• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL

(Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumate ra Barat)

RICARDO ARFIN SAPUTRA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

1

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicant umkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014

Ricardo Arfin Saputra

NIM H34114054

1

(4)
(5)

ABSTRAK

RICARDO ARFIN SAPUTRA. Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat). Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA

Analisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi yang d ilakukan layak untuk dijalankan, memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari bisnis penggilingan yang dilakukan. Analisis aspek non finansial usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam menunjukan bahwa usaha penggilingan layak untuk dijalankan untuk aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan aspek sosial lingkungan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Analisis aspek finansial usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam menunjukan bahwa usaha penggilingan padi layak untuk dijalankan. Nilai NPV usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar Rp942 882 122, nilai Net B/C yang dihasilkan yaitu 1.84, nilai IRR sebesar 20.99 persen, nilai Payback Period (PP) 3 tahun 0.95 bulan. Semua nilai indikator kelayakan finansial penggilingan padi RMU Bonjo Alam tersebut memenuhi standar kelayakan usaha. Berdasarkan a nalisis switching value ditemukan bahwa besarnya toleransi maksimal terhadap komponen oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah peningkatan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen, penurunan jumlah produksi sebesar 42.09836603 persen, dan penurunan harga jual output sebesar 42.09836605 persen.

Kata kunci: analisis kelayakan usaha, npv, net b/c, irr, pp, analisis switching value

ABSTRACT

RICARDO ARFIN SAPUTRA. Analysis on Business Feasibility of Small-Scaled Rice Milling (Case study of Bonjo Alam RMU at Tilatang Kamang District, Agam Regency, West Sumatra Province). Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA

The analysis on the business feasibility of Bonjo Alam RMU is the basis for assessing whether the investment activities undertaken are feasible, for providing an overview of business prospects, and for identifying the level of benefits that can be received from the rice milling business conducted. Analysis on non-financial aspects of the milling business of Bonjo Alam RMU shows that the milling business is feasible in regards to market, technical, management, legal, and environment social aspects because it has already met the criteria of feasibility. Analysis on the financial aspects of rice milling business of Bonjo Alam RMU rice milling business of Bonjo Alam RMU is an increase total cost variable of 431.1873848 percent, decrease the amount of production of 42.09836603 percent, and a decrease in selling price of 42.09836605 percent of output.

(6)
(7)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL

(Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumate ra Barat)

RICARDO ARFIN SAPUTRA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

Nama : Ricardo Arfin Saputra NIM : H34114054

Disetujui oleh

Dr Ir Wahyu Budi Priatna ,MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi , MS Ketua Departemen

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Ir Burhanuddin, MM yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Zulfa Arasj selaku pemilik dari Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam beserta karyawan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(13)
(14)

DAFTAR ISI

Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money) 13

Kriteria Kelayakan Investasi 14

Latar Belakang Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam 24

(15)

DAFTAR TABEL

1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang

tahun 2002-2012 1

2 Persentase biaya sewa yang diterapkan atas jasa penggilingan

yang dilakukan RMU Bonjo Alam 5

3 Segmentasi pasar komoditi pertanian Kecamatan Tilatang Kamang tahun 2012 5 4 Kriteria aspek kelayakan non finansial penggilingan padi RMU Bonjo Alam 20 5 Tingkat Pendidikan Karyawan Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam 27 7 Biaya Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam 48 8 Umur ekonomis dari investasi yang ditanamkan dalam usaha penggilingan padi

RMU Bonjo Alam 49

9 Biaya reiventasi yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam 50 10 Penyusutan dari barang investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam pertahun 51 11 Biaya variabel yang dikeluarkan penggilingan padi RMU Bonjo Alam 52

12 Biaya tetap penggilingan padi RMU Bonjo Alam 54

13 Penerimaan penggilingan padi RMU Bonjo Alam 55

14 Nilai sisa barang investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam pertahun 56 15 Hasil perhitungan Kriteria Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam 57 16 Analisis switching value penggilingan padi RMU Bonjo Alam 58

DAFTAR GAMBAR

1 Proses produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam 4

2 Kerangka pemikiran operasional 16

3 Bapak Ir.Zulfa Arasj 25

4 Lokasi RMU Bonjo Alam 25

5 Mesin Penggilingan 26

6 Lantai jemur penggilingan padi RMU Bonjo Alam 26

7 Pembeli yang mengambil dedak di penggilingan 29

8 Alur pemasaran penggilingan padi RMU Bonjo Alam 30

9 Pembeli beras yang datang lansung ke penggilingan 31 10 Lokasi penggilingan dekat dengan akses transportasi 32

11 Perumahan masyarakat disekitar penggilingan 33

12 Sumber listrik dan air 34

13 Bak penampungan air aerator mesin 34

14 Husker, Polisher dan Motor Penggerak 35

15 Layout bangunan penggilingan padi RMU Bonjo Alam 38

16 Aktifitas penjemuran gabah 38

17 Penyimpanan Gabah Kering Giling (GKG) 39

18 Area penampungan gabah dan Corong Husker 39

19 Proses penyosohan dan penampungan beras hasil penyosohan 40

20 Proses pengipasan 40

21 Proses penimbangan dan penjahitan karung 41

22 Penyimpanan beras dan beras yang sudah diberi tanda 41

23 Surat TDP dan SIUP 44

24 Surat Ijin Gangguan (HO) dan Surat Keterangan Tempat Usaha (SKTU) 45

25 Penyaring pada knalpot mesin penggilngan 46

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rincian biaya variabel penggilingan padi RMU Bonjo Alam 64 2 Rincian pendapatan penggilingan padi RMU Bonjo Alam 64 3 Laporan Chasflow penggilingan padi RMU Bonjo Alam 65 4 Laporan laba rugi penggilingan padi RMU Bonjo Alam 68 5 Laporan Chasflow kenaikan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen

pada analisis switching value 69

6 Laporan laba rugi kenaikan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen

pada analisis switching value 72

7 Laporan Chasflow penurunan jumlah produksi penggilingan sebesar 42.09836603 persen pada analisis switching value 73 8 Laporan laba rugi penurunan jumlah produksi penggilingan

sebesar 42.09836603 persen pada analisis switching value 76 9 Laporan Chasflow penurunan harga jual Output penggilingan

sebesar 42.09836605 persen pada analisis swicthing value 77 10 Laporan laba rugi penurunan harga jual Output penggilingan

(17)
(18)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting baik ditinjau secara fisiologis, psikologis, sosial, maupun antropologis bagi kehidupan manusia. Berdasarkan masyarakat Indonesia, beras menjadi komoditas yang sangat penting tidak saja dilihat dari sisi produsen tetapi juga dilihat dari sisi konsumen.

Tabel 1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang tahun 2002-2012

Catatan : *) Termasuk minu man bera lkohol, Su mbe r : Badan Pusat Statistik, 2012

(19)

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, dimana persentase pengeluaran rata-rata per kapita dari tahun 2002 - 2012 untuk tanaman padi masih tinggi.

