• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HADIS-HADIS SYI’AH

E. Metodologi Penelitian

4. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan judulnya (Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifa>ri> terhadap Hadis-Hadis Syi’ah Imamiyah), maka teknik analisa data yang tepat adalah menggunakan metode deskriptif kritik. Penentuan

metode deskriptif46 dan kritik didasarkan pada alasan bahwa

penelitian ini berusaha untuk mengelaborasi antara diskriptif dengan kritik.

Metode kritik disini adalah sebagai usaha menggali pengetahuan tentang konsep kritik al-Qifa>ri> terhadap ajaran Syi’ah melalui hadis-hadisnya dengan cara mengoreksi keabsahan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh kelompok Syi’ah.

Motif timbulnya kritik diharapkan tidak timbul dari sikap fanatisme atau kebencian terhadap kelompok tertentu, namun kritik tersebut diharapkan lebih didorong oleh usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memaparkan kebenaran sebagaimana adanya.

Adapun pelaksanaan metode kritik ini adalah melalui tahapan-tahapan atara lain: mencermati objek yang dikritik, berusaha merelevansikan objek yang dikritik dengan pedoman atau pijakan-pijakan yang jelas, berusaha menemukan kesalahan-kesalahan, usaha mencari alternatif pemecahan, dan usaha menawarkan teori baru sebagai teori alternatif pemecahan.

46 Metode deskriptif adalah penelitian dengan melukiskan keadaaan subjek

berdasakan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Melalui sifat itu metode deskriptif bersifat menemukan fakta-fakta (fact finding). Nawawi Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, 73-76.

62

Jadi, penelitian dalam studi ini adalah melihat kredibilitas atau dengan kata lain hendak mereviu kembali konsep-konsep kritik al-Qifari terhadap ajaran Syi’ah. Konsep ajaran Syi’ah yang tertuang dalam hadis-hadis mereka akan dicermati substansinya, begitu pula

konsep kritik yang ditawarkan al-Qifa>ri> dicermati dan

dikomparasikan, lalu memasuki tahapan berikutnya, yaitu pencermatan terhadap objek untuk menghasilkan suatu penelitian.

Setelah objek krtitik dinilai atau diukur, maka peneliti segera memasuki tahapan berikutnya, yaitu usaha untuk menemukan kemungkinan adanya kelemahan, baik dalam riwayat-riwayat Syi’ah yang menjadi objek kritik, atau model kritik al-Qifa>ri> terhadap Syi’ah. Dari sana kemudian, peneliti akan dapat menentukan sejauh mana kritik al-Qifa>ri> terhadap Syi’ah -sebagaimana tertuang dalam riwayat mereka- memiliki ketepatan.

Namun, tidak semua permasalahan dalam disertasi al-Qifa>ri> akan dibahas. Hal itu karena disertasi yang akan dikritisi merupakan disertasi yang membahas tentang Syi’ah sebagai idiologi secara utuh dan amat komplek. Peneliti akan pilah masalah-masalah yang memiliki posisi yang sangat urgen dalam hukum Islam dan masalah ajaran dasar madzhab Syi’ah (us}u>l aqa>id al-Shi>‘ah) yang berbeda dengan apa yang terdapat dalam ajaran Ahlusunnah yang meliputi Keotentikan al-Qur’an, Rukun Iman, Imamah, Kredibilitas Sahabat,

Taqiyah, dan al-Kutub al-arba’ah dalam pandangan Syi’ah.

Tema-tema di atas, selain urgen, juga banyak disinggung dalam diskusi-diskusi dan kajian-kajian ilmiah tentang Syi’ah, baik secara lisan maupun tulisan sebagaimana telah dijelaskan dalam batasan masalah.

Dalam menganalisa data, agar riwayat-riwayat Syi’ah dapat difahami dengan benar dan tepat, peneliti menggunakan teori

pemahaman (theory of understanding) dan teori penafsiran (theory of

interpretation). Digunakannya teori ini semata untuk mendapatkan informasi yang tepat terhadap teks-teks yang dikaji, baik dari aspek mengapa teks tersebut muncul hingga proses interpretasi terhadap teks yang dianalisa. 47

47 Teori ini disampaikan oleh Gorge J. E. Gracia, dalam

The Theory of

Textuality; The Logic and Epistemology. Teori ini berisi penjelasan seputar proses

pemahan dan penafsiran terhadap teks. Lebih lanjut Jorge memaparkan bahwa: “Makna” adalah sesuatu yang diperoleh ketika seseorang sadar memahami sesuatu. Ia merupakan hasil dari sebuah proses berfikir. Sementara “Pemahaman” adalah proses dari awal sampai selesai dari usaha memperoleh hasil makna tersebut.

63 F. Sistematika Penulisan

Disertasi ini terdiri atas enam bab dan masing-masing bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab. Bab I, sebagai pendahuluan menyajikan pokok-pokok pikiran yang melatarbelakangi munculnya permasalahan penelitian, kemudian dilanjurkan dengan perumusan masalah pokok dan sub-sub masalah serta pembatasan masalah penelitian. Berikutnya dikemukakan beberapa hasil penelitian terdahulu dan relevansinya dengan studi ini, tujuan dan signifikansi penelitian, metode penelitian, dan terakhir diajukan sistematika penulisan yang menggambarkan seluruh pembahasan.

Bab II memuat kerangka teoritis yang akan memberikan gambaran dasar tentang kerangka metodologis kritik hadis yang meliputi pengertian dan ruang lingkup kritik hadis serta akar historis kritik hadis.

Pada bab III, dipaparkan sikap al-Qifari terhadap konsep periwayatan hadis perspektif Syi’ah Imamiyah. Dilanjutkan kemudian dengan diskripsi dan analisa atas kitab-kitab hadis standard Syi’ah beserta kedudukan masing-masing dalam pandangan komunitas Syi’ah. jika dirinci, maka bab ini terdiri dari tiga sub bahasan. Sub bab pertama mengetengahkan tinjauan konseptual tentang proses dan alur periwayatan hadis dalam perspektif Syi’ah Imamiyah. Sub bab kedua berusaha mendiskripskan secara gamblang kitab-kitab hadis yang

Dimulai dari interaksi antara seseorang dengan objek yang dikaji: mulai dari objek itu ditangkap oleh panca indera, kemudian disalurkan ke kedalam otak, dipikirkan, dipertanyakan, diolah, sampai dikeluarkan hasil olahannya menjadi makna. Pemahaman merupakan suatu proses panjang dan bersifat individual. Pemahaman seseorang antara satu dengan yang lain, tidak mungkin sama secara keseluruhan. Sebab, dalam memahami sesuatu, seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman, ilmu dan kemampuannya. Adapun yang dapat membatasi makna kandungan kata, menurut Gracia ada lima macam; (1) pengalaman, (2) audien pada waktu itu, (3) bahasa, (3) konteks, dan fungsi struktural. Dari kelima faktor tersebut, yang terakhir adalah yang paling besar peranannya.

64

mu’tamad di kalangan Syi’ah Imamiyah beserta analisisnya. Sub bab

ketiga berusaha mengetengahkan pandangan dan penilaian ulama-ulama Syi’ah terkait dengan kedudukan dan validitas hadis-hadis yang terdapat dalam kitab-kitab standart tersebut. Dalam sub bab ini akan dipaparkan pandangan-pandangan dari ulama Syi’ah, baik yang

muta’akkhiri>n maupun mutaqaddimi>n.

Bab IV, penelusuran terhadap kerangka metodologis ushul hadis Ahlusunnah yang dijadikan pijakan oleh al-Qifari dalam kritiknya. Bab ini berisi dua sub bab. Pertama, pembahasan tentang. metode kritik hadis yang akan menyinggung aspek keaslian sumber, dan kedua, berkaitan dengan dan keshahihan sumber.

BAB V, berisi analisa terhadap substansi kritik yang dilakukan oleh al-Qifa>ri> atas hadis-hadis Syi’ah Imamiyah. Dalam bab ini terdapat dua sub bahasan yaitu: klasifikasi tema hadis yang dikritik, dan analisa terhadap kritik tema hadis tersebut, baik dari aspek kritik eksternal (sanad) maupun internal (matan). Bab ini ditutup dengan temuan dan tawaran metodologi kritik yang lebih relevan yang dapat digunakan dalam mengkritisi kelompok lain.

Akhirnya, pada bab VI sebagai penutup, menyajikan kesimpulan yang berisi penegasan jawaban terhadap masalah yang diangkat. Selain itu, pada bab ini akan dikemukakan beberapa implikasi penelitian dan juga rekomendasi.

65

BAB II

KERANGKA METODOLOGIS KRITIK HADIS

Kritik hadis dalam sejarahnya berjalan dinamis seiring dengan perjalanan hadis itu sendiri. Dengan semakin tersebarnya hadis ke berbagai pelosok negeri, metode kririk hadis juga berkembang semakin luas dan beragam. Hal itu dipengaruhi juga oleh problematika yang dihadapi oleh hadis itu sendiri saat bersinggungan dengan masyarakat dimana hadis itu berada. Dalam bab ini, akan dipaparkan beberapa langkah kritik hadis dari mulai zaman Nabi saw, hingga masa ta>bi‘ ta>bi‘i>n dengan model kritik pada masing-masing periode.