• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasipelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait Dengan Deteksi Preeklamsia/Eklampsia Di Puskesmaslhoksukon Kabupaten Aceh Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasipelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait Dengan Deteksi Preeklamsia/Eklampsia Di Puskesmaslhoksukon Kabupaten Aceh Utara"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN

ANTENATAL CARE TERKAIT DENGAN DETEKSI

PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA DI PUSKESMAS

LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

MASTUTI 121021106

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN ANTENATAL CARE TERKAIT DENGAN DETEKSI

PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA DI PUSKESMAS LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH : MASTUTI 121021106

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Preeklampsia adalah toksemia (keracunan) pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, oedema, dan proteinuria. Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau masa nifas dengan disertai hipertensi, oedema dan atau proteinuria. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janinnya. Di Puskesmas Lhoksukon dari 5 orang ibu hamil pada usia kehamilan 22-34 minggu (3 orang trimester II, dan 2 orang trimester III) diketahui 2 orang ibu hamil yang di diagnosa preeklampsia dan 3 orang ibu hamil dalam kondisi normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program pelayanan antenatal, tenaga kesehatan, dan fasilitas kesehatan terkait dengan Deteksi Preeklampsia/Eklampsia di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.

Jenis penelitian adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan observasi. Populasi dan sampel adalah Seksi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Lhoksukon. Metode pengumpulan dengan observasi menggunakan instrument cheklis. Teknik analisis data dengan analisis univariat dalam bentuk deskriptif dengan kalimat.

Hasil program pelayanan antenatal yang dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan oedema, dan pemeriksaan protein urine. Tenaga kesehatan yang bertugas di ruang pemeriksaan antenatal sebanyak 10 orang bidan dan 5 orang tenaga analis bertugas di ruang laboratorium. Fasilitas antenatal tersedia adalah alat pemeriksaan tekanan darah dan laboratorium (tes protein urine).

Disarankan untuk pihak Puskesmas dalam bekerja harus sesuai dengan Standar Operasional Presedur (SOP) dan harus secara tertulis di Seksi Kesehatan Ibu dan Anak serta terus meningkatkan penyuluhan dan pelayanan terpadu dan terintegrasi.

(5)

ABSTRACT

Preeclampsia is toxemia (toxicity) on advanced pregnancy indicated by hypertension, edema, and proteinuria. Eclampsia is convulsion and comma not only comma for pregnant woman or childbirth with hypertension, edema, and or proteinuria. Antenatal service is an individual preventive care to prevent the poor condition for the pregnant woman and fetus. In PuskesmasLhokseukon, of 5 pregnant women on the pregnancy age oif 22 – 34 weeks (3 person in trimester II, 2 person in trimester III), two of them were diagnosed with preeclampsia and 3 pregnant women in normal condition. This research aims to study antenatal service program, health staff, and health facility related to detection of preeclampsia / exclampsia at PuskesmasLhoksukon, Regency of Aceh Utara in 2015.

This research is qualitative descriptive study by observation. The population and sample is selection of mother and child health at PuskesmasLhoksukon. The method of data collecting is observation using check list instrument. The data was analyzed by univariance in the form of descriptive sentence.

The result of antenatal service is indicated by measure of blood pressure, edema assessment, urine protein. The health staff in antenatal department is consist of 10 midwifes and 5 analysts in laboratory. The antenatal facility available is measurement tool of blood pressure and laboratory (urine protein test).

It is suggested that Puskesmas must provide the service based on standard operational procedure and must be written in section of mother and child health and to provide them with extension and integrated service.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mastuti

Tempat/Tanggal Lahir : Peusangan, 05 Mei 1977

Agama : Islam

Anak Ke : 7 Dari 7 Bersaudara

Jumlah Saudara : 7 (Tujuh) Orang

Alamat : Dusun Tgk Syareh, Desa Dayah LB, Kec. Lhoksukon

Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1983 – 1989 : SD Negeri Lancok Bireuen 2. Tahun 1990 – 1992 : SMP Negeri No. 2 Bireuen 3. Tahun 1993 – 1995 : SPK Kesdam I/BB Banda Aceh

4. Tahun 1996 – 1997 : D I Program Pendidikan Bidan Kesdam I/BB Banda Aceh

5. Tahun 2009 – 2011 : D III Kebidanan Pemda Lhokseumawe 6. Tahun 2012 – 2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan hidayahnya dan sholawat kepada Rasulullah SAW atas teladan hidup untuk penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “EvaluasiPelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait dengan

Deteksi Preeklamsia/Eklampsia di PuskesmasLhoksukon Kabupaten Aceh Utara”. Skripsi ini merupakan tugas akhir dari proses belajar penulisan yang dilewatkan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan dibuat salah satu syarat bagi penulisan untuk menyandang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dan berusaha mempersembahkannya pada dunia kesehatan dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun secara materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku dosen penasehat akademik yang telah memerhatikan dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan. 3. Bapak Drs. Heru Santosa, MS. Ph.D selaku kepala Departemen

(8)

4. Bapak Drs. Heru Santosa M.S.Ph.D dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku dosen pembimbing I dan II atas waktu yang diberikan, kesabaran serta ilmu bermanfaat yang diberikan selama membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi dan Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen penguji Skripsi atas kritik dan saran yang diberikan untuk perbaikan Skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Departemen Kependudukan Dan Biostatistika yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Puskesmas Lhoksukon dan seluruh staf yang telah memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penelitian.

9. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta ( Alm Ayahanda M. Daud. PK, Ibunda Rosmani), kakak tercinta (Ismawati, SPd), suami tercinta (Hendro Warsito), Anakku tercinta (Bunga Ayyatunasyifa, dan Bulan Samira Ramadhani) dan abang ipar (M. Jamil) dan seluruh anggota keluarga besar yang telah mendoakan dan memotivasi untuk kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

peminatan Kespro yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk dukungannya dan kenangan terindah selama menempuh pendidikan di FKM USU

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisans kripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RIWAYAT HIDUP……….xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia/Eklampsia ... 8

2.2 Tanda dan Gejala Preeklmapsia/Eklampsia ... 10

2.3 Kriteria Diagnosa Preeklampsia/Eklampsia ... 10

2.4 Klasifikasi Preeklampsia/Eklampsia ... 11

(11)

2.6 Fasilitas Antenatal, TenagaKesehatan,dan Program Pelayanan

Antenatal……….. ... 17

2.6.1 Fasilitas Antenatal ... 17

2.6.2 Alat dan Bahan Persiapan Pemeriksaan Protein Urine... 17

2.6.3 Persiapan Pasien ... 18

2.6.4 Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Protein Urine ... 18

2.6.5 Cara Membaca Hasil ... 19

2.6.6 Tenaga Kesehatan ... 19

2.6.5 Program Pelayanan Antenatal ... 20

2.7 Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.4 Metode Pengumpulan Sampel ... 22

3.4.1 Data Primer ... 22

3.4.2 Data Sekunder ... 23

3.5 Instrumen Penelitian ... 23

3.6 Definisi Operasional ... 23

3.7 Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umun Puskesmas Lhoksukon ... 24

4.1.1 Geografis dan Demografis ... 24

(12)

4.3 Gambaran Kinerja Tenaga Kesehatan ... 31

4.3.1 Karakteristik Kinerja Tenaga Kesehatan ... 31

4.4 Fasilitas Antenatal Care ... 32

4.4.1 AlatPemeriksaanTekananDarah ... 32

4.4.2 Laboratorium (Tes Protein Urine) ... 33

4.5 Penyuluhan Kepada Ibu Hamil ... 34

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Program Pelayanan Antenatal Care Terkait dengan Deteksi Preeklampsia/Eklampsia ... 36

