• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perawat Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Perawat Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada

Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Haryati Oktavia Simatupang

111101120

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik

Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis baik tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

(5)

5. Bapak Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan beserta seluruh staff yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan.

6. Ibu Lufthiani, S.Kep. Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orangtua saya yaitu S. Simatupang dan H br. Sinaga (+), L br. Panggabean yang telah memberikan sumbangan baik moril maupun material.

9. Saudara-saudara yang saya kasihi T.Sitompul/Lusianna br.Simatupang, Tulus Simatupang/br. Sinaga, Lamhot Simatupang, Orti Simatupang dan Luhut Simatupang.

10. Teman-teman satu KTB yaitu kak Siska Hutagalung, Citra Simbolon, Otania Hosianna, Wanda Pardede, dan Putry Mey Ginting dan adik-adik kelompokku Sri Ratu Natalia Ginting, Mepi Dame Sinaga dan Stevani Panggabean.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Juli 2015

(6)

DAFTAR ISI

2.2 Tahapan perkembangan psikososial anak ... 8

2.3 Pengertian Hospitalisasi ... 10

2.4 Dampak Hospitalisasi ... 10

2.5 Reaksi anak terhadap Hospitalisasi ... 11

2.6 Pengertian Peran ... 15

2.7 Peran Perawat ... 15

2.8 Peran Perawat dalam mengatasi dampak ... 18

hospitalisasi pada anak Bab 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka konseptual ... 25

3.2 Definisi operasional ... 26

Bab 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain penelitian ... 28

4.2 Populasi penelitian ... 28

4.3 Sampel penelitian ... 28

4.4 Tempat dan waktu penelitian... 29

4.5 Pertimbangan etik ... 30

4.6 Instrumen penelitian ... 31

4.6.1 Kuesioner data demografi ... 31

(7)

4.7 Validitas dan reliabilitas... 33

4.8 Pengumpulan data ... 34

4.9 Analisa data... 35

Bab 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Karakteristik demografi responden... 37

5.1.2 Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan ... 38

5.1.2.1 Peran Perawat dalam menyiapkan anak untukhospitalisasi ... 40

5.1.2.2 Peran Perawat dalam mencegah/meminimalkan perpisahan ... 41

5.1.2.3 Peran Perawat dalam meminimalkan kehilanganpengendalian ... 43

5.1.2.4 Peran Perawat dalam mencegah/meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri ... 44

5.2 Pembahasan 5.2.1 Peran perawat dalam menyiapkan anak untukhospitalisasi... 46

5.2.2 Peran perawat dalam mencegah/meminimalkan perpisahan ... 50

5.2.3 Peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian ... 52

5.2.4 Peran perawat dalam mencegah/meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri ... 55

Bab 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Inform Consent ... 65

Lampiran 2 Instrumen penelitian... 66

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas... 69

Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas... 73

Lampiran 5 Hasil Olahan Data... 75

Lampiran 6 Taksasi Dana Penelitian ... 79

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup ... 80

Lampiran 8 Jadwal Tentatif Penelitian ... 81

(8)

Lampiran 10 Surat Pengantar Survey Awal ... 83

Lampiran 11 Surat Balasan Survey awal ... 84

Lampiran 12 Surat Pengantar Uji Reliabilitas ... 85

Lampiran 13 Surat Balasan Uji Reliabilitas ... 86

Lampiran 14 Surat selesai Uji Reliabilitas ... 87

Lampiran 15 Surat Pengantar Pengumpulan Data... 89

Lampiran 16 Surat Ijin Penelitian... 90

Lampiran 17 Surat Selesai Penelitian... 92

Lampiran 18 Lembar Persetujuan Validitas ... 93

Lampiran 19 Lembar Terjemahan Abstrak ... 94

(9)

DAFTAR TABEL

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26 2. Distribusi responden berdasarkan karakteristik ... 38 3. Distribusi frekuensi dan persentase komponen peran perawat dalam

mengatasi dampak hospitalisasipada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 39 4. Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam menyiapkan

anak untuk hospitalisasi ... 40 5. Distribusi frekuensi dan persentase peranperawat dalam

mencegah/meminimalkan Perpisahan ... 41 6. Distribusi frekuensi dan persentase peran perawatdalam meminimalkan

kehilangan pengendalian ... 43 7. Distribusi frekuensi dan persentase peran perawatdalam

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

ABSTRAK

Judul : Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Haryati Oktavia Simatupang

NIM : 111101120

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S. Kep) Tahun Akademik : 2014/2015

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anaksaat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres. Stresor utama saat mereka dirawat di rumah sakit adalah kecemasan akibat perpisahan, kehilangan pengendalian dan ketakutan akan cedera tubuh/nyeri. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat. Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak ini meliputi: menyiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel adalah 80 orang dan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dimana pengambilan data dilakukan mulai bulan April sampai Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan peran perawat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah dewasa awal (48,8%), jenis kelamin perempuan (80%), anak usia sekolah (55%), beragama Islam (67,4%) dan bersuku Batak (47,5%). Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak dengan kategori cukup (73,7%), peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi dengan ketegori cukup (71,3%), peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan dengan kategori cukup (75%), peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian dengan kategori cukup (60%), dan peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri dengan kategori cukup (51,3%). Diharapkan untuk penelitian selanjutnya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(12)

ABSTRACT

Title of the Thesis : The Role of Nurses in Coping with the Effect of Hospitalization on Children in RSUP Haji AdamMalik, Medan

Name of Student : Haryati Oktavia Simatupang Std. ID Number : 111101120

Department : Nursing Science (S.Kep) Academic Year : 2014-2015

Hospitalization is a critical condition in children when they are sick and treated in a hospital. Hospitalization in children can cause apprehensiveness and stress. The main stressor when they are being treated is worry caused by separation, loss of control, and fear of becoming defective or painful. As professional health care providers, nurses have the responsibility to take care of child patients for 24 hours and to cope with the effect of hospitalization on child patients. The role of a nurse in coping with the effect of hospitalization on children includes: preparing the child for hospitalization, forestalling or minimizing separation, minimizing loss of control, and forestalling or minimizing fear for physical defect and pain. The research used descriptive design; it was conducted from April until May, 2015. The samples were 80 respondents, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires about demography and the role of a nurse. The result of the research showed that 48.8% of the respondents were young adults, 80% of the respondents were females, 55% of the respondents were school-ages, 67.4% of the respondents were Moslems, and 47.5% of the respondents were Bataknese. The role of nurses in coping with the effect hospitalization on children was in moderate category (73.7%), in preparing children for hospitalization was in moderate category (71.3%), in forestalling or minimizing separation was in moderate category (75%), in minimizing the loss of control was in moderate

