• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Lanskap Wisata Di Pantai Pasir Putih Satu Kabupaten Fakfak, Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Lanskap Wisata Di Pantai Pasir Putih Satu Kabupaten Fakfak, Papua Barat"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

2

PENGELOLAAN LANSKAP WISATA

DI PANTAI PASIR PUTIH SATU, KABUPATEN FAKFAK,

PAPUA BARAT

HERAWATY PARE

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

5

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lanskap Wisata di Pantai Pasir Putih Satu Kabupaten Fakfak, Papua Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Herawaty Pare

(4)
(5)

5

ABSTRAK

HERAWATY PARE. Pengelolaan Lanskap Wisata di Pantai Pasir Putih Satu Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

Pantai Papua memiliki pemandangan yang indah, udara yang sejuk, dan tempat yang menarik untuk kegiatan rekreasi. Lanskap ini berpotensi di sektor pariwisata. Sayangnya, pembangunan yang tidak terkendali dan masalah sosial budaya yang terjadi berpotensi mengancaman kelestariannya. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang tepat untuk mengatasinya. Pantai Pasir Putih Satu merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Kabupaten Fakfak, Papua Barat yang perlu dilestarikan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis masalah serta potensi tapak yang berkaitan dengan pengelolaan, dan membuat rencana pengelolaan. Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan, sambil melakukan magang di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Fakfak. Berdasarkan hasil penelitian, pengelolaan di kawasan ini adalah tidak efektif. Penyebab utamanya adalah mengenai masalah kepemilikan lahan, sehingga berpengaruh pada pengelolaannya. Tidak ada lembaga yang mengelola kawasan ini. Pemeliharaan hanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis, kemudian akan terbentuk rencana pengelolaan berupa rekomendasi manajemen yang berisi struktur organisasi, pekerjaan, jadwal, alat dan bahan, rencana anggaran, serta kebijakan pengelolaan yang dapat membuat lanskap menjadi berkualitas, fungsional, dan berkelanjutan.

Kata kunci: kapasitas kerja, keberlanjutan, sistem pengelolaan lanskap, wisata,

ABSTRACT

HERAWATY PARE. Tourism Landscape Management in “Pasir Putih Satu” Beach, Fakfak Regency, West Papua. Supervised by HADI SUSILO ARIFIN.

Papua Beach has a beautiful coast, mild weather, and attractive place for recreation activities. This potential landscape for the tourism sector. However, uncontrolled development and social cultural issues potential threat to its sustainability. Therefore, right management is needed to overcome. “Pantai Pasir Putih Satu” is one of the tourist destination in Fakfak Regency, West Papua that need to be preserved. The purpose of this study is do identify and analyze the problems and potential of the site related to the management, and do establish management plans. The study was conducted eight months, while doing an internship at the Department of Culture and Tourism Fakfak Regency. Based on the results of research, management of this area is not effective. The main cause is a land tenure issues, so the effect on its management. There is no institution that do responsible do manage this area. Maintenance has been done by local people. Based on identification and analysis, then get management plan form of management recommendations contains the organizational structure, employment, schedules, tools and materials, budget plans, and management policy which can make the landscape qualified, functional, and sustainable.

(6)
(7)

2

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PENGELOLAAN LANSKAP WISATA

DI PANTAI PASIR PUTIH SATU, KABUPATEN FAKFAK,

PAPUA BARAT

(8)
(9)
(10)
(11)

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga September 2014 ini ialah Pengelolaan Lanskap, dengan judul “Pengelolaan Lanskap Wisata di Pantai Pasir Putih Satu Kabupaten Fakfak, Papua Barat” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi dan Dewi Rezalini Anwar, SP, M. A. Des selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, dukungan, dan berbagai masuk yang diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen-dosen penguji Dr. Ir. Nurhayati H S Arifin, MSc dan Dr. Kaswanto, SP. MSi atas bimbingan, dukungan, dan masukannya. Disamping itu, terima kasih juga kepada Bapak Kaliktus Tanggahma, S. Pd selaku Kepala Dinas dan seluruh pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Fakfak atas bimbingan serta bantuan selama kegiatan penelitian berlangsung. Selain itu, terima kasih juga kepada sahabat-sahabat dan teman-teman ARL 46 atas bantuan, dukungan dan doanya. Ungkapan terima kasih ini juga penulis ucapkan kepada Bapak, Ibu, Kak Wirda, dan Deny serta keluarga besar atas doa dan dukungan baik moril maupun materil yang tidak tergantikan.

Bogor, Februari 2015

(12)
(13)

2

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Pesisir 3 Wisata 3

Pengertian Wisata 3

Penawaran Wisata 4

Permintaan Wisata 4

Pengelolaan Wisata Pesisir 5

Pengelolaan Lanskap 5

Pengelolaan Lanskap Pesisir 6

Pengelolaan Wisata 6

Pariwisata Berkelanjutan 6

METODE Lokasi 7 Waktu 8 Alat dan Data Penelitian 8 Metode 9 Pengumpulan Data 9

Analisis dan Sintesis 9

1. Analisis Deskriptif 9

2. Analisis Daya Dukung Kawasan 9

3. Analisis Efektivitas Kerja 10

4. Analisis Penawaran dan Permintaan Wisata 11

(14)

Batasan 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Situasional Kabupaten Fakfak 12 Geografi 12

Iklim 12

Topografi dan Kemiringan 13

Demografi dan Sosial Ekonomi 13

Vegetasi 14

Geologi dan Tanah 14

Hidrologi 14

Analisis Situasional Pantai Pasir Putih Satu 15 Aspek Fisik 15

Aspek Biofisik 15

Aspek Sosial Budaya 15

1. Karakteristik Pengunjung 15

2. Persepsi Pengunjung 15

Kondisi Lanskap Pantai Pasir Putih Satu 15

Pola Pembagian Ruang 16

1. Area Parkir 17

2. Area Transisi 18

3. Area Penyangga 18

4. Area Rekreasi 18

5. Area Terbangun 19

Sirkulasi 19

1. Jalur Sirkulasi Kendaraan Pengunjung 19

2. Jalur Sirkulasi Pengunjung (Manusia) 20

Tanaman 20

Fasilitas di Pantai Pasir Putih Satu 22

Kegiatan Pemeliharaan Pantai Pasir Putih Satu 24

Pembersihan Areal Kawasan dan Tanaman 24

Pembuangan sampah 24

(15)

Pemangkasan Semak 25

Pengelolaan Pantai Pasir Putih Satu 25 Struktur Organisasi 26

Ketenagakerjaan 28

Jadwal Pemeliharaan 28

Alat dan Bahan Pemeliharaan 28

Anggaran Biaya Pemeliharaan 29

Efektivitas Kerja 29

Rencana Pengelolaan Lanskap 29 Struktur Organisasi 30

Ketenagakerjaan 31

Jadwal Pemeliharaan 31

Alat dan Bahan Pemeliharaan 33

Anggaran Biaya Pemeliharaan 37

Aspek Wisata 38

1. Penawaran Wisata 38

2. Permintaan Wisata 38

3. Daya Dukung Kawasan 39

4. Fasilitas Rekreasi 40

Kebijakan 40

1. Sosial Budaya 40

2. Tata Ruang 41

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 41

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

1 Jenis Data yang Diperlukan 8

2 Kriteria Daya Dukung Wisata Alam 10

3 Standar Kapasitas Kerja Operator Pemeliharaan Taman 10

4 Kondisi Iklim Kabupaten Fakfak 13

5 Tanaman Eksisting Pantai Pasir Putih Satu 20

6 Fasilitas yang Tersedia 23

7 Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan di Pantai Pasir Putih Satu 24

8 Jadwal Pemeliharaan Lanskap Pantai Pasir Putih Satu 28

9 Inventarisasi alat Pemeliharaan di Pantai Pasir Putih Satu 29

10 Kapasitas Tenaga Kerja 29

11 Rekomendasi Jadwal pemeliharaan 33

12 Rekomendasi Alat dan Bahan Pemeliharaan 33

13 Rencana Biaya Pengadaan Barang Pertahun 35

14 Rencana Biaya Pemeliharaan Pertahun 37

15 Produk dan Jasa Wisata yang Ditawarkan di Pantai Pasir Putih Satu 35

16 Faktor-faktor Permintaan Wisata yang Berlangsung Di Pantai Pasir putih Satu 39

17 Daya Dukung Aktivitas Rekreasi Kawasan 39

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 2

2 Lokasi Penelitian 7 3 Peta Eksisting Pantai Pasir Putih Satu 16 4 Titik-titik Obyek yang Ada 16

5 Peta Pembagian Ruang Pantai Pasir Putih Satu 17 6 Area Parkir 17 7 Area Transisi 18 8 Area Penyangga 18 9 Area Rekreasi 18

10 Area Terbangun 19

11 Peta Sirkulasi Pantai Pasir Putih Satu 19

12 Sampah Kering yang Siap Dibakar 25

13 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Fakfak 27

14 Rencana Model Kemitraan 30

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lanskap pesisir merupakan sebuah lanskap peralihan antara lanskap daratan dan lanskap perairan (Dahuri et al. 1996). Pesisir menyediakan pemandangan pantai dan laut yang indah, udara yang sejuk, serta tempat yang atraktif untuk berbagai aktivitas rekreasi dan pariwisata. Pariwisata kini telah menjadi bagian penting kebutuhan dasar masyarakat dan semakin berkembang. Hal ini sangat berpotensi meningkatkan perekonomian suatu daerah melalui sektor pariwisata.

Papua merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya. Pesona alam dan kondisi alam yang ditawarkan sangat indah dan menarik. Pesona alam pesisirnya pun mampu berhasil memikat mata dunia. Pesisirnya menyediakan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan yang menarik, sehingga menjadi potensi daya tarik wisata. Hal ini menyebabkan pesisir banyak dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Namun, maraknya pembangunan di daerah pesisir yang tidak terkontrol berpotensi mengancam kelestariannya.

Salah satu lanskap pesisir di Papua Barat yang dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata adalah Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak. Namun, akibat dari aktivitas pembangunan yang semakin meningkat dan berbagai permasalahan sosial budaya yang timbul berpotensi mengancaman kelestarian lanskapnya. Oleh karena itu, untuk mengatasinya dibutuhkan suatu usaha pengelolaan yang tepat. Permasalahan utama yang menjadi penghambat pengelolaan kawasan ini adalah hak kepemilikan lahan. Hal ini menyebabkan belum ada lembaga yang mengelola kawasan ini. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Kabupaten Fakfak telah melakukan berbagai upaya untuk dapat bertindak sebagai pengelola kawasan ini, seperti menyusun Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata (RIPOW) Pantai Pasir Putih, namun hingga saat ini belum diaplikasikan. Secara umum, RIPOW yang direncanakan hanya sebatas manajemen dari aspek wisata. Oleh karena itu, perlu dibuat rencana pengelolaan yang tepat untuk memaksimalkannya, baik dari aspek manajemen dan aspek wisatanya.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi dan menganalisis berbagai permasalahan dan potensi Pantai Pasir Putih Satu terkait pengelolaannya;

2. mencari alternatif untuk menyusun rencana pengelolaan Pantai Pasir Putih Satu sehingga menjadikan lanskap tersebut tersebut menjadi berkualitas, fungsional, dan berkelanjutan terutama fungsinya sebagai kawasan wisata.

Manfaat Penelitian

(18)

2

bagi pihak-pihak yang mengelola Pantai Pasir Putih Satu dalam rangka melestarikan dan menunjang fungsi kawasan sebagai kawasan wisata.

Kerangka Pikir

Pemanfaatan suatu kawasan yang tidak diiringi pengelolaan yang tidak tepat berpotensi mengancam kelestariannya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu usaha pengelolaan yang tepat untuk melestarikannya.

Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak merupakan salah satu lanskap pesisir yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Namun, berbagai permasalahan yang muncul berpotensi mengancam kelestariannya. Oleh karena itu, kawasan ini membutuhkan sistem pengelolaan yang tepat agar lestari. Berbagai isu pengelolaan yang timbul harus dianalisis dan dievaluasi agar diketahui penyebab dan potensi yang dapat mempengaruhi kelestarian kawasan ini. Hasil dari analisis dan evaluasi tersebut perlu disintesis sehingga menghasilkan produk lanskap berupa rencana pengelolaan lanskap. Penelitian ini fokus pada sistem pengelolaan. Produk lanskap yang dihasilkan adalah rencana pengelolaan lanskap pesisir yang dapat menjadikan lanskap ini menjadi berkualitas, fungsional, dan berkelanjutan (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Manajemen Teknis

Lanskap Pesisir Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak

Research (Pengumpulan Data)

Analisis Tapak Evaluasi Aspek Pengelolaan

Sintesis

Biaya Organisasi Tenaga Kerja Jadwal Alat &

Bahan

Kebijakan Solusi Pengelolaan

Pengelolaan Lanskap

Rencana Pengelolaan Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak

Isu Pengelolaan

(19)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Pesisir

Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Batas wilayah pesisir di tiap negara berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumberdaya dan sistem pemerintahan sendiri.

Salah satu penentuan batas wilayah pesisir untuk kepentingan pengelolaan adalah batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir yang ditetapkan menjadi dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat manusia (pembangunan) yang memberikan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumber daya pesisir, maka wilayah pesisir ke arah darat untuk kepentingan perencanaan dapat sangat jauh ke arah hulu. Dalam pengelolaan sehari-hari, pemerintah (pihak pengelola) memiliki kewenangan penuh untuk menolak izin pembangunan (Dahuri et al. 1996).

Definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembasan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto 1976 disitasi oleh Dahuri et al. 1996).

Wisata Pengertian Wisata

Dalam Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Setiap orang akan berwisata dan pariwisata bisa lakukan di dalam dan di luar tempat tinggalnya. Dasar konsep pariwisata adalah manusia,wilayah geografis baik daerah asal maupun destinasi tujuan wisata serta industri yang menyediakan fasilitas dan pelyanan wisata (Ismayanti 2010). Menurut Janianton dan Helmut 2005, dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok, yaitu:

1. permintaan atau kebutuhan;

2. penawaran dan pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri;

3. pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; dan 4. pelaku dan aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi.

(20)

4

Penawaran Wisata

Penawaran wisata terkait dengan produk dan jasa yang ditawarkan atau diberikan kepada wisatawan. Produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi seseorang selama melakukan kegiatan wisata (Freyer 1993 disitasi oleh Janianton dan Helmut 2005). Sedangkan jasa adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan produk tersebut. Produk dan jasa tersebut harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan.

Elemen penawaran wisata terdiri dari:

1. luas lahan, yaitu luas lahan yang disediakan kawasan wisata untuk kegiatan rekreasi;

2. fasilitas, mencakup keseluruhan fasilitas penunjang rekreasi yang ditawarkan oleh tempat wisata kepada wisatawan;

3. infrastruktur, mencakup semua konstruksi di bawah dan di atas tanah di kawasan wisata.;

4. atraksi, yaitu objek wisata yang memberikan kenikmatan bagi wisatawan. Atraksi terbagi menjadi atraksi alam, atraksi budaya, dan atraksi buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah dan adat istiadat. Sedangkan atraksi buatan yaitu meliputi wisata buatan;

5. aksesibilitas, mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang dapat menjangkau wisatawan dengan tujuan wisata;

6. manajemen, yaitu mencakup manajemen kawasan terkait pemeliharaan kawasan maupun pengelolaan wisatanya termasuk didalamnya pegawai, alat, pos informasi dan tempat sampah yang disediakan; dan

7. amenitas, yaitu infrastruktur yang tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Contohnya adalah bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan, penerbit dan penjual buku panduan wisata, dan seni pertunjukan.

Semakin lengkap dan terintegrasinya unsur-unsur tersebut di dalam produk wisata maka semakin kuat posisi penawaran dalam sistem kepariwisataan. Untuk memperkuat posisi tersebut maka kualitas produk yang ditawarkan perlu diperhatikan dengan baik. Kualitas produk yang baik terkait dengan empat hal, yaitu:

1. keunikan yaitu kombinasi kelangkaan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata;

2. originalitas mencerminkan keaslian, yaitu seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya; 3. otentitas mengacu pada keaslian, hanya saja lebih terkait pada kecantikan atau

nepotisme daya sebagai atraksi wisata (Kontogeorgopulos 2003 disitasi oleh Janianton dan Helmut 2005); dan

4. keragaman, produk dan jasa yang ditawarkan, yang dimana wisatawan harus diberikan banyak pilihan produk dan jasa yang secara kualitas.

Permintaan Wisata

(21)

5

diinginkan oleh wisatawan. Berbagai hal tersebutlah yang mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berwisata ke suatu tempat wisata. Beberapa pertimbangan penting yang dilakukan wisatawan dalam memutuskan perjalanan wisata adalah:

1. Biaya

Biaya merupakan hal yang paling dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan berwisata. Biaya akan menentukan bentuk, tujuan, bentuk dan waktu berwisata, tipe penginapan, moda angkutan serta jasa lain yang digunakan. Ketersediaan informasi tentang perkembangan ekonomi dan finansial di daerah destinasi wisata akan memudahkan wisatawan menentukan biaya wisatanya.

2. Daerah Tujuan Wisata

Pilihan daerah destinasi wisata terkait faktor daya tarik wisata dan pengalaman wisata seseorang. Oleh karena itu, ketersediaan informasi yang mutakhir tentang produk wisata di suatu daerah akan memudahkan melakukan pilihan.

3. Bentuk Perjalanan

Ada tiga jenis bentuk perjalanan yang biasa dilakukan oleh wisatawan, yaitu: 1. berkelompok dalam jumlah besar dan diorganisasi oleh biro perjalanan

(exclusive tourism);

2. individual atau kelompok kecil yang diatur oleh wisatawan yang bersangkutan; dan

3. gabungan keduanya. 4. Waktu dan Lama Berwisata

Banyak wisatawan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengambilan keputusan untuk berwisata. Lama berwisata juga menjadi pertimbangan tersendiri. Waktu luang atau musim liburan menjadi salah satu faktor penentu arus wisatawan.

5. Penginapan yang digunakan

Seleksi fasilitas ini perlu dilakukan secara matang karena selain menyangkut biaya juga terkait dengan kenyamanan dan kepraktisan saat berwisata.

6. Moda transportasi

Moda transportasi terkait moda angkutan wisata yang tersedia dan digunakan. Hal ini merujuk pada ketersediaan dan faktor kenyamanan selama wisata. 7. Jasa-jasa lainnya

Layanan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan wisata, seperti pemandu,suvenir, fotografi, perawatan kesehatan, hiburan, dan sebagainya.

Pengelolaan Wisata Pesisir

Pengelolaan Lanskap

(22)

6

merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan Bryan 1989 disitasi oleh Sebastian 2009).

Pengelolaan Lanskap Pesisir

Setiap pengelolaan, termasuk pengelolaan lanskap pesisir, memerlukan indikator kinerja. Indikator kinerja digunakan sebagai tolok ukur, apakah segenap kebijakan program pengelolaan sesuai dengan tujuan atau tidak. Tujuan pengelolaan lanskap pesisir pantai sendiri adalah untuk mencapai kondisi pemanfaatan sumber daya hayati secara berkelanjutan (sustainable) (Dahuri 2003 disitasi oleh Sebastian 2009).

Pengelolaan Wisata

Pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan. Pengembangan pariwisata di suatu wilayah ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tersedianya objek dan atraksi pariwisata, aksesibilitas, dan fasilitas amenitas. Dalam menunjang pengelolaan berbagai kegiatan kepariwisataan, teknologi manajemen perlu diterapkan agar sumberdaya wisata yang murni alami dapat direkayasa secara berhasil, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya termasuk lingkungan alaminya (http://file.upi.edu).

Pantai Pasir Putih merupakan jenis objek dan daya tarik wisata alam. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan wisata ini termasuk dalam pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam. Usaha-usaha dalam pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam meliputi empat hal, yaitu:

1. pembangunan sarana dan prasana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan;

2. pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam termasuk sarana dan prasarana yang ada;

3. penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat sekitar untuk berperan serta dalam pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam bersangkutan; dan 4. penyelenggaraan pertunjukan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah

terhadap objek wisata dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan sumberdaya pariwisata yang bertujuan memberikan keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang dengan mempertimbangkan daya dukung fisik dan budaya setempat (Damanik dan Weber 2006). Menurut Holden (2000) dalam Sebastian (2009), prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, yaitu:

1. Lingkungan memiliki nilai intrinsik sebagai aset wisata;

2. Wisata sebagai faktor positif yang memberikan keuntungan kepada komunitas lokal, pengelola, dan wisatawan;

3. Hubungan antara wisata dan lingkungan harus dikelola sehingga tercapai lingkungan yang berkelanjutan dalam jangka panjang;

(23)

7

5. Keharmonisan antara kebutuhan pengunjung, tempat, dan masyarakat setempat; dan

6. Dalam industri wisata, kebijakan lokal dan lembaga lingkungan bekerja sama dalam mewujudkan wisata berkelanjutan.

METODE

Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Pantai Pasir Putih Satu yang merupakan salah satu objek wisata alam Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Pantai ini berlokasi di Kampung Pasir Putih, Distrik Fakfak Tengah, Kabupaten Fakfak, Papua Barat (Gambar 2).

(a)

(b)

Gambar 2 Lokasi Penelitian, Peta Administrasi Kabupaten Fakfak (a), Lokasi Pantai Pasir Putih Satu (b)

(24)

Waktu

Penelitian ini berlangsung selama enam bulan, yaitu dari bulan Maret hingga Agustus 2013 dan sisanya adalah penyusunan hasil penelitian. Penelitian ini fokus pada menganalisis dan mengidentifikasi berbagai permasalahan dan potensi yang ada di tapak terutama mengenai sistem pengelolaan sehingga dapat menghasilkan sebuah rekomendasi pengelolaan.

Alat dan Data Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, kamera, stopwatch, serta komputer dengan program AutoCAD 2010, dan Adobe photoshop CS6. Sementara itu, data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data aspek fisik, aspek biofisik, aspek sosial, aspek legal, dan aspek pengelolaan lanskap yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis Data yang Diperlukan

Jenis Data Unit Sumber Kegunaan

Aspek Fisik

Letak Koordinat Pengelola dan studi

pustaka Analisis deskriptif

Luas m² Pengelola dan studi

pustaka Analisis daya dukung

Batasan m² Pengelola, studi pustaka,

dan lapang Zonasi

Aspek Biofisik

Geologi dan Tanah - Studi Pustaka

Analisis deskriptif

Vegetasi Unit Lapang

Suhu °Celcius Lapang

Kelembaban % Studi Pustaka

Curah Hujan mm/tahun Studi Pustaka

Aspek Sosial Budaya

Jumlah Pengguna Orang Pengelola Analisis daya dukung

Karakteristik

pengguna (usia) Tahun Wawancara dan kuisioner

Analisis daya dukung

Program pengelolaan Program Pengelola

Analisis deskriptif untuk mengetahui kondisi dan tujuan pengelolaan saat

ini

Organisasi pengelola - Pengelola

Tenaga Kerja Orang Pengelola

Jadwal dan alokasi

waktu - Pengelola

Bahan dan alat Unit Pengelola

Biaya Rupiah Pengelola

(25)

Metode

Metode yang digunakan adalah berbagai kegiatan pengamatan lapang mengenai sistem pengelolaan yang berlangsung di objek penelitian. Kegiatan-kegiatan tersebut terdiri atas pengumpulan data, analisis dan sintesis, dan penyusunan rencana pengelolaan.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan data yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut. Kegiatan ini dilakukan dengan cara:

1. inventarisasi tapak, yaitu kegiatan pengambilan data berupa survai tapak, observasi lapang, maupun pengamatan. Data yang diambil dapat diperoleh langsung dari tapak maupun koleksi data di instansi terkait aspek fisik, biofisik, sosial budaya, legal, dan pengelolaan lanskap;

2. wawancara kepada pihak pengelola terkait kondisi dan pengelolaan lanskap; 3. penyebaran kuisioner kepada pengguna, yang berisi persepsi pengunjung

mengenai kondisi tapak; dan

4. studi pustaka, berfungsi sebagai referensi. Studi pustaka ini dapat diperoleh dari buku-buku dan internet.

Analisis dan Sintesis

Kegiatan ini merupakan kegiatan menyusun dan mengolah data yang telah dikumpulkan untuk memperoleh informasi kondisi tapak, karakteristik pengguna, dan sistem pengelolaan lanskap. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk mengetahui permasalahan dan potensi terkait pengelolaan kawasan wisata Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif, daya dukung kawasan, efektivitas kerja, dan permintaan dan penawaran wisata.

Setelah dianalisis, dilanjutkan dengan tahap sintesis. Sintesis berupa pemberian solusi mengenai cara mengatasi permasalahan, mempertahankan, bahkan meningkatkan potensi kawasan terkait pengelolaan berdasarkan hasil analisis yang telah dibuat. Hasil dari sintesis adalah rencana solusi pengelolaan yang berisi rencana pemeliharaan lanskap, berupa organisasi pengelola, tenaga kerja, jadwal, alat dan bahan pemeliharaan, biaya pemeliharaan, dan beberapa kebijakan dalam dalam mengatasi isu-isu pengelolaan di kawasan ini.

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini merupakan analisis yang dilakukan secara deskriptif mengenai kondisi fisik, biofisik, sosial budaya pengguna, legal, dan pengelolaan. Analisis ini berfungsi membantu mahasiswa menggambarkan kondisi yang diamati.

2. Analisis Daya Dukung Kawasan

Daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaan lanskap dan sumberdaya alam yang merupakan batas penggunaan satu area yang dipengaruhi oleh beberapa faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan. Daya dukung kawasan wisata sebagai areal rekreasi dapat dihitung dengan menggunakan formula kebutuhan areal rekreasi dengan menggunakan kriteria daya dukung wisata alam (Tabel 2). Perhitungan ini

(26)

berfungsi menentukan batas penggunaan satu area dalam menampung jumlah pengunjung dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya tanpa merubah kualitas rekreasi dan lingkungannya dalam satuan tertentu yang dibatasi waktu.

Formula Kebutuhan Areal Rekreasi:

Keterangan:

y : Luas area yang dibutuhkan dalam acre D : Demand aktivitas (jumlah pengunjung)

A : Area/orang (dalam feet kuadrat)

CD : Capacity days (jumlah hari rekreasi/tahun)

TF : Turnover factor, dimana piknik (1.5)

43.560 : Konstanta

Tabel 2 Kriteria Daya Dukung Wisata Alam

Jenis Penggunaan Satuan Pengunjung Area

Rekreasi santai menikmati alam terbuka 1 10 m2

Rekreasi pantai/mandi berenang 1 25 m2

Bersampan 1-4 1 sampan

Pendidikan dan penelitian jenis Tergantung

(Douglass 1982).

3. Analisis Efektivitas Kerja

Efektivitas kerja ditentukan dengan menggunakan perhitungan kapasitas kerja. Kapasitas kerja adalah besarnya kemampuan tenaga kerja untuk melakukan satu pekerjaan dalam waktu satu jam. Kapasitas kerja dipengaruhi oleh luas lahan, desain, jenis pekerjaan, kelengkapan alat, dan pengawasan. Kapasitas kerja pemeliharaan taman dihitung berdasarkan luasan lahan per satuan Hari Orang Kerja (HOK), yang merupakan kemampuan orang mengerjakan satu jenis pekerjaan dalam satu hari kerja, yaitu selama delapan jam kerja dengan luasan tertentu. Hasil perhitungan dari kapasitas kerja ini kemudian dibandingkan standar kapasitas kerja yang ada (Tabel 3). Dengan demikian, dapat diketahui keefektifan dari kegiatan pemeliharaan di lapang.

Tabel 3 Standar Kapasitas Kerja Operator Pemeliharaan Taman

No Jenis Pemeliharaan Taman Kapasitas Kerja/Jam

1 Pembersihan/penyapuan rumput 400 m2

2 Pembersihan/penyapuan perkerasan 800 m2

3 Penyiraman rumput dengan sprinkler 500 m2

4 Penyiraman rumput dan tanaman penutup tanah

dengan selang plastik ¾ inci 150 m

2

5 Penyiraman rumput dan tanaman penutup tanah

dengan mobil tangki air 700 m

2

(27)

Lanjutan Tabel 3

8 Pemangkasan rumput dengan mesin dorong rover 500 m2 9 Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 250 m2 10 Pemangkasan tanaman semak dan penutup tanah

dengan gunting pangkas 10 m

2

11 Pemangkasan bentuk tanaman perdu dan pohon kecil

dengan gunting pangkas 5 pohon

12 Penyiangan dan penggemburan pohon dengan cangkul dan kored

7 pohon

13 Penyiangan dan penggemburan tanaman semak dan penutup tanah dengan kored

16 Pemupukan pupuk organik pada pohon 7 pohon

17 Pemupukan pupuk anorganik pada pohon 7 pohon 18 Penyemprotan pestisida pada tanaman penutup tanah

dan semak dengan sprayer gendong 500 m

2

19 Penyemprotan pestisida pada pohon dengan sprayer

gendong 15 pohon

20 Penyulaman tanaman rumput (tandur) 2 m2

21 Penyulaman tanaman rumput (lempengan) 10 m2 22 Penyulaman tanaman penutup tanah dan semak 3 m2

23 Penyulaman tanaman pohon 3 pohon

24 Penyikatan perkerasan/keramik 9 m2

Sumber: Arifin dan Arifin 2005

4. Analisis Penawaran dan Permintaan Wisata

Analisis permintaan dan penawaran wisata diperlukan untuk mengetahui atau mengevaluasi kekurangan maupun kelebihan dari suatu kawasan wisata dari aspek pariwisata. Analisis ini dilakukan dengan cara survei lapang, pengamatan, wawancara, dan kuesioner.

Analisis penawaran wisata terkait dengan luas lahan, fasilitas, infrastruktur, atraksi, aksesibilitas, manajemen, dan amenitas. Selain itu, Semakin lengkap dan saling berintegrasi unsur-unsur tersebut di dalam produk wisata maka semakin kuat posisi penawaran dalam sistem kepariwisataan. Sedangkan, unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya wisata. Analisis permintaan wisata terkait dengan jumlah pengunjung, perilaku atau kebiasaan pengunjung di tempat wisata, latar belakang pengunjung, dan atraksi wisata yang diinginkan oleh wisatawan. Beberapa pertimbangan penting yang dilakukan wisatawan dalam memutuskan perjalanan wisata adalah terkait biaya, daerah tujuan wisata, bentuk perjalanan, waktu dan lama berwisata, penginapan yang digunakan, moda transportasi, serta jasa-jasa lainnya (Freyer 1993 disitasi oleh Janianton dan Helmut 2005).

Penyusunan Rencana Pengelolaan

Penyusunan rencana pengelolaan dibuat berdasarkan hasil analisis dan sintesis. Pada rencana pengelolaan ini, diperlukan pula perhitungan kebutuhan tenaga kerja sebagai standar rekomendasi tenaga kerja. Selain itu, diperlukan pula perhitungan rekomendasi upah tenaga kerja berdasarkan HOK.

(28)

Batasan

Kegiatan ini dibatasi pada proses pengelolaan kawasan wisata Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak. Kondisi tapak serta perilaku pengguna dan masyarakat lokal turut menjadi perhatian, karena dapat menjadi pertimbangan penyusunan rencana pengelolaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Situasional Kabupaten Fakfak

Setiap wilayah memiliki ragam kondisi umum. Berbagai ragam kondisi umum ini terdiri dari keadaan geografi, iklim, demografi, topografi, vegetasi, geologi dan tanah, hidrologi, dan lain sebagainya. Adapun kondisi umum Kabupaten Fakfak, Papua Barat, dijelaskan sebagai berikut.

Geografi

Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Fakfak, secara geografis Kabupaten Fakfak terletak di antara 131˚ - 138˚

BT dan 2˚ - 4˚ LS dengan luas 14 320 km². Batas wilayah sebelah utara Kabupaten Fakfak adalah Kabupaten Teluk Bintuni, sebelah selatan adalah Laut Arafura dan Kabupaten Kaimana, sebelah barat adalah Laut Seram dan Teluk Berau, dan sebelah timur adalah Kabupaten Kaimana.

Kabupaten Fakfak terdiri dari sembilan distrik, yaitu Distrik Fakfak Barat, Distrik Fakfak Timur, Distrik Fakfak, Distrik Kokas, Distrik Karas, Distrik Fakfak Tengah, Distrik Kramomongga, Distrik Teluk Patipi, Distrik Bomberay. Kabupaten Fakfak memiliki 123 kampung atau kelurahan, sebagian besar terdiri dari wilayah pesisir yaitu sebanyak 67 kampung, 33 kampung berupa daerah lereng, dan sebagian kecil berupa lembah DAS yaitu sebanyak 5 kampung. Sebagian besar daerah di Kabupaten Fakfak memiliki ketinggian 0-100 mdpl.

Iklim

Berdasarkan data BMKG Kabupaten Fakfak pada tahun 2011 (Tabel 4), suhu udara dan tekanan udara lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan kelembaban udara dan curah hujan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan Mei, yaitu sebesar 531.4 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan November, yaitu sebesar 182.1 mm. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Fakfak yang melakukan wawancara dengan BMKG Kabupaten Fakfak, curah

KTK = Jam Kerja Standar Perminggu x Performa Optimal (100%) Jam Kerja Produktif Perminggu Performa Umum (70%) (30 jam/minggu)

Gaji minimum = biaya tenaga kerja pertahun Pegawai Perbulan jumlah bulan (12) x kebutuhan pekerja

(29)

hujan tertinggi, yaitu sebesar 3 500 mm/tahun terdapat di Distrik Fakfak, Fakfak Timur, dan Fakfak Barat, sedangkan curah hujan dengan kriteria sedang terdapat di Distrik Kokas, Teluk Patipi, Kramomongga, dan Bomberay, dan daerah dengan curah hujan terendah terdapat di dataran Otoweri sebelah utara Distrik Kokas. Tabel 4 Kondisi Iklim Kabupaten Fakfak

Iklim Tahun Rata-rata

Suhu Udara 2010 23.2 – 30.0 C 2011 22 – 29.3

Tekanan Udara 2010 993.35 mbs

2011 993.03 mbs

Kelembaban Udara 2010 85.6%

2011 85.8%

Curah Hujan 2010 3 530.3 mm/tahun

2011 3 811.3 mm/tahun

Topografi dan Kemiringan

Kabupaten Fakfak memiliki kondisi topografi yang bervariasi. Dilihat dari aspek topografisnya, Kabupaten Fakfak didominasi oleh wilayah dengan kondisi kemiringan lebih dari 40%, yaitu seluas 2 297.964 ha, kemudian diikuti oleh wilayah dengan kemiringan 0-15% seluas 1 434.636 ha, sedangkan yang lainnya adalah wilayah dengan kemiringan 15-14% seluas 3 790 100 ha. Ketinggian Kabupaten Fakfak yang bervariasi, dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu datar, berbukit, dan pegunungan. Datar terletak pada ketinggian 0-50 mdpl di wilayah barat pada sebagian besar Distrik Fakfak, Fakfak Barat, Fakfak Tengah, Fakfak Timur, dan Kokas. Berbukit terletak pada ketinggian antara 100-1 000 mdpl di antara Distrik Fakfak dan Kokas. Pegunungan terletak pada ketinggian diatas 1 000 mdpl, terletak di bagian utara Fakfak.

Demografi dan Sosial Ekonomi

Kabupaten Fakfak pada dasarnya kaya akan sumber daya alam. Potensi sumber daya alam ini menyebar dari kawasan pegunungan, daratan sampai pesisir. Pada kawasan pegunungan terdapat sebaran potensi ekonomi pertambangan, daratan terdapat sebaran potensi pengembangan pertanian, perkebunan dan kehutanan, dan pesisir terdapat potensi ekonomi perikanan dan pariwisata.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Fakfak adalah 66 828 jiwa, dengan kepadatan penduduk 4.67/km². Masyarakat Kabupaten Fakfak terdiri dari beberapa suku

asal, yaitu Suku Mbaham, Suku Ma’ta, Suku Mor, Suku Onim, Suku Irarrutu,

Suku Kimbaran, dan Suku Arguni serta memiliki bahasa masing-masing. Penduduk asli sebagian besar berdiam di daerah pedalaman dan di pesisir yang telah membaur dengan suku-suku pendatang antara lain Maluku, Sulawesi, Cina dan Arab. Dari segi budaya, mereka masih memegang adat nenek moyangnya, tetapi mereka tidak menutup terhadap adat kebiasaan suku-suku yang lain.

Perekonomian Kabupaten Fakfak selama tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar sektor rill yang mengalami pertumbuhan. Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2010, pertumbuhannya adalah sebesar 7.84%, lebih cepat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 6.91%. Sektor pertanian memberikan

(30)

sumbangsih paling besar terhadap kontribusi perekonomian daerah dibandingkan sektor lainnya, yaitu sebesar 23.17%. Hal ini dikarenakan Kabupaten Fakfak didominasi oleh sub sektor peternakan, kehutanan, dan sub sektor perikanan yang sangat potensial disamping sektor-sektor lainnya.

Vegetasi

Kabupaten Fakfak memiliki beragam vegetasi. Vegetasi-vegetasi tersebut berupa tanaman hutan, perkebunan, dan pertanian yang banyak dimanfaatkan oleh berbagai sektor rill yang ada di Kabupaten Fakfak. Sektor kehutanan memiliki potensi yang sangat dominan, karena sekitar 81.5% dari luas wilayah Fakfak didominasi oleh hutan, yaitu. Berbagai jenis tanaman kayu tersebar hampir di seluruh wilayah. Tanaman kayu yang secara signifikan baru adalah terbatas pada potensi kayu (timber). Potensi-potensi lain dari hutan berupa produk non kayu seperti tanaman hias dan anggrek, serta tanaman obat belum diupayakan secara optimal. Pada sektor perkebunan, tanaman yang dimanfaatkan adalah berupa tanaman pala, kelapa, cengkeh, dan coklat. Sedangkan sektor pertanian, tanaman yang dimanfaatkan adalah berupa tanaman pangan (padi dan palawija), tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan), dan tanaman umbi-umbian (ketela pohon, ketela rambat, dan talas atau keladi).

Geologi dan Tanah

Berdasarkan data Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Kabupaten Fakfak, secara geologi Kabupaten Fakfak termasuk daerah yang stabil dibandingkan daerah lainnya di Propinsi Papua Barat. Satuan morfologi Kabupaten Fakfak terdiri dari Satuan Morfologi Batuan Kasar, Satuan Morfologi Perbukitan Karst, dan Satuan Morfologi Dataran Rendah.

Satuan Morfologi Batuan Kasar menempati ketinggian 500-1 428 mdpl, yang umumnya terdiri dari Batu Gamping Tersier yang berselingan dengan Batu Lempung, kondisi seperti ini terdapat di pegunungan Fakfak yang memanjang antara barat laut sampai tenggara. Satuan Morfologi Perbukitan Karst memiliki ketinggian antara antara 100-5 000 mdpl, yang umumnya terdiri dari Batu Gamping Terumbu yang menempati sepanjang pantai utara Distrik Kokas, yaitu Pulau Ugar, Pulau Arguni, Pulau Koyier, Pulau Sopar, Pulau West, Pulau Basak, Pulau Ogasmumi, dan Kepulauan Sariga. Satuan Morfologi Dataran Rendah menempati kawasan kaki gunung dengan ketinggian 5-50 mdpl, satuan morfologi ini ditempati oleh endapan Aluvial, Pasir Kuarsa dan Lempung yang berada di sepanjang sungai dataran Bomberay. Secara garis besar, jenis tanah di Kabupaten Fakfak meliputi Latosol dan Aluvial, Pedsolik Merah Kuning, Pedsolik Coklat Kelabu, Organosol (Tanah Gambut), serta Mediteren Merah Kuning.

Hidrologi

Kondisi hidrologi Kabupaten Fakfak ditandai dengan terdapatnya beberapa sungai yang melintasi wilayahnya. Umumnya, sungai-sungai ini berbentuk dendritik. Sungai yang ada di Kabupaten Fakfak berfungsi sebagai prasarana perhubungan bagi penduduk yang bermukim di pesisir pantai dan yang tinggal di daerah pedalaman, sebagai tempat dan mata pencaharian penduduk setempat, dan sebagai sumber kehidupan sehari-hari.

(31)

Analisis Situasional Pantai Pasir Putih Satu

Aspek Fisik

Pantai Pasir Putih Satu terletak di Kampung Pasir Putih, Distrik Fakfak Tengah. Luasnya adalah 7.57 ha. Batas wilayahnya adalah sebelah utara Distrik Kramongmongga, selatan adalah Laut Arafuru, barat adalah Distrik Fak-fak, dan timur adalah Distrik Fakfak Timur. Letak pantai ini cukup strategis, hanya 30 km dari pusat Kota Fakfak.

Aspek Biofisik

Berdasarkan hasil pencatatan BMKG Kabupaten Fakfak, pada tahun 2011 suhu udara rata-rata Kabupaten Fakfak berkisar antara 22.70 c – 2 3 c. Rata-rata kelembaban udara adalah 85.8%. Rata-Rata-rata curah hujan adalah 3 811.3 mm/tahun. Rata-rata tekanan udara adalah 993.03 mbs. Pantai Pasir Putih Satu yang termasuk ke dalam Distrik Fakfak Tengah termasuk dalam Satuan Morfologi Dataran Rendah, ditempati oleh endapan Aluvial, Pasir Kuarsa, dan Lempung. Pantai Pasir Putih Satu memiliki hamparan pasir putih yang halus. Pantai ini merupakan lahan datar dengan kemiringan 0–15% dan ketinggian 0-50 mdpl. Umumnya, jenis vegetasinya adalah vegetasi pantai.

Aspek Sosial Budaya

Aspek sosial budaya diperoleh dari hasil kuisioner yang disebarkan kepada 30 pengunjung kawasan ini. Kuisioner disebarkan secara acak kepada pengunjung yang sedang bersantai. Kuisioner ini berisi tentang karakteristik pengunjung dan persepsi pengunjung mengenai kawasan ini.

1. Karakteristik Pengunjung

Rata-rata pengunjung adalah 150 orang/hari. Pengunjung didominasi oleh Perempuan (66.67%). Dominan berasal dari Fakfak yang merupakan penduduk lokal (60%). Dominan adalah pelajar (40%). Persebaran usia pengunjung adalah usia 15-24 tahun (46.67%). Tingkat pendidikan pengunjung adalah SMA/SMK (46.67%).

2. Persepsi Pengunjung

Berdasarkan hasil kuisioner, pengunjung merasa bahwa kondisi perkerasan jalan kawasan ini tergolong buruk (46.67%), tanaman tergolong baik (53.33%), dan fasilitas tergolong buruk (46.67%). Pemeliharaan lanskap tergolong bagus (56.67%). Pengunjung puas dengan kondisi pantai saat ini (56.67%), karena pemandangan pantai dinilai bagus (63.33%), meskipun kebersihan pantai masih kotor (50%).

Kondisi Lanskap Pantai Pasir Putih Satu

Pantai Pasir Putih Satu merupakan salah satu kawasan objek wisata di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Pantai ini memiliki hamparan pasir yang putih dan halus, pemandangan yang indah, serta udara yang sejuk sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan (Gambar 3).

(32)

Pola Pembagian Ruang

Berdasarkan kondisi Pantai Pasir Putih Satu saat ini, belum terdapat pembagian ruang yang dilakukan di tempat ini. Hal ini dikarenakan tempat ini belum terkelola dengan maksimal. Meskipun demikian, muncul beberapa ruang

Gambar 3 Peta Eksisting Pantai Pasir Putih Satu

a

b c

d

(a) (b)

(b) (d)

Gambar 4 Titik-titik Obyek yang Ada, View ke Barat (a), View ke Luar (b), View ke Dalam (c), View ke Selatan (d)

(33)

Gambar 5 Peta Pembagian Ruang Pantai Pasir Putih Satu

atau area yang terbentuk sendiri karena aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung. Area-area tersebut adalah area parkir, area transisi, area penyangga, area rekreasi, dan area terbangun (Gambar 5).

1. Area Parkir

Hanya terdapat satu area parkir di kawasan ini (Gambar 6), yaitu berada di sebelah barat pantai, luasnya adalah 885.69 m². Luas ini dirasakan cukup sempit untuk menampung seluruh kendaraan pengunjung. Ini menyebabkan banyak muncul parkiran liar di kawasan ini. Parkiran ini hanya berupa hamparan pasir.

Gambar 6 Area Parkir

(34)

(a) (b) (c)

Gambar 8 Beberapa Titik Area Penyangga

2. Area Transisi

Area ini merupakan penghubung antara kawasan yang berada di luar dan dalam kawasan. Luas area ini adalah 1 000.5 m². Terdapat tiga area transisi di kawasan ini, yaitu satu jalan utama di sebelah barat pantai dengan lebar 3.24 m dan dua jalan tambahan di sebelah timur dan selatan pantai dengan lebar 1.71 m. Ketiga jalan ini berbentuk simetris mengikuti topografi.

3. Area Penyangga

Area ini merupakan area yang dipenuhi berbagai tanaman yang tumbuh alami, yang secara tidak langsung berfungsi sebagai ruang penyangga yang melindungi dan menyangga kawasan ini. Luas area ini adalah 27 449.13 m².

4. Area Rekreasi

Area ini merupakan tempat pengunjung melakukan berbagai aktivitas rekreasi, seperti piknik menikmati keindahan panorama alam, olahraga pantai, dan renang. Namun sayangnya, belum ada penataan maupun pembagian ruang yang khusus untuk berbagai aktivitas rekreasi ini. Luas area ini adalah 20 623.37 m².

(a) (b) (c)

Gambar 9 Area Terbangun, Area Pemukiman (a), Area Sekolah (b), Area Pemakaman (c)

Gambar 7 Area Transisi, Jalan Utama (a), Jalan Tambahan Sebelah Timur (b), Jalan Tambahan Sebelah Selatan (c)

(35)

(c) (a)

Gambar 11 Peta Sirkulasi Pantai Pasir Putih Satu (b)

3. Area Terbangun

Area ini terdiri atas bangunan-bangunan umum yang berada di dalam kawasan. Bangunan-bangunan tersebut adalah bangunan permukiman, sekolah, dan pemakaman. Luas area ini adalah 25 750.7 m².

Sirkulasi

Sirkulasi merupakan sistem perhubungan yang amat penting, berguna sebagai penghubung antar tempat. Kawasan ini memiliki jalur sirkulasi yang kurang baik, terutama perkerasan jalan utama. Ini mempersulit aksesibilitas dari dalam maupun luar kawasan. Berdasarkan penggunanya, jalur sirkulasi kawasan ini terdiri dari dua jenis, yaitu jalur sirkulasi kendaraan pengunjung dan jalur sirkulasi pengunjung (manusia), pembagiannya dapat terlihat pada gambar 11.

1. Jalur Sirkulasi Kendaraan Pengunjung

Jalur sirkulasi ini mengakomodasi pergerakan kendaraan pengunjung. Jalur ini merupakan penghubung antara kawasan yang berada di luar dan di Gambar 10 Area Terbangun, Area Pemukiman (a), Area Sekolah (b), Area

Pemakaman (c)

(36)

dalam kawasan. Jalur ini berupa aspal dan merupakan jalan masuk utama di kawasan ini. Jalur ini membatasi pergerakan kendaraan yang dibawa pengunjung, dengan mengarahkan pengunjung ke tempat parkir. Namun, saat ini kondisi jalan ini kurang baik karena tidak adanya pengelolaan. Hal ini menyebabkan aksesibilitas di jalur ini menjadi kurang nyaman.

2. Jalur Sirkulasi Pengunjung (Manusia)

Jalur sirkulasi ini hanya mengakomodasi pergerakan pengunjung (manusia). Jalur ini merupakan penghubung kawasan yang berada di luar dan di dalam kawasan dan sebagai jalur pengunjung untuk menjelajahi kawasan ini.

Tanaman

Pantai Pasir Putih Satu memiliki beberapa tanaman eksisting pantai yang tumbuh alami dengan subur (Tabel 5). Kehadirannya menambah kenyamanan pengunjung, terutama pohon yang fungsinya sebagai peneduh. Selain itu, tanaman-tanaman ini tidak tertata dan terawat dengan baik sehingga menurunkan nilai estetikanya.

Tabel 5 Tanaman Eksisting Pantai Pasir Putih Satu

No Jenis Tanaman Foto Deskripsi

(37)

Lanjutan Tabel 5

Ketapang (Terminalia catappa L.)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya banyak dan banyak tersebar di pinggir pantai. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak terkontrol sehingga kondisi fisiknya yang besar dan ranting-rantingnya yang kering dapat membahayakan pengunjung.

5

Mangga

(Mangifera indica)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya sangat banyak. Banyak tersebar di area penyangga. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini.

6

Palem Hijau (Actinophloeus macarthurii)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya sangat sedikit. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini.

7 Pinang

(Areca catechu)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya sangat sedikit. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini.

8

Rambutan

(Nephelium lappaceum)

(38)

Lanjutan Tabel 5

10

Pisang (Musa paradisiaca)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya sedikit. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini.

Gramineae

11 Bambu (Bambussa sp.)

Kondisi fisiknya baik. Banyak tersebar di area penyangga. Jumlahnya sedikit. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini.

12 Kacang-kacangan (Arachis pintoi)

Kondisi fisiknya cukup baik. Banyak tumbuh di pinggir pantai. Jumlahnya sedikit. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak terkontrol dan tidak rapi.

13

Paku kikir (Tectaria crenata Cav.)

Kondisi fisiknya cukup baik. Hampir menyebar di semua wilayah. Jumlahnya banyak. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak terkontrol dan tidak rapi.

14

Rumput paetan (Axonopus compressus)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya sedikit. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak terkontrol dan tidak rapi.

15 Rumput peking (Cynodon stolon)

Kondisi fisiknya cukup baik, beberapa bagian ada yang mengering. Banyak tersebar di pinggir pantai, tebing pantai, dan halaman rumah penduduk. Jumlahnya banyak. Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman ini. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak terkontrol dan tidak rapi.

Fasilitas di Pantai Pasir Putih Satu

Sebagai tempat wisata, beberapa fasilitas penunjang rekreasi telah tersedia di kawasan ini. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah tempat parkir, kamar ganti,

www.google.com

(39)

tempat basuh, bangku, mushola, dan ban renang (Tabel 6). Sayangnya, fasilitas yang ada masih minim dan tidak terpelihara dengan baik.

Tabel 6 Fasilitas yang Tersedia

No Fasilitas Jumlah Gambar Deskripsi

1 Tempat parkir 1 menyebabkan satu sumur rusak dan tidak dapat dipakai lagi.

4 Bangku 2

(40)

Kegiatan Pemeliharaan Pantai Pasir Putih Satu

Pengelolaan lanskap mencakup kegiatan pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan suatu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan terhadap suatu lanskap agar lanskap tersebut tetap sama dengan desain semula sehingga fungsi dan estetikanya tetap terjaga. Sedangkan pemeliharaan fisik merupakan suatu kegiatan pemeliharaan langsung terhadap suatu lanskap yang meliputi pemeliharaan terhadap elemen keras maupun elemen lunak (tanaman). Jenis pemeliharaan Pantai Pasir Putih Satu merupakan jenis pemeliharaan fisik.

Kegiatan pemeliharaan di kawasan ini belum optimal. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan hanyalah beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman, yaitu pembersihan dan pemangkasan. Pemeliharaan hanya dilakukan di area pantai saja. Kegiatan-kegiatan ini dinilai kurang memenuhi persyaratan karena frekuensi yang kurang dan jenis kegiatannya yang sedikit. Umumnya, pemeliharaan tanaman di kawasan ini masih dilakukan secara manual karena keterbatasan alat dan biaya.

Tabel 7 Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan di Pantai Pasir Putih Satu

No Kegiatan

Pemeliharaan Frekuensi Pemeliharaan Alat dan Bahan Metode 1 Pembersihan/

penyapuan

Mingguan (Minggu Pagi)

Sapu Manual

2 Pembuangan sampah Mingguan Sekop dan alat dayung Manual 3 Pemotongan rumput Insidentil Gunting Pangkas Manual 4 Pemangkasan semak Insidentil Gunting Pangkas, arit,

dan parang

Manual

Pembersihan atau penyapuan areal kawasan dan tanaman

Kegiatan ini merupakan kegiatan membersihkan atau menyapu daun-daun yang berguguran dan sampah-sampah yang ditinggalkan pengunjung di area kawasan pantai maupun tanaman dengan menggunakan sapu lidi. Setelah disapu, daun-daun yang gugur dan sampah-sampah dari pengunjung dikumpulkan. Dedaunan dan sampah-sampah yang dikumpulkan kemudian akan dibuang, ditimbun, atau dibakar.

Luas area pembersihan tidak menentu. Terkadang para pemelihara membagi luas pekerjaannya berdasarkan banyaknya pekerja. Selain itu, mereka juga terkadang melakukannya hingga merasa cukup untuk bekerja. Pekerja yang melakukan pembersihan di kawasan ini ada empat orang. Kegiatan ini tidak sepenuhnya dapat mereduksi sejumlah dedaunan yang gugur dan sampah-sampah yang ditinggalkan pengunjung karena jumlahnya yang terlalu besar.

Pembuangan sampah

Kegiatan ini merupakan kegiatan mereduksi sampah-sampah yang sebelumnya telah disapu atau dibersihkan. Pembuangan sampah dilakukan berdasarkan jenisnya, yaitu sampah-sampah yang kering akan dibuang keluar kawasan maupun dibakar, sedangkan yang basah akan ditimbun. Sampah yang basah akan ditimbun didalam pasir yang telah digali dengan menggunakan sekop, bahkan terkadang pemelihara terpaksa menggunakan alat dayung perahu dikarenakan keterbatasan alat.

(41)

25

Pemotongan Rumput

Pemotongan rumput bertujuan mengontrol pertumbuhan rumput. Kegiatan pemotongan ini tidak menggunakan teknis khusus. Pemotongan rumput dilakukan secara manual, yaitu dengan menggunakan gunting pangkas. Pemotongan rumput dilakukan secara insidentil, yaitu jika rumput telah dirasa cukup panjang dan mengganggu.

Pemangkasan Semak

Kegiatan tidak jauh berbeda dengan kegiatan pemotongan rumput. Pemangkasan juga bertujuan mengontrol pertumbuhan semak. Tidak ada teknis khusus yang diperlukan dalam kegiatan ini. Kegiatan ini dilakukan secara manual, yaitu dengan menggunakan gunting pangkas, arit, dan parang. Pemangkasan dengan gunting dilakukan pada semak yang mudah digunting, sedangkan dengan menggunakan arit atau parang dilakukan pada semak yang sulit digubting atau yang berbatang keras. Kegiatan ini pun dilakukan secara insidentil, yaitu jika semak telah dirasa cukup panjang dan mengganggu.

Pengelolaan Pantai Pasir Putih Satu

Agar suatu lanskap tetap berlanjut, maka lanskap tersebut perlu dipelihara atau dijaga. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui proses pengelolaan lanskap. Pengelolaan lanskap itu sendiri diartikan sebagai sebuah proses yang terdiri penetapan tujuan pengelolaan, penyusunan rencana operasional pengelolaan atau pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan pekerjaan pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan jika diperlukan (Parker dan Bryan 1989 disitasi oleh Sebastian 2009).

Pantai Pasir Putih Satu merupakan suatu lanskap pesisir yang difungsikan sebagai kawasan wisata. Sebagai kawasan wisata di pesisir, pantai ini membutuhkan pengelolaan yang tepat agar tetap berlanjut. Hingga saat ini pengelolaan Pantai Pasir Putih Satu belum optimal. Hal ini dikarenakan terdapat permasalahan kepemilikan lahan, yaitu mengenai tanah hak milik secara adat dan

(42)

26

tanah ulayat. Hal ini menyebabkan belum ada lembaga khusus yang mengelola kawasan ini. Pengelola hanyalah masyarakat sekitar. Inilah yang merupakan permasalahan utama pengelolaan yang berlangsung di kawasan ini. Dinas Budpar Kabupaten Fakfak telah berupaya untuk bertindak sebagai pengelola. Beberapa usaha yang telah dilakukannya adalah menyusun RIPDA dan RIPOW Pantai Pasir Putih Satu, serta melakukan musyawarah dengan masyarakat lokal Pantai Pasir Putih Satu terkait persetujuan pengelolaan kawasan ini. Dari aspek wisata, beberapa fasilitas pelayanan wisata telah tersedia di kawasan ini, hanya saja tidak didukung oleh pemeliharaan berbagai fasilitas ini. Selain itu, belum tersedianya sarana dan fasilitas bagi masyarakat sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan objek daya tarik wisata alam membuat pengelolaan kawasan wisata ini menjadi belum optimal. Pengelolaan lanskap Pantai Pasir Putih Satu dikategorikan dalam beberapa bagian, yaitu struktur organisasi, ketenagakerjaan, jadwal dan alokasi waktu, alat pemeliharaan, anggaran biaya pemeliharaan, dan efektivitas kerja.

Struktur Organisasi

Sebagai kawasan wisata, banyak pelaku yang seharusnya terlibat dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan kawasan wisata Pantai Pasir Putih Satu ini. Namun pada kenyataannya, pengelolaan kawasan ini hanya melibatkan pemerintah dan masyarakat lokal. Pemerintah disini adalah Dinas Budpar Kabupaten Fakfak yang bertugas menangani pengelolaan obyek wisata. Namun, karena permasalahan kepemilikan lahan yang terjadi di kawasan ini, dinas hanya melakukan kegiatan pengontrolan dan menyusun berbagai kebijakan teknis untuk pengembangan wisata kawasan ini. Hingga saat ini berbagai kebijakan tersebut belum dapat teraplikasikan akibat dari permasalahan kepemilikan lahan.

Hingga saat ini belum ada lembaga khusus yang mengelola kawasan ini. Pengelola hanyalah masyarakat lokal. Oleh karena itu, masih terdapat hubungan yang terjalin antara dinas dan masyarakat meskipun hubungan yang terjalin adalah lemah, karena kurangnya koordinasi antara mereka. Dari pihak dinas sendiri, struktur organisasi yang dibentuk pun masih belum optimal. Hal ini dikarenakan belum terdapatnya struktur khusus yang mengelola lanskap kawasan obyek wisata. Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, kemudian dibawahnya terdapat beberapa bidang, salah satunya adalah Bidang Obyek Wisata dan Cagar Alam (Gambar 13). Bidang ini merupakan bidang di Dinas Budpar yang berperan mengelola kawasan obyek wisata termasuk salah satunya adalah kawasan wisata Pantai Pasir Putih Satu. Dalam Peraturan Bupati Fakfak Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Tugas dan Fungsi Sekretariat Bidang dan Uraian Tugas Subbagian dan Seksi pada Dinas Daeah Kabupaten Fakfak, tugas bidang ini adalah menangani kebijakan, penyelenggaraan dan pelayanan, serta pembinaan obyek wisata.

Sebagai instansi pemerintahan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki visi dan misi dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Fakfak. Untuk masa kerja tahun 2010 hingga 2015, visinya adalah mewujudkan Kabupaten Fakfak sebagai destinasi pariwisata unggulan yang bertumpu pada potensi daerah pada tahun 2015, sedangkan misinya adalah sebagai berikut:

1. melestarikan nilai dan benda-benda budaya sebagai identitas dan jati diri masyarakat Fakfak;

(43)

27

Gambar 13 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Fakfak

(44)

28

3. meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kebudayaan dan pariwisata;

4. meningkatkan potensi wisata menjadi objek wisata unggulan; 5. mengembangkan usaha pariwisata.

Misi ini dianggap belum menjamin keberlangsungan kawasan objek wisata. Hal ini dikarenakan, dinas belum memiliki misi untuk melestarikan kawasan objek wisata.

Ketenagakerjaan

Keberhasilan pemeliharaan suatu lanskap dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang bertindak sebagai tenaga kerja pemeliharaan. Hal ini dikarenakan tenaga kerja terlibat langsung dalam kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan kawasan ini hanya dilakukan oleh masyarakat lokal. Tenaga kerja pemeliharaan berjumlah 4 orang. Jumlah ini sangat minim, dikarenakan berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja, tenaga kerja pemeliharaan yang dibutuhkan seharusnya adalah 50 orang. Ini menyebabkan kegiatan pemeliharaan menjadi tidak efektif karena jumlah tenaga kerja pemeliharaan yang dibutuhkan tidak terpenuhi. Selain itu, tenaga kerja pemeliharaan tidak bekerja dengan optimal karena mereka tidak memiliki kompetensi atau keterampilan dalam proses kegiatan pemeliharaan lanskap, serta sering mengobrol dan beristirahat.

Jadwal Pemeliharaan

Jadwal pemeliharaan dapat memudahkan tenaga kerja pemeliharaan melakukan kegiatan pemeliharaan, sehingga kegiatan pemeliharaan dapat berjalan lancar. Penetapan jadwal pemeliharaan yang tepat dapat membuat kualitas suatu lanskap tetap terjaga. Pantai Pasir Putih Satu belum memiliki jadwal pemeliharaan. Kegiatan yang rutin dilakukan adalah pembersihan, yaitu seminggu sekali. Kegiatan ini juga dilakukan ketika intensitas pengunjung tinggi, misalnya saat hari libur nasional. Kegiatan lainnya adalah pemangkasan yang hanya sebatas pemangkasan rumput dan semak yang dilakukan secara insidentil. Pemangkasan rumput pun tidak dapat ditentukan jadwalnya karena pertumbuhan rumput tidak dapat diprediksi, tergantung oleh kondisi lingkungan, tingkat pemeliharaan, dan jenis rumput yang ditanam. Kegiatan ini hanya dilakukan jika pekerja merasa bahwa rumput dan semak telah panjang dan mengganggu kenyamanan. Hal ini membuat pemeliharaan di kawasan ini menjadi tidak optimal.

Tabel 8 Jadwal Pemeliharaan Lanskap Pantai Pasir Putih Satu

No Kegiatan Waktu Keterangan

1 Pembersihan/penyapuan 06.00-07.00 WIT Setiap Hari Minggu 2 Pembuangan sampah 07.00-07.30 WIT 1x Seminggu 3 Pemotongan rumput 08.00-09.00 WIT Insidentil 4 Pemangkasan semak 08.00-09.00 WIT Insidentil

Alat Pemeliharaan

(45)

29

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada pengelola kawasan di lapang, alat pemeliharaan yang dipergunakan untuk pemeliharaan kawasan ini hanyalah peralatan manual (Tabel 9). Alat yang digunakan adalah alat pribadi milik tenaga kerja pemeliharaan. Jumlah dan jenisnya sangat sedikit, bahkan dayung perahu pun digunakan untuk membuat lubang sampah. Keterbatasan ini membuat kegiatan pemeliharaan menjadi tidak efisien dan efektif.

Tabel 9 Inventarisasi Alat Pemeliharaan di Pantai Pasir Putih Satu

No Jenis Peralatan Jumlah Kondisi Fungsi

1 Sapu lidi 4 Baik Pembersihan

2 Sekop 3 Baik Pembersihan (pembuatan lubang sampah)

3 Alat dayung 2 Baik Pembersihan (pembuatan lubang sampah) 4 Gunting pangkas rumput 2 Baik Pemangkasan rumput dan semak

5 Arit 4 Baik Pemangkasan rumput dan semak

6 Parang 4 Baik Pemangkasan semak

Anggaran Biaya Pemeliharaan

Anggaran biaya dalam kegiatan pemeliharaan sangat perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan jumlah anggaran pemeliharaan yang tersedia akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan-kegiatan pemeliharaan. Pengelolaan Pantai Pasir Putih Satu hingga saat ini belum memiliki anggaran biaya pemeliharaan. Hal ini turut menyebabkan pemeliharaan menjadi tidak efektif.

Efektivitas Kerja

Berdasarkan perhitungan kapasitas kerja (KK) operator pemelihara, nilai masing-masing kapasitas kerja pemelihara lebih rendah dibandingkan standar kapasitas kerja (Tabel 10). Ini mengindikasikan bahwa selama pemeliharaan terdapat masalah terkait ketenagakerjaan sehingga menyebabkan kegiatan pemeliharaan menjadi tidak efektif. Hal ini terjadi akibat operator tidak memiliki keterampilan dalam proses kegiatan pemeliharaan, tidak ada sistematika pemeliharaan, alat dan bahan tidak lengkap, tidak ada pengawasan, tidak ada anggaran pemeliharaan, dan operator pemelihara tidak melaksanakan pekerjaan dengan optimal yang ditunjukkan dari kelamaan mengobrol dan timbulnya rasa bosan sehingga menyebabkan hilangnya motivasi melakukan pekerjaan.

Tabel 10 Kapasitas Kerja Tenaga Kerja

No Jenis Pemeliharaan Kapasitas Kerja/Jam

Standar¹ Lapang²

1 Pembersihan/penyapuan rumput 400 m² 56.22 m²

2 Pembersihan/penyapuan perkerasan 800 m² 90 m²

3 pemangkasan penutup tanah dengan gunting pangkas 9.01 m² 9.01 m² 4 pemangkasan semak dengan gunting pangkas 10 m² 9.01 m²

¹Arifin dan Arifin (2005)

²Hasil pengamatan lapang dan wawancara

Rencana Pengelolaan Lanskap

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2 Lokasi Penelitian, Peta Administrasi Kabupaten Fakfak (a),
Tabel 1 Jenis Data yang Diperlukan
Tabel 3 Standar Kapasitas Kerja Operator Pemeliharaan Taman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa ketersediaan sarana transportasi, jalan, dan akomodasi masih kurang memadai di kawasan Pantai Pasir Putih Pangkodian.Hal inilah yang

Nilai keindahan alam Pantai Pasir Putih Parbaba yaitu 37,63% termasuk kategori tidak indah sedangkan nilai kenyamanan kawasan ini yaitu 52,68% termasuk kategori cukup nyaman..

Apakah ada tempat pembuangan limbah khusus yang disediakan masyarakat di Pantai Pasir Putih Parbabaa. Apakah kegiatan domestik dari pemukiman dan rumah tangga masyarakat

Pantai Mutiara 88 memiliki potensi wisata pasir putih yang dapat dimanfaatkan para pengunjung untuk melakukan berbagai aktivitas wisata seperti melakukan rekreasi

Penelitian indeks kesesuaian wisata (IKW) dilaksanakan di kawasan Pantai Pasir Putih, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem.. Pengambilan data dilakukan

Berdasarkan penelitian dengan judul “ Strategi Pengembangan Wisata Pantai Pasir Putih Lasusua Kolaka Utara Sebagai Wisata Syariah Tinjauan Fatwa DSN-MUI” yang

Banyak fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan Pantai Pasir Putih sebagai objek wisata seperti, Beberapa masyarakat yang membuka usaha menerapkan tarif yang ditentukan

pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan DKI Jakarta dengan pusat pertumbuhan di Kawasan Objek wisata pantai Tanjung Pasir sehingga dapat