5.2 Tenaga Kesehatan ... 39

5.3 Fasilitas Antenatal Care ... 40

5.3.1 Alat Pemeriksaan Tenaga Kesehatan ... 40

5.3.2 Pemeriksaan Protein Urine ... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA INSTRUMEN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 FasilitasPelayanan Kesehatan Puskesmas Lhoksu Tahun 2015……25

Tabel 4.2 Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015………..26 Tabel 4.3 Karakteristik Ibu Hamil Dengan Diagnosa Preeklamsia di Puskesmas

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 48

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU ... 49

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Selesai

Melakukan Penelitian ... 50

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ……...……… 14

(16)

ABSTRAK

Preeklampsia adalah toksemia (keracunan) pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, oedema, dan proteinuria. Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau masa nifas dengan disertai hipertensi, oedema dan atau proteinuria. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janinnya. Di Puskesmas Lhoksukon dari 5 orang ibu hamil pada usia kehamilan 22-34 minggu (3 orang trimester II, dan 2 orang trimester III) diketahui 2 orang ibu hamil yang di diagnosa preeklampsia dan 3 orang ibu hamil dalam kondisi normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program pelayanan antenatal, tenaga kesehatan, dan fasilitas kesehatan terkait dengan Deteksi Preeklampsia/Eklampsia di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.

Jenis penelitian adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan observasi. Populasi dan sampel adalah Seksi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Lhoksukon. Metode pengumpulan dengan observasi menggunakan instrument cheklis. Teknik analisis data dengan analisis univariat dalam bentuk deskriptif dengan kalimat.

Hasil program pelayanan antenatal yang dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan oedema, dan pemeriksaan protein urine. Tenaga kesehatan yang bertugas di ruang pemeriksaan antenatal sebanyak 10 orang bidan dan 5 orang tenaga analis bertugas di ruang laboratorium. Fasilitas antenatal tersedia adalah alat pemeriksaan tekanan darah dan laboratorium (tes protein urine).

Disarankan untuk pihak Puskesmas dalam bekerja harus sesuai dengan Standar Operasional Presedur (SOP) dan harus secara tertulis di Seksi Kesehatan Ibu dan Anak serta terus meningkatkan penyuluhan dan pelayanan terpadu dan terintegrasi.

(17)

ABSTRACT

Preeclampsia is toxemia (toxicity) on advanced pregnancy indicated by hypertension, edema, and proteinuria. Eclampsia is convulsion and comma not only comma for pregnant woman or childbirth with hypertension, edema, and or proteinuria. Antenatal service is an individual preventive care to prevent the poor condition for the pregnant woman and fetus. In PuskesmasLhokseukon, of 5 pregnant women on the pregnancy age oif 22 – 34 weeks (3 person in trimester II, 2 person in trimester III), two of them were diagnosed with preeclampsia and 3 pregnant women in normal condition. This research aims to study antenatal service program, health staff, and health facility related to detection of preeclampsia / exclampsia at PuskesmasLhoksukon, Regency of Aceh Utara in 2015.

This research is qualitative descriptive study by observation. The population and sample is selection of mother and child health at PuskesmasLhoksukon. The method of data collecting is observation using check list instrument. The data was analyzed by univariance in the form of descriptive sentence.

The result of antenatal service is indicated by measure of blood pressure, edema assessment, urine protein. The health staff in antenatal department is consist of 10 midwifes and 5 analysts in laboratory. The antenatal facility available is measurement tool of blood pressure and laboratory (urine protein test).

It is suggested that Puskesmas must provide the service based on standard operational procedure and must be written in section of mother and child health and to provide them with extension and integrated service.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang

Data angka kematian ibu hamil menurut WHO, penurunanangkakematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target tujuan pembangunan millenium (millenium development goals / MDGs) dalam rangka mengurangi tiga perempat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015, demikian pernyataan resmi organisasi kesehatan dunia (WHO).

Jumlah angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong sangat tinggi diantara Negara-negara ASEAN lainnya. Jika dibandingkan AKI di Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filifina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Brunai 33 per 100.000 per kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008).

(19)

hidup, target MDGs untuk menurunkan rasio AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup adalah hal yang mustahil (Yuwono, 2010).

Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklamsia (PE) yang menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,5% - 38,4%. Di Negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6 – 7% dan eklampsia 0,1 – 0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia dan eklampsia di Negara berkembang masih tinggi.

Menurut Depkes RI tahun 2010, penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5%.

Preeklampsia/eklampsia merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, protein urine dan oedema, yang kadang-kadang disertai komplikasi sampai koma. Sindroma preeklampsia ringan seperti hipertensi, oedema, dan proteinuria sering tidak diperhatikan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia (Prawirohardjo, 2002).

(20)

Preeklampsia/eklampsia dapat dideteksi dengan pemeriksaan antenatal secara teratur minimal 4 kali selama kehamilanya itu dengan pemeriksaan tekanan darah, tes protein urine, dan oedema untuk menegakkan diagnose ibu hamil dengan preeklampsia/eklampsia. Secara keseluruhan derajat kesehatan masyarakat Indonesia telah meningkat namun derajat kesehatan ibu (maternal) masih sangat memprihatinkan. Kasus kematian ibu hamil dan melahirkan banyak terjadi di daerah yang kekurangan tenaga bidan dan akses informasi mengenai kesehatan reproduksi yang kurang memadai. Jika kondisi kehamilan seorang ibu dapat dipantau secara teratur maka dapat diprediksi resiko yang mungkin timbul, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan (Evy, 2007).

Upaya-upaya yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dalam kaitanya dengan kehamilan sangat bervariasi di berbagai negara, tergantung sumber daya yang ada dan lingkungan social budaya setempat (Sherris, 1999). Salah satu intervensi strategis upayanya yaitu upaya Safe Motherhood yang di nyatakan sebagai Empat Pilar Safe Matherhood, yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan aman, dan pelayanan obstetric esensial dimana target yang ditetapkan untuk tahun 2015 untuk Indonesia yaitu menurunkan angka kematian ibu (Hermiyanti, 2008).

(21)

faktor lain seperti ibu hamil dan melahirkan pada usia rawan (20 tahun atau 35 tahun), terlalu banyak melahirkan anak, terlalu dini atau rapat jarak kelahiran, terbatasnya frekuwensi penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi juga mempengaruhi kejadian komplikasi persalinan.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Aceh Utara tersebut diketahui jumlah kehamilan di Aceh Utara pada tahun 2014 sebanyak 13.602 kehamilan dimana dari komplikasi dan berhasil ditangani di Aceh Utara sebanyak 2.113 kasus (76.1%). Angka kematian ibu tahun 2014 sebanyak 29 orang dengan kasus preeklampsia sebanyak6 (20,8%), perdarahan sebanyak6 (20,8%), infeksi/sepsis sebanyak10 (34,5%), dan penyebab lain sebanyak7 (24,1%) (Dinkes Aceh Utara, 2014).

(22)

Hasil penelitian Hasmawati tahun (2012) di RSUD Embung Fatimah Kota Batam sebanyak 346 orang. Preeklampsia pada ibu hamil yang tertinggi terdapat pada usia ibu 20-35 tahun sebanyak 246 orang (75,4%), dan terendah pada usia<20 dan>35 tahun sebanyak 85 orang (24,6%). Usia sangat menentukan status kesehatan ibu. Kejadian Preeklampsia berdasarkan umur banyak ditemukan pada kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun. Pada ibu hamil usia kurang dari 20 tahun belum matang dalam menghadapi kehamilan baik pada organ reproduksi maupun mental. Pada usia ibu lebih dari 35 tahun, dalam tubuh telah terjadi perubahan-perubahan akibat penuaan organ-organ. Tetapi kejadian preeklampsi tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia 20-35 tahun, seperti pada hasil penelitian ini yang jumlah terbanyak yang mengalami preeklampsia pada usia 20-35 tahun karena penyebab preeklampsia belum pasti, banyak faktor yang mempengaruhinya.

Pelaksanaan pelayanan antenatal care di Puskesmas Lhoksukon sudah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan akan tetapi belum maksimal disebabkan kurangnya fasilitas antenatal seperti tersedianya tensimeter,stateskop, dan alat laboratorium untuk pemeriksaan protein urine, kinerja tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, dan perawat, kunjungan ibu hamil seperti jumlah kunjungan ibu hamil setiap minggu, dan program pelayanan antenatal yang terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia yaitu pemeriksaan tekanan darah, tes protein urine dan oedema.

(23)

(3.13%) kasus preeklamsia. Dari survey awal penelitian melalui Observasi padatanggal 19 Januari 2015 di PuskesmasLhoksukon kepada 5 orang ibu hamil pada usia kehamilan 22 - 34 minggu (3 orang trisemester II, dan 2 orang trisemester III) di sertai membawa buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menunjukkan bahwa dari ke 5 ibu hamil yang dilakukan pemerikasaan kehamilan, terdapat2 orang yang di diagnose preeklampsia dan3 orang ibu hamil dalam kondisi normal.

Maka berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait Deteksi Preeklampsia/Eklampsia di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.

1.2 PerumusanMasalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Terdapatnya ibu hamil dengan preeklampsia/eklampsia di Puskesmas Lhoksukon.

1.3 TujuanPenelitian 1.3.1 TujuanUmum

(24)

1.3.2 TujuanKhusus

1. Untuk mengetahui program pelayanan antenatal dengan Pelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait dengan Deteksi Preeklampsia/Eklampsia di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.

2. Untuk mengetahui kinerja tenaga program pelayanan antenatal care terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.

3. Untuk mengetahui tersedianya fasilitas antenatal dengan pelaksanaan program pelayanan antenatal care terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia di Aceh Utara tahun 2015.

1.4 ManfaatPenelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi Perencanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dalam upaya deteksi dan preekampsia/eklampsia pada ibu hamil.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Preeklampsia/Eklampsia

Menurut kamus Kedokteran Dorland, preeklampsia adalah toksemia (keracunan) pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, oedema, dan proteinuria.Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau masa nifas dengan disertai hipertensi, oedema dan atau proteinuria.

Preeklampsia/eklampsia merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, protein urine dan oedema, yang kadang-kadang disertai komplikasi sampai koma.Sindroma preeklampsia ringan seperti hipertensi, oedema, dan proteinuria sering tidak diperhatikan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia (Prawirohardjo, 2002).

Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan / atau koma (Prawirorahardjo, 2003).

(26)

Preeklampsia adalah meningkatnya tekanan darah dengan proteinuria dan oedema yang disebabkan oleh kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu terutama terjadi pada primigravida (Taber, 1994).

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diaognosis preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg atau lebih diatas tekanan darah normal si ibu, atau mencapai 140mmHg atau lebih (Rachimbadhi, 2002).

Oedema merupakan akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan, umumnya ditampakkan dengan adanya pembengkakkan ekstermitas dan wajah. Kenaikan berat badan 0,5 kg setiap minggu dalam kehamilan masih di anggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia (Rachimbadhi, 2002).

Proteinuria merupakan konsentrasi protein sebesar 0,3 gr/l atau lebih yang terdapat pada urine. Wanita yang menderita preeklampsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada kenaikan dalam tekanan darahnya.Jika protuineria terjadi, sedangkan tekanan darahnya normal, kemungkinan terjadi infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, atau kontaminasi pada spesimen (WHO, 1998).

(27)

2.2 Tanda dan Gejala Klinis Preeklampsia/Eklampsia

Gejala utama dari preeklampsia yaitu hipertensi, proteinuria, dan oedema yang dijumpai gejala kejang-kejang atau eklampsia bila tidak mendapat penanganan medis yang cepat dan tepat.Gejala-gejala dan tanda-tanda yang timbul pada saat preeklampsia seperti oliguria, gangguan visus, dan nyeri epigastrum adalah sesuai dengan kelainan-kelainan organ yang terjadi akibat preeklampsia (Tanjung, 2004).

Biasanya tanda-tanda preeklampsia dalam urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.Pada preeklamsia ringan tidak dijumpai gejala-gejala subyektif.Pada preeklamsia berat didapatkan rasa sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrum, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul (Richambadhi, 2002).

2.3 Kriteria Diagnosa Preeklampsia/Ekampsia

(28)

2.4 Klasifikasi Preeklampsia/Eklampsia

Menurut Manuaba (1998), preeklampsia digolongkan menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:

a. Preeklampsia Ringan

1. Tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dari tekanan normal yang diperiksa setiap 6 jam.

2. Tekanan darah diastolic mencapai 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dari tekanan normal yang diperiksa setiap setiap 24 jam.

3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dari berat badan awal dalam satu minggu.

4. Dijumpainya proteinuria dalam urine ≥ 0,3 gr/l. b. Preeklampsia Berat

Bila salah satu diantara gejala dibawah ini ditemukan pada hamil ≥ 20

minggu maka digolongkan sebagai preeklamsia berat:

1. Tekanan darah 160 mmHg diukur dalam keadaan rileks (minimal setelah istirahat 10 menit)

2. Oligouria, volume urine kurang dari 400 cc/24 jam 3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter

4. Keluhan subyektif seperti nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, dan gangguan kesadaran.

5. Gangguan visus dan serebral

(29)

7. Adanya HELLP Syndrome (Hemolysis, Elevated liver enzyme, Low platelet count) (Bekti, 2008)

Peningkatan gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjuk akan terjadi eklampsia, yang mepunyai prognosa buruk dengan angka kematian maternal dan bayi tinggi.

Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi atas:

1. Eklampsia Gravidarum yaitu eklampsia yang terjadi pada saat ibu hamil ≥ 20 minggu di mana kejadiannya sekitar 50% sampai 60%

2. Eklampsia Parturientum yaitu eklampsia yang terjadi pada saat persalinan dimana kejadiannya sekitar 30% sampai 35%

3. Eklampsia puerperium yaitu eklamsia yang terjadi pada saat persalinan berakhir dimana kejadiannya sekitar 30% sampai 35%

Preeklampsia dibagi atas preeklampsia ringan dan preekampsia berat.Preeklampsia ringan bila tekanan darah diantara 140/90 dan 160/110 mmHg sedangkan preeklampsia berat bila tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.Disebut eklampsia apabila preeklampsia disertai gejala kejang (Tanjung, 2004).

