PENGGUNAAN ASAM LAKTAT SEBAGAI
HUMEKTAN DALAM SEDIAAN
HAND CREAM
TIPE M/A
SKRIPSI
OLEH:
ORIKA SORTA MELIYANTI MARPAUNG
NIM 091524077
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGGUNAAN ASAM LAKTAT SEBAGAI
HUMEKTAN DALAM SEDIAAN
HAND CREAM
TIPE M/A
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ORIKA SORTA MELIYANTI MARPAUNG
NIM 091524077
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN ASAM LAKTAT SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN HAND CREAM TIPE M/A
OLEH
ORIKA SORTA MELIYANTI MARPAUNG NIM 091524077
Dipertahankan di hadapan panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Dra. Djendakita, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat
kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “ Penggunaan Asam Laktat Sebagai Humektan Dalam Sediaan Hand Cream Tipe Emulsi M/A”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., Bapak
Drs. Suryanto, M.Si., Apt., yang membimbing penulis dengan penuh kesabaran
dan tanggung jawab selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah
memberikan nasehat dan arahan kepada penulis serta seluruh Bapak dan Ibu staf
pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara atas ilmu yang telah
diberikan selama perkuliahan dan juga staf tata usaha yang telah memberikan
bantuan administrasinya. Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., ibu Dra. Anayanti
Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen
penguji yang memberikan masukan, kritik, arahan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga
serta kakak, abang dan adik-adik atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril
maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.
Medan, Februari 2012
Penulis
ABSTRAK
PENGGUNAAN ASAM LAKTAT SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN HAND CREAM TIPE M/A
Asam laktat adalah asam buah yang merupakan salah satu dari Alpha-Hidroxy Acid (AHA). Asam laktat sangat direkomendasikan untuk kulit kering dengan tanda-tanda penuaan (salah satunya penurunan produksi kolagen). Asam laktat akan meregenerasi dan melembabkan kulit. Asam ini sangat mudah diserap dan tidak berbahaya bagi kulit. Berdasarkan fungsi dari asam laktat yang dapat melembabkan, dicoba untuk melakukan penelitian membuat sediaan hand cream
tipe m/a.
Dilakukan penelitian terhadap asam laktat dalam dasar krim m/a sebagai pelembab dengan konsentrasi asam laktat yang digunakan adalah 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5% dan 3% kemudian sediaan yang mengandung gliserin 20% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen dan stabil pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sediaan krim merupakan tipe m/a mempunyai pH 3,8-5,7, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
ABSTRACT
THE USING OF LACTIC ACID AS HUMECTAN IN PREPARATION HAND CREAM TYPE O/W
Lactic acid is a fruit acid that is one of the Alpha Hidroxy Acid (AHA). Lactic acid is recommended for dry skin with the signs of aging (one of which decrease the production of collagen). Lactic acid will regenerate and moisturize the skin. This acid is very easily absorbed and not harmful to the skin. Based on the function of the lactic acid that can moisturize, try to do some research to make preparations hand cream type o/w.
A research has been of lactc acid in o/w cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of lactic acid used were 0.5%; 1%; 1.5%; 2%; 2.5%; and 3%, and then preparation containing 20% glycerine and blank preparation.
Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to inhibit water vaporization from skin using 12 volunteers.
The result of the homogeneity test shows that the moisturizing cream preparation was homogenous and stable on storage 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature. Preparations cream is a type o/w has a pH of 3.8 to 5.7, does not irritate and does not cause itchy skin and does not cause rough skin. The result of the water vaporization inhibition ability shows that the higher the concentration of lactic acid added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Asam Laktat ... 5
2.2 Alpha Hidroxy Acid (AHA) ... 6
2.3 Kulit ... 7
2.3.2 Struktur kulit ... 9
2.3.3 Jenis kulit ... 11
2.3.4 Alasan kulit di lembabkan ... 11
2.4 Emulsi ... 13
2.4.1 Stabilitas emulsi ... 14
2.5 Krim ... 14
2.6 Kosmetik Untuk Kulit ... 16
2.6.1 Kosmetik pelembab ... 16
2.6.2 Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit ... 18
2.6.3 Macam-macam kosmetik pelembab ... 18
2.7 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab ... 19
2.8 Silika Gel ... 20
2.9 Butylated Hydroxy Toluene (BHT) ... 22
2.10 Uji Tempel ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Alat-alat yang Digunakan ... 25
3.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 25
3.3 Sukarelawan ... 25
3.4 Prosedur Kerja ... 26
3.4.1 Pengambilan asam laktat ... 26
3.4.2 Formula dasar krim ... 26
3.4.3 Cara pembuatan krim ... 27
3.5 Pemeriksaan Terhadap Sediaan yang Dibuat ... 29
3.5.2 Penentuan stabilitas sediaan setelah selesai dibuat,
penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 29
3.5.3 Penentuan pH sediaan ... 29
3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 30
3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 30
3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 32
4.1.1 Homogenitas sediaan ... 32
4.1.2 Pengamatan stabilitas sediaan setelah selesai dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 32
4.1.3 pH sediaan ... 33
4.1.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 36
4.1.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 37
4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air Dari kulit ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Formula Sediaan Krim ... 28
2. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai Dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 32
3. Data Pengukuran pH Sediaan Pada Saat Selesai Dibuat ... 34
4. Data Pengukuran pH Sediaan Setelah Penyimpanan 12 Minggu ... 35
5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 36
6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Formula Sediaan Krim ... 45
2. Rangkaian Alat Pada Saat Pengujian ... 46
3. Rangkaian Alat yang Digunakan Untuk Pengujian ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Gambar Sediaan Formula Krim Dari Asam Laktat ... 45
2. Gambar Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian Penguapan Air Dari Kulit ... 46
3. Gambar Rangkaian Tutup Pot Plastik ... 47
4. Gambar Alat pH Meter ... 48
5. Perhitungan ... 49
6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan I ... 50
7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan II... 50
8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan III ... 50
9. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan IV ... 51
10. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan V ... 51
11. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VI ... 51
12. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VII ... 52
13. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VIII... 52
14. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan IX ... 52
16. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
Air Pada Sukarelawan XI ... 53
17. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
ABSTRAK
PENGGUNAAN ASAM LAKTAT SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN HAND CREAM TIPE M/A
Asam laktat adalah asam buah yang merupakan salah satu dari Alpha-Hidroxy Acid (AHA). Asam laktat sangat direkomendasikan untuk kulit kering dengan tanda-tanda penuaan (salah satunya penurunan produksi kolagen). Asam laktat akan meregenerasi dan melembabkan kulit. Asam ini sangat mudah diserap dan tidak berbahaya bagi kulit. Berdasarkan fungsi dari asam laktat yang dapat melembabkan, dicoba untuk melakukan penelitian membuat sediaan hand cream
tipe m/a.
Dilakukan penelitian terhadap asam laktat dalam dasar krim m/a sebagai pelembab dengan konsentrasi asam laktat yang digunakan adalah 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5% dan 3% kemudian sediaan yang mengandung gliserin 20% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen dan stabil pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sediaan krim merupakan tipe m/a mempunyai pH 3,8-5,7, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
ABSTRACT
THE USING OF LACTIC ACID AS HUMECTAN IN PREPARATION HAND CREAM TYPE O/W
Lactic acid is a fruit acid that is one of the Alpha Hidroxy Acid (AHA). Lactic acid is recommended for dry skin with the signs of aging (one of which decrease the production of collagen). Lactic acid will regenerate and moisturize the skin. This acid is very easily absorbed and not harmful to the skin. Based on the function of the lactic acid that can moisturize, try to do some research to make preparations hand cream type o/w.
A research has been of lactc acid in o/w cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of lactic acid used were 0.5%; 1%; 1.5%; 2%; 2.5%; and 3%, and then preparation containing 20% glycerine and blank preparation.
Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to inhibit water vaporization from skin using 12 volunteers.
The result of the homogeneity test shows that the moisturizing cream preparation was homogenous and stable on storage 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature. Preparations cream is a type o/w has a pH of 3.8 to 5.7, does not irritate and does not cause itchy skin and does not cause rough skin. The result of the water vaporization inhibition ability shows that the higher the concentration of lactic acid added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta indrustrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan
antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik
(cosmeceuticals) (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik pelembab yang mengandung gliserol akan mengering di
permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap
uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini
membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum
corneum kulit. Tetapi konsentrasi gliserol yang tinggi sedikit banyak dapat
mengiritasi kulit. Sekarang konsentrasi gliserol yang lazim digunakan adalah
10-20 %. Sedangkan kosmetik yang ditambahkan campuran minyak seperti minyak
sel-sel stratum corneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Kulit merupakan organ pertama yang terkena pengaruh tidak
menguntungkan dari lingkungan. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun
dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara
kering, kelembaban udara yang rendah, sinar matahari, usia, berbagai penyakit
kulit maupun penyakit dalam tubuh. Karena faktor-faktor tersebut dapat terjadi
penguapan yang berlebihan pada epidermis kulit sehingga kadar air dalam stratum
korneum < 10% dan menyebabkan kulit kering. Secara alamiah kulit berusaha
untuk melindungi diri dari kemungkinan tersebut, yaitu dengan adanya tabir
lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar
keringat serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit.
Namun, dalam kondisi tertentu faktor perlindungan kulit alamiah (natural moisturizing factor) tidak mencukupi sehingga diperlukan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan pemberian kosmetika pelembab (Wasitaatmadja, 1997).
Humektan atau pelembab adalah bahan-bahan yang digunakan untuk
mencegah atau mengurangi kekeringan kulit disamping bersifat protektif terhadap
kulit. Kekeringan kulit ditinjau dari sudut biokimia tidak lain merupakan
kandungan air dalam kulit dan efek melembabkan merupakan fenomena yang
berhubungan dengan konsentrasi air tersebut. Bahan pelembab yang biasa
digunakan adalah gliserin, sorbitol, propilenglikol atau polietilenglikol (PEG).
Bahan-bahan ini termasuk dalam golongan pelembab yang bersifat larut dalam
air, menjaga kulit tetap halus dan lembut dan akan memperlambat proses
Untuk melindungi kulit dari hal tersebut di atas maka dibuatlah krim
pelembab. Krim pelembab adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, bersisik, dan mudah
pecah. Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat
penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zat pengental
dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna
(Ditjen POM, 1985)
Asam laktat adalah asam buah yang merupakan salah satu dari
Alpha-Hidroxy Acid (AHA). Asam laktat sangat direkomendasikan untuk kulit kering
dengan tanda – tanda penuaan (salah satunya penurunan produksi kolagen). Asam
laktat akan meregenerasi dan melembabkan kulit. Asam ini sangat mudah diserap
dan tidak berbahaya bagi kulit (Anonim b, 2006).
Dalam penelitian ini peneliti ingin membuat sediaan krim pelembab dari
asam laktat (lactic acid) dengan dasar krim tipe emulsi m/a, dimana dasar krim ini diambil berdasarkan sifat dari zat aktifnya. Zat aktif yang bersifat asam sesuai
dengan dasar krim yang mempunyai komposisi dengan kandungan basa kuat
sehingga pH sediaan sesuai dengan pH kulit.
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah asam laktat dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan
tipe emulsi m/a.
2. Apakah asam laktat mampu mengurangi penguapan air dari kulit tangan
atau melembabkan kulit tangan dalam bentuk sediaan krim.
1.3. Hipotesa
1. Asam laktat dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim dengan
tipe emulsi m/a.
2. Asam laktat mampu mengurangi penguapan air dari kulit tangan atau
melembabkan kulit tangan dalam bentuk sediaan krim.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuat sediaan hand cream tipe m/a dengan asam laktat sebagai
humektan.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan asam laktat mengurangi
penguapan air dari kulit tangan atau melembabkan kulit tangan dalam
bentuk sediaan krim
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan asam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Asam Laktat
Rumus Bangun Asam Laktat
Rumus Kimia C3H6O3
BM 90,08
Asam laktat terdiri dari campuran asam laktat dan hasil kondensasinya
seperti laktoil asam laktat, yang jika diencerkan dengan air, perlahan – lahan
menjadi asam laktat. Mengandung tidak kurang dari 87,5% C3H6O3 (Ditjen POM,
1979).
Asam laktat (lactic acid) adalah salah satu asam organik yang penting di industri, terutama di industri makanan, mempunyai nama
hidroksipropanoat (CH3-CHOH-COOH), dikenal juga sebagai asam susu
adalah
adalah asam buah yang merupakan salah satu dari Alpha-hdroxy Acid (AHA)
yaitu komponen yang mengandung rantai hidroksi di posisi alfa. Asam laktat
sangat direkomendasikan untuk kulit kering dengan tanda-tanda penuaan (salah
satunya penurunan produksi kolagen). Asam laktat akan meregenerasi dan
melembabkan kulit. Asam ini sangat mudah diserap dan tidak berbahaya bagi
Asam laktat merupakan kelompok AHA yang sering terkandung pada
produk pelembab. Asam laktat dihipotesa menjadi bagian dari pelembab natural
kulit yang berperan pada hidrasi kulit. Pada suatu penelitian didapat juga dapat
meningkatkan ketebalan dan kelembutan kulit, tekstur dan kelembaban. Efeknya
hanya terbatas pada epidermis tidak sampai dermis (Anonim b, 2006).
2.2 Alpha Hidroxy Acid (AHA)
AHA umumnya terdapat pada bahan alami seperti buah-buahan, sari tebu,
susu dan sebagainya yang mengandung asam. Sejauh ini dikenal lima jenis AHA,
yaitu glycolic (asam glikolat), lactic (asam laktat), citric (asam sitrat), serta malic
dan tartaric. AHA sering disebut sebagai zat anti penuaan dan mampu mengelupas
kulit mati tanpa digosok, mengurangi keriput dan membuat kulit lebih segar. Zat
ini juga melembabkan kulit dibawahnya dan merangsang terbentuknya sel-sel
baru. AHA bekerja dengan cara meluruhkan (mengelupaskan) lapisan paling luar
pada kulit yang terdiri dari tumpukan sel-sel kulit mati. Hal ini dikenal dengan
istilah proses eksfoliasi. Efek dari proses ini adalah terlihat lebih segar dan kenyal.
Selain itu, hilangnya tumpukan sel kulit mati ini mengakibatkan berkurangnya
penyumbatan pada pori-pori kulit, sehingga memperkecil timbulnya jerawat serta
memudahkan terserapnya bahan perawatan kulit lainnya. Manfaat lain adalah
meningkatkan tampilan tekstur kulit sehingga kulit tampak lebih halus (yang
disebabkan karena bahan AHA ini mempercepat terjadinya peluruhan sel kulit
mati yang terjadi secara alami). Juga penggunaan produk AHA membuat kulit
wajah tampak lebih cerah. (Anonim a, 2001).
2.3 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3.1 Fungsi kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan
sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar.
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
yang menyerap sebagian sinar tersebut. Dengan adanya lemak pada kulit dapat
melindungi kulit dari bahan – bahan kimia.
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut
(Wirakusumah, 1994):
− Kulit sebagai pelindung.
Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting
bagi tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk ke
dalam tubuh. Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan
fisik, sinar matahari, panas dan dingin.
− Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan
tubuh. Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh.
− Kulit mengatur suhu tubuh.
Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap
sehingga tubuh terasa dingin. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang
merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga
tubuh akan tertahan.
− Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif
Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar,
seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut.
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.
Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan
hipodermis (subkutan).
a. Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri
dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:
− Lapisan tanduk (stratum korneum)
Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
− Lapisan rintangan (stratum lusidum)
Terdapat di bawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng
tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
− Lapisan butir (stratum granulosum)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti diantaranya.
− Lapisan tajuk (stratum spinosum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
− Lapisan tunas (stratum basale)
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada
pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan
tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang memproduksi pigmen melanin.
b. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian:
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut
kolagen elastis dan retikulin.
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas
tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan
berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan
memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya
(Wirakusumah, 1994).
2.3.3 Jenis kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:
1. Kulit Normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun
sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3.4 Alasan kulit di lembabkan
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang
antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak
tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan
Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%),
sangat penting. Kelembutan dan elastisitas stratum korneum sepenuhnya
tergantung pada air yang di kandungnya, dan bukan pada kandungan lemaknya.
Stratum korneum terbuat dari sisik-sisik keratin dan semen yang mirip
lilin, yang mengisi celah-celah piringan-piringan keratin tersebut. Keratin terdiri
dari molekul-molekul rantai panjang yang di hubungkan satu sama lain dengan
jembatan garam atau hidrogen. Semakin sedikit jumlah air di antara rantai-rantai,
semakin kuat ikatan itu dan semakin rendah elastisitas jaringan keratin stratum
korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam
mirip huruf V. Mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk
dan menumpuk dalam celah-celah itu, sehingga menimbulkan berbagai gangguan
kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi.
Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum di bawah kondisi
yang kurang baik akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika
celah-celah berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun,
kotoran dan mikroorganisme masuk, maka kulit yang menjadi kering dan
retak-retak itu akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan
kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi
kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat
buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini
bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi
dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan
film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan
dispersi sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe
M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.
2.4.1 Stabilitas emulsi
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika:
a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan.
b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke
dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar
emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi
dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya. Untuk
kebanyakan emulsi stabilitas baik pada 5°C dan 40°C selama 3 bulan dianggap
sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi (Ansel, 1989).
2.5 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi
relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang
ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam
yang dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O
b. Emulsi minyak dalam air atau emulsi O/W
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, dkk., 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak
serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,
propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).
Krim pelembut adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud
memperbaiki kulit rusak misalnya karena deterjen. Bahan yang biasa digunakan
mencakup emolien, pengawet dan parfum (Ditjen POM, 1985).
Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan
rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Dalam definisi kosmetik di atas, yang dimaksudkan dengan “tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit” adalah sediaan tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila
bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia meskipun berasal dari alam dan
organ tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka dalam hal tertentu
kosmetik itu akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut.
Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan
pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi
dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu
seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
2.6.1 Kosmetika pelembab
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan
dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan
non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
Umumnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air seperti asam amino, purin, pentosa, dan derivat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum corneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian.
Jika bahan-bahan itu tidak dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air
maka dapat menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetika pelembab bekerja dengan cara mempertahankan ikatan air di
dalam kulit dan melindungi lipid atau lipoprotein yang terdapat dalam membran
sel. Kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan maupun
sintesis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan
lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan kulit dari sel kulit
namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula.
Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan
Dasar pelembaban kulit yang didapat adalah efek emolien, yaitu mencegah
kekeringan dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua, sekaligus
membuat kulit terlihat bersinar. Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih
dari 10%, bila terjadi penguapan air yang berlebihan maka nilai kandungan air
tersebut akan berkurang. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:
1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif).
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik
yang menyerap air.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh yang mengeringkan kulit.
2.6.2 Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit
Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian
jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika
lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu
terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit
yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya,
demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.
2.6.3 Macam-macam kosmetik pelembab
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak
mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan
lembut.
Kosmetik pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam berbagai bentuk,
dari krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim O/W yang kaya
lemak, sampai emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari 80%.
2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang
bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di
permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah
dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.7 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat
humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM,
1985).
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit.Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara
dan menahan air agar tidak menguap (Balsam, 1972).
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin.
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat
bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas
mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat
antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi.
f. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan
atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari
parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang
ditawarkan produsen (Lachman, dkk., 1994).
2.8 Silika Gel
Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk granul
seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering kali
Bahan berwarna tersebut dapat dikembalikan (dapat menyerap air kembali) dengan
memanaskannya pada suhu 110oChingga gel berubah warna semula (Ditjen POM, 1995).
Silika gel adalah butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori,
silika dibuat secara sintetis dari
yang dimurnikan dan diolah menjadi salah satu bentuk butiran atau manik-manik.
Sebagai pengering, ia memiliki ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer dan memiliki
afinitas yang kuat untuk molekul air. Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika
yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip
agar – agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran
mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan
sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis.
Silika gel mencegah terbentuknya kelembapan yang berlebihan sebelum terjadi.
Para pabrikan mengetahui hal ini, karena itu mereka selalu memakai silika gel
dalam setiap pengiriman barang-barang mereka yang disimpan dalam kotak.
Silika gel merupakan produk yang aman digunakan untuk menjaga kelembaban
makanan, obat-obatan, bahan sensitif, elektronik dan film sekalipun.
Produk anti lembab ini menyerap lembab tanpa merubah kondisi zatnya.
Walaupun dipegang, butiran-butiran silika gel ini tetap kering. Silika gel penyerap
kandungan air bisa diaktifkan sesuai kebutuhan. Unit ini mempunyai indikator
khusus yang akan berubah dari warna biru ke merah muda kalau produk mulai
mengalami kejenuhan kelembaban. Setelah udara mengalami kejenuhan, dia dapat
diaktifkan kembali lewat oven. Sejak Perang Dunia II, silika gel sudah menjadi
pilihan yang terpercaya oleh pemerintah dan pelaku industri. Silika gel sering
kamera, teropong, alat-alat komputer, sepatu kulit, pakaian, makanan,
obat-obatan, dan peralatan peralatan lainnya. Silika gel adalah substansi-substansi yang
digunakan untuk menyerap kelembaban dan cairan partikel dari ruang yang
berudara (Anonim c, 2012).
2.9 Butylated Hydroxy Toluene (BHT)
Butylated hydroxy Toluene digunakan sebagai antioksidan dalam
kosmetik, makanan, dan farmasi. Hal ini terutama digunakan untuk menunda atau
mencegah ketengikan oksidatif lemak dan minyak dan mencegah hilangnya
aktivitas vitamin larut minyak.
Butylated hydroxytoluene juga digunakan pada 0,5-1,0% w/w konsentrasi
di karet alam atau sintetis untuk meningkatkan warna stabilitas.
Titik didih 265oC, Kepadatan (massal) 0,48-0,60 g/cm3, kepadatan (benar) 1,031 g/cm3, titik nyala 127oC (terbuka cangkir), titik lebur 70oC, kadar air
40,05%, NIR spektrum. Koefisien partisi oktanol: air= 4,17-5,80, indeks bias n D75= 1.4859. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, soluble hidroksida alkali, asam mineral encer. Larut dalam aseton, etanol (95%),
benzena, eter, metanol, toluen, minyak mineral. Lebih larut dari
hydroxyanisole butylated dalam minyak makanan dan lemak (Rowe, dkk., 1983).
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan uji itu dapat menimbulkan iritasi atau kepekaan
kulit atau tidak.
Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan kulit. Jika
toksikan diletakkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit
adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan,
sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan
toksikan golongan allergen (Ditjen POM, 1985).
Umumnya, iritasi akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan atau penyentuhannya pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer.
Tetapi jika reaksi itu timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan
pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Alergen biasanya adalah zat yang
dapat menyebabkan kerusakan kulit setelah pelekatan kedua atau seterusnya pada
kulit yang mengikuti pelekatan pertama pada kulit yang sama (Ditjen POM,
1985).
Tanda – tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang
sama, yakni dalam keadaan tidak parah umumnya akan nampak sebagai
hyperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian
biasanya bersifat lokal pada daerah kulit rusak saja. Tetapi jika keadaannya lebih
parah, kemungkinan besar dapat menyebabkan efek toksik yang dapat
membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa penderitanya (Ditjen POM,
Pada dasarnya uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua
aspek, yakni, uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca analitis (Boeco), pH meter (Hanna Instrumen), mikroskop listrik
(Olympia), lumpang porselen, cawan penguap, gelas ukur, beaker gelas, stamfer,
objek/dek gelas, kain kasa, tutup pot plastik, penangas air, batang pengaduk,
spatel, sudip, pot plastik, selotip transparan, plester tensoplast, oven.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil akohol, asam laktat, gliserin, kalium hidroksida, air
suling, nipagin, nipasol, BHT, silika gel, parfum minyak rosa, biru metil, larutan
dapar pH asam (4,1), larutan dapar pH netral (7).
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12
orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian
sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit
yang sedang diuji.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pengambilan asam laktat
Asam laktat yang digunakan adalah asam laktat yang teknis.
3.4.2 Formula dasar krim
Master Formula Sediaan:
A. Formula dasar krim (Purushotham, dkk., 2010)
R/ Salicylic acid 6 g
Stearic acid 15 g
Pottasium hydroxide 0,50 g
Sodium hydroxide 0,18 g
Cetyl alcohol 0,50 g
Propylene glycol 3 g
Glycerin 5 g
Propyl paraben 0,05 g
Metyl paraben 0,10 g
Purified water ad 100 ml
Pengambilan formula dasar krim ini didasarkan karena dasar krim tersebut
dasar krim formula tersebut untuk pengobatan psoriasis (kulit kering) sehingga
cocok digunakan sebagi dasar krim yang digunakan untuk melembabkan kulit.
B. Formula dasar krim yang telah dimodifikasi
R/ Asam stearat 15 g
Kalium hidroksida 0,50 g
Setil alkohol 0,50 g
Nipagin 0,10 g
Nipasol 0,05 g
BHT 0,5 g
Aquadest ad 100 ml
3.4.3 Cara pembuatan krim
Sediaan yang dibuat terdiri dari 6 formula. Konsentrasi asam laktat
digunakan dalam penelitian ini yaitu: 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3%.
Tabel 1. Formula Sediaan Krim
Asam stearat, setil alkohol dan BHT dilebur dalam cawan penguap pada
penangas air hingga suhu 75°C, (massa I). Kalium hidroksida, nipasol dan nipagin
dilarutkan dalam air panas (massaII). Masaa I dan massa II dicampur dalam
lumpang panas, digerus dengan penggerusan yang konstan hingga suhu turun
perlahan dan terbentuk dasar krim. Kemudian ditambahkan asam laktat pada suhu
40°C gerus homogen. Pada saat suhu sediaan di bawah 40°C tambahkan parfum,
aduk perlahan hingga parfum merata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah
3.5 Pemeriksaan Terhadap Sediaan yang Dibuat
3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Penentuan stabilitas sediaan
Cara:
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml,
tutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada 1
minggu, 4 minggu, 8 minggu dan 12 minggu setelah sediaan dibuat dan dilakukan
pada temperatur kamar. Bagian yang diamati meliputi pecah atau tidaknya emulsi
dan pemisahan fase, perubahan warna dan perubahan bau dari sediaan.
3.5.3 Penentuan pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter.
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan
(Rawlins, 2003).
3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan
diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan
tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).
3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:
kosmetika dioleskan di belakang telinga seluas 3cm, kemudian dibiarkan selama
24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan
pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).
3.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan 2 buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm
(wadah plastik).
Cara:
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah (fore arm) sukarelawan yang akan dioleskan diberi tanda berupa lingkaran dengan diameter yang sama seperti diameter alat yang digunakan. Dioleskan sediaan pada
silika gel (biasa digunakan pada desikator, sebelum digunakan dipanaskan terlebih
dahulu hingga dicapai berat konstan). Selubungi wadah plastik tersebut dengan
kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah plastik dibalikkan.
Wadah plastik yang lain dilubangi kemudian kedua wadah plastik ini disatukan,
wadah plastik yang berlubang berada pada bagian bawah. Posisi kedua wadah
plastik menelungkup. Pada sambungan keduanya direkatkan dengan
menggunakan isolatip. Selanjutnya wadah plastik ini diletakkan pada bagian
lengan bawah (fore arm) sukarelawan yang telah diolesi dengan sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat menempel dengan baik dan untuk mencegah
pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan tensoplast yang ditempelkan
sedemikian rupa pada lengan bawah (fore arm) tersebut. Alat ini dbiarkan menempel selama 3 jam, kemudian segera dilepas, silika gel yang digunakan
ditimbang kembali.
Cara ini dilakukan untuk setiap formula sediaan, ditambah dengan
pembanding (gliserin 20%) dan yang tanpa bahan aktif (blanko) sebagai kontrol.
BAB IV
diperoleh butiran-butiran, pada formula blanko dan gliserin 20% juga diperoleh
hasil yang menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas, maka
sedíaan krim yang dibuat dikatakan homogen.
4.1.2. Stabilitas sediaan
Keterangan:
Formula A : Blanko (dasar krim)
Formula B : Konsentrasi asam laktat 0,5% Formula C : Konsentrasi asam laktat 1% Formula D : Konsentrasi asam laktat 1,5% Formula E : Konsentrasi asam laktat 2%
Formula F : Konsentrasi asam laktat 2,5% Formula G : Konsentrasi asam laktat 3%
Formula H : Formula krim yang mengandung gliserin 20% (sebagai pembanding)
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi
- : Tidak ada perubahan
√ : Terjadi perubahan
Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah
teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.
Dari data di atas didapat hasil pada sediaan krim blanko, gliserin 20%, dan
krim asam laktat konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3% stabil pada
penyimpanan selama 12 minggu, dimana tidak terjadi perubahan warna, bau,
maupun pecahnya emulsi.
4.1.3. pH sedíaan
pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
Tabel 3. Data Pengukuran pH Sediaan Pada Saat Selesai Dibuat
Keterangan:
Formula A : Blanko (dasar krim)
Formula B : Konsentrasi asam laktat 0,5% Formula C : Konsentrasi asam laktat 1% Formula D : Konsentrasi asam laktat 1,5% Formula E : Konsentrasi asam laktat 2%
Formula F : Konsentrasi asam laktat 2,5% Formula G : Konsentrasi asam laktat 3%
Formula H : Formula krim yang mengandung gliserin 20% (sebagai pembanding)
No Formula pH
I II III Rata-rata
1. A 5,7 5,7 5,7 5,7
2. B 5,6 5,5 5,6 5,6
3. C 5,6 5,5 5,4 5,5
4. D 5,4 5,3 5,1 5,3
5. E 5,3 5,2 5,1 5,2
6. F 4,7 4,6 4,6 4,6
7. G 3,9 3,9 3,9 3,9
Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan Setelah Penyimpanan Selama 12 Minggu
Keterangan:
Formula A : Blanko (dasar krim)
Formula B : Konsentrasi asam laktat 0,5% Formula C : Konsentrasi asam laktat 1% Formula D : Konsentrasi asam laktat 1,5% Formula E : Konsentrasi asam laktat 2%
Formula F : Konsentrasi asam laktat 2,5% Formula G : Konsentrasi asam laktat 3%
Formula H : Formula krim yang mengandung gliserin 20% (sebagai pembanding)
Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, didapatkan
bahwa pH dari formula A: 5,7; formula B: 5,6; formula C: 5,5; formula D: 5,3;
formula E: 5,2; formula F: 4,6; formula G : 3,9 dan formula H : 5,6.
Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, didapatkan
Menurut Marchionini (1992) dimana pH sediaan ini sesuai untuk pH kulit
(3,5-5) sehingga aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi (Tranggono dan
Latifah, 2007).
4.1.4. Tipe emulsi sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan
biru metil adalah:
Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
Formula B : Konsentrasi asam laktat 0,5% Formula C : Konsentrasi asam laktat 1% Formula D : Konsentrasi asam laktat 1,5% Formula E : Konsentrasi asam laktat 2%
Formula F : Konsentrasi asam laktat 2,5% Formula G : Konsentrasi asam laktat 3%
Formula H : Formula krim yang mengandung gliserin 20% (sebagai pembanding)
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk
maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 4 di atas, formula
20% dan blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan
demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan
krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.
4.1.5. Data uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan
Tabel 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di bagian bawah
lengan atau di belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel di
atas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa eritema, edema, papula
4.1.6. Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-30 tahun
yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
No Sukare
lawan
Persentase Pengurangan Penguapan Air Dari Kulit Pada Masing-masing
Formula
A B C D E F G H
1 I 8% 16% 12% 20% 24% 28% 32% 40%
2 II 4,76% 9,52% 14,28% 19,04% 28,57% 23,80% 33,33% 42,85%
3 III 4,16% 12,5% 8,33% 16,66% 25% 29,16% 33,33% 45,83%
4 IV 7,40% 14,81% 11,11% 22,22% 18,51% 25,92% 29,62% 40,74%
5 V 5% 10% 15% 25% 20% 25% 30% 40%
6 VI 3,44% 10,34% 20,68% 13,79% 10,34% 27,58% 31,03% 41,37%
7 VII 4,34% 8,69% 17,39% 13,04% 21,73% 26,08% 30,43% 43,47%
8 VIII 3,57% 7,14% 14,28% 10,71% 7,14% 17,85% 28,57% 42,85%
9 IX 3,84% 7,69% 15,38% 19,23% 11,53% 23,07% 30,76% 42,30%
10 X 4% 8% 16% 12% 20% 24% 32% 40%
11 XI 3,33% 6,66% 13,3% 10% 16,66% 26,66% 30% 40%
Keterangan:
Formula A : Blanko (dasar krim)
Formula B : Konsentrasi asam laktat 0,5% Formula C : Konsentrasi asam laktat 1% Formula D : Konsentrasi asam laktat 1,5% Formula E : Konsentrasi asam laktat 2%
Formula F : Konsentrasi asam laktat 2,5% Formula G : Konsentrasi asam laktat 3%
GRAFIK % PENGURANGAN PENGUAPAN AIR DARI KULIT PADA SEDIAAN KRIM
Dari data di atas dapat dilihat bahwa krim asam laktat dengan konsentrasi
0,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 6,66% sampai
14,81%, untuk konsentrasi 1% mampu mengurangi penguapan air dari kulit
sebesar 8,33% sampai 22,72%, untuk konsentrasi 1,5% mampu mengurangi
penguapan air sebesar 10% sampai 25%, untuk konsentrasi 2% mampu
mengurangi peguapan air dari kulit sebesar 7,14% sampai 28,57%, untuk
konsentrasi 2,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 17,85%
sampai 29,16% sedangkan untuk konsentrasi 3% mampu mengurangi penguapan
air dari kulit sebesar 28,57% sampai 33,33%. Sediaan dengan penambahan
gliserin konsentrasi 20% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 40%
hingga 45,83% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air
Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
laktat yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit.
Dari data dapat diketahui bahwa krim asam laktat konsentrasi 3%
mempunyai kemampuan yang besar untuk mengurangi penguapan air dari kulit,
yaitu 28,57% - 33,33%. Sedangkan gliserin pada konsentrasi 20% memiliki
kemampuan yang lebih besar lagi untuk mengurangi penguapan air dari kulit yaitu
sebanyak 40% - 45,83%. Konsentrasi gliserin yang dipakai adalah yang tertinggi
yaitu 20%. Asam laktat dengan konsentrasi 3% dalam mengurangi penguapan air
dari kulit mendekati kemampuan gliserin konsentrasi 20% dalam mengurangi
penguapan air dari kulit. Dalam hal ini gliserin dan asam laktat merupakan
humektan yang baik. Dapat dilihat bahwa asam laktat dalam konsentrasi 3%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Asam laktat dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe
emulsi m/a dari konsentrasi terendah 0,5% yaitu sebesar 6,66% - 14,81
sampai konsentrasi tertinggi 3% yaitu sebesar 28,57% - 33,33%. Sediaan
krim yang dihasilkan semuanya homogen, stabil pada penyimpanan 12
minggu, mempunyai pH 3,8-5,7, serta tidak mengiritasi kulit.
2. Penambahan asam laktat ke dalam sediaan krim dapat mengurangi
penguapan air dari kulit, dimana dari data yang diperoleh menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan pada
sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim asam
laktat tersebut mengurangi penguapan air dari kulit yaitu pada konsentrasi
3% sebesar 28,57% - 33,33%. Ternyata konsentrasi tertinggi asam laktat,
mempunyai kemampuan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
mendekati kemampuan gliserin konsentrasi 20%.
5.2. Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar membandingkan asam laktat
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 132.
Anonim a. (2001). AHA (Alpha Hidroxy Acid)
Diakses Tanggal 2 Januari 2012.
Anonim b. (2006). Asam Laktat.
Tanggal 05 September 2011.
Anonim c. (2012). Silika Gel
30 Januari 2012.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal 387-389.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New York. John Willy and Son, Inc. Hal. 179-218.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 8, 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 22, 83-99, 356.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Hal. 6, 1197.
Lachman, L., Liberman, A. H. Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1117.
Purushotham, R.K., Khaliq, K., Kharat, SS., Sagare, P., dan Patil, SK. (2010). Preparation and Evaluation O/W Cream For Skin Psoriasis.
International Journal of Pharma and Bio Sciences. 1(3): 3. Diakses Tanggal 05 September 2011.
Rawlins, E.A., (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi 18. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
Rowe, Raymond C, et al. (1983 ). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 62-63, 111.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sediaan Krim
Gambar 1. Gambar sediaan krim
Lampiran 2. Gambar Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian Penguapan Air Dari Kulit
Lampiran 3. Gambar Rangkaian Tutup Pot Plastik
Tutup pot plastik tidak berlubang Tutup pot plastik berlubang
Rangkaian kedua tutup pot plastik
Lampiran 4. Gambar Alat pH Meter
Lampiran 5. Perhitungan
Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan.
Contoh formula blanko pada sukarelawan I:
a. Pertambahan berat
Petambahan berat = berat akhir – berat awal
Berat awal = 10 g
Berat akhir = 10,23 g
Pertambahan berat = 230 mg
b. Presentase pengurangan penguapan
= pertambahan berat tanpa sediaan – pertambahan berat sediaan
Pertambahan berat tanpa sediaan = 250 mg
Pertambahan berat sediaan = 230 mg
Persentase pengurangan penguapan = 8%
pertambahan berat tanpa sediaan
Lampiran 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
Lampiran 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan II
Lampiran 9. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
Lampiran 10. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan V
Lampiran 12. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
Lampiran 13. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VIII
Lampiran 15. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
Lampiran 16. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan XI