(13)

ABSTRAK

Judul : Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Haryati Oktavia Simatupang

NIM : 111101120

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S. Kep) Tahun Akademik : 2014/2015

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anaksaat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres. Stresor utama saat mereka dirawat di rumah sakit adalah kecemasan akibat perpisahan, kehilangan pengendalian dan ketakutan akan cedera tubuh/nyeri. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat. Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak ini meliputi: menyiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel adalah 80 orang dan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dimana pengambilan data dilakukan mulai bulan April sampai Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan peran perawat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah dewasa awal (48,8%), jenis kelamin perempuan (80%), anak usia sekolah (55%), beragama Islam (67,4%) dan bersuku Batak (47,5%). Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak dengan kategori cukup (73,7%), peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi dengan ketegori cukup (71,3%), peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan dengan kategori cukup (75%), peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian dengan kategori cukup (60%), dan peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri dengan kategori cukup (51,3%). Diharapkan untuk penelitian selanjutnya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(14)

ABSTRACT

Title of the Thesis : The Role of Nurses in Coping with the Effect of Hospitalization on Children in RSUP Haji AdamMalik, Medan

Name of Student : Haryati Oktavia Simatupang Std. ID Number : 111101120

Department : Nursing Science (S.Kep) Academic Year : 2014-2015

Hospitalization is a critical condition in children when they are sick and treated in a hospital. Hospitalization in children can cause apprehensiveness and stress. The main stressor when they are being treated is worry caused by separation, loss of control, and fear of becoming defective or painful. As professional health care providers, nurses have the responsibility to take care of child patients for 24 hours and to cope with the effect of hospitalization on child patients. The role of a nurse in coping with the effect of hospitalization on children includes: preparing the child for hospitalization, forestalling or minimizing separation, minimizing loss of control, and forestalling or minimizing fear for physical defect and pain. The research used descriptive design; it was conducted from April until May, 2015. The samples were 80 respondents, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires about demography and the role of a nurse. The result of the research showed that 48.8% of the respondents were young adults, 80% of the respondents were females, 55% of the respondents were school-ages, 67.4% of the respondents were Moslems, and 47.5% of the respondents were Bataknese. The role of nurses in coping with the effect hospitalization on children was in moderate category (73.7%), in preparing children for hospitalization was in moderate category (71.3%), in forestalling or minimizing separation was in moderate category (75%), in minimizing the loss of control was in moderate

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masa anak-anak adalah masa yang sangat menyenangkan yang dipenuhi dengan segala macam hal yang baru. Anak sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir seluruh hidupnya disertai oleh rasa ingin tahu terhadap apa yang didengar atau dilihatnya. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua anak mengalami masa yang menyenangkan, anak juga mengalami sakit yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter et al, 2011).Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, anak akan berhadapan dengan situasi dan lingkungan yang baru serta melakukan kontak dengan orang asing selain keluarga. Hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh tekanan, terutama karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan (Potter & Perry, 2005). Hospitalisasi juga merupakan sebuah situasi yang penuh stress bagi anak dimana anak harus menjalani perawatan selama di rumah sakit dan diperhadapkan dengan lingkungan atau prosedur yang tidak diharapkan untuk dilakukan (Tsai, 2007).

(16)

kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Stresor utama yang akan dihadapi anak selama hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri. Reaksi hospitalisasi pada anak berbeda-beda tergantung olehusia perkembangan anak, pengalaman mereka sebelumnya menjalani perawatan, keterampilan koping yang mereka miliki dan sistem pendukung yang ada (Wong, 2008).

(17)

Perasaan yang sering muncul pada anak ketika dirawat di rumah sakit yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2004).Kecemasan dan ketakutan sangat mempengaruhi proses pengobatan anak. Laili (2006) menyatakan apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit maka besar sekali kemungkinan anak akan mengalami disfungsi perkembangan. Anak akan mengalami gangguan seperti gangguan somatik, emosional dan psikomotor.

Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat.Perawat adalah salah satu dari tim kesehatan yang memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi masalah anak saat dihospitalisasi. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat.Oleh karena itu perawat harus melaksanakan perannya secara profesional baik sebagai caregiver, konselor, advokat, kolaborator, change agent, coordinatordan educator (Hidayat, 2007).Peran yang dapat dilakukan oleh

(18)

perawat berusaha memandirikan anak dan memiliki hak dalam mengambil keputusan sesuai dengan perkembangannya, mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri melalui peran caregiver dengan cara perawat menggunakan teknik distraksi dan relaksasi serta berkolaborasi dengan orangtua dalam upaya memberi kenyamanan pada anak saat dilakukan suatu prosedur medis(Wong, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Simangunsong (2011) didapatkan bahwa peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di Rumah Sakit Umum di Medandalam kategori baik sebesar (73,3%) meliputi peran pembela (63,3%), pendidik (76,6%), konselor (50%), koordinator (83,3%), pembuat keputusan etik (83,3%) dan perencana kesehatan (83,7%).Penelitian lain yang dilakukan oleh Yulianto (2012) didapatkangambaran peran perawat dalam penanganan hospitalisasi anak di ruang perawatan 4 RSU Islam Faisal Makassar dari 16 responden perawat yang berpartisipasi dalam penelitian yaitu 9 orang responden (56,2%) melaksanakan peran dengan kategori baik sedangkan 7 responden (43,8%) lainnya melaksanakan peran dengan kategori masih kurang baik.Berdasarkan hasil dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat telah melaksanakan perannya dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak dengan baik lebih dari 50 %.