Menurut Hartini (2009), gejala-gejala eklampsia dibagi menjadi empat tingkatan yaitu:

a. Stadium Invasi

(30)

b. Stadium kejang tonik

Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.Dimulai dari seluruh otot badan kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernapasan terhenti, muka mulai kelihatan sianosis dan lidah dapat tergigit.

c. Stadium kejang klonik

Pada stadium ini dapat ditandai dengan otot yang berkontraksi berulang-ulang dalam waktu cepat.Mulut dapat terbuka dan menutup, keluar ludah yang berbusa dan lidah dapat tergigit.Pada organ mata dapat melotot dan muka kelihatan sianosis.Kejadian ini berlangsung berlangsung selama satu sampai dua menit.Setelah kejang lalu penderita tidak sadar dan bernapas seperti mendengkur.

d. Stadium Koma

(31)

1991). Menurut Geoffrey (1994), insiden preeklampsia cenderung meningkat pada ibu yang melahirkan anak pertama dimana persalinan yang pertama biasanya mempunyai risiko lebih tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3.

Untuk mencegah terjadinya preeklamsia adalah dengan: (1) selalu memantau tekanan darah; (2) membiasakan pola makan berkadar lemak rendah; (3) perbanyak asupan kalsium, vitamin C dan A; (4) dan yang lebih penting adalah menghindari stress. Preeklampsia yang dibiarkan akan berlanjut menjadi preeklampsia berat dan kemudian bisa menjadi eklampsia.

Penanganan dan perawatan kehamilan dengan preeklampsia ringan adalah berobat jalan, pantangan garam. Dapat diberikan obat penenang dan diuretik (meningkatkan pengeluaran air seni),kontrol setiap minggu. Anjuran segera kembali periksa bila gejalanya makin parah.Sedangkan pada preeklampsia berat adalah dengan masuk sakit dalam kamar isolasi yang bebas dari sinar dan suara juga perawatan khusus. Dipasang infuse untuk mengatur pengeluaran cairan, pemberian nutrisi, obat-obatan, dan mengatur elektrolit. Pengawasan bisa dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam.Bila keadaan bertambah berat dilakukan induksi (dorongan) persalinan atau langsung dilakukan operasi (Hartini, 2009).

(32)

memberikan obat-obat pendahuluan yang mutlak dilakukan sebelum trasportasi. Tujuan pengobatan pendahuluan ialah agar penderita tidak jatuh dalam stadium yang lebih berat dan dapat segera mengatasinya (Soedarmo, 2003).

2.5 Pelaksanaan Program Pelayanan Antenatal care Terkait Dengan Deteksi Preeklampsia/Eklampsia

Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal antara lain:

1. Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin

3. Mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan

5. Memersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan ASI eksklusif

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi.

(33)

preeklampsia/eklampsia antara lain : umur ibu, paritas, keturunan, ras, diet, lingkungan, tingkahlaku, dan sosio-ekonomi. Walaupun penyebab preeklampsia/eklampsia belum dapat dipastikan, namun beberapa faktor berikut ini memiliki hubungan dengan terjadinya preeklampsia/eklampsia.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janinnya. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan perorangan yang memperhatikan kualitas pelayanan medis yang diberikan.Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal.Keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya.

Antenatal care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehataan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2006).

(34)

2.6 Fasilitas Antenatal, Tenaga Kesehatan, dan Program Kesehatan

Kesehatan ibu dan anak (KIA) mempunyai tujuan akhir bagi penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan ibu/maternal.Untuk keberhasilan program tersebut harus di dukung oleh keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai dan professional untuk menghasilkan program kesehatan yang terbaik (Orisinal, 2000).

2.6.1 Fasilitas Antenatal

Fasilitas Antenatal berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas antenatal yaitu laboratorium untuk tes protein urine yang memadai dengan jarak yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang pemanfaatan sarana kesehatan (Nugroho Dkk, 2014).

Tersedianya fasilitas kesehatan di suatu wilayah akan memudahkan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Begitupun dengan ibu pasca melahirkan, mereka akan lebih mudah memeriksakan kesehatan dirinya di masa nifas dan memantau perkembangan bayinya.

2.6.2Alat dan Bahan Persiapan Pemeriksaan Protein Urine

Adapun alat yang digunakan untuk persiapan pemeriksaan protein urine adalah:

(35)

2. Lampu spirtus 3. Tabung kimia 2 buah 4. Asam asetat 6% 5. Korek api 6. Corong 7. Kertas saring 2.6.3 Persiapan Pasien

Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan protein urine yaitu: 1. Menyapa ibu dengan ramah dan sopan.

2. Berlaku sopan dalam melakukan pemeriksaan 3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

4. Pasien diminta untuk BAK dan ditampung dalam botol yang sudah disediakan 5. Memposisikan ibu dengan nyaman selama pemeriksaan

2.6.4 Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Protein Urine 1. Menyiapakan dan mengecek kelengkapan alat

2. Mencuci tangan 3. Memakai handscoon

4. Memperhatikan kejernihan urine

5. Bila urine keruh disaring dengan kertas penyaring

6. Mengisi kedua tabung dengan urine, masing-masing +2ml, salah satu tabung sebagai bahan pembanding pemeriksaan

(36)

8. Memanaskan tabung sampai mendidih berjarak 2-3cm, membentuk sudut 45 derajat dan arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong secara merata dari ujung bawah keujung atas.

9. Bila urine yang dipanaskan keruh tambahkan 4 tetes asam asetat 6% dan bila kekeruhan hilang maka menunjukkan hasil yang negative

10.Jika urin tetap keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan hasilnya 11.Bila setelah dipanaskan urine tetap keruh maka hasilnya positif dan tentukan

nilai positif(1 sd 4)

12.Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan 13.Membereskan peralatan

14.Mencuci tangan

2.6.5 Cara Menilai Hasil

Cara penilaian ini berlaku untuk pemeriksaan dengan asam asetat -- : tidak ada kekeruhan.

+ : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).

++ : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut(0,05-0,2%).

+++ : urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%). ++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).

2.6.6 Tenaga Kesehatan

(37)

pelayanan yang telah ditetapkan serta merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi (Depkes RI, 2005).

2.6.7 ProgamPelayanan Antenatal

(38)

Pemeriksaan tekanan darah, tes laboratorium dan oedema adalah untuk mendeteksi komplikasi kehamilan yang terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia. Penapisan rutin proteinuria merupakan cara efektif dalam mendeteksi preeklampsia, suatu keadaan yang membahayakan jiwa ibu hamil (Sunarsih, 2011).

2.7 Kerangka Pemikiran

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, di buat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan pelayanan

antenatal:

 Program pelayanan antenatal

(pemeriksaan tekanan darah, Test protein urine dan oedema)  Tenaga kesehatan  Fasiltas antenatal

Deteksi

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan observasi, yang hanya mengambil sebagian kegiatan-kegiatan tertentu saja, dimana tingkahlaku yang akan diamati timbul untuk melihat pelaksanaan program pelayanan antenatal care terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari – April 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel adalah Seksi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah 10 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data diperoleh dengan melakukan observasi tanpa diketahui oleh petugas terhadap tindakan pelayanan antenatal Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), selama 6 (enam) hari dari Senin–Sabtu dari jam 08.00-12.00 yaitu pemeriksaan tekanan darah, tes protein urine dan oedema.

2. Data sekunder

(40)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan instrumen Check List.

3.6 Definisi Operasional

1. Preeklampsia adalah suatu kondisi spesifik pada kehamilan diatas 20 minggu terdiri dari hypertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema yang merupakan hasil diagnose tercatat dalam buku register kunjungan ibu hamil. Eklampsia yaitu preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang atau koma yang merupakan hasil diagnosa dokter dan tenaga kesehatan.

2. Fasilitas kesehatan antenatal care adalah tersedianya tensimeter, stetoskop, dan alat laboratorium untuk pemeriksaan protein urine.

3. Tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal care (dokter, bidan dan perawat).

4. Program antenatal adalah penerapan pelaksanaan pelayanan antenatal yaitu pemeriksaan tekanan darah, tes protein urine dan oedema.

3.7 Teknik Analisis Data

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Lhoksukon 4.1.1 Geografis dan Demografis

1. Geografis

Puskesmas Lhoksukon terletak di jalan Medan-Banda AcehKecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Luas wilayah kerja Puskesmas Lhoksukon adalah 138 km2 (13.819 Ha) dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cotgirek b. Sebalah Timur berbatasan dengan Kecamatan Baktya Barat c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pasir

(42)

B. Demografi

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Lhoksukon pada tahun 2014 sebanyak 30.903 jiwa dan konsentrasi penduduk lebih banyak berada di Kemukiman Lhoksukon Barat sebanyak 10.103 jiwa dan terendah di Kemukiman Matang Ubi sebanyak 4.308 jiwa, terdiri dari 15.085 (49,51%) laki-laki dan 15.378 (50,48%) perempuan dengan jumlah kepala keluarga 8015 KK.

Gambaran situasi fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Lhoksukon yang berupa Puskesmas induk, Pustu, Polindes, Poskesdes, dan Posyandu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel: 4.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Lhoksukon

Jenis Fasilitas SSumber: Profil Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh

Utara Tahun 2014

(43)

Drien.Posyandu sebanyak 52 pos yang berada di 42 desa wilayah kerja Puskesmas Lhoksukon, yang kegiatannya dilaksanakan setiap bulan oleh bidan yang meliputi: pemerikasaan ibu hamil, penimbangan bayi dan anak balita, pemberian imunisasi pada bayi dan ibu hamil, pelayanan aseptor KB, dan penyuluhan ( ibu hamil, dan ibu menyusui).

Tabel 4.2 Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara

Sumber: Profil Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2014

Tenaga kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara sebagian besar adalah bidan dengan jumlah 28 orang yang bertugas di seksi KIA sebanyak 10 orang, ruang bersalin sebanyak 18 orang, tenaga Analis sebanayak 5orang bertugas di ruang laboratorium.

(44)

4.2Program Pelayanan Antenatal Care Terkait dengan Deteksi Preeklampsi/Eklampsia

Pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas Lhoksukon sudah menerapkan pelayanan antenatal terpadu, dengan standar pelayanan 10T (1) timbang berat badan, (2) takanan darah, (3) tinggi fundus uteri, (4) tetanus toksoid, (5) tablet zat besi, (6) tes penyakit menular seksual, (7) temu wicara, (8) tes laboratorium, (9) tes reduksi urine, (10) tes protein urine, akan tetapi tidak semua ibu hamil mendapatkan pelayanan standar disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil. Program pelayanan antenatal terpadu salah satunya bekerjasama dengan lintas program yaitu tenaga analis untuk pemeriksaan laboratorium terhadap ibu hamil,yang pertama kali berkunjung ke Puskesmas.

Jumlah sararan ibu hamil Puskesmas Lhoksukon tahun 2015 sebanyak 772 orang, sasaran ibu bersalin adalah 704 orang, dan sasaran bayi adalah 701, dengan cakupan kunjungan ibu hamil bulan Januari sampai bulan Maret 2015adalah K-1 278 (36%), K-4 adalah 294 (38,1), Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah 250 (35,5%), Komplikasi kebidanan 42 (5,4%), dan Kujungan Neonatus (KN) adalah 250 (35,5%).

(45)

orang ibu hamil yang di diagnosa preeklampsia, diperoleh karakteristik ibu hamil dengan preeklampsia adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3Karakteristik Ibu Hamil Dengan Diagnosa Preeklamsia Nama Umur

Adapun program pelayanan antenatal yang dilaksanakan yang terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Tekanan Darah

(46)

Anak terdapat 3 orang ibu hamil yang didiagnosa preeklampsia ringan. Setelah petugas memeriksakan tekanan darah, kemudian memberikan informasi/hasil tekanan darah kepada ibu hamil tersebut.Pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan oleh petugas didapatkan hasil pemeriksaan yang kurang akurat, karena petugas hanya menggunakan tensimeter saja tidak menggunakan stetoskop untuk mendapatkan hasil diastolik pada ibu hamil.Dalam pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah diharuskan menggunakan stetoskop supaya hasil lebih akurat dan ibu dengan hypertensi mendapatkan diagnosa pasti, serta bisa memberikan pelayanan tindaklanjut dalam penanganan.

2. Pemeriksaan Oedema

Untuk data pemeriksaan oedema peneliti berpedoman pada buku register kunjungan ibu hamil, dari 3 orang ibu hamil didiagnosa didapatkan 2 orang ibu hamil mengalami oedema positif dibagian wajah, tungkai, dan kaki yaitu ibu yang berinisial HS, Umur 30 tahun, Alamat Rambong, Gravida IV, PartusIII, AB 0, TD 140/80mmHg, Usia kehamilan 14 minggu, HB 11,08%, Reduksi urine negatife, dan anak terkecil berusia 6 tahun, dan ibu yang berinisial KW, Umur 22 tahun, Alamat desa Mns Arongan, Gravida I, P 0, AB 0, TD 150/90mmHg, Usia kehamilan 32 minggu dan 1 orang ibu hamil tidak mengalami gejala oedema. 3. Pemeriksaan Protein Urine

(47)

lengkap seperti: pemeriksaan Hb, reduksi urine, protein urine, eritrosid, leucosid, epitel, dan ca.ox. Pada pemeriksaan protein urine, ibu hamil disuruh kencing dan diberikan botol untuk menampung urine, kemudian ibu menyerahkan ke petugas laboratorium.

Petugas sudah mempersiapkan dirinya dengan memakai sarung tangan, tetapi hanya sebelah kiri saja, sementara tangan kanan tidak memakai sarung tangan. Urine yang sudah diterima diperiksa kejernihannya terlebih dahulu, bila urine jernih, maka langsung dimasukkan kedalam tabung kimia sebanyak 2 ml, kemudian menyalakan lampu spritus untuk memanaskan tabung urine, dengan memakai penjepit tabung dipanaskan yang berjarak 2-3 cm dari api, membentuk sudut 45 derajat, setelah urine mendidih kemudian petugas mengangkat dan mengarahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong secara merata dari ujung bawah ke ujung atas. Bila urine yang dipanaskan berwarna jernih maka hasilnya adalah negative .

(48)

Selesai pemeriksaan hasilnya dicatat dan diserahkan kepada ibu kemudian dibawa kembali ke seksi Kesehatan Ibu dan Anak untuk dicatat di buku register kujungan ibu hamil sebagai data untuk rencana tindaklanjut bagi ibu. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pemerikasaan protein urine telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur oleh petugas kesehatan.

4.3 Gambaran KinerjaTenaga Kesehatan 4.3.1 Karakteristik Kinerja Tenaga Kesehatan

Jumlah bidan di Puskesmas Lhoksukon adalah sebanyak 28 orang, 10 orang bertugas di Seksi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu ruang pemeriksaan antenatal, dan 18 orang bertugas di Ruang Bersalin (RB). Adapun karakteristik bidan yang khusus bertugas di ruang pemeriksaan antenatal, Seksi Kesehatan Ibu dan Anak adalah sebagai berikut:

(49)

Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan di Puskesmas Lhoksukon adalah dibagi 2 shif yaitu pagi dan sore. Bidan yang bertugas sebanyak 10 orang mulai melakukan kegiatan dari pagi pukul 8.00 wib sampai pukul 13.30 wib.Bidan yang shif sore sebanyak 3 orang, bidan yang piket siang sampai sore mereka tidak pulang tetapi langsung melanjutkan kegiatannya sampai jam 16.30 wib. Pada hari Jumat pagi bidan yang datang sebanyak 6 orang, hari Senin bidan sebanyak 8 orang, hari Selasa bidan hadir sebanyak 8 orang, hari Rabu bidan datang sebanyak 6 orang, hari Kamis bidan hadir sebanyak 6 orang, dan hari Jumat sebanyak 8 orang.Petugas laboratorium sebanyak 5 orang bertugas pagi jam 08.00 wib sampai jam 13.30 wib. Petugas yang shif sore sebanyak 2 orang.

4.4 Fasilitas Antenatal Care

4.4.1Alat Pemeriksaan Tekanan Darah

Alat pemeriksaan tekanan darah di Puskesmas Lhoksukon yang tersediadi Seksi Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 4 unit tensimeter, dan 1 buah stetoskop. Tensimeter 3 unit dalam kondisi rusak dan 1 unit kondisi baik atau layak pakai, dan stetoskop kondisi baik.Akan tetapi pada saat pemeriksaan tekanan darah tidak menggunakan stetoskop padahal sudah tersedia diruang pemeriksaan antenatal. 4.4.2 Laboratorium (Tes Protein Urine)

(50)

Tabel 4.5 Alat Pemeriksaan Protein Urine di Puskesmas Lhoksukon

Alat pemeriksaan protein urine yang tersedia di ruang laboratorium semuanya digunakan sesuai dengan kebutuhan dari pasien, terbukti pada pemeriksaan 3 orang ibu hamil dengan diagnosa preeklampsia.

4.5 Penyuluhan Kepada Ibu Hamil

Pada setiap ibu hamil yang dianggap berisiko, petugas memberikan penyuluhan, sesuai dengan kasus dan kebutuhan ibu tersebut.Contoh pada ibu hamil dengan preeklampsia. Berikut penyuluhan bidan I yang berinisial SN, adalah sebagai berikut:

Ibu tidak boleh makan terlalu banyak garam, dan lemak. Ibu harus banyak minum air putih, hindari jangan banyak pikiran apalagi sampe stress karena bisa naik lagi tekanan darah dan berbahaya bagi kesehatan ibu dan bayinya. Kalau datang periksa suruh suami ibu yang mengantar supaya ada yang mengawani jika terjadi apa-apa. Ibu tidak boleh memakai sandal tinggi ya, akan lebih baik jika memakai sandal lepes aja, bila ada keluhan anggak enak badan langsung datang periksa

ya bu”

(51)

Ibu jangan makan indomie ya, jangan makan yang asin-asin, goring-gorengan, mie baksoitu bisa menaikkan tensi ibu lagi, terus ibu banyak istirahat jangan terlalu banyak pikiran sebab bisa mempengaruhi kandunagan ibu dan berbahaya apalagi ibu sudah diperiksa tadi hasilnya kan positif urinenya…jadi harus dijaga bu ya….kalau bisa ibu harus periksa ke dokter kandungan lagi mau bu supaya lebih aman bagi kehamilan ibu dan bayi”

“ Ibu jangan memakai baju terlalu ketatlah kalau datang periksa hamil ya….jika ada keluhan segera datang periksa ke bidan yang terdekat aja kalau ke puskesmas agak jauh dari rumah y bu”

Bidan III berinisial HN sebagai berikut:

Ibu kan tadi tensinya agak tinggi jadi ibu harus makan kurangi garam atau yang asin-asin, lemak. Ibu banyak makan sayur, buah dan kurangi

minum kopi lebih baik banyak minum air putih. Ibu nanti setiap ada keluhan lansung datang periksakan ya supaya segara dapat penanganan

dan melahirkan nanti sama ibu bidan ya…supaya jika ada kesulitan cepat di rujuk, sekali lagi ibu harus jaga makan, banyak istirahat dan jangan stress supaya tensi tidak naik lagi”

(52)

BAB V PEMBAHASAN

Puskesmas Lhoksukon di Seksi Kesehatan Ibu dan Anak yaitu ruang pemeriksaan antenatal care adalah tersedianya fasilitas antenatal yaitu alat pemeriksaan tekanan darah berupa tensimeter, stetoskop dan alat pemeriksaaan protein urine.Tenaga kesehatan yang bertugas di Seksi Kesehatan Ibu dan Anak adalah semua profesi bidan dengan pendidikan D III Kebidanan, dan program pelayanan antenatal yang dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan standar program pelayanan antenatal care.Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas program pelayanan seperti: tersedianyafasilitas antenatal care, tenaga kesehatan dan program pelayanan antenatal, ini menunjukkan bahwa sangat berpengaruh terhadap pelayanan antenatal care terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia. Fasilitasantenatal, tenaga kesehatan dan program pelayanan antenatal care yang baik akan meningkatkan status kesehatan ibu hamil menjadi lebih baik, hal itu juga berlaku sebaliknya bila fasilitas antenatal, tenaga kesehatan dan program pelayanan antenatal buruk maka status kesehatan ibu hamil pun juga buruk.

5.1 Program Pelayanan Antenatal Care Terkait dengan Deteksi Preeklampsia/Eklampsia (Pemeriksaan Tekanan Darah, Pemeriksaan Protein Urine dan Pemeriksaan Oedema)

(53)

pemeriksaan ANC teratur, ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan bisa mengenali tanda bahaya yang timbul selama kehamilan serta mempersiapkan persalinannya. Menurut Rohjati (2003) bahwa pemeriksaan antenatal merupakan komponen penting pelayanan kehamilan yang diikuti dengan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami dan keluarga untuk perencanaan persalinan aman dan persiapan rujukan terencana bila diperlukan.

Kualitas program pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama pelayanan antenatal care seperti peningkatan pengetahuan dan ketrampilan terhadap petugas dalam pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan protein urine, dan melakukan pemeriksaan oedema. Hal ini penting dilaksanakan dalam memastikan diagnosa untuk ibu hamil yang mengalami preeklampsia.

Program pelayanan antenatal meliputi permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan secara umum, deteksi secara dini terhadap resiko kehamilan, screening untuk mengidentifikasi faktor resiko, upaya pengobatan untuk mencegah komplikasi dari penyakit yang diderita dan intervensi dalam upayapencegahan penyakit yang timbul (Azwar, 1990).

(54)

pelayanan seperti, dalam hal tidak menggunakan stetoskop pada pemeriksaan tekanan darah terhadap ibu hamil.

Program pelayanan antenatal sudah dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh Depkes RI, yaitu standar 10T (1) timbang berat badan, (2) takanan darah, (3) tinggi fundus uteri, (4) tetanus toksoid, (5) tablet zat besi, (6) tes penyakit menular seksual, (7) temu wicara, (8) tes laboratorium, (9) tes reduksi urine, (10) tes protein urine. Padahal aplikasi program jaminan mutu di Puskesmas adalah dalam bentuk penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP), agar hasil yang diperoleh tetap terjaga kualitasnya, meskipun pada kondisinya lingkungan dan petugas yang berbeda/berganti.

(55)
(56)

petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada dan rujukan ke RSU/dokter spesialis serta melakukan kunjungan rumah pasien, i) petugas merujuk ke ruang pengobatan bila ada indikasi, j) petugas mencatat ke kohort ibu sesuai kartu ibu.

