• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kredibilitas kritik nashir al-qur'an terhadap hadis-hadis syi'ah Imamiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kredibilitas kritik nashir al-qur'an terhadap hadis-hadis syi'ah Imamiyah"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

1

KREDIBILITAS KRITIK NASHIR AL-QIFARI

TERHADAP HADIS-HADIS SYI‘AH IMAMIYAH

Disertasi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Agama dalam bidang Hadis.

oleh:

Zeid B. Semeer, Lc., MA NIM. 06.3.00.1.05.01.0033

Promotor:

Prof. Dr. Said Agil Husin al-Munawar, MA Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

3

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Zeid B. Semeer

Tempat lahir : Surabaya Tanggal lahir : 15 Maret 1967

NIM : 06.3.00.1.05.01.0033

Konsentrasi : Tafsir Hadis

Profesi : Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Alamat : Perum Dosen ABM, Jl. Manunggal kav. A-45

Sudimoro – Malang

menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang berjudul

“Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah” adalah karya penulis sendiri, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

(4)
(5)

5

PERSETUJUAN

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Promotor I

(6)
(7)

7

PERSETUJUAN

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Promotor II

(8)
(9)

9

PERSETUJUAN TIM PENGUJI DISERTASI

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran tim penguji dalam sidang ujian disertasi pendahuluan yang diadakan pada tanggal 02 Agustus 2011 dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Jakarta, 18 Agustus 2011

(10)
(11)

11

PERSETUJUAN

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran tim penguji dalam sidang ujian disertasi pendahuluan yang diadakan pada tanggal 02 Agustus 2011 dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Penguji,

(12)
(13)

13

PERSETUJUAN

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran tim penguji dalam sidang ujian disertasi pendahuluan yang diadakan pada tanggal 02 Agustus 2011 dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Penguji,

(14)
(15)

15

PERSETUJUAN

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran tim penguji dalam sidang ujian disertasi pendahuluan yang diadakan pada tanggal 02 Agustus 2011 dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Penguji,

(16)
(17)

17

PERSETUJUAN

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran tim penguji dalam sidang ujian disertasi pendahuluan yang diadakan pada tanggal 02 Agustus 2011 dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Penguji,

(18)
(19)

19

PERSETUJUAN

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran tim penguji dalam sidang ujian disertasi pendahuluan yang diadakan pada tanggal 02 Agustus 2011 dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Penguji,

(20)
(21)

21

PERSETUJUAN

Disertasi dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap

Hadis-Hadis Syi‘ah Imamiyah yang ditulis oleh Sdr. Zeid B. Semeer, Lc., MA., Nomor Pokok: 06.3.00.1.05.01.0033, telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran tim penguji dalam sidang ujian disertasi pendahuluan yang diadakan pada tanggal 02 Agustus 2011 dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian disertasi terbuka (promosi doktor).

Penguji,

(22)
(23)

23 Abstrak

Disertasi ini membuktikan ketidaktepatan hasil dan kesimpulan yang diberikan oleh Nashir ibn Abdullah al-Qifari dalam disertasinya (Us}u>l Madhhab al-Shi>’ah al-Ima>miyah al-Ithna>’ashariyah, Riyad:

1414H/1993 M) yang menyatakan bahwa madzhab Syi’ah Imamiyah memiliki aqidah dan ajaran yang menyimpang dari konsep Islam secara umum. Penyimpangan itu ditandai dengan redaksi-redaksi hadis mereka yang mengindikasikan ketidakpercayaan kaum Syi’ah Imamiyah dengan keotentikan al-Qur’an, Rukun Iman yang berbeda, adanya konsep taqiyah sebagai legalitas untuk berbohong dan sikap anti pati terhadap para sahabat Nabi saw.

Disertasi ini ditulis untuk memperkuat peneliti-peneliti sebelumnya yang turut mempertanyakan keabsahan kesimpulan al-Qifari, yaitu:

1) Tha>mir Ha>shim al-‘Ami>di> (Difa>’ ‘an al-Ka>fi>, 1416 H, 503-504): Riwayat-riwayat tah{ri>f al-Qur’a>n dalam literatur Syi’ah yang dijadikan argumen oleh al-Qifari tentang keyakinan Syi’ah atas adanya distorsi dalam al-Qur’an merupakan riwayat-riwayat yang lemah dan palsu serta bertentangan dengan nash-nash yang shahih.

2) Fath}ullah al-Muh}ammadi> (Sala>mat al-Qur’a>n min al-Tah}ri>f,

1424 H, 103-104): Kesimpulan al-Qifari yang menyatakan bahwa Syi’ah memiliki al-Qur’an yang berbeda tidaklah benar, karena penggunaan istilah mushaf dalam literatur Syi’ah tidak dimaksudkan al-Qur’an, tapi bermakna lembaran-lembaran yang berisi tafsir dan takwil al-Qur’an.

3) Berdasarka analisis yang telah dilakukan oleh Mahmud Jabir

(24)

24

banyak peneliti yang cenderung mencampuradukkan antara sekte Rafidhah dan Imamiyah.

Disertasi ini menunjukkan bahwa:

Pertama, kitab al-Ka>fi> yang menjadi kitab standart utama Syi’ah Imamiyah, tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai madzhab Syi’ah secara utuh, sebab dalam kitab tersebut terdapat riwayat-riwayat yang ditolak otentisitasnya oleh kalangan Syi’ah Imamiyah sendiri.

Kedua, konsep al-‘ada>lah yang dijeneralisasi oleh kalangan Ahlusunnah terhadap semua sahabat tidak diterima oleh kalangan Syi‘ah Imamiyah, dengan alasan adanya beberapa ayat dan riwayat hadis yang redaksinya mengidikasikan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian sahabat.

Ketiga, konsep taqiyah yang pernah dilakukan oleh kalangan Syi’ah secara luas, didorong oleh faktor kondisi dan situasi pada masa itu, dimana komunitas Syi’ah mengalami diskriminasi dan ketertindasan dari dinasti Bani Umayah dan Abbasiyah.

Keempat, Rukun Iman yang diyakini oleh kalangan Syi’ah tidak

berbeda substansinya dengan yang diyakini oleh Ahlusunnah, kecuali pada rincian butir-butirnya.

kelima, penggunaan istilah mushaf dalam literatur Syi’ah lebih banyak dimaksudkan dengan lembaran-lembaran yang berisi tafsir dan takwil, dan bukan al-Qur’an, sehingga tidak benar jika dikatakan bahwa Syi’ah memiliki al-Qur’an sendiri.

(25)

25

(26)
(27)

27 Abstract

This Dissertation proves the inaccuracy of the results and conclusions taken by Nashir ibn Abdullah al-Qifari in his book (Us}u>l Madhhab al-Shi>‘ah al-Ima>miyah al-Ithna>‘ashariyah, Riyad: 1414 H/1993 M) which states that the faith dan teachings of Immamiyah Shi’ite School (Mazhab) deviate from the commonly accepted Islamic concepts. The deviations were marked by the wording of their narratives which indicated their distrust in the authenticity of the Qur’an, their belief in different Pillars of Islamic beliefs, their concept of Taqiyah being the legalization of lies, as well as their negative attitudes toward the disciples of Prophet Muhammad pbuh.

This Dissertation supports previous researchers who also questioned the validity of al-Qifari conclusions; among others:

1) Thamir Hashim al-Amidi (Difa>‘ ‘an al-Ka>fi>, 1416 H: 503-504): Narratives Tahrif al-Qur’an in Shi’ite literatures used by al-Qifari as the bases of his arguments that Shi’ite believes that there are distortions in the Qur’an are weak, even false narratives and in contradiction with the genuine texts.

2) Fathullah al-Muhammadi (Sala>mat al-Qur’a>n min al-Tah}ri>f, 1424 H: 103-104): Al-Qifari’s arguments which says that Shi’ite has their own Qur’an which is different from the generally accepted Koran is not true, because the meaning of ‘mushaf’ in Shi’ite literature does not mean as the Qur’an, but rather the scripts which consist of interpretation and appreciations of the Qur’an, not the Qur’an it self.

(28)

28

researchers mix up between two different Shi’ite, the Rafidhah Sect and the Imamiyah Sect.

This dissertation shows that:

First, al-Kafi text which becomes the main standard text book for Imamiyah Shi’ite, cannot be used as the parameter to judge Shi’ite School, because the book consists of narratives (Hadises) the authenticity of which were rejected by the Shi’ite community themselves.

Secont, al-‘ada>lah concept which is generalized by the Sunni Muslims towards all The Prophet Muhammad’s disciples who were not accepted by the Imamiyah Shi‘ite, are due to some verses and Hadises the wording of which indicate the mentioning of some violation of laws done by some of the disciples of prophet Mohamed.

Third, taqiyah concept which were once practiced quite widely by Shi’ite community, were fostered by the discriminations and coercions done toward the Shi’ite community during Umayyah and Abbasiyah Dinasty era.

Fourth, the substance of the Pillars of Faith which is believed by Shi’ite community are not in contradiction with the ones believed by The Sunni Muslims, except for its detail explanations.

Fifth, The term “Mushaf” in Shi’ite literatures are mostly meant as texts or pages consisting of interpretations and appreciations, and not the Qur’an it self. Thus it is not right to say that Shi’ite has its own version of the Qur’an.

Sixth, The Methodology of al-Qifari’s critics against Imamiyah Shi’ite’s hadises were done without firstly clarifying them. Using the Sunni’s operational definitions and parameters causes the conclusion misleading, because Imamiyah Shi’ite has their own version of operational definitions and parameters in evaluating hadises (Ushul Hadis) which are not always the same as the Sunni’s. The same goes in understanding the history of the wordings.

(29)

29

The main sources used for this dissertation are the data and references written by Imamiyah Shi’ite clergymen, the classic and the modern ones. The data reading or the analysis were done by comparing between the works written by Classical Shi’ite clergymen and the contemporary Shi’ite clergymen by classifying them into akhbariyin and usuliyin Syi’ah and the different method they use in understanding the texts of the Hadises. To clarify or cross-check the quality of history of the Hadises, this study draws a lot of benefits from the operational definitions or parameters (Ushul) of the Shi’ite’s Hadis which are significantly different from the operational definitions or parameters (Ushul) of the Hadis of the Sunni.

(30)
(31)
(32)
(33)

33

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

ﺀ a ﺫ dh ﻅ z} ﻥ n

ﺏ b ﺭ r ﻉ ‘ ﻩ h

ﺕ t ﺯ z ﻍ gh ﻭ w

ﺙ th ﺱ s ﻑ f ﻱ y

ﺝ j ﺵ sh ﻕ q

ﺡ h} s} k

ﺥ Kh ﺽ d} ل l

ﺩ d ﻁ t} ﻡ m

B. Vokal dan Diftong

Vokal Pendek Vokal panjang Diftong

َــــــ a ﺎــــ a> ﻲَــــ ai

ِــــــ i ﻲـــ i> ﻮَــــ au

ُــــــ u ﻮــــ u> ﺄـــﺑ ba’

C. Kata Sandang, Syaddah dan lainnya

1. Kata sandang لﺍ (alif lam ma‘rifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya al-qamar dan al-nuju>m. Kata sandang al- ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika terdapat di awal kalimat.

2. Syaddah dilambangkan dengan konsonan ganda, misalnya

al-qayyu>m.

3. ya’ nisbah ditulis dengan tanda fokal panjang, seperti ﻱﺩﺍﺩﻐﺒﻟﺍ ditulis al-baghda>di>.

4. Kosa kata Arab yang telah terserap ke dalam bahasa Indonesia

(34)
(35)

35

ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ﷲﺍ ﻢﺴﺑ

KATA PENGANTAR

ﷲ ﺪﻤﳊﺍ

ﻝﻮﻘﻌﻟﺍ ﺭﻮﻧ ﻱﺬﻟﺍ

ﻡﻼﺳﻹﺍ ﻦﻳﺩ ﻱﺪ ﻡﺎﻬﻓﻷﺍﻭ

.

ﺓﻼﺼﻟﺍﻭ

ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ

ﻰﻠﻋ

ﺭﺪﺑ ﺪﻤﳏ ﺎﻧﺪﻴﺳ

ﻡﺎﻤﺘﻟ

ﺡﺎﺒﺼﻣﻭ

ﻡﻼﻈﻟﺍ

ﻡﺎﻧﻷﺍ ﲑﺧ

ﻞﻛ ﻡﺎﻣﺇﻭ

ﻡﺎﻣ

ﻰﻠﻋﻭ

ﻪﻟ

ﻪﺟﺍﻭﺯﺃﻭ ﻪﺑﺎﺤﺻﺃﻭ

ﻡﺎﺣﺰﻟﺍﻭ ﻞﺼﻔﻟﺍ ﻡﻮﻳ ﱃﺇ ﻡﻼﻋﻷﺍ ﻪﻋﺎﺒﺗﺃﻭ

.

Tiada kata yang layak untuk diucapkan selain puji syukur yang tulus dan mendalam yang selalu penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, karena hanya dengan taufiq dan hidayah-Nya, penulis mampu merampungkan disertasi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., para anggota keluarganya, seluruh sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa rampungnya disertasi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak, baik perorangan maupun kelembagaan, dan baik secara moril maupun spirituil. Karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Said Agil Husin al-Munawar, MA. dan Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, yang telah memberikan izin, bantuan, dan kemudahan kepada penulis selama mengikuti pendidikan S-3 di UIN Jakarta, dan juga kepada seluruh jajaran pimpinan UIN Maliki Malang.

(36)

36

dengan baik selama penulis menempuh pendidikan S-3 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Said Abdullah B. Smeer (rahimahulla>h rahmat al-abra>r)), dan juga Ibunda Hj. Luluk Abdullah Sabaya (matta‘analla>h bi t}u>li h}aya>tiha>) yang telah mendidik dan memotifasi serta tidak henti-hentinya memanjatkan doa kehadirat Ilahi Rabbi dalam sujud-sujud malamnya demi kesuksesan anak-anaknya. Demikian pula ucapan terima kasih yang mendalam kepada ibu mertua Hj. Latifah Abdullah Bawazier, dan istri tercinta Hj. Muniroh Said Bawazier, SE., Ak., MM., yang tiada henti-hentinya berdoa dan memotifasi penulis untuk selalu berprestasi, dan juga ananda tersayang , Afaf Zakiyah, Nabilah, dan Usamah bin Zaid, atas kesabaran dan kesetiaan mereka mendampingi penulis selama menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ustadz Habib Ali Umar Habsyi YAPI Bangil, yang telah banyak memberikan peminjaman buku-buku Syi‘ah, informasi referensi dan keterangan materi yang sangat berguna dan membantu dalam proses penyelesaian penulisan disertasi ini, dan juga kakak ipar penulis Bapak Drs. Sofyan Said Bawazier, MBA., sebagai rekan diskusi yang telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat.

Ucapan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah berperan secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah swt. memberikan pahala yang berlipat ganda dan jaza>humulla>h khaira al-jaza>’.

Akhirnya, teriring harapan semoga disertasi ini dapat berguna dan bermanfaat. Amiin.

Jakarta, 14 Sya‘ban 1432 H/16 Juli 2011 Penulis,

(37)

37

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Surat Pernyataan iii

Persetujuan Promotor vi

Persetujuan Tim Penguji ix

Abstarak xxiii

Pedoman Transliterasi xxxiii

Kata Pengantar xxxv

Daftar Isi xxxvii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 12

1. Identifikasi Masalah 12

2. Batasan Masalah 13

3. Rumusan Masalah 13

C. Studi Terdahulu 14

D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian 16

E. Metodologi Penelitian 17

1. Jenis Penelitian 17

2. Sumber Data 18

3. Teknik Pengumpulan Data 20

4. Teknik Analisa Data 21

F. Sistematika Penulisan 23

BAB II. KERANGKA METODOLOGIS KRITIK HADIS 25

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kritik Hadis 25

B. Akar Historis Kritik Hadis 28

1) Kritik Hadis Periode Nabi saw. 28

2) Kritik Hadis Periode Sahabat 30

3) Kritik Hadis Periode Ta>bi’i>n 32

4) Kritik Hadis Periode Ta>bi’ Ta>bi’i>n 33

(38)

38

PERSPEKTIF SYI’AH IMAMIYAH 37

A. Konsep Periwayatan Hadis Perspektif Syi’ah 37

a.Sanad bersambung kepada imam yang ma’sum 38

1) Konsep sanad bersambung 38

2) Konsep imam yang ma’sum 40

b.‘A<dil dan D}a>bit} 47

1) Konsep ‘A<dil 47

2) Konsep D}a>bit 52

B. Diskripsi dan analisis kitab-kitab hadis mu’tamad

di kalangan Syi’ah 53

1. Us}u>l al-Ka>fi> 54

2. man la> yah}d}uru al-faqi>h 59

3. Tahdhi>b 60

4. Al-Ist}ibs}a>r 61

C. Pandangan dan Penilaian ulama Syi’ah

terhadap al-kutub al-arba’ah al-Mu’tamadah 62

BAB IV AL-QIFARI DAN KONSEP PERIWAYATAN

HADIS PERSPEKTIF AHLUSUNNAH 67

A. Tinjauan Riwayat dari Aspek Keaslian Sumber 67

B. Tinjauan Riwayat dari Aspek Kesahihan Sumber 70

a) Konsep Ittis}a>l al-sanad 74

b) Konsep al-Ada>lah 75

c) Konsep al-D{abt} 87

d) Konsep Shudhu>dh (kejanggalan) 88

e) Konsep Illah (cacat hadis) 92

BAB V HADIS-HADIS SYI’AH

DALAM KRITIK AL-QIFARI 97

1. Kritik Hadis-Hadis Syi’ah

Seputar Keotentikan al-Qur’an 97

A. Riwayat Tah}ri>f al-Qur’an 97

B. Analisa atas Kritik al-Qifari 100

2. Hadis-hadis‘Ada>lah al-S}ah}a>bah 115

A. Kritik atas sikap Syi’ah terhadap sahabat 115

(39)

39

C. Dasar penolakan Syi’ah terhadap konsep al-‘Ada>lah 123

3. Hadis-hadis Rukun Iman dalam perspektif Syi’ah 130

4. Hadis-Hadis Imamah 136

A. Abdullah ibn Saba’ dan slogan wasiat Nabi saw. 138

B. Status pengangkatan dan penunjukan imam 139

C. Kedudukan imam setara nabi 144

D. Status maksum bagi imam 145

5. Hadis-Hadis Taqiyah (konsep dan analisa) 152

BAB VI PENUTUP 161

A. Kesimpulan 161

B. Implikasi Penelitian 163

C. Rekomendasi 164

Daftar Pustaka 165

Indeks 177

Glosari 181

(40)

40 BAB

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu perdebatan besar antara Ahlusunnah dan Syi’ah terjadi dalam bidang hadis. Konsep periwayatan hadis yang cenderung berbeda, acap kali memicu perdebatan dan diskusi panjang antara para ulama, baik di kancah nasional maupun manca negara.

Perbincangan seputar dua kelompok besar ini nampaknya tidak pernah reda dari keilmuan para ulama dan peneliti. Tidak sebatas di Indonesia, namun perbincangan dan dialog ini sudah sering didiskusikan di forum internasional dengan dihadiri tokoh-tokoh sunnah dan Syi’ah yang prihatin dengan konflik yang berkepanjangan dalam tubuh umat Islam. Pertemuan ini sendiri bertujuan menggalang per-saudaraan dan menghindari pertikaian, hingga pada akhirnya terbentuk sebuah organisasi yang menjembatani dua kubu guna

menciptakan kerukunan dan persaudaraan.1

1 Di Mesir, pada tahun 1948 telah terbentuk satu organisasi yang bernama

Lajnat al-Taqri>b baina al-Madha>hib (Tim Pendekatan antarmadzhab), yang diketuai oleh Shaykh Mahmud Shaltut, yang saat itu menjabat sebagai pemimpin tertinggi lembaga-lembaga al-Azhar. Dalam sidang dan rapat-rapat yang diadakan oleh organisasi ini, duduklah berdampingan dalam satu majlis ilmu, ulama-ulama aneka madzhab Islam, termasuk di dalamnya Sunni dan Syi’ah, dengan kedua kelompoknya Imamiyah dan Zaidiyah. Mereka juga menerbitkan majalah dengan nama Risa>lah al-Isla>m, namun sayang pada tahun 1946 M majalah ini terhenti setelah enam tahun eksis. Setelah eksis selama enam tahun, organisasi ini akhirnya tidak lagi bergeming, hal itu lebih dikarenakan oleh faktor politik. Kini, upaya pendekatan antarmadzhab mulai dirintis lagi setelah revolusi Iran dan lahirlah Al-Majma’ al-‘A<lami li-al-Taqrb baina al-Madha>hib, dengan tujuan yang sama serta diikuti pula oleh banyak ulama dari kelompok Sunnah. Dalam bulan Januari 2007 yang lalu, telah dilakukan sidang-sidang yang diadakan di Qatar dengan mengundang perwakilan dari beberapa negara termasuk Indonesia. Lalu dilanjutkan dengan pertemuan ulama Sunnah dan Syi’ah di Dauhah Qatar pada Oktober 2008 dengan agenda utama usaha untuk meminimalisir konflik pemikiran antar madzhab dan usaha pendekatan yang lebih intensif khususnya di kalangan Sunnah-Syi’ah dengan tujuan untuk mengokohkan persatuan umat. M. Quraish Shihab,

Sunnah-Syiah Bergadengan Tangan! Mungkinkah? (Tangerang: Lentera Hati, cet. III. 1428

(41)

41

Di Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh Azyumardi Azra2

bahwa kajian tentang Syi’ah di Indonesia telah dilakukan oleh banyak ahli dan pengamat sejarah, seperti Hamka, Baroroh Baried, M. Yunus Jamil dan A. Hasymi. Dua yang terakhir, -masih kata beliau- berargumen bahwa Syi’ah pernah menjadi kekuatan politik yang tangguh di Nusantara. Keduanya mengatakan bahwa kekuatan politik Sunni dan Syi’ah terlibat dalam pergumulan dan pertarungan untuk memperebutkan kekuasaan di Nusantara sejak awal-awal masa penyebaran Islam di kawasan ini.

Perdebatan antara Ahlusunnahdan Syi’ah, sebenarnya memiliki

akar yang cukup dalam jika dipandang dari fakta sejarah. Perdebatan

dan perselisihan ini –dapat dikatakan- muncul bersamaan dengan

munculnya paham Syi’ah itu sendiri. Bahkan muncul sosok aktor yang

diklaim sebagai pelopor muculnya paham Syiah.3

Pada masa imam Syafi’i> (150-198 H), beliau pernah menyinggung masalah kelompok Rafidhah dalam salah satu bait syairnya saat beliau dituduh bermadzhab Syi’ah karena kecintaan beliau kepada Ahlulbait. Beliau mengatakan:

ﺪﻤﳏ ﻝﺁ ﺐﺣ ﺎﻀﻓﺭ ﻥﺎﻛ ﻥﺇ

ﻲﻀﻓﺍﺭ ﱐﺃ ﻥﻼﻘﺜﻟﺍ ﺪﻬﺸﻴﻠﻓ

4

Perdebatan akan akar dan benih munculnya Syi’ah hingga kini

belum ditemukan titik sepakat antara dua kubu yang berseteru,5 dan

2 Azyumardi Azra, “Syiah di Indonesia: Antara Mitos dan Realita”, dalam

Jurnal Ulumul Qur’an, no. 4, Vol. VI, tahun 1995.

3 Jika ditelusuri dari buku-buku karya ulama Syi’ah, akan didapatkan

kesimpu-lan bahwa Syi’ah muncul bersamaan dengan masa kenabian, sebagaimana diungkapkan oleh Kashif al-Ghit}a>’, As}l al-Shi>‘ah wa-Us}u>luha>, 184-187, demikian pula Ja’far al S}ubh}a>ni>, Ad}wa>’ ‘ala> ‘Aqa>id al-Shi>‘ah al-Ima>miyah, h. 19-20. Namun jika ditelusuri dari karya-karya ulama Sunni akan didapatkan kesimpulan yang hampir sepakat di antara mereka bahwa faham Syi’ah muncul dari benih seorang Yahudi yaitu Abdullah bin Saba’. Lihat misalnya Na>s}ir al-Qifa>ri>, Us}u>l Madhhab al-Shi>‘ahal-Ima>miyah al-Ithna>‘ashariyah, 78. Ibrahim bin Ali al-Rah}ili>, Al-Intis}a>r li-al-As}h}a>b wa-A>l min Iftira>a>t al-Sama>wi> al-D}a>l, 6; Mamdu>h} Farh}a>n al-Buh}airi>, al-Shi>‘ah Minhum ‘Alaihim, 19.

4 Shah Adul Aziz Ghula>m Ha>kim al-Dahlawi>, Mukhtas}ar Tuh}fat

al-Ithna>‘ashariyah (Dammam: ibn Jauzi. 1979), 8.

5 Terdapat beberapa pendapat berkaitan dengan awal lahirnya sekte Syi’ah.

Diantaranya, ada yang berpendapat bahwa tashayyu‘'/Syi'ah adalah madzhab pertama yang tumbuh dalam Islam, dan telah muncul pada masa Rasulullah Saw., dan nama Syi'ah adalah nama sekte pertama yang timbul dalam Islam. Pendapat seperti itu tampak pada M.H. T{abat{aba>'i>, Shi’te Islam, edisi bahasa Indonesia Islam

(42)

l-42

hingga kini perselisihan dan perseteruan ini nampaknya masih berlanjut dan mungkin akan terus berlanjut dengan sekup yang makin meluas.

Sekalipun banyak harapan agar fenomena perdebatan dua kelompok ini dapat segera berhenti dan diharapkan tidak ada lagi perbincangan Sunnah versus Syi’ah, namun kenyataannya hal itu

hanya sebatas isapan jempol belaka.6

Sebagai bukti kongkrit bahwa perbincangan Sunnah Syi’ah masih eksis hingga sekarang, munculnya karya-karya yang bertaraf nasional maupun internasional yang bertemakan usaha–usaha mempersatukan dua kubu yang hingga kini masih nampak berseteru. Di antaranya: al-Fus}u>l al-Muhimmah fi> Ta’li>fi al-Ummah7, Fiqhiyya>t

Baina al-Sunnah wa-al-Shi>‘ah,8 Sunnah Syi’ah Bergandengan

Tangan! Mungkinkah?9

Shi>‘ah fi> al-Mi>za>n (Beirut: al-Ji>l, 1989), 24. Muhammad Husain al-Ka>shif al-Ghit}a> , As}l al-Shi>‘ah wa-Us}u>luha> (Bairut: Muassasah al-‘A<lamiyah al-Mat}bu>‘ah, 1413 H/1993 M), 116. Bahkan, sebagian ulama Syi'ah seperti al-Ka>shif al-Ghit}a> malah mengatakan bahwa adalah Rasulullah Saw. sendiri yang telah menanamkan akar Syi'ah.

Pendapat kedua mengatakan bahwa jika yang dimaksud adalah Syi'ah dalam pengertian terminologis, maka ia baru timbul pasca kepemimpinan 'Ali kw. dalam rentang waktu yang cukup panjang. Pendapat ini tampak pada penulis-penulis non-Syi'ah. Terutama Mu'tazilah, mereka mengatakan bahwa Syi'ah yang dikenal sekarang ini baru timbul pada masa Imam Ja'far S}a>diq (80-148H/599M-765M). Melihat data-data yang ada, kedua pendapat di atas dapat digabungkan menjadi satu kesimpulan: Bahwa jika yang dimaksud dengan terma Syi'ah adalah sekadar fenomena keinginan sebagian orang untuk mengangkat 'Ali kw. sebagai khalifah, maka betul ia adalah mazhab pertama yang dikenal dalam sejarah Islam dan telah tumbuh pada masa akhir hidup Rasulullah Saw. dan awal kekhalifahan Abu Bakar ra. Namun, jika yang dimaksud dengan terma Syi'ah adalah sebuah mazhab besar dengan segala teori, pendapat dan perjalanan historisnya, maka ia baru timbul pada penghujung masa 'Uthman ra, dan awal masa 'Ali kw.

6 Haidar Bagir, “Syi’ah versus Sunnah: Biarlah Menjadi Sejarah Masa

Lampau”, Jurnal Ulumul Qur’an, no. 4, Vol. VI, tahun 1995.

7 Abdul Husain Sharafuddin al-Mu>sawi> (Najaf: Al-Nu’man, Cet.IV 1967). 8 ‘Atif Sala>m, Fiqhiyya>t Baina al-Sunnah wa-al-Shi>‘ah (Qum: Barna>mij

al-Mu‘jam al-‘Aqa>idi>, 1422 H/2001 M)

9 M. Quraish Shihab, Sunnah Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah

(43)

43

Adapun buku-buku yang berisi perdebatan dan bantahan atas tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh salah satu kelompok pada kelompok lain, di antaranya: As}l al-Shi>‘ah wa Us}u>luha>,10 al-Shi>‘ah fi> Aqa>’idihim wa-Ah}ka>mihim,11 al-Mura>ja-‘a>t,12 al-Shi>‘ah: Shubuha>t

wa-Rudu>d,13 Adillah Ba>hirah ‘ala> nafyi Baghd}a>’ baina

al-S}ah}a>bah wa-al-‘It}rah al-T}a>hirah.14 Mukhtas}ar al-Tuh}fah al-Ithna>’ashariyah.15

Sekalipun buku-buku ini sebagiannya terbit tahun delapan puluhan, namun hingga kini buku-buku tersebut masih sering dijadikan sebagai rujukan utama oleh kedua belah pihak dalam kajian-kajian mereka.

Lebih dari itu, di kalangan para akademisi, kajian dan penelitian ilmiah seputar Syi’ah juga masih sering dilakukan. Disertasi terakhir dalam tema ini ditulis oleh H. M. Attamimy dengan judul ”Habib

Husein Al-Habsyi dan Perannya dalam Perkembangan Syi’ah di

Bangil16, Muhammad Baharun tahun 2006 di IAIN Sunan Ampel

Surabaya, dengan judul Tipologi Pemahaman Doktrin Syi’ah di Jawa

Timur, dan tesis dengan judul Konsep Hadis Shahih menurut Sunni da Syi’i, ditulis oleh Fadhlullah Muh. Said, UIN Jakarta, 2004. Sebelumnya, Nashir bin Abdullah bin Ali al-Qifa>ri> tahun 1994 di Universitas Imam Muhammad ibn Sa’ud al-Islamiyah dengan judul

Us}u>l Madhhab al-Shi>‘ah al-Ithna>‘ashariyah.

bahwa perdebatan seputar topik ini nampaknya masih menarik untuk diperbincangkan.

10 Muhammad Husain al-Ka>shif al-Ghit}a>’. As}l al-Shi>‘ah wa Us}u>luha>, Buku

ini berbicara tentang sejarah munculnya Syi’ah dan beberapa prinsip ajaran Syi’ah seperti imamah, ‘adl, dan al-bada’ serta beberapa hal yang terkait dengan al-ah}}wa>l al- shakhs}iyah.

11 Sayyid Amir Muhammad al-Kadzimi> al-Quzwaini>, al-Shi>‘ah fi> Aqa>’idihim

wa-Ah}ka>mihim, 1987.

12 Abdul Husain Sharafuddin al-Musawi>, Bagdad, 1982. Buku ini berisi

tentang prinsip-prinsip ajaran syi’ah dan beberapa usaha untuk meluruskan beberapa pemahaman seputar ajaran Syi’ah yang dinilai kurang tepat.

13 Makarim al-Shirazi>, al-Mura>ja-‘a>t (Qum: Sulaimanazadah. 2006)

14 Umar Abdullah Kamil, Adillah Ba>hirah ‘ala> nafyi Baghd}a>’ baina

al-S}ah}a>bah wa-al-‘It}rah al-T}a>hirah (Oman: Da>r al-Ra>zi>. 2007)

15 Shah Adul Aziz Ghula>m Ha>kim al-Dahlawi>, Mukhtas}ar al-Tuh}fah

al-Ithna>‘ashariyah (Dammam: ibn Jauzi. 1979)

16 Telah diujikan dan dinyatakan lulus pada bulan April 2009 di UIN Sunan

(44)

44

Dengan melihat banyaknya karya-karya yang muncul, nampaknya penelitian tentang Sunnah Syi’ah masih layak untuk dikaji, namun bukan pada tataran mencari mana yang benar dan mana yang salah, dan bukan juga mencari persamaan dan perbedaan, karena keduanya sudah jelas memiliki perbedaan dan persamaan, namun yang lebih bijak adalah dengan mengkaji ajaran-ajaran mereka sesuai dengan kaidah yang mereka miliki dengan meletakkan sudut pandang yang benar dalam melihat dan menilai satu kelompok tersebut secara ilmiah tanpa didorong oleh fanatisme dan tendensi tertentu.

Banyak kesalahfahaman yang terjadi antara kelompok Sunnah dan Syi’ah pada saat melakukan kajian. Kesalahan tersebut lebih dikarena-kan oleh metodologi yang kurang tepat dalam mencermati Syi’ah, atau faktor pandangan yang kabur dalam melihat masalah yang sebenarnya, atau menjeneralisir satu kesalahan untuk semua kelompok serta kurang jeli dalam membedakan antara sekte yang satu

dengan sekte yang lain17, terutama dalam aliran Syi’ah yang memiliki

sekian banyak sekte.18

Dikatakan oleh Hasan Ma’tuq, bahwa:

ﱵﻟﺍ ﺭﻮﻣﻷﺍ ﻦﻣ

ﲑﺜﻛ ﰲ ﻉﻮﻗﻮﻟﺍﻭ ﻂﻠﳋﺍﻭ ﻂﺒﺨﺘﻟﺍ ﱃﺇ ﺕﺩﺃ

ﻡﺪﻋ ﺕﺎﻫﺎﺒﺘﺷﻹﺍ ﻦﻣ

ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ ﻕﺮﻔﻟﺍ ﲔﺑ ﻖﻴﻗﺪﻟﺍ ﺰﻴﻴﻤﺘﻟﺍ

ﺔﻴﻬﻘﻔﻟﺍﻭ ﺔﻳﺩﺎﻘﺘﻋﻹﺍ ﻕﺮﻔﻟﺍ ﲔﺑ ﻖﻳﺮﻔﺘﻟﺍ ﻡﺪﻋﻭ ،

ﺎﻫﲑﻏﻭ

19

.

17 Seperti nampak dalam Umar Abdullah Kamil, al-Adillah al-Ba>hirah ’ ala>

nafyi al-baghd}a>’ baina al-S}aha>bah wa-al-‘It}rah al-T}a>hirah (Oman: Da>r al-Ra>zi>, 1428 H/2007 M). “Membedah Syi’ah” Sabili, No.5 Th. XIII 22 September 2005/18 Sya’ban 1426.

18 Jumlah sekte dalam Syi’ah menurut al-Baghda>di> (w. 429 H) amatlah

banyak, namun secara umum mereka terbagi menjadi empat kelompok besar, dan masing-masing dari kelompok tersebut terbagi pula menjadi beberapa kelompok kecil. Hanya dua kelopok di antara mereka yang dapat dimasukkan ke dalam golongan umat Islam, yaitu Zaidiyah dan Imamiyah, al-farqu baina al firaq (Bairut: Da>r al-Ji>l, 1987) 21. Sedangkan menurut Muhammad abu Zahrah bahwa kelompok Syi’ah yang keluar dari ajaran Islam kini telah punah dan tidak ada lagi pengikutnya, Ta>ri>kh al-Madha>hib al-Isla>miyah (Kairo: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, tth.) 44. Secara umum mereka dinamai Ghula>t (kelompok ekstrim). Kolompok Syi’ah secara rinci akan dibahas dalam bab berikutnya beserta klasifikasi tipenya.

19 Ha>shim Ma’ru>f al-H{asani>, Al-Ins}a>f fi> Masa>’il al-Khila>f (Qum: Shabakah

(45)

45

Hal ini dibenarkan pula oleh Haidar Baqir saat menyinggung tentang banyaknya sekte-sekte dalam Syi’ah hingga sulit untuk mengatakan bahwa Syi’ah itu benar atau salah tanpa merinci sekte mana yang dimaksud. Beliau mengatakan: “Ada Syi’ah Itsna’asyariyah yang tradisional (messianistik, yang ritualistik), tapi ada juga yang modernis-progresif. Ada yang serba religius dan mistis, ada yang sosialis-transformatif, bahkan agak “Wahhabi”. Dan masih tak terhitung lagi pengelompokan yang berdasar pada berbagai faktor lain.

Belum Lagi jika kita masukkan sekte-sekte yang ditolak oleh

mainstream Syi’ah, lebih-lebih pendapat-pendapat individual yang entah menyebal dari yang lazim atau malah samasekali dianggap keliru oleh mereka sendiri.20

Syekh Muhammad Ka>shif al-Ghit}a>’ mengemukakan: “Kesalahan yang merupakan musibah yang terjadi menyangkut pandangan keliru terhadap Syi’ah adalah karena para penulis tentang Syi’ah itu, pada

umumnya merujuk kepada ibnu Khaldn yang menulis di Afrika sana

(Tunis) dan ujung bagian Barat (Magrib) menyangkut Syi’ah yang ada di Irak dan di ujung Timur atau menukil dari Ahmad bin Abdurabbuh yang berasal dari Andalus (kini Spanyol) dan orang-orang semacam mereka.... Adapun merujuk kepada kitab yang ditulis ulama Syi’ah, maka itu tidak pernah terlintas dalam benak salah seorang di antara penulis-penulis tentang Syi’ah.”21

Dengan memperhatikan beragamnya sekte dalam satu aliran, sulit bagi kita untuk mengatakan bahwa aliran tersebut benar atau salah tanpa merinci lebih jauh sekta mana yang dimaksud, terlebih aliran Syi’ah yang memiliki sekian banyak sekte sebagaimana disebut di atas.

Namun ironisnya, mayoritas penulis Ahlusunnah yang menulis

dan mengkaji tentang Syi’ah hampir sepakat dengan kesimpulan besar bahwa Syi’ah adalah kelompok yang menyimpang, tanpa merinci sekte mana yang dimaksud, dan hal itu didasarkan pada teks-teks ajarannya yang menginformasikan makna tersebut.

20 Haidar Bagir, “Syi’ah Versus Sunnah: Biarlah Menjadi Sejarah Masa

Lampau. Jurnal Ulumul Qur’an, no. 4, Vol. VI, tahun 1995.

21 Muh}ammad H}usein Ka>shif al-Ghit}a>’, As}l al-Shi>’ah wa-Us}u>luha> (Bairut:

(46)

46

Melihat kondisi ini, keprihatinan mulai muncul, terlebih saat mendapatkan beberapa tulisan atapun penelitian tentang Syi’ah yang tidak objektif dalam melihat perbedaan-perbedaan tersebut, sehingga menghasilkan kesimpulan yang bias dan sulit untuk diterima kebenaran-nya.22

Banyaknya kesimpulan yang bias ini, secara langsung mendorong adanya penelitian yang tepat dan objektif yang bertumpu pada meto-dologi yang kredibel serta kaidah yang diyakini kebenarannya oleh masing-masing kelompok guna mendapatkan pemahaman dan kesimpulan yang tepat dan juga ilmiah.

Dalam penelitian yang akan dilakukan adalah mencermati sejauh mana ketepatan metodologi kritik yang dilakukan oleh para peneliti

dari kelompok Ahlusunnah terhadap kolompok Syi’ah sebagaimana

tercermin dalam buku-buku yang banyak diterbitkan oleh kelompok Ahlusunnah.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, penilaian para penulis

Ahlusunnah terhadap hadis-hadis yang terdapat dalam kitab karya

ulama-ulama Syi’ah perlu untuk diuji kembali kebenarannya.23 Hal itu

dikarenakan adanya beberapa kemungkinan, pertama, hadis-hadis

Syi’ah yang dikritik oleh kelompok Ahlusunnah merupakan hadis

yang dinilai bermasalah oleh kalangan Syi’ah sendiri; kedua,

hadis-hadis tersebut bersumber dari kelompok sempalan Syi’ah; ketiga,

kesimpulan yang terdapat dalam buku-buku Syi’ah merupakan pendapat individu yang tidak mewakili kelompok mayoritas ajaran Syi’ah, yang kemudian difahami oleh para pengkritiknya sebagai ajaran Syi’ah secara utuh; keempat, kesimpulan yang difahami oleh

Ahlusunnah dari teks-teks Syi’ah bisa jadi berbeda maksudnya

dengan apa yang dipahami oleh ulama Syi’ah.24

22 Dapat dilihat misalnya pada situs http://www.islamicweb.com/arabic/shia/.

Dalam situs ini terdapat berbagaimacam artikel yang berisi kritikan, tuduhan dan bantahan terhadap tuduhan-tuduhan Syi’ah atas Ahlusunnah.

23 Pengertian hadis dalam mainstream Syi’ah adalah: hadis yang bersambung

sanadnya kepada orang yang maksum, diriwayatkan oleh orang yang adil dari kelompok Imamiyah dari orang yang sepertinya dalam seluruh tingkatan sanad. Al-‘Askari>, Ma’a>lim al-Madrasatain (Teheran Muassasah al-Bi’thah, 1407 H)

24 Perbedaan internal di kalangan Syi’ah sendiri amatlah kaya. Syi’ah bukan

(47)

47

Dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan di atas,

maka kesimpulan yang dibangun oleh penulis Ahlusunnahperlu dikaji

kembali dan dibuktikan kebenarannya dengan cara menelusuri eksistensi dan validitas hadis-hadis yang dikritik melalui kitab-kitab standart Syi’ah dan kaidah periwayatan hadis versi Syi’ah serta pendapat para ulama Syi’ah akan makna dari hadis-hadis tersebut beserta kedudukannya sebagaimana tertera dalam kitab-kitab mereka. Hal ini penting untuk dilakukan tidak sebatas untuk mengetahui eksistensi hadis dan makna yang sebenarnya sebagaimana tertuang dalam teks yang dikaji, namun juga penting untuk mengetahui secara tepat teks-teks tersebut milik kelompok yang mana dari sekte Syi’ah, serta untuk memperjelas antara ajaran murni yang disepakati dan pendapat individu yang diperselisihkan.

Namun, bukan berarti bahwa penelitian ini akan membuktikan

bahwa semua kesimpulan Ahlusunnah itu salah dalam memandang

Syi’ah, bisa jadi malah sebaliknya, yaitu semakin mempertegas

kebenaraan dari kesimpulan Ahlusunnahtentang Syi’ah selama ini.

Syi’ah yang memiliki kaidah-kaidah tersendiri dalam proses penerimaan hadis tentu tidak bisa disamakan dengan Ahlusunnah yang juga memiliki metodologi tersendiri dalam penerimaan hadis.25

Us}u>l al-hadi>th Syi’ah memiliki perbedaan yang cukup signifikan bila dibanding dengan Us}u>l al-hadi>th Ahlusunnah. Mereka tidak menerima hadis kecuali yang bersumber dari a`immah.26

Dalam tataran ini, penghampiran teologis terhadap konsep-konsep Syi'ah nampak makin mengental. Di sini, kita memang dituntut untuk lebih banyak lagi mencurahkan perhatian dan energi. Karena konsep-konsep ilmu hadis Syi’ah berlainan atau malah dalam beberapa segi, berseberangan dengan konsep hadis dalam wacana keilmuan Ahlusunnah. Oleh karena itu, pada sub-judul yang akan datang peneliti akan memberikan perhatian khusus pada kajian hadis dalam wacana keilmuan Syi’ah.

“Syi’ah Versus Sunnah: Biarlah Menjadi Sejarah Masa Lampau”. Jurnal Ulumul Qur’an, no. 4, Vol. VI, tahun 1995

25 Lihat misalnya dalam Muhammad Ali al Hasan, Dirasat fi> ‘Aqa>id al-Shi>’ah

al Ima>miyah (Beirut, 1989) 360. Husein al-Ka>shif Ghit}a>, As}l al-Shi>‘ah wa-Us}u>luha> (Bairut: Muassasah al-A<lamiyah al-Mat}bu>’ah, 1413 H/1993 M), 145.

26 Ja’far Subh}a>ni>, Us}u>l al-H}adi>th wa-Ah}ka>muhu fi al-Îlmi al-Dira>yah (Qom:

(48)

48

Dengan konsep kepemimpinan yang eksklusif, golongan ini hanya menerima hadis yang diriwayatkan dari para imam ma’s}u>m.27

Dalam kenyataannya, kaum Syi’ah merupakan madzhab utama dalam Islam, yang secara doktrinal berbeda dari kalangan ortodoks muslim,

ternyata memiliki kumpulan hadis yang sama sekali berbeda.28

Sumber hadis bukan saja sebatas dari ucapan dan perbuatan Nabi, tetapi mencakup seluruh ucapan dan prilaku para Imam ma’s}u>m, termasuk ucapan Fatimah binti Muhammad, karena masuk dalam

khita>b ahl al-bait Nabi yang dijamin kesuciannya oleh wahyu.29

Perbedaan kriteria ini pada gilirannya memicu perbedaan dalam menentukan status hadis dan pembagiannya, dari mulai yang shahih

hingga yang dha’if. Shahih dalam pandangan Ahlusunnah juga

berbeda dengan shahih dalam pandangan Syi’ah.

Dengan perbedaan us}u>l al-hadi>th yang sangat signifikan seperti ini, nampaknya tidak akan pernah bisa menghasilkan kesimpulan yang objektif jika kelompok Syi’ah didekati dan dikaji dengan pendekatan kaidah us}u>l al-hadi>th Ahlusunnah. Demikian pula sebaliknya, kelompok Syi’ah tidak akan pernah menghasilkan kesimpulan yang

benar tentang Ahlusunnah jika proses pengkajiannya menggunakan

sudut pandang dan kaca mata Syi’ah.

Kesalahan metodologis kerap kali menyebabkan seorang peneliti gagal dalam menemukan kebenaran. Kesalahan metodologis ini, berimplikasi pada hasil dan temuan yang akan disimpulkan. Kredibilitas serta validitas hasil temuan akan selalu dipermasalahkan atau mungkin akan sulit untuk dipertanggung jawabkan.

Jika terus dilakukan penelitian dengan model yang telah berjalan selama ini, maka tidak menutup kemungkinan akan menciptakan perselisihan dan perpecahan serta memicu terciptanya jurang pemisah yang semakin besar antara dua kelompok tersebut, serta sulitnya mendapatkan titik temu yang diharapkan. Lebih-lebih jika proses penelitian itu cenderung subjektif dan tendensius serta tanpa

27 Berangkat dari doktrin yang didasarkan pada hadis thaqalain bahwa para

Imam dari keluarga Nabi tidak dapat dipisahkan dari al-Qur’an, sehingga secara prerogratif menjadi pewaris sah dalam kepemimpinan umat dan spiritual. Sayyid Muhammad Ridha Husain, Tadwi>n al-Sunnah al-Shari>fah (Libanon: Da>r al-Ha>di>,1413 H), 119.

(49)

49

mengenal toleransi, atau bahkan klaim sebelumnya bahwa sekte yang akan diteliti tersebut adalah sekte yang menyimpang.

Padahal, seorang peneliti semestinya menempatkan aliran-aliran Islam pada jarak yang sama secara kritis, tanpa ada pretensi untuk membenarkan suatu pandangan yang dominan. Jika seorang ilmuwan telah terlibat dalam pembenaran salah satu klaim, maka ia tidak lagi berposisi sebagai ilmuwan, melainkan sebagai seorang yang partisipan.30

Sekali lagi, bahwa titik temu akan semakin sulit untuk dicapai jika masing-masing menggunakan sudut pandang dan barometer yang

diklaim kebenarannya secara sepihak. Ahlusunnah menilai bahwa

kaidah-kaidah yang mereka miliki dalam kaitannya dengan proses penerimaan hadis dan penilaian terhadap sebuah hadis sudah benar dan tepat. Sementara di sisi lain, Syi’ah yang juga memiliki kaidah-kaidah yang berkaitan dengan proses penerimaan dan penilaian tehadap hadis menilai bahwa kaidah-kaidah merekalah yang benar dan tepat.

Dengan melihat kondisi penelitian sunnah syi’ah yang berjalan selama ini dan dengan memperhatikan kesimpulan serta dampak yang memprihatinkan yang ditimbulkan dari penelitian-penelitian tersebut, maka dirasa penting untuk dilakukan penelitian dan kajian yang berbeda dari apa yang berjalan selama ini.

Pentingnya dilakukan penelitian ini dengan beberapa alasan

metodologis: pertama, penelitian yang berjalan selama ini tidak

berusaha untuk mengklasifikasikan kualitas hadis-hadis yang diteliti. Sehingga argumen yang disajikan nampak kurang relefan dengan kenyataannya, akibat campur aduk antara hadis yang shahih dengan hadis yang tidak shahih, atau paling tidak, yang dinilai bermasalah

oleh kalangan Syi’ah sendiri. Kedua, tidak mengindahkan

kaidah-kaidah us}u>l al-hadi>th dalam mainstream Syi’ah yang secara signifikan berbeda dengan us}u>l al-hadi>th di kalangan Ahlusunnah. Ketiga, terdapat interpretasi sepihak terhadap teks-teks hadis yang dikaji. Bagaimana bisa benar, jika hadis riwayat Syi’ah disharahkan oleh

Ahlusunnah dengan mainstream Ahlusunnah. Keempat, hasil temuan

tidak ditindaklanjuti dengan bentuk klarifikasi yang serius, sehingga menimbulkan kesimpulan dan pemahaman yang bias.

30 Arkoun, al-Fikr al-Isla>mi>, Naqd wa-Ija>dah (London: Da>r al-Sa>qi>, 1990),

(50)

50

Dengan alasan-alasan tersebut di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang Syi’ah dengan langkah dan metode yang berbeda dari peneliti sebelumnya. Bukan hadis-hadis Syi’ah yang akan dikaji

dengan mainstream Ahlusunnah, namun peneliti mencoba untuk

memahami hadis-hadis Syi’ah yang dikritik oleh Ahlusunnah dengan

menggunakan mainstream Syi’ah. Hal ini dilakukan karena selama ini

penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Ahlusunnah dinilai kurang objektif karena tidak berusaha untuk melakukan klarifikasi atas

pemahaman teks tersebut.31 Dengan penelitian semacam ini,

diharapkan dapat menemu-kan teori baru, metodologi baru atau pendekatan baru yang lebih objektif dalam mengkaji suatu sekte atau ideologi kelompok tertentu.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek kajian sebuah disertasi yang telah dicetak menjadi buku dengan judul Us}u>l al-Madhhab al-Shi>‘ah al-Ima>miyah al-Ithna>‘ashariyah; ‘ard} wa-naqd, yang ditulis oleh Nashir bin Abdullah bin Ali al-Qifa>ri> dari Saudi Arabia pada tahun 1993 dan telah diujikan di al-Ja>mi’ah al-Ima>m Muh}ammad bin Sau>d al-Isla>miyah fakultas Aqidah dan telah dinyatakan lulus dengan yudisium al-Sharaf al-U<la.32

Secara garis besar, buku ini membahas tentang: ajaran Syi’ah secara utuh, mulai dari keyakinan Syi’ah terhadap sumber-sumber hukum Islam; al Qur’an, hadis dan ijma. Bab berikutnya berkaitan dengan us}u>l al-di>n; tauhid dengan berbagai aspeknya. Pada bab III tentang keyakinan us}u>l al-madhhab, antara lain: al-‘is}mah, al-taqiyah, al-Mahdi>, dan al-bida’. Kemudian diakhiri dengan karya-karya ulama Syi’ah klasik dan korelasinya dengan karya ulama kontemporer dan ditutup dengan pernyataan tentang status Syi’ah dalam pandangan Islam serta dampaknya di dunia Islam.

Buku atau disertasi ini memberikan kesimpulan bahwa, ada sekian banyak perbedaan yang sangat signifikan antara faham

31 Objektif adalah pengkaji yang dapat melaporkan suatu penemuan

berdasarkan data yang diperoleh dan berdasarkan kefahaman yang jitu terhadap suatu perkara tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak bersifat akademik. http://sampangmangazou.blogspot.com/2008/10/objektif-dalam-penyelidikan.html. (diakses pada juli 16, 2009)

32 Setelah dinyatakan lulus, disertasi ini kemudian dicetak –sebagaimana

(51)

51

Ahlusunnahdan Syi’ah, khususnya dalam menilai masalah ushul, dan

perbedaan yang terdapat pada ajaran madzhab Syi’ah cenderung menyimpang dan keluar dari koridor Islam.

Secara spesifik, disertasi ini dipilih dengan alasan: 1) Disertasi ini berbicara tentang sekte Syi’ah secara universal. Sebagaimana

disampaikan oleh penulisnya dalam muqaddimahnya, “saya

menyadari, bahwa penelitian yang saya lakukan ini cukuplah berat, karena kami akan meneliti sebuah agama (baca:keyakinan) secara utuh dan bukan sebuah buku kecil.”33 2) Banyak dijadikan rujukan oleh para peneliti yang hendak mengkaji tentang Syi’ah. 3) Ketokohan penulisnya, beliau adalah dekan fakultas Akidah Universitas al-Qa>s}im dan anggota senat di perguruan tinggi tersebut. Memiliki banyak karya tulis, baik yang bernuansakan Syi’ah maupun tema-tema yang lain,34 serta seorang aktifis yang produktif yang telah memberikan banyak sumbangan keilmuan di berbagai bidang, khususnya di Saudi Arabiyah. 4) Disertasi ini merupakan kelanjutan

dari tesis beliau yang juga bertemakan Syi’ah, dengan judul Fikrah

al-Taqri>b baina Ahl al-Sunnah wa-al-Shi>‘ah, sehingga proses penulisan disertasi ini telah melalui penelitian dan kajian yang cukup panjang.

Alasan mengapa penulis memilih disertasi sebagai objek kajian, karena disertasi adalah satu penelitian yang dilakukan dengan tahapan-tahapan yang begitu ketat, dengan prosedur ilmiah dan sudah diujikan di hadapan para penguji serta diakui kebenaran hasilnya.

Adapun ketertarikan penulis meneliti madzhab Shi’ah

al-Ithna>’ashariyah, dikarenakan: 1) Ithna>’ashariyah merupakan sekte

Syi’ah yang terbesar dan masih eksis hingga sekarang.35 2) Memiliki

33 Nashir Abdullah al-Qifari, Us}u>l Madhhab Shi>‘ah Ima>miyah

al-Ithna>’ashariyah, 8

34 Beberapa judul buku yang beliau tulis di antaranya: Us}u>l Madhhab

al-Shi>’ah (tiga jilid), Muqaddimah fi> al-I’tiqa>d, Muqaddimah fi> al-Milal wa-al-Nih}al, Nawa>qid} Tauh}i>d Asma>’ wa-S}ifa>t, Bid’ah Ma>liyah ‘inda Shi>’ah al-Ima>miyah.

35 Sekte ini disebut juga dengan Imamiyah atau Ja’fariyah. Sekarang ini jika

(52)

52

khizanah intelektual yang kaya dan didukung dengan karya-karya ilmiah yang begitu banyak, baik yang klasik maupun yang kontemporer.36 3) Seringnya terjadi gesekan dan benturan dengan kelompok Ahlusunnah, karena adanya keyakinan yang dinilai berbeda antar keduanya. 4) memiliki konsen dan motifasi yang tinggi untuk

menyebarkan pemikiran madzhabnya ke berbagai negara Islam.37 5.

Satu-satunya sekte Syi’ah yang selalu berusaha untuk melakukan langkah-langkah taqri>b dengan Ahlusunnah, sehingga terbentuklah beberapa organisasi yang bertujuan untuk merealisasikan persatuan dan persaudaraan antar keduanya.38

Berdasarkan butir-butir pemikiran yang tersaji di muka, maka diketahui bahwa penelitian tentang kredibilitas kritik Ahlusunnah terhadap hadis-hadis Shi’ah Ithna>’asyariyah penting dan menarik untuk dilakukan dalam tataran studi hadis guna melihat seberapa jauh ketepatan kritik-kritik tersebut.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah.

Dari latar belakang di atas, banyak hal yang terkait dan juga menarik untuk dikaji dan diteliti. Mulai dari aspek kualitas hadis, proses periwayatan, metode kritik, faktor pemicu munculnya kritik dan lain sebagainya. Dari beberapa hal tersebut, akan muncul pula banyak permasalahan yang tidak kalah pentingnya untuk dikaji, misalnya tentang tema apa saja yang dikritik oleh al-Qifa>ri>? bagaimana kualitias hadis-hadis yang dikritik? apakah yang melatarbelakangi munculnya kritik tersebut? Mengapa hadis-hadis

Shi>’ah Ithna>’ashariyah dipermasalahkan? Bagaimana konsep

periwayatan hadis dalam sekte Shi’ah Ithna>’ashariyah? Metode

apakah yang digunakan dalam mengkritik hadis-hadis kelompok Syi’ah? Bagaimana pandangan para ulama akan krtitik al-Qifa>ri>?

36 Syi’ah Itsna>’asyariyah memiliki literatur-literatur yang banyak dalam

berbagai disiplin ilmu agama, Tafsir, Hadis, Ulumul Qur’an, Ushul Fiqh, Fiqh dan lain sebagainya, sehingga melalui buku-buku itu kita dapat mengetahui gambaran yang jelas tentang ajaran-ajarannya. Husein Muhammad al Kaff, Sunnah-Syi’ah, Mestikah Bertikai?, 31

37 al-Qifari, Us}u>l Madhhab al-Shi>’ah al-Ima>miyah al-Ihtna>’ashariyah, 9..

Disertasi Muhammad Baharun, Tipologi Pemahaman Doktrin Syi’ah di Jawa Timur, 14.

(53)

53

bagaimana dampak sosial yang ditimbulkan akibat dari kritik tersebut?

2. Batasan Masalah

Karena begitu banyak permasalahan yang dapat dikaji, maka penelitian ini dibatasi pada kritik Nashir al-Qifa>ri> terhadap hadis-hadis Syi’ah Imamiyah yang meliputi kualitas hadis-hadis yang dikritik, konsep yang digunakan serta kredibilitas kritik tersebut jika dipandang dari kaca mata Syi’ah Imamiyah.

3. Rumusan Masalah

Dengan melihat beberapa aspek di atas, maka studi ini berusaha untuk menfokuskan perhatian pada masalah pokok tentang ketepatan metodologi kritik al-Qifa>ri> jika dipandang dari us}u>l al-hadi>th Syi’ah Imamiyah. Agar diperoleh jawaban yang tuntas, masalah pokok tersebut dapat dikongkritkan dengan pertanyaan sebagaimana berikut: Bagaimana kredibilitas kritik yang dilakukan oleh Nashir al-Qifa>ri> terhadap hadis-hadis Shiah Ithna>‘ashariyah dalam bahasan hadis-hadis tentang:

a. Keotentikan al Qur’an dalam pandangan Syi’ah

Itsna’asyariyah.

b. ‘Ada>lah (keadilan) para sahabat sebagai perawi hadis.

c. Rukun iman

d. Imamah

e. Taqiyah, dan

f. Pandangan Syi’ah seputar kualitas kitab-kitab hadis Syi’ah

(Ka>fi>, Man la> Yah}d}uruhu Faq>h, Tahdhi>b, dan al-Istibs}a>r )

Karena buku-buku karya penulis kelompok Ahlusunnah yang

(54)

54

adalah disertasi yang membahas tentang Syi’ah sebagai idiologi

secara utuh dan amat komplek.39

Peneliti di sini memilih masalah-masalah yang memiliki posisi yang sangat urgen dalam hukum Islam yaitu al-Qur’an dalam pandangan Syi’ah dan sahabat sebagai perawi hadis dari Nabi, serta masalah ajaran dasar madzhab Syi’ah (us}u>l aqa>id al-Shi>‘ah) yang tidak terdapat dalam ajaran Ahlusunnah. Masalah-masalah tersebut di atas sekaligus dijadikan sebagai contoh dalam mengkritisi metodologi al-Qifari.

Dalam sub-sub bahasan di atas, terdapat hadis-hadis riwayat Syi’ah Imamiyah yang dijadikan dalil oleh peneliti non Syi’ah, dalam hal ini Nashir Abdullah Ali al-Qifa>ri> untuk mendiskripsikan ajaran madzhab Syi’ah, dan dalil-dalil itulah yang nantinya akan dicermati dan dikritisi dalam penelitian ini.

C. Studi Terdahulu

Sejauh ini, telah ada beberapa karya ilmiah, buku ataupun artikel yang mengungkap persoalan madzhab Syi’ah dari berbagai aspeknya yang ditulis oleh kelompok Ahlusunnah. Pada bagian berikut diulas pula beberapa karya yang dianggap penting, di antaranya: Ihsan Ilahi Dzahir, dalam bukunya al-S}hi>‘ah wa-al-Sunnah (1396 H) dan al-S}hi>‘ah wa-al-Tashayyu‘: Firaq wa-Ta>ri>kh (1404 H), Shi>‘ah Minhum wa-‘Alaihim (2001), karya Mamduh Farhan al Buhairi. Buku yang berangkat dari sebuah studi dengan metodologi sosiohistoris ini berusaha memaparkan ajaran-ajaran Syi’ah sebagaimana tertuang dalam teks-teks literatur Syi’ah. Kajian-kajian ini menghasilkan kesimpulan yang hampir sama, yaitu bahwa Syi’ah muncul karena campur tangan Abdullah ibn Saba’ yang berpura-pura sebagai seorang yang mencintai Ahlulbait dan menyanjung imam Ali ra., sehingga banyak orang yang terperdaya oleh kepiawaiannya.

Karya akademis selanjutnya yang patut disebutkan adalah al-Adillah al-Ba>hirah (2007) karya Umar Abdullah Kamil. Karya ini

lebih menyoroti masalah sahabat dan Ahlulbait dalam pandangan

Syi’ah. Pada akhirnya, karya ini memberikan kesimpulan bahwa kelompok Syi’ah melalui teks-teks kitabnya telah mendiskriditkan

39 Sebagaimana dijelaskan oleh penulisnya bahwa penelitian yang dilakukan

(55)

55

para sahabat dan juga Ahlulbait, dan prinsip ini tidak sejalan dengan realita yang mengatakan bahwa Syi’ah identik dengan kecintaan terhadap Ahlulbait.

Selain karya-karya yang mendiskripsikan aqidah Syi’ah dari berbagai aspeknya, terdapat pula beberapa tulisan yang berisi bantahan terhadap karya-karya penulis Syi’ah, diantaranya: al-Intis}a>r li al-S{ah}bi wa-al-a>l min iftira>a>t al-Sama>wi> wa-al-D}a>l (1997).40 Dalam

pembahasan kitab tersebut, terdapat bantahan terhadap teks-teks kitab Syi’ah yang berisi tuduhan seputar kredibilitas sahabat.

Karya akademis lainnya yang juga layak disebut di sini adalah

al-S{awa>iq al-Muh}riqah fi> al-Rad ‘ala> Ahl al-Bida‘ wa al-Zana>diqah, karya Ahmad bin H}ajar al-Haithami> (909-974 H). Buku ini berisi bantahan terhadap beberapa aliran yang dinilai menyimpang dari ajaran Ahl al-Sunnah wa-al-Jama>’ah termasuk di dalamnya sekte Syi’ah.

Di samping karya-karya yang berupa buku, terdapat pula banyak artikel dalam situs internet yang mengkaji dan memaparkan aqidah Syi’ah sebagaimana tertera dalam kitab-kitab mereka, baik yang ditulis oleh penulis-penulis Timur Tengah maupun penulis Asia

Tenggara, utamanya Indonesia.41

Namun, semua karya ini berisi tentang sorotan Ahlusunnah terhadap ajaran Syi’ah dari sudut pandang Ahlusunnah, baik yang berbentuk pemaparan maupun yang berisi bantahan, dan sepengetahuan penulis belum didapatkan satu buku pun yang ditulis oleh kelompok Ahlusunnah yang mencoba mambahas dan menjelaskan sekte Syi’ah dari mainstream atau sudut pandand Syi’ah, apalagi yang mencoba untuk melakukan klarifikasi atas diskripsi Ahlusunnah tersebut, kecuali apa yang telah ditulis oleh M. Quraish Shihab dalam karyanya Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?

Tulisan beliau dalam tema ini dapat dikategorikan langkah dan belum banyak yang melakukan. Namun, sekalipun langkah, pada kenyataannya ia mampu memberikan pencerahan dalam memahami

40 Ibrahim bin ‘Amir al-Ra>hili>, Intis}a>r li S{ah}bi wa-a>l min iftira>a>t

al-Sama>wi> wa-al-D}a>l (1997)

41 Lihat misalnya situs http://www.islamicweb.com/arabic/shia/. Dalam situs ini

(56)

56

Syi’ah, utamanya bagi mereka yang hendak mengkaji lebih detail akan perkembangan ajaran Syi’ah.

Sekalipun bukan dalam rangka klarifikasi atas tuduhan

Ahlusunnah terhadap Syi’ah, namun dalam karya ini beliau berupaya

menjelaskan ajaran-ajaran Syi’ah sebagaimana dipahami oleh penganutnya. Tersirat pula dalam karya beliau ini, metodologi yang tepat yang semestinya digunakan oleh para pengkaji Syi’ah saat hendak meneliti tentang sekte Syi’ah dari berbagai aspeknya.

Dengan diusung semangat ingin mengakurkan, beliau berusaha memaparkan ajaran Syi’ah melalui penjelasan ulama-ulama Syi’ah sebagaimana tertera dalam karya-karya kontemporer mereka. Dan buku inilah yang pada gilirannya memberikan insprirasi kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan kajian kritis atas

karya-karya Ahlusunnah yang memaparkan ajaran Syi’ah namun sering

menghasilkan kesimpulan yang kurang objektif.

D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menelusuri sejauh mana ketepatan metodologi kritik yang dilakukan oleh Ahlusunnah terhadap hadis-hadis riwayat Shi’ah Ithna>’ashariyah sebagaimana tertera dalam empat kitab pokok Syi’ah. Secara lebih kongkrit, tujuan studi ini adalah: Untuk menelusuri kredibilitas kritik Ahlusunnah (baca: al-Qifa>ri>) terhadap hadis-hadis Shi’ah Ithna>’ashariyah dari aspek: a) Metodologi yang digunakan al-Qifari dalam mengkritik hadis-hadis Shi’ah Ithna>’ashariyah, b) Konsep periwayatan hadis (Us}u>l al-h}adi>th) dalam sudut pandang Shi’ah Ithna>’ashariyah, dan c) Pandangan ulama Syi’ah atas hadis-hadis yang dikritik.

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah terhadap metode penelitian Sunnah Syi’ah di masa depan. Selain itu, studi yang sama diharapkan hasilnya tidak saja untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi hubungan Sunnah-Syi’ah di masa depan, namun juga ia mempunyai kepentingan ganda, yaitu: untuk kepentingan akademis guna menguak lebih jauh tentang sekte Syi’ah yang selama ini dipertentangkan bahkan cenderung dikafirkan.

(57)

57

dilakukan oleh kelompok Ahlusunnah maupun Syi’ah belum menggunakan metodologi yang tepat dan lebih sering mengedepankan sikap fanatisme dan jauh dari sikap objektif.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Disertasi ini termasuk jenis penelitian kualitatif42 yang akan menghasilkan analisis terhadap data secara deskriptif tentang metodologi yang tepat untuk mengkritisi sebuah teks. Dalam proses pembahasannya, penelitian ini menggunakan kajian pustaka (library research), yaitu dengan menggunakan sumber-sumber kepustakaan dalam membahas masalah pokok dan sub-sub masalah yang telah dirumuskan.

Hal itu karena, objek utama studi ini berkisar pada kitab-kitab klasik, buku kontemporer, artikel, atau dokumen yang memuat tulisan-tulisan tentang Syi’ah baik dalam pandangan Ahlusunnah

maupun dalam pandangan Syi’ah sendiri.43 Sumber yang telah

didapat, nantiya akan didiskripsikan dan dianalisa dengan metode

content analysis, yaitu menganalisa isi secara objektif, teliti, dan ilmiah.

Untuk keabsahan data, peneliti juga menggunakan metode

triangulasi,44 yaitu melakukan cek data dengan data-data lain,

42 Metode kualitatif merujuk pada prosedur yang menghasilkan data

deskriptif. Lihat Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Method (New York: John Wiley & Sons, 1975), 4. Dalam penelitian kualitatif antara lain tercakup ciri-ciri berikut: (1) realitas sosial bersifat subjektif dan plural; (2) konteks penelitian bersifat holistik; (3) metode penelitian bercorak historis, etnografis, dan studi kasus; (4) analisis data bersifat deskriptif; dan (5) pola penalaran bersifat induktif. Penjelasan yang saling melengkapi, lihat Madeleine Leininger, “Evaluation Criteria and Critique of Qualitative Research Studies”, dalam Janice M. Morse (ed.) Critical Issue in Qualitative Research Method (California, London, New Delhi: SAGE Publication, Inc, 1944), 106; Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 1-37.

43 Penjelasan tentang metode penelitian naskah dan dokumentasi dapat dilihat

dalam Nabilah Lubis, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Yayasan Media Halo Indonesia, 2001), 30-43, 70-96.

44 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data dengan menggunakan atau

(58)

58

konsultasi secara intensif dengan orang-orang yang kompenten dalam bidang hadis (dosen, ulama Syi’ah, dan teman sejawat alumni Iran). Setelah data-data terkumpul peneliti memilah-milah mana yang termasuk sumber primer untuk diambil kesimpulan dan data sekunder yang merupakan data pendukung.

Peneliti akan berusaha untuk menggali data sebanyak-banyaknya sebagai sumber informasi yang dapat digunakan landasan untuk menganalisa dan mengambil kesimpulan besar. Peneliti juga menggunakan metode komparasi, yakni mengkomparasikan hasil temuan dari al-Qifa>ri> dalam disertasinya dengan pendapat-pendapat ulama Syi’ah terutama ulama kontemporer sebagaimana terdapat dalam karya-karya mereka.

2. Sumber Data

Untuk meneliti keotentikan kritik Ahlusunnah (baca: al-Qifa>ri>) terhadap hadis-hadis Syi’ah, sumber primer yang harus disediakan adalah:

1) kitab Us}u>l Madhhab al-Shi>‘ah karya Nashir Abdullah al-Qifa>ri>. Kitab ini yang nantinya akan dikritisi oleh peneliti, di mana dalam buku ini beliau berusaha mendiskripsikan ajaran Syi‘ah melalui hadis-hadisnya yang dinilai menyimpang dari ajaran Islam yang benar.

2) Kitab-kitab Syi’ah, utamanya al-kutub al-Arba’ah (al-Ka>fi>

karya Muhammad bin Yaqub al-Kulaini> (w. 328 H), Man la> yah}d}uruhu al-Faqi>h karya al-S}adu>q Abi Ja’far al-Qummi> (w. 381 H),

al-Tahdhi>b karya Muhammad bin al-Hasan al-T{usi> (w. 460 H), dan

Al- Istibs}a>r juga karya al-T}usi>), Bih}a>r al-Anwa>r karya Baqir al-Majlisi>. Dari kitab-kitab inilah al-Qifa>ri> banyak menukil hadis-hadis yang dinilai bermasalah dan dari kitab ini pula nanti akan dicari penjelasannya sebagaimana difahami oleh kelompok Syi’ah dalam kitab-kitab pendukung.

Gambar

Figh Emansipatoris

Referensi

Dokumen terkait