”PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN, PENGETAHUAN DASAR WAJIB PAJAK TENTANG PERPAJAKAN, DAN KESADARAN
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK”
(Studi Empiris: Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Jakarta Selatan).
Oleh:
Berly Angkoso NIM: 206082003973
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Jumat Tanggal 17 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Berly Angkoso NIM: 206082003973 dengan judul Skripsi
”PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN, PENGETAHUAN DASAR WAJIB PAJAK TENTANG PERPAJAKAN, DAN KESADARAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Study Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Wilayah Jakarta Selatan)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Amilin, SE, Ak, MSi Hepi Prayudiawan, SE, Ak, MM
Ketua Sekretaris
PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN, PENGETAHUAN DASAR WAJIB PAJAK TENTANG PERPAJAKAN, DAN KESADARAN
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(Study Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Wilayah Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Berly Angkoso NIM : 206082003973
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Hepi Prayudiawan, SE,Ak., MM NIP.197306152005011009 NIP.19720516200901 1 006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Kamis Tanggal 24 Bulan Novemberr Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Berly Angkoso NIM: 206083003973 dengan judul Skripsi
”PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN, PENGETAHUAN DASAR WAJIB PAJAK TENTANG PERPAJAKAN, DAN KESADARAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK” (Studi Empiris: KPP Pratama di wilayah Jakarta Selatan).Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 November 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati SE, MM Erika Amelia, SE,.Msi
Ketua Sekretaris
EFFECTOF TAXATION ADMINISTRATION REFORM,
BASIC KNOWLEDGE OFTAXATION TAXPAYERS, AND AWARENESS OF COMPLIANCE TAXATION
(Empirical Study on the Tax Office Primary in South Jakarta) ABSTRACT
Taxation Awareness significant influence on the Taxpayer Compliance This study aims to obtain empirical evidence about the effect of Tax Administration Reform, Taxpayer Basic Knowledge About Taxation, and Taxatio Awareness Againstte Taxpayer Compliance. Research was conducted on 6 Tax Office Primary in South Jakarta. Determination of sample is done by using convenience sampling. The test method used is multiple regression. The
results showed that the Tax Administration
Reform, Taxpayer Basic Knowledge About Taxation, and
Keywords: Reformof Tax Administrasion, Tax Basic Knowledge About Taxation, Taxation Awarness, Taxpayer Compliance
PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN, PENGETAHUAN DASAR WAJIB PAJAK TENTANG PERPAJAKAN,
DAN KESADARAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayahJakarta Selatan) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan, Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini dilakukan pada 6 Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Jakarta Selatan. Penentuan sample dilakukan dengan menggunakan convenience sampling. Metode uji yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Reformasi Administrasi Perpajakan, Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan, dan Kesadaran Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kata Kunci: Reformasi Administrasi Perpajakan, Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan, Kesadaran Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Berly Angkoso
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Januari 1988
3. Kewarganegaraan : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Anak ke dari : Satu dari tiga bersaudara
6. Alamat : Jl. Kanna D. 3 No. 2 Rt 002/011
Pamulang Timur-Tangsel
7. Telepon : (021) 97557167 / 085697098293
8. E-mail : berlyangkoso@yahoo.com
2. PENDIDIKAN
1. Tahun 1993-1994 TK Pinang Pondok Labu
2. Tahun 1994-2000 SDN Pamulang Timur 2
3. Tahun 2000-2003 SLTP Al-Badar Pamulang
4. Tahun 2003-2006 SMAN 1 Pamulang
5. Tahun 2006-2010 S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sudiono
2. Tempat & Tanggal Lahir : Banjarrnegara, 17 Maret 1958
3. Ibu : Surani
4. Tempat & Tanggal Lahir : Banjarnegara, 17 September 1966
5. Alamat : Jl. Kanna Blok D.3 No.2 Rt 002
Rw 011 Pamulang - Tangsel
6. Telepon : (021) 7441032
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang telah menuntun umatnya dengan penuh kesabaran menuju jalan yang diridhoi Allah SWT, juga kepada keluarga, sahabat dan umatnya sepanjang zaman.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan, dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. dua orang tuaku, penulis khusus mempersembahkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak dan Ibu yang tiada henti-hentinya memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, dan dukungan baik dalam hal moril, materil, serta doa-doanya yang selalu menyertai setiap langkah hidup penulis untuk menjadikan penulis lebih dewasa, mandiri dan bertanggung jawab sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Ke
Ad
2. ik-adikku, Didit dan Reyno yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada kakak.
3. Bapak Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEIS U.I.N Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian, waktu dan memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE.Ak,MM selakudosen Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian, waktu dan memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni ,MM selaku dosen penguji ahli I Skripsi.
7. Ibu Yusro Rahmah SE, MSi selaku dosen penguji ahli II skripsi. 8. Ibu Rahmawati SE., MM., selaku Dosen Seminar Skripsi.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan segenap ilmunya.
10.Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial U.I.N Syarif Hidayatullah Jakarta (Mba Ani, Mas Alfredo, Mas Ajiz, Mas Hery, Mpok). 11.Kepala dan staf-staf Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.
12.Anak-anak satu angkatan 2006 kelas A dan terutama akuntansi B.
13.Tim the end touch Anggun, Akiel, Pandu, Ucup, Ipeh, Arya, Wahyudi, Abi, Asep, Mbah Dedwi).
14.Total Cute Friend Anggi, Ikbal, Dwino, Wahyudi, thanks ya buat kebersamaannya selama ini, semoga kita suksess slalu. Amien
15.Buat Wirda Tri Maulina yang udah nyuport penulis selama ini. 16.Terimakasih juga untuk sahabatku Sofi, Johan, Aswan, Aryo. 17.Buat Anril Raya terimakasih atas doanya.
18.Semua teman-teman yang belum disebut diatas, terimakasih atas segala bantuan selama proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga besar harapan penulis bagi segenap pembaca agar dapat memberi masukan dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap hasil dari penelitian dalam bentuk skripsi ini sedikit banyak membantu bagi pihak-pihak yang memerlukan, sehingga apa yang telah penulis hasilkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas semua kerjasamanya dan mohon maaf atas segala salah dan khilaf.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Jakarta, Desember 2010
Berly Angkoso
DAFTAR ISI
Abstract ... i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi.... ... ...v
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... ..10
C. Tujuan Penelitian ... ... ...11
D. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Reformasi Administrasi Perpajakan ... 13
B. Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan ... 23
C. Kesadaran Perpajakan ... 40
D. Kepatuhan Wajib Pajak ... 42
E. Keterkaitan Antar Variabel ... 43
1. Reformasi Administrasi Perpajakn dengan Kepatuhan Wajib
Pajak ... 43
2. Pengatahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 45
3. Kesadaran Perpajakan dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 46
... F. Penelitian Sebelumnya ... 48
G. Kerangka Pemikiran ... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 51
B. Metode Penentuan Sampel ... 51
C. Metode Pengumpulan data ... 52
1. Penelitian Pustaka ... 52
2. Penelitian Lapangan ... 52
D. Metode Analisis Data ... 53
1. Statistikn Deskriptif ... 53
2. Uji Kualitas Data ... 53
3. Uji Asumsi Klasik ... 54
4. Uji Hipotesis ... 56
E. Opersional Variabel Penelitian ... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 64
2. Karakteristik Responden ... 66
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 68
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 68
2. Hasil Uji Kualitas Data ... 70
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 73
4. Hasil Uji Hipotesis ... 77
C. Pembahasan ... 83
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86
B. Implikasi ... 87
C. Keterbatasan ... 87
D. Saran ... 88
Daftar Pustaka ... 89
Lampiran ...