Usaha penggilingan padi merupakan suatu mata rantai usaha pengolahan gabah menjadi beras dan piranti suplai beras dalam sistem perekonomian masyarakat Indonesia. Usaha penggilingan padi di indonesia memberikan kontribusi dalam penyediaan beras nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas dimana peranannya sebagai pusat pertemuan antara produksi, pengolahan dan pemasaran bagi padi di indonesia. Keberadaan usaha penggilingan padi sangat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya tidak hanya membantu para petani dalam mengolah gabah yang mereka hasilkan menjadi beras tetapi juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar mereka. Berdasarkan data Perpadi (2008) disebutkan bahwa total penggilingan padi di Indonesia adalah 110 452 unit terdiri dari: PPB 4 950 unit, PPS 15 102 unit, PPK 90 400. Dari 90 400 unit PPK hanya 40 persen yang berfungsi dengan baik sepanjang tahun (10 bulan), 50 persen beroperasi hanya pada saat panen penyebabnya karena kekurangan modal untuk membeli bahan baku, sedangkan 10 persen (9 040 unit) perlu segera direvitalisasi agar dapat berfungsi kembali dengan baik. Produktifitas penggilingan padi di indonesia akan sangat mempengaruhi tingkat perberasan nasional dan mendukung swasembada dan keta hanan pangan nasional sehingga harus dibina dan dikembangkan.

Provinsi Sumatera Barat memiliki perkembangan prod uksi padi yang cukup baik untuk perkembangan penggilingan padi. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar menyebutkan bahwa pada tahun 2012 produksi padi di Sumbar sebesar 2 368 390 ton gabah kering atau meningkat 3.89 persen dibanding tahun 2011 yang mencapai 2 279 602 ton gabah kering. Peningkatan produksi padi disebabkan bertambahnya luas panen sebanyak 14 713 ha, yaitu dari 461 709 ha tahun 2011 menjadi 476 422 ha tahun 2012 dan meningkatnya hasil per hektare. Pening katan luas panen terjadi karena adanya perbaikan jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) dan Jaringan Irigasi Desa (Jides), yaitu pada tahun 2011 seluas 10 660 ha dan pada tahun 2012 seluas 9 000 ha, sehingga ketersediaan irigasi yang cukup dan petani dapat segera tanam setelah panen2. Peningkatan gabah kering tersebut akan memunculkan peluang bagi usaha – usaha penggilingan padi untuk meningkatkan produktifitas beras yang dihasilkan dari hasil panen padi tersebut.

Berdasarkan Harian Berita Sore Padang Harian Pagi Padang Ekspres edisi 25 April 2013 disebutkan bahwa 12 dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat tercatat sebagai daerah surplus beras dan secara provinsi, maka daerah ini mengalami surplus mencapai 363 359 ton beras. Total produksi beras Sumbar mencapai 1 059 514 ton dari hasil produksi padi sebanyak 1 889 481 ton, sedangkan kebutuhan beras provinsi ini hanya 658 466 ton sehingga terjadi surplus 363 359 ton beras. Kabupaten Agam merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota yang mengalami surplus beras diikuti oleh Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, 50 Kota, Tanah Datar, Padang Pariaman, Solok, Solok Selatan, Sijunjung, Pesisir Selatan, Kota Solok dan Payakumbuh. Kabupaten Agam memiliki tingkat surplus 64 945 ton dari total produksi beras 130 928 ton3. Peningkatan tingkat surplus tersebut tidak terlepas dari peranan usaha penggilingan padi

2

http://www.padangekspres.co.id/Harian Pag i Padang Ekspres/Berita. Produksi Padi dan Jagung Meningkat [Dia kses 22 Juli 2013 ]

3

(20)

yang melakukan pengolahan gabah yang dihasilkan oleh petani menjadi beras yang siap untuk dikonsumsi oleh konsumen.

Kabupaten Agam yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Barat memiliki 16 kecamatan yang memiliki jumlah unit penggilingan padi yang beraneka ragam. Kecamatan Tilatang Kamang merupakan salah satu dari 16 kecamatan tersebut. Untuk Kecamatan Tilatang Kamang sendiri memiliki jumlah usaha penggilingan padi sebanyak 44 buah. Usaha penggilingan padi tersebut terdiri dari usaha penggilingan padi skala kecil yang memberikan kontribusi dalam peningkatan p roduktifitas beras yang ada di Kecamatan Tilatang Kamang. Penggunaan mesin penggiling padi umumnya sudah memasyarakat, sebagai sarana dalam proses penggilingan padi. Penggilingan padi sebagian besar diusahakan oleh pengusaha swasta yang dalam hal ini adalah pengusaha- pengusaha kecil. Walaupun sudah banyak usaha penggilingan padi, namun kelayakannya belum begitu optimal. Keadaa n ini memerlukan suatu analisis dan evaluasi sehingga usaha penggilingan tersebut layak beroperasi secara optimal. Salah satu usaha penggilingan padi dengan skala kecil di Kecamatan Tilatang Kamang adalah usaha penggilingan padi (RMU) Bonjo Alam.

Perumusan Masalah

Kecamatan Tilatang Kamang memiliki dua bentuk usaha penggilingan yang diterapkan oleh pengusaha pada usaha penggilingan yang mereka jalankan. Ada penggilingan padi yang lansung melakukan pembelian gabah terhadap petani sekaligus melakukan penggilingan dan penjualan terhadap gabah tersebut sehingga hasil beras dan sampingan penggilingan secara keseluruhan menjadi kepemilikan penggilingan. Ada penggilingan padi yang memberikan layanan penyewaan penggilingan padi untuk masyarakat dan pengumpul yang akan mengolah gabah mereka, dimana sistem pembayaran sewanya adalah dari hasil potongan beberapa persen dari hasil penggilingan. RMU Bonjo Alam merupakan penggilingan padi yang menerapkan sistem sewa bagi usaha penggilingan yang mereka jalankan.

RMU Bonjo Alam merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam. RMU Bonjo Alam merupakan usaha penggilingan padi yang dimiliki oleh Bapak Ir. Zulfa Arasj. Bapak Zulfa melakukan investasi usaha penggilingan padi sejak tahun 2007 dengan melakukan pembangunan area penjemuran padi, gedung untuk usaha penggilingan padi dan unit mesin penggilingan padi dimana untuk lahan bangunan penggilingan padi merupakan milik Bapak Zulfa sendiri. Bapak Zulfa pada tahun 2007 melakukan pembangunan pada area tanah seluas 4000 m2 serta pembelian mesin- mesin penggilingan. 900 m2 digunakan untuk bangunan mesin, 2700 m2 untuk area penjemuran dan 400 m2 digunakan untuk bagunan lain ( mushola, kantor, gudang dan rumah pegawai). Jumlah investasi yang dihabiskan lebih kurang adalah 1.1 miliar rupiah. Kegiatan operasi mulai dilakukan awal tahun 2008 setelah semua pembangunan dan mesin penggilingan bisa dioperasikan.

(21)

penggilingan padi ini untuk mengolah gabah kering giling (GKG) menjadi beras. Pada penggilingan RMU Bonjo Alam, proses produksi usaha dimulai dengan melakukan penjemuran gabah hasil panen sampai kering dibawah terik matahari. Penjemuran dilakukan selama 1.5 hari ketika musim panas. Gabah yang sudah kering didiamkan selama satu malam untuk mencegah beras yang dihasilkan patah setelah proses penggilingan, setelah itu baru dilanjutkan ke proses penggilingan. RMU Bonjo Alam melakukan pemprosesan beras secara kontinyu, bahan berupa gabah dimasukan ke dalam mesin pemecah gabah (Husker) yang menghasilkan output berupa dedak kasar dan beras pecah kulit. Beras pecah kulit kemudian dibawa oleh elevator ke penyosoh beras pecah kulit (Polisher) dimana menghasilkan output berupa beras putih dan dedak halus. Beras yang dihasilkan lansung dimasukan kedalam karung beras tergantung permintaan dari pelanggan. Uraian proses produksi RMU Bonjo Alam dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1 Proses produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam

(22)

Untuk penggunaan persentase sewa atas jasa penggilingan yang dilakukan oleh RMU Bonjo Alam adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Persentase biaya sewa yang diterapkan atas jasa penggilingan yang dilakukan RMU Bonjo Alam

Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Beras 5 % 5 % 5 % 5 % 2 % 2 %

Dedak 50% 50 % 50 % 50 % 100% 100 %

Berdasarkan data UPTBP4K2P Kecamatan Tilatang Kamang pada tahun 2012, produksi beras Kecamatan Tilatang Kamang memiliki tingkat pasar dengan kondisi 95 persen diakses oleh masyarakat lokal dan sisanya baru dipasarkan ke luar daerah sebesar lima persen, ini membuktikan bahwa untuk komoditas beras masyarakat tilatang kamang adalah masyarakat yang konsumtif terhadap beras. Ini dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 3 Segmentasi pasar komoditi pertanian Kecamatan Tilatang Kamang tahun 2012

Komoditi Produksi

Sumber : UPTBP4K2P Kecamatan tilatang kamang 2013

(23)

Berdasarkan uraian di atas, adapun permasalahan yang dibahas di dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari aspek non finansial ?

2. Bagaimanakah kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari aspek finansial ?

3. Berapakah nilai switching value kelayakan investasi yang masih dapat ditoleransi oleh penggilingan RMU Bonjo Alam ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari adanya penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari aspek non finansial.

2. Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari aspek finansial.

3. Menganalisis besarnya nilai switching value kelayakan investasi yang masih dapat ditoleransi oleh penggilingan RMU Bonjo Alam ?

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak :

1. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan lagi untuk belajar dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan.

2. Bagi RMU sebagai referensi bisnis dan pertimbangan untuk bahan evaluasi bagi kelansungan usaha.

3. Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut

Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada penggilingan RMU Bonjo Alam yang merupakan usaha penggilingan padi skala kecil yang mengoperasikan 2 jenis mesin penggilingan yaitu HuskerPolisher yang berada di Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Profinsi Sumatera Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kelayakan Usaha

(24)

yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Selain itu penelitiannya juga bertujuan untuk melihat pengaruh dari perubahan - perubahan yang mungkin terjadi melalui metode analisis sensitivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis titik impas. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa pengusahaan penggilingan padi yang diteliti layak untuk dikembangkan dengan nilai kriteria investasi seperti NPV sebesar Rp39 782 468, nilai IRR sebesar 43.78 persen dan B/C Ratio sebesar 2.57. Kelayakan penggilingan tersebut dikarenakan jumlah giling setiap tahunnya selalu tinggi. Adapun dalam perhitungan dengan analisis sensitivitas diketahui bahwa tiga variabel yang memiliki pengaruh cukup besar antara lain kenaikan harga bahan baku solar, kenaikan upah pekerja dan penurunan jumlah giling tahunan rata-rata.

Novianti (2010) melakukan analisis kelayakan investasi pada kondisi risiko pada

Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Berbeda dengan Arimanto (2008) yang hanya meneliti pembiayaan dan aspek finans ial dari usaha penggilingan padi, Novianti (2010) melakukan kajian dari dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finans ial. Untuk Aspek finansial, Novianti (2010) menggunakan kriteria investasi yang sama yaitu NPV (Net

Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan ditambah

kriteria lain yaitu PP (Payback Period). Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial, yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan hukum serta aspek sosial dan lingkungan menunjukan kelayakan. Pada aspek pasar, penggilingan padi Sinar Ginanjar berpeluang untuk memasarkan output penggilingan ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar. Berdasarkan aspek teknis, usaha penggilingan padi sinar ginanjar sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk menjaga kualitas beras tidak dilakukan seperti dalam penyimpanan beras. Pada aspek manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat sederhana, namun proses produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari aspek hukum usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sudah melengkapi berkas-berkas perijinan usahanya, sehingga sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek sosial lingkungan dari usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar, dalam mengelola limbah yaitu sekam sudah baik, yaitu dengan mempergunakannya sendiri untuk pembuatan abu gosok dan sebagian untuk masyarakat sekitarnya. Sedangkan untuk aspek finansial didapatkan bahwa hasil analisis finansial Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar Rp322 915 059, Nilai IRR yang diperoleh sebesar 28 persen, nilai Net B/C yang dihasilkan se besar 1.83, dan waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah 4 tahun 0.9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8.8 bulan. Waktu pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha penggilingan padi sinar ginanjar, sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak dijalankan karena mengikuti standar kelayakan usaha. Untuk kondisi risiko juga menghasilkan hasil yang sama yaitu memenuhi standar kelayakan usaha.

(25)

dari kemampuan pasar untuk menyerap produk rosela organik yang habis terjual di pasar. Daya dukung aspek teknis terlihat dari adanya ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja dan layout lahan yang dinilai layak. Daya dukung aspek manajemen mempunyai tanggung jawab masing - masing, sehingga proyek berjalan dengan lancar. Daya dukung aspek sosial dalam proyek ini mempuyai nilai positif. Untuk lingkup nasional secara tidak langsung telah mendukung program pemerintah, yang merencanakan Go Organic 2010. Sedangkan untuk lingkup daerah, adanya proyek ini akan menghasilkan pembukaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Penelitian yang dilakukan untuk kelayakan aspek finansial didasarkan pada nilai kriteria kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Berdasarkan hasil analisis finansial usaha rosela organik di Wahana Farm dengan penilaian parameter kelayakan pada tingkat suku bunga 7.75 persen, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp1 469 772 29, Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1.17, Internal Rate of Return

(IRR) sebesar 13.72 persen dan payback period sebesar 1.93. Hasil ini menunjukkan pengusahaan rosela organik layak jika dilihat dari nilai besaran NPV dan Net B/C, IRR dan payback period. Untuk hasil analisis switching value menunjukkan bahwa pengusahaan rosela organik tetap layak untuk dilaksanakan sampai terjadi penurunan harga jual rosela organik sebesar dua persen, kenaikan biaya tetap transportasi sebesar 14 persen dan kenaikan biaya variabel pestisida organik sebesar 82 persen.

