LAMPIRAN
Data Hasil Percobaan
Sampel I II III
Berat cawan kosong (g) 60,6035 64,0158 58,7213
Sebelum di oven
Berat cawan + Minyak
(g)
72,6778 74,4896 58,7213
Berat Minyak (g) 12,0743 10,4738 11,2813
Setelah di oven
Berat cawan + Minyak
(g)
72,6601 74,4743 69,9864
Berat Minyak (g) 0,0177 0,0153 0,0162
% Kadar Air 0,1465 0,1460 0,1436
Perhitungan:
Kadar air = × 100 %
Sampel I = × 100 % = 0,1465 %
Sampel II = × 100 % = 0,1460 %
Sampel III = 100 % = 0,1436 %
DAFTAR PUSTAKA
Hadi,M.M. 2004, Teknik Berkebun Kelapa Sawit.Edisi Pertama. Cetakan Pertama Adicita Karya Nusantara. Yokyakarta.
Mangoensoekarjo,S. dan Semangun,H. 2003. Manajemen Agro Bisnis
Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Putranto Adi S, SP. 2011, Kaya Dengan Bertani Kelapa Sawit. Seri Pertanian Modern .Penerbit Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Purnomo,Hari. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya Dalam Pengawetan
BAB III METODOLOGI
3.1 Peralatan Dan Bahan 3.1.1 Peralatan
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
- Cawan penguap - Oven
- Neraca analitik - Desikator 3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak kelapa sawit (CPO) hasil
pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina.
3.2 Prosedur Kerja
1. Panaskan contoh minyak ± 45oC diatas dapur pemanas, Kemudian kocok
hingga Merata
2. Timbang dengan teliti 10 – 15 gram contoh minyak ke dalam cawan penguap
yang diketahui berat kosongnya.
3. Masukkan cawan penguap berisi minyak ke dalam oven 100 – 105oC selama 3
jam. Untuk kadar air > 0,200% pemanasan dalam oven harus diperpanjang
4. Keluarkan cawan dari oven dan dinginkan dalam desikator dan timbang
beratnya hingga konstan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil
Tabel 4.1 Data kadar air minyak sawit
Sampel I II III
Sebelum di oven Berat Minyak (g) 12,0743 10,4738 11,2813
Setelah di oven Berat Minyak (g) 0,0177 0,0153 0,0162
% Kadar Air 0,1465 0,1460 0,1436
4.2Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari pengujian yang dilakukan terhadap sampel
minyak sawit di Pabrik Kelapa Sawit Adolina menunjukkan bahwa kadar air
yang didapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Mutu
Pabrik yaitu 0,1453%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air dalam minyak
tergolong rendah. Rendahnya kadar air ini dipengaruhi oleh proses
pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Seperti dikatakan dalam
(Mangoensoekarjo, 2008) bahwa proses pemurnian minyak kelapa sawit pada
stasiun pemurnian dengan memakai alat vacuum drier ditujukan untuk
mengurangi kadar air minyak yang keluar dari oil purifier sehingga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh kadar air minyak sawit yang
memenuhi syarat yang ditetapkan pada Pabrik Kelapa Sawit Adolina (0,150%)
yaitu 0,1453%
5.2Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan kepada peneliti selanjutnya yang akan
membahas mengenai kadar air pada minyak sawit hendaknya dilakukan
penetapan kadar air dengan metode lain untuk membandingkan metode mana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia
Upaya pembudidayaan kelapa sawit di dunia secara kebetulan pertama - tama
terjadi di Indonesia. Catatan Tesymann menunjukkan bahwa kelapa sawit
diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1848. Dari introduksi tersebut empat pohon
di tanam di Kebun Raya Bogor, dua di antaranya berasal dari Hortus Botanicus
Amsterdam, dan dua lagi dari Reunion dan Mauritius. Di duga ke empat pohon
tersebut berasal dari wilayah pertumbuhan yang sama di benua afrika, Tetapi tiba di
Indonesia melalui jalan yang berbeda.
Pengamatan Teysmann menunjukkan bahwa sebagai penghasil minyak nabati
kelapa sawit memang lebih unggul daripada kelapa. Keturunan dari keempat pohon
tersebut kemudian di tanam di berbagai daerah di kawasan Nusantara, Dengan tujuan
memperluas pengenalan kelapa sawit kepada petani. Sebelum tahun 1860 telah
dibangun petak - petak pertanaman di Banyumas (Jawa) dan Palembang, dan pada
tahun 1875 dibangun perkebunan kelapa sawit di wilayah Deli (Sumatera Utara)
Keturunan dari Pertanaman kelapa sawit di wilayah Deli inilah ( tipe Dura atau
bercangkang tebal) yang kelak digunakan untuk merintis Pengembangan perkebunan
kelapa sawit di tempat tempat lain di kawasan Asia Tenggara maupun kawasan
Kelapa sawit Deli serta keturunannya yang di sebar di berbagai daerah,
ternyata lebih unggul dari pada nenek moyangnya di Afrika. Ukuran buahnya lebih
besar, dan Potensi bagian mesokrap (bagian yang mengandung minyak kelapa sawit)
dari tiap buah juga lebih tinggi. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa seluruh
pertanaman kelapa sawit yang bibit nya berasal dari kebun raya Bogor sangat
seragam. Fakta ini mengandung dua macam interpretasi, yaitu (a) keempat pohon
introduksi yang di tanam di kebun raya Bogor berasal dari satu pohon yang sama,
atau (b) Seluruh pertanaman yang tersebar di berbagai tempat Indonesia Berasal dari
hanya salah satu dari keempat pohon introduksi.
Walaupun pemerintah Hindia Belanda dan para pemuka perusahaan
perkebunan perusahaan dengan gigih untuk menarik minat petani agar menanam
kelapa sawit, usaha ini tidak mencapai usaha yang di harapkan. Petani tetap lebih
senang menanam kelapa, walaupun hasil minyak nya jauh di bawah kelapa sawit.