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 49
Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 62
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 64
Tabel 4.2 Data Penyebaran Kuisioner ... 65
Tabel 4.3 Data Sampel Penelitian ... 66
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pekerjaan ... 66
Tabel 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 67
Tabel 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 65
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 69
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas... 70
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas... 72
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolonieritas ... 73
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 78
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t ... 79
Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik F ... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Pajak ... 28
Gambar 2.2 Model Penelitian ... 50
Gambar 4.1 Normal P-Plot ... 75
Gambar 4.2 Histogram ... 76
Gambar 4.3 Scatterplot ... 77
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Keterangan Riset
Lampiran II Kuesioner Penelitian
Lampiran III Skor Jawaban Penelitian
Lampiran IV Hasil Uji Validitas
Lampiran V Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran VI Hasil Uji Multikolinieritas
Lampiran VII Hasil Uji Heteroskedestisitas
Lampiran VII Hasil Uji Normalitas
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pajak merupakan komponen penting penerimaan negara. Begitu
besarnya kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara
sehingga penerimaan pajak dapat mempengaruhi jalannya roda
pemerintahan. Pengelolaan pajak di negara kita berkembang dengan
dinamis melalui perubahan seperti organisasi, sistem, sarana dan prasarana
kerja, peraturan maupun aparat yang mengelola pajak, telah memberikan
kontribusi yang meningkat bagi penerimaan negara. Reformasi perpajakan
lebih banyak diartikan sebagai kebutuhan akan regulasi perpajakan yang
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan tarif pajak progresif,
tetapi tidak tampak adanya upaya perubahan jaminan manfaat bagi wajib
pajak dari pembayaran pajaknya. Ketiadaan jaminan ini menyebabkan
kurang terjadinya perubahan kesadaran membayar pajak, Satriyo (2009:2).
Reformasi perpajakan dan birokrasi perpajakan seharusnya diletakkan
dalam kerangka reformasi anggaran (budgeting reform) secara menyeluruh
dengan orientasi pada kepentingan rakyat sebagai pembayar pajak.
Pemerintah perlu segera mengimplementasikan reformasi perpajakan, baik
reformasi kebijakan perpajakan maupun reformasi administrasi perpajakan
karena reformasi perpajakan menjadi elemen terpenting untuk mengubah
citra sistem perpajakan Indonesia di kalangan dunia usaha, di dalam
maupun di luar negeri, Satriyo (2009).
Pengelolaan penerimaan pajak dilakukan melalui reformasi
perpajakan yang mencakup reformasi kebijakan dan administrasi.
Pemerintah melaksanakan reformasi perpajakan ini sebenarnya adalah
untuk meningkatkan tax ratio. Namun tujuan itu tidak akan tercapai hanya
dengan perubahan undang-undang saja. Harus disertai pembenahan
administrasi yang dapat menumbuhkan kepatuhan wajib pajak dengan
mengubah persepsi dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.
Selain untuk meningkatkan tax ratio. Tujuan reformasi dan modernisasi
adalah memberikan pelayanan yang lebih baik, nyaman, ramah, mudah,
efisien, tidak berbelit-belit sehingga wajib pajak tidak beranggapan bahwa
membayar pajak itu merupakan hal yang berbelit-belit yang harus
dihindari, Satriyo (2009).
Direktorat Jenderal Pajak menggulirkan reformasi administrasi perpajakan jangka menengah sejak tahun 2002, dengan tujuan tercapainya:
tingkat kepatuhan yang tinggi, tingkat kepercayaan terhadap administrasi
perpajakan yang tinggi, dan produktivitas pegawai yang tinggi. Program
dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan memiliki ciri yang khusus
antara lain struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan
bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan complain center untuk
menampung keberatan wajib pajak, Satriyo (2009).
Prosedur organisasi melalui perbaikan pelayanan satu pintu melalui
Account Representative yang bertanggung jawab secara khusus melayani dan mengawasi administrasi perpajakan beberapa wajib pajak,
penyederhanaan prosedur administrasi, meningkatkan standar waktu,
kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak dengan dukungan teknologi
informasi modern dalam memberikan pelayanan, pengawasan,
pemeriksaan dan penagihan pajak, Satriyo (2009).
Strategi organisasi dengan kampanye sadar dan peduli pajak, simplifikasi administrasi perpajakan, intensifikasi penerimaan pajak.
Budaya organisasi melalui perbaikan program penerapan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa (good governance) dicirikan oleh adanya kode
etik pegawai. Pemberian Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) kepada
pegawai pajak, fasilitas perkantoran modern, Satriyo (2009).
Penerapan reformasi itu adalah dengan membuka Kantor Wilayah
Wajib Pajak Besar yang membawahi dua Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar atau Large Taxpayer Office (LTO) pada tahun 2002. Dengan
reformasi perpajakan, khususnya administrasi, sejak tahun 2002 dilakukan
modernisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terjadi perubahan paradigma
unit operasional Ditjen Pajak. Saat itu, dibentuk unit KPP Wajib Pajak
Besar (Large Taxpayer Office, LTO), sebagai embrio atau cikal bakalnya.
Kemudian hal yang sama dikembangkan lagi pada tahun 2003 dan 2004
dengan model KPP Madya (Medium Taxpayers Office, MTO), yang
diterapkan di KPP Khusus (BUMN, PMA, Badan dan Orang Asing, dan
Perusahaan Masuk Bursa). Selanjutnya pada tahun 2005 dengan model
KPP Pratama (Small Taxpayer Office, STO) pada tahun 2006 dilakukan
modernisasi Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan pembentukan satu
KPP Madya di seluruh Kanwil Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2009,
penerapan sistem administrasi perpajakan modern sampai dengan
pembentukan KPP Pratama, direncanakan sudah dapat beroperasi di
seluruh Indonesia, Satriyo (2009).
Sistem administrasi perpajakan yang baik merupakan faktor kunci
keberhasilan pelaksanaan kebijakan perpajakan. Selain itu, visi yang jelas
dan definitif serta rencana dan strategi yang tepat juga mutlak diperlukan
untuk mengawal keberhasilan penerimaan pajak. Singkatnya, definisi yang
jelas tentang pembaruan sistem administrasi perpajakan serta rencana dan
strategi yang dirancang secara rinci dan cermat merupakan faktor yang
sangat menentukan tercapainya realisasi penerimaan pajak yang sesuai
dengan kebutuhan, Satriyo (2009).
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah Self
Assesment System, dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan sepenuhnya oleh wajib pajak, fiskus (pengumpul pajak) hanya
melakukan pengawasan melalui prosedur pemeriksaan (Devano,
2006:109). Dalam pelaksanaan sistem tersebut, wajib pajak dituntut
keaktifannya mulai dari saat mendaftarkan diri, mengisi SPT (Surat
Pemberitahuan) dengan jujur, baik dan benar sampai dengan melunasi
pajak terutang tepat pada waktunya. Hal ini membuktikan bahwa
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak benar-benar penting bagi
sistem perpajakan dan menjadi tulang punggung dalam pelaksanaan Self
Assesment System sehingga patut menjadi sorotan bagi pemerintah dan
masyarakat. Wajib pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang
diperkenalkan, seperti Self Assesment System, jika mereka mempunyai
pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai 2003
dalam Ali Roshidi bin Ahmad et al, 2007:3). Faktor pengetahuan jelas
sangat penting dalam membantu wajib pajak melaksanakan kewajibannya,
khususnya pengetahuan dasar tentang pajak. Tanpa adanya pengetahuan,
wajib pajak akan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri, mengisi
SPT dan membayar pajaknya. Wajib pajak yang tidak tahu tentang
pengetahuan pajak akan bingung tentang berapa jumlah pajak yang
seharusnya ia bayarkan.
Faktor pendidikan atau pengetahuan khususnya tentang pajak dan
faktor penghasilan atau pendapatan adalah dua hal yang sangat penting
bagi wajib pajak dalam kaitan dengan kepatuhan pajak, dimana dalam
kehidupan sehari-hari seseorang bisa dinilai atau dihargai dengan melihat
besarnya penghasilan dan tingkat pendidikannya. Hal ini diperkuat oleh
kesimpulan dari Kassipillai et al, (2003:144) yang menyebutkan
pentingnya pengetahuan pajak, dalam hal ini kursus pajak, bagi mahasiswa
yang akan bekerja dan mendapatkan penghasilan. Mereka dapat
mengetahui bila penghasilannya tersebut terkena pajak. Mereka
seharusnya akan lebih patuh terhadap hukum pajak, sehingga ketika ada
pengelakan pajak dari mereka yang mempunyai pengetahuan pajak cukup,
itu sengaja dan dianggap tidak patuh, maka akan terkena hukuman pajak
yang lebih berat. Pada akhirnya faktor pengetahuan perpajakan dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak baik secara positif maupun negatif,
karena dengan adanya pengetahuan perpajakan yang dimiliki wajib pajak,
dapat meningkatkan atau bahkan menurunkan kepatuhannya dalam
membayar pajak.
Suhardito (1999) menemukan bahwa faktor-faktor yang telah terbukti
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di kota Surabaya
adalah faktor-faktor kesadaran perpajakan Wajib Pajak (WP), rasio beban
PBB dibandingkan pendapatan WP, sikap WP terhadap prioritas
pembangunan pemerintah, dan tax avoidance WP terhadap keberhasilan
penerimaan PBB. Faktor kesadaran perpajakan WP tersebut ditemukan
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB, baik untuk
WP swasta maupun WP nir-swasta. Temuan ini juga didukung oleh
Kurniawan (2006), dimana kesadaran perpajakan WP berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Selain hal tersebut, Kurniawan
(2006) juga menemukan bahwa pemahaman WP terhadap UU dan
peraturan perpajakan serta sistem pemungutan yang melekat pada WP
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasucha (2004) menunjukkan bahwa
reformasi administrasi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Teknik penentuan sampel dilakukan
pengelompokan berdasarkan wilayah kerja Ditjen pajak yang terdiri dari
19 kantor wilayah. Analisa data hasil penelitian regresi linier berganda
menggunakan skala likert yang masing-masing terdiri dari pilihan bersifat
ordinal, maka sebelumnya diuji dahulu instrumen penelitian dengan
menguji validitas, reabilitas dan internal konsistensi.
Selanjutnya penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Satriyo (2009), Tujuan penelitiannya
untuk membuktikan secara empiris bahwa Reformasi Struktur organisasi,
Reformasi prosedur organisasi, Reformasi strategi organisasi, Reformasi
budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
secara parsial maupun secara simultan. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa: Reformasi struktur organisasi, Reformasi prosedur organisasi,
Reformasi strategi organisasi, dan Reformasi budaya organisasi.
1. Reformasi Struktur organisasi, perubahan struktur organisasi yang
dilakukan yaitu dari fungsi organisasi menjadi seksi organisasi
sehingga perbaikan pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui
pembentukan lebih efisien dan efektif, spesifikasi tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan peraturan sehingga pekerjaan lebih cepat selesai,
penyesuaian komunikasi dalam pendelegasian otoritas kegiatan
pelayanan dan pemeriksaan.
2. Reformasi Prosedur Organisasi diantaranya penyederhanaan prosedur
untuk mengisi formulir Surat Setoran Pajak, dan pelaporan pajak.
Untuk mengakses suatu pelayanan dan pemeriksaan melalui program
komputerisasi, seperti pelaporan pajak (e–reporting, e–SPT on line)
kemudian untuk mempercepat pelayanan kepada wajib pajak yaitu
dengan menambah petugas dan counter pelayanan. Selalu
memberikan informasi yang berguna bagi wajib pajak, seperti
penunjukan account respentative, memberikan fasilitas yang memadai
untuk para wajib pajak, untuk menampung saran dari wajib pajak
dibentuk tempat pelayanan terpadu. Intensitas volume pelayanan dan
pemeriksaan berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Reformasi strategi organisasi dengan Kampanye dan sosialisasi
perpajakan sebagai bagian dari good governance framework melalui
berbagai pihak, seperti perguruan tinggi, dan juga melalui media
masa, portal website, serta pemasangan billboard di tempat-tempat
strategi dan meningkatkan kinerja penyuluhan sebagai information
service, simplifikasi administrasi perpajakan, Intensifikasi penerimaan pajak. Mengembangkan mekanisme internal quality control atas
pelaksanaan pelayanan dan pemeriksaan, melaksanakan pelatihan
tentang metode dan teknik pelayanan prima, membangun sistem
komunikasi yang efektif. Untuk mempermudah wajib pajak dalam
menyetorkan dan melaporkan pajak para pegawai pajak ditempatkan
pada tempat yang sesuai, dimana potensi pajaknya masih kurang.
Dengan dukungan teknologi informasi mempercepat proses pelayanan
dan pemeriksaan dimana basis data dikembangkan dalam jaringan
online. Merancang, mengusulkan dan merealisasikan kebutuhan investasi sehubungan dengan reorganisasi dan penerapan sistem
administrasi perpajakan modern.