Suryani (2011) melakukan analisis kelayakan usaha mie mentah jagung Bapak Sukimin di Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini juga menganalisis dari dua aspek kelayakan usaha yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Untuk Aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang sama dengan Novianti (2010), Arimanto (2008) dan Prawirakusuma (2011). Usaha pembuatan mi mentah jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial dan lingkungan layak untuk diusahakan. Namun dari aspek manajemen, usaha pembuatan mi mentah belum layak karena belum memiliki pembukuan dan pencatatan yang belum jelas atas segala transaksi bisnis yang dilakukan. Selain itu dari aspek hukum, usaha ini belum memiliki perizinan dari pihak manapun sehingga dinilai belum layak karena tidak memiliki kekuatan secara hukum. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha pembuatan mi mentah terigu layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukka n oleh nilai NPV sebesar Rp525 134 282, IRR sebesar 39.06 persen, net B/C sebesar 2.76 dan payback

period selama 4 tahun 4 bulan. Sedangkan untuk usaha pembuatan mi mentah jagung 30

persen juga layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 508 680 026, IRR sebesar 32 persen, net B/C sebesar 2.40 dan payback period selama 3 tahun 7 bulan. Usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen juga layak untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 1,011,003,777, IRR sebesar 38 persen , net B/C sebesar 3.96 dan payback period selama 3 tahun 11 bulan . Untuk analisis switching value pada ketiga usaha menunjukkan bahwa perubahan yang diakibatkan penurunan penjualan berpengaruh paling besar terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan perubahan lainnya. Perubahan penurunan penjualan pada ketiga usaha berkisar antara 16 – 24 persen. Perubahan ini lebih kecil dibandingkan perubahan peningkatan harga bahan baku tepung yang berkisar antara 27 – 60 persen.

(26)

pengembangan melalui SOP di Kota Depok layak untuk dijalankan. Pada aspek pasar, peluang petani yang memberlakukan SOP untuk memasarkan outputnya masih terbuka, hal ini dikarenakan semakin tingginya jumlah permintaan belimbing. Berdasarkan aspek teknis, usaha budidaya belimbing dewa dengan pengembangan melalui SOP dapat meningkatkan jumlah produksi petani. Pada aspek manajemen dan hukum, struktur organisasi masih sangat sederhana , namun proses produksi masih dapat dijalankan dengan baik. Usaha budidaya belimbing dewa di Kota Depok tergabung dalam kelompok tani - kelompok tani yang ada. Aspek sosial – ekonomi - budaya dari usaha budidaya belimbing dewa memberikan dampak positif dimana usaha ini menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Pada aspek lingkungan, usaha budidaya ini juga menunjukkan kelayakan karena dengan adanya usaha budidaya belimbing dewa dapat mengurangi pemanasan global dan sebagai penghijauan serta resapan air. Berdasarkan penelitian yang dilakukan juga didapatkan bahwa usaha budidaya belimbing dewa dengan pengembangan melalui SOP di Kota Depok secara finansial layak untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan kriteria kelayakan investasi NPV ≥ 0, IRR ≥ Discount Rate (6.75%) dan Net B/C ≥ 1. Berdasarkan kriteria investasi pada kondisi normal, nilai NPV menunjukkan Rp694 054 839 45 yang berarti usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp694 054 839 45 selama umur usaha. Sementara nilai IRR 23.97 persen yang menunjukkan besarnya pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 23.97 persen dari modal yang diinvestasikan. Net B/C sebesar 2.91 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar 2.91 satuan. Waktu pengembalian selama enam tahun sembilan bulan. Dampak adanya risiko volume produksi dan risiko harga output pada usaha budidaya belimbing dewa dengan pengembangan SOP di Kota Depok terhadap kelayakan usaha yaitu pada setiap kondisi, usaha tetap layak untuk dijalankan secara finansial. Hal ini dilihat dari kriteria investasi dari masig- masing skenario risiko. Sementara itu, tingkat risiko tertinggi terdapat pada risiko produksi dengan nilai koefisien variasi sebesar 0.571 sementara risiko harga memiliki nilai koefisien variasi yang lebih kecil yakni 0.279.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pe mikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan dari teori – teori yang dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Mulai dari teori tentang penggilingan padi mencakup tentang jenis alat pengolahan padi, jenis penggilingan padi berdasarkan teknologi dan hasil sampingan yang dihasilkan oleh proses penggilingan padi tersebut hingga teori mengenai konsep kelayakan usaha. Meliputi pengertian kelayakan usaha dari beberapa ahli kelayakan usaha dan aspek – aspek dari kelayakan usaha meliputi aspek non finansial dan aspek finansial dimana suatu bisnis dikatakan layak j ika kedua aspek tersebut memenuhi kriteria layak oleh bisnis yang bersangkutan.

Alat Pengolahan Padi

(27)

gabah, mesin penyosoh beras, dan mesin pencacah kulit gabah. Berbagai macam alat pengolahan padi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Perontok Padi (Thresher )

Merupakan alat yang digunakan untuk merontokkan butiran padi dari tangkainya dan juga dapat digunakan untuk merontokkan kedelai maupun jagung. Berdasarkan penggeraknya thresher dibedakan atas :

a. Pedal Thresher, jika digerakkan oleh tenaga manusia

b. Power Thresher, jika digerakkan oleh tenaga mekanik (motor) 2. Pembersih Gabah (Paddy Cleaner)

Merupakan alat untuk memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan seperti potongan jerami, kerikil, dan benda-benda asing lainnya.

3. Pengering Padi (Dryer)

Merupakan alat yang dapat menurunkan kadar air gabah atau biji-bijian lainnya dengan menggunakan udara yang dipanaskan.

4. Pemisah kulit (Husker)

Merupakan alat pengolah padi yang digunakan untuk mengupas kulit luar (sekam) gabah menjadi beras.

5. Penyosoh Beras Pecah Kulit (Polisher)

Alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih.

Penggilingan Padi

Penggilingan padi merupakan salah satu tahapan pasca panen padi yang terdiri dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap dikonsumsi. Proses pengolahan inilah yang telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Diawali dengan menggunakan penggilingan padi manual, yaitu proses menumbuk padi dengan menggunakan alu dan lesung hingga menggunakan mesin dengan teknologi yang canggih. Peralatan ini terdiri dari berbagai rangkaian yang disebut dengan sistem penggilingan padi. Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin yang berfungsi untuk melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras siap dikonsumsi. Di Indonesia, sistem ini biasa disebut pabrik penggilingan padi. Umumnya sistem ini terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu husker, separator, dan polisher. Bagian lainnya hanya merupakan pendukung agar dapat memperoleh hasil akhir yang lebih baik. Dari sejarahnya, sistem penggilingan padi pertama kali diproduksi di benua Eropa dengan mekanisme kerja sangat sederhana yang dinamakan mesin tipe Engelberg. Tipe yang muncul berikutnya adalah tipe buatan Jepang. Tipe ini memiliki rancangan lebih sederhana dan setiap mesin saling terintegrasi satu sama lain. Pada awalnya Jepang hanya memproduksi untuk kebutuhan dalam negeri sendiri. Namun, karena tipe mesinnya relatif sederhana dan murah, penggilingan padi buatan Jepang banyak digemari di negara-negara penghasil padi, termasuk Indonesia (Patiwiri, 2008).

Menurut Novianti (2010) konfigurasi atau susunan mesin pada Penggilingan Padi Kecil (PPK) umumnya terdiri dari husker dan polisher saja. Sedangkan pada Penggilingan Padi Menengah (PPM) atau Penggilingan Padi besar (PPB) mempunyai konfigurasi mesin yang lebih lengkap. PPK memiliki ciri konfigurasi sederhana yaitu terdiri dari Husker-Polisher (H-P). PPM memiliki konfigurasi Cleaner- Husker-Separator-Polisher (C-H-S-P) dan PPB memiliki konfigurasi lengkap Dryer – Cleaner

(28)

Penggilingan Padi (PERPADI) pada tahun 2009 bahwa kinerja rendemen masing masing penggilingan adalah sebagai berikut (a) PPK memiliki kinerja rendemen rata rata sebesar 55.71 persen dengan kualitas beras kepala 74.25 persen dan broken 14.99 persen. (b) PPM memiliki kinerja rendemen 59.69 persen, dengn kualitas Beras Kepala 75.73 persen dan broken 12.52 persen. (c) PPB memiliki kinerja rendemen sebesar 61.48 persen dengan kualitas beras kepala 82.45 persen dan broken 11.97 persen.

Berdasarkan tingkat teknologi, penggilingan padi dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu penggilingan padi sederhana, kecil, besar, pengolahan padi terpadu, dan

country elevator (Patiwiri, 2008) 1. Penggilingan padi sederhana (PPS)

Penggilingan padi sederhana (PPS) merupakan unit peralatan teknik yang berfungsi sebagai mesin pengolah gabah menjadi beras. Dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak mulai adanya mesin penggilingan padi sederhana sampai saat ini secara turun-temurun tanpa mengalami perubahan berarti. Beberapa mesin PPS antara lain mesin tipe Engelberg dan kombinasi dari beberapa mesin khususnya husker, separator, dan polisher.

2. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Penggilingan padi kecil (PPK) merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih kecil dari 2 ton per jam gabah kering giling. Sistem PPK ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap.

3. Penggilingan Padi Besar (PPB)

Penggilingan padi besar (PPB) atau biasa disebut dengan rice miller plant merupakan gabungan dari beberapa mesin yang juga berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih dari 2 ton gabah kering giling per jamnya.

4. Pengolahan Padi Terpadu (PPT)

Pengolahan padi terpadu merupakan gabungan unit proses pembersihan awal, pengeringan, penyimpanan, penggilingan, pengepakan yang satu sama lain dihubungkan dengan elevator, dengan kapasitas besar Sistem PPT tergolong sangat komplek dan masing- masing pabrikan memiliki ciri khas tersendiri.

5. Country Elevator (CE)

Country elevator merupakan penggilingan padi terpadu yang berlokasi di tengah sentra produksi padi dan terintegrasi dengan areal persawahan berskala besar, sehingga hasil panen padi langsung dibawa ke tempat pengolahan tersebut.

Menurut Widowati (2001), dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa sekam (15-20 persen), dedak atau bekatul (8-12 persen) dan menir (± 5 persen). Pemanfaatan hasil samping tersebut masih terbatas, bahkan kadang-kadang menjadi limbah dan mencemari lingkungan terutama di sentra produksi padi pada saat musim penghujan. Secara umum hasil sampingan dari proses penggilingan padi yaitu :

1. Sekam adalah hasil sampingan penggilingan padi tertinggi sehingga memerlukan ruang yang luas untuk penampungan. Merupakan hasil pertama dari proses penggilingan atau beras pecah kulit.

2. Dedak adalah hasil penyosohan pertama dengan ukuran relatif kasar dan kadang - kadang masih tercampur dengan potongan sekam.

3. Bekatul adalah hasil penyosohan kedua dengan ukuran lebih halus dan sering digunakan untuk bahan pakan.

(29)

Studi Kelayakan Bis nis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelahaan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis menuntut adanya penilaian, sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila bisnis d ilakukan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi (Nurmalina et al, 2010). Suliyanto (2010) juga menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan.

Aspek – Aspek Studi Kelayakan

Menurut (Nurmalina et al, 2010) secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut :

1. Aspek Pasar

Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan bisnis. Besar permintaan produk serta kecendrungan perkembangan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang perlu diperkirakan dengan cermat. Tampa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti, dikemudian hari bisnis dapat terancam karena adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik kekurangan maupun kelebihan permintaan akan menyebabkan kegiatan bisnis tidak dapat beroperasi secara efisien. Aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasara n dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasi. Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis ini adalah :

a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.

b. Seberapa besar skala operasi / luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.

c. Kriteria pemilihan mesin dan eguipment utama serta alat pembantu mesin dan

eguipment.

(30)

e. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial yaitu kemampuan atau penerimaan masyrakat terhadap teknologi yang digunakan.

3. Aspek Manajemen Dan Hukum

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembanguna bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadual penyelesaiaan bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing- masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi , hal yang dipelajari ada lah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing- masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, setifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan mempelancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.

4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyrakat keseluruhan. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat disekitar lokasi bisnis.Sedangkan dari aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyrakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktifitas ekonomi. Aspek lingkungan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.

5. Aspek Finansial

Aspek finansial berhubungan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu bisnis yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung didalam suatu bisnis. Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis. Kemudian dibuat suatu aliran kas, selanjutnya dinilai kelayakan investasi tersebut berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi pada umumnya dapat dilakukan melalui pendekatan Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).

Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money)

(31)

dibandingkan sehingga perlu memperhatikan mengenai perbedaan nilai uang karena adanya pengaruh waktu. (Nurmalina et al,2010)

Krite ria Kelayakan Investasi

Studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menent ukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah nilai bersih kini atau Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), rasio manfaat biaya yaitu Gross Benefit Cost rasio (Gross B/C) dan Net Benefit per Cost (Net B/C),

profitability ratio (PV/K) dan jangka waktu pengembalian modal investasi atau Pay Back Period. Untuk menetukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan metode yang umum dipakai yaitu metoda Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discout factor (DF).

Kriteria investasi kelayakan bisnis diatas dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan-urutan berbagai alternative bisnis dari investasi yang sama. (Nurmalina et al,2010)

Analisis Switching Value

Analisis switching value (nilai pengganti) merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas. Perbedaan yang mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik. Sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari hingga perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Hal ini menunjukan bahwa perubahan tersebut tidak boleh melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti (switching value) tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV<0. (Nurmalina et al,2010)

Kerangka Operasional

(32)

penjualan dedak hasil sampingan kegiatan penggilingan. RMU Bonjo Alam masih belum mengetahui apakah dengan sistem sewa yang diterapkan terhadap masyarakat dan pengumpul sebagai langkah untuk memenuhi permintaan pasar dan tingkat persaingan bisnis, layak untuk dijalankan dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal bagi penggilingan. Untuk mengetahui hal tersebut maka dibutuhkan suatu analisis kelayakan usaha untuk melihat apakah dengan sistem operasional yang sudah ditetapkan oleh RMU Bonjo Alam sudah memenuhi kelayakan usaha.

Selain kajian yang akan dilakukan terhadap kelayakan usaha maka akan dilakukan analisis

switching value untuk mengetahui sejauh mana perubahan - perubahan pada komponen inflow

dan outflow yang masih dapat ditoleransi oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam agar usaha

(33)

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

RMU Bonjo Alam bertindak sebagai fasilitator bagi masyarakat dan pengumpul untuk mengolah gabah menjadi beras

Aspek Finansial:

NPV (Net Present Value) IRR (Internal Rate of Return) Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio) PBP (Payback Period)

Analisis kelayakan usaha RMU Bonjo Alam

Analisis swicthing value terhadap komponen biaya variabel dan

produksi

Tidak Layak

Pengembangan usaha penggilingan dengan sistem manajemen usaha

yang dilaksanakan Perubahan manajemen biaya

dengan reorientasi alokasi sumber daya

Layak

Adanya peluang pasar dan meningkatnya persaingan usaha penggilingan padi tahun 2012 di Kecamatan Tilatang Kamang

Sistem pembayaran berdasarkan hasil beras yang digiling dengan persentase beras yang diterima penggilingan adalah dua persen dengan hasil sampingan menjadi hak

penuh penggilingan.

Aspek Non Finansial: Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan

(34)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di RMU Bonjo Alam yang merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam, Profinsi Sumatera Barat. RMU Bonjo Alam merupakan usaha penggilingan padi yang dimiliki oleh Bapak Ir. Zulfa Arasj. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara (purposive) dengan pertimbangan bahwa RMU Bonjo Alam merupakan salah satu usaha penggilingan di Kecamatan Tilatang Kamang yang menyediakan pelayanan berupa jasa penggilingan padi kepada masyarakat dengan pembayaran berdasarkan hasil beras yang digiling. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Oktober – November 2013.

Jenis dan Sumbe r Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi tentang penggilingan padi yang diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara langsung secara terpadu dengan pemilik penggilingan yang menggunakan kuesioner, buruh penggilingan, dan pihak-pihak yang terkait. Data primer yang diambil antara lain data jumlah rata-rata gabah yang digiling perhari dan jam kerja per hari, biaya operasional penggilingan seperti pemakaian bahan bakar per hari, listrik, upah buruh dan sebagainya, data biaya jasa giling per kilogram, fasilitas yang tersedia dan digunakan di penggilingan padi yang diperoleh melalui metode wawancara.

Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari instansi- instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Pangan dan Kehutanan Kabupaten Agam, Departemen Pertanian, internet, literatur yang relevan seperti jurnal, buku teks, majalah, surat kabar dan sebagainya serta penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder yang diambil antara lain harga gabah dan beras tingkat petani, penggilingan dan pasar, kondisi wilayah Kabupaten Agam, harga mesin- mesin penggilingan padi dan sebagainya.

Metode Pengumpulan Data

(35)

melalui penelusuran pustaka ataupun literatur di perpustakaan IPB, instansi terkait dan media cetak maupun internet.

Metode Pengolahan Data

Data dan informasi yang sudah diperoleh akan diolah dengan bantuan komputer melalui program Excel Windows XP dan kalkulator. Setelah itu dikelompokan dan disajikan dalam bentuk table (tabulasi) kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk mempermudah proses analisis data. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengusahaan penggilingan padi secara deskriptif atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studi kelayakan usaha ini yang tergabung dalam aspek non finansial. Aspek non finansial tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek hukum. Analisis secara kuantitatif dilakukan terhadap aspek finansial pengusahaan penggilingan padi, dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh dimasa sekarang dengan masa mendatang melalui tingkat diskonto tertentu. Aspek finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Payback Period serta analisis switching value.

Aspek Non Finansial

Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hokum, aspek social, ekonomi, budaya dan aspek lingkungan. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat ter gantung kepada karakteristik dari masing - masing bisnis. Masing – masing aspek ini tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan. Bila suatu bisnis salah satu aspeknya kurang memenuhi kriteria kelayakan perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperluka n.

1. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek yang menganalisis kesiapan dengan proses teknis dan ketersediaan teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Hal yang perlu dianalisis pada aspek teknis adalah pemilihan lokasi pabrik, penentuan skala produksi, pemilihan mesin dan peralatan, penentuan layout pabrik dan bangunan, pemilihan teknologi (Suliyanto, 2010). Apabila penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah melakukan kegiatan produksi sesuai kriteria pengelolaan penggilingan padi yang baik seperti, jarak antara lokasi penggilingan dengan bahan baku dan pasar relatif terjangkau, terdapat akses yang mudah dari dan menuju lokasi penggilingan, tata letak mesin sudah efektif, serta proses kegiatan penggilingan yang baik, maka usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam pasa aspek teknologi layak untuk dijalankan. 2. Analisis Aspek Pasar

Aspek pasar menganalisis potensi pasar, integritas persaingan, market share

(36)

meyeluruh maupun secara terperinci seperti menurut jenis konsumen, daerah dan proyeksi permintaan. Selain itu adanya penawaran juga mempengaruhi aspek pasar, yaitu penawaran terhadap input dan output yang dibutuhkan dalam sebuah usaha, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu usaha sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh usaha yang diteliti in. Dalam penelitian ini, aspek penawaran dan permintaan mencakup kebutuhan bahan baku penggilingan seperti gabah, alat mesin penggilingan padi sampai distribusi dan pemasaran hasil yaitu pemasaran hasil penggilingan padi. Apabila semua aspek terseb ut dapat dipenuhi oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam , maka usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam pada aspek pasar layak untuk dijalankan.

3. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk kelayakan suatu proyek investasi. Karena walaupun suatu proyek investasi telah dinyatakan layak untuk diusahakan tanpa dukungan dengan manajemen yang baik, maka bukan tidak mungkin proyek tersebut tidak akan berjalan dengan lancar bahkan mengalami kegagalan. Aspek manajemen yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut sumberdaya manusia (SDM) yang digunakan dalam kegiatan pengusahaan kegiatan pengilingan padi, serta fungsi- fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang diterapkan dalam proses operasional maupun non operasional. Dalam hal ini termasuk bahan kajian adalah mengenai pembagian kerja di pengusahaan penggilingan padi. Apabila penggilingan padi RMU Bonjo Alam dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan usahanya maka usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam pada aspek manajemen layak untuk dijalankan. Tujuan dari analisis aspek hukum ini adalah meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Aspek hukum ini berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin- izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum ini meliputi badan hukum pengusahaan penggilingan padi, izin- izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha penggilingan padi. RMU Bonjo Alam memenuhi kelayakan secara aspek hukum jika pesyaratan tersebut dimiliki secara keseluruhan yang mampu menguatkan posisi usaha penggilingan secara hukum.

4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

(37)

Rincian kriteria aspek non finansial pada penggilingan padi RMU Bonjo Alam dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 Kriteria aspek kelayakan non finansial penggilingan padi RMU Bonjo Alam

No Kriteria Aspek Kelayakan 1 Aspek Pasar

Pasar Potensial Pangsa pasar

Permintaan dan penawaran Harga beras

Harga sampingan beras Saluran distribusi pemasaran Strategi perusahaan /promosi Rencana / proyek penjulan

2 Aspek Teknis

Lokasi penggilingan Fasilitas transportasi

Ketersediaan gabah (ada biaya angkutan atau tidak) Luas lahan usaha

Tenaga listrik Tenaga air Skala produksi

Kapasitas penampungan gabah Jumlah mesin yang digunakan Kriteria mesin yang digunakan Proses produksi penggilingan

Layout penggilingan dan fasilitas lainnya

3 Aspek Manajemen dan Hukum Pengawasan

Manajemen dalam operasi Bentuk badan usaha (SIUP)

Jenis-jenis pekerjaan (Job Description)

Syarat yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut

4 Aspek Sosial dan Lingkungan

(38)

Analisis Aspek Finansial

Aspek ini menganalisis besarnya biaya investasi dan modal kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan dijalankan. Bisnis yang berorientasi keuntungan akan memutuskan untuk menjalankan sebuah bisnis jika menguntungkan secara financial, sedangkan bisnis yang tidak berorientasi keuntungan memerlukan aspek ini untuk melihat apakah ide bisnis yang akan dijalankan dapat terus berjalan dalam upaya untuk menjalankan misi sosilanya dengan pendapatan yang diterimanya (Suliyanto, 2010). Secara keseluruhan penilaian dalam aspek finansial ini meliputi sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek, proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan, kriteria penilaian investasi dan rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.

Setiap kriteria investasi menggunakan present value yang telah didiskonto dari arus-arus benefit dan biaya selama umur proyek. Aspek finansial yang dianalisis adalah

Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Payback Period serta analisis switching value.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama umur bisnis pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana bisnis ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun (Umar, 2001). Metode penghitungan Net Present Value (NPV) untuk RMU Bonjo Alam adalah dengan cara menghitung selisih antara Present Value dari nilai investasi sekarang RMU Bonjo Alam dari penerimaan – penerimaan kas bersih RMU Bonjo Alam dimasa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebuh dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Jika NPV > 0 maka investasi tersebut dapat diterima, sedangkan jika NPV < 0 maka

(39)

Suliyanto (2010) mengatakan bahwa metode IRR pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek. Pada RMU Bonjo Alam, investasi dikatakan layak jika IRR RMU Bonjo Alam lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR RMU Bonjo Alam lebih kecil dari tingkat diskonto maka usaha penggilingan RMU Bonjo Alam tidak layak dilaksanakan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksima l yang dapat dibayar oleh RMU Bonjo Alam untuk sumberdaya yang digunakan. Investasi RMU Bonjo Alam dinyatakan layak jika IRR RMU Bonjo Alam lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku. Menurut Nurmalina et al (2010) rumus IRR sebagai berikut:

Dimana :

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif

3. Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negative. Net B/C menggambarkan manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Pada RMU Bonjo Alam dikatakan usaha penggilingan layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu. (Nurmalina et al, 2010).

Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

NET B / C =

Dimana :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%) t = Tahun

4. Payback Period

(40)

termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Permasalahan dari penggunaan metodi

payback ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang

disyaratkan, untuk digunakan sebagai pembanding (Nurmalina et al , 2010). Pada RMU Bonjo Alam , jika semakin cepat waktu yang dibutuhkan oleh RMU Bonjo Alam dalam mengembalikan investasi yang ditanamkan ditandai dengan nilai

payback period yang kecil maka usaha RMU Bonjo Alam layak untuk dilaksanakan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Dimana :

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

6. Analisis switching value

Analisis switching value digunakan untuk mengetahui perubahan variabel- variabel yang bisa ditolerir agar usaha penggilingan RMU Bonjo Alam tetap layak untuk dijalankan. Selain itu, analisis switching value dapat membantu penggilingan RMU Bonjo Alam untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang bisa terjadi di masa mendatang. Variabel- variabel yang digunakan dalam switching value adalah komponen biaya tetap, biaya variabel dan penurunan harga jual beras. Hasil yang diperoleh dari analisis switching value yaitu :

Jumlah NPV = 0, Net B/C = 1, dan

IRR sama dengan tingkat suku bunga.

Asumsi Dasar

Analisis kelayakan Usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam Kenagarian Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam menggunakan asumsi sebagai berikut:

1. Penggilingan padi yang dianalisis adalah penggilingan padi berskala kecil yang menggunakan konfigurasi mesin penggilingan Husker - Polisher.

2. Penggilingan RMU Bonjo Alam berproduksi setiap hari kerja mulai dari senin sampai minggu.

3. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha penggilingan padi adalah modal sendiri. 4. Umur proyek analisis kelayakan usaha penggilingan padi ini didasarkan pada umur

teknis aset terpenting pada penggilingan padi yaitu mesin penggilingan padi. Umur proyek dari analisis kelayakan usaha penggilingan padi ini untuk mesin penggilingan adalah 10 tahun.

5. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah rata-rata tingkat suku bunga deposito Bank tanggal 20 September 2013 yaitu 6 persen per 12 bulan tahun 2013 dan diasumsikan konstan, dengan alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito tersebut dikarenakan penggunaan modal sendiri dalam investasi usaha yang dilakukan.

(41)

7. Penerimaan hasil jasa giling mengikuti produksi beras Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam.

8. Penerimaan untuk jasa sewa berupa beras dianggap tetap setiap tahunnya. 9. Produksi penggilingan RMU Bonjo Alam tetap setiap tahunnya.

10. Harga beras yang digunakan adalah harga yang berlaku di pasar yaitu harga beras pada bulan November 2013.

11. Jenis beras yang dihasilkan adalah beras kuriak kusuik yang menjadi komoditi spesifik tilatang kamang.

10Beras yang dihasilkan diasumsikan sudah berupa beras kepala yang utuh.

