SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH :
AGUNG BUDI WIJAYA 110200105
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL
SKRIPSI
OLEH :
AGUNG BUDI WIJAYA 110200105
Disetujui Oleh
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
WINDHA, S.H., M.Hum
NIP : 197501122005012002
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim,
Alhamdulillahi Robbil a’lamiin, Segala puji hanya bagi ALLAH. Kita
memuji-NYA, meminta pertolongan kepada-NYA, dan meminta ampunan-NYA.
Dan kita berlindung kepada ALLAH dari keburukan diri-diri kita dan kejelekan
amalan kita, barangsiapa yang ditunjuki oleh ALLAH maka tidak akan ada yang
bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh ALLAH maka tidak
akan ada yang mampu memberinya petunjuk. Shalawat beriring salam Penulis
haturkan kepada junjungan umat, rahmat bagi sekalian alam, suri tauladan yang
baik Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. “Ya ALLAH curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya ALLAH, curahkanlah
barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah
curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.
Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memproleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap
mahasiswa/I yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Adapun judul yang
Penulis kemukakan “KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL
Besar harapan Penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Penulis sendiri. Walaupun
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis ucapkan
terima kasih yang sebaik-baiknya kepada:
Terkhusus kepada Ayahanda tercinta, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Terima kasih atas do’a dan ridho ayah serta nasehat dan motivasi yang tak putus-putus diberikan kepada penulis. Dan kasih sayang ayah
terhadap penulis yang sungguh tak terhingga dan tak akan pernah dapat terbalas,
dalam kepenatan dan kesusahan tak henti-hentinya ayah berusaha menghantarkan
penulis kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pengorbanan yang luar biasa dari
seorang ayah. Sungguh penulis sangat menyayangi ayah serta ingin mengurangi
beban ayah, itulah cita-cita penulis yang ingin sekali segera penulis wujudkan.
Untuk ibunda rahimahullahu tercinta, terima kasih banyak atas segala
pengorbanan yang telah ibunda berikan ketika ibunda masih hidup, semoga
pengorbanan tersebut berbuah pahala disisi ALLAH, dan ananda akan selalu
mendoakan ibu agar kita bisa berkumpul lagi nanti di surga-NYA yang tinggi.
Aamiin ya robbal ‘alamiin.
Kepada Kakanda-kakanda penulis tercinta dan adinda-adinda penulis yang
tersayang, kalianlah rekan dan saudara terhebat, dimana canda, tawa, sedih dan
susah adalah bumbu penyedap nikmatnya kekeluargaan, semoga kenikmatan ini
tetap terjaga selamanya.
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen
Pembimbing I penulis yang telah membantu, dan memberi petunjuk serta
bimbingan sehingga skripsi ini akhirnya dapat selesai..
3. Bapak Syafruddin S. Hasibuan, S.H., M.H., DFM, selaku Wakil Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Armansyah, S.H., M.Hum selaku Dosen Wali Penulis selama Penulis
kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang
selalu membantu dan membimbing Penulis dari awal hingga akhir penulisan
skripsi ini.
7. Ibu Windha, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
9. Kepada seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai pada Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen sebagai tenaga pendidik di Fakultas Hukum
hidup kepada Penulis selama Penulis menempuh ilmu di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
11.Tak lupa pula kepada seluruh Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah turut membantu dan memberi kemudahan kepada Penulis.
12.Seluruh rekan-rekan penulis stambuk 2011, terutama kepada teman-teman di
BTM Aladdinsyah SH.
Juga kepada seluruh pihak-pihak yang turut membantu penulis selama
menjalani pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa
bermanfaat, dan memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Medan, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 7
D. Keaslian Penulisan ... 8
E. Tinjauan Kepustakaan ... 9
1. Pengertian Kedaulatan Negara ... 9
2. Pengertian Penanaman Modal ... 11
3. Pengertian Negara Penerima Modal Asing ... 12
F. Metode Penelitian ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II HUBUNGAN KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL ASING ... 17 A. Tinjauan Umum Mengenai Kedaulatan Negara ... 17
1. Perkembangan pengertian kedaulatan Negara ... 17
2. Bentuk-bentuk Kedaulatan Negara ... 19
3. Teori-teori Tentang kedaulatan Negara ... 21
B. Tinjauan Umum Mengenai Penanaman Modal Asing ... 23
2. Dasar Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 28
3. Bentuk-bentuk Penanaman Modal Asing ... 32
4. Teori-teori Penanaman Modal Asing ... 37
C. Hubungan Kedaulatan Negara dan Penanaman Modal Asing 51 BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA NASIONAL DAN INTERNASIONAL ... 57
A. Pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 57
1. Pengaturan Penanaman Modal Asing Sebelum adanya UUPM ... 57
2. Pengaturan Penanaman Modal Asing dalam UUPM ... 61
B. Pengaturan Penanaman Modal dalam Perundingan Multilateral 79 1. Pengaturan Penanaman Modal dalam Kerangka TRIMs (Trade Related Investment Measures)... 79
2. Pengaturan Penanaman Modal dalam Kerangka GATS (General Agreement on Trade and Services) ... 88
BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL ... 92
A. Pengaturan Penanaman Modal Sebagai Bagian dari Kedaulatan Negara ... 92
B. Prinsip-prinsip Perdagangan Bebas yang Membatasi Pengaturan Penanaman Modal Negara Penerima Modal Asing ... 98
C. Pengaruh Perjanjian Internasional Terhadap Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing dalam Pengaturan Penanaman Modal ... 102
BAB V PENUTUP... 109
A. Kesimpulan ... 109
B. Saran ... 111
ABSTRAK
KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL
Agung Budi Wijaya25 Budiman Ginting **
Mahmul Siregar ***
Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 mengamanahkan bahwa segala sumber daya yang penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak maka Negara harus meguasai dan mengaturnya. Dalam era globalisasi saat ini dimana batas-batas fisik antar Negara semakin sulit untuk dibedakan bahkan tanpa batas menuntut Negara untuk lebih serius dalam melakukan pembangunan nasional dari berbagai sisi. Sumber pendanaan yang terbatas sedangkan pembangunan nasional yang terus berjalan, ditambah keadaan Negara berkembang yang sumber daya manusia dan pengetahuan serta teknologinya yang terbatas menyebabkan penanaman modal asing menjadi salah satu alternatif penggerak pembangunan dan perekonomian. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kedaulatan Negara atas wilayahnya. Kemudian munculah permasalahan, bagaimanakah sebenarnya hubungan antara kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bagaimana ketentuan nasional dan internasional mengaturnya serta apakah suatu perjanjian internasional dapat mempengaruhi kedaulatan suatu negara.
Metode yang digunakan dalam pembahasan rumusan masalah tersebut adalah metode penelitian hukum normatif dengan mengkaji dan menganalisis data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan dan dianalisis secara normatif.
Kedaulatan negara dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang erat karena penanaman modal terkait dengan yurisdiksi wilayah suatu negara. Pengaturan penanaman modal Negara penerima modal asing menjadi kedaulatan penuh Negara tersebut. Pengaturan penanaman modal di indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal. Selain dalam peraturan nasional, pengaturan penanaman modal juga diatur dalam berbagai kesepakatan internasional diantaranya, dalam Trade Related Investment Measures (TRIMs) dan General Agreement on Trade and Services (GATS). Kedaulatan penuh Negara dalam pengaturan penanaman modal dipengaruhi prinsip-prinsip perdagangan yang terkait dengan penanaman modal juga dibatasi oleh kesepakatan-kesepakatan internasional yang terkait dengan penanaman modal yang ditandatanganinya. Keterkaitan suatu negara terhadap suatu kesepakatan internasional mensyaratkan negara untuk menyesuaikan peraturan hukum nasionalnya dengan kesepakatan internasional yang telah ditandatanganinya.
Kaca kunci: Kedaulatan, Negara Penerima Modal Asing, Pengaturan Penanaman Modal.
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL
Agung Budi Wijaya25 Budiman Ginting **
Mahmul Siregar ***
Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 mengamanahkan bahwa segala sumber daya yang penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak maka Negara harus meguasai dan mengaturnya. Dalam era globalisasi saat ini dimana batas-batas fisik antar Negara semakin sulit untuk dibedakan bahkan tanpa batas menuntut Negara untuk lebih serius dalam melakukan pembangunan nasional dari berbagai sisi. Sumber pendanaan yang terbatas sedangkan pembangunan nasional yang terus berjalan, ditambah keadaan Negara berkembang yang sumber daya manusia dan pengetahuan serta teknologinya yang terbatas menyebabkan penanaman modal asing menjadi salah satu alternatif penggerak pembangunan dan perekonomian. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kedaulatan Negara atas wilayahnya. Kemudian munculah permasalahan, bagaimanakah sebenarnya hubungan antara kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bagaimana ketentuan nasional dan internasional mengaturnya serta apakah suatu perjanjian internasional dapat mempengaruhi kedaulatan suatu negara.
Metode yang digunakan dalam pembahasan rumusan masalah tersebut adalah metode penelitian hukum normatif dengan mengkaji dan menganalisis data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan dan dianalisis secara normatif.
Kedaulatan negara dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang erat karena penanaman modal terkait dengan yurisdiksi wilayah suatu negara. Pengaturan penanaman modal Negara penerima modal asing menjadi kedaulatan penuh Negara tersebut. Pengaturan penanaman modal di indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal. Selain dalam peraturan nasional, pengaturan penanaman modal juga diatur dalam berbagai kesepakatan internasional diantaranya, dalam Trade Related Investment Measures (TRIMs) dan General Agreement on Trade and Services (GATS). Kedaulatan penuh Negara dalam pengaturan penanaman modal dipengaruhi prinsip-prinsip perdagangan yang terkait dengan penanaman modal juga dibatasi oleh kesepakatan-kesepakatan internasional yang terkait dengan penanaman modal yang ditandatanganinya. Keterkaitan suatu negara terhadap suatu kesepakatan internasional mensyaratkan negara untuk menyesuaikan peraturan hukum nasionalnya dengan kesepakatan internasional yang telah ditandatanganinya.
Kaca kunci: Kedaulatan, Negara Penerima Modal Asing, Pengaturan Penanaman Modal.
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala kebijakan di bidang pembangunan yang terkait dengan penanaman
modal harus ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanahkan oleh Pasal
33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Didalam Pasal
33 ayat (2) dirumuskan bahwa, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Oleh
karena itu, pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara terencana,
cermat, terukur dan proporsional. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut,
tidak dipungkiri membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bila hanya
mengandalkan modal dari sumber dana pemerintah, hampir dipastikan agak sulit
untuk mencapai pembangunan yang dicita-citakan tersebut. Untuk itu perlu dicari
sumber dana lain.26
Pembangunan itu tidak boleh menimbulkan keengganan apalagi menolak
sama sekali untuk memanfaatkan potensi-potensi modal, teknologi, dan keahlian
yang tersedia di luar negeri selama hal itu semua benar-benar diabdikan kepada
kepentingan ekonomi rakyat tanpa mengakibatkan ketergantungan kepada luar
negeri. Tegasnya harus dibuka pintu bagi Penanam Modal Asing (PMA) dengan
26
pranata hukum investasi, sehingga diharapkan ada payung hukum yang jelas bagi
pelaksanaan kegiatan penanaman modal di Indonesia.27
Globalisasi ekonomi dewasa ini telah melahirkan berbagai kejadian baru
dalam perkembangan ekonomi dunia, yaitu terjadinya era pasar bebas
internasional, interdepedensi sistem yang baik dalam bidang politik maupun
ekonomi, lahirnya berbagai lembaga ekonomi internasional, pengelompokan
negara dalam kawasan ekonomi regional, maju pesatnya pelaku ekonomi
transnational corporation, dan lahirnya military industrial complex. Hal ini tidak
dapat dilaksanakan dalam kevakuman hukum dan kaidah-kaidah hukum sangat
diperlukan untuk mengatur mekanisme hubungan agar tidak menjadi konflik
kepentingan dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa.28
Era globalisasi menjadikan batas non fisik antarnegara semakin sulit untuk
dibedakan dan bahkan cenderung tanpa batas (borderless state). Dampak yang
sangat terasa terjadinya globalisasi yakni arus informasi yang begitu cepat sampai
di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai pihak khususnya
kalangan pebisnis sangat memburu informasi, sebab siapa yang menguasai
informasi dialah yang terdepan. Demikian juga halnya arus transportasi dari satu
negara ke negara lain, begitu cepat dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini
semua tentu berkat dukungan teknologi yang digunakan dan dikembangkan oleh
ahlinya. Dengan semakin dekatnya batas satu negara dengan negara lain peluang
untuk berinvestasi, terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini sudah membuka
diri bagi investor asing, sangat terbuka luas.29
27
Ibid. hlm. 34. 28
Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi (Jakarta : Kencana, 2014), hlm.3-4.
29
Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat diandalkan oleh
Negara-negara di dunia untuk menggerakan roda perekonomian negara.
Penanaman modal asing dapat berperan dalam pembangunan ekonomi,
meningkatkan produksi, memberi perluasan kesempatan kerja, mengolah
sumber-sumber potensi ekonomi dalam negeri. Penanaman modal asing diharapkan dapat
pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup mayarakat dan pembangunan
ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga dipandang sebagai bidang
yang sangat menguntungkan bagi negara tuan rumah (host country), karena
dengan adanya penanaman modal asing ini, negara penerima modal asing dapat
menjamin dan mengalihkan modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan
bagi kepentingan publik.30
Penanaman modal asing ke negara sedang berkembang pada prinsipnya
bersangkutan dengan tiga hal pokok yaitu, ekonomi, politik dan hukum. Tiga
faktor tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap masuknya modal asing ke
suatu negara. Dalam praktik masuknya penanaman modal asing ke suatu negara
dengan perhitungan ekonomis saja kadang dapat mudah dilakukan, tetapi aspek
politik dan hukum sebenarnya yang memegang peranan penting dalam efektivitas
operasi modal asing tersebut. Bagi negara sedang berkembang termasuk dalam
bagian dari pada rencana pembangunan ekonomi negara tersebut.31
Penanaman modal asing telah berkembang pesat pada akhir abad ke-20
melebihi perkembangan perdagangan internasioanal dan mempunyai keterkaitan
secara prinsip dengan ekonomi nasional. Penanaman modal asing sejak tahun
30
M. Sornarajah, The Internasional Law Foreign Investment, (dalam) An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal (Bandung : Alumni, 2011), hlm 1.
1995 telah meningkat sebesar 40 %, mengalir dari negara maju ke negara
berkembang.32
Bagi Indonesia sendiri penanaman modal asing di Indonesia menjadi
sesuatu yang sifatnya tidak dapat dihindarkan (inevitable), bahkan mempunyai
peranan yang sangat penting dan strategis dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional. Hal ini disebabkan pembangunan nasional Indonesia
memerlukan pendanaan yang besar untuk dapat menunjang tingkat pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan. Kebutuhan pendanaan tersebut tidak hanya dapat
diperoleh dari sumber-sumber pendanaan dalam negeri, tetapi juga dari luar
negeri.33
Hal itu yang menyebabkan penanaman modal asing menjadi salah satu
sumber pendanaan luar negeri yang strategis dalam menunjang pembangunan
nasional, khususnya dalam pengembangan sektor riil yang pada gilirannya
diharapkan akan berdampak pada pembukaan lapangan kerja secara luas.34
Seiring perkembangan waktu, negara-negara dewasa ini tengah menuju tahap
integrasi ekonomi yang baru dengan kehadiran penanaman modal langsung ke
bidang atau sektor yang semakin luas.35
Termasuk Indonesia sebagai negara dikawasan ASEAN, saat ini telah
menyepakati integrasi pasar yaitu Asean Economic Community (AEC) 2015
bersama negara-negara anggota ASEAN lainnya, dimana dengan adanya AEC
2015 ini maka akan terjadi pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja
32
Ibid, hlm. 2. 33
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2013) , hlm. 2.
34
Ibid, hlm. 3. 35
terampil dan juga arus modal yang lebih bebas, hal ini tentu akan mendorong
peningkatan jumlah investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia.
Selain kesepakatan integrasi pasar negara-negara ASEAN yang tahun ini
mulai berlangsung, sebelumnya juga telah menjadi pokok perhatian yaitu
kesepakatan-kesepakatan atau perjanjian-perjanjian baik bilateral maupun
multilateral terkait dengan masuknya arus modal terutama melalui investasi,
seperti General Agreement On Tariff and Trade (GATT), Asean China Free trade
Area (ACFTA) dan kesepakatan-kesepakatan internasional lainnya dimana
kesepakatan-kesepakatan internasional tersebut melahirkan suatu prinsip-prinsip
yang kemudian harus dipedomani dan melekat kepada setiap negara-negara yag
menyepakatinya, terutama dalam membuat suatu produk hukum nasional yang
mengatur masalah-masalah yang menjadi objek dalam kesepakatan tersebut, yang
dalam hal ini penanaman modal merupakan salah satunya. Prinsip-prinsip tersebut
bertambah luas penerapannya sampai pada masalah-masalah yang terkait dengan
pembangunan suatu negara melalui peraturan penanaman modal asing.36
Selain itu, terhadap negara-negara anggota World trade Organisation
(WTO), yang telah meratifikasi kesepakatan perjanjian tentang pembentukan
WTO yang mana merupakan produk hukum Putaran Uruguay terutama Indonesia,
melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia), berakibat kepada terikatnya negara tidak saja pada
Perjanjian Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia tetapi juga terikat kepada
36
seluruh kesepakatan yang dihasilkan selama Putaran Uruguay, termasuk
didalamnya Agreement on TRIM’s dan GATS.37
Penataan masalah-masalah investasi dalam kerangka WTO telah
mengarah pada pembentukan sebuah rezim investasi multilateral,38 konsekuensi
dari hadirnya rezim investasi multilateral adalah semakin terdesaknya kedaulatan
negara untuk mengatur sendiri investasi asing yang berada diwilayah hukum
negara tersebut.39
Berdasarkan uraian diatas, menarik kemudian untuk mengkaji masalah kedaulatan
negara penerima penerima modal asing dalam membuat suatu peraturan
penanaman modal kedalam skripsi penulis.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1. Bagaimana hubungan kedaulatan negara dengan penanaman modal ?
2. Bagaimana pengaturan penanaman modal baik secara nasional maupun secara
internasional?
3. Bagaimana pengaruh suatu perjanjian internasional terhadap kedaulatan
negara penerima modal asing dalam membuat suatu regulasi penanaman
modal?
37
Ibid, hlm. 13. 38
Ibid, hlm. 15. 39
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan
Adapun tujuan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui hubungan antara kedaulatan negara dengan penanaman
modal
b. Untuk mengetahui pengaturan penanaman modal baik secara nasional
maupun secara internasional
c. Untuk mengetahui pengaruh suatu perjanjian internasional yang dibuat
oleh negara penerima modal asing terhadap kedaulatan negaranya didalam
membuat suatu regulasi penanaman modal
2. Manfaat penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah :
a. Secara teoritis
Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum ekonomi.
b. Secara praktis
Dapat diajukan sebagai bahan pedoman dan rujukan bagi rekan-rekan
mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum, dan pemerintah agar lebih
mengetahui dan memahami tentang batasan – batasan dalam membuat suatu regulasi dalam bidang penanaman modal, terutama penanaman modal asing
dikaitkan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
peraturan lainnya yang terkait baik dalam skala nasional maupun
memenuhi persyaratan-persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tetapi
menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan yang dilaksanakan atau ditegakkan
dalam kenyataannya.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penelitian yang ada, skripsi ini
berjudul “Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing dalam Pengaturan
Penanaman Modal” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Beberapa skripsi yang sudah pernah ditulis terkait
dengan penanaman modal antara lain, Beberapa Permasalahan Penanaman Modal
Asing dalam Hubungannya dengan Hukum Ekonomi Internasional oleh Elvira
Dewi Ginting, tahun 2003 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, kemudian Tinjauan Hukum Ekonomi Internasional Terhadap Penanaman
Modal Asing dalam Upaya Restrukturasi Perekonomian Indonesia tahun 2000,
juga mahasiswa Fakultas Hukum Sumatera Utara.
Perbedaan antara tulisan ini dengan berbagai tulisan yang sudah ada diatas
terletak pada materi pembahasan tentang penanaman modal asing yang dikaitkan
dengan kedaulatan negara. Dengan demikian ciri khas tulisan ini adalah
pembahasan mengenai kedaulatan negara penerima modal asing, bagaimana
pengaruh faktor eksternal seperti perjanjian internasional terhadap kedaulatan
negara penerima modal asing, terutama dalam hal pengaturan penanaman
modalnya, yang belum pernah dijumpai di tulisan-tulisan sebelumnya yang
membahas tentang penanaman modal asing.
Penulisan skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat
dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penanaman modal
dan kedaulatan negara serta Peraturan Pemerintah dan kesepakatan – kesepakatan multilateral yang mengatur tentang penanaman modal, baik melalui literatur yang
diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik.
Bila di kemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis
oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat
dimintakan pertanggungjawabannya.
E. Tinjauan Pustaka 1. Kedaulatan negara
Kedaulatan negara diartikan sebagai suatu kekuasan tertinggi negara atas
wilayahnya tanpa ada campur tangan dari pemerintah negara lain. Kedaulatan
merupakan kekuasaan tertinggi suatu negara yang berlaku atas seluruh wilayah
dan segenap rakyat dalam negara itu.40 Kedaulatan ini mempunyai empat sifat
yaitu asli, permanen, tidak terbagi-bagi dan tidak terbatas.
Schwarzenberger, secara singkat menjelaskan bahwa kedaulatan berarti
kekuasaan tertinggi (omnipotence) yang hanya dimiliki oleh negara. Kemudian
Louis Henkin berpendapat bahwa kedaulatan digunakan untuk menggambarkan
otonomi dan kekuasaan negara untuk membuat aturan-aturan hukum (hukum
nasional) yang berlaku di wilayahnya dan membuat lembaga-lembaga negara.
Dalam kedaulatan juga terefleksikan kekuasaan negara untuk mengadakan
hubungan internasional dan tindakan-tindakan lain sebagai perwujudan
40
kedaulatannya.41 Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja menyebutkan bahwa
pengertian kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi yang mengandung dua
pembatasan penting. Pertama, kekuasaan itu terbatas pada batas-batas wilayah
negara yang memiliki kekuasaan itu. Kedua, kekuasaan itu berakhir dimana
kekuasaan suatu negara dimulai.42
Yang dianggap orang pertama yang membahas persoalan kedaulatan
adalah Jean Bodin (1530-1595), dimana dimasukan kedaulatan itu kedalam ,
ajaran politik (bahasa Belanda : souvereiniteit; bahasa Inggris : souvereignity;
bahasa Perancis : souverainite; bahasa Italia : sovranus; bahasa Latin : superanus,
yang artinya supremasi = di atas dan menguasai segala-galanya). Sehingga
kedaulatan dapat diartikan kekuasaan yang tertinggi yaitu kekuasaan yang tidak
berasal dan tidak di bawah kekuasaan lain. Bodin juga menggunakan kata
kedaulatan ini dalam hubungannya dengan negara, yakni sebagai ciri negara,
sebagai atribut negara yang membedakan negara dari persekutuan-persekutuan
lainnya. 43
Definisi “kedaulatan” menurut Jean Bodin ini hanya meninjau
souvereiniteit dalam hubungannya dengan masyarakat di dalam negeri itu saja.
Jadi perumusannya bersifat intern, karena pada waktu itu hubungan antar negara
belum intensif seperti sekarang ini. Tetapi keadaan sekarang , hubungan antara
negara yang satu dengan yang lainnya sudah sedemikian luas, maka suatu negara
pasti terkena pengaruh karena adanya hubungan antar negara tersebut.44
41
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional : Suatu Pengantar (Jakarta : Raja Grafindo, 2003), hlm. 225-226.
42
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional (Bandung : Alumni, 2003), hlm. 18.
43
Samidjo, Ilmu Negara (Bandung : Armico, 2002), hlm. 136. 44
2. Penanaman Modal
Beberapa pengertian investasi yang dapat dikemukakan diantaranya :45
a. Kamus Istilah Keuangan dan investasi
Digunakan istilah investment (investasi) yang mempunyai arti :
“Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang
menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi
ke risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula
berarti menunjuk ke suatu investasi keuangan (dimana investor
menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi
suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari
keberhasilan pekerjaannya.”
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Disebutkan, investasi berarti pertama, penanaman modal atau uang dalam
suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan, dan
kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam.
c. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(selanjutnya disebut UUPM). Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa :
“Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.”
Yang dimaksud penanaman modal disini adalah penanaman modal yang
dilakukan secara langsung oleh investor lokal (domestic investment),
45
penanaman modal asing langsung (foreign direct invesment) dengan
kehadiran penanam modal tersebut di wilayah Republik Indonesia dengan
cara membentuk badan hukum.
2. Negara penerima modal asing
Mengenai negara penerima modal asing, UUPM sendiri tidak memberikan
pengertian mengenai negara penerima modal asing, pengertian negara penerima
modal asing disebutkan didalam business dictionary yang menyebutkan bahwa
negara penerima modal asing atau host country adalah :
“Nation in which individuals or organizations from other countries or states are
visiting due to government invitation or meeting (suatu negara dimana seseorang
atau badan hukum dari negara lain datang ke negara tersebut untuk melakukan
suatu kegiatan penanaman modal).”46
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, maka jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Nama lain dari
Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum doktriner, juga disebut
sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum
doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada
peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Dikatakan sebagai
penelitian perpustakaan ataupun studi dokumen, disebabkan penelitian ini lebih
banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.
46
Penelitian perpustakaan demikian dapat dikatakan pula sebagai lawan dari
penelitian empiris (penelitian lapangan).47
Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang
ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan
mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian
hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum
subyektif (hak dan kewajiban). Metode pendekatan yang digunakan dalam
penelitian normatif ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan
(statuta approach) yaitu suatu metode penelitian yang mengacu pada norma
hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan
pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Selain itu, dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara
hierarki.48
2. Data penelitian
Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data
sekunder yang dimaksud adalah :
a. Bahan hukum primer
Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
47
Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 51.
48
yang didalamnya mencakup kesepakatan-kesepakatan mengenai Trade
Related Aspects of Investment Measures (TRIMs), dan the General
Agreement on Trade in Services (GATS), Peraturan Pemerintah, Peraturan
Kepala BKPM, dan Peraturan-Peraturan lainnya.
b. Bahan hukum sekunder
Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang
pengaturan penanaman modal oleh negara penerima modal asing, seperti
buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis
ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan
permasalahan diatas.
c. Bahan hukum tersier
Yaitu semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan
keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi,
maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu
mempelajari dan menganalisis secara sistematis terhadap bahan-bahan yang
digunakan seperti buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet,
peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
3. Analisis Data
Berdasarkan sifat penelitian yang digunakan yaitu mengunakan metode
penelitian bersifat deskriptis analitis, analisis data yang dipergunakan adalah
pendekatan kualitatif terhadap data sekunder, meliputi isi dan struktur hukum
positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi
atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan
permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. Metode penarikan kesimpulan
yang digunakan adalah metode deduktif yaitu cara berfikir dalam penarikan
kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum kepada sesuatu yang
sifatnya khusus.49
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL
ASING
Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum tentang
kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bentuk-bentuk dan
teori-teori kedaulatan negara, dasar hukun dan bentuk-bentuk
49
penanaman modal asing, serta hubungan kedaulatan negara dan
penanaman modal asing.
BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA
NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal
asing dalam kerangka peraturan nasional dan
kesepakatan-kesepakatan multilateral terutama General Agreement on Trade
and Services atau GATS dan Trade Related Investment Measures
atau TRIM’s.
BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP
KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING
DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL
Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal
sebagai bagian dari kedaulatan negara, prinsip-prinsip perdagangan
bebas yang membatasi penanaman modal, serta pengaruh
perjanjian internasional terhadap pengaturan penanaman modal
negara penerima modal asing
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab
yang berisikan kesimpulan mengenai permasalahan yang dibahas
BAB II
HUBUNGAN KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL ASING
A. Tinjauan Umum Mengenai Kedaulatan Negara 1. Perkembangan pengertian kedaulatan negara
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan perdagangan dan
kegiatan investasi yang melintasi batas-batas negara, menurut para ahli menuntut
untuk meninjau kembali konsep kedaulatan yang bersifat absolut dan kekal.50
Hubungan perdagangan yang menjurus kepada globalisasi yang bebas hambatan
dan saling menguntungkan. Hubungan demikian mendobrak batas-batas teritorial
Negara. Demi kepentingan dagang dan pertumbuhan ekonomi, negara-negara
sepakat untuk ‘melonggarkan’ batas-batas wilayah negara guna memperlancar
keluar-masuknya lalu lintas produk barang dan jasa serta investasi.51 Oleh karena
itu, hubungan internasional yang kompleks ini membutuhkan pengaturan hukum
internasional yang lebih kompleks dan adil, yang mengikat negara serta dapat
dilaksanakan. Hal ini tidak akan pernah tercapai jika tetap berpegang teguh pada
konteks kedaulatan yang absolut.
Para ahli hukum internasional banyak mengemukakan argumentasi bahwa
konsep kedaulatan negara yang absolut jika diterapkan dewasa ini hanya akan
menghasilkan kekacauan internasional, dimana tidak ada aturan main yang dapat
membatasi tindakan negara-negara.52 Prinsip kedaulatan yang absolut dan
50
Mahmul Siregar., Op. Cit., hlm. 22. 51
Huala Adolf, Hukum ekonomi Internasional (Suatu Pengantar) (Jakarta : Rajawali Pers, 1997). Hlm. 225.
52Jonatan Charney, “
persamaan kedudukan tiap negara jika tidak dibatasi ruang lingkupnya melalui
hukum internasional justru akan merugikan kepentingan negara-negara baru
(negara berkembang dan terbelakang), karena secara faktual dalam hubungan
internasional terdapat perbedaan kekuatan dan kemampuan antara negara-negara
maju dan negara-negara berkembang.
Konsep kedaulatan negara yang absolut dan pembatasan kedaulatan
melalui hukum internasonal bukanlah merupakan hal yang bertentangan satu sama
lain, kedaulatan suatu negara diperoleh sebenarnya melalui penyerahan sebagian
kewenangan dan hak dari rakyatnya untuk diatur pelaksanaannya secara baik oleh
pemerintah tersebut. Rakyat yang membatasi kewenangannya melalui penyerahan
sebagian kewenangan tersebut kepada negara adalah konsep yang dapat diterima
secara universal. Oleh karena itu, jika negara pemegang kedaulatan tersebut
kemudian menggunakannya dengan menyerahkan sebagian otonomi mereka
membuat keputusan kepada organisasi-organisasi internasional untuk diatur secara
lebih baik, maka hal ini juga semestinya dapat diterima. 53 Tentunya penyerahan
tersebut harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari masyarakat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi.
Konsep negara absolut sebenarnya sulit untuk digunakan pada masa
globalisasi seperti sekarang ini, konsep kedaulatan negara telah berkembang
seiring perkembangan waktu, khususnya bagi negara-negara berkembang, dengan
alasan-alasan kepentingan nasional mencoba untuk mengekang diri dari mesin
pertumbuhan yang sangat kuat yang tidak bisa untuk dihindari. Yang terjadi
malah fenomena “ilusi sumber daya” dimana mereka berfikir memiliki sumber
53
daya yang sangat besar untuk mensejahterakan rakyatnya padahal mereka sendiri
tidak mampu untuk menggunakan sumber daya tersebut secara optimal tanpa
keterlibatan para pelaku ekonomi global.54 Padahal jika diperhatikan bahwa
penyerahan sebagian kedaulatan tersebut berdasarkan hukum internasional
maupun melalui organisasi-organisasi internasional tidak menyebabkan
kedaulatan tersebut hilang sama sekali, karena dalam sistim hukum internasional,
begitu juga dalam organisasi-organisasi internasional, pengambilan keputusan
tetap dilakukan oleh negara-negara yang semula menyerahkan kedaulatan
tersebut, bukan oleh pengurus-pengurus organisasi tersebut secara individu.55
2. Bentuk-bentuk kedaulatan negara
Pembentukan suatu negara ditentukan oleh kemerdekaan. Negara yang
sudah merdeka atau berdaulat membutuhkan hukum untuk mengatur negaranya
serta memperkuat kedaulatannya. Negara yang sudah merdeka atau berdaulat
berhak mengatur negaranya sebagai bentuk dari kedaulatannya tersebut, bentuk
kedaulatan tersebut dapat berupa kedaulatan kedalam maupun kedaulatan keluar,
berikut pengertian dari kedua bentuk kedaulatan tersebut, yaitu :
a. Kedaulatan ke dalam (internal)
Ialah bahwa kekuasaan negara itu ditaati dan dapat dipaksakan untuk
ditaati oleh rakyatnya, dalam arti bahwa negara tersebut memiliki
kekuasaan untuk mengorganisasi dirinya secara bebas dan memiliki
otonomi untuk melaksanakan kekuasaan tersebut di dalam wilayahnya.
Kedaulatan internal ini terbagi pula kedalam kedaulatan personal ,
teritorial dan fungsional.
54
Kennici Ohmae, Japan’s Administration for US Methods in an Open Book, Wall Street Journal, (dalam) Mahmul Siregar., Ibid., hlm. 26.
55
Kedaulatan personal berkenaan dengan kekuasaan suatu negara terhadap
warga negaranya dimanapun dia berada. Kedaulatan teritorial berkaitan
dengan kekuasaan negara terhadap orang, kekayaan alam dan non-alam di
dalam wilayahnya. Sedangkan kedaulatan fungsional adalah kedaulatan
terbatas terhadap suatu wilayah (region) tertentu. Kedaulatan terbatas ini
acap kali disebut pula dengan istilah “souvereign rights” atau hak-hak
berdaulat. Misalnya hak berdaulat negara terhadap sumber kekayaan
(perikanan) di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).56
b. Kedaulatan keluar
Ialah bahwa kedaulatn ini berkait dengan status dan kemampuan negara
untuk mempertahankan diri terhadap serangan yang datang dari luar dan
sanggup mengadakan hubungan-hubungan internasional. Pengertian status
negara ini harus diartikan sebagai status negara tersebut dengan negara
lain. Dalam hal ini menurut doktrin kedaulatan relatif (doctrine of relative
souvereignty), semua negara berada dalam kedudukan yang sama menurut
hukum internasional.57
Oleh karena itu, negara disatu sisi seharusnya dapat mengatur segala
urusan negaranya membuat suatu aturan yang dapat dipaksakan kepada seluruh
warga negaranya disisi lain juga dapat melakukan suatu kerjasama dengan negara
lain dengan tetap mempertahankan kedaulatan negaranya agar kedaulatan tersebut
dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat
56
Asif Qureshi, International Economic Law (dalam) Huala Adolf., Op Cit., hlm. 229. 57
3. Teori-teori tentang kedaulatan negara
Teori kedaulatan muncul untuk menjawab berbagai pertanyaan yang
muncul terkait dengan kedaulatan negara seperti darimana sebenarnya asal dari
kedaulatan negara dan siapakah yang menguasai kedaulatan negara tersebut.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berikut akan dijabarkan
mengenai beberapa teori mengenai kedaulatan negara, yakni ;
a. Teori Kedaulatan Tuhan
Teori ini mengajarkan bahwa pemerintah/negara memperoleh
kekuasaan yang tertinggi itu dari Tuhan. Para penganut teori ini
berpendapat, bahwa dunia beserta isinya adalah hasil ciptaan Tuhan.
Penganut teori ini antara lain ; Augustinus, Thomas Aquinas, Marsilius
dan lain-lain.58 Menurut Marsulius raja itu adalah wakil daripada Tuhan
untuk melaksanakan kedaulatan atau memegang kedaulatan di dunia.59
Oleh karena itu, kekuasaan raja tidak boleh dibantah oleh rakyatnya,
karena membantah perintah raja berarti menentang tuhan.60
b. Teori Kedaulatan Rakyat
Menurut teori ini, negara memperoleh kekuasaan dari rakyatnya
dan bukan dari Tuhan atau dari raja.61 Yaitu bahwa semula
individu-individu itu dengan melalui perjanjian masyarakat membentuk
masyarakat, dan kepada masyarakat inilah individu itu menyerahkan
kekuasaannya, yang selanjutnya masyarakat inilah yang menyerahkan
58
Samidjo., Op. cit., hlm. 143 59
Soehino, Ilmu Negara (Yogyakarta: Liberty, 1986), hlm. 153. 60
Samidjo., Loc. Cit. 61
kekuasaan tersebut kepada raja. Jadi sebenarnya raja itu mendapatkan
kekuasaannya dari individu-individu tersebut.62
c. Teori Kedaulatan Negara
Menurut teori ini, negara dianggap sebagai suatu kesatuan idea
yang paling sempurna, negara adalah satu hal yang tertinggi, yang
merupakan sumber dari segala sumber kekuasaan. Jadi negaralah sumber
kedaulatan dalam negara. Karena itu negara (dalam arti pemerintah)
dianggap mempunyai hak yang tidak terbatas terhadap life, liberty dan
property dari warga negaranya. Warga negara bersama-sama hak miliknya
itu, apabila perlu dapat dikerahkan untuk kepentingan kejayaan negara.
Mereka taat kepada hukum, tidak disebabkan suatu perjanjian, tetapi
karena hukum itu adalah kehendak negara.63
d. Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori kedaulatan hukum yang memiliki bahkan yang
merupakan kekuasaan tertinggi didalam suatu negara adalah hukum itu
sendiri. Karena baik raja atau penguasa maupun rakyat atau warga negara,
bahkan negara itu sendiri semuanya tunduk kepada hukum. 64 hukum itu
tidak tergantung pada kehendak manusia, yaitu hukum adalah sesuatu
dengan kekuatan memerintah yang terdapat dalam perasaan hukum
manusia, yang sering memaksa manusia bertindak juga bertentangan
dengan kehendaknya sendiri atau bertentangan dengan suatu
62
SoehiNomor, loc, cit., hlm 160 63
Ibid, hlm. 146 64
kecenderungan tertentu padanya. Hukum berdaulat, yaitu diatas segala
sesuatu, termasuk negara.65
B. Tinjauan Umum Mengenai Penanaman Modal Asing 1. Pengertian penanaman modal asing
M. Sornarajah dalam bukunya The International Law on Foreign
Investment, memberikan definisi terhadap penanaman modal asing sebagai berikut
:
“Foreign investment involves the transfer of tangible or intangible asets from
one country into another for the purpose of their use in that country to
generate wealth under the total or partial control of the owner of the asset.”66
Artinya penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata
maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain,tujuannya untuk
digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan dibawah pengawasan
dari pemilik modal, baik secara total maupun sebagian. Dalam definisi ini,
penanaman modal asing (PMA) dikonstruksikan sebagai pemindahan modal dari
negara yang satu ke negara lain. Tujuan penggunaanya adalah mendapatkan
keuntungan.67
Sedangkan sekretariat organisasi perdagangan dunia (sekretariat WTO)
memberikan definisi atau pengertian apa yang dimaksud dengan penanaman
modal asing yaitu :
65
Loc cit, hlm 151. 66
M. Sornarajah, The international law on foreign investment, (dalam) An An Chandrawunlan., Op. Cit., hlm. 37.
67
“When an investor based in one country (the home country) acquires an aset
in another country (the host country) with the intent to manage the aset. The
management dimension is what FDI distinguished from porto folio investment
in foreign stock, bonds and other financial instruments.”68
Draft Text dari perjanjian Multilateral mengenai Penanaman Modal
(Multilateral Investment Agreement) yang dibuat oleh OECD memberikan definisi
yang sangat luas tentang penanaman modal asing termasuk didalamnya tidak
hanya penanaman modal asing langsung, tetapi juga portofolio investment.
Penanaman modal asing langsung (foreign direct invesment) yaitu
kegiatan penanaman modal asing yang melibatkan pengalihan dana (transfer of
funds), proyek yang memiliki jangka waktu yang panjang (long-term project),
bertujuan memperoleh pendapatan regular (the purpose regular income), adanya
partisipasi dari pihak yang melakukan pengalihan dana (the participation of the
person transferring the funds), dan adanya risiko usaha (business risk).69 Selain
itu, penanaman modal asing langsung juga berarti adanya kehadiran fisik penanam
modal asing, ia hadir dan menjalankan usahanya dengan mendirikan suatu badan
usaha yang berstatus sebagai badan usaha asing, sehingga ia harus tunduk dan
mengikuti ketentuan hukum yang ada disuatu negara dimana dia melakukan
penanaman modal asing.70 Sedangkan penanaman modal portofolio (portofolio
invesment/foreign indirect ivestment) adalah penananaman modal asing yang
dilakukan melalui pasar modal atau bursa dengan cara pembelian efek (securities),
sehingga tidak melibatkan pengalihan dana untuk proyek yang bersifat jangka
68
WTO Secretariat, Trade and Foreign Direct Investment, PRESS/57, (October 9, 1996), hlm. 6.
69
David Kairupan., Op. Cit., hlm. 19. 70
panjang dan karenanya pendapatan yang diharapkan juga bersifat jangka pendek
dalam bentuk capital gain atau selisih harga antara jual dan beli saham di bursa
efek.71 Penanam modal juga tidak perlu hadir secara fisik (dalam arti mendirikan
badan usaha) juga tidak perlu terlibat dalam manajemen perusahaan secara
langsung, karena tujuannya buakanlah untuk mendirikan perusahaan melainkan
membeli saham dengan tujuan untuk menjual kembali.72
Draft Text OECD mengemukakan bahwa penanaman modal asing adalah :
Every kind of aset owned or controlled, directly or indirectly, by an investor, including :
(i) An enterprice (being a legal person or any other entity constituted or organized under the applicable law of the contracting party, whether or not to profit, and whether private or government owned or controlled, and includes a corporation, trust, partnership, sole proprietorship, branch joint venture, association or organitation); (ii) Share, stocks or other forms of euity participation in an enterprice,
and right derived therefrom;
(iii) Bonds, debentures, loans and other form of debt and rights derived therefrom;
(iv) Right under contract, including turnkey, construction, management, production or revenue-sharing contract;
(v) Claims to money and claim to performance;
(vi) Rights conferred pursuant to law or contract such as concessions, licenses, authorization, and permits;
(vii) Intellectual property right;
(viii) And other tangible and intangible, movable and immovable property and any related property right, such as leases, morgages, liens and pledges;73
Dari definisi atau pengertian yang dikemukakan diatas terlihat bahwa
terdapat definisi yang begitu luas terhadap penanaman modal asing yang
dikemukakan oleh OECD dalam Draft Text Perjanjian Multilateral di bidang
penanaman modal, di dalamnya termasuk portofolio investment, debt instrument,
intellectual property rights (Hak Kekayaaan Intelektual) dan contractual rights.
71
David kairupan., Loc. Cit. hlm. 19. 72
Sentosa Sembiring., Loc. Cit., hlm. 41. 73
Definisi yang luas dapat mengakibatkan pertentangan dengan negara
penerima modal asing (host country) tentang konsep penanaman modal asing.
Penentuan definisi atau pengertian penanaman modal asing bukanlah didasarkan
pada pendekatan secara akademis, tetapi berdasarkan pada aktivitas bisnis yang
sama yang dilakukan oleh perusahaan- perusahaan multinasional.74
Kecenderungan dari beberapa perjanjian internasional dalam bidang
penanaman modal asing mencakup definisi yang luas bagi penanaman modal
asing. Tujuan dari definisi yang luas adalah untuk menjamin bahwa perlindungan
melalui perjanjian dapat diberikan bagi aktivitas sehubungan dengan penanaman
modal asing. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pihak dalam perjanjian,
untuk menegosiasikan apa yang menjadi lingkup dari penanaman modal asing
tersebut.75
Negara pemilik modal (capital-exporting countries) biasanya mempunyai
kepentingan perlindungan penanaman modal asing yang dilakukan oleh warga
negaranya konsekuensinya bagi mereka membuat definisi yang luas sedapat
mungkin dipakai, karena lebih menguntungkan. Sedangkan bagi negara penerima
modal (capital-importing countries) secara tradisional menginginkan tetap
mempertahankan sebesar mungkin kekuasaannya untuk mengatur penanaman
modal asing. Oleh karena itu, negara penerima modal mendukung definisi yang
sempit dari penanaman modal asing atau agar supaya dapat meminimalisasi
kewajiban-kewajiban liberalisasi mereka dalam suatu perjanjian internasional.76
74
Ibid, hlm. 43.
75 Ibid. 76
Sedangkan UUPM, dalam Pasal 1 angka 3, mendefinisikan “Penanaman Modal Asing” sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri”. Berdasarkan uraian ini maka jelas yang dimaksud dengan penanaman modal asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal
tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan dapat juga yang sifatnya
patungan (joint venture), dimana terdapat penggabungan antara modal yang
sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capital) dan modal yang sumbernya
berasal dari dalam negeri (domestic capital).77
Modal didefinisikan sebagai aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang
bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis
(Pasal 1 angka 7), sedangkan modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara
asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing,
dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki
oleh pihak asing (Pasal 1 angka 8). Batasan penanam modal asing yaitu
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing
yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia (Pasal 1 angka
6).
Pasal 2 UUPM mengatur secara tegas bahwa ketentuan dalam
undang-undang ini berlaku bagi penanaman modal disemua sektor di wilayah negara
Republlik Indonesia. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal tersebut menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “penanaman modal disemua sektor di wilayah
77
Republik Indonesia” adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk
penanaman modal tidak langsung atau portofolio. Namun demikian UUPM tidak
memberikan definisi secara jelas apa yang dimaksud dengan “penanaman modal
langsung (direct investment) dan “penanaman modal tidak langsung (indirect investment) atau “penanaman modal portofolio”.78 Definisi keduanya dapat dijumpai dalam penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN) yang menyebutkan bahwa :
“...penanaman tersebut dapat dilakukan secara langsung, yakni oleh
pemiliknya sendiri, atau tidak langsung, yakni melalui pembelian
obligasi-obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan Negara, emisi-emisi lainnya
(saham-saham) yang dikeluarkan oleh perusahaan, serta deposito dan
tabungan yang berjangka waktu sekurang-kurangnya satu Tahun.”
Uraian diatas menjelaskan bahwa penanaman modal asing sebenarnya
adalah penanaman modal yang dilakukan oleh pihak asing (pemodal asing) atau
pihak asing yang berpatungan dengan pihak lokal (penanam modal asing), dimana
penanaman modal asing itu bersifat langsung dan tidak mencakup penanaman
modal asing yang dilakukan secara tidak langsung melalui badan usaha
Indonesia.79
2. Dasar hukum penanaman modal asing di Indonesia
Penanaman modal asing di Indonesia diatur dalam UUPMtentang
Penanaman Modal yang merupakan pengganti dari undang-undang penanaman
78
David Kairupan., Op. Cit., hlm. 20. 79
modal yang lama, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing (UUPMA) dan Undang –Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN). Berbeda dengan UUPMA
dan UUPMDN yang melakukan pembedaan pengaturan antara penanaman modal
asing dan penanaman modal dalam negeri, maka dalam undang-undang
penanaman modal yang berlaku sekarang, masalah penanaman modal asing
maupun dalam negeri diatur dalam satu kesatuan.
Pengaturan penanaman modal asing berdasarkan undang-undang
penanaman modal selanjutnya diatur dalam berbagai instrumen peraturan
perundang-undangan yang sifatnya cukup kompleks, karena mencakup
pengaturan yang sifatnya multidimensi. Berikut adalah beberapa peraturan
pelaksana dari UUPM yang perlu diperhatikan dalam pengaturan penanaman
modal asing di Indonesia :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah;
b. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan
Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;
c. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang
Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbukadengan Persyaratan
di Bidang Penanaman Modal;
d. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
e. Peraturan Kepala BKPM Nomor 6 Tahun 2011 tentang TataCara
Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan Pelayanan terpadu Satu Pintu di
Bidang Penanaman Modal;
f. Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan tata
Cara Permohonan Penanaman Modal;
g. Peraturan Kepala BKPM Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan
Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal sebagaimana
diubah dengan Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2010;
h. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik;
i. Peraturan Kepala BKPM Nomor 89/SK/2007 tentang Pedoman dan Tata
Cara Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan bagi Perusahaan Penanam
Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah
Tertentu;
j. Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman dan
Tata Cara Pengajuan Permohonan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan.
Selain peraturan perundang-undangan yang mengatur secara langsung
masalah penanaman modal sebagaimana disebutkan diatas, peraturan
perundang-undangan di bidang lainnya juga perlu diperhatikan, seperti peraturan yang
mengatur masalah kewenangan pemberian izin sehubungan dengan penanaman
modal, lingkungan hidup, ketenagakerjaan, perpajakan, kepabeanan, pertanahan,
alih teknologi (transfer of technology), persaingan usaha yang sehat, perlindungan
sektoral seperti telekomunikasi, perhubungan, industry, perdagangan,
pertambangan, perkebunan, kehutanan, atau bahkan peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah.80
Secara konteks aspek internasional, perangkat peraturan yang meratifikasi
konvensi-konvensi atau perjanjian-perjanjian internasional yang terkait dengan
masalah penanaman modal juga perlu kiranya diperhatikan antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia) yang didalamnya mencakup
kesepakatan-kesepakatan mengenai Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPs), Trade Related Aspects of Investment Measures (TRIMs),
dan the General Agreement on Trade in Services (GATS);
b. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1986 tentang Pengesahan
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency;
c. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 tentang Pengesahan
Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbital
Award;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1968 tentang Persetujuan atas Konvensi
tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara dan Warga Negara Asing
mengenai Penanaman Modal (Convention on the Settlement oh Investment
Disputes between States and Nationals of Other States); serta,
e. Perjanjian-perjanjian internasional yang berhubungan dengan kerjasama
investasi dan perdagangan internasional lainnya yang bersifat bilateral
80
(Bilateral Investment Treaty) maupun multilateral (Asia Pasific Economic
Cooperation, Asean Free Trade Agreement, Asean China Free Trade
Agreement, Asean Comprehensive Investment Agreement).
3. Bentuk-bentuk kerjasama penanaman modal asing
Apabila mengacu kepada pengertian Penanamanm Modal Asing dalam
Pasal 1 angka 3 UUPM dan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang
Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang
Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, dapat
ditemukan dua bentuk penanaman modal asing, yaitu :
a. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga Negara
Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. Patungan adalah
bersama-sama mengumpulkan uang untuk suatu maksud tertentu;
b. Langsung, dalam artian seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara dan
atau badan hukum asing.81
Mengenai bentuk kerjasama penanaman modal asing, Ismail Sunny
mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) macam bentuk kerja sama antara modal asing
dan modal nasional, yakni : joint-venture, joint enterprise, dan kontrak karya.
Selain ketiga bentuk kerja sama tersebut, masih terdapat juga bentuk lain yang
dalam kenyataannya atau dalam praktik dilakukan oleh pemodal khususnya
pemodal asing. Dengan kata lain, terdapat berbagai macam bentuk kerja sama
yang dilakukan oleh para penanam modal khususnya penanam modal asing
dengan pemodal nasional.
81
Berikut akan dijelaskan bentuk kerja sama tersebut masing-masing
meskipun secara limitatif, yakni :82
a. Joint-venture
Suatu usaha kerja sama yang dilakukan antara penanam modal
asing dengan modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian
atau kontrak belaka (kontraktuil), dimana tidak membentuk suatu badan
hukum baru seperti halnya pada joint-enterprise.
Beberapa bentuk joint-venture :
1) Technical assistance (service) contract
Yaitu suatu bentuk kerja sama yang dilakukan antar pihak modal asing
dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill
atau cara kerja (method).
Misalnya, suatu perusahaan modal nasional sepanjang yang ingin
memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu
peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal
demikian, maka dibutuhkan technical assistance dari perusahaan
modal asing diluar negeri dengan cara pemabayaran dalam bentuk
royalti yakni pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat
diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.
2) Franchise and brand-use agreement
Yakni suatu bentuk usaha kerja sama yang digunakan, apabila suatu
perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu
barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti, Coca-Cola,
82
Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’Donalds, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya.
3) Manajemen contract
Yaitu suatu bentuk usaha kerja sama antara pihak modal asing dengan
modal nasional menyangkut pengelolaan sautu perusahaan khususnya
dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap
suatu suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan
dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf
internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar
negeri seperti, Hilton Internasional Hotel, Mandarin Internasional
Hotel, dan sebagainya.
4) Build, Opertaion and Transfer (B.O.T)
Yaitu suatu bentuk kerja sama yang relatif masih baru dikenal yang
pada pokoknya merupakan suatu kerja sama antara para pihak di mana
suatu objek dibangun, dikelola atau dioperasikan selama jangka waktu
tertentu diserahkan kepada pemilik asli. Misalnya, pihak swasta
nasional mempunyai gedung atau bangunan mengadakan kerja sama
dengan pihak luar negeri untuk membangun suatu Department Store
ataupun Hotel dimana biaya pembangunan, perencanaan, pelaksnaan
operasinya dilaksanakan oleh pihak asing dengan ja