4. Reformasi budaya organisasi diantarnya Pembentukan Komite Kode
Etik berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
223/KMK.03/2002 tanggal 14 Mei 2002 yaitu dengan meningkatkan
efektivitas, penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
dan profesional, antara lain melalui pelaksanaan fit and proper test
secara ketat, penempatan pegawai yang disesuaikan dengan kapasitas
dan kapabilitasnya, reorganisasi, kaderisasi, pelatihan dan pogram
pengembangan self capacity, reward and punishmen, reformasi nilai, moral pegawai pajak, disiplin waktu berkaiatan dengan pekerjaan dan
komitmen dan tanggung jawab terhadap tugas. Pegawai pajak
mengetahui dengan jelas mengenai pemahaman misi dan visi
organisasi.
Adapun yang menjadi perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya dalam beberapa hal diantaranya:
1. Penulis menambah dua variabel dari penelitian sebelumnya Nur
Imaniyah dan Bestari Dwi Handayani (2008), Pengetahuan
Perpajakan (X2) dan Rachman (2008), Kesadaran Perpajakan (X3).
2. Selain itu penulis melakukan penelitian untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor Pengaruh Reformasi
Administrasi Perpajakan, Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang
Perpajakan dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak.
3. Penelitian sebelumnya Satriyo (2009). Melakukan penelitian di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Setia Budi Satu.
Sedangkan penelitian ini berlokasi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
diwilayah Jakarta Selatan.
Berdasarkan uraian diatas, saya tertarik untuk mengangkat
permasalahan dengan melakukan penelitian mengenai bagaimana
“Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan, Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada KPP di wilayah Jakarta Selatan)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah penulis jabarkan,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah reformasi administrasi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak?
2. Apakah pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
3. Apakah kesadaran perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak?
4. Apakah reformasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib
pajak tentang perpajakan dan kesadaran perpajakan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian dan penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk memperoleh bukti empiris tentang reformasi administrasi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengetahuan dasar wajib
pajak tentang perpajakanterhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Untuk memperoleh bukti empiris tentang kesadaran perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
4. Untuk memperoleh bukti empiris tentang reformasi administrasi
perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan dan
kesadaran perpajakan secara bersama-sama terhadap kepatuhan wajib
pajak.
D.Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis mengharapkan agar hasilnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan antara lain :
1. Bagi Penulis
Dari penelitian ini penulis berharap dapat memberikan banyak manfaat
dari segi ilmu perpajakan, meliputi tata cara perpajakan di Indonesia
yang berguna dimasa depan.
2. Bagi Dunia Pendidikan
Untuk menambah referensi ilmiah mengenai masalah perpajakan
khususnya tentang kepatuhan wajib pajak
3. Bagi Masyarakat
Penulis berharap dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai media
informasi yang berguna bagi masyarakat. Mengenai perpajakan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban wajib pajak guna terciptanya
wajib pajak yang patuh pajak.
4. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk lebih
dikembangkan dan menambah referensi bagi penelitian selanjutnya.
5. Bagi Direktorat Jenderal Pajak
Sebagai masukan yang berguna untuk mempertimbangkan dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan – kebijakan selanjutnya
yang berkaitan langsung dengan pelayanan pajak kepada para wajib pajak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Reformasi Administrasi Perpajakan
Secara definitif dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP) No 16 tahun 2000 menyebutkan bahwa pajak adalah iuran
masyarakat kepada Negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan),
tanpa kontraprestasi secara langsung dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Definisi ini berubah
dalam Undang-Undang KUP No 28 tahun 2007 yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1. Pengertian Reformasi Perpajakan
Menurut Erly Suandi (2005:101-102), reformasi pajak dilakukan
karena Pemerintah menganggap bahwa peraturan perpajakan yang
berlaku saat itu (tahun 1983) adalah peninggalan kolonial Belanda yang
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, tidak sesuai
dengan struktur dan organisasi pemerintahan tidak berdasarkan
Pancasila, dan tidak lagi sesuai dengan perkembangan ekonomi, yang
selama ini berlaku di Indonesia.
Tujuan utama pembaruan perpajakan nasional adalah untuk lebih
menegakkan kemandirian kita dalam membiayai pembangunan nasional
dengan jalan lebih mengerahkan lagi segenap kemampuan kita sendiri.
Pemerintah menyadari bahwa untuk membiayai pelaksanaan
pembangunan (mulai Repelita IV) kita tidak dapat dan tidak mungkin
sekadar mengandalkan kepada peningkatan penerimaan negara dari
minyak dan gas alam maupun utang luar negeri. Oleh karena itu,
peningkatan penerimaan Negara melalui perpajakan dari sumber-sumber
diluar minyak bumi dan gas alam merupakan keharusan yang mutlak
bagi berhasilnya pelaksanaan Repelita IV. Dengan reformasi pajak
nasional sistem pajak yang berlaku saat itu akan disederhanakan,
penyederhanaan tersebut mencakup jenis pajak, tarif pajak, dan cara
pembayaran pajak. Setelah reformasi ini, system pembayaran pajak akan
makin adil dan wajar, sedang jumlah wajib pajak akan makin luas,
selanjutnya reformasi pajak juga akan dilakukan terhadap aparat pajak
(fiskus) yang baik yang menyangkut prosedur, tata kerja disiplin maupun
mental.
Dengan reformasi pajak diharapkan beban pajak akan makin adil dan
wajar, sehingga satu pihak mendorong wajib pajak melaksanakan
kesadaran kewajiban membayar pajak dan di lain pihak menutup
peluang-peluang yang selama ini masih terbuka bagi wajib pajak untuk
menghindari wajib pajak. Dengan reformasi pajak diharapkan sistem
pajak yang sederhana dan mudah dimengerti oleh setiap wajib pajak.
Untuk itu sistem pajak yang didasarkan pada prinsip keadilan dan
kewajaran, dan sistem pajak yang memberikan kepastian bagi setiap
wajib pajak.
Reformasi perpajakan di Indonesia pertama diluncurkan tahun 1983
dengan digantikannya sistem official assessment menjadi self
assessment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan sendiri kewajiban pajaknya. Selanjutnya pada tahun 1994, reformasi
pajak sebagai upaya merespon globalisasi dunia yang semakin kuat.
Perubahan khususnya secara teknis perpajakan yang makin meengurangi
kesenjangannya dengan praktik akuntansi yang dibarengi dengan
regulasi bidang perpajakan yang makin luas dan instrumen hukum yang
lebih baik. Tahun 2000, kembali pemerintah menyusun reformasi
perpajakan yang merombak struktur badan peradilan pajak menjadi
badan peradilan independen yang tunduk pada struktur peradilan
dibawah Mahkamah Agung.
Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala
aspek perpajakan. Reformasi perpajakan yang sekarang menjadi prioritas
menyangkut modernisasi administrasi perpajakan jangka menengah (tiga
hingga enam tahun) dengan tujuan tercapainya: pertama, tingkat
kepatuhan sukarela yang tinggi. Kedua, kepercayaan terhadap
administrasi perpajakan yang tinggi, dan ketiga, produktivitas aparat
perpajakan yang tinggi, Satriyo (2009).
Sebagaimana kondisi masyarakat yang selalu berubah dan tuntutan
adanya reformasi disemua bidang, kondisi dan situasi yang terjadi
didalam proses pemberian pelayanan maupun penerapan administrasi
kepada wajib pajak juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Saat ini wajib pajak sudah semakin kritis dalam melihat setiap
perubahan kebijakan pemerintah terutama dalam bidang fiskal. Kondisi
ini mau tidak mau mengharuskan Direktorat Jendral Pajak untuk
melakukan reformasi dibidang perpajakan. Sebagaimana yang menjadi
sasaran sejak tahun 2002, bahwa reformasi perpajakan secara
komperhensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap tiga bidang
pokok atau utama secara langsung menyentuh pilar perpajakan, yaitu:
Bidang administrasi, Bidang peraturan, dan Bidang pengawasan.
a. Bidang administrasi, yakni melalui modernisasi administrasi
perpajakan.
b. Bidang peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap
Undang-Undang perpajakan.
c. Bidang pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional.
Menurut Gunadi (2003), pajak ini mengikuti fenomena kehidupan
sosial ekonomi masyarakat. Di setiap perubahan kehidupan sosial
perekonomian masyarakat maka sudah sepantasnyalah bahwa pajak
harus mengadakan reformasi. Reformasi perpajakan adalah perubahan
yang mendasar di segala aspek perpajakan. Hal tersebut seperti yang
dikemukakan Guillermo Perry (2000) bahwa the word reform conveys
major change. Berdasarkan pengalaman yang terjadi di negara maju maupun Negara berkembang, terdapat begitu banyak pengertiaan
mengenai reformasi perpajakan, dikarenakan terdapat perbedaan
pengertian dan pola reformasi perpajakan yang dianut oleh negara
berkembang dan yang dianut oleh negara maju. Hal ini dikarenakan
terdapat perbedaan struktur pajak yang umumnya seragam di negara
maju tetapi ada bermacam-macam struktur pajak di negara berkembang.
Reformasi perpajakan yang didukung pemerintah telah membuat
kebijakan perpajakan baru dengan mengubah Undang-Undang. Selama
ini pemerintah telah mengalami empat tahap reformasi perpajakan,
diantaranya adalah:
a. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang ini berlaku sejak tanggal 1
Januari 1984.
b. Undang No. 9 Tahun 1994 Tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
c. Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 Tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
d. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang ini berlaku sejak 1 Januari
2008.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik keimpulan bahwa reformasi
administrasi perpajakan yang meliputi bidang pengawasan, bidang
peraturan, dan bidang administrasi sudah diatur dalam Undang-Undang
yang sudah ditetapkan pemerintah, sehinga reformasi perpajakan bisa
berjalan dengan baik.
2. Pengertian Administrasi Pajak (Tax Administration)
Chandler (1988) dalam Torontuan (2004:2), mengemukakan bahwa
administrasi publik adalah proses dimana sumber daya dan personel
publik diorganisir dan diorganisasikan untuk memformulasikan,
mengimplementasikan, dan mengelola keputusan-keputusan dalam
kebijakan publik. Kemudian dijelaskan bahwa administrasi publik
merupakan seni dan ilmu yang ditujukan untuk mengatur public affairs
dan melaksanakan berbagai tugas yang telah ditetapkan. Sebagai disiplin
ilmu, administrasi publik bertujuan memecahkan masalah-masalah publik
melalui perbaikan-perbaikan terutama di bidang organisasi, sumber daya
manusia dan keuangan.
Administrasi pajak dalam arti sempit merupakan penatausahaan
dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayaran pajak,
baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak
maupun ditempat wajib pajak, sedangkan administrasi pajak dalam arti
luas meliputi fungsi, administrasi perpajakan merupakan seperangkat
unsur (subsistem) yaitu peraturan perundang-undangan, sarana dan
prasarana, dan wajib pajak yang saling berkaitan yang secara
bersama-sama menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Ensiklopedi perpajakan (1997:582), administrasi perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Mengenai peran administrasi perpajakan, Pandiangan (2008), mengemukakan bahwa administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan perpajakan, dan penerimaan negara sebagaimana amanat APBN.
Sedangkan sebagai lembaga administrasi perpajakan merupakan
institusi yang mengelola sistem dan mengelola proses perpajakan yang
terwujud pada kantor pusat, wilayah, dan pelayanan kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia juga merupakan salah satu tolak ukur
kinerja administrasi pajak. Administrasi perpajakan memegang peranan
yang sangat penting karena seharusnya bukan saja sebagai perangkat
laws enforcement, tetapi lebih penting daripada itu, sebagai service point yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sekaligus pusat
informasi perpajakan.
Pemberdayaan administrasi pajak seharusnya juga dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan penelitian untuk mengetahui apa-apa
sajakah yang sebenarnya menjadi leverage, yaitu tindakan dan
perubahan dalam struktur yang dapat mengarah pada perbaikan,
peningkatan (improvements) yang signifikan dan berlangsung
selamanya. Sering kali, pengungkit mengikuti prinsip ekonomi di mana
hasil terbaik tidak datang dari usaha berskala besar, tetapi dari tindakan
kecil yang terfokus. Oleh karena itu, reformasi perpajakan yang hanya
terfokus pada pengadopsian atau penggunaan teknologi yang canggih
(yang membutuhkan biaya yang sangat besar) tidak akan berarti apa-apa
jika perbaikan mental model sumber daya manusianya tidak diperbaiki.
3. Reformasi Administrasi Perpajakan
Menurut Nasucha (2004:37), reformasi administrasi perpajakan
adalah penyempurnaan kinerja administrasi, baik secara individu,
kelompok, maupun kelembagaan agar efisien dan ekomomis dan cepat.
Agar reformasi administrasi perpajakan dapat berhasil, dibutuhkan: (1)
struktur pajak disederhanakan untuk kemudahan, kepatuhan, dan
administrasi, (2) strategi reformasi yang cocok harus dikembangkan, (3)
komitmen politik yang kuat terhadap peningkatan administrasi
perpajakan.
keberhasilan reformasi administrasi perpajakan kedepan adalah
kapasitas administrasi perpajakan dalam mengimplementasikan struktur
perpajakan secara perpajakan secara efisien dan efektif. Hal ini meliputi
pengembangan sumber daya manusia, teknologi informasi, strukutur
organisasi, proses dan prosedur serta sumber daya finansial dan intensif
yang cukup (Nasucha 2004).
Menurut Gunadi (2003), reformasi perpajakan meliputi dua area,
yaitu reformasi kebijakan pajak (tax policy) yaitu regulasi atau peraturan
perpajakan yang berupa undang-undang perpajakan dan reformasi
administrasi perpajakan. Reformasi administrasi memiliki tujuan utama
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Kedua, untuk mengadministrasikan
penerimaan pajak sehingga transparansi dan akuntabilitas penerimaan
sekaligus pengeluaran pembayarandana dari pajak setiap saat bisa
diketahui. Yang ketiga, untuk memberikan suatu pengawasan terhadap
pelaksanan pemungutan pajak, terutama adalah kepada aparat
pengumpul pajak, kepada Wajib Pajak, ataupun kepada masyarakat
pembayar pajak.
Dari uraian diatas dapat disimpulan bahwa administrasi perpajakan
yang baik dan yang transparan sangat berguna bagi wajib pajak yang
ingin mematuhi kewajibannya membayar pajak.
4. Dimensi Reformasi Adminitrasi Perpajakan
Menurut Nasucha (2004:37), Penerapan sistem administrasi
perpajakan modern melalui program dan kegiatan dalam kerangka
reformasi administrasi perpajakan jangka menengah berikut ini diuraikan
Dalam dimensi-dimensi sistem administrasi, empat dimensi reformasi
administrasi perpajakan, yaitu: struktur organisasi, prosedur organisasi,
strategi organisasi, dan budaya organisasi.
a. Struktur Organisasi
Dalam penelitian Sofyan (2005), bahwa struktur organisasi adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran yang sudah ditentukan
dan hubungan antar peran, alokasi kegiatan kepada sub unit-sub unit
terpisah, pendistribusian wewenang di antara posisi administratif, dan
jaringan komunikasi formal.
b. Prosedur Organisasi
Sofyan (2005:27), Prosedur organisasi berkaitan dengan proses
komunikasi, pengambilan keputusan, Pemilihan prestasi, sosialisasi
dan karier. sedangkan pembahasan dan pemahaman prosedur
organisasi berpijak pada aktivitas organisasi yang dilakukan secara
teratur.
c. Strategi Organisasi
Sofyan (2005:27), Strategi organisasi dipandang sebagai siasat,
sikap pandangan dan tindakan yang bertujuan memanfaatkan segala
keadaan, faktor, peluang, dan sumber daya yang ada sedemikian rupa
sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berhasil dan selamat.
Strategi berkembang dari waktu ke waktu sebagai pola arus keputusan
yang bermakna.
d. Budaya Organisasi
Sofyan (2005:27), Budaya organisasi didefenisikan sebagai sistem
penyebaran kepercayaan dan nilai–nilai yang berkembang dalam
organisasi dan mengarahkan perilaku anggota–anggotanya.
Sedangkan menurut P.Robbins dan A.judge (2008) budaya organisasi
(Organizational Culture) mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu
organisasi dari organisasi–organisasi lainnya.
Dari pengertian dimensi reformasi administrasi perpajakan yang
sudah penulis uraikan diatas, terlihat bahwa struktur organisasi,
prosedur organisasi, strategi organisasi, dan budaya organisasi
mempunyai keterkaitan yang saling berhubungan guna meningkatkan
kepatuhan wajib pajak.
B. Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan
Menurut Irmayanti (2007), Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh manusia dari berbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dirasakan
sebelumnya.
Menurut Abdullah (2008), Pengetahuan adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,
persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.
Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah,
dan pikiran-pikiran. Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling
sempurna, dengan karunia sebuah akal dan pikiran yang digunakan untuk
berpikir dan bernalar. Kemampuan berpikir dan nalar yang baik, dapat
membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kekuatan
manusia untuk tidak semata-mata tunduk kepada kodrat alam, tetapi
mencoba mengelola alam serta selalu sadar dan aktif berupaya untuk
menjadikan dirinya sesuatu.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu mengembangkan
pengetahuan secara sistematis, dengan pengetahuan manusia dapat
memikirkan hal-hal baru yang lebih inovatif. Memanfaatkan sumber daya,
mengembangkan kebudayaan dan memberikan makna didalam
kehidupannya. Dengan pengetahuan manusia mampu menguasai dan
mempengaruhi perilaku, Gordon. (1991:413) dalam Sadlani (1999). Pada
umunya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:
Pengetahuan langsung, Pengetahuan tak langsung, Pengetahuan indrawi,
dan Pengetahuan konseptual.
1. Pengetahuan langsung (inmediate)
Pengetahuan langsung adalah pengetahuan yang hadir dalam jiwa tanpa
melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis (penganut paham
Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti itu.
2. Pengetahuan tak langsung (mediated)
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interprestasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu, yaitu apa yang
kita ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan
penafsiran penerapan pikiran kita.
3. Pengetahuan indrawi (perceptual)
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui
indra-indra lahiriah. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor
yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek
eksternal dan sehatnya anggota-anggota indra badan.
4. Pengetahuan konseptual (conceptual)
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi.
Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsep
tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan
dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu
dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas
pikiran.
Menurut Noormala sheikh Obid (2008:38), dalam penelitiannya
menyimpulkan dari 128 responden dimana 47,7% setuju pendidikan pajak
meningkatkan kepatuhan dan 15,6% sangat setuju. Semua wajib pajak
tanpa tergantung dengan latar belakang pendidikan, mereka setuju bahwa
pendidikan pajak membantu meningkatkan kepatuhan pajak. Seseorang
yang berpendidikan pajak akan mempunyai pengetahuan tentang
perpajakan, baik itu soal tarif pajak yang akan mereka bayar, maupun
manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka. Dengan adanya
pengetahuan perpajakan tersebut akan membantu kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak, sehingga tingkat kepatuhan akan meningkat.
Definisi pajak yang di kemukakan oleh S.I. Djajadiningrat
(2009:1), Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal-balik dari negara secara langsung
untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
1. Dasar-dasar Pengetahuan Perpajakan
Beberapa hal mengenai pengetahuan dasar-dasar perpajakan yang
harus dimiliki wajib pajak diantaranya: pengertian pajak, fungsi pajak,
jenis-jenis pajak, menurut golongannya, menurut sifatnya, menurut
wewenang pemungutnya, asas pemungutan pajak, dan hak dan
kewajiban wajib pajak dan aparat pajak.
a. Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro (1994), seperti
dikutip oleh Safri Nurmantu (2003), yaitu:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sector partikulir ke sector pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Unsur-unsur pokok dari definisi diatas, yaitu: (1) iuran atau
pungutan, (2) dipungut berdasarkan undang-undang, (3) pajak dapat
dipaksakan, (4) tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi, dan
(5) untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah.
Menurut Feldman dalam Resmi (2009:2), Pajak adalah prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
MenurutAviantara (2009), Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak
memiliki unsur-unsur yang sangat berkaitan yang harus dibayarkan
wajib pajak tanpa ada rasa timbal balik dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
b. Fungsi Pajak
Menurut Erly Suandy (2005:14), terdapat dua fungsi pajak,
yaitu: fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi
regulerend (mengatur).
1) Fungsi Budgetair (sumber keuangan negara )
Pajak mempunyai fungsi budgetair yaitu memasukkan uang
sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
2) Fungsi Regulerend (mengatur)
Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak digunakan
sebagai alat untuk mengatur, baik masyarakat dibidang ekonomi,
social maupun politik dengan tujuan tertentu.
Menurut Resmi (2009:3), terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi
budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regulerend (pengatur).
1) Fungsi Budgetair (sumber keuangan negara )
Pajak mempunyai fungsi budgetair artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
2) Fungsi Regulerend (mengatur)
Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi, dan mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
c. Jenis-jenis Pajak
Pembagian Pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan,
wewenang pemungut, maupun sifatnya, berikut gambar:
Gambar 2.1 Jenis-jenis Pajak
Sumber: Erly Suandi (2005).
Berdasarkan Golongan:
1) Pajak Langsung 2) Pajak tidak langsung
Berdasarkan Sifat:
1) Pajak Subjektif 2) Pajak Objektif
Berdasarkan Wewenang Pemungut:
1) Pajak Pusat 2) Pajak Daerah
PAJAK
d. Menurut Golongannya
Menurut golongannya, Erly Suandy (2005:37), pajak
dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Langsung dan Pajak Tidak
Langsung.
1) Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain.
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat
dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain, sehingga sering
disebut juga sebagai pajak tidak langsung.
Menurut Resmi (2009:7), golongan pajak dikelompokkan
menjadi dua yaitu Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung.
1)
ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan
atau dibebankan kepada orang lain. Pajak harus menjadi beban
sendiri oleh wajib pajak bersangkutan.
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak ya
Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul atau
ng pada akhirnya dapat
n bahwa pajak dibebankan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Berdasarkan urain diatas, maka dapat disimpulka
yang dapat dilimpahkan dan pajak yang tidak dapat dilimpahkan itu
merupakan pajak menurut golongannya.
e. Menurut Sifatnya
tnya, Erly Suandy (2005:40), pajak dapat
awalnya memperhatikan
i (2009:7), sifat pajak dibagi menjadi dua, pajak
sub
g pengenaannya memerhatikan keadaan
yang pengenaannya memerhatikan objeknya
n yang sudah dijelaskan diatas, maka
pajak menurut sifatnya sangat memperhatikan keadaan wajib Menurut sifa
dikelompokan menjadi dua yaitu Pajak Subjektif dan Pajak Objektif.
1) Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan
pada kondisi/keadaan wajib pajak. Dalam menentukan pajaknya
harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan
keadaan materialnya, yaitu gaya pikul.
2) Pajak Objektif adalah pajak yang pada
objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar,
kemudian baru dicari subjeknya, baik orang pribadi maupun
badan.
Menurut Resm
jektif dan pajak objektif.
1) Pajak Subjektif pajak yan
pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan
keadaan subjeknya.
2) Pajak Objektif pajak
baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak)
maupun tempat tinggal.
Berdasarkan penjelasa
pajaknya dan objeknya, agar tidak terjadi kesalahan dalam
membayar pajak
f. Menurut Wewenang Pemungutnya
Menurut Erly Suandy (2005:38), lembaga pemungut pajak
Pajak Negara (Pajak Pusat ) dan
ya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya
h
a dua, pajak negara dan pajak daerah.
ai
silan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi
Dan Bangunan, Bea Materai. dikelompokkan menjadi dua yaitu
Pajak Daerah.
1) Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang wewenang
pemungutn
dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat
Jenderal Pajak. Pajak pusat diatur dalam undang-undang dan
hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
2) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada
pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan ole
dinas pendapatan daerah. Pajak daerah diatur dalam
undang-undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah masing-masing.
Irwansyah Lubis (2006:35), pengelompokan pajak menurut
wewenang pemungutnya ad
1) Pajak Negara (pusat)
Adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, sebag
berikut: Pajak Pengha
2)
an oleh Daerah untuk kepentingan
ah tangga di daerahnya.
ter
ke dan daerah yang dapat
our Maxims i berikut: Equality, Certainty, Convenience
1)
nnya, yaitu seimbang
enghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan
pem
Pajak Daerah
Adalah pajak yang dipungut oleh Daerah beradasarkan
peraturan-peraturan pajak yang ditetapk
pembiayaan rum
Dari beberapa definisi tentang pajak pusat dan Negara
sebut,dapat disimpulkan pajak adalah merupakan iuran atau
wajiban yang ditarik pemerintah pusat
dipaksakan dimana tidak ada timbal jasa secara langsung kepada
pembayarnya untuk memelihara kesejahteraan umum.
g. Asas Pemungutan Pajak
Erly Suandy (2005:27), mengungkapkan bahwa asas-asas
pemungutan pajak yang dikenal dengan The F
dengan uraian sebaga
of Payment, dan Economic of Collection. Equality
Dalam asas ini disebutkan bahwa pembebanan pajak
hendaknya seimbang dengan kemampua
dengan p
erintah. Tidak diperbolehkan suatu Negara mengadakan
diskriminasi diantara sesama wajib pajak. Dalam hal yang sama
wajib pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda
wajib pajak harus diperlakukan berbeda.
2)
k harus jelas dan tidak
mengenal kompromi (not arbitrary), dalam asas ini kepastian
ng diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek
paj
3)
rima
an yang dikenakan pajak.
4)
gutan pajak
aan pajak itu sendiri. Karena tidak ada
yai
keb
h penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di
berasal dari dalam negeri,
mau pun penghasilan yang berasal yang berasal dari luar negeri. Certainty
Pajak yang dibayar oleh wajib paja
hukum ya
ak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.
Convenience of Payment
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi
wajib pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya wajib pajak mene
penghasilan atau keuntung
Economic of Collection
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat
(seefisien) mungkin, jangan sampai biaya pemun
lebih besar dari penerim
artinya pemungutan pajak jika biaya yang dikeluarkan lebih besar
dari penerimaan pajak yang diperoleh.
Menurut Resmi (2003:9), terdapat tiga asas pemungutan pajak,
tu: asas domisili (asas tempat tinggal), asas sumber, dan asas
angsaan.
1) Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak
atas seluru
wilayahnya, baik penghasilan yang
Setiap wajib pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di
wilayah Indonesia dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diperolehnya baik dari Indonesia mau pun dari luar Indonesia.
Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak
atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. Setiap orang ya 2)
ng
enghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas
3)
nai asas-asas pemungutan wajib
elaskan diatas, maka asas dalam pajak perlu
dit
an ajak.
h.
Pemungutan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang
nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir memperoleh p
penghasilan yang diperolehnya.
Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan
dengan kebangsaan suatu negara.