11Nilai sisa yang diperoleh dari nilai sisa brang-barang yang sifatnya investasi dan masih bernilai serta berada di akhir tahun proyek, seperti bangunan dan mesin- mesin peralatan pendukung kegiatan lainnya. Perhitungan nilai sisa peralatan d itetapkan sebesar lima persen.

12Biaya yang digunakan untuk kegiatan pengusahaan penggilingan padi adalah biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan usaha. Biaya operasional Penggilingan RMU Bonjo Alam dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

13Biaya variabel di Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam diasumsikan terus meningkat setiap tahunnya sebesar 1 persen.

14Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu:

- Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 % (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2010.

- Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 % (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun 2010.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Latar Belakang Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam

(42)

Gambar 3 Bapak Ir.Zulfa Arasj

Jumlah investasi yang dihabiskan adalah lebih kurang 1.1 miliar rupiah. Kegiatan operasi mulai dilakukan awal tahun 2008 setelah semua pembanguan dan mesin penggilingan bisa dioperasikan.. Adapun maksud dan tujuan didirikannya penggilingan padi RMU Bonjo Alam diantaranya untuk mendapatkan keuntungan dengan usaha penjualan baik berupa beras, dedak, sekam dan jasa penggilingan padi untuk masyarakat sekitar. Selain itu maksud lain pendirian penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah untuk memudahkan akses para pemilik gabah atau petani dan pengumpul untuk melakukan penggilingan, karena jarak penggilingan padi RMU Bonjo Alam dekat dengan jalan.

Gambar 4 Lokasi RMU Bonjo Alam

(43)

penggerak. RMU Bonjo Alam mengoperasikan 2 jenis mesin penggilingan padi ini untuk mengolah gabah kering giling (GKG) menjadi beras.

Gambar 5 Mesin Penggilingan

Lantai jemur milik Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam mampu menampung 119 – 120 ton Gabah Kering Panen (GKP) untuk dijemur. Sedangkan untuk gudang sendiri mampu menampung Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 90 - 100 ton.

Gambar 6 Lantai jemur penggilingan padi RMU Bonjo Alam

(44)

penggilingan tergantung dari bagus tidaknya manajemen yang diterapkan oleh koordinator. Operator bertanggung jawab dalam mempertahankan dan menjaga agar performa mesin penggilingan tetap baik dan terjaga dan berjalan sempurna ketika mesin tersebut digunakan dan juga menjaga kebersihan dari mesin dan lingkungan penggilingan. Sedangkan untuk pembantu operator membantu operator dalam melaksanakan tugasnya ketika kegiatan penggilingan dilakukan dan juga membantu dalam menjaga kebersihan dari lingkungan penggilingan. Kegiatan penggilingan dilakukan setiap hari kerja dengan waktu kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja yang berada di penggilingan RMU Bonjo Alam adalah dari pukul 08.00 – 16.30 WIB dengan satu jam waktu istirahat dari pukul 12.00 – 13.00 WIB. Adapun lulusan – lulusan tenaga kerja dan pemilik penggilingan RMU Bonjo Alam adalah sebagai berikut (Tabel 5).

Tabel 5 Tingkat Pendidikan Karyawan Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Jabatan

1 Sarjana 1 Pemilik

2 SMA 1 Koordinator

3 SD 2 Operator dan

pembantu operator

Penggilingan RMU Bonjo Alam tidak menerapkan hari libur kepada karyawan kecuali hari raya atau meminta cuti. Gaji koordinator adalah Rp1 500 000 perbulan sedangkan untuk operator adalah Rp1 100 000 perbulan dan pembantu operator Rp 800 000 perbulan.

Jalinan Kerjasama Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Aspek Non Finansial

A. Aspek Pasar

Analisis aspek pasar memegang peranan yang sangat penting sebelum memulai bisnis karena sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan yang dihasilkan. Analisis aspek pasar meliputi permintaan, penawaran, dan strategi pemasaran.

1. Permintaan dan Penawaran

Penggilingan padi RMU Bonjo Alam merupakan jenis penggilingan yang memberikan output tidak hanya beras dan hasil sampingannya dan juga memberikan pelayanan jasa kepada konsumennya. Untuk layanan jasa sendiri, konsumen utama penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah pengumpul pad i yang sudah menjadi pelanggan tetap penggilingan padi dan juga masyarakat. Untuk masyarakat sendiri hanya melakukan penggilingan dalam jumlah kecil karena hanya digunakan untuk kebutuhan sehari- hari sedangkan para pengumpul melakukan jumlah penggilingan yang jauh lebih banyak karena menjual beras tidak hanya di masyarakat sekitar tetapi juga luar daerah. Jumlah mereka sebanyak 6 orang yang berasal dari Jorong Patangahan dan juga dari luar jorong yang lebih memilih menggunakan jasa penggilingan RMU Bonjo Alam karena pelayanan dan juga jasa yang diberikan dan juga kualitas beras yang dihasilkan tentunya. Untuk beras sendiri yang merupakan beras hasil dari sewa penggilingan yang diberikan kepada konsumen dijual kepada masyarakat sekitar dan menjadi konsumen utama dari penjualan beras RMU Bonjo Alam. Permintaan beras dari masyarakat dilingkungan penggilingan RMU Bonjo Alam perharinya rata-rata 50 kilogram yang sebagian besar menjadi konsumsi rumah tangga. Untuk beras para pengumpul yang ada di penggilingan selain kepada masyarakat sekitar juga dipasarkan keluar kota seperti Batam, Padang, Pekan Baru, Duri dimana beras tersebut dijual kepada pedagang beras eceran dan pedagang nasi baik rumah makan ataupun restoran padang yang ada di kota tersebut. Namun hasil penjualan dari beras pengumpul dinikmati pengumpul secara menyeluruh. RMU Bonjo Alam tidak menerima hasil penjualan dan sebatas hanya sebagai tempat menampung beras hasil penggilingan para pengumpul.

Gambar

Tabel 1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang
Gambar 1  Proses produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam
tabel berikut :
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dari mana sumber gabah yang digiling oleh pengusaha penggilingan padi kecil serta jumlah produksi per tahun, untuk mengetahui biaya

Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data operasional usaha mesin penggilingan padi tersebut, antara lain jenis penggilingan yang digunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya terbesar dalam usaha penggilingan padi mobile dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja, penerimaan yang diperoleh dalam usaha

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dari mana sumber gabah yang digiling oleh pengusaha penggilingan padi kecil serta jumlah produksi per tahun, untuk mengetahui biaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya terbesar dalam usaha penggilingan padi mobile dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja, penerimaan yang diperoleh dalam usaha

Analisis Biaya pada usaha penggilingan padi UD Padi Mulya dilakukan untuk mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan dalam usaha ini, serta pendapatan

Analisis Biaya pada usaha penggilingan padi UD Padi Mulya dilakukan untuk mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan dalam usaha ini, serta pendapatan

WAHANA INOVASI VOLUME 10 No.1 JAN-JUNI 2021 ISSN : 2089-8592 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI KELILING DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG Dedi Kusbiantoro