dan parasetamol merupakan obat yang paling sering dipakai untuk tatalaksana nyeri kepala.

(53)

ABSTRACT

Headache is one of the main health problems that can be frequently found in daily practice. The lack of fixed standards to treat headache causes difficulties in developing global clinical practice guideline for headache. Issues with drugs availability and modern treatment for headache are the causes of the aforementioned problems.

This research is a descriptive research that is intended to study the preferred drugs for treating headache. The subjects are the medical students of University of Sumatera Utara from class of 2013. Samples were taken by using consecutive sampling, and 96 students were the respondents. Data collection is done by interview and filling research form. Research result is presented in prevalence table.

The research result indicates that out of 96 students, there are 37 (38,5%) students with a history of headache in the past week and 59 (61,5%) students without a history of headache in the past week. Out of 26 male subjects, there are 8 (30.8%) students with a history of headache in the past week, while out of 70 female subjects, there are 29 (41.4%) students with a history of headache in the past week. From the aforementioned 37 students, there are 30 (81,1%) paracetamol users, 3 (8,1%) ibuprofen users, 1 (2,7%) aspirin user, 1 (2,7%) mefenamic acid user, and 2 (5,4%) students who do not use any drugs to treat headache.

Based on the results of this research, it can be concluded that headache is a common case in the Medical Faculty of Universitas Sumatera Utara. There are more female students with a history of headache, and paracetamol is the most preferred drug to treat headache.

(54)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada peneliti sehingga mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran Penggunaan Obat Nyeri Kepala pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013.

Dengan selesainya karya tulis ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH.

2. Dosen pembimbing karya tulis ilmiah peneliti, Dr. dr. Nazaruddin Umar, Sp. An KNA, atas bimbingannya.

3. Dosen penguji karya tulis ilmiah ini, dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, M.P.H., Sp. ParK, dr. Cut Adeya Adella, Sp. Og, dan dr. Yuki Yunanda, M.Kes yang telah memberikan banyak masukan untuk penelitian ini.

4. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013 yang telah menjadi responden.

5. Teman satu kelompok bimbingan, Rahmi dan Dharshine, yang telah memberi saran dan bantuan kepada peneliti

6. Sahabat-sahabat saya yang menemani saya selama berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yaitu Loretta, Josep, Singgih, Fitri, Rumiani, Desti, dan Dwi yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 7. Orang tua peneliti yang telah memberi dukungan baik secara moril maupun

material.

(55)

Menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Medan, 19 November 2015 Penulis

Stephanie Jesslyn

(56)

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Manfaat untuk Peneliti ... 3

1.4.2. Manfaat untuk Mahasiswa ... 3

1.4.3. Manfaat untuk Masyarakat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Nyeri ... 4

2.1.1. Definisi Nyeri ... 4

2.1.2. Patofisiologi Nyeri ... 4

2.2. Nyeri Kepala ... 6

2.2.1. Definisi ... 6

2.2.2. Epidemiologi ... 6

2.2.3. Faktor Risiko ... 7

(57)

2.2.5. Patofisiologi ... 8

2.2.6. Diagnosis ... 10

2.2.7. Penatalaksanaan ... 11

2.2.7.1. Penatalaksanaan Farmakologis ... 11

2.2.7.2. Penatalaksanaan Nonfarmakologis ... 15

2.2.7.3. Edukasi dan Pencegahan ... 15

2.2.8. Prognosis ... 16

2.3. Penggolongan Obat ... 16

2.3.1. Tujuan Penggolongan Obat ... 16

2.3.2. Golongan Obat ... 17

2.3.3. Daftar Obat NSAID yang Memerlukan Resep ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep ... 20

3.2. Definisi Operasional ... 20

3.2.1. Usia ... 20

3.2.2. Jenis Kelamin ... 20

3.2.3. Riwayat Nyeri Kepala ... 21

3.2.4. Obat yang Digunakan ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Jenis Penelitian... 22

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel ... 22

4.3.1. Populasi Sasaran ... 22

4.3.2. Kriteria Inklusi ... 23

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 25

(58)

5.1.4. Obat yang Digunakan ... 28

5.2. Pembahasan... 28

5.2.1. Epidemiologi Nyeri Kepala Secara Umum ... 28

5.2.2. Epidemiologi Nyeri Kepala Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

5.2.3. Gambaran Penggunaan Obat Nyeri Kepala ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1. Kesimpulan ... 31

6.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32 LAMPIRAN

(59)

Nomor Judul Halaman 2.1 Daftar Obat NSAID yang Memerlukan Resep 18 5.1 Karakteristik Responden 26 5.2 Distribusi Frekuensi Nyeri Kepala Berdasarkan Jenis Kelamin 27

5.3 Obat yang Digunakan 29

(60)

ASIC Acid Sensing Ion Channel CDH Chronic Daily Headache CH Cluster Headache COX Cyclooxygenase

IHS International Headache Society NGF Nerve Growth Factor

NSAID Non-steroidal Anti-inflammatory Drug PAG Periaqueductal Gray Matter

OTC Over-the-Counter

TrkA Tyrosine receptor kinase A TRP Transient Receptor Potential TTH Tension-type Headache

(61)

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Form Penelitian

Lampiran 5 Anggaran Biaya Penelitian Lampiran 6 Ethical Clearence

Lampiran 7 Persetujuan Komisi Etik Lampiran 8 Izin Penelitian

Gambar

Tabel 5.1. Karakteristik Responden
Tabel  5.2. Distribusi Frekuensi Nyeri Kepala Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel  5.3. Obat yang Digunakan
Tabel 2.1. Daftar obat NSAID yang memerlukan resep (Food and Drug

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 1,1 %.. Kata kunci : prevalensi,

Hasil: Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil dari 51 responden, hanya 67,7% yang melakukan olahraga dengan prevalensi obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Berdasarkan kondisi permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkajinya melalui penelitian tentang gambaran stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui gambaran penggunaan obat anti nyeri pada penderita

Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan - sedang, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital,

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang berjudul “ Gambaran Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang) di mana data akan dikumpulkan

Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta