• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Saus Cabai Secara Kromatogarafi Cair Kinerja Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Saus Cabai Secara Kromatogarafi Cair Kinerja Tinggi"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH:

NIKY PUJI UTAMI 082410042

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DALAM SAUS CABAI SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

NIKY PUJI UTAMI 082410042

Medan, April 2011 Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. NIP 195008281976032002

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Saus Cabai Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

4. Bapak Drs. Agus Prabowo, M.S., selaku Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang telah memberi izin pelaksanaan praktek kerja lapangan.

(4)

6. Ayahanda Puja Nurmadi, S.T., dan Ibunda Fery Darmayani tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

7. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan.

8. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

9. Teman dekat dan sahabat penulis Surya, Nanda, Dina, Maya, Juli, Andre, dan April yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, April 2011 Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ... ii

Kata Pengantar ... ... iii

Daftar Isi ... ... v

Daftar Tabel ... ... viii

Daftar Lampiran ... ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Saus Cabai ... 4

2.1.1. Bahan Saus Cabai ... 4

2.1.2. Proses Pembuatan Saus Cabai ... 4

2.2. Bahan Tambahan Makanan ... 5

2.2.1.Tujuan Bahan Tambahan Makanan... 5

2.2.2. Jenis Bahan Tambahan Makanan... 5

2.3. Bahan Pengawet... 7

(6)

2.3.2. Jenis Bahan Pengawet... 7

2.3.2.1. Pengawet Organik ... 7

2.3.2.2. Pengawet Anorganik ... 8

2.4. Asam Benzoat ... 8

2.4.1. Struktur Kimia dan Sifat-Sifat Asam Benzoat ... 9

2.4.2. Efek Asam Benzoat Terhadap Manusia ... 10

2.5. Penetapan Kadar Asam Benzoat Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)………... 10

2.5.1. Kelebihan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)………... 10

2.5.2. Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi... 11

BAB III. METODOLOGI ... 13

3.1. Tempat Pengujian ... 13

3.2. Alat ... 13

3.3. Bahan ... 13

3.4. Sampel... 14

3.5. Prosedur ... 14

3.5.1. Pembuatan Pereaksi ... 14

3.5.1.1. Dapar Fosfat pH 6,8 ... 14

3.5.1.2. Metanol 60,0 % ... 14

3.5.1.3. Fase Gerak: Dapar Fosfat : Metanol (92:8) ... 15

3.5.2. Larutan Uji ... 15

(7)

3.6. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 15

3.6.1. Pengaturan Kondisi Sistem ... 15

3.6.2. Mengaktifkan Sistem ... 16

3.6.3. Penentuan Garis Alas ... 16

3.6.4. Penyuntikan Fase Gerak ... 16

3.7. Cara Penetapan ... 16

3.8. Interpretasi Hasil ... 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1. Hasil ... 18

4.2. Pembahasan ... 19

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1. Kesimpulan ... 21

5.2. Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi... 24 Lampiran 2. Kromatogram Larutan Baku…………....………...…... 25 Lampiran 3. Kromatogram Larutan Uji...……...…..…………... 28 Lampiran 4. Perhitungan Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Saus Cabai

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seiring berkembangnya aneka jenis makanan, saat ini penggunaan saus cabai di masyarakat terus meningkat. Saus cabai dibutuhkan untuk berbagai jenis makanan antara lain mi ayam, mi bakso, mi goreng, ayam goreng, pizza, aneka pasta, dan olahan sea food.

Namun banyak pula produsen yang membuat saus tetapi tidak memenuhi standar yang ditetapkan, sehingga dapat mengganggu kesehatan konsumen. Hal ini terjadi karena produsen berusaha memenuhi permintaan pasar yang menginginkan saus cabai dengan harga yang murah, sehingga tidak sedikit produsen yang mengabaikan standar dan keamanan makanan dengan menambahkan bahan pengawet pada proses pengolahan saus cabai.

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan dan minuman yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat terjadinya kerusakan atau pembusukan makanan dan minuman. Tetapi tidak jarang produsen pangan menggunakannya dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur. Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya (Cahyadi, 2008).

(11)

dari satu sisi menguntungkan karena dengan penambahan asam benzoat, makanan dan minuman dapat dibebaskan dari serangan mencegah atau menghentikan proses pembusukan. Namun dari sisi lain, asam benzoat adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama makanan dan minuman yang dikonsumsi. Meski pemakaian asam benzoat yang digunakan umumnya tidak terlalu besar, jika dikonsumsi secara terus-menerus akan menimbulkan efek terhadap kesehatan (Cahyadi, 2008).

Menyadari akan hal ini, bahwa efek yang ditimbulkan oleh bahan pengawet asam benzoat dapat merugikan konsumen, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Saus Cabai Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

(12)

1.2. Tujuan

i. Untuk mengetahui kadar asam benzoat dalam saus cabai secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

ii. Untuk mengetahui kadar asam benzoat dalam saus cabai yang digunakan memenuhi persyaratan kadar asam benzoat yang diizinkan oleh pemerintah Indonesia.

1.3. Manfaat

i. Memberikan informasi tentang metode yang digunakan untuk analisis saus cabai.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Saus Cabai

Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan digunakan sebagai penyedap makanan (SNI 01-2976-1992).

Tingkat keawetan saus cabai sangat ditentukan oleh proses pengolahan yang diterapkan dan jumlah bahan pengawet yang digunakan. Jika proses pengolahan (terutama pemasakan) dilakukan secara benar, dengan sendirinya produk menjadi awet, sehingga tidak diperlukan bahan pengawet yang berlebih (Astawan, 2007).

2.1.1. Bahan Saus Cabai

Bahan yang digunakan antara lain cabai merah besar, bawang putih, gula pasir, garam, minyak wijen, kecap inggris, air, asam cuka dan bahan pengawet (Suyanti, 2007).

2.1.2. Proses Pembuatan Saus Cabai

(14)

dalam panci lalu masak di atas api sedang hingga adonan saus mengental. Tambahkan garam, gula pasir, minyak wijen dan kecap inggris ke dalam adonan saus cabai. Setelah adonan saus masak tambahkan cuka. Kemudian diaduk hingga rata (Suyanti, 2007).

2.2. Bahan Tambahan Makanan

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (PerMenKes No.772, 1988).

2.2.1. Tujuan Bahan Tambahan Makanan

Menurut Cahyadi (2008), tujuan penggunaan bahan tambahan makanan adalah:

i. Meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan. ii. Membuat makanan lebih mudah dihidangkan.

iii. Membuat makanan tampak lebih berkualitas. 2.2.2. Jenis Bahan Tambahan Makanan

(15)

sumber-sumber bahan alam dan bahan tambahan makanan sintetis yang umumnya diproduksi secara sintetis kimiawi (Wijaya, 2009).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/PerMenkes/1988 tentang bahan tambahan makanan, bahan tambahan makanan yang diizinkan digunakan pada makanan terdiri dari:

i. Antioksidan, adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi.

ii. Antikempal, adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah menggempalnya makanan yang berupa serbuk.

iii. Pengatur keasaman, adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan.

iv. Pemanis buatan, adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. v. Pemutih dan pematang tepung, adalah bahan tambahan makanan yang dapat

mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung, sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.

vi. Pengemulsi, pemantap dan pengental, adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.

(16)

viii. Pengeras, adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.

ix. Pewarna, adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.

x. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah, atau mempertegas rasa dan aroma. xi. Sekuestran, adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam

yang ada dalam makanan.

2.3. Bahan Pengawet

2.3.1. Definisi Bahan Pengawet

Bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme (PerMenKes No.772, 1988).

Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam dan garam. Aktivitas-aktivitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada yang efektif terhadap bakteri, khamir, ataupun kapang (Cahyadi, 2008).

2.3.2. Jenis Bahan Pengawet 2.3.2.1.Pengawet Organik

(17)

dalam minuman ialah asam sorbat, paraben, asam benzoat dan asam asetat (Winarno, 1992).

2.3.2.2. Pengawet Anorganik

Zat pengawet anorganik yang sering dipakai adalah sulfit, nitrat, dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam natrium atau kalium sulfit, bisulfit, dan metabisulfit. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang terdisosiasi dan terutama terbentuk pH di bawah 3. Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan pertumbuhan mikroba (Winarno, 1992).

2.4.Asam Benzoat

Asam benzoat, merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada makanan atau minuman. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Benzoat efektif pada pH 2,5-4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar, maka biasa digunakan dalam bentuk garam natrium benzoat. Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai menjadi bentuk aktif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi (Winarno, 1992).

(18)

Keasaman dari substrat ke dalam mana asam benzoat ditambahkan mempengaruhi kefektifan dari zat pengawet kimia. Asam benzoat kurang efektif dalam suatu bahan pangan yang mempunyai pH 7,0 dibandingkan dengan bahan pangan yang asam yang mempunyai pH mendekati 3,0 (Desrosier, 1988).

2.4.1. Struktur Kimia dan Sifat – Sifat Asam Benzoat

Rumus bangun : COOH

Nama kimia : asam benzoat, benzoic acid, bensol carboxylic, asam carboxybenzene

Rumus empiris : C7H6O2 Berat molekul : 122,12

Pemerian : Asam benzoat berbentuk hablur bentuk jarum atau sisik, putih, sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air.

(19)

2.4.2. Efek Asam Benzoat Terhadap Manusia

Bagi penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat sehingga konsumsi dalam jumlah berlebih akan mengiritasi lambung (WHO, 2000).

Sampai saat ini asam benzoat tidak mempunyai efek teratogenetik (menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi melalui mulut dan juga tidak mempunyai efek karsiogenik (Yuliarti, 2007).

2.5. Penetapan Kadar Asam Benzoat Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Salah satu cara untuk mengetahui kadar asam benzoat adalah dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam satu sampel pada sejumlah bidang, antara lain: farmasi, lingkungan, dan industri-industri makanan maupun minuman (Rohman, 2007).

2.5.1. Kelebihan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

(20)

Menurut Synder (1979), banyak kelebihan metode kromatografi cair kinerja tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Beberapa kelebihan kromatografi cair kinerja tinggi antara lain:

i. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran. ii. Mudah melaksanakannya.

iii. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi.

iv. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis. v. Resolusi yang baik.

vi. Dapat digunakan bermacam-macam detektor. vii. Kolom dapat dipergunakan kembali.

2.5.2. Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Menurut Rohman (2007), instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada dasarnya terdiri atas enam komponen pokok yaitu:

i. Wadah Fase Gerak

Wadah fase gerak yang digunakan harus bersih. Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.

ii. Pompa

(21)

iii. Injektor

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik.

iv. Kolom

Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi merupakan bagian yang sangat penting, sebab pemisahan komponen-komponen sampel terjadi di dalam kolom. Oleh sebab itu yang harus diperhatikan dengan seksama adalah pemilihan kolom yang sesuai, pemeliharaan kolom dan uji terhadap spesifikasi kolom (walaupun kolom tersebut merupakan kolom yang siap pakai).

v. Detektor

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadarnya (analisis kuantitatif). Detektor yang baik adalah detektor dengan sensitifitas tinggi, gangguan yang rendah dan memberi respon untuk semua senyawa.

vi. Recorder

(22)

BAB III METODOLOGI

3.1. Tempat Pengujian

Pengujian penetapan kadar asam benzoat dalam saus cabai secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dilakukan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.

3.2. Alat

Alat yang digunakan adalah KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi), Branson Ultrasonic, timbangan analitik, beaker glass, batang pengaduk, labu

tentukur 50 ml, 100 ml, 1000 ml, membran filter ukuran 0,45 μm, pipet volume ukuran 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 ml.

3.3. Bahan

(23)

3.4. Sampel Saus cabai

Nama sampel : Sambal Pedas Saus Bali Cap Hati Burung Wadah/kemasan : sachet ukuran 500 gram

Pabrik : Sumber Tirta Nusantara, Medan-Indonesia Nomor registrasi : DIN-KES-P-IRT No. 211127502080 Waktu daluarsa : 23/09/11

Komposisi : cabai merah, gula, garam, cuka, tepung maizena,

natrium benzoat, air, sunset yellow CI. 15985, ponceau 4R CI. 16256.

Kode sampel : 412

3.5. Prosedur

3.5.1. Pembuatan Pereaksi 3.5.1.1. Dapar Fosfat pH 6,8

Ditimbang dikalium hidrogen fosfat 0,8709 gram dan 0,6800 gram kalium dihidrogen fosfat lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur, dilarutkan dengan akuabides hingga 1000 ml dan dihomogenkan dengan Branson Ultrasonik (Ditjen POM, 1993).

3.5.1.2. Metanol 60,0 %

Diencerkan 600 ml metanol P dengan akuabides 400 ml dalam

beaker glass 1000 ml dan dihomogenkan dengan Branson Ultrasonik

(24)

3.5.1.3. Fase Gerak: Dapar Fosfat : Metanol (92 : 8)

Dimasukkan 920 ml dapar fosfat pH 6,8 dan 80 ml metanol 60,0% ke dalam labu tentukur 1000 ml, lalu kemudian dihomogenkan dengan Branson Ultrasonik (Ditjen POM, 1993).

3.5.2. Larutan Uji

Ditimbang seksama lebih kurang 5 gram sampel dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan metanol 60,0% sampai garis tanda, kemudian disaring dengan membran filter ukuran 0,45 μm dan dihampaudarakan (larutan A) (Ditjen POM, 1993).

3.5.3. Larutan Baku

Ditimbang 50 mg natrium benzoat dan dimasukkan dalam labu ukur 50 ml, kemudian dilarutkan dengan metanol 60 % dan diencerkan sampai garis tanda. Dipipet masing-masing 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 ml larutan baku induk dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml diencerkan dengan metanol 60,0% sampai dengan garis tanda kemudian disaring dengan membran filter ukuran

0,45 μm dan dihampaudarakan (larutan B) (Ditjen POM, 1993).

3.6. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 3.6.1. Pengaturan Kondisi Sistem

(25)

untuk menghilangkan gelembung udara, penyaring pelarut sudah dipasang, dan detektor yang sesuai sudah terpasang dengan benar.

3.6.2. Mengatifkan Sistem

Setelah masing-masing sistem diatur, hubungkan setiap sistem dengan sumber arus listrik. Tekan tombol POWER pada pompa, detektor UV-VIS ke posisi ON dan CBM (Communication Bus Module) ke posisi ON.

3.6.3. Penentuan Garis Alas

Bila nilai absorbansi yang ditampilkan pada detektor UV-VIS telah menunjukkan 0,000, biarkan beberapa menit sampai diperoleh garis alas yang relatif cukup lurus yang menandakan sistem telah stabil.

3.6.4. Penyuntikan Fase Gerak

Dimasukkan fase gerak kedalam injektor dengan menggunakan mikroliter syringe, putar injektor ke posisi INJECT.

3.7. Cara Penetapan

(26)

CBM (Communication Bus Module) yakni sejenis penghubung dengan sistem komputer yang dilengkapi dengan pencetak kromatogram.

Kromatogram larutan baku dan larutan uji dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3 halaman 25 dan 28.

3.8. Interpretasi Hasil

Kadar garam benzoat, dalam cuplikan dihitung menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan lurus Y = a + bx. Kadar benzoat dihitung sebagai asam. Kadar asam benzoat dihitung dengan rumus:

x x Vol. Pengenceran x Vol. Penyuntikan x %

Baku

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Kromatogram larutan baku dengan konsentrasi 0,4104 μg/μl dan larutan

uji saus cabai dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. (-) larutan baku dengan konsentrasi 0,4104 μg/μl (-) larutan uji saus cabai

[image:27.595.115.542.280.497.2]
(28)

4.2. Pembahasan

Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik, merupakan metode terpilih untuk analisis asam benzoat, karena asam benzoat bersifat polar dan larut dalam air. Senyawa yang polar akan lebih baik pemisahannya dan senyawa yang mudah terionkan (ionik) yang tidak terpisahkan pada kromatografi fase normal akan dapat terpisahkan pada kromatografi fase terbalik.

Rentang keselektifan yang lebih besar biasanya diperoleh dengan lebih mudah jika memakai fase gerak yang terdiri atas campuran pelarut yang kepolarannya berbeda daripada memakai pelarut tunggal, sehingga digunakan campuran antara metanol dan dapar fosfat. Pelarut organik seperti metanol, dicampur dengan larutan dapar dalam air agar diperoleh keselektifan yang unik, dan untuk memperbaiki kelarutan cuplikan. Metanol merupakan pelarut yang paling sering dipakai dalam kromatografi fase terbalik karena metanol merupakan pelarut yang sangat murni, mudah didapat dan berhasil baik pada banyak pemisahan.

Panjang gelombang analisis yang digunakan adalah 225 nm, karena pada panjang gelombang tersebut, asam benzoat memberi puncak yang baik. Pemilihan panjang gelombang harus mempertimbangkan kadar zat pada sampel yang akan dianalisis.

(29)

simpangan baku relatif atau koefisien variasi dimana syaratnya adalah lebih kecil dari 2%. Lalu dilanjutkan dengan pembuatan kurva kalibrasi. Dalam pengujian kali ini, didapat nilai koefisien korelasi untuk benzoat adalah 0,9997. Penetapan kadar pada sampel dilakukan duplo untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Dari hasil analisis asam benzoat dalam saus cabai secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, diperoleh saus cabai mengandung asam benzoat sebanyak 1476,5 mg/kg, kadar asam benzoat dalam saus cabai melewati batas maksimum penggunaan yang diperbolehkan menurut SNI 01-2976-1992 maupun PerMenKes No.722/MenKes/Per/IX/1988, yaitu 1000 mg/kg.

Penggunaan asam benzoat yang melebihi kadar maksimum dimungkinkan oleh ketidaktahuan produsen terhadap efek yang ditimbulkan oleh asam benzoat yang berlebih terhadap orang yang mengkonsumsinya. Serta adanya keinginan produsen agar produknya awet dalam kurun waktu cukup lama sehingga penambahan asam benzoat tidak memperhatikan ketentuan yang berlaku.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

i. Kadar asam benzoat dalam saus cabai secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) adalah 1476,5 mg/kg.

ii. Kadar asam benzoat dalam saus cabai tidak memenuhi persyaratan kadar asam benzoat yang diizinkan menurut SNI 01-2976-1992 maupun PerMenKes No.722/MenKes/Per/IX/1988, yaitu 1000 mg/kg.

5.2. Saran

i. Sebaiknya diperhatikan aspek instrumental seperti pemilihan kolom, pemilihan detektor, kemampuan sistem pompa, dan sistem pengolahan data pada alat kromatografi karena dapat mempengaruhi keberhasilan pemisahan.

ii. Konsumen diharapkan lebih teliti dalam memilih produk yang akan dibeli, terutama jika produk tersebut tidak memiliki izin edar.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. (2007). Jangan Asal Nyocol Saus Cabai !. Cahyadi, W. (2006). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta: P.T. Bumi Aksara. Hal. 1-6

Desrosier, N. W. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan, Jakarta: UI- Press. Hal. 388

Ditjen POM. (1993). Metode Analisa Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional No.43/MA/1993 tentang Penetapan Kadar Benzoat, Sorbat dan Sakarin. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan R.I .

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Hal. 47-48

Johnson, E. L., dan Steveson, R. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung. Hal. 9

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1988). No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan

Rohman, A., dan Gandjar, I. G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 379-393

Standar Nasional Indonesia No. 01-2976-1992. (1992). Tentang Persyaratan Pengawet pada Saus Cabai

(32)

Synder, L. R. (1979). Introduction to Modern Liquid of Chromatography second edition. New York: John Willey and Sons. Inc. Hal: 235

WHO. (2000). Benzoic Acid and Sodium Benzoate. Geneva: World Health Organization. Hal. 26

Wijaya, H. (2009). Bahan Tambahan Pangan; Pengawet. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press. Hal. 5

Winarno, F. G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 224-225

(33)

Lampiran 1

Bagan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Wadah fase gerak I

Wadah fase gerak II Pompa

Pompa

(34)

Lampiran 2

(35)
(36)
(37)

Lampiran 3

(38)

Lampiran 4

Perhitungan Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Saus Cabai Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Data

Baku pembanding : Natrium Benzoat Bobot : 51,3 mg

% Baku : 100,51 % Volume pengenceran : 50 ml Volume penyuntikan : 20 μl

Konsentrasi baku induk =

=

=1,026 mg/ml

Contoh perhitungan kadar (μg/μl) Rumus :

x Volume penyuntikan

50 026 , 1 5 , 0 x

(39)
[image:39.595.110.528.128.526.2]

Tabel 1. Hasil Larutan Baku

No Seri X

(μg/μl) Area Waktu Retensi (menit)

1 0,5 0,2052 746968 7,575

2 1 0,4104 1577240 7,542

3 2 0,8208 3013103 7,542

4 3 1,2312 4691867 7,508

[image:39.595.106.522.592.651.2]

5 4 1,6416 6241584 7,475

Tabel 2. Hasil Larutan Uji Bobot

(gram)

Volume Pengenceran

Volume

Penyuntikan (μl) Area Waktu Retensi (menit)

5,0123 100 20 6599553 7,558

5,0198 6605186 7,542

a = -36769,58537 b = 3813483,692

(40)

Perhitungan Y = a + bx Y = Area

x = Kadar ( μg/μl )

a (Tetapan Regresi/intersep) = -36769,58537 b (Koefisien Regresi/Slope) = 3818483,692

Kadar Natrium Benzoat (penyuntikan 1) : Y = a + bx

6599553 = -36769,58537 + 3818483,692 x x = 1,7379 μg/μl

Kadar Asam Benzoat :

x x Vol. pengenceran x Vol. Penyuntikan x % Baku

= 11 , 144 12 , 122 x 0123 , 5 7379 , 1

x 100 x 20 1000

x 100,51 %

= 0,8474 x 0,03467 x 100 x 50 x 1,0051 = 1477 mg/kg

Kadar Natrium Benzoat (penyuntikan 2) : Y = a + bx

(41)

Kadar Asam Benzoat :

x x Vol. pengenceran x Vol. penyuntikan x % Baku

= 11 , 144 12 , 122 x 0198 , 5 7394 , 1

x 100 x 20 1000

x 100,51 %

= 0,8474 x 0,3465 x 100 x 50 x 1,0051 = 1476 mg/kg

Kadar Asam Benzoat rata – rata :

2 1476 1477+

Gambar

Gambar 2. (-) larutan baku dengan konsentrasi 0,4104 μg/μl
Tabel 1. Hasil Larutan Baku

Referensi

Dokumen terkait

Selain memberikan manfaat bagi para nasabahnya, system layanan ATM ini juga memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan bank itu sendiri, seperti : banyak menarik nasabah,

A study by the Australian Bureau of Agricultural and Resource Economics (ABARE) suggested (Jolly et al., 1990, pp. 1–3) that CPS schemes were doing little to offset

 Sertifikat Badan Usaha (SBU) Kualifikasi Usaha Kecil dengan Klasifikasi Bangunan Sipil - Subklasifikasi Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Perpipaan Air Minum Lokal

It is in this context and as per the recommendation of Coastal Protection and Development Advisory Committee (Apex body concerned with planning of coastal

Sertifikat Badan Usaha (SBU) Kualifikasi Usaha Non Kecil dengan klasifikasi Bangunan Sipil - Subklasifikasi jasa pelaksana untuk konstruksi jalan raya

BHUVAN portal ( ISRO’s Geo-portal ) server is configured presently for this service. Reporting mechanism supports both desktop and web interfaces with CSV and HTML

Sertifikat Badan Usaha (SBU) Kualifikasi Usaha Non Kecil dengan klasifikasi Bangunan Sipil - Subklasifikasi jasa pelaksana untuk konstruksi jalan raya

Indosat Tbk is a leading telecommunication and information service provider in Indonesia that provides cellular services (Mentari, Matrix and IM3), IDD service (IDD 001, IDD 008