Berdasarkan pengertian menge
pajak yang sudah dij
erapkan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi salah paham
tara wajib pajak ketika membayar p
Tata Cara Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2008:6), Pemungutan pajak dapat
dilakukan berdasarkan 3 stelsel yaitu: Stelsel nyata, Stelsel
anggapan, dan Stelsel campuran.
1) Stelsel nyata (riel stelsel)
tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya
diketahui. Kebaikan dari stelsel ini adalah pajak yang dikenakan
lebih realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat
se.
2)
yang sesungguhnya.
terdiri atas
jak: official assessment system, self assessment
sys 1)
terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. dikenakan pada akhir perio
Stelsel anggapan (fivtive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh Undang-undang. Kebaikan dari stelsel adalah pajak dapat
dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir
tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayarkan
tidak berdasarkan pada keadaan
3) Stelsel campuran
Adapun stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan
stelsel anggapan. Yaitu pada wal tahun, besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya.
Menurut Resmi (2009:9), tata cara pemungutan pajak
sistem pemungutan pa
tem, dan with holding system. Official assessment system
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakannya untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang
2) Self assessment system
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak
dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
peraturan perundang-undangan
3)
enentukan besarnya pajak
ajib pajak sesuai dengan peraturan
Be
sudah
dipungut berdasarkan peraturan yang sudah ditetapkan oleh
undang-i. Hak
1) H
d an adalah sebagai berikut:
Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT. tahunnya sesuai dengan
perpajakan yang berlaku.
With holding system
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk m
yang terutang oleh w
perundang-undangan yang berlaku.
rdasarkan pengertian tentang tata cara pemungutan pajak yang
dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pajak yang
undang.
dan Kewajiban Wajib Pajak dan Aparat Pajak
ak Wajib Pajak
Menurut Erly Suandy (2005:126), hak-hak wajib pajak yang
iatur dalam Undang-undang Perpajak
(a) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari
fiskus.
(b) Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT).
(c)
(d) Hak untuk menunda atau mangangsur pembayaran pajak.
(e) Hak untuk memperoleh kembali kelebihan pembayaran
mel
an
(d) asukan SPT tahunan.
mengajukan permohonan penghapusan sanksi
ndang perpajakan adalah:
paikan Surat
tuk membuat pembukuan dan atau pencatatan.
meriksaan pajak. pajak.
(f) Hak untuk mengajukan keberatan dan banding.
Menurut Irwansyah Lubis (2006:51), hak-hak wajib pajak
iputi:
(a) Hak mengajukan keberatan.
(b) Hak mengajukan banding.
(c) Hak untuk mengajukan permohonan pengembalian kelebih
pembayaran pajak.
Hak penundaan pem
(e) Hak pembetulan Syrat Pemberitahuan (SPT).
(f) Hak mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
(g) Hak
administrasi.
2) Kewajiban Wajib Pajak
Menurut Erly Suandy (2005:127), kewajiban pajak yang
diatur dalam Undang-u
(a) Kewajiban untuk mendaftarkan diri.
(b) Kewajiban untuk mengisi dan menyam
Pemberitahuan(SPT).
(c) Kewajiban untuk membayar atau menyetor pajak.
(d) kewajiban un
(e) Kewajiban mentaati pe
(f)
6 45), ajib Pajak
Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau
umnya
omor Pokok Wajib
an Nomor Pokok
K N
ban wajib pajak pada saat pemeriksaan, jika diperiksa
rlihatkan atau meminjamkan pembukuan atau
uangan atau tempat yang
a khusus Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak.
(g) kewajiban untuk membuat faktur pajak.
Menurut Irwansyah Lubis (200 : W
mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor
kedudukan Wajib Pajak. Kewajiban wajib pajak pada um
meliputi:
(a) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan N
Pajak.
(b) Melaporkan usaha untuk mendapatk
Pengusaha ena Pajak ( PKP).
(c) Kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan.
(d) Kewajiban melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).
(e) Kewajiban melunasi pajak terutang.
(f) Kewaji
harus memberikan keterangan yang diperlukan dan
mempe
pencatatan, memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan
termasuk memasuki ruangan-r
dipandang perlu.
(g) Kewajiban menunjukkan surat kuasa khusus (kuas
wajib pajak).
3) Hak Fiskus
Menurut Erly Suandy (2005:128), hak-hak fiskus yang diatur
dalam Undang-undang Perpajakan adalah sebagai berikut:
(a) Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
(b) Menerbitkan Surat Tagihan Pajak.
(c) Melakukan pemeriksaan dan penyegelan.
urat Paksa dan melaksanakan penyitaan.
Menurut Irwansyah Lubis (2006:48), hak-hak fiskus yang
lam undang-undang adalah:
(a)
an.
elan.
urangkan sanksi administrasi.
4)
g Perpajakan adalah
ajib pajak. (d) Melakukan penyidikan.
(e) Menerbitkan S
telah diatur da
Menerbitkan NPWP / Pengukuhan PKP secara jabatan.
(b) Menerbitkan ketetapan pajak (SKP, STP, SPPT).
(c) Menerbitkan Surat Paksa, dan melaksanakan penyita
(d) Melakukan pemeriksaan dan penyeg
(e) Melakukan penyidikan.
(f) Menghapuskan dan meng
Kewajiban Fiskus
Menurut Erly Suandy (2005:129), kewajiban-kewajiban
fiskus yang diatur dalam Undang-undan
sebagai berikut:
(a) Kewajiban untuk melakukan penyuluhan kepada w
(b) Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak.
(c) Merahasiakan data wajib pajak.
Menurut Irwansyah Lubis (2006:53), kewajiban fiskus yang
Pajak.
(b)
Berdasarkan penjelasan yang sudah dijelaskan mengenai hak dan
kewajiba
bahwa k annya sangat erat, untuk
meningka
C. Kesada
sadaran merupakan kemaunan yang
si terhadap kenyataan. Sejalan dengan
:94), menyatakan bahwa
kesa
at dalam kesadaran sebagai berikut:
a. engalaman, merupakan proses awal dari kesadaran, karena dengan
njadi sadar akan persoalan kehidupan mereka. telah diatur dalam undang-undang adalah:
(a) Membina Wajib
Menerbitkan SKPLB.
(c) Merahasiakan data Wajib Pajak.
n bagi wajib pajak dan fiskus diatas, maka dapat disimpulkan
eduanya mempunyai hubungan yang kait
tkan kepatuhan wajib pajak.
ran Perpajakan
Menurut Fereira (2002:125), ke
disertai dengan tindakan dan reflek
hal tersebut, menurut Padila dan Prior (2004
daran merupakan suatu proses belajr dari pengalaman dan
pengumpulan informasi yang diterima untuk mendapatkan keyakinan diri
untuk mendorong dilakukannya suatu tindakan.
Sesuai hal tersebut hal-hal yang terdap
P
pengalaman orang me
b. Informasi, sebagai proses beelajar atau lebih memahami tentang
persoalan itu melalui informasi yang diterima.