Sikap ini mudah di pahami karena alasan alasan sebagai berikut (a) kelapa telah lama
tumbuh di kawasan Nusantara, dan Petani telah lama mengenal cara usaha tani nya,
(b) pengolahan kelapa menjadi kopra dan minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara
dan peralatan yang sangat sederhana, dan petani telah lama menguasai (c) dari kelapa
di peroleh jenis - jenis produk yang tidak dapat diperoleh dari kelapa sawit seperti
santan untuk membuat sayur, sabut dan tempurung sebagai bahan baku untuk industri
kerajinan. Batangnya sebagai bahan bangunan dan lain lain, dan (d) Buah dan
adat dan kepercayaan, dengan kata lain memilih nilai - nilai sosial dan religius yang
sangat luas.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia hanya terjadi dalam
bentuk perkebunan besar dan tidak dalam bentuk perkebunan rakyat. Pada tahun
tahun belakangan ini terdapat kebun kelapa sawit milik rakyat yang luaas nya kecil
kecil, tetapi selalu terkait dengan perkebunan Besar sebagai bagian dari Proyek -
proyek perkebunan inti rakyat (PIR). Upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit
di Indonesia di rintis oleh Adrian Hallet Berkebangsaan Belgia yang mempunyai
pengalaman Pembudidayaan kelapa sawit di Afrika. Pada tahun 1911 ia membangun
perkebunan kelapa sawit pertama dalam skla besar di Liput (pantai Timur Aceh) dan
pulau raja (Asahan) dengan menggunakan benih dari deli. Pada tahun 1914
perkebunan ini telah mengalami luas 3250 ha, tetapi penanaman selanjutnya
mengalami stagnasi karena pecah nya perang dunia 1 dan kurang nya informasi
mengenai mengenai pasar maupun cara - cara pengolahan yang lebih maju Bersama
dengan rintisan oleh A. Hallet seorang berkebangsaan jerman bernama karl valentine
Theodore Schadt, adalah pelopor pembudidaya kelapa sawit di kebun tanah Itam Ulu
di wilayah konsesi Deli.
Sejarah pengembangan kelapa sawit di Indonesia dibahas secara terinci.
Dengan angka yang sedikit berbeda. Pada tahun 1916 luas areal kelapa sawit adalah
1272 ha, meningkat menjadi 31.645 ha pada tahun 1925 dan 92.307 ha pada tahun
tanaman seluas 5745 ha mulai menghasilkan sebanyak 392 ton minyak kelapa sawit.
Data luas areal,produksi dan volume ekspor untuk periode sebelum perang dunia II.
2.2 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Arecales
Familia : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
2.3 Morfologi Kelapa Sawit
2.3.1 Akar
Kelapa sawit adalah akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit
percabangan, Membentuk anyaman rapat dan tebal. Kelapa sawit merupakan
tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakal calon akar)
Pada bibit terus tmbuh memenjang ke arah bawah selama enam bulan terus menerus
dan panjang akar nya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam
sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang - cabang ini juga akan bercabang
lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaraan tanaman kelapa
sawit bisa menjadi 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Akar kedalaman
perakaran ini tergantung umur tanaman, Sistem pemeliharaan dan aerasi tanah (Adi,
2011).
Calon akar yang muncul dari biji kelapa sawit yang di kecambahkan disebut
radikula, panjangnya 10 - 15 mm. Pertumbuhan radikula mula mula menggunakan
makanan cadangan yang ada dalam endosperm, yang kemudian fungsi nya di ambil
alih oleh akar primer (Mangoensoekarjo, 2008).
Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole) ribuan jumlah nya. Akar
primer mati segera di ganti dengan yang baru. Diameter akar primer berkisar antara 8
dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m, Tetapi kebanyakan bergerombol tidak
jauh dari batang. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2 - 4 dan
panjang nya dapat mencapai 15 cm. Dari akar tersier tumbuh akar kuarter yang
berdiameter 0,1 - 0,5 mm dan panjang nya 1 - 4 mm Akar tersier dan kuarter
berjumlah sangat banyak dan membentuk massa yang sangat lebat dekat permukaan
tanah. Kelapa sawit tidak memiliki rambut (bulu) akar, sehingga diperkirakan bahwa
2.3.2 Batang
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil dan batangnya tidak memiliki
cambium serta pada umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase
muda (seed-ling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi
pemanjangan internodia (ruas). Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang di
tanam di perkebunan 15-18 meter, sedangkan di alam liar dapat mencapai 30 meter.
Laju pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh komposisi genetic dan
lingkungan. Batang mengandung banyak serat dengan jaringan pembuluh yang
menunjang pohon dan pengangkutan hara. Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak
di puncak batang terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis, dan enak di
makan. Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah - pelepah daun
yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Bagian
bawah umumnya lebih besar disebut bonggol batang. Pada tanaman tua, pangkal -
pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang
kelapa sawit tampak berwarna hitam seruas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa biasa (Adi, 2011).
Pembekalan pangkal batang (bole) terjadi karena internodia (ruas batang)
dalam masa pertumbuhan awal tidak memanjang, Sehingga pangkal pangkal pelepah
daun yang tebal berdasarkan. Bongkol batang ini membantu memperkokoh posisi
pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. dalam satu sampain dua tahun pertama
60 cm. Setelah itu perkembangan mengarah ke atas, sehingga diameter batang hanya
sekitar 40 cm, Dan pertumbuhan meninggi berlngsung lebih cepat. Pohon kelapa
sawit hanya memiliki satu titik tumbuh terminal. Percabangan jarang sekali terjadi.
Ujung batang (apex) berbentuk kerucut (conical), diselimuti oleh daun daun muda
yang masih kecil dan lembut. Pada ujung ini terdapat meristem batang (apical
meristem) (mangoensoekarjo, 2008).
Pemanjangan batang berlangsung lambat, tinggi pohon bertambah 35 - 75 cm
pertahun.Tingkat pemanjangan sedemikian kecilnya sehingga hanya cukup
mengakomodasikan penempelan pangkal daun pada batang. Sehingga walaupun
batang mempunyai ruas (internodia), pada batang pohon – pohon dewasa yang
daunnya telah rontok hanya terlihat susunan bekas bekas pangkal daun.
(Mangoensoekarjo, 2008)
2.3.3 Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung
atau ayam. Anak - anak daun (foli age leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung
daun. Di tengah tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Daun
berwarna hijaun tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Hanya saja duri nya
tidak terlalu keras dan tajam.bentuk daun nya termasuk majemuk menyirip, Tersusun
- Kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian (lamina) dan tulang anak
daun (midrib)
- Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat
- Tangkain daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang
- Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan
memberi kekuatan pada batang. Luas daun meningkat secara progresif pada umur
sekitar 8 - 10 tahun setelah tanam.
Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Daun –
daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang panjang nya 7,5 - 9 meter
dengan jumlah daun yang tumbuh di ke dua sisi berkisar 250 - 400 helai. Pohon
kelapa sawit normal dan sehat yang di budidayakan, pada suatu batang terdapat 40 -
50 pelepah daun luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas
tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak daun maka produksi akan
meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik. Pohon kelapa sawit
normal dan sehat di budidayakan, pada satu batang terdapat 40 - 50 pelepah daun.
Jika tidak di pangkas bisa lebih 60 daun. Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2 -3
helai daun setiap bulan. Produksi daun di pengaruhi oleh faktor umur, lingkungan
genetic, iklim (Adi, 2011).
Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset (lanceolate),
beberapa minggu kemudian terbebentuk daun berbelah dua (bifurcate), dan setelah
bibit berumur lima bulan susunan daun terdiri atas 5 lanset, 4 berbelah dua, dan 10
berbentuk bulu. Susunan daun kelapa sawit mirip dengan kelapa (nyiur) yaitu
membentuk daun menyirip. Letak daun pada batang mengikuti pola tertentu yang
disebut Filotaksis. Daun yang berurutan dari bawah ke atas membentuk suatu spiral,
dengan rumus daun 1/8. Terdapat dua pola Filotaksis, yang secara sederana dapat di
katakana yang satu berputar ke kiri tidak berbeda dengan yang kanan, dan
produktivitas pohon dengan ke dua pola ini pun tidak berbeda nyata. Hal ini berbeda
dengan pendapat beberapa pakar mengenai kelapa nyiur (Cocoa nucifera), yang
kecendrungan nya lebih banyak pohon yang berpola filotaksis ke kiri, dan yang
filotaksisnya ke kiri produktivitasnya dapat 20% lebih tinggi ketimbang yang ke
kanan. Sebenarnya pola Filotaksis pada kelapa sawit sangat rumit dan memiliki
implikasi genetis (Mangoensoekarjo, 2008).
Daun terdiri atas tangkai daun (petiole) yang ke dua tepinya terdapat dua baris
duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama (rachis), yang
jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri kanan nya terdapat anak anak daun
(pinna;pinnata) Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun (lidi) dan helai daun
(lamina). Anak daun yang terpanjang (pada pertengahan daun ) dapat mencapai 1,2 m
jumlah anak daun dapat mencapai 250 - 300 helai per daun. Jumlah produksi daun
adalah 30-40 daun per tahun pada pohon - pohon yang berumur 5 -6 tahun, setelah
itu produksi daun menurun menjadi 20 - 25 daun per tahun (Mangoensoekarjo, 2008).
Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan,
sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum atau sesudah antesis. Seperti
yang telah di singgung di muka, kelapa sawit adalah tumbuhan berumah satu
(monoecious) artinya karangan bunga (inflorescence) jantan dan betina berada pada
satu pohon, tetapi tempatnya berbeda. Semua bakal karangan bunga berisikan bakal
bunga jantan maupun betina, namun pada pertumbuhan dini salah satu jenis kelamin
menjadi rudimeter dan berhenti tumbuh, sehingga yang berkembang adalah jenis
kelamin yang satu lagi. Dengan demikian sebenarnya kelapa sawit bukan
monoecious sejati. Selanjutnya karangan bunga jantan dan betina pada satu pohon
biasanya tidak “matang” pada saat bersamaan, sehingga bunga betina pada satu
pohon di serbuki oleh serbuk sari dari pohon lain. Oleh karena itu di tinjau dari
penyerbukan nya (polinasi) kelapa sawit menyerupai tumbuhan berumah dua
(dioecious) (Mangoensoekarjo, 2008).
Karangan bunga tumbuh dari ketiak daun (axil). Semua ketiak daun
menghasilkan bakal karangan bunga, tetapi sebagian di antara nya mengalami aborsi
pada stadium dini, sehingga tidak semua ketiak daun menghasilkan tandan buah,
sejak terbentuknya bakal karangan bunga (primodia) sampai terlihatnya karangan
bunga pada pohon, dibutuhkan waktu sekitar 20 bulan, Sampai antesis ( bunga berada
dalam stadium matang untuk penyerbukan ) sekitar 33 - 34 bulan (Mangoensoekarjo,
Karangan bunga kelapa sawit berbentuk bulir majemuk (compound spike),
atau tongkol (spadix). Ini terdiri atas tangkai (pedunculus) yang panjangnya 30 - 45
cm, di sambung dengan sebuah sumbu (rachis) dari sumbu tumbuh sejumlah anak
karangan bunga (spikelet) Susunan anak karangan bunga pada sumbu juga mengikuti
prinsip filotaksis. Menurut jenis kelaminnya terdapat karangan bunga jantan dan
karangan bunga betina, tetapi selain itu terdapat juga yang hermafrodit
(Mangoensoekarjo, 2008).
Karangan bunga betina dapat mencapai panjang 24 - 25 cm bakal buah nya
tebal dan berdaging. Jumlah anak karangan bunga dalam satu karangan bunga sangat
bervariasi. Di Congo umumnya berkisar antara 125 dan 165, sedang jenis Deli antara
100 dan 200 Setiap anak karangan bunga membawa sejumlah bunga betina yang
tersusun dengan pola spiral. Tiap karangan bunga dapat berisikan ribuan bunga
betina. Bagian - bagian terpenting dari bunga betina adalah bakal buah (ovarium) dan
kepala putik (stigma) (Mangoensoekarjo, 2008).
2.3.5 Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah keras (drupe), menempel dan bergerombol
pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong
sampai membulat, panjang buah 2 - 5 cm, beratnya sampai 30 gram bagian - bagian
buah terdiri atas eksokar (exocarp) atau kulit buah, Mesokrap (mesocarp) atau sabut
(endocarp) atau cangkang, dan inti (kernel) sedangkan inti sendiri teriri atas
endoperm (endosperm) atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal
daun (plumula) haustorium, dan bakal akar (radicula) (Mangoensoekarjo, 2008).
Bagian - bagian buah yang menghasilkan minyak adalah (1) mesokarp, yang
mengandung minyak kelapa sawit (crude palm oil, CPO) dan (2) inti, yang
mengandung minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil, PKO). Buah kelapa sawit
mencapai kematangan (siap untuk di panen) sekitar lima setengah bulan terjadinya
penyerbukan. Variasi terhadap jangka waktu tersebut dapat terjadi karena pengaruh
faktot-faktor iklim. Buah mentah berwarna hitam pada bagian “luar” (yang terlihat)
dan kekuningan pada bagian lain (bagian yang berdempetan dengan buah lain)
setelah matang warna hitam berubah menjadi merah, Karena pembentukan beta
karotena dalam jaringan perikrap. Tipe buah ini di sebut nigrescens. Terjadinya
warna - warna tersebut disebabkan oleh faktor genetis. Tipe buah lainnya adalah tipe
virescense (keputih-putihan) karena sangat sedikitnya beta karotena yang terbentuk
(Mangoensoekarjo, 2008).
Mengingat buah dapat dikatakan satu - satunya bagian pohon kelapa sawit
yang mengandung produk yang bernilai ekonomi, yaitu minyak kelapa sawit dan
minyak inti kelapa sawit, maka berbagai aspek tentang buah menjadi penting antara
lain komposisi dari bagian-bagian buah. Dari segi komposisi tersebut dikenal tiga tipe
buah yaitu tipe dura, psifera dan ternera. Adanya tiga tipe ini juga dipengaruhi oleh
Tipe dura mesokrap-nya berkisar antara 35 - 50% (pada tipe dura yang
dikembangkan di sumatera utara, yaitu Dura Deli, dapat mencapai 65% bercangkang
tebal (2 - 8 mm), dan intinya berukuran relatif besar. Ciri - ciri Dura Deli antara lain
daya adaptasi dan daya gabung yang baik, dan tandannya besar (Mangoensoekarjo,
2008).
2.3.6 Biji
Dalam kondisi utuh (tidak pecah) biji kelapa sawit bersifat dorman ini dapat
di patahkan, Antara lain dengan pemanasan biji. Dengan pemanasan pada suhu 40oC
biji mulai berkecambah setelah 80 hari. Hasil penelitain lanjutan menunjukan bahwa
dengan pemanasan pada suhu 60oC selama 3 jam, Biji sudah berkecambah 70%
dalam waktu 40 hari. Prinsip pematangan kondisi dorman dengan pemansaan inilah
yang di terapkan sekarang oleh instansi - instansi penyedia kecambah kelapa sawit
(Mangoensoekrjo,2008).
Waktu proses perkecambahan berlangsung, Embrio mengembang (volumenya
bertambah), Bakal akar dan bakal akar tumbuhan keluar dari cangkang melalui
lubang pada cangkag tersebut (germpore), dan berkembang selanjutnya menjadi
batang, daun dan akar. Endosperm tidak pernah keluar dari cangkang, melainkan di
serap oleh haustorium sebagai bahan makanan untuk pertumbuahan kecambah
Setelah perkecambaha berlangsung tiga bulan, kecambah sudah mampu
menyerap unsur hara dari dalam tanah dan melakuak Fotosintesis. Pangkal batang
membengkak atau menggembung menjadoi semacam “umbi” (bole); dari bengkakan
ini tumbuh akar primer dengan sudut sekitar 45 terhadap vertikal, dan akar akar
sekuder ke segala jurusan. Plumula membentuk dua seludang sebelum daun pertama
muncul. Selanjutnya tiap bulan terbentuk satu daun sampai enam bulan. Daun
pertama berbentuk lanset (ujung tombak), Daun - daun selanjutnya berbelah dua, dan
akhir nya menyirip (Mangoensoekarjo, 2008).
2.4 Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dapat dikenal. Varietas –
varietas itu dapat dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas –
varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai
beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik
dibandingkan varietas lain.
2.4.1 Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Pembagian Varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas
kelapa sawit, yaitu sebagai berikut :
Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga
kemerahan jika sudah tua / masak.
2. Virescens
Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan
jika sudah tua / masak, namun masih meninggalkan sisa – sisa warna hijau.
3. Albescens
Warna kulit keputih – putihan saat masih muda dan berubah menjadi ke
kuning - kuningan jika sudah tua / masak.
Diantara ketiga varietas di, Nigrescens paling banyak di budidayakan.
Virescens dan Albescegns jarang di jumpain di lapangan, umumnya hanya di
gunakan sebagai bahan penelitian oleh lembaga – lembaga penelitian.
.(Mangoensoekarjo, S dan Semangun,H.,2003)
2.4.2 Varietas Berdasarkan Ketebalan Kulit Buah
1. Varietas Dura
Tempurung cukup tebal (2 – 8 mm), daging buah tipis. Persentase daging
buah terhadap buah 35 – 50%, inti buah (kernel) besar,tetapi kandungan minyaknya
rendah. Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Dura
selalu di jadikan sebagai tanaman betina (ibu) oleh pusat – pusat penelitian.
Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti
buah sangat kecil. Kndungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat
kecil. Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas psifera dijadikan
sebagai tanaman pejantan (bapak) atau sebagai penghasil tempurung sari.
3. Varietas Tenera
Merupakan hasil persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera (P)
sehingga sifat – sifat morfologi dan anatomi ini (D P) merupakan perpaduan antara
kedua sifat induknya. Tebal tempurung varietas tenera adalah 0,5 – 4,0 mm,
persentasi daging buah terhadap buah 60 – 90 %, kandungan minyak daging buah 18
– 23 %, dan kandungan minyak inti 5%.
4. Varietas Macro Caryo
Daging buah sangat tipis tempurung sangat tebal (4 – 5 mm).
5. Varietas Dwikka Wakka
Dwikka Wakka mempunyai ciri khas, yaitu daging buah nya (sabut) berlapis
dua. Oleh karena itu disebut Dwikka. Macro Carya dan Dwikka Wakka merupakan
varietas yang jarang di temukan di lapangan, sedangkan tenera merupakan varietas
yang palin g banyak dibudidayakan karena dianggap paling menguntungkan
secara economis. (Hadi,M.M.,2004)
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan
lipida. Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk minyak dan
lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organic (misalnya ether, benzene e,
Khloroform) atau sebalinya ketidak larutannya dalam pelarut air. Dari dua kutub
(pole) kelarutan yang berlawanan ini timbul pengertian Polaritas (polarity) yang
menunjukkan tingkat kelarutan bahan dalam air di satu sisi dan pelarut organik di
satu sisi lain yang berlawanan. Yang cenderung lebih larut dalam air disebut memiliki
sifat yang polar dan sebaliknya yang cenderung lebih larut dalam pelarut organic di
sebut non – polar. Di antara ke dua kutub yang ekstrem ini sering disebut dalam kadar
yang relatif saja misalnya lebih non – polar atau kurang polar dan sebagainya.
Kelompok – kelompok lipida
Kelompok – kelompok lipida dapat dibedakan bardasarkan polaritasnya atau
berdasar struktur kimia tertentu. Kelompok – kelompok lipida tersebut adalah
1. Kelompok trigliserida (lemak, minyak, asam lemak)
2. Kelompok turunan asam lemak (lilin, aldehid asam lemak dan lain lain )
3. Fosfolipida dan serebrosida (termasuk glikolipida)
4. Sterol – sterol dan steroida
5. Karotenoida
Trigliserida merupakan kelompok lipida yang terdapat paling banyak dalam jaringan
hewan dan tanaman. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya
tergantutng dari tingkat kegemukan (obesitas) seseorang dan dapat mencapai
beberapa kilogram. Jaringan tanaman umumnya trigliserida sedikit, kecuali bagian –
bagian tanaman tertentu yang menjadi tempat cadangan makanan misalnya buah dan
biji yang dapat mengandung trigliserida cukup tinggi sampai mencapai puluhan
persen. Biji jarak misalnya mengandung minyak sampai 50 – 60 % dari berat kering
biji (dry basis). Fosfolipida, glikolipida, sterol, dan steroida terdapat dalam jaringan
tanaman dan hewan dalam jumlah yang lebih sedikit daripada trigliserida. Dalam
tubuh manusia, kelompo ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida
seluruhnya.
Karotenoida dala tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlah nya; biasanya dalam
seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan tanaman,
Karotenoida ini diperlukan dalam proses – proses fisiologis manusia dan harus
tersedia dari bahan makanan karena tak dapat di sintesa dalam tubuh sendiri.
Sedangkan trigliserida, fosfolipida, glikolipida dan sebagian besar steroida dapat di
susun atau di rakit dalam tubuh sendiri menurut kebutuhan. Secara defenitif, lipida
diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut dalam pelarut – pelarut
organik yang memiliki kecendrungan nonpolar. Maka kelompok lipida ini secara
khusus berbeda dengan karbohidrat dan protein yang tak larut dalam pelarut – pelarut
ether atau khlorofom, Untuk golongan lipida, yang lebih polar, bahan pelarut yang
dipakai untuk ekstraksi juga dipilih yang lebih polar misalnya khlorofom, etanol,
methanol atau campuran beberapa bahan pelarut. Cara ekstraksi lipida dengan pelarut
organic ini memiliki spesaifitas atau kekhasan yang tinggi.
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar
dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu
molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Di alam, bentuk gliserida yang
lain yaitu digliserida dan monogliserida hanya terdapat sangat sedikit pada tanaman.
Dalam dunia perdagangan, lebih banyak di kenal digliserida dan monogliserida yang
di buat dengan sengaja dari hidrolisa tidak lengkap trigliseridadan banyak dipakai
dalam teknologi makanan misalnya sebagai bahan pengemulsi, penstabil dan lain –
lain keperluan. Lemak dan minyak ini dalam bidang biologi dikenal sebagai salah
satu bahan penyusun dinding sel dan penyusun bahan – bahan biomolekul. Dalam
bidang gizi, lemak dan minyak merupakan sumber biokalori yang cukup tinggi nilai
kilokalorinya yaitu sekitar 9 kilokalori setiap gramnya. Juga merupakan sumber asam
– asam lemak tak jenuh yang esensial yaitu linoleat dan linolenat. Di samping itu
lemak dan minyak merupakan sumber alamiah vitamin – vitamin yang terlarut dalam
minyak yaitu vitamin A, D, E, dan K.
Dalam teknologi makanan, lemak dan minyak memegang peranan penting.
Karena minyak dan lemak memiliki titik didih yang tinggi (sekitar 200oC) maka bisa
ilangan sebagian besar air yang di kandungnya menjadi kering. Minyak dan lemak
juga memberika rasa gurih spesifik minyak yang lain dari gurihnya protein. Juga
minyak memberi aroma yang spesifik. Dalam dunia teknologi roti, (bakery
technology), galemak dan minyak penting dalam memberikan konsistensi empuk,
halus dan berlapis lapis. Bahan lemak atau mentega yang dipakai dalam pembuatan
roti dan kue di kenal sebagai shortening. Juga dalam teknologi eskrim (ice cream)
lemak dan minyak memberikan tekstrur yang lembut dan lunak. Minyak (nabati)
merupakan bahan utama pembuatan margarine (mentega tiruan) sedangkan lemak
(hewani, terutama susu) merupakan bahan utama pembuatan mentega (butter). Secara
umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada
dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang
berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan
minyak dan lemak ini.
2.5.1 Minyak Kelapa sawit
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu
senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun asam lemaknya,
minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat - linoleat. Minyak sawit
berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama -karotena ),
berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar ( konsistensi dan titik lebur banyak
bebas yang rendah,baud an rasanya cukup enak. Sifat - sifat fisiknya menurut standar
[image:27.612.122.524.191.333.2]AOCS adalah seperti tertera pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat Fisik Minyak Sawit
Berat jenis pada 100 oF(37,8 oC )
Indeks refraksi pada 40 oC
Bilangan Iodium
Bilangan penyabunan
Zat tak tersabunkan, %
0,898 – 0,901
1,453 – 1,456
44 – 58
195 – 205
Tak lebih 0,8
Minyak sawit terdiri atas berbagai Trigliserida dengan rantai asam lemak yang
berbeda beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Dengan demikian
sifat minyak sawit di tentukan oleh Perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.
Pada tabel 2.1 tercantum panjang rantai dan sifat sifat asam lemak yang ada dalam
minyak sawit. Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam tak jenuh
oleat dan linoleat, minyak sawit masuk golongan minyak asam oleat – linoleat.
Komposisi Asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit dapat dilihat pada tabel
2.2
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Asam lemak Jumlah karbon
Tak jenuh
Titik lebur,
Asam lemak,% berat
Kaprilat Kaprat Laurat Miristat Palmitat Stearate 8 10 12 14 16 18 16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,6 - - -
1,4 (0,5 – 6) 40,1 (32 – 45) 5,5 (2 – 7)
2,7
7,0 (3 – 7 ) 46,9 (40 – 52 ) 14,1 (14 – 17 ) 8,8 (7 - 9) 1,3 (1 – 3)
Jumlah asam jenuh
47,0 80,8
Oleat Linoleat 18 18 1 2 14 -5
42,7 (38 – 52 ) 10,3 (5 – 11 )
18,5 (13 – 19) 0,7 (0,5 – 2 )
Jumlah asam tak jenuh 53.0 19,2
Sumber: Mangoensoekarjo, 2008
2.5.2 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Akhir - akhir ini minyak kelapa sawit berperan cukup penting dalam
perdagangan dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang
menggunakan nya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak
sawit itu, maka mutu dan kualitas nya harus di perhatikan sebab sangat menentukan
harga dan nilai komoditas ini.
Di dalam perdagangan kelapa sawit ,istilah mutu sebenar nya dapat di
bedakan menjadi 2 arti.
1. Mutu minyak sawit dalam arti benar benar murni yang tidak tercampur
dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama
dapat di tentukan dengan menilai sifat sifat nya,antara lain titik
lebur,angka penyabunan,dan bilangan yodium.
2. mutu minyak sawit di lihat dalam arti penilaian menurut ukuran.Dalam hal
internasional yang meliputi kadar air dan kotoran,kadar asam lemak
bebas,logam besi,logam tembaga,peroksida,dan ukuran pemucatan.dalam
dunia perdagangan ,mutu minyak sawit dalam arti lebih penting.
2.5.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit
Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standard dan
pengawasan mutu minyak sawit untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen.
Faktor - faktor yang mempengaruhi mutu adalah air, kotoran, asam lemak bebas,
bilangan peroksida, dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair,
kandungan gliserida padat ,dan sebagainya. Semua faktor - faktor ini perlu di analisis
untuk mengetahui mutu minyak kelapa sawit.
Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju, selalu menginginkan
minyak sawit yang benar - benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab
minyak sawit tidak hanya digunakan untuk bahan baku dalam industry non panan
saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkan. Lagi pula tidak semua pabrik
kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap, terutama yang
berkaitan dengan proses penyaringan minyak sawit. Pada umumunya penyaringan
hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak
sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.
Dengan proses di atas ,kotoran kotoran yang berukuran besar memang bisa
, hanya melayang laying di dalam minyak sawit padahal alat sentrifugasi tersebut
dapat berfungsi dengan prinsip kerja perbedaan berat jenis. Walaupun bahan baku
minyak sawit selalu dibersihkan sebelum di gunakan pada industri - industri yang
bersangkutan, namun banyak yang beranggapan dan menuntut bahwa kebersihan dan
kemurnian minyak menjadi tanggung jawab produsen. Meskipun kadar ALB dalam
minyak sawit kecil, namun itu menjamin mutu minyak sawit. Kualitas minyak sawit
harus di jaga dengan cara membuang kotorann dan air , hal ini di lakukan dengan alat
pemurnian yang modern.
2.6 Kadar Air Minyak Sawit
2.6.1 Penentuan Kadar Air Pada Minyak Lemak
1. Metode Pengeringan (Thermogravimetri)
Prinsipnya menguapkan air yang dalam ada dalam bahan dengan jalan
pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua
air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah
bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air
misalnya alcohol,asam asetat, minyak atsiri dan lain lain. Dapat terjadi reaksi selama
pemanasan yang menghilangkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh gula
sebagainya. Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit
melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang
menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yan g lain karena pemanasan maka
dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan
demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya.
Untuk bahan – bahan yang mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu ±
100oC dapat mengakibatkan terjadinya pengerakan pada permukaan bahan.
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat
higroskopis daripada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan selama
penimbangan, bahan selalu ditempatkan dalam ruang tertutup yang kering mialnya
dalam eksikator atau dessikator yang teleh diberi zat penyerap air. Penyerap air / uap
air ini dapat menggunakan kapur aktif; asam sulfat; silika gel; alluminium oksida;
kalium khlorida; kalsium sulfat atau barium oksida. Silika gel yang digunakan sering
diberi warna guna memudahkan apakah bahan tersebut sudah jenuh dengan air atau
belum. Bila sudah jenuh akan berwarna merah muda dan bila dipanaskan menjadi
kering berwarna biru.
2. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan
“pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik dididh lebih tinggi daripada air dan
air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain: toluene, xylen, benzene,
tetrakhlorethilen dan xylol. Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia
sebanyak 75 – 100 ml pada sampel yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2 – 5
ml, kmudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut
diembunkan dan di tampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih
besar daripada zat kimia tersebut maka air akan berada di bagian bawah pada tabung
penampung. Bila pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung di lengkapi
skala maka banyaknya air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai
penampung ini antara lain tabung Stark - Dean dan Sterling – Bidwell.
3. Metode Kimiawi
Ada beberapa cara penentuan kadar air dalam bahan secara kimiawi yaitu antara
lain:
a. Cara titrasi karl fischer (1935)
Cara ini adalah dengan menitrasi sampel dengan larutan iodium dalam
metanol. Reagen lain yang digunakam dalam titrasi ini adalah Sulfur dioksida
dan piridin. Metanol dan piridin digunakan untuk melarutkan yodin dan sulfur
dioksida agar reaksi dengan air menjadi lebih baik. Selain itu piridin dan
methanol akan mengikat asam sulfat yang terbentuk sehingga akhir titrasi
dapat lebih jelas dan tepat. Selama masih ada air dalam bahan, iodin akan
warna iodin bebas ini, titrasi di hentikan. Yodin bebas ini akan memberikan
warna kuning coklat. Untuk memperjelas pewarnaan maka dapat ditambahkan
metilin biru dan akhir titrasi akan memberikan warna hijau.
Dalam pelaksanaannya titrasi harus dilakukan dengan kondisi bebas dari pengaruh
kelembaban udara. Untuk keperluan tersebut dapat dilakukan dalam ruang tertutup.
Cara titrasi Karl Fischer ni telah berhasil dipakai untuk menentukan kadar air
alcohol, ester – ester, senyawa lipida, lilin, pati, tepung gula, madu dan bahan
makanan yang dikeringkan. Cara ini banyak dipakai karena memberikan harga yang
tepat dan dikerjakan cepat. Tingkat ketelitiannya lebih kurang 0,5 mg dan dapat
ditingkatkan lagi dengan sistem elektroda yaitu dapat mencapai 0,2 mg.
b. Cara Kalsium karbid
Cara ini berdsarkan reaksi antaa kalsium karbid dan air menghasilkan gas
asetilin. Cara ini sangat cepata dan tidak memerlukan alat yang rumit. Jumlah
yang terbentuk dapat diukur dengan berbagai cara.
c. Cara asetil khlorida
Penentuan kadar air cara ini berdasarkan reaksi asetil khorida dan air
menghasilkan asam yang dapat dititrasi menggunakan basa. Asetil khlorida
yang digunakan dilarutkan dalam toluol dan bahan dididpersikan dalam
piridin. Cara ini telah berhasil dengan baik untuk penentuan kadar air dalam
bahan minyak, mentega, margarin, rempah - rempah, dan bahan – bahan yang
4. Metode Fisis
a. Penentuan kadar air berdasarkan tetapan dielektrikum
Air mempunyai tetapan dielektrikum sebesar 80. Zat – zat lain mempunyai
tetapan yang tertentu pula missal karbohidrat dan protein lebih kecil dari 10,
methanol sebesar 33, Etanol sebesar 24, aseton sebesar 21,4 benzen sebesar 2,3
heksan sebesar 1,9. Untuk mengetahui kadar air bahan diperluka adanya kurva
standar yang melukiskan hubungan antara kadar air dan tetapan
dielektrikumnya dari bahan yang diselidiki. Dengan mengetahui tetapan
dielektrikum bahan sejenis akan dapat dihitung kadar air bahan.
b. Penentuan kadar air berdasarkan daya hantar listrik atau resistensi
Air merupakan penghantar listrik yang baik. Bahan yang mempunyai
kandungan air yang besar akan mudah menghantarkan listrik atau mempunyai
resistensi yang relatife kecil. Suatu zat di lalui aliran listri, maka apabila
diketahui suatu grafik yang menggambarkan hubungan – hubungan antara
kadar air dan resistensinya, maka bila diketahui resistensiny bahan jenis akan
dapat di hitung kadar air bahan tersebut. Contoh nya bahan gandum yang
berkadar air 13 persen akan mempunyai resistensi hampir tujuh kali daripada
resistensi gandum yan g berkadar air 14 persen.
Alat yang digunakan untuk mengukur kadar air bahan jenis ini disebut
bahan dapat berubah karena perubahan temperature. Makin tinggi suhu
konduktivitasnya makin besar atau resistensinya makin kecil. Untu pengukuran
yang tepat perlu diberikan koneksi terhadap data yang diperoleh pada suhu
tersebut. Biasanya skala yang tercantum dalam alat sudah dirubah langsung bisa
menunjukkan kadar air suatu bahan.
c. Penentuan kadar air berdasarkan resonasi nuklir magnetic
Penentuan kadar air cara ini berdasarkan sifat – sifat magnetik dari inti
atom yang mampu menyerap enersi dapat merupakan indeks zat yang
dikandungny. Enersi yang di serap oleh inti atom hydrogen dari molekul air
dapat merupakan suatu ukuran dari banyaknya air yang dikandung oleh bahan
tersebut. Untuk ini diperlukan kurva standar yang menggambarkan antara
banyak nya enersi yang diserap dengan kandungan air dalam bahan.
2.6.2 Pengaruh kadar air Terhadap Mutu Minyak Sawit
Mutu minyak kelapa sawit yang lebih baik adalah minyak kelapa sawit yang
mempunyai kadar sebesar 0,15% dan kadar asam lemak bebasnya sebesar ± 2,5%.
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit adalah kadar airnya.
Minyak kelapa sawit mempunyai kadar air sangat kecil (< 0,15%) akan memberikan
kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang demikian kecil akan
Proses Oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen/udara, baik pada
suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan
minyak mempunyai rasa dan bau tidak enak (ketengikan). Akibatnya mutu minyak
menjadi turun, dan jika kadar air dalam minyak sawit sangat tinggi (0,15%) maka
akan mengakibatkan terjadinya hidrolisa lemak, dimana hidrolisa dari minyak sawit
ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan ketengikan
hidrolisa dan memnghasilkann rasa bau pada minyak tersebut.
Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan, maka
harus dilakukan pengawasan yang intensif pada penimbunan dan proses pengolahan,
hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi
minyak. Minyak yang mengandung air 0,6 – 1,0 % perlu dikeringkan agar air tersebut
tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk
menghilangkan air tesebut perlu dilakukan pengeringan khusus. Pengeringan ini
dapat dilakukan dengan panas dalam udara terbuka, pemanasan dalam ruangan
tertutup dan dalam ruangan hampa.
Mekanisme pemanasan minyak dapat mempengaruhi mutu minyak dan dapat
diketahui dari hasil pengeringan antara lain:
a. Kadar air
Pengeringan minyak yang tidak sempurna dapat diketahui dari kandungan air
b. Nilain DOBI
Seperti diketahui bahwa nilai DOBI minyak adalah menggambarkan tingkat
kerusakan minyak dalam proses penngolah seperti oksidasi, kegosongan dan
perombakan carotene dalam minyak yang tidak di sukai oleh konsumen. Jika nilai
DOBI minyak rendah maka dalam proses pengolahan lanjutan akan mengalami
kesulitan dalam proses pemucatan sehingga warna minyak seperti refined,bleacm
hed, dan deodorized palm oil berwarna R3 dan Y30 yang tidak di sukai oleh
pemakai seperti konsumen minyak goreng.
c. Polimerisasi
Minyak yang dihasilkan bila diolah dalam fraksinasi masih menghasilkan
fraksi olein dengan Cloud poin yang tinggi, ini menunjukkkan bahwa dalam
minyak terjadi polimerisasi yang masih sulit dipisahkan dengan cara filtrasi.
Pemanasan minyak dapat merangsang proses oksidasi terutama jika minyak
tersebut kontak dengan udara dan dalam minyak dijumpain proksidan. Pemanasan
yang berlebihan dapat menyebabkan kegosongan minyak sehingga dalam proses
pemucatan akan lebih sulit atau derajat pemucatannya rendah.
Kadar air dan zat yang mudah menguap didefenisikan sebagai massa zat yang
hilang dari zat yang di analisa pada pemanasan 105oC di bawah kondisi operasi
tertentu. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikan kovalen
diantara keduanya. Keunikan air terjadi berkat ikatan pemadu kedua unsurnya.
Perangkaian jarak atom - atomnya mirip kunci yang mauk ke lubangnya, kecocokan
begitu sempurna, sehingga air termasuk senyawa alam yang baik. Semua atom dalam
molekul air terjadi suatu ikatan yang kuat, yang hanya dapat di pecahkan oleh
perantara yang paling akresif, misalnya energi listrik atau zat kimia seperti logam
kalium.
Kandungan dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran
dan daya tahan bahan itu. Sampai sekarang belum diperoleh suatu istilah yang tepat
untuk air yang terdapat dalam bahan makanan. Istilah yang paling umum yang
dipakai hingga saat ini adalah “air terikat” (bound water). Walaupun sebenarnya
istilah ini kurang tepat, karena “air terikat” ini dianggap sebagai suatu sistem yang
mencakup air yang mempunyai derajat keterikatan yang berbeda – beda dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit terlebih dahulu
harus diketahui hasil - hasil apa yang diperoleh dari pengolahan tersebut, apa
karakteristik dan sifatnya, dan bagaimana spesifikasi mutunya kemudian akan di
bicarakan mengenai bahan mentah, yaitu hasil panen tanaman kelapa sawit
bagaimana sifatnya dan syarat mutu bagaimana yang harus dipenuhi untuk
memeperoleh hasil akhir dengan mutu yang diinginkan, barulah dibicarakan
teknologinya untuk mewujudkan keinginan tersebut, berapa jumlah dan sifat serta
mutu hasil akhir yang sangat di peroleh sangat di tentukan oleh sifat dan mutu bahan
mentah yang di olah cara dan kondisi perlakuan terhadap bahan mentah dan
pengolahannya.
Pengertian pengendalian mutu secara umum adalah menjaga mutu pada
tingkat dan toleransi yang dapat di terima oleh pembeli atau pemakai, Sementara
menekan biaya serendah rendahnya, ada kalanya memenuhi persyaratan yang di
tetapkan oleh instansi pemerintah bidang pengawasan meliputi bahan mentah,
Pengolahan dan pemeriksaan hasil jadi.
Menyadari akan pentingnya pengawasan dan pengendalian terhadap kadar air
mengambil judul tugas akhir yang berjudul Penetapan kadar air pada minyak kelapa
sawit (CPO) hasil produksi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kadar air pada CPO di PT Perkebunan Nusantara IV Unit
Usaha Adolina dan membandingkannya dengan persyaratan yang ditetapkan di
Pabrik Kelapa Sawit Adolina.
1.3 Manfaat
Agar mengetahui kadar air pada CPO PT Perkebunan Nusantara IV Unit
Usaha Adolina sehingga diperoleh mutu yang diharapkan guna meningkatkan
Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissloved Solid) dan Total Zat PadatTersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri
Abstrak
Total zat padatterlarut (Total Dissloved Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yag terdapat pada air limbah. Sedangkan total zat padattersuspensi (Total Suspended Solid) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui apakah air limbah industri yang dianalisis memenuhi sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan Kep-51/Menlh/10/1995.
Analisistotal zat padat terlarut dilakukan dengan menggunakan TDS meter. Sedangkan analisistotal zat padattersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
Hasil analisistotal zatpadat terlarut adalah 18700 mg/l dan 7120 mg/l dimana tidak sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan oleh KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 adalah 2000 mg/l. Sedangkan hasil analisistotal zat padat tersuspensiadalah 81 mg/l dan 80 mg/l, hasil tersebut masih memenuhi syarat baku mutu KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 yaitu 200 mg/l.
PENETAPAN KADAR AIR PADA MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) HASIL PRODUKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV
(PERSERO) UNIT USAHA ADOLINA
TUGAS AKHIR
OLEH:
AHMAD AZROI LUBIS NIM 112410073
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR AIR PADA MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) HASIL PRODUKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSSERO)
UNIT USAHA ADOLINA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
AHMAD AZROI LUBIS NIM 112410073
Medan, 12 APRIL 2016
DisetujuiOleh: DosenPembimbing,
Drs. Maralaut Batubara, M.Phill, Apt NIP 19511031 197603 1 003
DisahkanOleh: a.n.Dekan Wakil Dekan I,
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas
Akhirberjudul “Analisis Total ZatPadat Terlarut (Total Dissolved Solid) dan Total Zat
Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri”. Tugas Akhir
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
3. Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh
4. Bapak Erlan Aritonang, S.Si., M.Si., beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Medan.
5. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., sebagaiDosen Penasehat
Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam
hal Akademis setiap semester.
6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
7. Seluruh pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan
Penaykit (BTKL PP) yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada
penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
8. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan, saling
bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka, khususnya buat Kresensia
Desi,Sri Hartaty Hutabarat, Pebrina Harianja, Nia Syofyasti Matondang, Sri
Rahayu, dan James Alexander.
9. Teman-teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2009 semuanya tanpa
terkecuali, adik–adik stambuk 2010 dan 2011 yang tidak disebutkan namanya,
terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan
dalam penyusunan tugas akhir ini
Terakhir dan teristimewa,penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ayahanda Alm. Akmiluddin Harahap dan Ibunda Syafrina Paneyang
kecil hingga saat ini memberikan motivasi dan restu serta materi yang tak ternilai
harganya dengan apapun.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatanmutu
penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.
Medan,Juli2012
Penulis,
Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissloved Solid) dan Total Zat PadatTersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri
Abstrak
Total zat padatterlarut (Total Dissloved Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yag terdapat pada air limbah. Sedangkan total zat padattersuspensi (Total Suspended Solid) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui apakah air limbah industri yang dianalisis memenuhi sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan Kep-51/Menlh/10/1995.
Analisistotal zat padat terlarut dilakukan dengan menggunakan TDS meter. Sedangkan analisistotal zat padattersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
Hasil analisistotal zatpadat terlarut adalah 18700 mg/l dan 7120 mg/l dimana tidak sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan oleh KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 adalah 2000 mg/l. Sedangkan hasil analisistotal zat padat tersuspensiadalah 81 mg/l dan 80 mg/l, hasil tersebut masih memenuhi syarat baku mutu KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 yaitu 200 mg/l.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...i
LEMBAR PENGESAHAN ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
ABSTRAK ...v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ...1
1.2 Tujuan dan Manfaat ...2
1.2. Tujuan ...2
1.3. Manfaat ...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3
2.1Sejarah Kelapa Sawit Indonesia ...3
2.2Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit ...6
2.3 Morfologi Kelapa Sawit ...6
2.3.2 Batang ... 7
2.3.3 Daun ...9
2.3.4 Bunga ... 11
2.3.5 Buah ... 13
2.3.6 Biji ... 15
2.4 Varietas Tanaman Kelapa Sawit ... 16
2.4.1 Varietas Berdasarkan Warna Kulit Budaya ... 16
2.4.2 Varietas Berdasarkan Ketebalan Kulit Buah ... 17
2.5 Lemak dan Minyak ... 18
2.5.1 Minyak Kelapa Sawit ... 22
2.5.2 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit ... 23
2.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit ... 24
2.6 Kadar Air Minyak Sawit ... 25
2.6.1 Penentuan Kadar Air Pada Minyak Lemak ... 26
2.6.2 Pengaruh Kadar Air Terhadap Mutu Minyak Sawit ... 30
BAB III METODOLOGI ...34
3.1 Peralatan Dan Bahan ...34
3.1.1 Peralatan ...34
3.1.2 Bahan ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1 Hasil ...36
4.2 Pembahasan ...36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...37
5.1 Kesimpulan ...37
5.2 Saran ...37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sifat Fisik Minyak Sawit ...22
Tabel2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Dan Minyak Inti Sawit .23
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 ...25
Lampiran 2 ...27