• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS

KERJA KARYAWAN

(Studi Pada PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

080903032 KESUMA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Kesuma

NIM : 080903032

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan

Medan, 12 Juli 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara,

Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A Drs.M. Husni Thamrin Nst,M.Si

NIP: 195908161986111001 NIP: 196401081991021001

Dekan,

FISIP USU MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim

Assalaamua’laikum warohmatullaahi wabarokaatuh

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini serta dapat menyempurnakan penulisan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. PLN (Persero) Unit

Pelayanan Transmisi Medan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna baik dari sisi substansi maupun redaksi. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis tidak menutup diri dari kritik atau saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yaitu:

1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Husni Thamrin, M.Si, Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

Negara FISIP USU.

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan kritik dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik

(4)

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya kak Mega, kak Dian, dan Pak Udin yang telah mempermudah Penulis di dalam mengurus berbagai keperluan administrasi selama Penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Tukimin selaku Ketua dari P2K3 yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi penulis selama penelitian berlangsung. 8. Bapak M. Rasidi sebagai anggota dari K3 dan seluruh karyawan di PT. PLN

(Persero) UPT Medan terima kasih atas bantuannya selama saya melakukan penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Buat yang teristimewa yaitu orang tua saya tercinta yang telah membesarkan dan mendidik saya. memberikan motivasi baik moril maupun materil yang tak ternilai harganya dengan apapun, dan selalu mendoakan saya. Maafkan Suma yang selama ini sudah menyusahkan Bapak dan Mamak. Semoga Suma dapat membalas semua jasa kalian dan menjadi anak yang membanggakan untuk kalian.

10.Buat My Best Friend Dicky Eko terima kasih karena sudah selalu setia menemani dan membantu Suma di dalam penelitian. Dan buat abang ipar Suma terima kasih yang telah meluangkan waktunya untuk mengantarkan Suma ke lokasi penelitian dan buat adik tersayang Ardiani terima kasih yah udah membantu kakak dalam dokumentasi.

11.Buat para sahabat-sahabatku Yuli, Qoma, Nisa, Yhana terima kasih atas kebersamaannya dan saling tolong-menolongnya dan tidak bosan-bosannya selalu memberikan informasi dan motivasi setiap hari.

(5)

Akhirnya terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini maupun selama masa perkuliahan. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

I.2 Rumusan Masalah... 7

I.3 Tujuan Penelitian ...………... 8

I.4 Manfaat Penelitian ……….………... 8

I.5 Kerangka Teori ………...……… 9

I.5.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas…… 29

(7)

I.5.7.1 Pengertian Motivasi………. 32

I.5.7.2 Manfaat Motivasi………. 35

I.5.7.3 Model-Model Motivasi……… 35

I.6. Hipotesis……… 40

I.7 Definisi Konsep ……….… 40

I.8 Definisi Operasional ………..…… 41

I.9 Sistematika Penulisan ……… 43

BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian……... 44

II.2 Lokasi Penelitian ... 44

II.3 Populasi dan Sampel ………... 44

II.3.1 Populasi……...………... 44

II.3.2 Sampel………...……… 45

II.4 Teknik Pengumpulan Data ....…………...… 46

II.5 Teknik Pengumpulan Skor ………...……… 47

II.6 Teknik Analisa Data ……….……… 48

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1 Profil Perusahaan ………... 51

III.2Visi dan Misi Perusahaan………...53

III.3 Struktur Organisasi ... 55

III.4 Tugas dan tanggungjawab terhadap K3……… 56

III.5 Struktur Tim Panitia Pembina K3 (P2K3) ……… 59

III.6 Tugas dan tanggungjawab Panitia K3………...60

BAB IV PENYAJIAN DATA IV.1 Identitas Umum Responden ………..64

IV.2 Distribusi Jawaban Responden tentang Program Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) ………..……….68

IV.2.1 Ketersediaan alat-alat pelindung …………..………..71

(8)

IV.2.3 Pengetahuan dan keterampilan kerja karyawan…..…….75

IV.2.4 Jaminan kecelakaan kerja………..…….77

IV.2.5 Kelengkapan unit perusahaan……….……81

IV.2.6 Beban kerja yang seimbang………..…82

IV.2.7 Jaminan kesehatan………..………....83

IV.2.8 Pelayanan kesehatan………...………...84

IV.2.9 Kebersihan lingkungan ditempat kerja………...85

IV.2.10 Fasilitas kesehatan………..…………..88

VI.3Produktivitas kerja karyawan………...90

VI.3.1 Sikap karyawan meningkatkan kualitas kerja ...…...…...90

VI.3.2 Keahlian dan keterampilan dalam bidang pekerjaan..…..92

VI.3.3 Kemampuan menyelesaikan pekerjaan ………...94

VI.3.4 Disiplin kerja ………...97

VI.3.5 Keluhan dan pujian atasan ………..…….99

VI.3.6 Keberhasilan dan kegagalan memyelesaikan pekerjaan...102

VI.4 Pengukuran Skor ………..………...103

A. Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja...…104

B. Produktivitas kerja karyawan………...106

. BAB V ANALISIS DATA V.1 Koefisien korelasi product moment ……….……….109

V.2 Koefisien determinan………...……….……..112

V.3 Koefisien regresi linear sederhana ……..………..…. ...112

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan ………..……...……..115

VI.2 Saran ………....116

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin …….…….…..…….65

Tabel IV.2 Identitas responden berdasarkan umur ………66

Tabel IV.3 Identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir ………...…...67

Tabel IV.4 Identitas responden berdasarkan asal departemen atau bagian …...68

Tabel IV.5 Lamanya bekerja/masa kerja ………...………70

Tabel IV.6 Jawaban responden mengenai alat-alat pelindung ………..71

Tabel IV.7 Jawaban responden standard sarana K3 ………..72

Tabel IV.8 Jawaban responden keikutsertaan pendidikan dan training………….74

Tabel IV.9 Jawaban responden mengenai manfaar Pembinaan SDM …….…….75

Tabel IV.10 Jawaban responden mengenai sikap karyawan………….…………76

Tabel IV.11 Jawaban responden mengenai pemahaman karyawan…………...77

Tabel IV.12 Jawaban responden mengenai jaminan keselamatan …………..…78

Tabel IV.13 Jawaban responden mengenai tunjangan kecelakaan …………...79

Tabel IV.14 Jawaban responden mengenai tingkat kecelakaan………...….80

Tabel IV.15 Jawaban responden mengenai kelengkapan unit peusahaan………..81

Tabel IV.16 Jawaban responden mnengenai peralatan kerja……….…82

Tabel IV.17 Jawaban responden mengenai beban kerja………....…83

Tabel IV.18 Jawaban responden pemberian jaminan kesehatan ………...84

Tabel IV.19 Jawaban responden mengenai pemeriksaan kesehatan ……….85

Tabel IV.20 Jawaban responden mengenai kebersihan lingkungan…..…………86

Tabel IV.21 Jawaban responden mengenai penerangan tempat kerja………..….86

(10)
(11)

ABSTRAKSI

Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PLN (Persero) Unit

Pelayanan Transmisi Medan

Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Kesuma

NIM : 080903032

Departemen : Ilmu Administrasi Negara USU Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A

Manusia merupakan unsur terpenting dalam organisasi, maka dalam melaksanakan pekerjaannya harus disertai dengan meningkatkan produktivitas kerja. Di dalam peningkatan produktivitas kerja karyawan faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas kerja adalah motivasi, kedisiplinan, etos kerja, keterampilan, dan pendidikan yang merupakan faktor yang sangat penting. Dan yang paling terpenting diantara faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja atau secara singkat dapat dikatakan bahwa Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan usaha perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan yang menimpa para karyawan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang ada di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan yakni sebanyak 72 orang dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang, dan peneliti juga menggunakan teknik penentuan sampel yang akan digunakan yaitu penentuan sampel secara purposive sampling yaitu penentuan sampel yang sengaja ditentukan.

(12)

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil dari pengitungan koefisien korelasi product moment sebesar 0,175%. Berdasarkan tabel intrepretasi data koefisien korelasi menunjukkan hasil tersebut sangat rendah. Dan berdasarkan pengitungan dari koefisien determinan sebesar 3,06%. Kemudian berdasarkan peghitungan regresi linear sederhana sebesar 38,132. Ini menunjukkan bahwa besar pengaruh dari variabel bebas dengan variebel terikat memiliki pengaruh yang positif di antara kedua variabel tersebut.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki era globalisasi dimana terjadi persaingan yang semakin ketat dan terbuka, perusahaan harus mampu memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya. Secara garis besar sumber daya yang dimilikinya. : (1) finansial, (2) fisik, (3) manusia, (4) teknologi. Karena jumlah sumber daya yang dimiliki perusahaan terbatas jumlahnya, maka perusahaan dituntut mampu memberdayakan dan mengoptimalkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

(14)

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001:17), berhasil tidaknya suatu organisasi dalam pencapaian tujuan akan banyak ditentukan oleh keberhasilan individu-individu dalam menjalankan tugas yang diembannya, sebab manusia merupakan pelaksana kegiatan dalan rangka pencapaian tujuan. Oleh sebab itu patut disadari, karena begitu pentingnya peranan manusia seperti diuraikan diatas, maka setiap perilaku karyawan dalam suatu perusahaan tidak boleh dibiarkan seenaknya. Sebab bagaimanapun juga dalam sebuah perusahahan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka perilaku karyawan dituntut harus sesuai dengan aturan maupun batasan yang ada.

Manusia merupakan unsur terpenting dalam organisasi tersebut berfungsi seperti yang diharapkan, maka dalam melaksanakan pekerjaannya harus disertai dengan meningkatkan produktivitas kerja. Di dalam meningkatkan produktivitas kerja kerja harus berdasarkan pada peraturan yang dimiliki perusahaan, tujuannya agar pelaksanaan kerja senantiasa terarah pada pencapaian tujuan yang ditetapkan perusahaan. Salah satu yang menjadi tujuan perusahaan adalah produktuvitas kerja karyawan. Banyak faktor yang mendorong dan mempengaruhi sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan agar bergerak ke arah positif. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan akan berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan. Motivasi, kedisiplinan, etos kerja, keterampilan, dan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

(15)

jasa memerlukan masukan yang berkenaan dengan efisiensi penggunaan sumber-sumber dalam menghasilkan barang atau jasa. Oleh karena itu bertambah besarnya produksi tidaklah selalu berarti bahwa produktivitasnya naik. Disamping meningkatkan produktivitas kerja karyawan perlu juga diperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan agar mereka terus dapat meningkatkan dan menjaga kualitas dan kuantitas kinerja mereka bagi perusahaan.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih serta munculnya inovasi-inovasi baru mendorong perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusianya, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Kemajuan teknologi serta pemikiran mengenai pentingnya keselamatan sumber daya manusia, dalam hal ini perusahaan ataupun instansi pemerintah memiliki peran yang sangat penting di dalam pemeliharaan karyawan. Dan hampir tiap perusahaan telah menerapkannya suatu pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau sering disebut dengan K3. Dengan adanya program ini keselamatan karyawan tetap terjamin dan terjaga dari dampak kecelakaan yang kemungkinan terkadang sering terjadi.

(16)

pekerjaan secara efisien, sedangkan dampak negatifnya adalah kemungkinan bahaya atau kecelakaan yang dtimbulkan dari penggunaan alat tersebut.

Riset yang dilakukan badan dunia International Labour Organization (ILO) menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak dibandingkan wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun.

(17)

PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan merupakan salah satu perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang penyalur listrik. Kegiatan perusahaan ini adalah menyalurkan energi listrik bagi setiap pelanggan khususnya didaerah Medan. PT. PLN (Persero) ini melayani masyarakat yang membutuhkan daya listrik dan melayani keluhan masyarakat terhadap listrik yang disalurkannya. Misalnya terputusnya aliran listrik atau terputusnya kabel listrik yang mengalirkan daya listrik. Dalam kegiatannya, pegawai PT. PLN (Persero) terutama bagian lapangan adalah orang yang paling membutuhkan jaminan keselamatan dan kesehatan, karena kondisi tempat kerja mereka yang berbahaya dan pekerjaan mereka yang beresiko tinggi. Seperti memasang ataupun memperbaiki tiang listrik yang ada di jalan raya, selain beresiko terjatuh dari ketinggian mereka juga beresiko terkena tegangan listrik yang tinggi.

Mengatasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja, maka karyawan dianjurkan mematuhi peraturan-peraturan yang ada dalam perusahaan seperti pada saat bekerja karyawan harus menggunakan alat pelindung seperti helm, masker, sarung tangan dan tali pengaman yang diikat di pinggang jika melakukan pekerjaan diatas tiang listrik. Selain itu, karyawan juga harus fokus terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya, dengan kondisi seperti ini, PT. PLN (Persero) lebih mengedepankan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya agar karyawan tersebut dapat bekerja secara maksimal. Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh langsung terhadap produktivitas.

(18)

kemanusiaan dan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 yang menyatakan bahwa, Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah memiliki perhatian yang besar terhadap perlindungan tenaga kerja, melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja pada tenaga kerja di Indonesia.

Keselamatan kerja para karyawan PT. PLN (Persero) perlu diperhatikan, karena terdapat banyak kecelakaan yang terjadi setiap tahunnya di tempat kerja. Kecelakaan tersebut menimbulkan berbagai akibat yang merugikan perusahaan dan tenaga kerja. Kerugian bagi perusahaan adalah menurunnya produktivitas, sedangkan bagi tenaga kerja menimbulkan kerugian yang bervariasi misalnya cacat ringan, cacat permanen bahkan kematian. Oleh karena itu pencegahan terhadap kecelakaan kerja merupakan tugas penting perusahaan.

(19)

Perusahaan perlu mengadakan program keselamatan dan kesehatan kerja yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan produktivitas kerja karyawan. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja perlu dan sangat penting, karena membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi diri masing- masing karyawan maupun perusahaan.

Dengan adanya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja ini, karyawan akan merasa aman, terlindungi dan terjamin keselamatannya, sehingga diharapkan dapat mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan uraian diatas dan mengingat sangat pentingnya pelaksanaa program K3 ini, maka peneliti tertarik untuk judul “Seberapa besar Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pokok yang ingin dibahas di dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan?

(20)

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Trasmisi Medan.

2. Untuk mengetahui Seberapa besar Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitan ini antara lain :

a. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi PT. PLN (Persero) dan perkembangan instansi. c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

(21)

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian. Setelah masalah penelitian di rumuskan maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian (Sugiyono, 2005 : 55).

Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

1.5.1Kebijakan Publik

Istilah kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan bertanggungjawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam Bahasa Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat

atau umum (Abidin, 2004:17).

(22)

kesempatan-kesempatan, yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu. Sedangkan menurut Dimock, kebijakan publik adalah perpaduan dan kristalisasi daripada pendapat-pendapat dan keinginan-keinginan banyak orang atau golongan dalam masyarakat (Soenarko, 2003:42-43).

Dalam melakukan kebijakan publik terlebih dahulu harus mengetahui proses kebijakan publik. James Anderson dalam Subarsono (2005:12-13) sebagai pakar publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut:

1. Formulasi masalah (problem formulation): Apa masalahnya, apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan, dan bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah.

2. Formulasi kebijakan (formulation): Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut dan siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan.

3. Penentuan kebijakan (adaption): Bagaimana alternatif ditetapkan, persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi, siapa yang akan melaksanakan kebijakan, bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan, dan apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan.

4. Implementasi (implementation): Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan, apa yang mereka kerjakan dan apa dampak dari isi kebijakan.

(23)

evaluasi kebijakan, dan adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan.

Proses kebijakan ini berperan untuk memastikan bahwa kebijakan yang hendak diambil benar-benar dilandaskan atas manfaat optimal yang akan diterima oleh publik dan bukan asal menguntungkan pengambil kebijakan.

1.5.2. Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu, implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik (Tangkilisan, 2003:17).

(24)

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian (Wahab, 2001:65).

Jones dalam Tangkilisan (2003:18), implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus-menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu:

1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan

2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan

(25)

1.5.2.2Model Implementasi Menurut Para Ahli

Model implementasi dapat digunakan untuk memudahkan pelaksana kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.

a. Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun intensif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

b. Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari : (1) kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi. (2) jenis atau tipe manfaat yang dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diharapkan, (4) letak pengambilan keputusan, (5) pelaksanaan program, dan (6) sumber daya yang dilibatkan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap.

c. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

(26)

tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh, (2) sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi, (3) komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai, (4) karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program, (5) kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan (6) sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.

1.5.3 Keselamatan Kerja

1.5.3.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celakaan (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan.

(27)

Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat risiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir.

1.5.3.2 Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Kansil, 1997:26). Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini, kecelakaan yang terjadi merupakan akibat langsung dari pekerjaaan atau terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat. Dengan kata lain kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Ruang lingkup kecelakaan akibat kerja kadang-kadang diperluas, sehingga melingkupi juga kecelakaan yang terjadi saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja.

Faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat dari dimensi pokok, yaitu:

(28)

2. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia biasa yang dalam hal akibat dan sistem kerja, tetapi bisa juga bukan dari kelalaian manusianya selaku pekerja.

Pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari kecelakaan antara lain mencakup tindakan:

a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja b. Melakukan pengawasan yang teratur

c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian

d. Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan (Abdurrahmant, 2006:109).

1.5.3.3 Tujuan Keselamatan Kerja

Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja antara lain :

• Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi secara produktifitas nasional

• Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja

• Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien.

Di dalam peraturan perundang-undangan ditetapkan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja yakni:

(29)

- Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran - Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

- Memberi kesempatan, atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

- Memberi pertolongan pada kecelakaan

- Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

- Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar, radiasi, suara dan getaran

- Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan

- Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai - Menyelenggarakan udara yang cukup

- Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik - Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

- Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya

- Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang

- Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

- Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang

(30)

- Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi (UU No.1 Pasal 3 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja).

1.5.4 Kesehatan Kerja

1.5.4.1 Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif. Di dalam Undang-Undang N0. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

(31)

Perusahaan yang mempunyai banyak pegawai, apalagi yang memukimkan karyawannya di suatu daerah, sebaiknya menentukan jenis atau bentuk pelayanan kedokteran (medical services) atau pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Pelayanan kesehatan (health services) adalah upaya yang

diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan perorangann, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

Di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982 pasal 1 tentang pelayanan kesehatan kerja bahwa pelayanan kesehatan adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan :

1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja. 2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari

pekerjaan atau lingkungan kerrja

3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja

4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit

Suatu pelayanan kesehatan perusahaan dapat dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

(32)

2. Wajar (appropriate), pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan, misalnya suatu perusahaan tambang haruslah menyediakan pelayanan bedah, karena kemungkinan akan sering terjadi kecelakaan akibat bekerja dengan alat-alat berat (dozer, crane, shovel, excavator).

3. Berkesinambungan (continue), pelayanan kesehatan yang memerlukan kelanjutan harus diberikan berkesinambungan. Pemeriksaan kesehatan berkala harus dilakukan secara periodik sehingga keadaan kesehatan karyawan bisa dipantau terus-menerus.

4. Dapat diterima (acceptable), suatu perusahaan besar dengan laba yang besar tentu saja tidak layak bila memberikan fasilitas kesehatan yang minimal. Karyawan tidak akan menerimanya. Itu berarti pelayanan tidak acceptable. Sedangkan perusahaan yang belum mampu memberikan layanan kesehatan yang lengkap sesuai standar, bisa memberikan pelayanan yang minimal tetapi dengan memberikan penjelasan kepada karyawannya bahwa perusahaan belum mampu. Apabila alasan ini masuk akal, maka karyawan akan bisa menerima layanan tersebut dengan ikhlas. Jadi walaupun layanannya minimal, tetapi tetap acceptable.

5. Dapat tercapai (accessible), pelayanan kesehatan yang diupayakan harus mudah dicapai. Karyawan yang lokasi kerjanya jauh dari tempat fasilitas kesehatan harus mendapat jemputan untuk pemeriksaan kesehatan, atau apabila ada kecelakaan harus bisa cepat dijemput dengan ambulan untuk medical evacuation.

(33)

melaksanakan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, namun tidak setiap cara cocok untuk suatu perusahaan.

1.5.5 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1.5.5.1 Pengertian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah usaha perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan sebagai berikut:

a. Perlindungan terhadap kecelakaan yang dapat menimpa:

• Tenaga kerja (pegawai dan bukan pegawai) dan orang lain yang berada di tempat kerja/berhubungan dengan kegiatan Perseroan (umum dan pelanggan)

• Sumber produksi seperti material, peralatan, bangunan, instalasi, dan asset perseroan lainnya

• Proses produksi, seperti pembangunan, pembangkitan, penyaluran, dan distribusi tenaga listrik

(34)

b. Pencegahan timbulnya kecelakaan, seperti:

• Kecelakaan dinas yang menimpa pegawai (kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan dinas lainnya)

• Kecelakaan masyarakat umum yang ada hubungannya dengan perseroan

• Kerugian aset Perseroan akibat kecelakaan (kecelakaan dinas, kecelakaan tenaga kerja bukan pegawai, kecelakaan masyarakat umum, kebakaran ledakan, kerusakan/gangguan, bencana alam dan kehilangan)

c. Penyelesaian bila terjadi kecelakaan dan kerugian

Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktivitas kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singakatan K3L yang artinya keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Aspek lingkungan dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan kerja juga merupakan hal yang sangat penting, namun dalam pembahasan berikut yang akan menjadi fokus utamanya adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Suria, 2011:130).

(35)

1. Timbulnya motivasi untuk bekerja secara aman

2. Terciptanya kondisi yang tertib, aman dan menyenangkan 3. Mengurangi tingkat kecelakaan di lingkungan tempat kerja 4. Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya makna keselamatan kerja 5. Meningkatkan produktifitas kerja (Sedarmayanti, 2000:145)

Pada prinsipnya dasar keselamatan dan kesehatan kerja menekankan beberapa hal, yaitu:

a. Setiap karyawan berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja agar terhindar dari kecelakaan

b. Setiap karyawan yang berada di tempat kerja harus dijamin keselamatannya

c. Tempat pekerjaan dijamin selalu dalam keadaan aman (Sedarmayanti, 2007:208)

1.5.5.2 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

(36)

b.

c.

Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

d.

Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

e.

Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

f.

Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

g.

Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Dengan demikian maksud dan tujuan tersebut adalah bagaimana melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan gizi serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dengan tidak meninggalkan masalah perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah industri.

Apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang

(37)

c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi

d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim

e. Fleksibelitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan rasa kepemilikan

f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan

g. Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial (Sculler dan Jackson, 1999).

1.5.6 Produktivitas

1.5.6.1 Pengertian Produktivitas

Produktivitas berasal dari kata “produktif” artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegitan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi/objek. Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia (individu atau kelompok) untuk selalu meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya.

(38)

Karyawan yang merasa puas secara ilmiah akan berusaha meningkatkan hasil kerja mereka (output). Meningkatnya ouput kerja merupakan istilah lain dari apa yang disebut produktivitas kerja. Dengan demikian, produktivitas menyangkut hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh di dalam proses produksi (Sulastini dan Rosidah, 2003).

Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (sri budi cantika, 2005:203).

Muchdarsyah (2000), mengartikan produktivitas sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai tindakan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Dalam hal ini produktivitas mengutarakan cara-cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas sebenernya produktivitas memiliki dua dimensi, pertama efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan berkualitas, kuantitas, dan waktu. Kedua yaitu efesiensi yang berkaitan dengan upaya membandingakan input dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

(39)

Sedangkan efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran suatu target yang dicapai. Apabila kedua tersebut dikaitkan satu dengan yang lainnya, maka terjadinya peningkatan efektivitas tidak akan selalu menjamin meningkatnya efesiensi.

Dengan demikian, produktivitas dapat disimpulkan sebagai perbandingan antara besarnya input yang dilibatkan dalam kegiatan produksi terhadap hasil akhir (output) yang dihitung berdasarkan nilai unit atau rupiah barang dan jasa yang dihasilkan. Pengertian ini mengandung arti bahwa produktivitas kerja karyawan dapat dinilai dari hasil perbandingan antara input terhadap output, dan harus dapat di ukur berapa besarnya (sri budi cantika, 2005:203).

1.5.6.2 Manfaat Produktivitas.

Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain:

1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapa meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.

(40)

3.

4.

Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat di organisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas.

5.

Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan indormasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.

6.

Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada diantara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur, dalam hal ini pengkuran produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan-perubahan yang terjadi sehingga tindakan korektif dapat diambil.

7.

Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global.

8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu.

(41)

10. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus-menerus yang dilakukan perusahaan.

11. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja.

12. Aktivitas perundingan bisnis secara kolektif dapat diselesaikan secara rasional, apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.

diakses pada 05

Maret 2012 pukul 15.35 WIB)

1.5.6.3

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman (1986) dan Tarwaka (1991) merinci faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum.

Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja

1.

Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya. Karyawan didalam proses produksi adalah sebagai manusia (individu) sudah barang tentu memiliki identifikasi tersendiri.

(42)

2.

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Kedisplinan

1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat

2. Adanya prilaku yang dikendalikan 3. Adanya ketaatan (obedience)

Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Usaha untuk mengembangkan etos kerja yang produktif pada dasarnya mengarah pada peningkatan produktivitas yang banyak produktivitas individu melainkan juga produktivitas masyarakat secara keseluruhan.

(43)

4.

Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama dalam perubahan teknologi mutakhir.

Keterampilan

Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan waktu tertentu dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor penentu suatu keberhasilan dan produktivitas, karena dari waktu itulah dapat dimunculkan kecepatan dan percepatan yang akan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan termasuk kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.

5. Pendidikan

Disamping faktor tersebut diatas, manuaba (1992) mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.

pada

(44)

Produktivitas pegawai menjadi pusat perhatian dalam upayanya untuk meningkatkan kinerja yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi. Analisis yang lebih mengkonsentrasikan pada kinerja akan lebih memberikan penekanan pada dua faktor utama yaitu: 1) motivasi pegawai, 2) kemampuan dari pegawai untuk bekerja. Pendelegasian wewenang, pengendalian dan pengarahan anak buah perlu disertai dengan motivasi. Hal ini dilakukan agar tindakan perilaku sikap pegawai terarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sehubungan dengan aspek pentingnya pemberian motivasi kepada bawahan, pemimpin hendaknya dapat memberikan motivasi searah dengan karakteristik bawahan.

1.5.7 Motivasi

1.5.7.1 Pengertian Motivasi

(45)

dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberik kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan.

Sedangkan Winardi (1990) memberikan pengertian tentang motivasi adalah sebuah konteks organisasi merupakan proses dengan apa seseorang manajer merangsang pihak lain untuk bekerja dalam rangka upaya mencapai sasaran-sasaran organisasi sebagai alat untuk memuaskan keinginan-keinginan pribadi mereka sendiri. Dengan demikian, motivasi merupakan daya dorong untuk bergerak, dan motivasi yang berasal dari kata motif berarti penggerak. Sehingga pengertian motivasi dapat dikatakan suatu keadaan yang menggerakkan atau mengarahkan seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan tertentu. Keberhasilan dari hasil motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki.

Pencapaian tujuan motivasi kerja sebagaimana diharapkan menghasilkan efektivitas, produktivitas, dan hasil kerja yang efisien, baik bagi diri individu yang bersangkutan maupun bagi organisasi (Abdurrahmant,2006:80).

Menurut Wahjosumidjo untuk memberikan motivasi yang tepat, pimpinan hendaknya secara terus menerus:

a. Mengamati dan memahami tingkah laku bawahan

b. Mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan

(46)

Untuk dapat memahami motivasi secara lebih mendalam maka harus dipahami pula bahwa di dalam organisasi publik, akan terjadi interaksi dan aktivitas baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas. Seperti dikatakan olrh Wahjosumidjo sebagai berikut:

a. Interaksi kerjasama antara pimpinan dan bawahan kolega maupun dengan atasan pimpinan itu sendiri

b. Dalam proses interaksi tersebut terjadi perilaku bawahan yang harus diperhatikan, diarahkan, dibina, dikembangkan tetapi kemungkinan juga dipaksakan agar perilaku tersebut sesuai dengan organisasi yang bersangkutan

c. Perilaku yang ditampilkan oleh para bawahan sesuai dengan sistem nilai dan aturan atau bertentangan

d. Dorongan perilaku yang berbeda-beda dapat terjadi karena keinginan dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda pula (Ambar dan Rosidah, 2003:187).

(47)

1.5.7.2 Manfaat Motivasi

Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah terciptanya gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah:

1. Pekerjaan akan cepat selesai dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai dengan standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan

2. Orang akan senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat seseorang senang mengerjakannya.

3. Orang akan merasa berharga. Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang termotivasi.

4. Orang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi untuk berhasil sesuai target terhadap apa yang mereka kerjakan.

5. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan.

6. Semangat juangnya akan tinggi. Hai ini akan memberikan suasana bekerja yang bagus di semua bagian (Ishak & Hendri, 2002:219).

1.5.7.3 Model Motivasi

(48)

faktornya, dan Mc Leland terkenal dengan Teori Achievement, Afiliation dan Power (AAP) disamping teori-teori motivasi lain yang banyak berkembang.

1. Maslow’s Model

Model Maslow ini sering disebut dengan model hirarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar dia termotivasi untuk bekerja. Menurut A.H. Maslow pada umumnya ada lima hirarki kebutuhan manusia, yang dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1. Maslow’s need hierarchy

a. Kebutuhan fisiologis (fisik), misalnya makanan, minuman, istirahat/tidur, seks. Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu.

b. Kebutuhan keamanan/perlindungan. Tiap individu mendambakan keamanan bagi dirinya termasuk keluarganya.

c. Kebutuhan akan kebersamaan (kebutuhan sosial). Tiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama manusia lain. Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan pihak lain.

d. Kebutuhan penghormatan dan penghargaan (kebutuhan harga diri). Sejelek-jelek kelakuan manusia, tetap mendambakan penghormatan dan penghargaan.

Kebutuhan Fisik Kebutuhan Keamanan

Kebutuhan akan

(49)

e. Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri.

Jadi, hal pertama yang harus dipenuhi dulu adalah kebutuhan fisik. Jika kebutuhan fisik telah terpenuhi, maka kebutuhan yang berikutnya adalah kebutuhan keamanan. Demikianlah seterusnya sampai pada kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

2. Hezberg Model

Disini oleh Fedrick Hezberg, kebutuhan disebut dengan istilah Two-Fctor View. Sebelumnya kepuasan orang terbagi menjadi dua, yaitu puas dan tidak puas.

Selanjutnya Pittsburgh melakukan studi yang kemudian lahirlah teori Two Factor, yaitu:

a. Motivator

Disini ada kepuasan atau perasaan positif

b. Hygiene

Disini ada perasaan negatif atau ketidakpuasan kerja

Menurut teori ini harus menciptakan dan meningkatkan faktor mitivator dan mengurangi faktor hygiene. Dalam teori ini terdapat beberapa faktor yang menimbulkan ketidak-puasan yaitu:

a) Kebijakan dan administrasi perusahaan b) Pengawasan

c) Hubungan ddengan pengawa d) Kondisi kerja

e) Gaji

(50)

g) Kehidupan pribadi

h) Hubungan dengan bawahan i) Status

j) Keamanan

Sedangkan beberapa faktor yang sering memberikan kepuasan kepada pegawai, yaitu:

1) Tercapainya tujuan 2) Pengakuan

3) Pekerjaan itu sendiri 4) Pertanggungjawabkan 5) Peningkatan

6) pengembangan

3. Mc Cleland’s Model

Model Mc. Cleland’s sangat menekankan perhatian terhadap prestasi (Achievement). Ada 3 kebutuhan yang penting, yaitu:

a. Achievement

(51)

Hal ini dapat dicapai dengan cara:

- Merumuskan tujuan - Mendapatkan umpan balik

- Memberikan tanggungjawab pribadi - Bekerja keras

b. Affiliation

Artinya adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan cara:

- Bekerjasama dengan orang lain - Membuat kawan ditempat kerja - Sosialisasi

c. Power

Artinya ada kebutuhan kekuasaan, yang mendorong seseorang bekerja sehingga termotivasi dalam pekerjaannya. Cara orang bertindak dengan kekuasaan sangat tergantung pada:

- Pengalaman masa kanak-kanak - Kepribadian

(52)

1.6 Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2005 : 70).

