• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh economic value added dan kualitas laba terhadap price book value : studi pada emiten di bursa efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh economic value added dan kualitas laba terhadap price book value : studi pada emiten di bursa efek Indonesia"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN

KUALITAS LABA TERHADAP PRICE BOOK VALUE

(

Studi Pada Emiten di Bursa Efek Indonesia)

Disusun Oleh:

Muhammad Jauji

103082039460

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISIS PENGARUH

ECONOMIC VALUE ADDED

DAN

KUALITAS LABA TERHADAP

PRICE BOOK VALUE

(

Studi pada Emiten di Bursa Efek Indonesaia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

MUHAMMAD JAUJI NIM: 103082029460

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Wiwik Utami, Ak, M.Si NIP. 131 664 643

Amilin, SE, Ak, M.Si NIP. 150 370 232

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Hari ini Senin Tanggal Delapan Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Tujuh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhammad Jauji Wardhana NIM : 103082029460 dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN KUALITAS LABA TERHADAP PRICE BOOK

VALUE (Studi pada Emiten di Bursa Efek Indonesia)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 May 2009 Tim Penguji Ujian Komperehensif

Amilin, SE, Ak, M. Si Ketua

Rini, SE, M.Si Sekretaris

(4)

ANALISIS PENGARUH

ECONOMIC VALUE ADDED

DAN

KUALITAS LABA TERHADAP

PRICE BOOK VALUE

(

Studi pada Emiten di Bursa Efek Indonesaia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

MUHAMMAD JAUJI NIM : 103082029460

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Wiwik Utami, Ak, M.Si NIP. 131 664 643

Amilin, SE, Ak, M.Si NIP. 150 370 232

Penguji Ahli

RAHMAWATI SE, MM NIP.150 377 441

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Jauji Wardhana Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 22 Mei 1981

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Kucica JH 13 No. 3 Bintaro Tangerang

B. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD IKAL MEDAN : 1989 - 1995

2. SMP WIDYASANA UTAMA MEDAN : 1995 - 1998 3. SMUN 31 PRAMUKA JAKARTA : 1998 - 2001 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2003 – 2008

C. PENGALAMAN KERJA

(6)

ABSTRACT

The purpose of this research are knowing and analyzing to influence of economic value added and income quality toward the price book value company that registered in Indonesia Stock Exchange with the period of the research on 2005 and 2006. Sampling method that use in this research in non probabilistic sampling with the judgment sampling. The purposive sampling is a kind of the technique in sampling method based on a certain judgment. The population in this research is 89 companies and divided into 9 groups in business area. From the population, they are just the hypothesis show is multiple regression analysis.

The result of this research show that the independent variable which the economic value added and income quality have the influence to ward the price book value. Mean while the income quality doesn’t have the influence to ward the debt ratio.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Economic Value Added dan Kualitas Laba Terhadap Price Book Value pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode penelitian tahun 2005 dan 2006. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probabilistic sampling, dengan teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (judgement sampling) yaitu salah satu teknik pengambilan sampel non probabilistic yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 89 perusahaan yang terbagi menjadi 9 kelompok bidang usaha. Metode analisis yang akan digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda (multiple regression analyisis).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independent yaitu Economic Value Added dan kualitas laba secara serempak berpengaruh terhadap Price Book Value. Berdasarkan hasil uji F diperoleh tingkat signifikasi 0,049 atau dengan Fhitung sebesar 3,119 dan berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil Economic

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirramhmaanirrahim

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanhu wa Ta’ala, yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya serta limpahan kasih sayang yang tak pernah terputus. Sujud syukur penulis haturkan karena berkat pertolonganNya dan segala kemudahan yang diberikan akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semua kesulitan yang datang selalu berdampingan dengan kemudahanNya. Begitu banyak himah dan manfaat di setiap cobaan yang engkau berikan. Ya Allah hanya Engkaulah penolongku, memberiku jalan keluar dengan cahaya dan petunjukMu.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, sang qudwah kita, khatamul nabiyyin yang membawa kita kejalan kebenaran, serta keluarga, sahabat dan umatnya yang istiqomah hingga yaumil akhir kelak.

(9)

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun dengan bantuan dan dukungan dari berbagaipihak akhirnya dapat teratasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Mami tersayang yang telah banyak berkorban demi penulis dengan setiap keringat dan air mata, Semoga Allah SWT selalu melindungimu dan menyangimu sebagaimana engkau melindungi dan menyayangiku sewaktu kecil.

2. Papi tersayang (Almarhum) yang telah membesarkan penulis walaupun kini kau tak sempat melihatku beranjak dewasa. Semoga Allah SWT menerima seluruh amal shaleh dan Ibadah mu disisi NYA, dan selalu melindungi dan menyangi mu sebagaimana engkau melindungi dan menyayangiku sewaktu kecil.

3. Buat keluarga penulis, Mamak putri, Bapak Thomas, Adiku tersayang Narita yang telah banyak membantu penulis, Semoga Allah SWT memberikan Pahala yang berlipat bagi mereka.

4. Bapak Drs M.Faisal Badroen,MBA., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

5. Bapak Drs Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

(10)

7. Bapak Amilin, SE, Ak, M.Si., Selaku pembimbing II. Dengan ketekunanya memeriksa skripsi ini menjadikan lebih sempurna 8. Teman-teman akuntansi D, Yuli, Orie, Roems, Sophie, Lele, Yasmin,

Ulfa, Dika, Nova, Farid, Ruhyan, Iwan, Ntie,Uwie, Fauzah, Nadiroh, Club PS Eko, Agus, Wahid, Liqo2 Subki, Andri, Oki, Deki, Yophie, Sobat seperjuanganku feril.

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ………. i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF………. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...…… iv

ABSTRACT……… v

ABSTRAK ………. vi

KATA PENGANTAR ………...vii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTARA TABEL ………xi

DAFTAR LAMPIRAN………...…xv

BAB I : PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian ………...…. 1

B. Perumusan Masalah ………9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….10

1. Tujuan Penelitian………...………10

2. Manfaat Penelitian……….10

BAB II : TINJAUAN PUSATAKA……… … 11

A. Landasan Teori ……….. 11

(12)

2. Economic Value Added………. 14

3. Laba ……… 25

4. Kualitas Laba ………..40

B. Penelitian Terdahulu………43

C. Kerangka Pemikiran……….44

D. Hipotesis………...45

BAB III : METODELOGI PENELTIAN………..46

A. Ruang Lingkup Penelitian………46

B. Metode Penentuan Sampel………...46

C. Metode Analisis………...48

1. Uji Asumsi Klasik………....48

2. Metode Aanalisi Data………...51

3. Pengujian Hipotesis………..52

E. Operasional Variabel Penelitian………...54

1. Variabel Terikat………...55

2. Variabel Bebas……….56

BAB IV : Hasil dan Pembahasan ………..60

A. Hasil dan Pembahasan………..60

1. Kondisi umum Price Book Value dan Variabel-Variabel yang mempengaruhinya ………. 61

2. Hasil Analisis………...…64

a. Statistik Deskriptif……….64

(13)

c. Model Analisi Regresi Berganda………...…69

3. Hasil Pengujian Hipotesis………70

a. Hasil Uji Adjusted R2………71

b. Hasil Uji F (Pengujian Secara Simultan)………...72

c. Hasil Uji t (Pengujian Secara parsial)………73

4. Pembahasan hasil Penelitian………74

BAB V : PENUTUP………..75

A. KESIMPULAN………75

B. IMPLIKASI………..76

C. SARAN………....77

DAFTAR PUSTAKA………78 LAMPIRAN

(14)

DAFTAR GAMBAR 2.1 Konsep Laba

2.2 Celah-Celah Manajemen Laba

2.3 Hubungan Prilaku manajer dengan manajemen laba 2.4 Motivasi dan sasaran manajemen laba

(15)

DAFTAR TABEL 3.1 Jumlah Populasi Penelitian

3.2. Operasionalisasi Variabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel

4.2 Perusahaan yang masuk kriteria sampel 4.3 Statistik Deskriptif

4.4 Coefficients 4.5 Model Summary

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Net Income After Tax – biaya bunga perusahaan tahun 2005 dan 2006

Lanpiran 2 : Data keuangan Perusahaan tahun 2005 dan 2006 Lampiran 3 : Perhitungan Waighted Average Cost of Capital Lampiran 4 : Perhitungan Invested Capital

Lampiran 5 : Perhitungan Economic Value added Lampiran 6 : Perhitungan Kualitas Laba

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan utama didirikan sebuah perusahaan selaku entitas bisnis adalah mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dengan demikian baik manajemen dan pemegang saham ingin dapat menikmati keuntungan yang stabil pada priode yang lama, sehingga di era globalisasi sekarang semua pihak cenderung menilai kinerja perusahaan dari besarnnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan.

Namun laba juga tidak dapat dijadikan ukuran kinerja yang baik karena tidak mempertimbangkan besamya modal disetor untuk mendapatkan laba tersebut Sebagai contoh dua perusahaan yang berbeda, perusahaan X dan Y, menghasilkan laba yang sama dan mempunyai pertumbuhan laba yang sama pula. Misalkan perusahaan X harus investasi lebih banyak modal daripada perusahaan Y untuk menjaga tingkat pertumbuhan labanya. Dalam hal ini, perusahaan X cenderung untuk berinvestasi dalam segala bentuk asalkan pertumbuhan laba yang dihasilkan tetap. Tetapi perusahaan Y menjadi unggul karena ditinjau dari penggunaan modalnya, perusahaan Y menggunakan modalnya untuk kegiatan operasional adalah lebih efisien.

Laba yang besar pun tidak menjamin besarnya nilai deviden kas yang diterima pemegang saham karena apabila laba yang dihasilkan perusahaan laba yang terkandung memiliki banyak akrual ketimbang arus kas masuk dari

(18)

aktivitas operasi. Hal ini terjadi kemungkinan karena perusahaan melakukan manajemen laba, yaitu proses manipulasi laba sedemikian rupa akan tetapi masih tetap berada dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Dengan demikian menurut Dewi (2006) laba yang dihasilkan perusahaan tidak memiliki kualitas baik sebab didalam laba dilaporkannya terdapat lebih banyak akrual dibandingkan jumlah kas yang sebenarnya yang dilaporkan. Kualitas laba dapat ditentukan dengan mengacu pada nilai yang menunjukan pada seberapa besar laba tersebut dapat menghasilkan uang kas. Kualitas laba diukur dengan membandingkan aliran kas operasi dengan laba akuntansi (laba agregat) saat ini, seperti yang dilakukan oleh Djamitko (1999) dalam Dewi (2006).

(19)

perusahaan, Dengan demikian tujuan maksimalisasi nilai lebih tepat daripada maksimalisasi laba. Value building berfokus pada jangka panjang dan profit maximization bersifat jangka pendek.

Maka dari itu, diperlukan pengukuran kinerja yang berdampak positif bagi seluruh stakeholders yaitu yang memberikan perencanaan yang matang terhadap penggunaan modal perusahaan, Sehingga pertumbuhan tanpa komitmen terhadap perencanaan modal yang baik adalah awal dari jatuhnya suatu perusahaan. Stewart (1993) dalam Utomo (1999) menyatakan bahwa “In sum, rapid growth can be misleading indicator of added value because it can

be generated simply by pouring capital into a business. Earning an acceptable

rate of return is essential to creating value. Growth adds to value only when it

is accompanied by an adequate rate of return”.

(20)

laba bersih lebih besar pada periode akhir usia kegunaan sebuah aktiva. Sementara penggunaan metode garis lurus untuk penyusutan aktiva menyebabkan biaya penyusutan yang relatif stabil sepanjang usia kegunaan aktiva tersebut. Berbagai metode untuk penilaian persediaan antara lain berdasarkan FIFO, LIFO, atau Weighted Average. Dalam kondisi ekonomi yang berkembang dimana harga-harga barang dan jasa cenderung naik, penggunaan LIFO akan memberikan beban pokok penjualan (Cost of Goods Sold) yang lebih rendah dibandingkan dengan metode lain. Jelas bahwa pajak dan laba bersih juga akan terpengaruh akibat penggunaan metode ini. Dengan adanya distorsi akuntansi ini maka pengukuran kinerja berdasarkan laba per saham (earning per share), tingkat pertumbuhan laba (earnings growth) dan tingkat pengembalian (rate of return) tidak efektif lagi.

(21)

digaji dalam jumlah besar, jika mereka menciptakan nilai tambah yang besar pula. Banyak hal lain dalam perusahaan dimana EVA juga berperan. Economic Value Added membantu manajemen dalam hal menetapkan tujuan internal perusahaan supaya tujuan berpedoman pada implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja. Dalam hal investasi EVA memberikan pedoman untuk keputusan penerimaan suatu project (capital budgeting decision), dan dalam hal mengevaluasi kinerja rutin (performance assessment) manajemen, EVA membantu tercapainya aktivitas yang value added. EVA juga membantu adanya sistem penggajian atau pemberian insentif (incentive compensation) yang benar dimana manajemen didorong untuk bertindak sebagai owner.

Ada tiga hal utama yang membedakan EVA dengan tolok ukur keuangan yang lain (Mc Daniel, Gadkari dan Fiksel 2000) dalam Yulius dan Pradono (2004) yaitu: (1) EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengguna EVA bisa menyesuaikan dengan kondisi spesifik, (2) EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan kinerja unit bisnis, (3) Struktur EVA yang relatif sederhana membuatnya bisa digunakan oleh bagian engineering, environmental dan personil lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan.

(22)

nilai tambah dari modal yang ditanam oleh investor, Fernandez dalam Pradhono (2004) menunjukan bahwa petumbuhan Economic Value Added sering dengan pertumbuhan Market Value Added. Namun Sasongko dan Wulandari (2006) menunjukan bahwa Economic Value Added tidak berpengaruh terhadap return saham yang diterima.

Sedangkan menurut Dewi (2006) menunjukan bahwa manajemen laba berdampak negatif dan signifikan terhadap kualitas laba, perusahaan yang melakukan manajemen laba akan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas laba perusahaan tersebut dan pasar bereaksi positif dan signifikan terhadap kuantitas laba ketimbang kualitas laba, sehingga laba yang tinggi tidak menjamin memiliki rasio deviden pay out yang tinggi pula, sebab laba yang dimiliki perusahaan tersebut memiliki kandungan banyak akrual ketimbang laba kas yang diterima dari aktivitas operasi perusahaan.

Pada perusahaan publik nilai perusahaan dikaitkan dengan nilai saham yang beredar di pasaran apakah maksimalisasi nilai yang dilakukan oleh manajemen berdampak terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan menganalisis pengukuran kinerja perusahaan melalui economic value added dan Kuanitas laba yang dihasilkan perusahaan berpengaruh terhadap nilai suatu perusahaan. dalam skripsi yang berjudul

Analisis Pengaruh economic value added dan Kualitas laba Terhadap

(23)

Penelitian ini merupakan replikasi dan integrasi dari beberapa penelitian yaitu: Penelitian Dewi (2006), Megawati (2007), Sasongko dan Wulandari (2006), Yulius dan Pradono (2004). Untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya maka penelitian ini merubah beberapa faktor lainnya:

1) Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah Economic Value Added dan kualitas laba terhadap nilai perusahaan (Price Book Value). Sedangkan dalam Penelitan Sasongko dan Wulandari (2006) menggunakan variabel Economic Value Added terhadap harga saham, Penelitian Yulius dan Pradono (2004), Megawati (2007) menggunakan variabel Economic Value Added terhadap return saham dan penelitian Dewi (2006) menggunakan variabel Manajemen Laba terhadap Kualitas Laba dan Return Saham. Variabel ini digunakan dalam penelitian ini dikarenakan peneliti sebelumnya belum pernah menemukan penelitian sebelumnya yang menguji hubungan antar variabel tersebut.

2) Objek Penelitian

(24)

3) Periode Penelitian

(25)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah Economic Value Added dan Kualitas Laba berpengaruh terhadap Price Book Value perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

C. Tujuan dan Manfaat

1) Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Economic Value Added dan Kualitas Laba berpengaruh terhadap Price Book Value perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

2) Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan;

Diharapkan dengan penelitian dapat membantu pihak perusahaan untuk memahami bagaimana mengevaluasi kinerja perusahaan. b. Bagi Pemegang saham dan Manajer;

(26)

c. Bagi investor;

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi investor sebelum melakukan pilihan investasi pembelian saham suatu perusahaan dengan mengamati nilai tambah dan kualitas laba yang dihasilkan perusahaan.

d. Bagi Akademisi dan Pembaca;

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Laporan keuangan menurut IAI dalam PSAK (2006:2) merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang meliputi:

a) Laporan Laba Rugi

Menggambarkan penghasilan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta laba rugi yang diperoleh selama priode tertentu.

b) Laporan Perubahan Ekuitas

Merupakan Perubahan Saldo laba Perusahaan dalam suatu priode akuntansi.

c) Neraca

Menggambarkan keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu dan diklasifikasikan menurut Aktiva, Kewajiban dan Modal.

d) Laporan Arus Kas

Menggambarkan arus kas perusahaan selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan perdagangan. e) Catatan atas laporan Keuangan

Merupakan penjelasan terhadap kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan pada posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.

(28)

1. Pengukuran Kinerja Perusahaan

Setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan dari pemegang sahamnya, pengukuran kinerja diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan banyak menggunakan rasio keuangan. Kelebihan pengukuran tersebut adalah kemudahan dalam perhitungan selama data historis tersedia.

a. Financial Ratio

Metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah financial ratio, yang dianalisis dari laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan menghitung berbagai macam rasio. Emery dan Finnerty (1997) dalam Iramani dan Febrian (2005) mengelompokkan rasio keuangan dalam enam kelompok, yaitu: liquidity ratio, asset activity ratio, leverage ratio, coverage ratio, profitability ratio dan market value ratio. Penggunaan financial ratio sangatlah penting, terutama dalam analisis fundamental. Analisis ini mencakup keadaan fundamental dari perusahaan yang dianalisis serta industri baik industri perusahaan yang dianalisis maupun industri lain yang terkait.

(29)

yakni: (1) dengan analisis trend, yaitu membandingkan financial ratio antar waktu dan (2) dengan analisis comparative, yaitu membandingkan financial ratio suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Kelebihan dari penggunaan financial ratio sebagai pengukur kinerja keuangan adalah karena mudahnya dalam proses perhitungannya, selama data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap. Namun disisi lain terdapat kelemahan financial ratio karena perhitungannya berdasarkan data akuntansi. Salah satu kelemahan dari pengukur akuntansi adalah rasio-rasio tersebut dihasilkan dari nilai buku. Menurut Yanindya (1998) dalam Iramani dan Febrian (2005) bahwa nilai kinerja keuangan tidak mencerminkan nilai yang ada di pasar. Misalnya, jika terdapat dua perusahaan yang identik, baik asset maupun struktur modalnya, namun berbeda waktu pendiriannya, maka perusahaan yang lebih dulu berdiri memiliki laba bersih yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berdiri kemudian. Hal ini tentu saja dapat dipahami, karena perusahaan yang lebih dahulu berdiri cenderung memiliki nilai penyusutan lebih yang lebih kecil.

(30)

barang cenderung naik, penggunaan LIFO dalam menilai persediaan akan menyebabkan beban pokok penjualan menjadi rendah sehingga pajak dan laba perusahaan juga akan terpengaruh, akibat penggunaan metode ini.

Dari uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa penggunaan metode yang berbeda baik metode penyusutan maupun metode dalam menilai persediaan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya akan menghasilkan keuntungan yang berbeda pula. Sehingga sulit membandingkan kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan financial ratio manakala perusahaan yang diperbandingkan menggunakan metode yang berbeda. Akibatnya pengukuran kinerja dengan rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan tidak menghasilkan nilai pengukuran yang akurat. Accounting profit tidak mencerminkan dengan baik economic profit dari suatu perusahaan.

2. Economic Value Added

EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital). "Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that subtract the cost of capital (c *) from the operating

(31)

operating income and the minimum dollar return required on a company's

operating assets." (Hansen and Mowen, 1994: 834) seperi yang dikutip Iramani dan Febrian (2005) EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan.

Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut Stewart (1993) dalam Utomo (2005):

1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.

2) Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada.

3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.

(32)

proses yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus menentukan terlebih dahulu biaya modalnya.

1) Manfaat Economic Value Added

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Menurut Tunggal (2001) dalam Iramani dan Febrian (2005) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:

a) EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend).

b) Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah. Sedangkan menurut Utama (1997:10) dalam Iramani dan Febrian(2005), manfaat EVA adalah:

a) EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation).

b) EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal.

(33)

tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaximalkan dan.

d) EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modalnya.

Selain Keunggulan yang telah dijelaskan diatas, EVA merupakan pengukuran yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai signal terjadinya Financial Distress pada suatu perusahaan Salmi dan Virtanen (2001) dalam Iramani dan Febrian (2005). Jika suatu perusahaan tidak dapat memperoleh profit di atas required of return, maka EVA akan menjadi negatif, dan hal ini merupakan warning akan terjadinya Financial Distress bagi perusahaan tersebut.

2) Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added

Menurut Iramani dan Febrian (2005) salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang lain adalah: a) EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan

memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi.

(34)

modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.

c) Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian (4) Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts dan.

d) Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.

(35)

Tetapi EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:

a) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.

b) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga manajemen cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. Hal ini bisa mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan.

c) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan kinerja keuangan. Menurut Kaplan dan Norton (2001), tanpa balanced scorecard, strategi value based management memang dapat menurunkan biaya dan meningkatkan intensitas aktiva tetapi akan kehilangan kesempatan menciptakan tambahan nilai, yaitu strategi pertumbuhan pendapatan jangka panjang melalui investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses, teknologi informasi dan kemampuan karyawan.

(36)

e) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi. De Villiers (1997) mengindikasikan bagaimana inflasi akan mengakibatkan distorsi pada EVA dan menunjukkan bahwa EVA tidak dapat digunakan selama periode inflasi untuk mengestimasi profitabilitas aktual

3) Cost of Capital

Biaya modal atau cost of capital adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemegang saham (pemilik) perusahaan dalam investasinya. Untuk praktisi bidang keuangan, istilah cost of capital dalam Utomo (1999) ini digunakan:

a) Sebagai tarif diskonto (discount rate) untuk membawa arus kas masa mendatang suatu project ke nilai sekarang (present value). b) Sebagai tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project

baru.

c) Sebagai biaya modal (capital charge) dalam perhitungan economic value added.

d) Sebagai bandingan (benchmark) untuk menaksir tarif biaya pada modal yang digunakan.

(37)

tinggi biaya modal yang timbul. Komponen cost of capital terdiri dari biaya ekuitas (cost of equity) dan biaya hutang (cost of debt).

Cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban membayar bunga dan pokok hutang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi (naik turun) daripada laba operasi, dan sehingga menyebabkan timbulnya tambahan risiko. Jadi biaya ekuitas ini mencakup adanya risiko bisnis (business risk) dan risiko financial (financial risk).

Business risk adalah risiko yang berhubungan dengan tidak stabilnya laba atau profit, sedangkan financial risk adalah risiko kesulitan financial dalam hal pembayaran biaya bunga dan pokok pada hutang. Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya risiko kredit (credit risk), yaitu risiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang. Dengan kata lain, cost of debt adalah tarif yang dibayar perusahaan untuk memperoleh tambahan hutang baru jangka panjang di pasar sekarang.

(38)

Kedua komponen biaya modal diatas digunakan untuk menentukan biaya modal tertimbang rata-rata (weighted average cost of capital - WACC) atau c* dalam perhitungan EVA. WACC adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal perusahaan.

Biaya bunga (interest) dapat dikurangkan dari penghasilan dalam rangka menentukan pendapatan kena pajak (interest on debt is tax deductible), maka cost of debt dalam perhitungan WACC adalah after-tax cost of debt. Supaya menambah nilai dalam perusahaan, sebuah investasi atau project harus memperoleh tingkat pengembalian yang lebih besar daripada WACC. Strategi manajemen dalam berinvestasi seyogyanya mempertimbangkan ada tidaknya penciptaan nilai tambah ekonomis dari investasi baru tersebut. G. Bennet Stewart (Stewart, 1993: 138139) dalam Utomo (1999) mengidentifikasikan tiga strategi oleh manajemen dalam upaya menciptakan nilai yaitu:

a) Improve operating efficiency

b) Achieve profitable growth, or

c) Rationalize and exit unrewarding business: liquidate

unproductive capital or curtail investment in unrewarding

projects.

(39)

(khususnya customer) dihilangkan dan memperbaiki proses yang menciptakan nilai sesuai dengan Value Added Assessment Process. Dengan membatasi investasi di project-project yang kurang menguntungkan diharapkan manajemen dapat menggunakan modalnya secara lebih baik untuk investasi di project yang menambah nilai dan tingkat pertumbuhan perusahaan.

4) EVA and Perform Asessment

(40)

Penentuan kriteria-kriteria yang dipakai sebagai pedoman evaluasi akan mempengaruhi cara kerja dan sebagai motivator kerja manajemen. Sejalan dengan adanya desentralisasi pada kontrol dan pengambilan keputusan dalam perusahaan, pemilik memerlukan suatu kontrol dalam unit-unit yang ada untuk memastikan tindakan-tindakan yang dilakukan konsisten dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Kontrol dapat dicapai melalui penetapan tujuan dan evaluasi kinerja. Faktor-faktor dalam pengukuran kinerja bergantung pada tingkat desentralisasi suatu pengambilan keputusan dalam perusahaan. Faktor kuantitatif umum digunakan untuk pedoman keberhasilan suatu manajemen, adapun faktor kualitatif juga tidak dapat dipisahkan.

Penggunaan anggaran atau budget sebagai pedoman ukuran keberhasilan manajemen sudah tidak relevan lagi untuk tujuan value building, karena hal tersebut berfokus pada angka-angka akuntansi. Seperti dikatakan dalam buku The Quest for Value: "The use of budgets for bonuses is a vestige of an archaic accounting model that

emphasizes earnings over cash flow, control over delegation,

variances instead of vision, and questions instead of answers. That

model must go." Stewart (1993: 5) dalam Utomo (1999).

(41)

untuk masuk dalam kriteria pengukuran keberhasilan kinerja manajemen.

3. Laba

Menurut Sofyan Safri Harahap (1999:151), laba akuntansi adalah perbedaan antara penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada priode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan.

1) Konsep Laba

Laba menurut akuntansi adalah selisih pengukuran antara pendapatan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak didefinisikan secara ekonomik seperti aktiva atau hutang. IAI tidak menterjemahkan income dengan istilah laba, tetapi dengan istilah penghasilan yaitu : kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Konsep laba tersebut adalah:

a) Pendapatan/laba fisik (phisical income). Menunjukkan konsumsi barang/jasa yang dapat mempengaruhi kepuasan dan keinginan individu.

(42)

c) Pendapatan/laba uang (money income). Menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-sumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi dengan biaya hidup (cost of living).

Gambar 2.1 Konsep Laba *Sumber : Suhendah (2005)

Laba akuntansi memiliki karakteristik sebagai berikut (1) didasarkan pada transaksi aktual yang berasal dari penjualan barang dan jasa, (2) Mengacu pada kinerja perusahaan selama periode tertentu, (3) Didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemehaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan, (4) memerlukan pengukuran biaya yang relevan.

2) Agency Relationship and Costs

Hubungan antara pemilik perusahaan sebagai pihak yang melimpahi wewenang (principal) dan manajemen sebagai pihak penerima wewenang (agent) dinamakan principal-agent relationship. Pemilik sebagai principal memberikan wewenang kepada manajemen untuk menjalankan kegiatan operasional sehari-hari, dan menajemen sebagai penerima wewenang tersebut diharapkan dapat bertindak sesuai

Konseonsep Laba

(43)

dengan keinginan para pemilik perusahaan. Karena kepemilikan sebuah perusahaan besar dapat disebarkan diantara banyak shareholders, maka berarti pemegang saham tidak dapat mengawasi secara teratur dan efektif jalannya operasional perusahaan. Agency problem muncul karena adanya conflict of interest antara principal dan agent. Biaya-biaya yang ditimbulkan oleh adanya conflict of interest ini dinamakan agency costs. Agency costs dapat berupa monitoring costs yaitu biaya untuk mengontrol dan memonitor kegiatan operasi perusahaan akibat adanya informasi yang tidak seimbang antara pemilik dan manajemen, dan residual losses yaitu kerugian yang diderita pemilik perusahaan akibat dari kelakuan manajemen yang menyimpang.

3) Manajemen Laba

(44)

Manajemen laba merupakan suatu proses yang disengaja, menurut standar akuntansi keuangan untuk mengarah pelaporan laba pada tingkat tertentu. Menurut Suhendah (2005) yang termasuk kategori manajemen laba adalah (1) Rekayasa kebijakan Akuntansi akrual (discretionary Accrual), (2) Praktik Penataran Laba (income smoothing), (3) Manipulasi alokasi pendapatan dan biaya (4) Perubahan akuntansi struktur modal. Manajemen laba memiliki cakupan luas di bandingkan dengan income smoothing karena manajemen percaya reaksi pasar didasarkan atas pada pengungkapan informasi akuntansi sehingga prilaku laba merupakan aspek penentuan resiko pasar usaha.

Manajemen usaha juga dapat diartikan macam – macam dalam oleh Suhendah (2005) dapat diartikan bermacam – macam, tergantung dari sisi perspektif atau cara pandang. Beberapa definisi tentang manajemen laba adalah :

a) Dari sudut etika menurut Rockness et, al (1994) manajemen laba diartikan sebagai “Any action on the part of mananjemen which affect reported income and which provides no true economics

advantage to the organization and may in fact the long term be

detrimental”.

b) Ayeress (1994) mengartikan manajemen laba sebagai “an intentional structuring of reporting or production/investments decisions around

the bottom impact. It encompasses income smoothing behavior but

(45)

occour unless manajemen was concerned with financial reporting

implications”.

c) Schipper (1989) mengartikan manajemen laba sebagai “disclosure management in the sense of purposeful intervention in the eksternal

reporting process, with intent of obtaining some private gain”. d) Fischer et, al (1994) mengartikan manajemen laba sebagai “the

actions of manager that are intended to increase (decrease) current

reported earning of the unit for which the manager is responsible

without generating a corresponding increase decrease) in the long

term of economic profitability of the unit”.

e) Securities Exchange Commission (SEC) mengartikan manajemen laba sebagai “practive by which reflect the desires of management rather than the under lying financial performance of the company “.

f) Wahlen et, al (1999) mengartikan manajemen laba sebagai “earning management occours when managers use judgement in financial

reporting and in structuring transaction to alter financial report to

either mislead some stakeholders about underlying economics

performance of the company or to influence actual outcomes that

depend on reperted accounting numbers”.

(46)

manajemen laba digambarkan sebagai sesuatu yang tidak sebenarnya kepada pemegang saham tentang kinerja ekonomi perusahaan dan justifikasi yang digunakan manajemen laba pada manfaat dan biaya.

1) Pola Manajemen Laba

Menurut Scott (2006:345) Manajemen mungkin melakukan bebagai pola untuk melakukan manajemen laba, namun pada umumnya berpola sebagai berikut:

a) Taking a bath, pola ini dilakukan ketika pada priode reorganisasi suatu perusahaan. Apabila manajemen akan melaporkan suatu kerugian, lebih baik melaporkannya dalam jumlah besar sebagai akibatnya hal ini akan meningkatkan kemungkinan keuntungan yang besar di kemudian hari disebabkan oleh penarikan beban-beban pada priode mendatang.

(47)

c) Income maximation, Berdasarkan pada positive accounting theory manajemen melakukan pola peningkatan laba bersih perusahaan atas tujuan bonus.

d) Income Smoothing, pola ini dilakukan manajemen dengan mengatur beban antar priode pelaporan akuntansi sehingga laba dapat dipertahankan stabil.

2) Celah dan teknik manajemen laba

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari berbagai asumsi-asumsi akuntansi. Adanya asumsi-asumsi-asumsi-asumsi tersebut memberikan kesempatan untuk dilakukannya manajemen laba. Manajemen laba mungkin terjadi dalam rangka manipulasi laporan keuangan yang berbentuk laporan laba rugi dengan tujuan meningkatkan laba. Diantara asumasi-asumsi akuntansi mungkin adanya manajemen laba adalah :

(48)

harga pokok penjualan dan laba bersih perusahaan. Kebijakan estimasi dapat diaplikasi dengan mengatur masa manfaat suatu aktiva, misalnya suatu aktiva memiliki masa manfaat 5 tahun dan bukannya 3 tahun.

b) Pengakuan pendapatan (revenue) dan beban (expense). Konsep ini mengacu pada konsep matching principle dimana expense ditandingkan dengan konsep revenue. Laporan keuangan dalam akuntansi disusun atas dasar akrual (accrual basis) sehingga revenue diakui pada saat dihasilkan dan expense diakui pada saat terjadi karena perusahaan bebas menentukan kapan ingin mengakui pendapatan (revenue) dan beban (expense), misalnya perubahan dapat menghapus piutang pada periode tahun buku sekarang (current period) atau pada saat tahun.