(19)

kesehatan yang bermutu terutama pelayanan asuhan keperawatan. Mutu pemberian pelayanan keperawatan salah satunya dapat dilihat dari aspek asuhan yang berfokus pada anak terutama dalam hal mengatasi dampak hospitalisasi anak, sehingga dibutuhkan peran perawat yang harus dilakukan secara profesional dan hal ini menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan.Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, pada bulan Januari sampai November 2014 didapatkan bahwa sebanyak 2093 anak dihospitalisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan dan peneliti melakukan wawancara dengan 3 orang anak, menyatakan bahwa mereka sangat cemas dan stress selama berada di rumah sakit dan kebanyakan dari mereka banyak menolak untuk makan dan dilakukan tindakan medis oleh dokter maupun perawat karna menganggapnya sebagai hal yang sangat menyakitkan sehingga memperpanjang lama rawatan di rumah sakit. Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan masalah

(20)

dunia kesehatan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana peran perawat dalam

mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan ?”.

1.3 Pertanyaan penelitian

1.3.1 Bagaimana peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan ?

1.3.2 Bagaimana peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3.3 Bagaimana peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan anak di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3.4 Bagaimana peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian anak di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3.5 Bagaimana peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan anak akan cedera tubuh dan nyeri di RSUP Haji Adam Malik Medan? 1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan Umum :

Mengidentifikasi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4.2 Tujuan Khusus :

1.4.2.1 Mengidentifikasi peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi

(21)

1.4.2.3 Mengidentifikasi peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian

1.4.2.4 Mengidentifikasi peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan pengetahuan bagi peserta didik di institusi pendidikan keperawatan khususnya di bidang keperawatan anak tentang peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak sehingga peserta didik dapat mengimplementasikan perannya dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak ketika mereka berada di pelayanan. 1.5.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan secara profesional pada anak yaitu mengatasi dampak hospitalisasi pada anak sehingga dampak hospitalisasi pada anak dapat diatasi saat anak dirawat.

1.5.3 Penelitian Keperawatan

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Anak

Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual.Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2012).Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mendefinisikan anak sebagai seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa anak adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

2.2 Tahapan Perkembangan Psikososial Anak

Dalam Teori Erikson, ada beberapa tahapan perkembangan psikososial anak. Tiap tahap terdiri dari tugas perkembangan yang unik yang menghadapkan sesorang pada suatu krisis yang harus dipecahkan (Santrock, 2007).

Berikut ini tahapan perkembangan psikososial anak (Santrock, 2007) antara lain : 2.2.1 Kepercayaan versus Ketidakpercayaan (trust vs mistrust)

(23)

2.2.2 Otonomi versus Rasa malu dan ragu-ragu (autonomy vs doubt/shame) Tahap ini terjadi pada masa bayi akhir dan masa kanak-kanak awal (1-3 tahun). Seiring berjalannya waktu, anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Rasa percaya yang mereka dapatkan pada awal pertama kehidupannya menghantarkannya kepada sebuah keinginan-keinginan dirinya dan menyadari bahwa perilaku mereka menjadi haknya sendiri dan inilah yang disebut dengan otonomi. Anak akan menunjukkan sikap malu dan ragu-ragu apabila keinginan mereka dibatasi.

2.2.3 Inisiatif versus Rasa bersalah (initiative vs guilt)

Tahap ini terjadi selama tahun prasekolah. Anak prasekolah memasuki dunia sosial yang lebih luas dibanding ketika mereka masih berada pada tahap bayi maupun toddler karena mereka akan lebih banyak mengahadapi tantangan. Perilaku yang aktif dan bertujuan diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. Anak diminta untuk memikirkan tanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka sehingga akan terlahir inisiatif. Anak akan merasa bersalah ketika gagal melakukan tanggung jawabnya dan akhirnya hal ini membuat mereka sangat cemas.

2.2.4 Kerja keras versus Rasa inferior (industry vs inferiority)

(24)

gagal atau tidak mampu mencapai tuntutan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut.

2.3 Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi atau perawatan, kegiatan pelaksanaan pelayanan dan perawatan kesehatan anak yang dilaksanakan di rumah sakit sebaiknya tidak hanya pada kesehatan murni terhadap anak sakit, tetapi juga harus ada upaya untuk membantu meningkatkan tingkat kooperatif pada anak yang memungkinkan anak bisa bekerja sama dengan perawat dalam mencapai tujuan pengobatan bersama (Potter & Perry, 2005). Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2008).Sakit dan dirawat di rumah sakit adalah suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress yang disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat, lingkungan yang asing, prosedur tindakan yang menyakitkan, serta terpisah dengan keluarga (Hockenberry & Wilson, 2007).

2.4 Dampak Hospitalisasi pada Anak

(25)

beberapa faktor antara lain faktor dari petugas kesehatan (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru dan keluarga yang mendampingi selama perawatan (Nursalam et al, 2005).Perasaan tersebut dapat timbul karena adanya perubahan dari kondisi sehat menjadi sakit serta perubahan rutinitas lingkungan yang berbeda dan anak memiliki koping yang terbatas untuk menyelesaikan stresor selama hospitalisasi (Wong, 2008).Kecemasan dan ketakutan sangat mempengaruhi proses pengobatan anak.Perasaan yang sering muncul pada anak ketika dirawat di rumah sakit yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2004). Hockenberry & Wilson (2007) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada anak selama hospitalisasi diantaranya usia, jenis kelamin, lama dirawat dan pengalaman dirawat.

2.5 Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi

Reaksi anak terhadap hospitalisasi sangat individual bergantung pada usia perkembangan, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, keterampilan koping yang mereka miliki, keparahan diagnosis dan sistem pendukung yang ada (Wong, 2008). Berikut ini reaksi anak terhadap hospitalisasi sesuai dengan tahapan perkembangannya (Wong, 2008) :

2.5.1 Masa Bayi (0-1 tahun)

(26)

dengan sikap kurang aktif dan kemudian akan mengalami fase pelepasan yaitu anak mulai membentuk hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Kehilangan kendali juga dapat dirasakan oleh bayi. Rasa percaya menjadi fondasi pada tahap perkembangan usia ini yang dapat diekspresikan secara emosional seperti menangis dan tersenyum. Bayi yang mengalami cedera tubuh dan nyeri akan mengalami distress yang dapat ditunjukkan dengan sikap menggeliat, menyentak, dan memukul-mukul. Pada beberapa anak, respon yang ditunjukkan adalah menangis, menolak berbaring diam ketika diberi tindakan, berusaha mendorong perawat atau melakukan gerakan motorik untuk menghindar.

2.5.2 Masa Toddler (2-3 tahun)

(27)

mengalami cedera tubuh dan nyeri pada usia ini akan memunculkan reaksi kemarahan emosional yang kuat misalnya meringis kesakitan, mengatupkan gigi, membuka mata lebar-lebar, agresif, menggigit, menendang, memukul bahkan melarikan diri.

2.5.3 Masa Pra Sekolah (3-6 tahun)

(28)

2.5.4 Masa Sekolah ( 6-12 tahun)

Pada usia sekolah, perpisahan anak dengan orangtua/keluarga mereka menjadi hal yang ditakuti karena mereka masih membutuhkan rasa nyaman/bimbingan akibat stress dan regresi yang dialaminya selama dirawat. Meskipun anak usia sekolah umumnya lebih mampu melakukan koping terhadap perpisahan tetapi masih sering sekali anak menunjukkan sikap kesepian, bosan, isolasi dan depresi. Pada usia ini anak diperhadapkan dengan tugas perkembangan kemandirian, sehingga ketika mereka dirawat di rumah sakit, anak tidak mau mengungkapkan kebutuhannya secara langsung karna akan menunjukkan kelemahan bagi mereka sehingga kebanyakan anak akan menunjukkan sikap agresi, menarik diri dari petugas rumah sakit, menolak sibling, atau menolak berhubungan dengan teman sebaya. Akan tetapi anak akan lebih menunjukkan reaksi perpisahan terhadap aktivitas bahkan teman sebaya dibanding dengan orangtuanya.

(29)

usiasekolah juga sudah dapat mengkomunikasikan secara verbal nyeri yang mereka alami.

2.6 Pengertian Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kusnanto, 2004). Jadi peran perawat adalah suatu cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesinya.Peran yang dimiliki oleh seorang perawat antara lain peran sebagai pelaksana, peran sebagai pendidik, peran sebagai pengelola, dan peran sebagai peneliti (Asmadi, 2008). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak, perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat anak di antaranya pemberi perawatan, sebagai advokat keluarga, pencegahan penyakit, pendidikan, konseling, kolaborasi, pengambil keputusan etik dan peneliti (Hidayat, 2012). 2.7Peran Perawat

Keberhasilan pelaksanaan suatu asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh peran perawat. Peran perawat tersebut antara lain adalah :

2.7.1.Pemberi Perawatan ( Care Giver)

(30)

dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih dan asuh ( Hidayat, 2012).

2.7.2.Pelindung (Advokat)

Dalam hal ini perawat mampu sebagai advokat keluarga, pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien serta melindungi hak-hak klien melalui penolakan terhadap aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien (Hidayat, 2012). Selain itu perawat menjadi pembela bagi anak/keluarga saat mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan/pilihan, meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersedia, pengobatan dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga (Supartini, 2004).

2.7.3.Pendidik ( Educator)

Perawat harus mampu sebagai pendidik, sebab beberapa pesan dan cara mengubah perilaku pada anak dan keluarga harus selalu dilakukan dengan pendidikan kesehatan/penyuluhan khususnya dalam keperawatan. Melalui pendidikan/penyuluhan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat (Hidayat, 2012). Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga dalam kesehatan khususnya perawatan anak sakit (Supartini, 2004).

2.7.4. Konselor

(31)

keluarga.Berbagai masalah tersebut diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan diharapkan pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri.Konseling ini dapat memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan (Hidayat, 2012).Perawat mendengarkan segala keluhan, melakukan sentuhan, hadir secara fisik, bertukar pikiran dan pendapat dengan orangtua tentang masalah anak dan membantu mencarikan alternatif pemecahannya (Supartini, 2004).

2.7.5.Kolaborator

Peran perawat dengan mengadakan kerjasama dalam melakukan tindakan yang akan dilaksanakan oleh perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan anak tidak dapat dilaksanakan secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog, dan lain- lain, mengingat anak merupakan individu yang kompleks yang membutuhkan perhatian dalam perkembangan (Hidayat, 2012).

2.7.6.Pembaharu ( Change Agent)

Peran perawat dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan (Hidayat, 2007).

2.7.7.Koordinator

(32)

2.7.8.Pembuat Keputusan Etik

Perawat dalam hal ini menekankan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien.Perawat juga harus terlibat dalam perumusan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan (Supartini, 2004).

2.8Peran Perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak

Dampak hospitalisasi pada anak dapat diatasi dengan mengoptimalkan peran perawat. Berikut ini adalah peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak (Wong, 2008) :

2.8.1 Menyiapkan anak untuk hospitalisasi

(33)

Apabila rasa percaya sudah terbentuk maka anak akan merasa lebih nyaman selama dirawat di rumah sakit. Pada saat anak masuk rumah sakit, perawat akan melakukan prosedur penerimaan rumah sakit yaitu memperkenalkan dirinya dan dokter yang akan menangani, memilih ruangan untuk anak yang sesuai, mengorientasikan anak terhadap ruangan beserta fasilitas di dalamnya, memperkenalkannya dengan teman satu ruangannya, memberi label identitas, menjelaskan peraturan rumah sakit dan melakukan berbagai pemeriksaan dan pengkajian keperawatan awal. Pemilihan ruangan pada anak dilakukan berdasarkan pertimbangan usia, jenis kelamin dan penyakitnya karena dapat memberikan manfaat psikologis dan medis.

2.8.2 Mencegah atau meminimalkan perpisahan

(34)

mengatasinya untuk menunjukkan sikap empati dengan mempertahankan kontak mata, bersuara dengan nada tenang, memberi sentuhan untuk memberikan mereka kenyamanan. Jika tidak berhasil maka perawat harus menganjurkan orangtua untuk tetap berada dekat anak atau tetap mempertahankan kontak misalnya melalui telepon ataupun surat yang membuat anak selalu mengingat orangtuanya.

(35)

2.8.3 Meminimalkan kehilangan pengendalian

Anak yang dihospitalisasi akan mengalami perasaan kehilangan pengendalian yang dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya perpisahan dengan orangtua, adanya pembatasan aktivitas fisik, perubahan rutinitas, pemaksaan ketergantungan bahkan pemikiran magis. Kondisi anak yang mengharuskan dirinya mengalami imobilisasi akibat penyakit tertentu akan mengakibatkan stress bagi anak yang dapat mengganggu perkembangan sensorik maupun motoriknya. Pemeriksaan medis tertentu yang dilakukan perawat bersifat kaku, yang membuat anak harus tetap berbaring di tempat tidur membuat sebuah pengalaman yang penuh tekanan bagi anak. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan anak mengalami kehilangan pengendalian misalnya anak harus ditempatkan di dalam boks bermain sehingga membatasi ruang anak untuk bermain lebih leluasa.Anak yang dihospitalisasi juga akan mengalami perubahan rutinitas yang berbeda dengan kondisi sebelum dia masuk rumah sakit. Rutinitas yang dilakukan di rumah sakit dapat bersifat kaku atau fleksibel yang dapat membuat anak mengalami stress hospitalisasi ditambah lagi dia mengalami perpisahan dengan orangtuanya. Anak memiliki penstrukturan waktu yang teratur dan jelas sebelum dia masuk rumah sakit misalnya bangun tidur, belajar, mandi, makan, bermain dan tidur sedangkan setelah dia dirawat justru mengalami hal yang berbeda dari kondisi tersebut.

(36)

dalam mengambil keputusan atas tindakan yang akan diberikan kepadanya atau dalam melakukan perawatan dirinya sendiri. Anak yang mengalami hospitalisasi juga sering mengalami interpretasi yang keliru atau pemahaman yang kurang terhadap semua hal yang dialaminya selama dirawat di rumah sakit akibat kurangnya informasi yang mereka terima dari perawat sehingga hal ini mengakibatkan stress hospitalisasi pada anak dan akhirnya tidak dapat mengendalikan pikirannya.

(37)

dalam mengatasi stres anak saat mereka dirawat di rumah sakit. Untuk itu, perawat perlu memberi penjelasan sebelum melakukan tindakan bahkan memberitahu apa yang akan terjadi pada anak sehingga ketakutan mereka akan berkurang.

(38)
(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini mendeskripsikan peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini, peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak akan diketahui dari tindakan menyiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian, dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri (Wong, 2008).

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian peran perawat dalam mengatasidampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak : 1. Menyiapkan anak untuk

hospitalisasi

2. Mencegah/Meminimalkan perpisahan

3. Meminimalkan kehilangan pengendalian

4. Mencegah/Meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri

(40)

3.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007). Definisi Operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 3.2 di bawah ini.

No Variabel Definisi

(41)

Tabel 3.2 Definisi Operasional Peran Perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

(42)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif, dimana tujuannya adalah untuk mendeskripsikanperan perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Ayah/Ibu yang anaknya di rawat di ruang rawat inap anak RB4 RSUP Haji Adam Malik Medan terhitung dari bulan Oktober sampai November 2014 yaitu sebanyak 390 orang.

4.3Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang teliti (Arikunto, 2010). Penentuan besar sampel dalam penelitian ini yaitu dengan rumus :

n =

� +� 2

n =

39 +39 . 2

n = 79,5

n = 80

Keterangan : n = Besar sampel N = Besar populasi

(43)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode NonProbability Sampling dengan caraPurposive Sampling. Purposive sampling adalah cara memilih sampel dari populasi berdasarkan kriteria

khusus yang dibuat oleh peneliti. Adapun kriteria inklusi dari sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Orangtua (Ayah/Ibu) yang anaknya dirawat minimal 24 jam di ruang rawat inap RB4 RSUP Haji Adam Malik Medan

2. Orangtua (Ayah/Ibu) yang anaknya berusia 1-12 tahun 3. Orangtua (Ayah/Ibu) yang mengerti bahasa Indonesia

4. Orangtua (Ayah/Ibu) yang bersedia menjadi responden penelitian 4.4Waktu dan Tempat Penelitian

(44)

bermutu di Indonesia pada tahun 2019 dan misinya adalah melaksanakan pelayanan pendidikan, penelitian dan pelatihan di bidang kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Tejangkau, melaksanakan pengembangan kompetensi SDM secara berkesinambungan, mengampu RS jejaring dan RS di wilayah Sumatera. Rumah Sakit ini juga memiliki motto yaitu mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan PATEN (pelayanan cepat, akurat, terjangkau, efisien dan nyaman).

4.5Pertimbangan Etik

(45)

4.6Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner peran perawat.

4.6.1 Kuesioner Data Demografi

Data demografi meliputi inisial nama, usia, jenis kelamin, usia anak, agama dan suku. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latarbelakang dari responden.

4.6.2 Kuisioner Peran Perawat

Kuesioner peran perawat ini disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan tinjauan pustaka yang berpedoman pada buku Wong (2008) yang terdiri dari 20 pernyataan meliputi 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Aspek pengukuran peran perawat meliputi menyiapkan anak untuk hospitalisasi yang terdiri dari 5 pernyataan, mencegah atau meminimalkan perpisahan yang terdiri dari 5 pernyataan, meminimalkan kehilangan pengendalian yang terdiri dari 5 pernyataan, dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri yang terdiri dari 5 pernyataan.

(46)

dampak hospitalisasi pada anak demikian sebaliknya semakin tinggi nilai total skor kuesioner maka semakin baik peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak.

Berdasarkan rumus statistik : p = � � ��� ����� �

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang ( selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) yaitu 60 dan 3 kategori kelas untuk peran perawat yaitu baik, cukup dan kurang. Maka didapatkan panjang kelas sebesar 20, menggunakan p =20 dan nilai terendah = 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Data peran perawat dikategorikan yaitu :

20-39 peran kurang 40-59 peran cukup 60-80 peran baik

Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi terdiri dari menyiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri masing-masing didapatkan p (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) yaitu 15 dan dibagi menjadi 3 kategori kelas yaitu baik, cukup dan kurang sehingga didapatkan nilai :

(47)

4.7 Validitas dan Reliabilitas

Instrumen dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelum digunakan. Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen dianggap valid jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007). Uji validitas yang peneliti lakukan adalah uji validitas isi pada seorang ahli yang memiliki keahlian dalam keperawatan anak yaitu ibu Rahmita Sari S.Kep Ns M.Kep.Uji Validitas ini telah dilakukan pada bulan Februari 2015 dan dari hasil uji validitas isi didapatkan ada 4 item pernyataan yang harus diperbaiki agar lebih relevan sesuai dengan saran validator.

(48)

reliabilitas lebih dari 0,70. Dengan demikian kuesioner peran perawat sudah reliabel sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

4.8 Proses Pengumpulan data

Prosedur yang telah dilakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan surat permohonan izin kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengajukan surat permohonan izin kepada Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan. Sesudah izin penelitian diberikan, peneliti mendata jumlah orangtua untuk dijadikan responden yaitu sebanyak 80 orang.Pengisian kuesioner pada penelitian ini dilakukan peneliti dengan cara mendatangi setiap responden yaitu orangtua (Ayah/Ibu) yang anaknya dirawat di rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti mendatangi responden hanya sekali dan dalam sehari peneliti dapat menjumpai 6 -8 responden.Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam sebulan waktu penelitian, peneliti mencari responden sebanyak 12 kali.Setelah itu peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat dan proses penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah proses pengumpulan data. Sesudah orangtua bersedia menjadi responden penelitian maka peneliti memberikan lembar informed consent sebagai bentuk persetujuan dan meminta responden untuk memberikan tanda tangannya pada lembar persetujuan tersebut.

(49)

setelah semua responden telah tercapai maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.Peneliti memiliki beberapa kendala saat melakukan pengumpulan data yaitu beberapa responden tidak mempercayai peneliti.Mereka menolak peneliti untuk membacakan pernyataan sesuai dengan pedoman yang ada pada kuesioner sehingga peneliti harus berkali-kali menjelaskan tujuan dari penelitian ini. Mereka beranggapan bahwa informasi yang mereka berikan akan memberikan sanksi dan dampak negatif bagi mereka sedangkan peneliti terlebih dahulu sudah menjelaskan apa maksud dari penelitian dan tidak akan ada sanksi yang diperoleh sehingga hal ini dapat menyebabkan kurangnya efisiensi waktu dalam proses penelitian. Selain itu peneliti kesulitan dalam mencari responden yang sesuai dengan kriteria sampel dikarenakan peneliti kurang didukung oleh data dari rekam medik di ruangan.

4.9Analisa Data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan data dengan memeriksa semua kuesioner. Data yang ada dilakukan editing, coding, processing, cleaning dan saving.Hasil kuesioner yang telah selesai dikumpulkan, kemudian

(50)
(51)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2015. Penyajian data meliputi deskripsi karakteristik responden dan peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah sampel keseluruhan adalah 80 orang.

5.1.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik

(52)

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan karakteristik (n=80) di RSUP Haji Adam Malik Medan

5.1.2 Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di

RSUP Haji Adam Malik Medan

(53)

dalam kategori cukup yaitu 59 (73,7%), sedangkan dalam kategori baik sebanyak 20 (25%) dan kategori kurang sebanyak 1 (1,3%). Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dapat diuraikan pada tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi dan persentasi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

Baik 20 25

Cukup 59 73,7

Kurang 1 1,3

(54)

5.1.2.1 Peran Perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi sebagian besar dalam kategori cukup 57 (71,3%). Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi dapat diuraikan pada tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran Perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi

Baik 16 20

Cukup 57 71,3

Kurang 7 8,7

(55)

No Pernyataan TP KK SR SS 1. Perawat mengucapkan salam

dan memberi senyum pada anak saat bertemu

2. Perawat tidak memperkenalkan diri pada anak 3. Perawat tidak memperkenalkan

anak dan orangtua terhadap

4. Sebelum anak masuk ke dalam ruangan perawat sudah

memastikan terlebih dahulu ruangan tampak bersih dan rapi

0

5. Perawat tidak memperkenalkan anak dengan teman satu

5.1.2.2 Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan

perpisahan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan sebagian besar dalam kategori cukup 60 (75%).Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan dapat diuraikan pada tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=80)

(56)

Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan didapatkan bahwa mayoritas perawat tidak pernah tidak memperbolehkan orangtua untuk tetap bersama anak selama 24 jam di ruang rawat sebanyak 80 (100%), perawat selalu member sentuhan dan bersuara halus untuk menyenangkan hati anak jika sedang menangis 30 (37,5%), mayoritas perawat tidak pernah melarang orangtua untuk memberitahu pada anak kenapa orangtua harus pergi dan kapan akan kembali 78 (97,4%), perawat tidak pernah meluangkan waktunya bermain bersama anak jika orangtua mereka pergi 41 (51,3%) dan mayoritas perawat selalu tidak menganjurkan orangtua untuk meninggalkan beberapa benda kesukaan anak jika mereka harus pergi 75 (93,8%).

No. Pernyataan TP KK SR SS

6. Perawat tidak memperbolehkan anda untuk tetap bersama anak selama 24 jam di ruang rawat

80

7. Perawat memberi sentuhan dan bersuara halus untuk

8. Perawat melarang anda untuk memberitahu pada anak kenapa anda pergi dan kapan akan kembali lagi

78 (97,4%)

1 (1,3%) 1 (1,3%) 0 (0%)

9. Perawat meluangkan waktunya bermain bersama anak anda

(57)

jika anda harus pergi

5.1.2.3 Peran Perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian sebagian besar dalam kategori cukup 48 (60%).Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian dapat diuraikan pada tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian

Baik 26 32,5

Cukup 48 60

Kurang 6 7,5

(58)

No. Pernyataan TP KK SR SS 11. Perawat membiarkan anak

berada di pangkuan orangtua

12. Perawat bersama - sama dengan anda merencanakan jadwal kegiatan harian anak selama dirawat di rumah sakit

71

13. Perawat tidak memperbolehkan anak bermain bersama dengan

14. Perawat tidak memberi tahu pada anak tentang yang akan tejadi pada mereka selama

15. Perawat memperbolehkan anda untuk membawa anak berjalan-jalan keluar ruangan dengan tetap mempertahankan infus yang terpasang di tiang infus

15

5.1.2.4 Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan

ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri

(59)

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri di RSUP Haji Adam Malik

Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri

Baik 33 41,2

Cukup 41 51,3

Kurang 6 7,5

Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri didapatkan bahwa mayoritas perawat tidak pernah memperkenalkan peralatan medis pada anak dengan mempraktikkan tindakan pengobatan pada sebuah boneka 79 (98,7%), perawat selalu memberikan penjelasan singkat, sederhana yang dipahami oleh anak sebelum melakukan prosedur 46 (57,4%), perawat tidak pernah mengajak anak untuk bermain sebelum melakukan tindakan 34 (42,4%), mayoritas perawat tidak pernah tidak memperbolehkan anak mendengarkan musik selama diberi tindakan medis 78 (97,4%) dan mayoritas perawat tidak pernah tidak memberitahu anak jika tindakan medis sudah selesai dilakukan 49 (61,3%).

No. Pernyataan TP KK SR SS

(60)

dipahami oleh anak sebelum melakukan prosedur

18. Perawat mengajak anak untuk bermain sebelum melakukan

19. Perawat tidak memperbolehkan anak mendengarkan musik

20. Perawat tidak memberitahu anak jika tindakan medis sudah

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anaksaat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2008). Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat.Perawat adalah salah satu dari tim kesehatan yang memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi masalah anak saat dihospitalisasi. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat (Hidayat, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar masih dalam kategori cukup (73,7%) dimana peran perawat ini dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut :

(61)
(62)

dengan cara orientasi ruangan dan peraturan rumah sakit. Orientasi ini meliputi pengenalan dengan ruangan, alat-alat, peraturan-peraturan, petugas, dan perawat yang ada, guna mencegah stress hospitalisasi (Nursalam, 2008).Orientasi ruangan merupakan hal yang penting yang harus dilaksanakan oleh perawat kepadapasien dan pendamping untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien tersebut misalnya mengorientasikan pasien dan pendamping tentang rumah sakit, fasilitas, dan peraturan yang berlaku (Nursalam, 2008).

(63)

bertujuan untuk kesembuhan pasien.Komunikasi terapeutikberbeda dari komunikasi sosial, yaitu pada komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi, oleh karena itu komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terencana. Komunikasi paling terapeutikberlangsung ketika pasien dan perawatkeduanya menunjukkan sikap hormat akan individualitas dan harga diri, menurut Kathleen (2007) dalam Hermawan (2009). Perawat yang terapeutikberarti dalam melakukan interaksi dengan klien atau pasien, interaksinya tersebut memfasilitasi proses penyembuhan. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mempunyai efek penyembuhan (Nurjannah, 2005).

(64)

berdampak kepada kepuasan orangtua terhadap pelayanan perawat. Penelitian ini sesuai dengan Anis (2009) tentang hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dan keluarga dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Siti Khodijah menyatakan bahwa adanya hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien dan keluarga.

5.2.2 Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan

(65)

emosional. Anak akan berperilaku kurang baik seperti menangis, agresif, menarik diri dan hipoaktif akibat fenomena perpisahan tersebut (Pressley, 2011). Anak juga akan mengalami regresi. Bentuk regresi itu tercermin dalam keinginan anak untuk tetap dekat dengan orangtua, menangis, merintih, menghisap ibu jari bahkan menolak untuk makan dan melakukan aktivitas motorik yang berlebihan (Bernand & Wilson, 2009).

(66)

orangtua sebaiknya bekerjasama dalam meminimalkan dampak hospitalisasi tersebut dengan cara perawat harus melibatkan orangtua selama anak mengalami hospitalisasi khususnya ketika mereka mengalami perpisahan dengan orang yang mereka kasihi (Coyne, 2006).

Hal ini sesuai dengan konsep keperawatan anak saat ini adalah Family Centered Care (FCC) yaitu peran serta orangtua dalam perawatan anak selama di

rumah sakit yang disebut partisipasi orangtua atau parental participation (Abdulbaki et al, 2011).Hasil studi yang dilakukan oleh mereka ditemukan bahwa ada 2 bentuk partisipasi orangtua yaitu membantu dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psiokologis. Penelitian lain yang terkait adalah Magnaz et al, (2009) tentang dukungan perawat pada orangtua dengan anak yang dirawat menunjukkan bahwa orangtua menerima dukungan dari perawat untuk berperan serta dalam perawatan anak. Keluarga perlu menyadari pentingnya beberapa jenis tindakan keperawatan yang memerlukan dukungan orangtua sehingga perawat dapat meningkatkan kualitas pelayanan.Perawat juga terus meningkatkan pengetahuan khususnya tentang jenis komunikasi dengan keluarga dan dalam memberikan dukungan untuk peran orangtua.

5.2.3 Peran Perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian

(67)

pada kuesioner no.11 dan mayoritas perawat tidak pernah bersama-sama dengan orangtua merencanakan jadwal kegiatan harian anak selama dirawat di rumah sakit (88,7%) yang terlampir pada kuesioner no.12. Meskipun demikian mayoritas perawat tidak pernah tidak memperbolehkan anak bermain bersama dengan teman satu ruangannya (95%) yang terlampir pada kuesioner no.13, perawat tidak pernah tidak memberitahu pada anak tentang apa yang akan tejadi pada mereka selama dirawat (56,2%) yang terlampir pada kuesioner no.14 dan perawat selalu memperbolehkan orangtua untuk membawa anak berjalan-jalan keluar ruangan dengan tetap mempertahankan infus berada di tiang infus (55%) yang terlampir pada kuesioner no.15. Anak yang dirawat di rumah sakit menginginkan kebebasan seperti waktu di rumah.Anak lebih senang berjalan- jalan di sekitar ruang rawat dan tidak suka jika harus diam di atas tempat tidur atau berada di ruang rawat inap (James & Aswill, 2007). Adanya pembatasan gerak terhadap anak membuatnya kehilangan kemampuan untuk mengontrol diri dan akan menjadi tergantung pada lingkungannya (Hockenberry & Wilson, 2007). Kontrol diri pada anak bersifat menetap karena anak berada di luar lingkungan normalnya.Kehilangan kontrol ini dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya sehingga dapat memperdalam kecemasan dan ketakutan (Monaco, 1995 dalam Ramdaniati, 2011).

(68)
(69)

5.2.4 Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan

cedera tubuh dan nyeri

(70)

sangat dibutuhkan kerjasama atau kooperatif dari anak sehingga proses asuhan keperawatan dapat berjalan lancar. Anak-anak tidak dapat diperkirakan dan tidak dapat diharapkan untuk bekerja sama secara total ketika menerima injeksi, bahkan anak-anak yang tampak rileks sekalipun dapat kehilangan kontrol ketika mengalami stress akibat prosedur injeksi (Wong, 2008).

(71)

paling banyak adalah cemas ringan sebanyak 6 pasien (60%) dan cemas sedang sebanyak 4 pasien (40%).

(72)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

6.1Kesimpulan

(73)

6.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka perlu disarankan hal-hal sebagai berikut :

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Melalui institusi pendidikan perlu diinformasikan bahwa dunia pendidikan menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri menjadi perawat yang mampu memberi pelayanan keperawatan anak yang terbaik khususnya dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak.Oleh karena itu mahasiswa perlu mempergunakan hasil penelitian ini sebagai sumber pengetahuan.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman bagi para perawat untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di Rumah Sakit.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai data masukan bagi penelitian selanjutnya terkait dengan peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak. Penelitian lanjutan juga perlu dilakukan untuk mengidentifikasi apa saja faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak.

6.2.4 Institusi Rumah Sakit

(74)
(75)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulbaki, A. M, et al. (2011). Maternal versus pediatric nurses attitudes regarding mother’s participation in the care of their hospitalized children. Journal of American Science.

Alimul, A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Anis R. H. (2009).Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien dan Keluarga dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Siti Khodijah.Jurnal Kesehatan UM Surabaya.

Arifin, N. (2005). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjalterminal selama menjalaniterapi hemodialisis di bidan pelayanan kesehatan RSU Tidar kota Magelang. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Arikunto.(2010). Prosedur Penelitian; Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta : EGC.

Bernand, W, K, &Wilson , W. C. (2009). Psychological effect of physical illness and hospitalization on the child and the family . J.H.K.C. Psych, 3, 9-18.

Chen, W.L. (2005). Nurses’s and parent’s attitudes toward pain management and parental participation in postoperative care of children.Thesis . Centre for Research , The Queensland University of Technology.

Coyne, I. (2006). Distruption of parent participation : Nurse’s strategies to manage parent’s on children’s wards. Journal of Clinical Nursing.

________. (2006). Children’s Experience of Hospitalization .Journal of Child Health Care.

DeFrances, C. J., & Podgornik, M. N. (2006). 2004 National hospital discharge survey. Vital and Health Statistics, 371, 1-20.

(76)

Hermawan, A. H. (2009). Jurnal :Persepsi Pasien Tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien Di Unit Gawat Darurat RS Mardi Rahayu Kudus.

Hidayat, A. A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medica.

_____________. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta : Salemba Medika.

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007).Nursing care of infants and children. (8thed.). St. Louis: Mosby Elsevier.

James, S.R. & Ashwill, J.W (2007).Nursing care of children : Principles and practice, third edition. St.Louis : Saunders Elsevier .

Kaplan, H.I & Sadock, B. J. (1997).Sinopsts psikiatri. (Synopsr's of psychiatry) diterjemahkan oleh Widjaya Kusuma. Jakarta: Bina Aksara.

Kusnanto.(2004). Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta : EGC.

Laili, Isranil. (2006). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak Sekolah Yang di Rawat di Instalasi Kesehatan Anak (INSKA) RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, Skripsi, FK UGM, Yogyakarta.

Leifer, Gloria. (2003). Introduction To Maternity & Pediatric Nursing. St. Louis: Saunders.

L. Huff et al. (2009). Atraumatic Care: Emla Cream and Application of Heat to Facilitate Peripheral Venous Cannulation In Children.

http://www.scribd.com/doc/129915463/Atraumatic-Care-EMLA-Cream#download. [diakses pada 5 Juni 2013].

Magnaz, S. et al. (2009).Nursing support for parents of hospitalized children.Issues in Comprehensive Pediatric Nursing.

Mulyatiningsih, E. (2013). Pengaruh Orientasi Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Pra Sekolah di Bangsal Anak Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. Thesis tidak diterbitkan. Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Ngastiyah.(2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: PT Rineka Cipta.

(77)

Nurjannah, Intansari. (2005). Komunikasi Terapeutik (Dasar-dasar Komunikasi Bagi Perawat).Yogyakarta : Mocomedia.

Nursalam, Dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).Jakarta : Salemba Medika.

____________. (2008). Asuhan keperawatan bayi dananak (cetakan ke II).Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2005). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika.

Polit & Hungler (1999).Nursing Researchprinciples and Methods. Philadelpia :WB Saunders Lippinacoot.

Potter & Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Pressley, T. (2011).An overview of separation phenomenom and the experience of hospitalization for children.Jefferson Journal of Psychiatric.

Ramdaniati, Sri. (2011). Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak Pra Sekolah dan Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat Anak RSU Blud dr. Slamet Garut. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan ProgramMagister Keperawatan Universitas Indonesia. Roberts, C., A. (2010). “Unaccompanied Hospitalized Children: A Review of the

Literature and Incidence Study”. Journal of PediatricNursing, 25, 470– 476. www.pediatricnursing.org/article/S0882.../abstract. diakses tanggal 15 Januari 2015.

Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). (Penerj. Tri Wibowo B.S). Jakarta: Kencana.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Severo, Richard. Play Eases The Fears Of Hospitalized Children.

www.nytimes.comdiakses pada tanggal 5 Maret 2009.

Gambar

Tabel 3.2  Definisi Operasional Peran Perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

selves the product of a variety of exposures, includ- ing auditors' training and consequent outlook on best management practice, professional standards, similar prior audits, and

3.1 Menjelaskan kegiatan persiapan membaca permulaan (cara duduk wajar dan baik, jarak antara mata dan buku, cara memegang buku, cara membalik halaman

While current production cost advantages of external procurement are relatively easy to specify on the basis of given information, future costs associated with asset speci®city

[r]

Dokumen Tertulis Yang Menggambarkan Secara Sistematis Suatu Bisnis / Usaha Yang Akan di Jalankan.. Bahan Pertimbangan Kelayakan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN