SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
ANNISA KASANRA LUBIS
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH:
ANNISA KASANRA LUBIS 110308029
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S ) (Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si )
irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, dibimbing oleh SUMONO dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Daerah Irigasi Suka Damai merupakan salah satu daerah irigasi setengah teknis seluas 300 ha yang terletak di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah : kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, sumber daya manusia, kinerja kelembagaan petani dan ketersediaan dana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang bernilai 2 dengan kategori buruk, tingkat kecukupan air yang bernilai 3 dengan kategori cukup, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, sumber daya manusia dan kinerja kelembagaan petani yang bernilai 4 dengan kategori sangat baik, serta ketersediaan dana yang bernilai 1 dengan kategori sangat buruk. Secara umum kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai dikategorikan baik dengan nilai 2,96.
Kata kunci: Evaluasi kinerja, Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi, Suka Damai
ABSTRACT
ANNISA KASANRA LUBIS : The operation work evaluation and maintenance of Suka Damai irrigation system in Sei Bamban District Serdang Bedagai regency, suvervised by SUMONO and LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Suka Damai irrigation area is one of half-technical irrigation area with an area of 300 ha that is located in Sei Bamban District Serdang Bedagai regency. This study was aimed to evaluate the performance of operation and maintenance of Suka Damai irrigation system. This research was conducted in April 2015 in Sei Bamban District Serdang Bedagai regency. Some of the indicators used to determine the performance of the irrigation system were : physical and functional condition of infrastructure of the irrigation network, the adequacy of water, the level of accuracy of water supply, the management of government institution, human resources, the farmer institution performance, and the availability of funding. The results showed that : physical and functional condition of infrastructure irrigation network was bad with the value of 2, the adequacy of water was sufficient with the value of 3, the level of accuracy of water supply, the management of government institution, human resources, and the farmer institution performance was very good with the value of 4, and then the availability of funding was very bad with the value of 1. In general, the performance of operation and maintenance of the Suka Damai irrigation system was categorized well with a value of 2.96.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan
Sistem Irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang
Bedagai” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyusun skripsi di
Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S selaku ketua pembimbing skripsi
dan Lukman Adlin Harahap STP, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan kritik serta saran yang membangun kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Di samping itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program
Studi Keteknikan Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya
penyusunan skripsi ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Medan, Mei 2015
DAFTAR ISI
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi ... 11
Kinerja Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi ... 13
Kinerja Pelayanan Air ... 18
Kinerja Kelembagaan Pemerintah ... 20
Kinerja Kelembagaan Petani ... 25
Penelitian Terdahulu ... 27
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
Bahan Penelitian ... 28
Metode Penelitian ... 28
Prosedur Penelitian ... 28
Parameter Penelitian ... 29
HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Suka Damai ... 31
Kinerja Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi Suka Damai ... 33
Kinerja Pelayanan Air Daerah Irigasi Suka Damai ... 36
Kinerja Kelembagaan Pemerintah Daerah Irigasi Suka Damai ... 39
Kinerja Kelembagaaan Petani Daerah Irigasi Suka Damai ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49
Saran ... 50
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Bobot penilaian kinerja O & P sistem irigasi ... 10
2. Kriteria O & P sistem irigasi ... 11
3. Komponen penilaian kinerja O & P sistem irigasi ... 13
4. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi ... 15
5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi ... 15
6. Bobot indikator kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi ... 16
7. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi ... 17
8. Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Suka Damai ... 32
9. Jadwal pemberian air irigasi pada Daerah Irigasi Suka Damai ... 38
10. Iuran P3A Daerah Irigasi Suka Damai ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 53
2. Daftar inventarisasi keadaan jaringan irigasi ... 54
3. Analisa data kondisi fisik infrastruktur Jaringan Irigasi Suka Damai ... 55
4. Analisa data kondisi fungsional infrastruktur Jaringan Irigasi Suka Damai ... 57
5. Hasil wawancara terhadap Petugas Operasi Bendung (POB) Daerah Irigasi Suka Damai ... 59
6. Hasil wawancara terhadap Ketua GP3A Daerah Irigasi Suka Damai ... 62
7. Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras ... 65
8. Foto bendung irigasi Suka Damai ... 66
9. Foto saluran primer Jaringan Irigasi Suka Damai ... 67
10. Foto saluran sekunder Jaringan Irigasi Suka Damai ... 68
11. Foto bangunan bagi Jaringan Irigasi Suka Damai ... 69
DAFTAR ISTILAH
AD/ ART : Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga
GP3A : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air
IP3A : Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air
KPI : Komisi Pengelolaan Irigasi
O & P : Operasi dan Pemeliharaan
P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air
POB : Petugas Operasi Bendung
PPA : Petugas Pintu Air
PS : Pekarya Saluran
PSDA : Pengelolaan Sumber Daya Air
RPA : Rencana Pembagian Air
RTT : Rencana Tata Tanam
RTTD : Rencana Tata Tanam Detail
RTTG : Rencana Tata Tanam Global
SDM : Sumber Daya Manusia
TUT : Tingkat Usaha Tani
irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, dibimbing oleh SUMONO dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Daerah Irigasi Suka Damai merupakan salah satu daerah irigasi setengah teknis seluas 300 ha yang terletak di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah : kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, sumber daya manusia, kinerja kelembagaan petani dan ketersediaan dana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang bernilai 2 dengan kategori buruk, tingkat kecukupan air yang bernilai 3 dengan kategori cukup, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, sumber daya manusia dan kinerja kelembagaan petani yang bernilai 4 dengan kategori sangat baik, serta ketersediaan dana yang bernilai 1 dengan kategori sangat buruk. Secara umum kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai dikategorikan baik dengan nilai 2,96.
Kata kunci: Evaluasi kinerja, Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi, Suka Damai
ABSTRACT
ANNISA KASANRA LUBIS : The operation work evaluation and maintenance of Suka Damai irrigation system in Sei Bamban District Serdang Bedagai regency, suvervised by SUMONO and LUKMAN ADLIN HARAHAP.
Suka Damai irrigation area is one of half-technical irrigation area with an area of 300 ha that is located in Sei Bamban District Serdang Bedagai regency. This study was aimed to evaluate the performance of operation and maintenance of Suka Damai irrigation system. This research was conducted in April 2015 in Sei Bamban District Serdang Bedagai regency. Some of the indicators used to determine the performance of the irrigation system were : physical and functional condition of infrastructure of the irrigation network, the adequacy of water, the level of accuracy of water supply, the management of government institution, human resources, the farmer institution performance, and the availability of funding. The results showed that : physical and functional condition of infrastructure irrigation network was bad with the value of 2, the adequacy of water was sufficient with the value of 3, the level of accuracy of water supply, the management of government institution, human resources, and the farmer institution performance was very good with the value of 4, and then the availability of funding was very bad with the value of 1. In general, the performance of operation and maintenance of the Suka Damai irrigation system was categorized well with a value of 2.96.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan sistem irigasi terdiri dari operasi dan pemeliharaan komponen
dari sistem irigasi. Operasi irigasi dalam pemberian, pengaturan dan pembagian
air dikatakan baik jika jaringan, petugas dan P3A pusat siap untuk mencapai
sasarannya yaitu (1) jaringan irigasi berfungsi baik, (2) pembagian air tercapai
secara optimal, (3) memperhatikan usia ekonomi sesuai rencana. Setelah sasaran
operasi bisa tercapai dengan baik, selanjutnya disertai dengan pemeliharaan yang
rutin untuk menjaga jaringan irigasi agar selalu dalam kondisi yang baik. Hal ini
dicerminkan dengan sistem pembagian air yang tepat guna, baik waktu maupun
jumlah yang mengakibatkan hasil panen meningkat, pendapatan petani naik dan
swasembada beras akan dapat dipertahankan. Jika sistem pemeliharaannya buruk,
fungsi jaringan irigasi akan menurun sehingga perlu rehabilitasi yang
membutuhkan waktu dan biaya yang cukup tinggi (Mustaniroh, 2001).
Dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi
primer dan sekunder, pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten
atau kota sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya wajib membuka
kesempatan seluas-luasnya, serta mendorong masyarakat petani atau P3A/ GP3A/
IP3A untuk berpartisipasi dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan
semangat kemitraan dan kemandirian. Partisipasi masyarakat petani atau P3A/
GP3A/ IP3A sebagaimana dilaksanakan untuk meningkatkan rasa memiliki, rasa
GP3A/ IP3A dalam rangka mewujudkan efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan
sistem irigasi (Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007).
Menurut Menteri Pertanian Republik Indonesia (Harian Kompas tanggal
27 Desember 2014 pada halaman 11 kolom 1-4) bahwa kendala yang dihadapi di
Indonesia saat ini dalam usaha meningkatkan produksi beras adalah kerusakan
irigasi yang mencapai 52%, distribusi pupuk dan benih yang bermasalah. Untuk
itu dalam jangka waktu tiga tahun ke depan pemerintah menargetkan bahwa
Indonesia harus sudah berswasembada beras.
Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara menyatakan
(Harian Analisa tanggal 29 Desember 2014 pada halaman 6 kolom 1-3) bahwa,
ada beberapa daerah Indonesia sudah berswasembada beras di antaranya adalah
Provinsi Sumatera Utara yang pada tahun 2014 termasuk provinsi kelima terbesar
penghasil beras di Indonesia. Daerah penghasil beras di Sumatera Utara antara
lain adalah Kabupaten Simalungun, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang,
Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli
Utara dan daerah lainnya.
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah penghasil padi
terbesar di Sumatera Utara. Di daerah ini penduduknya mengolah lahan pertanian
dan memanfaatkan air yang berasal dari Sungai Ular. Dalam pengelolaan air
tersebut banyak permasalahan yang terjadi, diantaranya kondisi saluran irigasi
yang rusak, bangunan irigasi yang tidak terawat dan tingginya sedimen di Sungai
Ular, yang dapat menyebabkan banjir di areal persawahan. Pemerintah seharusnya
Perkembangan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai selama
lima tahun ke belakang yaitu dari 41.981 hektar pada tahun 2009 menjadi 39.442
hektar pada tahun 2013. Hal ini menandakan selama kurun waktu lima tahun
terakhir telah terjadi penurunan luas lahan sawah sebesar 2.539 hektar. Lahan
sawah irigasi memiliki kontribusi luas lahan sawah terbesar, yaitu sebesar 85,32
persen atau 33.650 hektar. Kecamatan yang memiliki luas lahan sawah irigasi
yang ditanami padi terluas adalah Kecamatan Sei Bamban yaitu sebesar 6.781
hektar (Yunus, 2013).
Produksi padi sawah di Kecamatan Sei Bamban pada tahun 2013
mengalami kenaikan sekitar 16,1 persen. Produksi padi sawah mencapai 70.868
ton pada tahun 2012 dengan rata-rata produksi 55,21 kuintal/ hektar. Kecamatan
Sei Bamban adalah kecamatan yang menghasilkan produksi padi terbesar di
Kabupaten Serdang Bedagai. Oleh karena itu, Kecamatan Sei Bamban merupakan
lumbung padi di Serdang Bedagai. Kenaikan produksi padi sawah yang terjadi
pada tahun 2013 disebabkan oleh bertambahnya luas panen di Kecamatan Sei
Bamban. Pada tahun 2012 luas panen padi sawah sebesar 11.142 hektar naik
sebesar 1.694 hektar. Pada tahun 2013 menjadi 12.836 hektar atau naik sebesar 15
persen (Yantieka, 2014).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, maka
kebijakan pengelolaan irigasi akan dilakukan melalui pendekatan pengelolaan
irigasi partisipatif, dengan kebijakan tersebut, pengembangan (pembangunan atau
rehabilitasi) terhadap irigasi tidak hanya menjadi wewenang dan tanggung jawab
tanggung jawab petani. Oleh karena itu, diperlukan adanya evaluasi terhadap
kegiatan operasi dan pemeliharaan pada suatu daerah irigasi agar memunculkan
partisipasi dari petani atau anggota kelompok untuk mewujudkan dinamika
kelompok yang baik. Adanya dinamika kelompok yang baik diharapkan mampu
menjalankan kinerja dan tanggung jawabnya dengan baik. Adanya dinamika
dalam suatu kelompok P3A diharapkan mampu meningkatkan tindakan dari
anggota kelompok untuk melakukan pengembangan atau perbaikan terhadap
infrastruktur irigasi.
Menurut Kementerian Pertanian (2012) bahwa Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) merupakan unit pengelola prasarana jaringan irigasi tersier
harus mempunyai kemampuan dalam perencanaan pembangunan, operasional dan
pemeliharaan serta rehabilitasi jaringan irigasi tersier secara partisipatif.
Di samping itu, keberadaan kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) akan lebih dinamis apabila dilakukan pembinaan yang cukup dan
terkoordinasi pula dengan baik dari pemerintah daerah. Adanya pembinaan
tentunya akan memberikan kondisi yang lebih dinamis, dengan demikian kinerja
P3A dalam kegiatan perbaikan infrastruktur irigasi juga akan lebih baik
(Supriyadi, 2008).
Pelaksanaan pembinaan P3A di tingkat lapangan dilakukan oleh unsur
pemerintahan kecamatan dan desa dengan mengoptimalkan fungsi Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) pertanian. Oleh karena sudah sampai sejauh mana
kemampuan P3A/ GP3A/ IP3A Kecamatan Sei Bamban dalam mengelola
daerah irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban perlu adanya evaluasi
terhadap kegiatan tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja operasi dan
pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
Serdang Bedagai.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai evaluasi kinerja sistem irigasi.
3. Bagi masyarakat, sebagai gambaran serta informasi mengenai kinerja sistem
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi
Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk
memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari
permukaan dan air tanah. Pengaturan pengairan bagi pertanian tidak hanya tertuju
untuk penyediaan air, tetapi juga untuk mengurangi berlimpahnya air hujan di
daerah-daerah yang kelebihan air dengan maksud mencegah peluapan air dan
kerusakan tanah. Dengan demikian pengaturan irigasi (pengaturan air) akan
menjangkau beberapa teknis sebagai berikut :
1. Pengembangan sumber air dan penyediaan air bagi keperluan usaha tani.
2. Penyaluran air irigasi dari sumbernya ke daerah atau lahan usaha tani.
3. Pembagian dan pemberian air di daerah atau lahan usaha tani.
4. Pengaliran dan pembuangan air yang melimpah dari daerah pertanian.
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).
Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan
produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem
irigasi. Keberlanjutan sistem irigasi ditentukan oleh :
a. Keandalan air irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan membangun waduk,
waduk lapangan, bendungan, bendung, pompa dan jaringan drainase yang
b. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan
dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan dan
rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
c. Meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan
melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang
mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha
tani
(Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006).
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan
air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Sistem irigasi permukaan (surface irrigation system).
2. Sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system).
3. Sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system).
4. Sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation/ drip irrigation system).
Sebagian besar sumber air untuk irigasi adalah air permukaan yang berasal
dari air hujan dan pencairan salju. Air ini secara alami mengalir di sungai-sungai,
yang membawanya ke laut. Jika dimanfaatkan untuk irigasi, sungai dibendung dan
dialirkan melalui saluran-saluran buatan ke daerah pertanian, atau air terlebih
dahulu ditampung di dalam waduk yang selanjutnya dialirkan secara teratur
melalui jaringan irigasi ke daerah pertanian (Hakim, dkk., 1986).
Sistem irigasi dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu : prasarana fisik,
produktivitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Bangunan irigasi mengalami penurunan
Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi merupakan salah satu prasarana yang dibutuhkan dalam
upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Dalam kaitan
tersebut jaringan irigasi sangat membantu dalam mengatur tata air dan kebutuhan
bagi petani untuk pengairan areal persawahan. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan perekonomian penduduk. Pembangunan saluran
irigasi untuk menunjang penyediaan bahan pangan nasional sangat diperlukan,
sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada
jauh dari sumber air. Hal ini tidak lepas dari kondisi saluran irigasi yang baik dan
pemeliharaan yang baik dan benar (Sidra, 2012).
Prasarana jaringan irigasi merupakan inti dari kegiatan irigasi. Keandalan
prasarana jaringan irigasi dicirikan dengan proses penyadapan, pengaliran,
pembagian dan pemberian ke daerah layanan dapat efektif dan efisien tanpa
mengenal cara dan waktu. Cara dan waktu pemberian air tergantung kepada
pengelola jaringan berdasar pola dan tata tanam. Kerusakan jaringan irigasi akan
mengakibatkan gangguan terhadap fungsi pelayanan sehingga air irigasi tidak
sepenuhnya dapat diberikan ke daerah layanan. Kerusakan ringan didefinisikan
sebagai gangguan fisik bangunan tetapi tidak mengganggu proses penyadapan,
pengaliran, pembagian dan pemberian air irigasi ke daerah layanan. Kerusakan
sedang dapat mengganggu proses pemberian yang tidak sesuai dengan permintaan
dan kerusakan berat dicirikan dengan air irigasi tidak dapat diterima daerah
Kinerja Jaringan Irigasi
Kinerja jaringan irigasi tergantung pada beberapa faktor. Faktor pengaruh
tersebut berupa faktor non fisik (pengelola dan ketersediaan biaya operasi dan
pemeliharaan) dan fisik (ketersediaan air dan prasarana jaringan). Penilaian
terhadap kinerja jaringan irigasi dilakukan dengan wawancara terhadap pengelola
dan analisis biaya satuan operasi dan pemeliharaan (faktor non fisik) dan evaluasi
kondisi prasarana jaringan irigasi (fisik, termasuk ketersediaan air) dengan
panduan penerapan pola dan tata tanam secara konsisten (Nurrochmad, 2007).
Langkah-langkah mempertahankan keberlanjutan kinerja sistem irigasi
ditempuh dengan mengikuti prioritas kegiatan sebagai berikut : peningkatan
kinerja operasi, pemeliharaan, rehabilitasi, dan pembangunan baru yang
pelaksanaannya didasarkan kepada kebutuhan petani atau masyarakat. Dalam hal
melakukan audit kelembagaan, keuangan, dan teknis pelaksanaan pengelolaan
irigasi, pemerintah daerah didampingi perkumpulan petani pemakai air melakukan
penelusuran jaringan irigasi dan pengawasan kinerja jaringan irigasi
(Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006).
Setiap komponen indikator kinerja sistem irigasi memiliki rentang nilai 1
hingga 4. Komponen-komponen indikator kinerja sistem irigasi dapat dilihat pada
Tabel 1. Komponen indikator yang telah diketahui nilai atau skornya, dikalikan
dengan bobotnya, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah nilai total
komponen-komponen indikator dengan rentang nilai 1 hingga 4. Setelah itu
ditentukan kriteria kinerja sistem irigasi berdasarkan Tabel 2. Secara sederhana
perhitungan jumlah nilai total komponen-komponen indikator kinerja sistem
Σ I = I x B + I xB … … + In x Bn……… (1)
dimana :
I = Jumlah nilai total komponen indikator kinerja sistem irigasi
I = Nilai komponen indikator
B = Bobot indikator (%)
(Setyawan, dkk., 2011).
Tabel 1. Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
Setelah bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
diketahui, maka dapat dianalisis kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem
irigasi, dengan menggunakan Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria O & P sistem irigasi
No Jumlah Skor Kriteria
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi
Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah kegiatan pengaturan air
dan jaringan irigasi yang meliputi penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan dan pembuangannya, termasuk usaha mempertahankan kondisi
jaringan irigasi agar tetap berfungsi dengan baik. Kinerja operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi dikelola oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A).
Operasi jaringan irigasi merupakan upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya agar air irigasi dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien dan
merata melalui kegiatan membuka dan menutup pintu bangunan-bangunan
pengatur, menyusun Rencana Tata Tanam (RTT), menyusun sistem golongan,
menyusun Rencana Pembagian Air (RPA), melaksanakan kalibrasi pintu atau
bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi serta menghitung
debit andalan atau debit yang diharapkan selalu tersedia sepanjang tahun dengan
resiko kegagalan yang diperhitungkan sekecil mungkin. Sementara pemeliharaan
jaringan irigasi adalah kegiatan untuk menjaga agar jaringan irigasi berfungsi
Metode kerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dibagi ke dalam
dua kegiatan yaitu kegiatan operasi jaringan irigasi dan kegiatan pemeliharaan
jaringan irigasi yang keduanya saling berkaitan dan saling menunjang dalam
pelaksanaan di lapangan. Dimana kegiatan operasi jaringan irigasi meliputi :
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Sedangkan kegiatan
pemeliharaan jaringan irigasi meliputi : data pendukung kegiatan pemeliharaan
jaringan irigasi, jenis-jenis pemeliharaan jaringan irigasi, pengamanan jaringan
irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, penanggulangan atau perbaikan
darurat dan peran serta P3A dalam pemeliharaan jaringan irigasi.
Pada sebagian besar negara berkembang, sering dijumpai problem berupa
terbatasnya atau tidak cukupnya dana yang tersedia untuk operasi dan
pemeliharaan (O & P) jaringan irigasi. Problem lain yang juga berpengaruh antara
lain : ketidakefisiensian pengunaan air, kekurangtepatan (improper) pelaksanaan
Rencana Tata Tanam (RTT), iklim (kekeringan dan banjir), problem sosial dan
politik. Umumnya desain dan konstruksi jaringan irigasi telah disiapkan dengan
baik, tetapi hanya sedikit perhatiannya pada aspek operasi dan pemeliharaan.
Penyebab buruknya pelaksanaan operasi jaringan irigasi, dikelompokkan menjadi
tiga hal berikut :
a. Lemahnya keterampilan teknik dalam penyiapan rencana, pelaksanaan dan
monitoring pelaksanaan operasi.
b. Cacat teknik; karena kegagalan desain, buruknya konstruksi atau tidak
adanya pemeliharaan jaringan irigasi secara berkelanjutan.
c. Lemahnya organisasi O & P.
Komponen, kriteria dan kategori penilaian kinerja Operasi dan
Pemeliharaan ( O & P) Irigasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
Komponen Penilaian Kriteria Penilaian Kategori Penilaian Kinerja fungsional
Infrastruktur jaringan irigasi
Kondisi Fisik Infrastruktur Baik, Rusak Sedang, Rusak Berat
Kondisi Fungsional Infrastruktur
Baik, Terganggu Ringan, Terganggu Berat
Kinerja Pelayanan Air Tingkat Kecukupan Air Berlebih, cukup, kurang Tingkat Ketepatan
Pemberian Air
Tepat, kadang terlambat, Sering Terlambat
Kinerja Kelembagaan
Pemerintah Manajemen Kelembagaan Baik, Cukup, Kurang Ketersediaan Dana Berlebih, cukup, kurang
SDM Berlebih, cukup, kurang
Untuk menilai kinerja operasi dan penialaian kinerja operasi dan
pemeliharaan sistem irigasi, maka perlu diketahui bobot penilaian kinerja operasi
dan pemeliharaan sisten irigasi untuk setiap kriteria penilaian. Bobot penilaian
operasi dan pemeliharaan kinerja sistem irigasi, dapat dilihat pada Tabel 1.
Kinerja Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi
Infrastruktur dan sarana merupakan salah satu faktor penting dalam proses
usaha tani, diantaranya infrastruktur irigasi. Infrastruktur irigasi sangat
menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung terhadap kualitas dan
kuantitas tanaman khususnya padi. Pemberian air irigasi dari hulu (upstream)
memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa : bendungan, bendung,
saluran primer dan sekunder, box bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran
tersier serta saluran tingkat usaha tani (TUT). Rusaknya salah satu
bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga
mengakibatkan efisiensi dan efektivitas irigasi menurun
(Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014).
Indikator kinerja fungsional infrastruktur jaringan irigasi dapat meliputi :
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dan kondisi fungsional infrastruktur
jaringan irigasi.
Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
Kinerja suatu sistem irigasi sangat ditentukan oleh eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan serta pengolahan air. Di samping itu kinerja jaringan irigasi
banyak dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik fisik jaringannya. Kondisi fisik
dinyatakan sifat bangunan (sementara permanen) dan penampilan (kinerja) dalam
memenuhi fungsinya. Sedangkan karakteristik fisik jaringan dinyatakan dalam
beberapa tolak ukur yang sudah ditentukan, seperti standar yang telah dikeluarkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum tentang kriteria jaringan irigasi yang meliputi
petak tersier (50-100 ha), panjang saluran maksimum saluran tersier (< 1500 m),
dan kriteria yang berhubungan dengan spesifikasi bangunan. Karakteristik fisik
jaringan irigasi digambarkan dengan dua kriteria, yaitu berdasarkan kerapatan
saluran dan bangunan serta kerumitan jaringan (Salehudin, 2013).
Kondisi fisik jaringan irigasi menyangkut jumlah, dimensi, jenis dan
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat diklasifikasikan seperti yang
terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi
No. Tingkat Kerusakan Jaringan Klasifikasi Keterangan 1. < 10 % Kondisi Baik Pemeliharaan rutin 2. 10 - 20 % Kondisi Rusak Ringan Pemeliharaan berkala 3. 21 - 40 % Kondisi Rusak Sedang Pemeliharaan berat 4. >40 % Kondisi Rusak Berat Rehabilitasi Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007.
Sedangkan untuk kriteria kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No. Kondisi Fisik Infrastruktur Kriteria 1. Tingkat kerusakan < 10 % Sangat Baik
2. Tingkat kerusakan 10% - 20 % Baik
3. Tingkat kerusakan 21% - 40 % Buruk
4. Tingkat kerusakan > 40 % Sangat Buruk Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007.
Penilaian kondisi fisik infrastruktur dapat diketahui dengan cara berikut :
- Indikator bangunan utama (Bu) : Mercu bendung, penguras, intake dan kantong
lumpur yang berfungsi baik (Buf) atau jumlah total bangunan utama (But)
kemudian dikali bobotnya.
Atau : Bu = Buf
But x bobot ………...………(2)
Bangunan utama terdiri dari : bendung, bendungan, free intake ataupun pompa.
- Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf) atau panjang
saluran total (St) kemudian dikali dengan bobotnya.
Atau : Is = Sf
St x bobot ………...………(3)
- Indikator bangunan (Ib) : Jumlah bangunan yang berfungsi baik (Bf) atau jumlah
bangunan total (Bt) kemudian dikali dengan bobotnya.
Atau : Ib = Bf
Bt x bobot ………...………(4)
Bangunan yang dimaksud ialah mencakup bangunan-bangunan yang menunjang
kegiatan irigasi di suatu daerah irigasi. Bangunan-bangunan tersebut dapat berupa
: bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan talang, siphon, gorong-gorong,
jembatan dan lain sebagainya (Mansoer, 2013).
Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase
kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :
Kondisi fisik infrastruktur = Bu + Is + Ib ………...………(5)
Bobot indikator untuk menentukan kriteria kondisi fisik jaringan irigasi,
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot indikator kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No. Indikator Bobot (%)
1. Bangunan Utama 38.65
2. Saluran Pembawa 31.65
3. Bangunan pada Saluran 29.65
Sumber : Mansoer (2013).
Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi
Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi erat kaitannya terhadap
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Jika kondisi fisik infrastruktur baik,
maka hampir dapat dipastikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinya
juga demikian. Penilaian kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi dapat
dilakukan dengan cara berikut :
- Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf) atau panjang
Atau : Is = Sf
St x 100% ………...………(6)
- Indikator bangunan irigasi (Ib) : Jumlah bangunan irigasi yang berfungsi baik
(Bf) atau jumlah bangunan total (Bt) kemudian dikali dengan bobotnya.
Atau : Ib = Bf
Bt x 100% ………...………(7)
Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase
kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :
Kondisi fungsional infrastruktur = Is+Ib
2 ……….…....(8)
Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi, seperti yang
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi
No. Kondisi Fungsional Infrastruktur Kriteria 1. Tingkat kerusakan fungsional jaringan < 10 % Sangat Baik 2. Tingkat kerusakan fungsional jaringan 10% - 20 % Baik 3. Tingkat kerusakan fungsional jaringan 21% - 40 % Buruk 4. Tingkat kerusakan fungsional jaringan > 40 % Sangat Buruk Sumber : Mansoer (2013).
Setelah suatu aset irigasi selesai dibangun terjadilah proses kerusakan
yang semakin lama semakin banyak sehingga dapat disebut kondisi merupakan
fungsi umurnya. Demikian pula halnya dengan fungsi suatu aset, namun tidak
selalu penurunan kondisi paralel dengan penurunan fungsi. Kondisi fisik jaringan
irigasi dinilai berdasarkan tingkat kerusakan dibandingkan dengan kondisi awal.
Fungsi fisik jaringan irigasi dinilai berdasarkan kemampuan mengalirkan air
dibandingkan dengan kapasitas rencana. Jaringan irigasi yang kondisinya baik dan
rusak ringan ditangani melalui kegiatan pemeliharaan. Sedangkan yang
perlu dilakukan perbaikan berat atau penggantian sesuai dengan daftar skala
prioritas (Peraturan Menteri No. 13 Tahun 2012).
Kinerja Pelayanan Air
Rencana penyediaan air tahunan dibuat oleh instansi teknis tingkat
kabupaten atau tingkat provinsi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
ketersediaan air (debit andalan) dan mempertimbangkan usulan rencana tata
tanam dan rencana kebutuhan air tahunan, kondisi hidroklimatologi
(Sebayang, 2014).
Indikator kinerja pelayanan air dapat meliputi : tingkat kecukupan air dan
tingkat ketepatan pemberian air.
Tingkat kecukupan air
Tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air
untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu. Pada areal beririgasi,
lahan dapat ditanami padi tiga kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan
harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga
dilakukan pada lahan beririgasi. Biasanya setelah satu tahun menanam padi,
untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari
dengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi gogo dengan jagung atau padi
gogo di antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tanaman
tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan
Tingkat kecukupan air dapat diketahui dengan cara berikut ini : jika dalam
satu tahun pada suatu areal sawah tertentu dapat ditanami padi tiga kali dan air
yang dialirkan memadai, maka tingkat kecukupan airnya dapat dikategorikan
sangat cukup, jika areal sawah dapat ditanami dua kali, maka tingkat kecukupan
airnya dapat dikategorikan cukup. Jika areal sawah hanya dapat ditanami padi satu
kali dalam setahun meskipun air yang dialirkan sangat memadai, tingkat
kecukupan airnya dapat dikategorikan kurang dan jika suatu areal sawah hanya
dapat satu kali ditanami padi dalam satu tahun serta air yang dialirkan tidak
memadai, maka tingkat kecukupan air pada suatu daerah irigasi dapat
dikategorikan sangat kurang (Sebayang, 2014).
Tingkat ketepatan pemberian air
Tingkat ketepatan pemberian air erat kaitannya terhadap tingkat
kecukupan air. Jika tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu
sumber air untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu, maka tingkat
ketepatan pemberian air dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi untuk
menyatakan kesesuaian waktu pemberian air sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati bersama.
Tingkat ketepatan pemberian air dapat dianalisis dengan cara berikut ini.
Jika pemberian air telah sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama,
maka tingkat ketepatan pemberian airnya dapat dikategorikan sangat tepat. Jika
jadwal pemberian air terlambat beberapa jam dari jadwal yang telah disepakati
bersama, maka tingkat ketepatan pemberian airnya masih dapat dikategorikan
tepat. Jika jadwal pemberian air terlambat lebih dari satu hari, maka tingkat
airnya terlambat hingga lebih dari tiga hari, maka tingkat ketepatan pemberian
dikategorikan sangat terlambat (Sebayang, 2014).
Kinerja Kelembagaan Pemerintah
Indikator kelembagaan pemerintah dapat meliputi : manajemen
kelembagaan, ketersediaan dana dan sumber daya manusia (SDM).
Manajemen kelembagaan
Untuk mewujudkan tertib pengelolaan jaringan irigasi yang dibangun
pemerintah dibentuk kelembagaan pengelolaan irigasi. Kelembagaan Pengelolaan
Irigasi (KPI), meliputi instansi Pemerintah Daerah yang membidangi irigasi,
Perkumpulan Petani Pemakai Air, dan Komisi Irigasi, dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi sesuai dengan kewenangannya. Perkumpulan Petani
Pemakai Air sebagai bagian dari kelembagaan pengelolaan irigasi dibentuk dari
dan oleh masyarakat petani secara demokratis
(Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai No. 34 Tahun 2008).
Tugas pokok dan fungsi petugas dalam kegiatan operasi yang berada di
lapangan.
a. Kepala ranting/ pengamat/ Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/ cabang
dinas/ korwil
Mempersiapkan penyusunan Rencana Tata Tanam Global (RTTG)
dan Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) sesuai usulan Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai
Rapat di kantor ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil setiap
minggu untuk mengetahui permasalahan operasi, hadir para mantri/
juru pengairan, Petugas Pintu Air (PPA), Petugas Operasi Bendung
(POB) serta P3A/ GP3A/ IP3A.
Menghadiri rapat di kecamatan dan Dinas PSDA kabupaten.
Membina P3A/ GP3A/ IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
operasi.
Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan
P3A/ GP3A/ IP3A.
Membuat laporan kegiatan operasi ke dinas.
b. Petugas mantri/ juru pengairan
Membantu kepala ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil
untuk tugas- tugas yang berkaitan dengan operasi.
Melaksanakan instruksi dari ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/
korwil tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur.
Memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai debit
yang ditetapkan.
Memberi saran kepada petani tentang awal tanam dan jenis tanaman.
Pengaturan giliran.
Mengisi papan operasi/ eksploitasi.
Membuat laporan operasi.
Pengumpulan data debit.
Pengumpulan data tanaman dan kerusakan tanaman.
Menyusun data mutasi baku sawah (sesuai kebutuhan daerah).
Mengumpulkan data usulan rencana tata tanam.
Melaporkan kejadian banjir kepada ranting/ pengamat.
Melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kepada pengamat.
c. Staf ranting/ pengamat/UPTD/ cabang dinas/ korwil
Membantu kepala ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil
dalam pelaksanaan operasi jaringan irigasi.
d. Petugas Operasi Bendung (POB)
Melaksanakan pengaturan pintu penguras bendung terhadap banjir
yang datang.
Melaksanakan pengurasan kantong lumpur.
Membuka dan menutup pintu pengambilan utama, sesuai debit dan
jadwal yang direncanakan.
Mencatat besarnya debit yang mengalir atau masuk ke saluran induk
pada blangko operasi.
Mencatat elevasi muka air banjir.
e. Petugas Pintu Air (PPA)
Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir
sesuai dengan perintah juru/ mantri pengairan.
(Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007).
Manajemen kelembagaan dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila
kepala ranting, petugas mantri, staf ranting, POB dan PPA tersedia dalam suatu
sistem irigasi maka manajemen kelembagaannya dapat dikategorikan sangat baik,
kelembagaan irigasi tersebut baik. Jika dua dari lima kategori petugas di atas tidak
tersedia, maka manajemen kelembagaannya dapat dikategorikan buruk dan jika
lebih dari dua kategori petugas tidak tersedia dalam suatu sistem irigasi, maka
dapat dikategorikan manajemen kelembagaannya sangat buruk (Sebayang, 2014).
Ketersediaan dana
Tujuan penyediaan dana pengelolaan irigasi kabupaten atau kota adalah
untuk :
a. menyediakan dana bagi pengelolaan irigasi yang mencukupi dan tepat
waktu bagi pengelolaan irigasi di tingkat kabupaten atau kota;
b. meningkatkan partisipasi, kemandirian, dan tanggung jawab petani
anggota P3A/ GP3A/ IP3A dalam penyediaan dana pengelolaan irigasi;
c. meningkatkan efisiensi, akuntabilitas, dan transparansi penggunaan dana
pengelolaan irigasi;
d. meningkatkan kerjasama pembiayaan pengelolaan irigasi antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah, pihak lain, dan P3A/ GP3A/ IP3A guna
mewujudkan terselenggaranya pengelolaan jaringan irigasi secara optimal
dan berkelanjutan; serta
e. menyederhanakan tata cara pengajuan, penyaluran dan
pertanggungjawaban dana pengelolaan irigasi oleh P3A/ GP3A/ IP3A
(Keputusan Menteri Keuangan No. 298 Tahun 2003).
Ketersediaan dana dapat diketahui melalui rencana anggaran biaya yang
dihitung berdasarkan perhitungan volume dan harga satuan yang sesuai dengan
standar yang berlaku di wilayah setempat. Sumber-sumber pembiayaan
a) Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN atau APBD.
b) Kontribusi biaya pemeliharaan oleh perkumpulan petani pemakai air.
c) Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.
(Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007).
Pembiayaan pengelolaan irigasi di wilayah kerja P3A/ GP3A/ IP3A
menjadi tanggung jawab P3A/ GP3A/ IP3A bersangkutan, melalui dana iuran
pengelolaan irigasi yang dikumpulkan dari para anggotanya dan dana dari
sumber-sumber lainnya. Dalam hal P3A/ GP3A/ IP3A belum mampu membiayai
seluruh atau sebagian kegiatan pengelolaan irigasi, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah tetap bertanggung jawab dalam penyediaan dana. Pemberian bantuan dana
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah tersebut didasarkan pada permintaan
P3A/ GP3A/ IP3A yang bersangkutan dengan memperhatikan prinsip
kemandirian. Beban pembiayaan pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung
jawab masing-masing (cost sharing) diatur berdasarkan kesepakatan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah, P3A/ GP3A/ IP3A dan masyarakat petani
setempat (Keputusan Menteri Keuangan No. 298 Tahun 2003).
Sumber daya manusia
Kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
a. Kepala ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil : 1 orang + 5 staff
per 5.000-7.500 Ha.
b. Mantri/ juru pengairan : 1 orang per 750-1.500 Ha.
c. Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat ditambah
d. Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3-5 bangunan sadap dan bangunan
bagi pada saluran berjarak antara 2-3 km atau daerah layanan 150-500 Ha.
e. Pekerja/ Pekarya Saluran (PS) : 1 orang per 2-3 km panjang saluran.
(Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007).
Sumber daya manusia dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila
jumlah petugas pada masing-masing kategori telah terpenuhi, maka SDM sangat
memadai. Jika kategori petugas telah terpenuhi namun personil petugasnya belum
memenuhi hal di atas, maka SDM masih dapat dikategorikan memadai, jika satu
hingga dua kategori petugas tidak terpenuhi, maka SDM dikategorikan kurang
memadai dan jika lebih dari dua kategori petugas yang tidak terpenuhi, maka
SDM dikategorikan sangat buruk (Sebayang, 2014).
Kinerja Kelembagaan Petani
Dari segi kelembagaan, upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
air irigasi antara lain dilakukan pembentukan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A). P3A merupakan lembaga yang bersifat formal, keberadaannya tersebar di
seluruh Indonesia dan memiliki unsur-unsur manajemen modern yaitu pembagian
kerja dan tanggung jawab secara rasional dan objektif. Pembentukan P3A
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan petani dalam melaksanakan operasi
dan pemeliharaan, pada gilirannya dapat meningkatkan produksi dan
kesejahteraan petani. Dalam pengembangannya, masih banyak dijumpai kendala
baik yang menyangkut prosedur maupun kinerja dari P3A (Mustaniroh, 2001).
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan yang
pengelolaan air dan jaringan irigasi, air permukaan, embung dan air tanah untuk
mewujudkan sistem pengembangan dan pengelolaan air irigasi yang baik dan
berkelanjutan, diperlukan kelembagaan yang kuat, mandiri, dan berdaya yang
pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian dalam
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani. Kelembagaan petani
pemakai air adalah lembaga atau institusi yang dibentuk oleh petani dan atau
masyakarat dan atau pemerintah yang bertujuan untuk melaksanakan
pengembangan dan atau pengelolaan air irigasi dalam rangka pemenuhan untuk
mencukupi kebutuhan air irigasi di lahan pertanian para petani tersebut
(Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014).
Kinerja kelembagaan petani dapat dianalisis dengan cara berikut ini.
Apabila struktur kelembagaan, prasarana dan keaktifan anggota memadai,
misalnya saja AD/ ART tersedia, program kerja berjalan dengan baik, prasarana
seperti peralatan bertani, gudang dan lain sebagainya lengkap serta anggota turut
aktif dalam kegiatan yang menyangkut irigasi maka kinerja kelembagaan petani
dapat dikategorikan sangat baik. Jika salah satu elemen tidak memadai, misalnya
buruknya kondisi prasarana, maka kelembagaan petani masih dapat dikatakan
baik, jika dua diantara elemen kelembagaan petani tidak berjalan dengan baik
maka dikatakan kinerja kelembagaan petani ialah buruk dan jika ketiga elemen
tesebut tidak tersedia, maka kinerja kelembagaan petani tersebut dikatagorikankan
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem
irigasi telah dilakukan oleh Muhammad Satria Sebayang (2014) dan Ardelimas
Ars (2015) mahasiswa Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara masing-masing pada sistem irigasi Medan Krio di
Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dengan nilai kinerja
sebesar 2.22 dengan kategori baik dan pada sistem irigasi Bandar Sidoras di
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dengan nilai
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret hingga April 2015 di
Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah : deskripsi jaringan
irigasi tahun 2014 yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
(PSDA) dan peta jaringan irigasi tahun 2014 yang juga diperoleh dari Dinas
PSDA.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan dengan
mengamati parameter yang diteliti. Pengumpulan data primer dan sekunder pada
sistem irigasi yang ditinjau, selanjutnya data dianalisis dan dievaluasi untuk
menilai kinerja sistemirigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
Serdang Bedagai. Data primer diperoleh melalui wawancara sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi terkait.
Prosedur Penelitian
1. Pendeskripsian daerah irigasi yang meliputi :
a. Letak dan luas daerah irigasi.
b. Kondisi bangunan irigasi.
2. Pengumpulan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan
2.1. Penyuluh pertanian, yang meliputi :
a. Tingkat kecukupan air dan tingkat ketepatan pemberian air.
b. Kinerja kelembagaan petani yang meliputi : struktur kelembagaan,
prasarana dan keaktifan anggota.
2.2. Petugas Operasi Bendung yang meliputi : jadwal inspeksi jaringan
irigasi.
3. Dikumpulkan data sekunder dari dinas atau pemerintah setempat dalam hal
ini ialah Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), yang meliputi :
a. Kondisi fisik infrastruktur dan kondisi fungsional infrastruktur.
b. Tingkat kecukupan dan tingkat ketepatan pemberian air.
c. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi : manajemen
kelembagaan dan SDM.
4. Dilakukan analisa data dengan menggunakan Persamaan (1).
5. Ditentukan kriteria kegiatan O & P sistem irigasi berdasarkan Tabel 2.
Parameter Penelitian
1. Kinerja fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang meliputi :
a. Kondisi fisik infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan Tabel
5.
b. Kondisi fungsional infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan
Tabel 7.
2. Kinerja pelayanan air yang meliputi : tingkat kecukupan air dan tingkat
ketepatan pemberian air
a. Manajemen kelembagaan yang dianalisis berdasarkan data dengan
pemberian nilai dengan kriteria tertentu dalam Tabel 1.
b. SDM yang dianalisis berdasarkan data dengan pemberian nilai dengan
kriteria tertentu dalam Tabel 1.
4. Kinerja kelembagaan petani yang meliputi : struktur kelembagaan (AD/
ART, anggota dan program kerja), prasarana dan keaktifan anggota yang
dianalisis berdasarkan data dengan pemberian nilai dengan kriteria tertentu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daerah Irigasi Suka Damai merupakan salah satu daerah irigasi yang
terletak di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara. Daerah irigasi ini termasuk daerah irigasi setengah teknis karena
Daerah Irigasi Suka Damai tidak memiliki bangunan sadap permanen pada
jaringan irigasinya. Dimana fungsi bangunan sadap pada jaringan irigasi ini
digantikan oleh bangunan bagi yang pada dasarnya memiliki fungsi yang sama
yaitu membagi dan mengalirkan air dari saluran primer menuju saluran sekunder.
Daerah Irigasi Suka Damai memiliki luas baku 300 ha dan menjadikan daerah
irigasi ini merupakan daerah irigasi kewenangan pemerintah Kabupaten Serdang
Bedagai.
Sumber pengairan daerah irigasi ini memanfaatkan aliran air Sungai
Martebing untuk satu desa, yaitu : Desa Suka Damai. Dimana pada desa tersebut
terdapat dua P3A, yaitu : P3A Karya Sama dan P3A Karya Maju. Aliran air yang
digunakan tidak mencukupi bila air dialirkan menuju petak-petak sawah dalam
waktu yang sama. Sehingga pemberian air pada masing-masing areal sawah
dilakukan secara bergiliran atau yang biasa disebut sistem rotasi.
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Suka Damai
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan dalam Tabel 8 bahwa
jumlah skor untuk kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Suka Damai
ialah 2.96 dan dapat dikategorikan baik. Nilai tersebut sesuai dengan kriteria
Operasi dan Pemeliharaan yang disajikan pada Tabel 2. Dimana berdasarkan
jumlah skor untuk kinerja Operasi dan Pemeliharaan beberapa komponen ya ng
dinilai berada pada kisaran 2 – 2.9 dikategorikan baik. Namun apabila dilihat
untuk setiap komponen yang dinilai, ada beberapa komponen dengan kategori
buruk, cukup, sangat tepat, sangat baik, sangat buruk dan sangat memadai.
Tabel 8. Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Suka Damai Komponen
Ketersediaan Dana 11 Sangat Buruk
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Ardelimas Ars
(2015) di Daerah Irigasi Bandar Sidoras, bahwa jumlah skor kinerja Operasi dan
PemeliharaanJaringan Irigasi Bandar Sidoras ialah 3.36 dan dapat dikategorikan
sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 7, sehingga dapat diketahui
bahwa hasil kinerja Operasi dan Pemeliharaan pada Daerah Irigasi Suka Damai
Bandar Sidoras. Namun ada juga komponen penilaian yang hasilnya berbeda
seperti : Kondisi fisik infrastruktur dan fungsional infrastruktur yang bernilai 2
(buruk) serta Ketersediaan dana yang bernilai 1 (sangat buruk). Nilai tersebut
lebih rendah dibandingkan dengan nilai yang diperoleh di Daerah Irigasi Bandar
Sidoras. Sementara pada parameter Kinerja Kelembagaan Pemerintah yaitu sub
parameter Sumber daya manusia didapat nilai 4 dengan kategori sangat memadai.
Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diperoleh di Daerah
Irigasi Bandar Sidoras. Berikut ini dapat dijelaskan penilaian untuk setiap
komponen kinerja Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Suka Damai.
Kinerja Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi Suka Damai
Indikator kinerja fungsional infrastruktur jaringan irigasi dapat meliputi :
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dan kondisi fungsional infrastruktur
jaringan irigasi.
Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
Tabel 8 memperlihatkan bahwa kondisi fisik infrastruktur Jaringan Irigasi
Suka Damai ialah buruk sehingga nilai komponennya ialah 2. Dari analisis data
yang dilakukan untuk penilaian kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi maka
diperoleh kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Suka Damai dalam keadaan
baik 76.64 % yang berarti bahwa 23.36 % kondisi infrastruktur jaringan irigasi
Suka Damai dalam keadaan rusak dan perhitungannya dapat dilihat pada
Lampiran 3, sehingga dapat diklasifikasikan kondisi fisik infrastruktur jaringan
irigasi Suka Damai rusak sedang dan butuh pemeliharaan berat. Hal ini sesuai
menyatakan bahwa jika tingkat kerusakan fisik jaringan irigasi 21 – 40 % maka
dapat diklasifikasikan rusak sedang dan perlu pemeliharaan berat.
Rusak sedang yang dialami jaringan irigasi Suka Damai disebabkan oleh
kurangnya perhatian dan tindakan dari pihak-pihak terkait kegiatan pemeliharaan
jaringan irigasi, terkhusus pada saluran dan bangunan pada saluran. Sehingga
terjadi kerusakan pada beberapa komponen jaringan irigasi dan menyebabkan
menurunnya nilai kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Suka Damai. Sistem
rotasi yang diterapkan para petani pemakai air setempat dalam pembagian air ke
petak-petak sawah juga mempengaruhi menurunnya nilai dari kondisi fisik saluran
dan bangunan bagi pada jaringan irigasi Suka Damai.
Maka dari itu untuk meningkatkan nilai kondisi fisik jaringan irigasi Suka
Damai yang perlu dilakukan adalah kegiatan pemeliharaan berat, seperti :
pelaksanaan perbaikan jaringan irigasi yang rusak, penggantian komponen
jaringan irigasi yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipergunakan serta
pemeliharaan dan pengawasan berkala terhadap penyelenggaraan penggunaan
komponen irigasi yang sesuai dengan fungsionalnya. Hal ini sesuai dengan
literatur Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa tingkat
kerusakan fisik jaringan 21 % – 40 % perlu mendapatkan perhatian berupa
pemeliharaan berat.
Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi
Kondisi fungsional infrastruktur berkaitan dengan kondisi fisik
infrastruktur jaringan irigasi, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 8 yang
dikategorikan buruk dengan nilai komponen 2. Dari analisis data yang dilakukan
untuk penilaian kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi maka diperoleh
kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Suka Damai 62.50 % dalam
keadaan baik yang berarti 37.50 % kondisi fungsional infrastruktur jaringan
irigasinya dalam keadaan rusak dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran
4, sehingga dapat diklasifikasikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi
Suka Damai rusak sedang.
Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi ini erat kaitannya dengan
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Kondisi fisik Jaringan Irigasi Suka
Damai yang mengalami rusak sedang mengakibatkan kondisi fungsional jaringan
irigasi Suka Damai mengalami rusak sedang. Rusak sedang yang terjadi pada
fungsional jaringan irigasi Suka Damai dapat dilihat dari menurunnya kemampuan
ataupun daya kerja saluran dan bangunan pada saluran dalam mengalirkan air ke
petak-petak sawah dibandingkan dengan kemampuan awal saluran. Hal ini dapat
terjadi karena adanya pengendapan sampah dan kotoran pada dasar saluran dan
kurangnya perawatan serta pemeliharaan terhadap fungsi saluran. Hal ini sesuai
dengan literatur Peraturan Menteri No. 13 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa
fungsi fisik jaringan irigasi dinilai berdasarkan kemampuan mengalirkan air
dibandingkan dengan kapasitas rencana.
Maka dari itu untuk meningkatkan kinerja fungsional jaringan irigasi Suka
Damai yang perlu dilakukan adalah penggalakan kepedulian para petani pemakai
air terhadap pemeliharaan jaringan irigasi yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah ataupun Ketua GP3A secara langsung serta mengadakan kegiatan
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan pengawasan dan keturutsertaan pihak
pemerintah daerah serta GP3A. Karena fungsional infrastruktur suatu jaringan
irigasi merupakan tanggung jawab bersama dari pihak-pihak yang terkait. Dengan
begitu diharapkan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Suka Damai
dapat meningkat hingga kategori sangat baik sehingga mampu menambah
produksi beras setiap tahunnya.
Kinerja Pelayanan Air Daerah Irigasi Suka Damai
Indikator kinerja pelayanan air dapat meliputi : tingkat kecukupan air dan
tingkat ketepatan pemberian air.
Tingkat kecukupan air
Tingkat kecukupan air dapat diketahui bahwa jika dalam satu tahun pada
suatu areal sawah tertentu dapat ditanami padi tiga kali dan air yang dialirkan
memadai, maka tingkat kecukupan airnya dapat dikategorikan sangat cukup, jika
areal sawah dapat ditanami dua kali, maka tingkat kecukupan airnya dapat
dikatagorikan cukup. Jika areal sawah hanya dapat ditanami padi satu kali dalam
setahun meskipun air yang dialirkan memadai, tingkat kecukupan airnya dapat
dikategorikan kurang dan jika suatu areal sawah hanya dapat satu kali ditanami
padi dalam satu tahun serta air yang dialirkan tidak memadai, maka tingkat
kecukupan air pada suatu daerah irigasi dapat dikategorikan sangat kurang.
Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa tingkat kecukupan air jaringan irigasi
Suka Damai ialah cukup, dengan nilai komponennya ialah 3. Tingkat kecukupan
air pada Daerah Irigasi Suka Damai menggunakan sistem pengairan bergilir atau
bergiliran sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan
karena debit air dari bendung Irigasi Suka Damai tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan air pada petak-petak sawah jika air dialirkan sekaligus pada
seluruh areal sawah dalam waktu yang sama. Daerah Irigasi Suka Damai ini
mengairi Desa Suka Damai secara bergiliran untuk dua P3A, yaitu : P3A Karya
Sama dan P3A Karya Maju dengan jadwal yang telah disepakati kedua P3A dan
telah disetujui oleh Ketua GP3A Daerah Irigasi Suka Damai.
Areal sawah untuk masing-masing P3A di Daerah Irigasi Suka Damai
dapat melakukan penanaman padi dua kali dalam setahun. Ditinjau dari segi
kecukupan air, penanaman padi dua kali dalam setahun merupakan kemampuan
optimal dari bendung Irigasi Suka Damai dan untuk ditingkatkan lagi
membutuhkan perencanaan lebih lanjut. Para petani setempat juga melakukan
pergiliran tanam dengan menanam palawija, seperti : ubi dan jagung pada areal
sawah. Hal ini sesuai dengan literatur Prihatman (2000) yang menyatakan
bahwapada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi tiga kali dalam setahun,
tetapi ada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija.
Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi.
Dari keterangan di atas maka dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan air
untuk Daerah Irigasi Suka Damai memiliki kriteria cukup yaitu penanaman dapat
dilakukan dua kali dalam setahun dan air yang dibutuhkan mencukupi.
Tingkat ketepatan pemberian air
Tingkat ketepatan pemberian air dapat dianalisis berdasarkan kesesuaian
ketepatan pemberian airnya dapat dikategorikan sangat tepat. Jika jadwal
pemberian air terlambat beberapa jam dari jadwal yang telah disepakati bersama,
maka tingkat ketepatan pemberian airnya masih dapat dikategorikan tepat. Jika
jadwal pemberian air terlambat lebih dari satu hari, maka tingkat ketepatan
pemberian airnya dikategorikan terlambat dan jika jadwal pemberian airnya
terlambat hingga lebih dari tiga hari, maka tingkat ketepatan pemberian
dikategorikan sangat terlambat.
Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa tingkat ketepatan pemberian air
jaringan irigasi Suka Damai ialah sangat tepat, dengan nilai komponennya ialah 4.
Seperti halnya tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air juga
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dari masing-masing areal sawah. Tingkat
ketepatan pemberian air Daerah Irigasi Suka Damai sesuai dengan jadwal yang
telah disepakati bersama oleh para P3A dan telah disetujui oleh Ketua GP3A.
Untuk pemberian air irigasi ke petak-petak sawah dengan sistem bergilir atau
rotasi. Apabila air dirasa kurang, maka pintu air dapat dibuka dan begitu pula
apabila air dirasa berlebih maka pintu air dapat ditutup.
Adapun jadwal pemberian air pada masing-masing P3A Daerah Irigasi
Suka Damai dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jadwal pemberian air irigasi pada Daerah Irigasi Suka Damai
No. Nama Desa Nama P3A Jadwal Pemberian Air
Kinerja Kelembagaan Pemerintah Daerah Irigasi Suka Damai
Indikator kelembagaan pemerintah dapat meliputi : manajemen
kelembagaan, ketersediaan dana dan sumber daya manusia (SDM).
Manajemen kelembagaan
Manajemen kelembagaan dianalisis berdasarkan ketersediaan kepala
ranting, petugas mantri, staf ranting, POB dan PPA. Apabila semua petugas
tersedia dalam suatu sistem irigasi maka manajemen kelembagaannya dapat
dikategorikan sangat baik. Jika salah satu petugas tidak tersedia, maka masih
dapat dikategorikan manajemen kelembagaan irigasi tersebut baik. Jika dua dari
lima kategori petugas di atas tidak tersedia, maka manajemen kelembagaannya
dapat dikategorikan buruk dan jika lebih dari dua petugas tidak tersedia dalam
suatu sistem irigasi, maka dapat dikategorikan manajemen kelembagaannya
sangat buruk.
Tabel 8 memperlihatkan bahwa manajemen kelembagaan jaringan irigasi
Suka Damai ialah sangat baik dengan nilai komponen 4. Setiap elemen yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Suka
Damai telah tersedia. Dari penelitian dan observasi lapangan, dapat
diketahuimanajemen kelembagaan yang meliputi elemen-elemen yang terkait
operasi dan pemeliharaan sistem irigasi pada Daerah Irigasi Suka Damai adalah
sebagai berikut :
a. Kepala Ranting/ Pengamat/ Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/ cabang
dinas/ korwil
Pada Daerah Irigasi Suka Damai ini, terdapat Kepala Ranting. Adapun