• Tidak ada hasil yang ditemukan

Induksi Pembungaan Jeruk Siem Kintamani dengan Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi BAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Induksi Pembungaan Jeruk Siem Kintamani dengan Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi BAP"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

INDUKSI PEMBUNGAAN JERUK SIEM KINTAMANI

DENGAN PACLOBUTRAZOL DAN ZAT PEMECAH

DORMANSI BAP

MADE RAMALAKSANA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Induksi Pembungaan Jeruk Siem Kintamani dengan Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi BAP adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015 Made Ramalaksana

(4)

ABSTRAK

MADE RAMALAKSANA. Induksi Pembungaan Jeruk Siem Kintamani dengan Paclobutrazol dan BAP. Dibimbing oleh DARDA EFENDI dan KETTY SUKETI.

Jeruk Siem Kintamani merupakan komoditas hortikultura unggulan Provinsi Bali. Permasalahan yang dihadapi petani jeruk Siem Kintamani adalah produksi buah yang tidak merata sepanjang tahun. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas paclobutrazol dan zat pemecah dormansi BAP dalam menginduksi pembungaan jeruk Siem Kintamani (Citrus reticulata Blanco). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 hingga Maret 2015 di Desa Mangguh, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 2 faktor dan 4 ulangan. Faktor pertama adalah aplikasi paclobutrazol yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0, 0.5, 1.0, dan 1.5 g/tanaman. Faktor kedua adalah aplikasi BAP yang terdiri atas 3 taraf, yaitu 0, 100, dan 200 ppm/tanaman. Paclobutrazol dapat menekan jumlah tunas, pertambahan panjang tunas yang dihasilkan dan meningkatkan jumlah bunga terbentuk. Paclobutrazol 0.5 g/tanaman meningkatkan jumlah bunga terbentuk tanaman jeruk Siem Kintamani. BAP 200 ppm dapat meningkatkan jumlah tunas dan tidak dapat

meningkatkan pembungaan tanaman jeruk Siem Kintamani. Paclobutrazol 1.5 g/tanaman dan BAP 200 ppm/tanaman dapat meningkatkan jumlah tunas yang

dihasilkan.

Kata kunci: BAP, efektivitas, paclobutrazol,pembungaan di luar musim.

ABSTRACT

MADE RAMALAKSANA. Flowering Induction of Siem Kintamani Citrus with Paclobutrazol and BAP. Supervised by DARDA EFENDI and KETTY SUKETI.

Siem Kintamani is one of superior citrus commodities in Bali. The problem that

faced by Siem Kintamani farmer’s is production of fruit is not distributed throughout

a year. The purposes of this research was to study the effectiveness of paclobutrazol and dormancy-breaking substance BAP to induce flowering of Siem Kintamani (Citrus reticulata Blanco). The research was conducted at Siem Kintamani farmer’s in Mangguh Village, Bangli Regency, Bali in October 2014 to March 2015. The research was arranged as factorial randomized block design with 2 factors and 4 replications. The first factor is paclobutrazol aplication consists of 4 levels; 0, 0.5, 1.0, and 1.5 g/plant. Second factor is BAP aplication consists of 3 levels; 0, 100, and 200 ppm/plant. The result showed that the paclobutrazol effected to decrease the total of the shoots produced, shoot length, and increase the total of flowers. Paclobutrazol 0.5 g/plant increase total flowers production from Siem Kintamani plant. BAP 200 ppm increase the total shoots and not influence the flowering of Siem Kintamani plant. Combination treatment of paclobutrazol 1.5 g/plant and BAP 200 ppm/plant can increase the total of shoots production.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

INDUKSI PEMBUNGAAN JERUK SIEM KINTAMANI

DENGAN PACLOBUTRAZOL DAN ZAT PEMECAH

DORMANSI BAP

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul : Induksi Pembungaan Jeruk Siem Kintamani dengan Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi BAP

Nama : Made Ramalaksana NIM : A24110133

Disetujui oleh

Dr Ir Darda Efendi, MSi Dr Ir Ketty Suketi, MSi Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul "Induksi Pembungaan Jeruk Siem Kintamani dengan Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi BAP" dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian dan skripsi ini dilaksanakan dan disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program di strata satu Agronomi dan Hortikultura IPB serta untuk memenuhi pengetahuan penulis mengenai aplikasi paclobutrazol dan zat pemecah dormansi yang efektif untuk induksi pembungaan pada jeruk.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Darda Efendi, MSi dan Dr Ir Ketty Suketi, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pedoman dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada I Wayan Gede Suyatartha dan Ni Ketut Resti sebagai orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material, Bapak I Wayan Slamet sebagai selaku pemilik kebun jeruk dimana penelitian ini dilaksanakan, Bapak Wira dan Bapak Kerti selaku pekerja yang membantu jalannya penelitian. Ucapan terima kasih selanjutnya penulis ucapkan untuk teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 48 dan teman-teman Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma serta PKHT yang telah membantu dalam memberi dukungan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih atas pembiayaan penelitian ini dalam program Hibah Penelitian Program Pengembangan Ipteks dengan no kontrak 081/SP2H/PL/Dit. Litabnas/VI/2014 tanggal 10 Juni 2014 yang diketuai oleh Dr Ir Ketty Suketi, MSi. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Morfologi Jeruk 2

Agroklimat Jeruk 3

Fisiologi Pembungaan Jeruk 3

Fenologi Pembungaan Jeruk 4

Paclobutrazol 4

Zat Pemecah Dormansi BAP 5

METODE PENELITIAN 5

Waktu dan Tempat 5

Bahan dan Alat 6

Metode Pelaksanaan 6

Pelaksanaan Percobaan 7

Perlakuan Penelitian 7

Pengamatan 7

Pertumbuhan Vegetatif 7

Pertumbuhan Generatif 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Fase Generatif 8

Fase Vegetatif 12

KESIMPULAN DAN SARAN 15

Kesimpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(11)

DAFTAR TABEL

1 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah bunga pada 5 cabang

tersier tanaman jeruk 9

2 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap persentase fruit set pada 5

cabang tersier tanaman jeruk 10

3 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah buah pada 5 cabang

tersier tanaman jeruk 11

4 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap persentase gugur buah pada

5 cabang tersier tanaman jeruk 12

5 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah tunas pada 5 cabang

tersier tanaman jeruk 13

6 Interaksi paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah tunas pada 5 cabang

tersier tanaman jeruk minggu ke-20 13

7 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap panjang tunas pada 5 cabang

tersier tanaman jeruk 14

8 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah daun pada 5 cabang

tersier tanaman jeruk 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kegiatan penelitian 18

2 Data curah hujan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tahun 2014 19 3 Data hari hujan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tahun 2014 20

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah merupakan bahan pangan yang memiliki nutrisi penting untuk tubuh. Semakin hari semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya kandungan nutrisi dalam buah. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah tersebut meningkatkan kebutuhan buah jeruk di Indonesia. Produksi jeruk nasional tahun 2013 sebesar 1 548 401 ton (BPS 2014a) belum dapat mencukupi kebutuhan jeruk di indonesia, hal ini dibuktikan dengan volume impor buah jeruk yang mencapai 2 594 825 ton pada Desember 2013 (BPS 2014b). Volume impor tersebut dapat dikatakan masih tinggi, oleh sebab itu Indonesia perlu meningkatkan produksi jeruk segar.

Buah jeruk Siem Kintamani terkenal secara luas memiliki rasa yang khas, berkulit tipis, manis dengan sedikit asam serta memiliki kandungan vitamin C yang berguna bagi kesehatan. Tanaman jeruk Siem Kintamani merupakan salah satu tanaman hortikultura yang menjadi komoditas unggulan di Bali. Budidaya jeruk Siem Kintamani sudah lama dilakukan di Provinsi Bali. Sentra tanaman jeruk Siem Kintamani Provinsi Bali berada di wilayah Kabupaten Bangli (Suryana et al. 2005).

Pemenuhan kebutuhan jeruk Kintamani masih sulit, hal ini disebabkan oleh panen yang tidak merata (musiman). Bulan September hingga Oktober merupakan perkembangan fase vegetatif tanaman jeruk Valencia (Stuckens et al. 2011). Secara alami jeruk Siem Kintamani berbunga antara bulan November hingga Desember. Delapan hingga sembilan bulan setelah berbunga jeruk dapat dipanen, antara bulan Juli hingga Agustus yang merupakan puncak panen jeruk Siem Kintamani. Sesuai fenologi alami jeruk Siem Kintamani pada bulan Desember hingga Juli terjadi kelangkaan produksi buah jeruk di Bali (Purnamasari 2010). Musim panen jeruk Siem Kintamani yang tidak sepanjang tahun tersebut sangat merugikan karena menyebabkan lonjakan harga pada saat buah sedikit dan turun harga pada saat buah banyak. Permasalahan tersebut dapat diatasi salah satunya dengan cara mengatur pola produksi jeruk Siem Kintamani.

Pengaturan pembungaan di luar musim dapat memperpanjang atau memperpendek masa berbuah sehingga tidak terjadi fluktuasi produksi yang terlalu signifikan. Menurut Bernier et al. (1985) induksi pembungaan dapat dilakukan dengan perlakuan stres air, kontrol nutrisi, waktu pencahayaan, dan suhu rendah. Menurut Poerwanto dan Inoue (1990) induksi pembungaan tanaman dapat dilakukan dengan menurunkan kadar giberelin endogenus pada tanaman jeruk Satsuma Mandarin. Menurut Davies dan Albrigo (1994) asam giberelin mencegah induksi pembungaan pada jeruk selama masa pembungaan.

(14)

2

(1990) membuktikan bahwa aktivitas giberelin pada ranting-ranting jeruk Satsuma Mandarin yang diberikan perlakuan paclobutrazol lebih rendah dibanding dengan ranting yang tidak diberi perlakuan.

Aplikasi paclobutrazol dapat meningkatkan kandungan karbohidrat dalam jaringan kayu pada tanaman apel. Kandungan karbohidrat ini digunakan tanaman untuk menginduksi pembungaan. Namun penggunaan paclobutrazol menyebabkan meningkatnya biosintesis asam absisat (ABA). Peningkatan asam absisat (ABA) menyebabkan dormansi tunas. Dormansi tunas dapat dipecahkan dengan aplikasi zat pemecah dormansi (Steffen et al. 1985). BAP (6-benzyl amino purin) merupakan salah satu zat pemecah dormansi yang dapat digunakan. BAP merupakan golongan sitokinin, turunan dari adenin yang dapat mendorong pembelahan sel, mendorong pertumbuhan tunas aksilar dan lateral, pemecahan dormansi tunas. Penggunaan BAP (6-benzyl amino purin) dapat menaikkan jumlah tunas bunga hingga 162.9% dengan konsentrasi 100 ppm pada tanaman jeruk (Citrus reticulata) (Mulyani 1996). Penelitian ini dilakukan untuk menginduksi pembungaan jeruk Siem Kintamani dengan aplikasi paclobutrazol dan zat pemecah dormansi BAP.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dosis optimal paclobutrazol dan BAP yang diperlukan untuk induksi pembungaan pada jeruk Siem Kintamani di luar masa pembungaan.

Hipotesis

1. Aplikasi paclobutrazol dapat menginduksi bunga tanaman jeruk Siem Kintamani.

2. Aplikasi BAP dapat memecah dormansi tunas bunga yang muncul.

3. Terdapat kombinasi dosis paclobutrazol dan BAP yang optimum untuk induksi pembungaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Jeruk

(15)

3

Agroklimat Jeruk

Iklim, tanah, dan air merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jeruk. Di daerah ekuator jeruk dapat ditanam dari permukaan laut sampai ke ketinggian 2 000 mdpl pada ketinggian tersebut suhu 10 oC lebih rendah dari permukaan laut, yaitu sekitar 17 oC. Rata - rata suhu malam dan suhu siang sangat penting pada tanaman jeruk karena mempengaruhi rasa buah dan warna kulit (Harjadi 1989).

Kecamatan Kintamani memiliki topografi bergelombang hingga berbukit dengan tingkat kemiringan lahan berkisar antara 0-60%. Kecamatan ini terletak pada ketinggian 900-1 550 mdpl. Tahun 2008-2010, curah hujan pada kecamatan ini berkisar antara 1 227.50-2 896.00 mm/tahun. Pada tahun 2011 bulan basah terjadi pada bulan Desember hingga bulan Mei, sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni hingga Oktober. Kecamatan ini memiliki suhu berkisar pada 15-25 oC, dengan kelembaban 80-99% (Nampa 2011).

Fisiologi Pembungaan Jeruk

Inisiasi pembungaan merupakan proses yang penting dalam siklus hidup suatu tanaman, terjadi proses perkembangan dari proses-proses vegetatif menjadi reproduktif. Tanaman akan siap berbunga setelah mencapai tingkat kematangan tertentu yang disebut ripe to flower. Kondisi ripe to flower tidak terjadi secara spontan menghasilkan inisiasi primordia bunga. Kondisi tersebut harus diikuti oleh kondisi lingkungan tertentu. Faktor lingkungan utama yang dapat mengendalikan pembungaan adalah air, cahaya, suhu, nutrisi. Inisiasi pembungaan diatur oleh keseimbangan karbohidrat-nitrogen (C/N ratio) pada tanaman. Kelebihan suplai zat makanan (karbohidrat) dalam tubuh tanaman merangsang terjadinya pembungaan (Bernier et al. 1985).

Menurut Ryugo (1990) pada prinsipnya terdapat 3 konsep penting dalam induksi pembungaan yaitu terdapat hormon pembungaan (florigen), terdapat keseimbangan antara karbohidrat dan nitrogen pada tanaman yang dikenal dengan istilah C/N ratio, perubahan biokimia dalam apeks yang mengalihkan asimilat ke apeks tunas sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan dari tunas vegetatif menjadi tunas generatif. Menurut Weaver (1972) aktivitas metabolisme pada tanaman dipengaruhi oleh hormon endogen. Hormon tersebut tidak dapat bekerja sendiri dalam mempengaruhi setiap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hormon tersebut adalah hormon giberelin dan sitokinin.

(16)

4

Penelitian tersebut menunjukkan hormon sitokinin dapat menggantikan zat pada daun yang menginduksi pembungaan.

Fenologi Pembungaan Jeruk

Fenologi pembungaan merupakan proses perkembangan tanaman jeruk dari tanaman berbunga hingga dapat dipanen. Tahap perkembangan tersebut melewati beberapa proses. Proses perkembangan melalui tahap perkembangan vegetatif tanaman, pembungaan tanaman, fruit set (pembentukan buah), perkembangan buah, dan masa panen (Spiegel-Roy dan Goldschmidt 1996). Secara alami jeruk Siem Kintamani mulai berbunga pada bulan November hingga Desember yang disebabkan oleh cekaman kekeringan pada bulan Juli hingga Oktober. Hujan pada bulan November menyebabkan tanaman jeruk berbunga (Purnamasari 2010). Dua sampai tiga minggu setelah bunga muncul, bunga akan mengalami mekar sepenuhnya. Bila terjadi penyerbukan tanaman akan membentuk pentil buah 2 minggu setelah terjadi polinasi (Sarwono 1988). Tujuh hingga delapan bulan setelah pentil terbentuk buah dapat dipanen, pada jeruk Siem Kintamani bulan Juli hingga Agustus merupakan bulan panen. Fenologi tersebut sangat tergantung oleh keadaan cuaca dan iklim setempat sehingga fenologi jeruk Siem Kintamani dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan cuaca dan iklim (Purnamasari 2010). Fenologi diatas sejalan dengan penelitian Stuckens et al. (2011) mengenai fenologi pada jeruk Valencia yang dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan pada bulan September hingga Oktober merupakan fase pertumbuhan daun (vegetatif). Bulan September merupakan masa berbunga (anthesis). Bulan November merupakan bulan terjadinya fruit set , perkembangan buah dimulai dari bulan Desember hingga Maret. Bulan Mei hingga Juni merupakan proses perubahan warna buah jeruk Valencia hingga siap panen pada bulan Juli hingga Agustus.

Paclobutrazol

(17)

5 Voon et al. (1992) menyatakan selain menghambat pertumbuhan vegetatif paclobutrazol juga mendorong pembungaan pada beberapa pohon buah-buahan tropis. Perlakuan paclobutrazol dengan dosis 2 g/tanaman mampu meningkatkan pembungaan tanaman manggis (Rai et al. 2004) dan jeruk keprok (Darmawan et al. 2014) berturut-turut hingga 212%, 196% dibandingkan kontrol. Semakin besar dosis zat penghambat tumbuh paclobutrazol yang diberikan pada tanaman jeruk siem (Citrus reticulata Blanco) maka induksi pembungaan akan semakin kuat. Perlakuan paclobutrazol dapat menginduksi pembungaan namun secara tidak langsung juga meningkatkan biosintesis asam absisat (ABA) yang menyebabkan terjadinya dormansi tunas, perlakuan paclobutrazol perlu dikombinasikan dengan aplikasi zat pemecah dormansi (Syahbudin 1999).

Zat Pemecah Dormansi BAP

BAP (6-benzil amino purin) merupakan turunan dari adenin yang aktivitasnya tinggi dalam mendorong pembelahan sel. BAP mempunyai struktur yang serupa dengan kinetin dan merupakan salah satu jenis kinetin sintetik. Sitokinin mempengaruhi proses fisiologis di dalam tanaman. Aktivitas yang utama adalah mendorong pembelahan sel, perkembangan embrio, memperlambat senesens pada daun, buah dan organ lainnya, serta memecah dormansi (Weaver 1972).

Menurut Bernier et al. (1985) selama pecah tunas, terjadi perubahan-perubahan dalam tunas, yaitu peningkatan kandungan sitokinin, asam nukleat, protein, poliamin, respirasi, produksi etilen dan sebagainya. Chandraparnik et al. (1992) membuktikan total kandungan sitokinin meningkat dalam xylem 30 hari sebelum pembentukan tunas bunga dan maksimal selama pembentukan bunga dan bunga mekar pada tanaman durian. Kandungan sitokinin berkorelasi positif dengan pembentukan bunga. Sitokinin berfungsi mendorong pemecahan tunas bunga yang mengalami dormansi. Sostenes (1996) membuktikan bahwa pemberian zat pemecah dormansi BAP dengan dosis 100 ppm yang diaplikasikan tiga bulan setelah pemberian paclobutrazol pada tanaman jeruk (Citrus reticulata) berpengaruh dalam meningkatkan jumlah tunas bunga, panjang tunas tanaman, dan jumlah daun dewasa dibandingkan dengan kontrol.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

(18)

6 Kintamani pada kebun percobaan ± 300 tanaman, dengan jarak tanam 2.3 x 2.7 m. Sistem penanaman yang dilakukan menggunakan sistem monokultur. Sistem irigasi yang digunakan pada kebun ini adalah sistem irigasi tadah hujan. Produksi rata-rata jeruk di Desa Mangguh  331.11 ton/tahun dengan populasi pohon

 18 121 pohon. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah paclobutrazol dan

BAP (6-benzyl amino purin) dengan beberapa konsentrasi. Bahan dan alat yang digunakan adalah larutan perekat, alat pengukur, gembor, ember, hand sprayer.

Metode Pelaksanaan

Percobaan dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) factorial. Pada minggu ke-1 hingga minggu ke-7 data diolah dengan menggunakan RKLT factorial dengan 1 faktor, yaitu perlakuan zat penghambat tumbuh paclobutrazol sebagai faktor tunggal. Pada minggu ke-8 hingga minggu ke-22 data diolah dengan menggunakan RKLT factorial dengan 2 faktor, yaitu perlakuan zat penghambat tumbuh paclobutrazol sebagai faktor pertama dan zat pemecah dormansi BAP sebagai faktor kedua. Aplikasi paclobutrazol terdiri atas: kontrol (P1), 0.5 g/tanaman (P2), 1 g/tanaman (P3), 1.5 g/tanaman (P4). Aplikasi zat pemecah dormansi BAP terdiri atas: kontrol (B1), 100 ppm/tanaman (B2), 200 ppm/tanaman (B3). Perlakuan zat pemecah dormansi dilakukan 45 hari setelah aplikasi (HSA) paclobutrazol. Perlakuan diulang sebanyak 4 kali dengan 1 tanaman tiap satuan percobaan sehingga terdapat 48 satuan percobaan.

Persiapan lahan dilakukan untuk memetakan tanaman yang digunakan sesuai dengan layout percobaan (Lampiran 4). Pengamatan organ vegetatif dilakukan sebelum aplikasi paclobutrazol. Paclobutrazol diaplikasikan pada tanah sebanyak satu kali sesuai dosis yang ditentukan. Aplikasi zat pemecah dormansi dilakukan 45 hari setelah aplikasi (HSA) setelah aplikasi paclobutrazol dengan penyemprotan pada tajuk tanaman.

Model matematika RKLT factorial 2 faktor yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + ρk+ αi+βj+ (αβ)ij+εijk

Yijk : Nilai pengamatan pada faktor induksi dosis paclobutrazol taraf ke-i, faktor BAP taraf ke-j dan ulangan ke-k

μ : Rataan umum

ρk : Pengaruh blok ke-k

αi : Pengaruh faktor induksi paclobutrazol ke-i

βj : Pengaruh faktor BAP ke-j

(αβ)ij : Komponen interaksi dari faktor induksi paclobutrazol ke-i, faktor BAP

(19)

7 Data yang diperoleh diuji dengan uji Annova, hasil yang menunjukkan berbeda nyata dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% dengan menggunakan software SAS 9.1.

Pelaksanaan Percobaan

Tanaman dipilih sebanyak 48 tanaman yang seragam berdasarkan umur tanaman, tinggi tanaman, ukuran tajuk, dan kondisi tanaman. Setiap perlakuan

diberikan label sesuai dengan jenis perlakuan. Setiap tanaman contoh dipilih 5 cabang tersier yang diamati pertumbuhan tunas vegetatif dan generatif.

Pemilihan cabang tersier dilakukan dengan acak, cabang tersier yang dipilih merupakan cabang yang sehat (tidak terserang penyakit).

Pemupukan awal dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang ayam dengan dosis 25 kg/pohon yang diberikan sebelum perlakuan dimulai. Pemangkasan (pruning) dilakukan sebelum perlakuan dimulai (setelah panen berlangsung), hal ini dilakukan bertujuan untuk menghilangkan cabang-cabang yang kering dan terserang oleh hama dan penyakit. Pengendalian gulma pada areal bawah tajuk pohon juga dilakukan secara manual dengan alat pemotong dan kimiawi dengan aplikasi Roundup.

Perlakuan Penelitian

Aplikasi paclobutrazol dilakukan pada minggu ke-4 setelah panen

berlangsung (5 Oktober 2014), paclobutrazol dengan dosis 0, 0.5, 1.0, dan 1.5 g/pohon dilarutkan dalam 1 l air, aplikasi paclobutrazol dilakukan sebanyak

satu kali dengan cara disiramkan ke tanah dekat dengan batang utama tanaman (dikocor). Perlakuan kedua yaitu aplikasi zat pemecah dormansi BAP, dimana BAP diaplikasikan 45 hari setelah aplikasi paclobutrazol (21 November 2014), BAP diaplikasikan sebanyak 1 kali dengan cara mencampurkan 0, 100 dan 200 ppm/pohon kedalam 1 l air, kemudian disemprotkan ke seluruh bagian tajuk tanaman hingga tanaman benar-benar basah.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan seminggu sekali sejak perlakuan paclobutrazol. Pengamatan yang dilakukan dengan mengambil 5 sampel cabang tersier dalam satu pohon untuk diamati pertumbuhan vegetatif dan generatifnya. Peubah yang diamati diantaranya:

Pertumbuhan Vegetatif

1. Jumlah tunas per cabang sampel

Pengamatan dilakukan setelah tunas pecah dan keluar bakal daun diamati setiap minggu.

2. Panjang tunas (cm)

Pengamatan diukur dari pangkal tunas sampai pada titik tumbuh tunas terminal dan diamati setiap minggu.

3. Jumlah daun per tunas

(20)

8

Pertumbuhan Generatif

1. Jumlah bunga

Jumlah bunga adalah jumlah bunga yang muncul pada cabang sampel yang diamati, dilakukan setiap minggu setelah aplikasi paclobutrazol.

2. Jumlah buah terbentuk

Jumlah buah terbentuk adalah jumlah buah yang terbentuk pada cabang sampel yang diamati, dilakukan setiap minggu setelah aplikasi paclobutrazol.

3. Persentase Fruit set

Fruit set diamati setelah bunga mekar, dihitung dengan rumus : Fruit set (%) = J B B Ter e

Perlakuan paclobutrazol dapat meningkatkan pembungaan pada minggu

ke-9 hingga minggu ke-20 setelah aplikasi paclobutrazol. Paclobutrazol 0.5 g/tanaman dapat meningkatkan pembungaan 92.40% dibandingkan kontrol

pada minggu ke-20 setelah aplikasi paclobutrazol. Paclobutrazol 1 dan 1.5 g/tanaman tidak berbeda dibandingkan kontrol pada minggu ke-20 setelah

aplikasi paclobutrazol (Tabel 1). Paclobutrazol merupakan zat penghambat pertumbuhan dengan menghambat kerja hormon giberelin. Weaver (1972) menyatakan hormon giberelin berfungsi dalam pertumbuhan vegetatif tanaman dalam hal pembelahan sel. Keadaan hormon giberelin yang normal, hasil fotosintat akan digunakan untuk proses pertumbuhan vegetatif. Perlakuan paclobutrazol akan menyebabkan terhambatnya biosintesis giberelin sehingga pertumbuhan vegetatif menjadi terhambat. Terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman akan menyebabkan hasil fotosintat menumpuk pada pucuk/tunas tanaman. Terhambatnya pertumbuhan vegetatif tersebut akan menyebabkan tanaman berbunga. Sostenes (1996) dan Syahbudin (1999) pada jeruk siem (Citrus reticulata Blanco) dan Darmawan et al. (2014) pada jeruk keprok (Citrus reticulata) membuktikan bahwa pemberian zat penghambat tumbuh paclobutrazol pada tanaman dapat menghambat biosintesis giberelin dan dapat menginduksi pembungaan pada tanaman jeruk.

(21)

9 menyerap larutan paclobutrazol secara maksimal. Keadaan ini yang menyebabkan aplikasi paclobutrazol kurang efektif diaplikasikan pada bulan Oktober. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Syahbudin (1999) yang membuktikan bahwa semakin besar dosis paclobutrazol yang diberikan pada tanaman jeruk siam (Citrus reticulata Blanco) maka penghambatan biosintesis giberelin semakin besar, sehingga induksi semakin kuat.

Perlakuan BAP tidak dapat menginduksi pembungaan tanaman jeruk Siem Kintamani. Pengaruh BAP hanya terlihat pada minggu ke-2 dan minggu ke-9 setelah perlakuan BAP. BAP 0 ppm/tanaman (kontrol) menghasilkan bunga lebih banyak dibandingkan BAP 100 dan 200 ppm/tanaman (Tabel 1). Hasil penelitian ini sesuai dengan Darmawan et al. (2014) membuktikan bahwa penggunaan zat pemecah dormansi tidak berpengaruh terhadap pembungaan tanaman jeruk keprok. Pengaruh BAP tidak terlihat diakibatkan karena pada aplikasi BAP Bulan November sebagian besar tanaman sudah berbunga sesuai dengan Susanto dan Purwanto (1999) yang melaporkan bahwa perlakuan zat pemecah dormansi yang diaplikasikan tidak berpengaruh terhadap waktu munculnya bunga akibat tanaman mangga sudah berbunga sebelum diaplikasikan zat pemecah dormansi.

Pada iklim tropika tanaman buah mengalami induksi pembungaan dengan cekaman kekeringan (stres air). Pada saat aplikasi zat pemecah dormansi BAP tanaman jeruk Siem Kintamani sudah terinduksi secara alami oleh adanya bulan kering. Bulan kering yang dialami adalah bulan Mei hingga November. Pada bulan November tanaman telah mengalami pembungaan disebabkan oleh turunnya hujan sebesar 15 mm pada bulan tersebut selama 2 hari (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996) menyatakan hujan terus menerus selama 2 hari atau lebih setelah tanaman jeruk mengalami 2 bulan atau lebih kekeringan dapat menyebabkan induksi pembungaan pada iklim tropis. Tabel 1 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah bunga pada 5 cabang

tersier tanaman jeruka

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); baplikasi BAP dilakukan pada minggu ke-7 setelah aplikasi paclobutrazol

Perlakuan paclobutrazol tidak dapat meningkatkan persentase fruit set tanaman jeruk Siem Kintamani, perbedaan hasil terjadi hanya pada minggu ke 4 setelah aplikasi paclobutrazol namun semua dosis paclobutrazol tidak berbeda

Minggu setelah aplikasi paclobutrazol (MSA)

Pemecah Dormansi BAP (ppm/tanaman)b

0 3.7a 4.0 4.1a 4.2 4.4

100 2.3b 2.7 2.7b 3.0 3.2

200 2.8ab 3.1 3.2b 3.5 4.4

(22)

10

dengan kontrol. Persentase fruit set yang terbentuk pada kontrol, perlakuan paclobutrazol 0.5, 1, dan 1.5 g/tanaman pada minggu ke-22 setelah perlakuan paclobutrazol secara berturut-turut 19.72%, 14.75%, 68.50%, dan 36.95% (Tabel 2). Perlakuan BAP tidak dapat meningkatkan persentase fruit set yang terbentuk. Pada penelitian ini persentase fruit set tidak meningkat disebabkan oleh banyaknya bakal buah yang gugur. Bakal buah yang gugur disebabkan oleh keadaan tanaman yang kekurangan zat hara, hal ini dilihat dari rapuhnya tangkai buah yang terbentuk sehingga bila terkena angin, buah akan gugur. Permasalahan lain adalah serangan hama lalat buah yang terjadi. Lalat buah bertelur pada buah jeruk muda hingga buah yang siap panen, hal ini menyebabkan rontoknya buah jeruk bila telur telah berkembang menjadi larva. Candraparnik (1992) membuktikan bahwa perlakuan paclobutrazol pada tanaman durian tidak dapat meningkatkan persentase fruit set yang terbentuk. Darmawan et al. (2014) membuktikan paclobutrazol dan zat pemecah dormansi (etephon, BAP, dan KNO3) tidak dapat meningkatkan fruit set pada tanaman jeruk keprok garut. Tabel 2 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap persentase fruit set pada 5

cabang tersier tanaman jeruka

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); baplikasi BAP dilakukan pada minggu ke-7 setelah aplikasi paclobutrazol.

Perlakuan paclobutrazol tidak dapat meningkatkan pembentukan buah jeruk Siem Kintamani. Perlakuan paclobutrazol 1 g/tanaman meningkatkan pembentukan buah lebih banyak dibandingkan paclobutrazol 0.5 g/tanaman pada minggu ke-4 setelah aplikasi paclobutrazol, namun semua dosis paclobutrazol tidak berbeda dengan kontrol (Tabel 3). Perlakuan BAP tidak berpengaruh terhadap pembentukan buah tanaman jeruk. Candraparnik et al. (1992) membuktikan bahwa paclobutrazol tidak mempengaruhi fruit set yang terbentuk dan perkembangan buah pada tanaman durian. Hasil tersebut berbeda dengan Darmawan et al. (2014) yang membuktikan bahwa paclobutrazol dapat meningkatkan total buah terbentuk dibandingkan kontrol pada tanaman jeruk keprok garut. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan keadaan lingkungan dan waktu aplikasi zat yang kurang tepat. Aplikasi paclobutrazol pada penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober (Lampiran 2) dimana pada bulan

Minggu setelah aplikasi paclobutrazol (MSA)

4 8 12 16 20 22

Pemecah Dormansi BAP (ppm/tanaman)b

0 68.78 53.42a 31.69 30.04 45.53

100 56.35 28.42b 16.84 57.24 56.33

200 51.29 31.44b 18.14 16.16 53.08

(23)

11 tersebut masuk ke dalam bulan kering. Keadaan kering menyebabkan akar tanaman kurang efektif dalam menyerap larutan yang diaplikasikan, sehingga dampak dari paclobutrazol tidak begitu terlihat.

Jumlah buah yang terbentuk pada perlakuan paclobutrazol 1 g/tanaman dan kontrol lebih banyak dibandingkan jumlah bunga yang terbentuk, hal ini disebabkan oleh tanaman tersebut telah memiliki buah pada saat aplikasi paclobutrazol dan BAP. Jumlah buah yang terbentuk pada perlakuan paclobutrazol 0.5 dan 1.5 g/tanaman lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah bunga terbentuk, hal ini disebabkan oleh terjadinya kerontokan bunga dan gugur buah pada tanaman jeruk. Kerontokan ini disebabkan oleh serangan hama lalat buah yang terjadi. Serangan ini sudah lama terjadi dan menyebabkan penurunan hasil yang sangat besar. Kondisi curah hujan yang tinggi juga dapat menyebabkan bunga dan buah muda rontok. Perlakuan zat pemecah dormansi BAP tidak dapat meningkatkan jumlah buah pada tanaman jeruk Siem Kintamani. Effendi (1994) menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi tanaman dalam proses pembungaan dan pembuahan pada tanaman mangga.

Tabel 3 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah buah pada 5 cabang tersier tanaman jeruka

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); baplikasi BAP dilakukan pada minggu ke-7 setelah aplikasi paclobutrazol

Perlakuan paclobutrazol dan zat pemecah dormansi yang diaplikasikan pada tanaman jeruk Siem Kintamani tidak mengurangi gugur buah yang terjadi (Tabel 4). Hal ini disebabkan oleh hujan lebat pada bulan Januari dengan curah hujan mencapai 329 mm (Lampiran 2). Di samping itu, terdapat serangan hama berupa lalat buah yang masih tinggi. Davies dan Albrigo (1994) menyatakan gugur buah pada tanaman jeruk terjadi disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kandungan nutrisi yang kurang pada tanaman, sehingga tangkai buah rapuh dan buah rontok. Faktor eksternal juga menjadi penyebab terjadinya gugur buah, seperti adanya serangan lalat buah (Bactocera sp) pada buah jeruk baik buah jeruk kecil maupun buah yang siap panen. Faktor eksternal lainnya adalah hujan lebat dan angin kencang yang terjadi sehingga menyebabkan rontoknya buah.

Minggu setelah aplikasi paclobutrazol (MSA)

4 8 12 16 20 22

Pemecah Dormansi BAP (ppm/tanaman)b

0 3.6 3.9 3.9 4.1 4.4

100 3.4 3.5 3.5 3.7 3.9

200 2.8 3.0 3.1 3.2 3.5

(24)

12

Tabel 4 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap persentase gugur buah pada 5 cabang tersier tanaman jeruk

Fase Vegetatif

Perlakuan paclobutrazol dapat menurunkan jumlah tunas pada tanaman jeruk Siem Kintamani mulai dari minggu ke-12 hingga minggu ke-22 setelah aplikasi paclobutrazol. Jumlah tunas terbentuk pada tanaman kontrol (tanpa paclobutrazol) yaitu 5.1 tunas pada minggu ke-22 setelah aplikasi paclobutrazol (Tabel 5). Perlakuan paclobutrazol 1 g/tanaman dapat menurunkan jumlah tunas tanaman jeruk Siem Kintamani sebanyak 37.21% dibandingkan kontrol. Perlakuan paclobutrazol 0.5 dan 1.5 g/tanaman tidak dapat menurunkan jumlah tunas tanaman jeruk Siem Kintamani. Pada minggu ke-22 jumlah tunas mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh tunas generatif yang muncul telah berubah menjadi buah. Poerwanto et al. (1997) membuktikan bahwa paclobutrazol dapat menghambat tunas vegetatif yang muncul dan dapat menginduksi munculnya bunga pada tanaman mangga Gadung 21. Darmawan et al. (2014) membuktikan perlakuan paclobutrazol 2 g/tanaman dapat menurunkan jumlah tunas yang terbentuk dibandingkan kontrol pada tanaman jeruk keprok.

Perlakuan zat pemecah dormansi BAP dapat meningkatkan jumlah tunas yang terbentuk dibandingkan kontrol pada minggu ke-5 hingga minggu ke-15 setelah aplikasi BAP. Perlakuan BAP 200 ppm/tanaman menghasilkan jumlah tunas terbentuk 5.3 tunas (Tabel 5), dibanding kontrol terjadi peningkatan jumlah tunas sebanyak 52.30% pada minggu ke-15 setelah aplikasi BAP. Perlakuan 200 ppm/tanaman tidak lebih baik dari perlakuan BAP 100 ppm/tanaman, dan perlakuan 100 ppm/tanaman menunjukkan hasil yang sama dibandingkan dengan kontrol. Sostenes (1996) membuktikan perlakuan BAP dapat meningkatkan jumlah tunas hingga 100% pada tanaman jeruk siem (Citrus reticulata Blanco). Pengaruh BAP terhadap pemecahan dormansi tunas disebabkan oleh fungsinya dalam mendorong pembelahan sel. BAP merupakan zat pemecah dormansi golongan sitokinin. Weaver (1972) menyatakan sitokinin memiliki peran dalam mendorong pembelahan sel, perkembangan embrio, memperlambat senesens pada daun, buah dan organ lainya, serta memecah dormansi.

Gugur buah (%)

(25)

13

Tabel 5 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah tunas pada 5 cabang tersier tanaman jeruka

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); baplikasi BAP dilakukan pada minggu ke-7 setelah palikasi paclobutrazol

Interaksi paclobutrazol dan BAP dapat meningkatkan jumlah tunas jeruk Siem Kintamani pada minggu ke-9 hingga minggu ke-20 setelah aplikasi paclobutrazol. Kombinasi perlakuan paclobutrazol 1.5 g/tanaman dengan BAP 200 ppm/tanaman menghasilkan jumlah tunas yaitu 9.0 tunas (Tabel 6). Kombinasi tersebut meningkatkan jumlah tunas hingga 114.28 % dibandingkan dengan kontrol. Kombinasi tersebut tidak berbeda dengan kombinasi antara paclobutrazol 0.5 g/tanaman dengan BAP 100 ppm/tanaman dan kombinasi antara paclobutrazol 0.5 g/tanaman dengan 200 ppm/tanaman. Interaksi ini lebih dominan dipengaruhi oleh perlakuan BAP karena BAP diaplikasikan langsung pada daun tanaman sedangkan paclobutrazol diaplikasikan pada akar tanaman. Paclobutrazol diaplikasikan pada saat bulan kering sehingga penyerapan oleh akar tanaman kurang efektif. Sostenes (1996) membuktikan perlakuan BAP dapat meningkatkan jumlah tunas pada tanaman jeruk siem hingga 100%. Davies dan Albrigo (1994) menyatakan peningkatan jumlah tunas ini berhubungan dengan munculnya bunga pada jeruk, jika kondisi tanaman dan keadaan lingkungan sesuai untuk pembungaan maka tunas tersebut akan berkembang menjadi tunas generatif yang merupakan tahap awal pembungaan.

Tabel 6 Interaksi paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah tunas 5 cabang tersier tanaman jeruk minggu ke-20a

aHuruf pada angka yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Perlakuan paclobutrazol dapat menurunkan panjang tunas tanaman jeruk

Siem Kintamani pada minggu ke-8 setelah aplikasi paclobutrazol. Panjang tunas pada tanaman kontrol (tanpa paclobutrazol) lebih tinggi dibandingkan tanaman

4 8 12 16 20 22

Pemecah Dormansi BAP (ppm/tanaman)b

(26)

14

yang diberikan paclobutrazol 1.5 g/tanaman pada minggu ke-8. Perlakuan paclobutrazol 1.5 g/tanaman menurunkan panjang tunas hingga 30.15% dibandingkan kontrol. Pada perlakuan paclobutrazol dan BAP pertambahan panjang tanaman tidak berbeda dengan kontrol pada semua dosis (Tabel 7). Darmawan et al. (2014) membuktikan perlakuan paclobutrazol 2 g/tanaman dapat menurunkan panjang tunas dibandingkan kontrol pada tanaman jeruk keprok. Goldschmidt dan Monselise (1972) menyatakan pemberian paclobutrazol menghambat biosintesis giberelin yang menyebabkan laju pembelahan dan perpanjangan sel menjadi lambat tanpa keracunan. Pengaruh langsung pada morfologi tanaman adalah pengurangan pertumbuhan vegetatif dan mendorong pembungaan pada beberapa spesies tanaman.

Perlakuan zat pemecah dormansi BAP tidak dapat menaikkan panjang tunas dibandingkan kontrol. Panjang tunas tanaman yang diberikan dosis BAP 200, 100 ppm/tanaman dan kontrol secara berturut-turut yaitu 9.0, 10.4, dan 8.9 cm pada minggu ke-15 setelah aplikasi BAP (Tabel 7). Weaver (1972) pengaruh BAP terhadap pemecahan dormansi tunas disebabkan oleh fungsinya dalam mendorong pembelahan sel, sehingga terjadi pemanjangan tunas. Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996) menyatakan setiap varietas jeruk memiliki kemampuan yang berbeda dalam merespon senyawa kimia dan lingkungan, sehingga pada beberapa varietas jeruk aplikasi zat dapat menunjukkan hasil yang berbeda.

Tabel 7 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap panjang tunas 5 cabang tersier tanaman jeruka

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); baplikasi BAP dilakukan pada minggu ke-7 setelah aplikasi paclobutrazol; cpeningkatan panjang (%) dari minggu ke-8 hingga minggu ke-22 setelah aplikasi paclobutrazol

Perlakuan paclobutrazol tidak dapat mengurangi jumlah daun tunas dibandingkan kontrol. Jumlah daun tunas yang terbentuk pada kontrol, perlakuan paclobutrazol 0.5, 1, dan 1.5 g/tanaman secara berturut-turut 9.9, 10.7, 8.5, 9.6 daun pada minggu ke-22 setelah aplikasi paclobutrazol (Tabel 8). Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian Sostenes (1996) yang membuktikan perlakuan paclobutrazol 1 g/tanaman dapat mengurangi jumlah daun tunas

Minggu setelah aplikasi paclobutrazol (MSA) Pemecah Dormansi BAP (ppm/tanaman)b

0 6.11 7.39 7.92 8.62 8.95 57.19

100 7.29 8.78 9.17 10.12 10.48 47.32

200 6.44 7.23 7.84 8.67 9.09 49.69

(27)

15 dibandingkan kontrol pada tanaman jeruk siem. Davies dan Albrigo (1994) menyatakan tanaman jeruk pada iklim tropika memiliki tahap generatif maupun vegetatif yang tidak serempak sehingga menurut Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996) aplikasi zat kimia pada tanaman jeruk di iklim tropika akan menunjukan hasil yang berbeda diakibatkan kondisi fisiologis tanaman yang berbeda.

Perlakuan zat pemecah dormansi BAP tidak dapat mempengaruhi jumlah daun yang terbentuk. Jumlah daun tunas pada kontrol, perlakuan BAP 100, dan 200 ppm/tanaman, secara berturut-turut 9.1, 10.0, dan 10.0 daun pada minggu ke-15 setelah aplikasi BAP (Tabel 8), sedangkan Sostenes (1996) membuktikan perlakuan BAP dapat meningkatkan jumlah daun pada jeruk siem (Citrus reticulata B). Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996) menyatakan setiap varietas jeruk memiliki kondisi fisiologis berbeda dalam setiap fase pertumbuhan sehingga dalam merespon senyawa kimia menunjukkan hasil yang berbeda.

Tabel 8 Pengaruh paclobutrazol dan BAP terhadap jumlah daun 5 cabang tersier tanaman jeruk

aAplikasi BAP dilakukan pada minggu ke-7 setelah aplikasi paclobutrazol

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Paclobutrazol 0.5 g/tanaman dapat meningkatkan jumlah bunga terbentuk pada minggu ke-12 hingga minggu ke-20 setelah aplikasi paclobutrazol. BAP tidak mampu memecah dormansi dalam parameter jumlah bunga terbentuk disebabkan aplikasi BAP pada waktu yang kurang tepat. Interaksi paclobutrazol

dan BAP terjadi dengan meningkatkan jumlah tunas pada paclobutrazol 0.5 g/tanaman dengan BAP 100/200 ppm/tanaman dan paclobutrazol 1.5 g/tanaman dengan BAP 200 ppm/tanaman, namun belum meningkatkan

jumlah bunga. Perlakuan paclobutrazol dan BAP tidak dapat meningkatkan jumlah buah pada penelitian ini.

Minggu setelah aplikasi paclobutrazol (MSA)

4 8 12 16 20 22 Paclobutrazol (g/tanaman)

0.0 5.7 6.4 7.8 8.0 9.5 9.9

0.5 5.7 6.6 8.9 8.8 10.4 10.7

1.0 5.3 5.4 6.9 6.8 8.2 8.5

1.5 6.8 7.2 8.4 8.4 9.3 9.6

Pemecah Dormansi BAP (ppm/tanaman)a

0 6.6 7.2 7.3 8.7 9.1

100 6.5 8.5 8.3 9.7 10.0

200 6.1 8.3 8.3 9.7 10.0

(28)

16

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang waktu jeruk Siem Kintamani berbunga sehingga didapat waktu pengaplikasian yang terbaik. Perlu diperhatikan kondisi lahan dan kondisi tanaman jeruk Siem Kintamani tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2012. Varietas Jeruk Unggulan Nasional. Malang (ID): Balitjestro

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014a. Produksi buah-buahan menurut provinsi [Internet]. [diunduh 2014 Mar 12]. Tersedia pada: http//bps.go.id

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014b. Data ekspor dan impor menurut komoditas. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 18]. Tersedia pada: http//bps.go.id

Belding RD, Young E. 1989. Shoot and root temperature effects on xylary cytokinin levels during bud break in young apple trees. HortScience. 24(1):115-117

Bernier G, Kinet JM, Sachs RM. 1985. The Physiology of Flowering. Volume I. Florida (US): CRC Press

Candraparnik S, Hiranpradit H, Punnachit U, Salakpetch S. 1992. Paclobutrazol influence flower induction in durian (Durio zebethinus Murr.). Acta Horticulturae. 321:282-290

Cathey HM. 1975. Comparative plant growth retarding activities of ancymidol with ACPH phosfon, chlormequat and SAPH on ornamental plant species. HortScience. 10(3):204-216

Darmawan M, Poerwanto R, Susanto S. 2014. Aplikasi prohexadian-Ca, paclobutrazol, dan strangulasi untuk induksi pembungaan di luar musim pada tanaman jeruk keprok (Citrus reticulata). J. Hort. 24(2): 133-140 Davies FS, Albrigo LG. 1994. Citrus. Wiltshire (GB): CAB International.

Efendi D. 1994. Studi stimulasi pembungaan mangga (Mangifera indica L. cv. Arumanis) dengan kalium nitrat dan paclobutrazol [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Goldschmidt EE, Monselise SP. 1972. Hormonal Control of Flowering in Citrus and Some Other Woody Perennials. Carr DJ, editor. Berlin (DE): Springer-Verlag

Harjadi SS. 1989. Dasar - dasar Hortikultura. Bogor (ID): IPB Pr

Lizawati. 2008. Induksi pembungaan dan pembuahan tanaman buah dengan penggunaan retardan. J Agron Indonesia. 12(2):18-22

Mulyani S. 1996. Pengaruh zat pemecah dormansi yang diaplikasikan setelah paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan jeruk keprok siem (Citrus reticulata) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Nampa IW. 2011. Pemanfaatan sistem geografis (SIG) dalam penataan kawasan agroindustri kopi arabika di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli [tesis]. Denpasar (ID): Universitas Udayana.

(29)

17 Poerwanto R, Inoue H. 1990. Effect of air and soil temperatures in autumn on

flower induction and some physiological responses of satsuma mandarin. J. Japan Soc Hort. Sci. 59:207-214.

Purnamasari IA. 2010. Analisis pemasaran jeruk di Kabupaten Bangli [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret

Rai IN, Poerwanto R, Darusman LK, Purwoko BS. 2004. Pengaturan pembungaan tanaman manggis (Garcinia mangostana L) di luar musim dengan strangulasi, serta aplikasi paclobutrazol dan etepon. Bul Agron. 32(2):12-20 Ryugo K. 1990. Flowering and fruit set in temperate fruit trees. Proceedings of

the International Seminar Off-season Production of Horticultural Crops 1989 Taiwan; 1989 27 Nov-3 Dec: Food and Fertilizer Technology Center for the Asian and Pacific Region. Taiwan (TW) p:21-26

Sarwono B. 1988. Jeruk dan Kerabatnya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Sostenes. 1996. Pengaruh waktu pemberian beberapa zat pemecah dormansi yang diaplikasikan setelah pemberian paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan jeruk keprok siem (Citrus reticulata B.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Spiegel-Roy P, Goldschmidt EE.1996. Biology of Citrus. Cambridge (US): Cambridge University Press

Steffens GL, Wang SY, Faust M, Byun JK. 1985. Growth, carbohydrate, and mineral elemen status of shoot and spur leaves and fruit 'Spartan' apple trees treated with paclobutrazol. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 110:850-855

Stuckens J, Dzikiti S, Verstraeten WW, Verreynne S, Swennen R, Coppin P. 2011. Physiological interpretation of a hyperspectral time series in citrus orchard. Agricultural and Forest Meteorology. 151:1002-1015

Susanto S, Poerwanto R. 1999. Pengaruh Paclobutrazol dan hidrogen Sianida terhadap pertumbuhan dan pembungaantanaman mangga arumanis. Bul Agron. 27:22-29

Suryana A, Suyamto, Supriyanto A, Agustian A, Triwiratno A, Winarno M. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Jakarta (ID): Departemen Pertanian

Syahbudin. 1999. Studi stimulasi pembungaan jeruk siem (Citrus reticulata Blanco) dengan paclobutrazol dan zat pemecah dormansi etepon [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Upreti KK, Reddy YTN, Shivu Prasad SR, Bindhu GV, Jayaram HL, Shailendra Rajan. 2013. Hormonal changes in response to paclobutrazol induced early flowering in mango cv. Totapuri. Scientia Horticulturae. 150:414-418 Voon CH, Hongsbanich N, Pitakpaivan C. 1992. Cultar development in tropical

fruits an overview. Acta Horticulturae. 32:270-281

Wahyuni RD. 2005. Pengaruh aplikasi paklobutrazol dan KNO3 terhadap pertumbuhan dan pembungaan durian (Durio zibethinus Murr.) cv. Monthong [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

(30)
(31)

19 Lampiran 2 Data curah hujan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tahun

2014

PELAYANAN JASA INFORMASI KLIMATOLOGI No. /DAT-KLIM/V-2015 DATA UNSUR IKLIM BULANAN

JENIS UNSUR IKLIM : CURAH HUJAN

SATUAN : milimeter

LOKASI PENGAMATAN/STASIUN : Ds. KINTAMANI,KEC.KINTAMANI, KAB.BANGLI, PROP.BADUNG KOORDINAT : 008O 14’ 24’’ S – 115O19’ 49’’ E ELEVASI*) : 1475 Meter

Ket. - : tidak ada hujan

Sumber : Balai Besar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar

Keterangan :

*) : rata-rata ketinggian yang diukur dari muka laut

TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

2014 2015

436.0 329.0

(32)

20

Lampiran 3 Data hari hujan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tahun 2014

PELAYANAN JASA INFORMASI KLIMATOLOGI No. /DAT-KLIM/V-2015 DATA UNSUR IKLIM BULANAN

JENIS UNSUR IKLIM : HARI HUJAN

SATUAN : hari

LOKASI PENGAMATAN/STASIUN : Ds. KINTAMANI,KEC.KINTAMANI, KAB.BANGLI, PROP.BADUNG KOORDINAT : 008O 14’ 24’’ S – 115O19’ 49’’ E ELEVASI*) : 1475 Meter

Ket. 0 : tidak ada hujan

Sumber : Balai Besar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar

Keterangan :

*) : rata-rata ketinggian yang diukur dari muka laut

TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

(33)

21 Lampiran 4 Layout Penelitian

Lokasi Atas P1B1(3) P1B1(3) P1B1(3)

P1B1(4) P2B1(4) P2B2(4)

P1B2(4) P1B3(4) P2B3(4) P2B2(3) P2B3(3)

P3B1(3) P3B2(3) P3B3(3) P2B1(3)

P3B1(4) P3B2(4) P3B3(4)

P4B2(4) P4B1(3)

P4B1(4) P4B3(4) P4B3(3) P4B2(3)

Lokasi Tengah

P1B1(1) P4B3(1) P4B2(1) P3B3(1) P2B2(1) P2B1(1)

P4B1(1) P3B1(1) P3B2(1) P2B3(1) P1B2(1) P1B2(1) Lokasi Bawah

P1B1(2) P1B3(2) P1B2(2)

P2B3(2) P2B2(2) P2B1(2) P4B2(2)

P4B3(2) P4B1(2) P2B3(2) P3B2(2) P3B1(2)

Keterangan

P1: Kontrol BAP

P2: Paclobutrazol dosis 0.5 g/tanaman P3: Paclobutrazol dosis 1.0 g/tanaman P4: Paclobutrazol dosis 1.5 g/tanaman B1: Kontrol BAP

(34)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Denpasar, Provinsi Bali pada tanggal 22 Desember 1992. Penulis adalah anak kedua dari I Wayan Gede Suyatartha dan Ni Ketut Resti.

Penulis lulus dari SD Cipta Dharna pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Denpasar dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 4 Denpasar pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tulis.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan t-tes dengan taraf signifikansi 5% diperoleh t hitung = 2,27, sedangkan t tabel =1,68 Karena t hitung > t tabel sehingga dapat

Guru boleh menggunakan pangkalan data untuk aktiviti pengajaran dan pembelajaran misalnya dengan menggalakkan pemikiran aras tinggi hasil meminta murid mengkaji pelaporan

Menurut Keraf (2006: 138), persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Maksudnya ialah langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.

Lebih dari dua juta ekor rayap tanah dapat hidup dalam satu koloni.. Ratu dari beberapa jenis rayap mampu meletakkan 86.000 telur

Pemilik lahan hanya akan menyediakan lahan untuk dipakai dalam usaha pertanian, sedangkan BULOG akan menanggung tiga faktor modal lainnya, yaitu tenaga kerja (keahlian),

Angka yang dihasilkan dari penghitungan analisis regresi sederhana menunjukkan nilai koefisien determinasi (R Square ) sebesar 0.638 atau dituliskan dalam persen

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan antara konsentrasi COHb pada responden yang bekerja kurang dari 3 tahun dan responden yang bekerja lebih

Table 1: Number of cattle with suspected lesions and tested for foot and mouth disease (FMD) using a pen-side test (Svanodip FMD ag test) per village, out of three randomly