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Ada pengaruh antara pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh antara pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan.

1.7Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial (Singarimbun, 1987 : 33).

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari tulisan ini yaitu:

(53)

diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

2. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya dalam pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, peledakan, kebakaran, dan pencemaran lingkungan kerja yang penerapannya menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan serta kondisi lingkungan kerja.

3. Produktivitas kerja

Adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras, dan berusaha memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan.

1.8 Definisi Operasional

Operasionalisasi secara sederhana mengacu pada langkah-langkah, prosedur-prosedur atau operasi-operasi yang akan melalui pengukuran dan identifikasi variabel-variabel yang akan di observasi. Definisi operasional menurut Singarimbun (2006:46) adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengatur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Definisi operasional dari penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (x)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

(54)

b. Pembinaan SDM melalui pendidikan dan training c. Pengetahuan dan keterampilan kerja karyawan

d. Jaminan kecelakaan kerja dan frekuensi kecelakaan kerja

e. Adanya kelengkapan unit perusahaan seperti alat pemadam kebakaran, kotak P3K dan lain-lain

1.2Kesehatan kerja dengan indikator sebagai berikut : a. Beban kerja yang seimbang

b. Jaminan kesehatan kerja bagi karyawan c. Pelayanan kesehatan

d. Kebersihan lingkungan, air dan udara di tempat kerja

e. Fasilitas kesehatan yang diberikan oleh perusahaan seperi rumah sakit

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah produktivitas kerja karyawan dengan indikator sebagai berikut :

1. Sikap karyawan untuk meningkatkan kualitas kerja

2. Keahlian dan keterampilan karyawan di dalam bidang pekerjaan

3. Kemampuan menyelesaikan pekerjaan yang di delegasikan sesuai dengan target

4. Disiplin kerja

5. Keluhan dan pujian atasan

(55)

1.9Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan di analisa.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini membuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

BAB VI : PENUTUP

(56)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian.

Bentuk penelitian yang dipergunakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan rumus statistik untuk membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh. Penelitian ini dilakukan gunamengetahui apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga seberapa besarkah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi dari penelitian ini yaitu dilakukan pada PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan yang beralamat di Jl. Listrik No. 12.

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

(57)

pegawai yang ada di PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan sejumlah 72 orang dengan perincian sebagai berikut:

Karyawan bagian teknik : 51 orang

Karyawan bagian non teknik :

72 orang 21 orang

2.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam menentukan sampel penulis mengutip pendapat Surakhmad (1985:100), yaitu bila populasi cukup homogen terhadap populasi dibawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50% dan diatas seribu sebesar 15%. Untuk jaminan, ada sebaiknya sampel selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik diatas. Ditambah dengan pendapat Suryabrata (1995:83), jika populasinya homogen secara sempurna besar sampel yang diambil cukup kecil saja.

Secara khusus dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dari pendapat Surakhmad yaitu populasi di bawah 100 dan cukup homogen di ambil 50% dari seluruh populasi yang berjumlah 72 orang menjadi 40 orang.

(58)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut :

a. Observasi atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian kemudian mencatatat gejala-gejala yang di temukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan permasalahan penelitian.

b. Kuesioner atau angket, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti, yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan, serta informasi yang dibutuhkan dapat serentak (Narbuko dan Ahmadi, 2004 : 76-77). Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi alternatif jawaban.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari :

(59)

b. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, karya ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah diteliti.

2.5 Teknik Pengumpulan Skor

Teknik penentuan skor adalah melalui penyebaran kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana pertanyaan yang diajukan kepada responden dimana setiap pertanyaan ditentukan skornya.

Dari setiap alternatif jawaban (A, B, C) akan diberi skor berbeda:

1. Untuk jawaban alternatif A diberi skor 3 2. Untuk jawaban alternatif B diberi skor 2 3. Untuk jawaban alternatif C di beri skor 1

Untuk mengetahui atau menetukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah, maka terlebih dahulu ditentukan kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban responden, maka dapat ditentukan intervalnya dengan perhitungan sebagai berikut:

i =

banyaknya bilangan skor tertinggi – skor terendah

Maka diperoleh : i : 3-1 = 0,6

(60)

Dengan demikian, dapat diketahui :

Responden untuk setiap variabel dan sub variabel yaitu :

1. Score untuk kategori tinggi : 2,34 – 3,00

2. Score untuk kategori sedang : 1,67 – 2,33

3. Score untuk kategori rendah : 1,00 – 1,66

2.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dengan uji statistik yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Dan untuk menguji pengaruh variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) menggunakan metode statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana.

1. Koefisien Product Moment

Rumus Koefisien Korelasi Product Moment adalah (Sugiyono, 2005:212) :

��� = � ∑ �� −(∑ �)(∑ �)

�{� ∑ �2−(∑ �)2}{� ∑ �2−(∑ �)2}

Keterangan :

rxy =Angka indeks korelasi “r” Pearson Product Moment n =Populasi

∑ ��= Jumlah perkalian antara skor x dan y

(61)

∑ �= Jumlah skor y

Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Nilai r positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.

b. Nilai r negatif menunjukkan hubungan variabel negatif artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya variabel yang lain.

c. Nilai r sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisen korelasi), digunakan penafsiran interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono, yaitu :

Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

(62)

tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila r tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja atau hipotsis alternatif diterima.

2. Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

D = (rxy)2

D = Koefisien Determinant x 100%

(rxy) = Koefisien Pearson Product Moment antara x dan y

3. Metode Analisis Statistik

Metode analisis statistik merupakan metode yang digunakan untuk menyajikan dalam bentuk angka, di dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan memakai metode regresi linear sederhana. Dalam regresi, diteliti apakah dua variabel antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) saling berpengaruh.

Menurut Situmorang et al (2010:140) rumus regresi linear sederhana adalah:

Y = a + b X

Dimana:

X = Keselamatan dan kesehatan kerja

Y = Produktivitas kerja

a = Konstanta

(63)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Profil Perusahaan

PT. PLN (Persero) P3B Sumatera Unit Pelayanan Transmisi Medan pada awalnya didirikan tahun 1965 melalui Peraturan Menteri No. 1/PRT/65, dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Direksi Perusahaan Listrik Negara No. Kpts.009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966, dalam kegiatan operasionalnya adalah Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi-I di dukung oleh empat Cabang dan satu Sektor meliputi : Cabang Medan, Cabang Pematang Siantar, Cabang Binjai, Cabang Sibolga dan Sektor Glugur yang sekarang berubah nama menjadi Unit Pelayanan Transmisi Medan PT. PLN (Persero) P3B Sumatera dengan kantor induk di Padang.

Perubahan-perubahan struktur organisasi selalu mengikuti perkembangan antara lain Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi-I Sumatera Utara berubah nama menjadi perusahaan Listrik Negara Eksploitasi-II Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. 51/Kpts/2969 tanggal 12 April 1969.

(64)

Negara menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara sekaligus bertanggungjawab untuk membangkitkan, menyalurkan serta mendistribusikan tenaga listrik di seluruh Wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia.

Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah-II Sumatera Utara kemudian kembali beubah nama sekaligus status perusahaannya dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi PT. PLN (Persero) Wilayah-II Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Pemerintah No.23 tahun 1994. Perubahan status PLN dari PT. PLN (Persero) Wilayah-II Sumatera Utara menjadi PT. PLN (Persero) Kitlur Sumbagut dilakukan oleh Pemerintah sejalan dengan kemajuan yang telah dicapai perusahaan sekaligus sebagai upaya dalam mengantisipasi perkembangan kebutuhan tenaga listrik yang terus meningkat.

Perubahan organisasi dan tata kerja PT. PLN (Persero), berdasarkan Surat Keputusan Direksi Tata Kerja PT. PLN (Persero) Kitlur Sumbagut. Kemudian disusul dengan SK Direksi No. 111.K/023/DIR/1996, TANGGAL 18 November 1996, tentang Unut Pelaksana PT. PLN (Persero) Kitlursu, kemudian disusul lagi dengan SK Direksi No. 059.T.K/023/DIR/1998, tanggal 29 April 1998, tentang Organisasi Pusat Listrik, Tragi pada sektor-sektor di lingkungan PT. PLN (Persero) Kitlur Sumbagut.

(65)

segmen dengan jumlah Tower 1214, dan didukung sejumlah 161 orang pekerja, suatu jumlah yang cukup efisien dalam berproduksi.

Untuk menghadapi persaingan global dan tuntutan pelanggan terhadap jasa yang aman PT. PLN (Persero) P3B Sumatera Unit Pelayanan Transmisi Medan menerapkan sistem manajemen K3 untuk memenuhi persyaratan-persyaratan perundangan nasional dan persiapan menghadapi perdangan dunia yang tanpa batas. Penerapan SMK3 ini lebih merupakan usaha untuk melindungi pekerja dengan menyediakan tempat kerja yang aman, sehat dan nyaman. Dengan penerapan SMK3 perusahaan akan lebih meningkatkan citra dan kesejahteraan karyawan perusahaan.

3.2Visi dan Misi Perusahaan

Visi : “ Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insane”.

- Ciri perusahaan kelas dunia:

1. Merupakan barometer standar, kualitas pelayanan dunia 2. Memiliki cakrawala pemikiran yang mutakhir

3. Terdepan dalam pemanfaatan teknologi 4. Harus ada kesempurnaan kerja dan perilaku 5. Merupakan perusahaan idaman bagi pencari kerja

- Tumbuh kembang:

Gambar

Gambar 1. Maslow’s need hierarchy
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 6 . Jawaban responden mengenai ketersediaan alat pelindung seperti
Tabel 7. Jawaban responden  mengenai standard sarana untuk mendukung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang baik membuat karyawan tidak perlu merasa khawatir akan keselamatan dirinya dan dengan sendirinya hasil pekerjaan atau kinerja

Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Sinar SosroTanjung Morawa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada

penelitian guna menyelesaikan skripsi penulis yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada

Engkos Achmad Kuncoro, Analisis Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (k3) serta Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Universitas

t tabel atau t hitung < -t tabel sehingga menghasilkan Ho ditolak dan Ha diterima artinya bahwa Keselamatan kerja (X 1 ) dan Kesehatan Kerja (X 2 ) mempunyai pengaruh

Judul : “ Pengaruh Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) Serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Upaya Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi

Pengaruh Kesehatan Keselamatan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Studi Kasus pada Karyawan bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN V Unit Lubuk Dalam,