(49)

d) Nonrecurring and non operating items. Hal ini berkaitan dengan jenis pendapatan dan pengeluaran/beban yang bukan berasal dari kegiatan operasional normal suatu perusahaan dan transaksi ini jarang terjadi (non recurring) contoh non recurring items adalah perusahaan memperoleh keuntungan (gain) dengan menjual aktivanya.

Menurut Merchant yang dikutip oleh Baharudin (2004), manajemen laba dapat diklasifikasikan dalam operating manipulations and accounting manipulations. Manipulasi operasi berkaitan dengan usaha untuk merubah keputusan operasionil yang mempengaruhi aliran dana dan pendapatan bersih untuk suatu periode. Manipulasi akuntansi berkenaan dengan penggunaan fleksibilitas dalam standar akuntansi keuangan untuk merubah besarnya pendapatan. Instrumen yang dikembangkan oleh Merchant (1998) yaitu 13 skenario manajemen laba, terdiri dari 6 manipulasi operasionil dan 7 manipulasi akuntansi.

A. Manipulasi operasionil:

a) Masukan pengeluaran yang sebelumnya direncanakan untuk tahun depan ke tahun sekarang, karena laba tahun pengeluaran yang tidak penting sehingga perusahaan terlihat mempunyai laba pada tahun sekarang.

(50)

c) Menunda pengeluaran dari November dan Desember ke Januari tahun berikutnya untuk memenuhi target perkuartalan.

d) Menawarkan kondisi penjualan yang menarik pada akhir tahun untuk menarik penjualan tahun depan ke tahun sekarang agar memenuhi target penjualan sekarang.

e) Memproduksi dengan lembur untuk sedapat mungkin mengirim produk sebelum akhir tahun.

f) Menjual asset yang berlebih untuk memperoleh tambahan laba.

B. Manipulasi akuntansi

a) Tidak melakukan pembelian yang diterima dalam bulan Desember sampai Februari tahun depan.

b) Bila laba melebihi target tahun ini, manajer memutuskan untuk membayar di muka pengeluaran tahun depan dan mencatatnya sebagai pengeluaran tahun ini.

c) Bila laba melebihi target tahun ini, maka manajer memutuskan untuk menghapuskan inventori yang sebetulnya dapat dijual pada masa mendatang dengan harga wajar.

(51)

terdahulu agar dapat melaksanakan proyek pengembangan yang mungkin telah ditunda karena keterbatasan anggaran. e) Sama seperti no (d) tetapi untuk alasan memenuhi target

laba.

f) Untuk memenuhi target laba, manajer meminta konsultan yang saat ini melakukan konsultasi pada perusahaan untuk tidak mengirimkan tagihan sampai tahun depan walaupun jumlah tagihan tidak seberapa.

g) Sama seperti no (f) tetapi jumlah tagihan yang cukup signifikan.

Gambar.2.2

Celah-Celah Manajemen Laba * Sumber : Suhendah (2005)

Asumsi-asumsi akuntasi

• Pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi, estimasi • Pengkuan pendapatan dan beban

• Pengluaran yang memberikan manfaat di masa depan

• Pendapatan dan beban yang bukan berasal dati operasi normal perusahaan

Tingkah laku manajer

Manajemen laba

(52)

3) Manajemen Laba dan Asimetri Informasi

Menurut Scott yang dikutip oleh Suhendah (2005) jika beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis memiliki lebih banyak informasi dibanding dengan pihak lainnya maka kondisi seperti itu dinamakan sebagai asimetri informasi (information asymetri). Manajer sebagai penyaji laporan keuangan memiliki informasi yang lebih dibandingkan dengan para pemilik dan pemakai laporan keuangan lainnya.

Perilaku disfungsional para manajer akibat adanya asimetri informasi akuntansi dalam penyajian laporan keuangan tidak terlepas dari pertimbangan konsekuensi ekonomi menurut zeff yang dikutip oleh Suhendah (2005) adalah dampak laporan akuntansi pada perilaku pengambilan keputusan bisnis atau pemerintah, perkumpulan atau investor dan kreditor. Tinjauan konsekuensi ekonomi terhadap pilihan alternatif prosedur akuntansi yang berbeda, berasal dari pengembangan beberapa faktor yang dapat menjelaskan perbedaan prosedur akuntansi diantara berbagai perusahaan, misalnya pajak, hubungan kontrak dan pengendalian kepemilikan merupakan faktor-faktor yang memotivasi manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menambah atau mengurangi laba yang dilaporkan.

(53)

smoothing). Perataan laba merupakan salah satu aspek dalam manajemen laba. Koch yang dikutip oleh Suhendah (2005) mengartikan perataan laba sebagai salah satu cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan melalui metode akuntansi (secara artificial) atau melalui transaksi (secara real).

Bentuk lain dari perilaku disfungsional manajer adalah melakukan pemilihan metode akuntansi. Manajer melakukan pemilihan metode depresiasi garis lurus atau yang dipercepat untuk menentukan besar atau kecilnya laba yang dilaporkan pada keuangan akuntansi baik secara efisien dapat memaksimalkan nilai suatu perusahaan atau secara oportunistik.

Gambar 2.3

Hubungan antara perilaku manajer dengan manajemen laba * Sumber : Suhendah (2005)

(54)

4) Motivasi dan Sasaran manajemen laba

Menurut Healy et, al yang dikutip oleh Suhendah (2005) ada tiga motivasi atau alasan yang mendasari terjadinya manajemen laba, yaitu:

a) Motivasi Pasar Modal (capital market motivations). Motivasi yang dilakukan dengan alasan pasar modal disebabkan adanya anggapan bahwa laba merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan oleh investor dalam menilai harga sahamnya. Oleh karen itu manajer berusaha membuat laporan keuangan dalam menilai harga saham. Oleh karena itu, manajer berusaha membuat laporan keuangan tampak sehat dan baik dengan maksud untuk mempengaruhi kinerja harga saham dalam jangka pendek.

b) Motivasi Kontrak (contracting motivations). Dikaitkan dengan kegunaan data akuntansi untuk membantu memonitor dan meregulasi kontrak manajemen secara implisit dan eksplisit berhubungan dengan kinerja perusahaan.

(55)

Manajemen laba dapat terjadi karena adanya asimetri informasi antara investor dengan manajer yang membuka peluang untuk melakukan window dressing lewat pengaturan kebijakan akrual. Kebanyakan akrual digunakan sebagai ukuran rekayasa kebijakan yang mengarahkan suatu kepentingan pihak manajemen perusahaan.

Hal lain yang mendorong terjadinya manajemen laba adalah adanya teori keagenan yang menyatakan bahwa kontrak antara agen dengan principal sama-sama memberikan dorongan untuk menguntungkan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik.

Praktik manajemen laba yang dilakukan mempunyai tiga sasaran, yaitu minimalisasi biaya politis (political cost minimization), maksimalisasi kesejahteraan para manajer (manager wealth maximizatiuon), minimisasi biaya finansial (manager of financing cost). Sasaran manajemen laba cukup komprehensif karena mencakup cukup banyak aspek dalam perusahaan baik demi keuntungan pribadi manajer atau perusahaan secara keseluruhan. Cormkier et, al yang dikutip oleh Suhendah (2005).

Gambar 2.4

(56)

4. Kualitas Laba

Tindakan manajemen untuk membuat laporan keuangan menarik bagi para pengguna ada kalanya hanya memperhatikan kuantitas, Khususnya pada laba, dibandingkan dengan kualitasnya. Kualitas laba sangat dipengaruhi oleh perilaku manajemen dalam menyiapkan angka-angka dalam laporan keuangan. Laba dikatakan berkualitas jika tidak terdapat penyimpangan dari fakta sesungguhnya dalam pemprosesan perolehannya, meskipun secara teori tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang berlaku, sehingga keputusan yang diambil oleh penggunanya tidak menimbulkan bias.

Banyak perusahaan-perusahaan yang memiliki laba tinggi tetapi ternyata tidak mampu membayar deviden, tidak mampu membayar hutangnya pada saat jatuh tempo, tidak mampu berinvestasi dan malahan diantara mereka bangkrut dan harus dibubarkan. Perusahaan-perusahaan demikian menggambarkan laba yang mereka laporkan dengan arus kas yang mereka hasilkan.

Perusahaan-perusahaan yang melaporkan laba yang tidak diimbangi dengan arus kas yang hampir identik itu, dapat dikatakan laba yang berkualitas rendah. Laba yang berkualitas (Quality of income) menggambarkan hubungan antara laba usaha (accounting activities). Semakin tinggi korelasi antara laba usaha dan arus kas semakin baik kualitas laba Djatmiko yang dikutip oleh Dewi (2005).

(57)

kebijaksanaan akuntansi yang berpengaruh besar dalam penentuan laba, tetapi tidak menghasilkan adanya arus kas, sehingga yang diperoleh oleh para investor hanyalah laba di atas kertas.

Perlu dilakukannya pengukuran atas kualitas laba timbul dari kebutuhan akan perbandingan antar perusahaan untuk memahami perbedaan kualitas yang digunakan sebagai penilaian yang didasarkan pada laba. Kualitas laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, namun terdapat pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan kualitas laba. Pendekatan kuantitatif yang menggunakan rasio sedangkan pendekatan kualitatif menggunakan pendapat (judgment) atau pandangan yang berlandaskan dengan logika, pengalaman dan wawasan. Kualitas laba tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat laba yang dilaporkan, melainkan menurut siegel yang dikutip oleh Dewi (2005) meliputi understatement dan overstatement dari laba bersih, stabilitas dan komponen-komponen dalam laporan laba rugi, realisasi resiko asset, pemeliharaan atas modal, dan dapat merupakan predikator dalam masa depan (predictive value).

(58)

sesuai dengan substansi ekonominya dapat dinggap memiliki kualitas laba dan pelaporan yang rendah, Perusahaan yang menggunakan manajemen laba juga mengindikasikan kualitas laba yang rendah karena laba tidak disajikan sebagaimana mestinya, Penurunan discretionary cost juga mengindikasikan penurunan kualitas laba. Pemeliharaan yang tidak layak pada barang-barang modal seperti (bangunan, mesin dan peralatan) juga menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan berkualitas rendah, demikian pula dengan laba yang tidak diimbangi oleh arus kas dapat dikatakan laba yang berkualitas rendah.

(59)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai Economic Value Added menunujukan Economic Value Added dapat menjadi pengukuran kinerja yang lebih baik karena tidak semua perusahaan meskipun menghasilkan laba namun belum tentu menghasilkan nilai tambah dari modal yang ditanam oleh investor Utomo (1999), dan pada penelitian penelitian Sasongko (2006) menunjukan bahwa Economic Value Added tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan pada penelitian Pradhono (2004) tidak berpengaruh terhadap return saham yang diterima.

(60)

C. Kerangka Pemikiran

Laba yang dilaporkan sering digunakan oleh manajemen sebagai signal bagi investor mengenai kinerja perusahaan, namun tidak semua laba berkualitas laba yang baik karena laba yang mengadung banyak akrual ketimbang laba dari arus kas, tidak dapat memprediksikan laba dimasa depan, tidak persisten. Hal ini disebabkan oleh prilaku manajemen laba karena melakukan manipulasi laba dan juga laba yang besar juga tidak menunjukan kinerja manajemen yang baik karena tidak memperhaikan besaran modal yang digunakan untuk mendapatkan laba tersebut. Namun apakah setiap peningkatan Economic value Added dan kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Price Book Value).

Gambar.2.5

Skema Kerangka Pemikiran

Economic value added Variabel Independen

Price Book Value Variabbel Dependen

(61)

D. Hipotesis

Dari penjelasan tersebut maka peneliti membuat hipotesis atau dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya.

H1 : Economic Value Added dan kualitas laba berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan (Price Book Value)

H2 : Economic Value Added berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Price Book Value).

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 dan 2006. Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan selama dua tahun berturut-turut agar mendapatkan jumlah sampel yang representatif. Alasan dipilihnya tahun 2005 dan 2006 untuk melakukan penelitian berdasarkan data yang paling baru ketimbang penelitian terdahulu.

Data-data yang akan digunakan dalam proses perhitungan dalam penelitian ini merupakan data skunder kuantitatif, yang berupa angka-angka dari laporan keuangan perusahaan dan diukur dan diuji secara statistik. Diperoleh dari Pusat Preferensi Pasar Modal (PPRM) Indonesia di BEI dan web site http://www.isx.co.id.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probabilistic sampling, yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive sampling atau judgement sampling) yaitu salah satu teknik pengambilan sampel non probabilistic yang dilakukan

(63)

berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu dalam Supomo dan Indriantono (2002:120).

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari berbagai jenis industri pada periode tahun 2005 dan 2006. Masing-masing kelompok bidang perusahaan ini terdiri dari beberapa perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Penelitian

No. Bidang Usah Perusahaan Jumlah

1 Pertambangan 10

2 Pertanian dan Perkebunan 11

3 Industri Dasar dan Kimia 53

4 Industri Otomotif & Elektronika 46 5 Industri Makanan dan Minuman 37

6 Properti dan Real Estate 35

7 Keuangan 65

8 1nfrastruktur, Utilitas & Tranportasi 20 9 Perdagangan, jasa dan investasi 71 Jumlah Populasi 348 * Sumber Indonesian Capital Market Directory tahun 2005 dan 2006.

Sampel yang akan ditarik dalam penelitian ini, harus memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan, yakni sebagai berikut:

1. Perusahaan mempunyai laporan keuangan yang berakhir 31 Desember. 2. Mempunyai Annual Report yaÿÿ berÿÿikan data harga

peÿÿÿÿpaÿÿsardm peÿÿ Desember.ÿÿ lt1m3. Perusahaan tidak berubah sektor industrinya selama dilakukan penelitian ini.

(64)

Metode analisis yang akan digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah metode analilis regresi linier berganda (multiple regresion analysis). Regresi linier berganda bertujuan untuk menguji dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui kelinieran pengaruh secara bersamaan Economic Value Added, Kualitas Laba terhadap Nilai Perusahaan (Price Book Value).

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas. Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2007:82) mengatakan model yang baik dan representatif harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) sehingga memenuhi asumsi dasar klasik, yaitu:

a. Tidak ada Multikolinearitas diantara variabel yang dijelaskan. b. Tidak terjadi heteroskedastisiitas.

c. Tidak ada autokorelasi.

d. Data yang digunakan dalam penelitian ini harus berdistribusi normal.

(65)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Ghozali (2007:112) uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi pola normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Multikolinearitas

(66)

mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Apabila tolerance mendekati 1 atau nilai VIF di sekitar angka 1 maka tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2007) Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Dalam mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson, dimana hipotesis yang diuji adalah :

Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :

1) Bila nilai Darwin Watson dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif;

2) Bila nilai Darwin Watson diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi;

(67)

d. Uji Heteroskedasitas

Uji Heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterlot antara SPRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yaN telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah distudentized (Ghozali ,2007). Dengan dasar analisis jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedasitas.

2. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi berganda (Ghozali 2007:85). Regresi linier berganda memiliki rumus sebagai berikut:

Keterangan :

(68)

α = Konstanta

bl, b2 = Koefisien Regresi

EVA = Nilai Tambah Perusahaan (economic value added) KL = Kualitas Laba

ε = error term

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan melalui dua tahap yaitu : pengujian hipotesis pertama dengan uji adjusted R2 (koefisien determinasi), uji F, dan uji t (Ghozali:2007). Dan merangking standardized coefficients beta yang diperoleh dari hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS versi 15.00.

Pengujian hipotesis pertama yang diajukan pada penelitian ini yaitu, diduga adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara Economic Value Added dan Kualitas Laba Terhadap Nilai Perusahaan (Price Book Value) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1) Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)

(69)

Sebaliknya, jika nilai Adjusted R Square semakin mendekati 0, berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen (Ghozali:2007:83)

2) Uji F (pengujian secara Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui variabel independen secara bersama-sama (simultan atau serempak) terhadap variabel dependen, maka digunakan uji F dengan melihat Fhitung lebih besar dari Ftabel dan tingkat

signifikan lebih kecil dari pada alpha(0.05). Jika Fhitung lebih besar dari

Ftabel dan tingkat signifikan lebih kecil dari pada alpha, maka variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknyaa, jika Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel dan tingkat signifikan

lebih besar dari pada alpha, maka variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2007:84).

3) Uji t (Pengujian secara Parsial)

(70)

variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Untuk melihat arah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen, maka dilihat dari t hitung, jika t hitungnya positif maka mempunyai arah hubungan yang positif yang artinya jika variabel independen naik maka variabel dependen juga naik. Sebalikanya jika t hitungnya negatif maka mempunyai arah hubungan yang negatif yang artinya jika variabel independen naik maka variabel dependen akan turun (Ghozali, 2007:48).

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini diukur melalui instrumen-instrumen yang telah dikembangkan dan digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Namun sebelumnya dilakukan terlebih dahulu transformasi data untuk menormalkan data variabel penelitian menggunakan bentuk transformasi Log Natural (LN) (Ghozali, 2007:33), Hal ini disebabkan nilai yang terlalu jauh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penggunaan instrumen-instrumen dari penelitian-penelitian terdahulu dimungkinkan karena telah teruji tingkat validitas dan reabilitasnya. Berkaitan dengan tema diatas maka terdapat tiga variabel penelitian, yaitu:

(71)

Dependent variable adalah variabel tidak bebas yang keadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan (Price Book Value). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh dengan membandingkan nilai buku per lembar saham dengan harga pasar per lembar saham.

Semakin tinggi harga pasar ketimbang nilai buku per lembar saham maka semakin besar nilai perusahaan, sebaliknya jika semakin rendah harga pasar ketimbang nilai buku per lembar saham maka semakin kecil nilai perusahaan Brigham (1999) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006:10). Variabel ini diberi simbol (PBV).

Variabel Price Book Value dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Harga Pasar Per Lembar Saham Price Book Value =

Nilai Buku Per Lembar

Variabel Independen (Independent Variable)

Independent variable adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi independent variable adalah economic value added dan kualitas laba, dengan penjelasan sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Laba
Gambar.2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan telah menentukan faktor – faktor apa saja yang dapat memengaruhi penjualan piutang terhadap kas pada CV Sunda Jaya Elektronik yaitu, Jangka waktu kredit

Setelah kelompok terbentuk peneliti sedikit mengulas dan menjelaskan mekanisme pembelajaran Active Learning Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) yang kemarin sudah

Permohonan dikirim melalui SUREL (E-MAIL) RESMI LP/LPM/LPPM yang bersangkutan ke DRPM dengan alamat surel simlitabmas@ristekdikti.go.id. Selanjutnya DRPM akan

Another major problem of our cities today and its urban culture is that social life has been separated from locality, and the experience of living and working as a social

 Grup Tanobel ini akan menggunakan dana dari private placement, sebesar Rp225 miliar untuk membayar pinjaman yang diperoleh dari BCA, senilai Rp20,3 miliar akan digunakan

Amati sampel secara keseluruhan, berurutan dari kiri ke kanan untuk mengetahui penampakan keseluruhan ( overall ).. Anda boleh mengulang sesering yang

Dari seluruh pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pH, kecepatan putar dan konsentrasi imidazoline terhadap laju korosi pada baja AISI 1045 didapatkan hasil bahwa

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas ekstrak bunga kecombrang ( Nicolaia speciosa Horan) terhadap pengendalian penyakit MAS ( Motile