Keberhasilan program Kesehatan Ibu dan Anak khususnya pelayanan antenatal sangat strategis dan ditentukan oleh konsistensi kualitas pelayanan yang diberikan di Puskesmas. Saat ini capaian pembangunan kesehatan menggunakan acuan Standar Pelayanan Minimal atau disingkat SPM adalah standar pelayanan minimal yang harus didapatkan oleh mayarakat dan menjadi program yang ditetapakan oleh pemerintah pusat dan pelaksanaannya diwajibakan kepada pemerintah daerah sesuai dengan sumber daya dan kemampuan daerah.Sehingga hal-hal yang berkaitan dengankualitas pelayanan (services quality), seperti kepuasan pasien bahkan dampak pelayanan (impact of sevices) masih belum mendapat perhatian yang lebih serius.Salah satu indikator pelayanan yang menjadi kunci penting bagi para pasien sebagai konsumen meliputi pelayanan tepat.

Menurut Kepmenkes Nomor: 826/MENKES/SK/IX/2008 indikator standar pelayanan minimal ditetapkan 18 indikator standar pelayanan minimal yang berkaitan dengan antenatal care antara lain adalah: 1) cakupan K-4 target 95%, 2) cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani target 80%, 3) cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan target 90%, 4) cakupan pelayanan nifas target 90%.

(57)

persalinannya, apabila ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan maka, tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan baik atau mengalami keadaan resiko yang dapat membahayakan ibu dan janinnya.

5.2 Tenaga Kesehatan

Fasilitas antenatal yang memadai harus didukung oleh adanya tenaga kesehatan yang mencukupi, terampil, dan terlatih. Dokter, bidan dan perawat merupakan tenaga kesehatan formal yang dapat dan mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi.

Bidan Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal berdasarkan pada pedoman standar kebidanan, standar pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pengelolaan program.Kompetisi teknis menyangkut pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan.

Peran bidan dalam pelayanan antenatal adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh bidan yang mencakup pencatatan dan pelaporan jumlah ibu hamil baik di puskesmas, posyandu, polindes, dan poskesdes. Dengan adanya pencatatan dan pelaporan, maka akan terlaksana pemetaan ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tersebut (Depkes RI, 2009).

(58)

Dari hasil penelitian bahwa tenaga kesehatan sudah cukup baik memberi pelayanan antenatal dilihat dari kehadiran, kedisiplinan, memberi penyuluhan, maupun dengan penanganan terhadap resiko, karena ke tiga ibu hamil yang di diagnosa preeklampsia sudah mengerti akan bahaya dari preeklampsia tersebutcontoh:“kalau saya merasa pusing, saya langsung memeriksakan diri ke

ibubidan”. Dimana setiap mengalami keluhan langsung memeriksakan kehamilan

ke tenaga kesehatan dan tidak ke dukun walaupun diantara mereka ada yang bertempat tinggal jauh dari puskesmas.

Menurut, dari hasil penelitian Ningrum (2014) yang dilakukan di daerah Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa adanya tenaga kesehatan tidak mengurangi angka kejadian preeklampsia/eklampsia karena preeklampsia/eklampsia tidak diketahui penyebabnya tetapi untuk mendeteksi, maka perlu tenaga kesehatan untuk melakukan hal tersebut, ini mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti pola makan, gaya hidup dan sebagainya.

5.3 Fasilitas Antenatal Care

Fasilitas antenatal adalah alat atau tempat yang digunakan untuk penyelenggarakan upaya pelayanan kehamilan, baik promotif, preventif,yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau masyarakat. Berikut dijelaskan fasilitas antenatal care adalah :

5.3.1 Alat Pemeriksaan Tekanan darah

(59)

hasilnya.Hasil penelitian menunjukan bahwa tersedianya fasilitas antenatal yang memadai adalah salah satu upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Tersedianya fasilitas antenatal sepertitensimeter dan stetoskop penting terhadap pemeriksaan tekanan darah pada ibu hamil yaitu: untuk mengetahui tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi.

Kelayakan tensimeter dan stetoskop perlu diperhatikan uji kelayakannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Jika dilihat dari jumlah tensimeter yang tersedia sebanyak 4 unit dan layak pakai hanya 1 unit tensimeter dan I unit stetoskop.

Menurut Depkes RI tensimeter harus dikalibrasi setiap 1 tahun sekali.Tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter adalah alat pengukuran tekanan darah sering juga disebut sphygmomanometer.Tensimeter terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet, yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.Tensimeter tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset.

(60)

Laennec.Stetoskop digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa penyakit tertentu dan untuk memastikan diastolik pada pemeriksaan tekanan darah.

Dalam penelitian Ningrum (2014) diasumsikan bahwa tersedianya fasilitas kesehatan disuatu daerah tidak menjamin adanya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.Menurut Perry dan Potter (2000), ada faktor-faktoryang mempengaruhi tekanan darah adalah: umur, waktu pengukuran, latihan dan aktivitas fisik, stress (kecemasan, takut, emosi dan nyari), posisis tubuh, dan obat-obatan.

Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah.Angka yang lebih tinggi, adalah tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketiks jantung berkontraksi dan memompa darah keseluruh tubuh.Angka yang lebih rendah, adalah diastolik, mengacu pada tekanan darah.Baik tekanan sistolik dan diastolik dicatat sebagai “mmHg” (millimeter air raksa).Perbedaan antara tekanan

sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah diukur dengan tensimeter air raksa.

5.3.2 Pemeriksaan Protein Urine

(61)

ketempat yang kosong secara merata dari ujung bawah keujung atas, (7) Bila urine yang dipanaskan keruh tambahkan 4 tetes asam asetat 6% dan bila kekeruhan hilang maka menunjukkan hasil yang negative, (8) Jika urin tetap keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan hasilnya, (9) Bila setelah dipanaskan urine tetap keruh maka hasilnya positif dan tentukan nilai positif(1 sd 4), (10) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, (11) mencuci tangan.

Laboratorium kesehatan merupakan pusat pelayanan laboratorium dan laboratorium rujukan yang melakukan fungsi pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologi, kimia kesehatan, kimia klinik dan patologi klinik.Fasilitas antenatal care merupakan faktor yang mendukung untuk melaksanakan tindakan atau kegiatan, pengelolaan logistik yang baik dan mudah diperoleh serta pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan konsisten.

(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pelaksanaan program pelayanan antenatal care terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia di Puskesmas Lhoksukon adalah sebagai berikut:

1. Program pelayanan antenatal a. Pemeriksaan tekanan darah

Pelayanan antenatal yang diberikan oleh petugas sudah memenuhi standar pelayanan minimal meskipun prosedur kerja tidak ditempel di dinding ruang pemeriksaan, namun demikian masih ada 9 petugas yang tidak menggunakan stetoskop hanya 1 orang yang menggunakan stetoskop tetapi palpasi saat pemeriksaan tekanan darah pada ibu hamil.

b. Pemeriksaanoedema

Pada kasus preeklampsia petugas melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar untuk memastikan oedema atau tidak.

c. Tes protein urine

Seluruh pasien yang di diagnosa preeklampsia sudah mendapat pemeriksaan protein urine. Pemeriksaan protein urine yang dilakukan di laboratorium Puskesmas Lhoksukon sudah memenuhi standar, sehingga menunjang hasil pemeriksaan yang lebih akurat.

(63)

pendidikan terakhir DIII Kebidanan dengan masa kerja lebih 10 tahun. Pelayanan antenatal yang diberikan oleh 1 orang bidan sudah memenuhi standar pelayanan minimal, namun sebagian besar petugas masih ada yang bekerja tidak sesuai dengan standar yaitu tidak menggunakan stetoskop untuk mendapatkan hasil diastolik pada pemeriksaan tekanan darah.

3. Fasilitas antenatal seperti tensimeter, stetoskop, dan laboratorium masih dalam kondisi layak pakai.

4. Penyuluhan dan Rujukan

(64)

6.2 Saran

1. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara diharapkan agar dapat mensosialisasikan StandarOperasionalProsedur (SOP) pelayanan antenatal yang telahditerbitkandariDinasKesehatanProvinsikesemuapuskesmas yang ada di wilayahkerja.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas H, dkk, 2010. DesainPenelitian, dalamS.Sastroasmorodan S. Ismail (ed.), Dasar-DasarMetodologiPenelitianKlinis. SagungSeto. Jakarta, hlm: 92-110.

Arikunto S, 2010. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. EdisiRevisi 2010.RenikaCipta, Jakarta.

Azwar A, 1990. Program MejagaMutuPelayananKesehatan.YayasanPenerbit IDI. Jakarta.

Boyle, Maureen, 2007. KedaruratanDalamPersalinan. BukuSakuBidan. PenerbitBukuKedokteran EGG. Jakarta.

Dinkes Aceh Utara, 2013. ProfilKesehatanKabupaten Aceh Utara 2013. Aceh Utara.

DepartemenKesehatan RI, 2004. StandarPelayanan Antenatal Care 2004.Jakarta

Feryanto, FA, 2013. AsuhankebidananPatologis.PenerbitSalembaMedika. Jakarta

Hartini, 2009.KiatMengatasiMasalahKehamilandanJanin.PenerbitElmatera Publishing.Yogyakarta.

Hermiyanti, 2008. The Challenges of Making Safe Motherhood a Reality Community Midwives in Indonesia. Director of Mather’s Health Ministry of Health Republic of Indonesia.Ahmedabad.

Manuaba, I, G, 1998.IlmuKebidanan,

(66)

___________, dkk, 2006.Buku Ajar

Notoatmodjo, S, 2005. MetodologiPenelitianKesehatan. RenikaCipta, Jakarta. _______________, 2010.MetodologiPenelitianKesehatan. RenikaCipta, Jakarta Nugroha, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. CetakanPertama.

PenerbitNuhaMedika. Yogyakarta.

Orisinal, 2000. PengaruhFasilitas, Tenaga, danLiputan Program TerhadapAngkaKematian Maternal di Provinsi Aceh Tahun 1999. Skripsi FKM USU, Medan.

Prawirahardjo, S, 1994. IlmuKebidananSarwonoPrawirahardjo. EdisiKeempat. PT. BinaPustakaSarwonoPrawirahardjo. Jakarta.

________________, 2010. IlmuKebidanan. PT

BinaPustakaSarwonoPrawirahardjo, Jakarta.

Pritchard, dkk., 1991. ObstetriWilliams ;alihbahasa R. Hanadi, PrajitnoPrabowo, danSoedarto. University Press, Surabaya.

Potter, 2000.To Basic Skill and Prosedur, Edisike III.Alihbahasa Ester Monica.PenerbitBukuKedokteran EGC.

PuskesmasLhoksukon, 2014.

LaporanTahunanPuskesmasLhoksukonKecamatanLhoksukon, 2014.

(67)

SDKI, 2007.AngkaKematianIbu di Indonesia Tertinggi di Negara ASEAN.http://midwefecare.woerdpress.coom/2012/21/sekitar 20-30.Diaksestanggal 09 Agustus 2014.

Sunarsih, dkk, 2011.AsuhanKehamilanUntukKebidanan.

PenerbitSalembaMedika. Jakarta.

Syafruddin, 1998.IlmuKebidanan, penyakitkandungan,

danKeluargaBerencana.BukuKedookteran EGC, Jakarta.

Syafruddin, Hamidah, 2009. KebidananKomunitas. PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta.

Taber, 1994.KapitaSelektaKedokteranObstetri Dan Ginekoologi.EdisiKedua. PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta

.

Tanjung, M. T., 2004. Preeklampsia

(68)

DOKUMENTASI PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DENGAN DIAGNOSA PREEKLAMPSIA

(69)
(70)
(71)

Gambar 4:

(72)

DOKUMENTASI PEMERIKSAAN PROTEIN URINE PADA IBU HAMIL

(73)
(74)

Lampiran.1

INSTRUMEN PENELITIAN

DAFTAR CHECKLIST UNTUK PELAKSANAAN PELAYANAN ANC

NO. INFORMAN :………

- Berilah tanda checklist (√) pada kolom Ya dan Tidak yang sesuai dengan tindakan

NO PERNYATAAN JAWABAN

A. Alat pemeriksaan tekanan darah Ya Tidak

1. Tensimeter 2. Stetoskop

3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tekanan darah

B. Alat pemeriksaan protein urine 1. Botol atau bengkok (neirbecken) 2. Lampu spirtus

C. Prosedur pemeriksaan urine

(75)

2. Mencuci tangan 3. Memakai handscoon

4. Memperhatikan kejernihan urine

5. Bila urine keruh disaring dengan kertas penyaring

6. Mengisi kedua tabung dengan urine, masing-masing +2ml, salah satu tabung sebagai bahan pembanding pemeriksaan urine 7. Menyalakan lampu spirtus

8. Memanaskan tabung sampai mendidih berjarak 2-3 cm, membentuk sudut 45 derajat dan arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong secara merata dari ujung bawah keujung atas

9. Bila urine yang dipanaskan keruh tambahkan 4 tetes asam asetat 6% dan bila kekeruhan hilang maka menunjukkan hasil negatif

10. Jika urine tetap keruh maka panaskan sekalilagi dan bandingkan hasilnya

11. Bila setelah dipanaskan urine tetap keruh maka hasilnya positif dan tentukan nilai positif (1 sd 4)

Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

1. Jumlah ibu hamil yang berkunjung kepuskesmas Senin-sabtu

3. Penyuluhan kepada ibu hamil 2. Pelayanan ANC

- Pemeriksaan TD

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.2 Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara
Tabel 4.3Karakteristik Ibu Hamil Dengan Diagnosa Preeklamsia
Tabel 4.4  Karakteristik Tenaga Kesehatan (bidan) di Puskesmas Lhoksukon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan

Hamil Dengan Komunikasi Terapeutik Bidan Pada Pelayanan Antenatal. Care Di Puskesmas?”...

Berdasarkan hasil penelitian, pada dasarnya bidan Puskesmas dan bidan desa sudah memahami untuk menerapkan standar 10 T pada pelayanan antenatal, namun pada

Ada hubungan kualitas pelayanan Antenatal Care (ANC) dengan tingkat kepuasan ibu hamil di Puskesmas Karanganyar Kabupaten Purbalingga Tahun 2013.. Kata Kunci :

Penyebab ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care tidak sesuai dengan umur kehamilan juga disebabkan dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang

Rendahnya kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal disebabkan karena : persepsi kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan desa masih belum maksimal, persepsi

Pada penelitian dapat 2 simpulan, simpulan pertama yaitu bahwa tingkat pendidikan, usia kehamilan, jumlah kehamilan, pelayanan antenatal care, tingkat pengetahuan

Fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas Rawat Inap Way Kandis, sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang pelayanan antenatal care pada ibu hamil maka semua