• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Lingkungan: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Politik Lingkungan: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLITIK LINGKUNGAN

Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu

Hans Ivander Joy Simanungkalit 110906071

Dosen Pembimbing: Husnul Isa Harahap S.Sos, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

HANS IVANDER JOY SIMANUNGKALIT (110906071)

POLITIK LINGKUNGAN: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu.

Rincian isi skripsi, 88 halaman, 10 tabel, 14 buku, 5 dokumen, 5 situs internet, 1 skripsi, 1 tesis.

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang dampak pengusahaan sarang burung walet terhadap lingkungan di Kecamatan Rantau Utara, Rantauprapat, Kabupaten Labuhan Batu. Kegiatan pengusahaan ini beroperasi secara bebas tanpa ada fungsi pengawasan dari pemerintah dan tidak mempunyai izin menjalankan kegiatan yang aktif sehingga pengutipan pajak retribusi atas usaha ini menjadi kurang efektif. Di samping dampaknya terhadap ekonomi daerah, kegiatan ini juga memberikan dampak terhadap lingkungan. Kondisi lingkungan perkotaan menjadi kurang kondusif yang disebabkan dari kegiatan ini.

Ada tiga teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, teori kebijakan publik, yang digunakan untuk menganalisis kebijakan pemerintah terhadap keberadaan pengusahaan sarang burung walet. Kedua, teori politik lingkungan, digunakan untuk menganalisis lingkungan kota Rantauprapat yang mengalami eksploitasi sehingga menjadikan lingkungan perkotaan menjadi kurang kondusif. Ketiga, teori ekonomi politik, digunakan untuk menganalisis nilai ekonomi kegiatan pengusahaan walet dengan dampak yang dihasilkannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis data deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan studi kepustakaan.

Kegiatan pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara, Kota Rantauprapat, Labuhan Batu beroperasi menjamur tanpa ada peraturan yang jelas. Pengusahaan ini berdampak terhadap lingkungan perkotaan Kota Rantauprapat. Ada empat dampak pengusahaan sarang burung walet terhadap lingkungan yaitu pengelolaan tata ruang di Kecamatan Rantau Utara, pencemaran lingkungan di Kecamatan Rantau Utara, polusi suara di Kecamatan Rantau Utara, dan ancaman kesehatan di Kecamatan Rantau Utara.

(3)

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL DAN POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

HANS IVANDER JOY SIMANUNGKALIT (110906071)

POLITIK LINGKUNGAN: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu.

Contents, 88 pages, 10 tables, 14 books, 5 documents, 5 websites, 1 minithesis, 1 thesis.

ABSTRACT

This study analyzes the impact of cultivation of swallow's nest on the environment in the Sub-district of Rantau Utara, Rantauprapat, Labuhan Batu District. This exploitation activities operate freely without any oversight function of government and does not have permission to run active operations so quoting a levy taxes on this effort to be effective less. In addition to the economic impact on the region, this activity has an impact on the environment. Urban environmental conditions become unfavorable resulting from this activity.

There are three theories that are used in this study. First, the theory of public policy, which is used to analyze the government's policy towards the existence of exploitation of swallow's nest. Second, environmental political theory, be used to analyze the city environment Rantauprapat experiencing exploitation so as to make the urban environment becomes less favorable. Third, the theory of political economy, is used to analyze the economic value of swallow exploitation activities with their impacts. The method used is a method of qualitative research with descriptive data analysis techniques. Data was collected by interview and literature study.

Swallow’s nest exploitation activity in the Sub-district of Rantau Utara, Rantauprapat, Labuhan Batu operates mushroomed without any clear rules. The exploitation impacted on the urban environment Rantauprapat. There are four swallow’s nest concession impact on the environment is the management of spatial planning in the district of Rantau Utara, environmental pollution in the Sub-district of Rantau Utara, sound pollution in the Sub-Sub-district of Rantau Utara, and Threats of Health in the Sub-district of Rantau Utara.

(4)

vi

(5)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, kita semua boleh mendapatkan cinta kasih-Nya yang pantasnya kita tidak layak untuk mendapatkannya.

Skripsi ini berjudul “Politik Lingkungan: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu.” Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Betapa mirisnya posisi lingkungan di Indonesia, terlebih di daerah tingkat dua seperti Kota Rantauprapat. Skripsi ini hadir untuk memberikan pencerahan atas ketidaksadaran kita selama ini terhadap lingkungan. Betapa kita tidak terlalu memikirkan dampak atas apa yang kita perbuat atas lingkungan kita, padahal kita sendiri menuntut lingkungan yang sehat sementara tindakan kita paradoksal. Pengusahaan sarang burung walet tampaknya memang seperti hal yang sepele, tetapi melihat dampak yang dihasilkannya, kita harus menganggap ini sebagai hal yang serius. Betapa tidak, menjamurnya pengusahaan ini tanpa adanya kebijakan yang jelas, tentunya akan semakin merusak lingkungan. Di samping rusaknya lingkungan itu, ternyata pengaturan retribusinya juga masih kurang efektif.

Penelitian ini memaparkan empat dampak pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat. Mulai dari letak ruko-ruko walet yang bebas berdiri di lingkungan pemukiman, tercemarnya lingkungan, kebisingan sampai pada ancaman kesehatan yang sewaktu-waktu mengintai. Sampai saat ini pemerintah belum pernah meneliti tentang dampak kegiatan ini seperti yang pernah dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tidak jelas sampai saat ini pemerintah Kabupaten Labuhan Batu tidak mempertegas peraturan terkait. Mungkin saja pejabat birokrasi nya sudah mendapatkan amplop dari pengusaha, kita tidak tahu. Mari bertanya pada rumput yang bergoyang.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan, saran, kritik, dukungan serta doa dari:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(6)

viii

3. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa kritik dan saran yang membangun selama penulisan skripsi ini

4. Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

5. Kak Ema, Kak Siti, dan Pak Burhan yang selalu membantu dalam bidang administrasi

6. Informan dalam penelitian ini, Bapak Mangontang Sitompul, Bapak Abner Sitanggang, Bapak Suparji, Bapak Lindung, Bapak Ibnu, dan Bapak Muksin. 7. Kedua orangtuaku yang tercinta, Parlindungan Simanungkalit dan Tioman

Siagian. Kakakku, Monika, Rode, Hesti dan abangku Daniel.

8. Tanteku, Dame Siagian dan maktuaku, Tiorina Siagian yang sudah menjaga dan merawat selama 7 tahun di Medan dan Adekku, Andre Manurung.

9. Teman serumahku, adek-adekku, Risde Sinaga, Asnita Sinaga, Vina, Nita Simanjuntak yang sering direpotkan untuk membukakan pintu ketika saya pulang larut malam. Terimakasih buat kalian semua, kalian luar biasa haha. 10.Abang dan kakak GmnI Medan Raya yang banyak memberikan pengalaman

dan pengetahuan selama saya berkuliah. GmnI!!!.. Jaya!!!..

11.Teman-teman Ilmu Politik 2011 seluruhnya yang terkasih. Banyak proses yang telah kita lalui, teman. Semoga kita semua sukses dengan semua impian kita. Politik!!!.. Yes!!!..

(7)

ix

13.Teman spesialku, Elsa Olivia Karina Lumban Toruan, yang sudah memberikan bantuan, dukungan dan doanya. Semoga impianmu jadi Public

Relation cepat terwujud. God bless you.

14.Warkop Ginting, yang merupakan tongkrongan penulis dan kawan-kawan setiap hari.

15.Dan kawan-kawan Ilmu Komunikasi, Andreas, Tomy, Eva, Mei, Yohan, Victory, Raja, Elmo, Rio dan kawan-kawan lain yang namanya tidak tersebutkan.

16.Teman-teman sepermainan sewaktu SMA, Jeffrey, Juan, Tantri, Reymon, Leo, Riki, Rizki, Stefanus, Denny dan banyak lagi.

Medan, 14 September 2015

(8)

x DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Kerangka Teori dan Konsepsional ... 9

1.5.1 Teori Kebijakan Publik ... 9

1.5.2 Konsep Politik Lingkungan ... 12

1.5.3 Teori Ekonomi Politik ... 14

1.5.4 Studi Terdahulu ... 18

1.6 Metodologi Penelitian... 20

1.6.1 Jenis Penelitian ... 20

1.6.2 Lokasi Penelitian ... 21

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 22

1.7 Teknik Analisis Data ... 24

1.8 Sistematika Penulisan ... 25

BAB II PROFIL KOTA RANTAUPRAPAT DAN KEBERADAAN BUDIDAYA SARANG BURUNG WALET DI KOTA RANTAUPRAPAT 2.1 Profil Kota Rantauprapat... 27

2.2 Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu ... 33

(9)

xi

Burung Walet ... 47

BAB III ANALISIS DAMPAK PENGUSAHAAN DAN BUDIDAYA SARANGBURUNG WALET DI KOTA RANTAUPRAPAT 3.1 Pengelolaan Tata Ruang Perkotaan di Kecamatan Rantau Utara... 54

3.2 Pencemaran Lingkungan di Kecamatan Rantau Utara... 62

3.3 Polusi Suara di Kecamatan Rantau Utara ... 68

3.4 Ancaman Kesehatan di Kecamatan Rantau Utara ... 76

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 84

4.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

DAFTAR GAMBAR ... 93

(10)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Kecamatan Dan Rasio Kecamatan Terhadap Luas

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2007 ... 30 Tabel 2.2 Sasaran Dan Program BLH ... 35 Tabel 2.3 Nama-Nama Pengusaha Sarang Burung Walet Yang

Memiliki Izin di Kecamatan Rantau Utara ... 42 Tabel 2.4 Nama-Nama Anggota Komisi D DPRD Labuhan Batu

Periode 2014-2019 ... 48 Tabel 2.5 Target Dan Realisasi Penerimaan Rutin Bersumber Dari

Pajak Daerah Tahun 2013 ... 52 Tabel 3.1 Rencana Pembagian Pusat Pelayanan Kota, Sub Pusat

Pelayanan Kota Dan Pusat Lingkungan ... 57 Tabel 3.2 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis

Kelamin Di Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010 ... 66 Tabel 3.3 Rekapitulasi Skor Persepsi Fisologis Terhap Kebisingan

Usaha Sarang Burung Walet Di Kota Dumai Riau ... 69 Tabel 3.4 Rekapitulasi Skor Persepsi Psikologis Terhadap Kebisingan

Usaha Sarang Burung Walet Di Kota Dumai Riau ... 70 Tabel 3.5 Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Di Kabupaten

(11)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara dengan Bapak Suparji S.E Lampiran 2 Transkrip Wawancara dengan Bapak M. Sitompul Lampiran 3 Transkrip Wawancara dengan Bapak A. Sitanggang Lampiran 4 Transkrip Wawancara dengan Bapak Lindung

Lampiran 5 Transkrip Wawancara dengan Bapak Ibnu Akbar S.Sos, MM Lampiran 6 Transkrip Wawancara dengan Bapak Muksin

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

(12)

iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

HANS IVANDER JOY SIMANUNGKALIT (110906071)

POLITIK LINGKUNGAN: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu.

Rincian isi skripsi, 88 halaman, 10 tabel, 14 buku, 5 dokumen, 5 situs internet, 1 skripsi, 1 tesis.

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang dampak pengusahaan sarang burung walet terhadap lingkungan di Kecamatan Rantau Utara, Rantauprapat, Kabupaten Labuhan Batu. Kegiatan pengusahaan ini beroperasi secara bebas tanpa ada fungsi pengawasan dari pemerintah dan tidak mempunyai izin menjalankan kegiatan yang aktif sehingga pengutipan pajak retribusi atas usaha ini menjadi kurang efektif. Di samping dampaknya terhadap ekonomi daerah, kegiatan ini juga memberikan dampak terhadap lingkungan. Kondisi lingkungan perkotaan menjadi kurang kondusif yang disebabkan dari kegiatan ini.

Ada tiga teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, teori kebijakan publik, yang digunakan untuk menganalisis kebijakan pemerintah terhadap keberadaan pengusahaan sarang burung walet. Kedua, teori politik lingkungan, digunakan untuk menganalisis lingkungan kota Rantauprapat yang mengalami eksploitasi sehingga menjadikan lingkungan perkotaan menjadi kurang kondusif. Ketiga, teori ekonomi politik, digunakan untuk menganalisis nilai ekonomi kegiatan pengusahaan walet dengan dampak yang dihasilkannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis data deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan studi kepustakaan.

Kegiatan pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara, Kota Rantauprapat, Labuhan Batu beroperasi menjamur tanpa ada peraturan yang jelas. Pengusahaan ini berdampak terhadap lingkungan perkotaan Kota Rantauprapat. Ada empat dampak pengusahaan sarang burung walet terhadap lingkungan yaitu pengelolaan tata ruang di Kecamatan Rantau Utara, pencemaran lingkungan di Kecamatan Rantau Utara, polusi suara di Kecamatan Rantau Utara, dan ancaman kesehatan di Kecamatan Rantau Utara.

(13)

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL DAN POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

HANS IVANDER JOY SIMANUNGKALIT (110906071)

POLITIK LINGKUNGAN: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu.

Contents, 88 pages, 10 tables, 14 books, 5 documents, 5 websites, 1 minithesis, 1 thesis.

ABSTRACT

This study analyzes the impact of cultivation of swallow's nest on the environment in the Sub-district of Rantau Utara, Rantauprapat, Labuhan Batu District. This exploitation activities operate freely without any oversight function of government and does not have permission to run active operations so quoting a levy taxes on this effort to be effective less. In addition to the economic impact on the region, this activity has an impact on the environment. Urban environmental conditions become unfavorable resulting from this activity.

There are three theories that are used in this study. First, the theory of public policy, which is used to analyze the government's policy towards the existence of exploitation of swallow's nest. Second, environmental political theory, be used to analyze the city environment Rantauprapat experiencing exploitation so as to make the urban environment becomes less favorable. Third, the theory of political economy, is used to analyze the economic value of swallow exploitation activities with their impacts. The method used is a method of qualitative research with descriptive data analysis techniques. Data was collected by interview and literature study.

Swallow’s nest exploitation activity in the Sub-district of Rantau Utara, Rantauprapat, Labuhan Batu operates mushroomed without any clear rules. The exploitation impacted on the urban environment Rantauprapat. There are four swallow’s nest concession impact on the environment is the management of spatial planning in the district of Rantau Utara, environmental pollution in the Sub-district of Rantau Utara, sound pollution in the Sub-Sub-district of Rantau Utara, and Threats of Health in the Sub-district of Rantau Utara.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah struktur kekuasaan penganut demokrasi, pasti memiliki badan eksekutif dan legislatif, sebagai aktor utama dalam menjalankan pemerintahan dengan menciptakan kebijakan. Secara teoritis, kebijakan dilahirkan dari suatu kebutuhan, dalam rangka melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat oleh pemerintah sebagai bentuk pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Seperti kita ketahui, bahwa setiap kebijakan itu merupakan bentuk intervensi yang dilakukan terus menerus oleh pemerintah demi mempengaruhi kehidupan masyarakat, yang lazimnya berbentuk pengaturan, penganggaran, maupun membuat regulasi dalam bentuk program. Jadi, pada dasarnya kebijakan publik merupakan sebuah bentuk pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat secara nyata.

Chandler & Plano berpendapat, bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.1

1

Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi, Yogyakarta : YPAPI. hlm 1

(15)

2

frekuensi yang tidak kecil. Sementara, secara teoritis, kebijakan merupakan sebuah jawaban atas masalah-masalah publik.

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan tegas menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Namun, kondisi lingkungan dewasa ini tidak mencerminkan seperti UU di atas. Rendahnya perhatian terhadap lingkungan dewasa ini cenderung disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang tidak memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan.Ditambah lagi euphoria otonomi daerah yang memungkinkan daerah mengolah kebijakannya sendiri.

Kewenangan daerah dalam mengelola daerahnya ini sudah menjalani usia yang cukup lama. Namun, seringkali kebijakan di daerah, bermuara kepada kepentingan pemimpin, elit, maupun pengusaha. Sejatinya, setiap kebijakan yang diimplementasikan oleh pemerintah selayaknya mengacu pada prinsip kebaikan bersama, tidak hanya mementingkan suatu kepentingan saja. Sebagaimana dalam pendekatan ilmu politik klasik yang mengatakan bahwa tujuan dari politik atau kebijakan itu adalah kebaikan bersama.Namun, prinsip kebaikan bersama saja sepertinya belum cukup.2

2

(16)

3

Hal yang sering tidak disadari oleh orang banyak bahwa setiap proses politik itu tidak menyentuh aspek lingkungan. Lingkungan merupakan tempat terjadinya seluruh kegiatan masyarakat, kegiatan ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Bahwa lingkungan juga berhak mendapatkan keadilan, dari segala bentuk eksploitasi. Jika dilihat dari perspektif ilmu sosial, lingkungan merupakan wahana yang vital, yang secara langsung ataupun tidak, mampu berimplikasi pada segala aspek kehidupan. Bahwa setiap benda atau makhluk di alam berhak menikmati keutuhan bentuk kehidupannya sendiri, karena adanya prinsip ketergantungan timbal balik antara keduanya.

Menurut Sarwono Kusumaatmadja, secara politik, lingkungan boleh dibilang masih terpinggirkan. Hampir setiap kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan belum kelihatan. Akibatnya, kini lingkungan makin bertambah parah.Intervensi manusia terjadi dengan paradigma yang tidak didasarkan pada pertimbangan lingkungan. Bahkan, lingkungan masih dijadikan beban atau dianggap sebagai eksternalitas yang membebani. Persoalan yang sama juga terjadi ditingkat pengambilan keputusan. Para pengambil keputusan tidak mempertimbangkan persoalan lingkungan di dalamnya.3

Eksistensi dan keberlangsungan fungsi lingkungan, tidak dapat dilepaskan dari masalah kebijakan, serta masalah perumusan kebijakan dan atau pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa rusak atau lestarinya kondisi lingkungan, akan sangat

(17)

4

ditentukan oleh baik buruknya sistem dan mekanisme pengambilan keputusan secara nasional. Dengan kata lain, upaya peningkatan kualitas pembangunan sektor lingkungan alam maupun sosial melalui konsep pembangunan berkelanjutan, harus dimulai dari pembenahan sistem politik nasional baru kemudian bisa menyentuh kepada politik di lokal.4

Selain perkebunan, di Labuhan Batu juga terdapat pengusahaan dan budidaya sarang burung walet, yang memiliki daya jual yang tinggi. Banyak masyarakat yang menjadikan budidaya sarang burung walet ini sebagai mata pencaharian. Di Rantauprapat misalnya, keberadaan budidaya ini merupakan salah satu sumber ekonomi yang tinggi. Dari segi produksinya, burung walet ini diternakkan pada rumah toko (ruko) bertingkat. Dan yang menjadi masalah dalam hal ini ialah Dewasa ini, pembangunan di daerah juga masih banyak yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Pembangunan cenderung berorientasi hanya pada peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan anggaran di daerah. Pola pembangunan seperti ini tentu akan menuai masalah di masa yang akan datang, terutama pola pembangunan seperti ini masih banyak diadopsi daerah-daerah di Indonesia. Seperti di Kabupaten Labuhan Batu, yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara, yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Daerah ini merupakan kawasan perkebunan sawit dan karet, sebagai salah satu penyumbang pendapatan daerah yang terbesar bagi Labuhan Batu.

4

(18)

5

pemilihan tata ruang keberadaan pengusahaan ini terhadap lingkungan di Kota Rantauprapat. Pengusahaan ini masih banyak dijumpai di pusat kota, ada sekitar 30 ruko yang dijadikan tempat sarang burung walet ini, di mana tentu menimbulkan masalah-masalah lingkungan.

Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung Walet punya kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.5

Seperti dilansir dalam surat kabar republika, menurut peneliti burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nurjito, burung walet bisa menyebabkan 24 jenis penyakit pada manusia jika letak kandangnya tidak sesuai dengan aturan. Penyakit yang dapat ditimbulkan bisa menyerang otak, syaraf, dan penyakit lainnya yang ada pada burung walet. Penyakit itu disebarkan melalui air liur, napas, dan kotoran walet. Orang yang terkena virus dari burung walet biasanya merasa pusing, lemas, dan lelah. Jika virus tersebut menyerang syaraf, orang tersebut dapat menjadi lumpuh.6

(19)

6

Masalah seperti kesehatan lingkungan, di mana burung walet dan manusia hidup dalam satu udara. Padahal, jalan-jalan kota merupakan tempat orang berlalu-lalang, baik yang berjalan kaki maupun dengan kendaraan. Belum lagi polusi suara yang dihasilkan dari burung walet maupun dari rekaman suara untuk memancing burung walet tersebut. Jalan Ahmad Yani, Jalan Imam Bonjol, Jalan Ahmad Dahlan merupakan jalanan kota, di mana di jalan-jalan ini masih banyak dijumpai budidaya burung walet. Namun, sampai saat ini belum ada muncul tanggapan yang berarti baik dari masyarakat setempat. Padahal, keberlangsungan budidaya burung walet di tengah kota ini sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Kebijakan pemerintah Labuhan Batu dalam hal pengusahaan dan pengelolaan sarang burung walet ini tentu dapat dipermasalahkan. Mengingat tingginya daya jual sarang burung walet ini dan dampak yang ditimbulkannya atas lingkungan di perkotaan Rantauprapat. Sementara, pemerintah Labuhan Batu hanya mengatur tentang kebijakan retribusi atas pengusahaan ini, yaitu sebesar 10% dari nilai jual pengusahaan tersebut. Hal inilah yang mendasari penelitian ini dalam meneliti dampak pengusahaan dan budidaya sarang burung walet terhadap lingkungan di kota Rantauprapat di kecamatan Rantau Utara.

1.2 Perumusan Masalah

(20)

7

namun juga dengan binatang, tumbuh-tumbuhan dan lingkungan alam.7

Melihat bahwa kajian terhadap politik lingkungan, khususnya di daerah masih sangat terbatas. Bahwa lingkungan sering diekspolitasi secara terus-menerus tanpa ada upaya maupun langkah-langkah konkrit untuk menjaga maupun memperjuangkan keadilan lingkungan. Lemahnya posisi tawar lingkungan tidak terlepas dari peran Kelangsungan lingkungan merupakan hal yang vital dalam perjalanan kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara. Tentunya, kesehatan lingkungan harus selalu masuk sebagai prioritas utama dalam penyusunan kebijakan apapun. Terutama pada tingkat daerah, di mana kebijakan sering sekali tidak mendapatkan pengawasan dan evaluasi.

Adapun beberapa alasan penelitian ini dalam meneliti dampak sarang burung walet ini antara lain ialah dikarenakan sarang burung walet merupakan suatu pasar, tentunya ia memiliki nilai ekonomi yang besar. Tingginya permintaan dan penawaran terhadap sarang burung walet, menjadikan bisnis ini sangat menjanjikan. Di tambah lagi, regulasi yang menaungi bisnis ini masih kurang jelas. Masih banyak dijumpai praktik budidaya burung walet ini di tengah-tengah perkotaan khususnya di daerah. Kemudian, penelitian menunjukkan bahwa burung walet ini juga dapat membawa penyakit kepada manusia. Artinya, perlu regulasi yang ketat untuk kawasan budidaya ini. Kawasan pemukiman ataupun perkotaan bukanlah kawasan yang tepat untuk mebudidayakan burung walet.

(21)

8

pemerintah setempat beserta masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang sehat sebagai tempat mereka tinggal.

Proses pembuatan kebijakan publik yang menyentuh masyarakat sering sekali tidak menyentuh aspek lingkungan. Kebijakan pemerintah daerah dalam membuat kebijakan terhadap lingkungan layak untuk dipelajari lebih lanjut. Seperti pada kasus di kota Rantauprapat, di mana pengusahaan dan budidaya burung walet ini masih banyak dijumpai di tengah kota. Masalah-masalah kesehatan dan ketentraman tentu menjadi hal pokok bagi masyarakat setempat. Untuk itu penelitianini ingin mengkaji dampak kebijakan pemerintah di daerah terhadap lingkungan. Adapun perumusan masalah yang ingin diteliti adalah apakah dampak yang dihasilkan dari pengelolaan dan budidaya sarang burung walet terhadap lingkungan di kota Rantauprapat di kecamatan Rantau Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan keberadaan sarang burung walet di kota Rantauprapat, kecamatan Rantau Utara

(22)

9 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu politik yang membahas tentang kebijakan terhadap lingkungan di kota Rantauprapat, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam ilmu politik tentang kajian politik lingkungan

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada masyarakat mengenai program dan kebijakan pengolahan lingkungan serta menjadi bahan kajian akademisi sebagai pembelajaran politik lingkungan. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir,

memperluas wawasan kajian ilmu politik lingkungan, serta melihat penerapan-penerapan konsep politik lingkungan di daerah.

1.5 Kerangka Teori dan Konsepsional 1.5.1 Teori Kebijakan Publik

Easton memberikan pengertian kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.8

8

Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi, Yogyakarta : YPAPI. hlm 2

(23)

10

ada kebijakan yang mengikat masyarakatnya. Terlepas dari dampak yang ditimbulkan dari kebijakan itu, pemerintah berhak untuk menjalankannya atau tidak.

Menurut Charles O. Jones (1997), kebijakan terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

1. Goal, tujuan yang diinginkan,

2. Plans, pengertian yang spesisifik untuk mencapai tujuan,

3. Decision, tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana,

melaksanakan dan mengevaluasi program,

4. Effect, akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primer atau

sekunder).9

Hubungan yang berlangsung antara pemerintah dengan masyarakat adalah melalui kebijakan, setiap keputusan-keputusan pemerintah untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Jones juga menambahkan bahwa kebijakan publik merupakan sebuah kesinambungan kegiatan pemerintah di masa lalu dengan melakukan perubahan sedikit demi sedikit. Tidak semua masalah akan menjadi masalah publik, dan tidak semua masalah akan menjadi isu, serta tidak semua isu menjadi agenda pemerintah. Beberapa tipe dari peristiwa dan isu yang penting dalam konteks politik, meliputi:

9

(24)

11

1. Peristiwa, kegiatan-kegiatan manusia atau alam yang dipandang memiliki konsekuensi pada kehidupan sosial

2. Masalah, kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan manusia yang harus diatasi atau dipecahkan

3. Masalah umum, kebutuhan manusia yang tidak dapat ddipecahkan secara pribadi

4. Isu, masalah publik yang bertentangan satu sama lain atau masalah publik yang diperdebatkan

5. Area isu, sekelompok masalah-masalah publik yang saling bertentangan.

Dalam hubungannya dengan manusia lain, perbuatan manusia mempunyai akibat bagi yang lain, sehingga untuk itu perlu diadakan pengontrolan dari manusia (masyarakat) itu sendiri. Apabila hasil dari pengontrolan itu terbatas, maka inilah yang disebut “masalah pribadi”, sedang bila hasilnya luas, maka disebut “masalah publik” 10

Kesalahan utama dari paradigma neoinstitusionalisme pada dasarnya terletak pada pengabaian terhadap relasi kuasa dalam teritori politik tertentu dan mengalihkannya hanya pada persoalan pilihan rasional dan teknokrasi.Padahal, perlu dicatat bahwa persoalan sebenarnya bukan saja pada persoalan kebijakan-kebijakan tepat manakah yang perlu diambil (rational choice) tapi pada perebutan kepentingan antar kekuatan sosial—sesuai dengan entitas aslinya— yang merupakan bentuk khusus pendistribusian kekuasaan. Logika yang

10

(25)

12

politik, secara implisit menuju logika anti-demokrasi—artinya perspektif neoinstitusionalis—hanya menerima demokrasi sejauh para teknokrat dapat menjalankan kebijakan-kebijakan yang diambilnya dengan baik, tanpa menyertakan kepentingan-kepentingan kelompok lain atas nama good

governance. Lebih ringkasnya, neoinstitusionalisme mereduksi politik hanya

pada persoalan pilihan rasional dan teknokrasi, yang abai terhadap perebutan kekuasan yang menyejarah dan spesifik.11

1.5.2 Konsep Politik Lingkungan

Politik lingkungan acapkali disamakan pengertiannya dengan ekologi politik. Beberapa definisi tentang ekologi politik yang asumsinya adalah sama yaitu: “environmental change and ecological conditions are (to some extent) the

product of political processes”12

Menurut Vandana Siva (1993), akar krisis ekologis terletak pada kelalaian pihak penguasa dalam menyingkirkan hak-hak komunitas lokal untuk

Jika keadaan lingkungan adalah produk dari proses-proses politik, maka tidak terlepas pula dalam hal ini adalah keterlibatan proses-proses dialektik dalam politik ekonomi. Perhatian tertentu difokuskan pada konflik yang di timbulkan karena adanya akses lingkungan yang dihubungkan ke sistem politik dan hubungannya dengan ekonomi.

(26)

13

berpartisipasi secara aktif dalam kebijakan lingkungan.13Paterson mengatakan bahwa politik lingkungan adalah suatu pendekatan yang menggabungkan masalah lingkungan dengan politik ekonomi untuk mewakili suatu pergantian tensi yang dinamik antara lingkungan dan manusia, dan antara kelompok yangbermacam-macam di dalam masyarakat dalam skala dari individu lokal kepada transnasional secara keseluruhan.14

Sementara menurut Bryant, politik lingkungan boleh didefenisikan sebagai usaha untuk memahami sumber-sumber politik, kondisi dan menjadi suatu jaringan dari pergantian lingkungan. Bryant memusatkan kajian politik lingkungannya dengan meneliti operasional dalam pengelolaan hutan dalam kasus Indonesia. Dari defenisi di atas, jelaslah, bahwa defenisi Bryant yang menekankan bahwa politik hal yang pertama atas politik lingkungan, yang berbasis aspek pembangunan dan berwawasan lestari. Ada dua alasan rasional untuk kondisi ini. Pertama, bahwa tekanan politik dan ekonomi dari pemerintah Soeharto mewarnai secara mendalam dalam pengelolaan hutan sejak tiga dekade pemerintahannya (1966-1998). Kedua, implikasi dari tekanan politik dan ekonomi atas perspektif lingkungan telah diabaikan oleh birokrat kehutanan, yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan hutan.15

13

Umar Syadat Hasibuan. 2008. Green Politics dan Penyelesaian Persoalan Lingkungan Hidup di Indonesia.

Melalu

14

Herman Hidayat. 2008. Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan Reformasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm 9

15

(27)

14

Mengamati skala sosial dan lingkungan yang berbeda, politik lingkungan menjelaskan sekurangnya tiga penelitian area yang berbeda. Pertama, penelitian ke dalam sumber yang kontekstual perubahan lingkungan yang menguji pengaruh lingkungan secara umum pada suatu negara, hubungan antar negara, dan kapitalisme global. Judul ini merefleksikan pengaruh yang tumbuh dari kekuatan nasional dan transnasional atas lingkungan dari suatu dunia yang saling bertambah ketergantungan, baik secara politik dan ekonomi. Kedua, area penelitian mencari tahu suatu lokasi dari aspek-aspek yang khusus mengenai perubahan lingkungan, yaitu dengan studi suatu konflik atas akses sumber-sumber lingkungan. Ilmuwan memperoleh pandangan bagaimana kontekstual pelaku berpengaruh atas kondisi sosio-lingkungan yang khusus, hubungan, dan menekankan perjuangan lokasi yang khusus atas lingkungan. Mengambil, baik sejarah maupun dinamika konflik, penelitian area ini menggambarkan bagaimana para petani yang miskin dan marsyarakat lokal tanpa kekuasaan berperang melindungi fondasi lingkungan atas kehidupannya. Ketiga, penelitian area ini menjelaskan jaringan politik dari perubahan lingkungan atas hubungan sosio-ekonomi dan politik.16

1.5.3 Teori Ekonomi Politik

Kita tahu bahwa perekonomian tidak bisa hanya diserahkan pada produsen dan konsumen yang berinteraksi satu sama lain melalui mekanisme pasar. Di sana sini diperlukan adanya campur tangan pemerintah. Campur tangan

16

(28)

15

pemerintah diperlukan jika mekanisme pasar tidak bekerja dengan sempurna. Selain itu, campur tangan pemerintah diperlukan untuk mengatasi eksternalitas dan untuk pengadaan barang-barang publik. Berbagai keputusan yang menyangkut kebijakan publik dilaksanakan oleh pemerintah sesuai institusi ekonomi dan politik yang ada. Suatu kebijakan disebut kebijakan publik bukan karena kebijakan itu sudah diundangkan, atau karena kebijakan tersebut dilaksanakan oleh publik, melainkan karena isi kebijakan itu sendiri yang menyangkut bonum commune atau kesejahteraan umum.17

Saat ini terdapat kecenderungan di mana dua kondisi yang kelihatannya berkontradiksi, namun sebenarnya berjalan beriringan. Di satu sisi, hampir semua negara secara ekonomi terintegrasi dengan pasar global, namun di sisi lain kekuasaan politik di dalamnya makin terlokalisasi. Maksud dari kekuasaan yang terlokalisasi ini adalah tersebarnya kekuasaan yang tidak hanya terdapat di pemerintahan pusat, namun juga di wilayah-wilayah dibawahnya, seperti provinsi dan kabupaten/kota. Hal itu terutama pada negara-negara pasca otoritarian seperti Indonesia. Bahwa globalisasi dan lokalisasi berjalan berkelindan satu sama lain. Konsekuensinya, perubahan ekonomi, politik, dan sosial di tingkat lokal pada dasarnya juga dipengaruhi oleh perubahan ekonomi politik di tingkat global.18

17

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga. hlm 11

(29)

16

Secara fundamental, politik adalah kontestasi untuk memperebutkan kekuasaan dan sumber daya alam secara konkrit dan nyata antar kekuatan sosial dan kepentingan di lokus lokal, nasional ataupun internasional yang saling terkait.19

Penganut neoinstitusionalisme melihat bahwa perubahan sosial akan lebih banyak dilakukan oleh elit yang berwawasan luas dan maju. Oleh karenanya, perspektif ini dengan sengaja mengabaikan analisis yang menekankan pada kekuatan-kekuatan sosial dan dimensi sejarah. Aspek penting dari teori modernisasi melihat bahwa negara netral dari segala kepentingan dan dari sanalah peran agen (aktor) untuk menjadi penting untuk pembangunan dan modernisasi. Dalam hal ini, peran para teknokratik menjadi penting untuk mengerahkan jalan modernisasi ekonomi dan politik sehingga para penganut institusionalisme ini percaya bahwa segala problem sosial dan politik bisa diselesaikan dengan pendekatan teknokratis.

Kekuasaan yang makin terlokalisasi menunjukkan bahwa arena kontestasi kekuasaan itu tidak hanya di tingkat nasional dan internasional, namun juga ada di tingkat lokal. Adanya kekuasaan politik di tingkat lokal memberikan kewenangan pada pemerintahan lokal untuk terlibat dalam distribusi kekayaan dan kekuasaan. Inilah dasar argumen ekonomi politik menurut Hadiz tentang kontestasi politik lokal.

20

19

Vedi R. Hadiz. 2010. Localising Power in Post-Authoritarian: A Southeast Asia Perspective. Stanfort: Stanfort University Press. hlm 2

(30)

17

Perubahan institusional via desentralisasi yang dikombinasikan dengan demokrasi, gagal mengatasi relasi kekuasaan predatoris lama. Dalam kasus desentralisasi, hal itu membuat jaringan oligarki lama lebih terlokalkan, karena itu kekuatannya bisa saja otonom dari pusat ataupun berelasi dengan elit di pusat. Oligarki ini mengangkangi perubahan institusi, bahkan mereka justru memanfaatkannya untuk bertransformasi. Karakter mereka tetap sama, yaitu merampok sumber daya ekonomi politik publik melalui kekuasaan. Dalam bahasa lain, elemen-elemen itu tetap hidup dengan bentuk jaringan patronase baru yang bersifat desentralistik, lebih cair, dan saling bersaing satu sama lain. Kekuatan ini yang kemudian membajak agenda desentralisasi sehingga terbentuk problem-problem lain, seperti politik uang, tumbuhnya koersi preman dan KKN semakin tumbuh subur.21

Persoalan menonjol di Indonesia adalah besarnya grup-grup bisnis di dalam pasar yang bukan hasil persaingan atau melalui penentuan pemerintah dalam bentuk penguasaan pasar. Sebenarnya “kerjasama” pemerintah dan swasta berlangsung dimana-mana dan juga di Indonesia di masa-masa 1950-an sampai 1960-an. Persoalannya kini adalah karena magnitude kegiatan yang jauh lebih besar, yang pada gilirannya dapat terjadi karena transformasi ekonomi yang dihasilkan Orde Baru. Sementara itu berbeda dengan masa-masa 1950-an (Politik Benteng) dan 1960-an (Aslam dan Karkam di masa Soeharto), serta

21

(31)

18

akhir 1970-an (UP3DN) maka pihak swasta yang menonjol bergerak sekarang adalah dari kelompok nonpribumi.22

1. Jalur pembayaran pajak, dan

Sementara grup bisnis terutama berfungsi sebagai “kapten-kapten” pertumbuhan maka hubungannya dengan soal kemiskinan dan keadilan lebih berdimensi politis dan sosial ketimbang ekonomis. Maksudnya, bila kita tidak keluar dari jalur Pareto Optimum, maka grup bisnis dapat berperan melalui dua jalur:

2. Jalur peningkatan kesejahteraan pegawai serta pemberian saham kepada pegawai, yang di luar negeri disebut sebagai ESOP (Employee

Stock Ownership Program).23

1.5.4 Studi Terdahulu

Penelitian skripsi alumni departemen ilmu politik tahun 2009, Benjamin Rumapea, yang berjudul: Politik Pembangunan Daerah: Peranan Bappeda Kabupaten Samosir Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Di mana penelitian ini menggunakan konsep politik lingkungan dan konsep politik pembangunan dan pembangunan berkelanjutan sebagai landasan teori dalam penelitiannya. Penelitian terdahulu ini

22Sjahrir. 1995. Mikro-Makro Ekonomi Indonesia. Jakarta: UI-Press. hlm 259 23

(32)

19

membahaspembangunan di daerah Kabupaten Samosir, yang dilakukan Bappeda dan dengan memperhatikan wawasan lingkungan yang berkelanjutan.

Kajian dengan tema lingkungan hidup ini bertujuan untuk membuka wawasan tentang lingkungan hidup yang dewasa ini masih sangat terbatas dijumpai.Lingkungan hidup di Kabupaten Samosir merupakan sesuatu yang memiliki daya jual yang tinggi. Sebagaimana Kabupaten Samosir merupakan kawasan pariwisata yang terkenal di Sumatera Utara. Posisi yang sangat vital ini tentu harus diimbangi dengan pembangunan yang berkelanjutan terhadap Kabupaten tersebut. Namun juga tidak menghilangkan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.

Adapun Kabupaten Samosir merupakan salah satu kawasan wisata yang potensial di Sumatera Utara. Namun demikian, kawasan pariwisata tersebut juga merupakan kawasan pemukiman penduduk. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah setempat untuk dapat mengakomodasi kepentingan kedua pihak. Kawasan pariwisata membutuhkan perhatian pemerintah dalam hal menjaga dan membangun kawasan yang layak untuk dikunjungi wisatawan. Namun, masalah yang kemudian muncul ialah ketentraman masyarakat. Di sisi lain, pemukiman masyarakat juga layak mendapat perhatian pemerintah. Misalnya dalam hal kesehatan lingkungan, ketentraman lingkungan.

(33)

20

dan Pembangunan Nasional.Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Samosir bersama Pemerintah Kabupaten Samosir tentunya sudah membentuk dan merencanakan beberapa rencana strategis dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup. Sebagaimana visi dari pemerintah Kabupaten Samosir, “Samosir Menjadi

Daerah Tujuan Wisata Lingkugan yang Inovatif Tahun 2015”,

Untuk itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana politik pembangunan di daerah Kabupaten Samosir, dalam konteks kawasan pariwisata dan juga kawasan pemukiman. Di mana dalam hal pembangunan ini, peneliti ingin melihat peran dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Samosir dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup. Penelitian ini juga didedikasikan demi kesinambungan lingkungan Kabupaten Samosir sebagai kawasan pariwisata, sekaligus kawasan pemukiman yang terkenal di Sumatera Utara.

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian

(34)

21

makna ataupun dampak yang dirasakan oleh masyarakat atas kebijakan pemerintah. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kota Rantauprapat di kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Dalam hal pengumpulan data maupun informasi, maka perumusan lokasi penelitian iniyaitu pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Labuhan Batu, DPRD Kabupaten Labuhan Batu, pengusaha burung walet, serta masyarakat di kota Rantauprapat, Kecamatan Rantau Utara.

(35)

22

burung adalah justifikasi bahwa lingkungan Kota Rantauprapat harus mendapat keadilan.

Ketidaknyaman yang ditimbulkan keberadaan budidaya burung walet ini layak untuk mendapat sorotan yang tajam.Selanjutnya, daerah Labuhan Batu, khususnya Rantauprapat merupakan salah satu daerah pemasok sarang burung walet yang besar.Dibuktikan dari menjamurnya bisnis ini di pedesaan sampai ke perkotaan.Adapun harga jual dari sarang burung walet ini bukanlah kecil, namun pemerintah Kabupaten Labuhan Batu hanya memiliki regulasi retribusi pajak saja, yaitu sebesar 10%.Sementara, dampak terhadap lingkungan di Kota Rantauprapat selama ini tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah setempat.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Dataakandikumpulkan dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian, akan di-review semua data tersebut, diberikan makna, dan diolah ke dalam kategori-kategori yang melintasi semua sumber data. Terdapat tiga macam cara untuk memperoleh data, ataupun informasi-informasi, keterangan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan penelitian yang akan dibahas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

(36)

23

dengan politik lingkungan dan kebijakan publik, nantinya dikembangkan kerangka-kerangka teoritis dan konsepsional yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Studi Lapangan, dimaksudkan untuk mendapatkan data lapangan yang berhubungan dengan kebijakan politik lingkungan di kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu.

Dari data-data lapangan ini nantinya didapatkan hasil-hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan seperti yang tercantum dalam penelitian ini. Pengambilan data ke lapangan digunakan dua data sumber, yaitu:

(37)

24

yaitu, Bapak Muksin, dan Bapak Ibnu Akbar S.Sos, M.M, selaku Lurah Cendana di Kecamatan Rantau Utara.

b. Data Sekunder, berupa pengumpulan informasi tambahan dari dokumen, buku, koran, maupun artikel-artikel yang berhubungan dalam judul dan perumusan masalah dalam penelitian, maupun lampiran-lampiran dan undang-undang yang mengatur program tersebut sehingga diperoleh deskripsi implementasi program, seperti BPS Labuhan Batu dan Kecamatan Rantau Utara.

3. Observasi, yaitu dengan mendatangi secara langsung lingkungan jalanan kota, tempat-tempat budidaya burung walet, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Labuhan Batu.

1.7 Teknik Analisis Data

(38)

25 1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi pokok dari penelitian ini, maka penulis akan mempermudah dengan membagi sistematika penulisan kedalam empat bagian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, tujuan mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian dan metode penelitian serta kerangka serta konsep teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : PROFIL KOTA RANTAUPRAPAT DAN KEBERADAAN BUDIDAYA SARANG BURUNG WALET DI KOTA RANTAUPRAPAT

Dalam bab ini akan di uraikan tentang gambaran kondisi umum lokasi penelitian yang menggambarkan keadaan geografis, demografis, ekonomi, dan sosial politik Kota Rantauprapat, serta deskripsi tentang pengelolaan dan budidaya sarang burung walet di Kota Rantauprapat.

BAB III : ANALISIS DAMPAK PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KOTA RANTAUPRAPAT

Bab ini berisikan data-data yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian dan juga menganalisis data-data yang telah dapat kemudian akan disajikan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai dampak yang dihasilkan dari pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat.

(39)

26

(40)

27 BAB II

PROFIL KOTA RANTAUPRAPAT

DAN KEBERADAAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

2.1 Profil Kota Rantauprapat

Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis, kabupaten Labuhan Batu berada pada 1º41’ - 2º44’ Lintang Utara, 99º33’ - 100º22’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 700 meter diatas permukaan laut (dpl).24

 Kabupaten Labuhanbatu (kabupaten induk)

Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten yang luas dan berada di wilayah pantai timur di bagian timur Provinsi Sumatera Utara. Karena luas wilayah yang begitu besar (922.318 Ha) maka Kabupaten Labuhanbatu pada Tahun 2008 dimekarkan menjadi 3 Kabupaten menjadi:

 Kabupaten Labuhanbatu Utara (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara Di Provinsi Sumatera Utara)

 Kabupaten Labuhanbatu Selatan (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara).25

24Labuhan Batu Dalam Angka 2014, hlm. 2 25

(41)

28

Dari pemekaran tersebut,posisi Kabupaten Labuhanbatu berada diantara Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Meskipun telah mekar, Kabupaten Labuhanbatu tetap memiliki wilayah yang bervariasi dari laut hingga bukit.Jikadiperhatikan posisi geografis Kabupaten Labuhanbatu, Kota Rantauprapat khususnya merupakan pintu gerbang menuju Provinsi Sumatera Utara dari arah pantai timur Pulau Sumatera khususnya dari Provinsi Riau dan sekaligus pusat pertumbuhan di bagian Timur Sumatera Utara. Sebagai daerah lintasan dan pusat pertumbuhan, Kabupaten Labuhanbatu memiliki peranan yang sangat penting dalam melayani wilayah hinterland-nya.26

Dalam konteks Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu yang dalam hal ini direpresentasikan dengan Kota Rantauprapat memiliki jarak yang bervariasi ke kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Kota utama yang paling jauh untuk ditempuh dari Kota Rantauprapat adalah Kota Sidikalang (Kabupaten Dairi), sedangkan Kota terdekat utama adalah Kota Kisaran (Kabupaten Asahan). hal ini menunjukan tingkat hubungan interaksi atau antar kota baik dalam bentuk orang maupun barang. Dengan mengadopsi rumus fisika, bahwa kekuatan tarik menarik antar kota merupakan fungsi jarak, semakin dekat jarak kota maka semakin besar pula interaksi orang dan barangnya dan sebaliknya semakin jauh jarak antar kota tersebut maka semakin kecil pula tingkat interaksi orang dan barangnya.27

26Ibid., hlm 1

27

(42)

29

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara Di Provinsi Sumatera Utara dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara, maka wilayah administrasi Kabupaten Labuhanbatu menjadi berkurang. Saat ini secara administrasi, wilayah Kabupaten Labuhan Batu memiliki batas wilayah, yaitu :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara Sebelah Timur : berbatasan dengan Provinsi Riau.

(43)

30

PNS tersebut merupakan tamatan SLTA yaitu sebanyak 1.713 orang, kemudian 2.978 orang tamat S1/S2/S3, dan1.314 orang tamat DI/DII/DIII28

[image:43.612.127.515.233.487.2]

NO.

TABEL 2.1

LUAS KECAMATAN DAN RASIO KECAMATAN TERHADAP LUAS KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2007

KECAMATAN LUAS WILAYAH

(KM2)

RASIO TERHADAP

LUAS TOTAL (%)

1 Bilah Hulu 293.23 11.45

2 Pangkatan 355.47 13.88

3 Bilah Barat 202.98 7.92

4 Bilah Hilir 430.83 16.82

5 Panai Hulu 276.31 10.79

6 Panai Tengah 483.74 18.89

7 Panai Hilir 342.03 13.35

8 Rantau Selatan 64.32 2.51

9 Rantau Utara 112.47 4.39

KAB. LABUHANBATU 2,561.38 100.00

Sumber : BPS Kabupaten Labuhan Batu.

Catatan: Data setelah pemekaran.

Setelah mengalami pemekaran menjadi 3 (tiga) kabupaten, Kabupaten Labuhanbatu (induk) memiliki luas 2.561,38 Km2 dari 9.223,18 Km2 luas sebelumnya atau 27,7 % dari luas sebelumnya. Kabupaten Labuhanbatu yang dulunya memiliki 22 kecamatan, dengan pemekaran menjadi 9 kecamatan.29

28 Labuhan Batu Dalam Angka 2014, hlm 12 29

Ibid., hlm 2

(44)

31

yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta (1,007,185 jiwa), sedangkan Kabupaten/kota lainnya seperti Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Hal ini menunjukan bahwa daya tarik Kabupaten Labuhanbatu relatif tinggi sehingga menarik banyak penduduk. Namun jika ditelusuri lebih jauh terkait dengan jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu setelah pemekaran, jumlah penduduknya 40% dari Kabupaten Labuhanbatu keseluruhan (tanpa pemekaran).30

Dalam konteks tingkat pertumbuhanpun, Kabupaten Labuhanbatu (sebelum mekar) termasuk pada kabupaten/kota dengan tingkat pertumbuhannya termasuk tinggi dan relatif tetap dalam kurun waktu 25 tahun. Pada Tahun 1985 – 1990 tingkat pertumbuhannya mencapai 2,55% dan pada Tahun 2007 sekitar 2,03%. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sumatera Utara, kabupaten/kota yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi adalah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Pakpak Bharat meskipun mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk tetapi sebenarnya jumlah penduduknya masih sangat kecil dan terjadilonjakan yang signifikan karena adanya pemindahan pusat pemerintahan kabupaten yang diikuti oleh kegiatan.31

Dari sisi distribusi penduduk penyebaran penduduk diProvinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu wilayah tujuan distribusi. Pada Tahun 2007 jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara adalah 12,834,371 jiwa, sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu setelah dipisahkan dari Kabupaten

30Ibid., hlm 9

31

(45)

32

Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah kira-kira sejumlah 400.850 jiwa (pemisahan penduduk perkecamatan). Artinya, ada sekitar 3,12% penduduk Provinsi Sumatera Utara yang tinggal di Kabupaten Labuhanbatu. Sedangkan sebaran penduduk yang banyak tersebut berada di Kota Medan, kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Untuk kabupaten/kota dengan tingkat distribusinya rendah berada di Kabupaten Pakpak Bharat dan Kota Sibolga.32

Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata di Provinsi Sumatera Utara selama 4 (empat) tahun terakhir (2004-2007) sebesar 6,08%. Kabupaten/kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi adalah Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 4,16% sedangkan laju pertumbuhan ekonomi paling rendah terjadi di Kabupaten Asahan yaitu -13,03% (hal ini disebabkan pemekaran yang terjadi pada Tahun 2007).Kabupaten Labuhanbatu sendiri rata-rata pertumbuhan ekonominya (sebelum pemekaran) selama 4 (empat) tahun terakhir sebesar 1,91% (Tahun 2004 sebesar 0,17%, Tahun 2005 2,62%, Tahun 2006 2,16% dan Tahun 2007 sebesar 4,58%). Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara maka laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu tergolong sedang.33

Dalam kurun waktu Tahun 2004-2008 struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh sektor pertanian dengan nilai berkisar di angka 23,9%-26,3% sedangkan peranan terkecil dipegang oleh sektor listrik, gas dan air minum dengan kontribusi berkisar antara 0,74%-0,84%. Secara sektoral ada 3 sektor

32Ibid., hlm 10

33

(46)

33

yang dominan dalam pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Utara yaitu sektor pertanian 23,19%, sektor industri 23,66% dan perdagangan, hotel dan restoran 18,42%.34

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu lahir berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa pengendalian Lingkungan Kabupaten/Kota merupakan kewenangan Pemerintah Daerah.Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhan Batu No. 36 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Labuhan Batu dan bertanggung jawab kepada Bupati Labuhan Batu. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu dipimpin oleh seorang Kepala

Pada kurun waktu Tahun 2004-2008, struktur perekonomian baik di Kabupaten Labuhanbatu maupun Provinsi Sumatera Utara tidak banyak mengalami pergeseran, masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, industri serta perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan data yang diperoleh, sejak Tahun 2004-2008, sektor pertanian terus mengalami penurunan kontribusi terhadap total nilai PDRB Kabupaten Labuhanbatu dan Provinsi Sumatera Utara, yang mengindikasikan bahwa telah terjadi pergeseran struktur ekonomi, dimana peran sektor primer mulai digantikan oleh sektor sekunder (industri) dan sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran).

2.2 Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu

34

(47)

34

Badan dengan pangkat eselon II. Kepala Badan dibantu oleh lima orang pejabat struktural dengan pangkat eselon III.35

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup,

Berdasarkan Peraturan Bupati Labuhan Batu No. 20 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi serta Rincian Tugas Jabatan Struktural Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Labuhan Batu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Kabupaten Labuhan Batu mengemban tugas membantu Bupati Labuhan Batu dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang Lingkungan Hidup berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dengan fungsi sebagai berikut:

b. Pengkoordinasian pengelolaan Lingkungan Hidup,

c. Pembinaan dan pelaksanaan pelayanan penunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dalam bidang Lingkungan Hidup, dan

d. Melakukan pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Badan di bidang Lingkungan Hidup.36

Adapun visi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu, yaitu Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan, sedangkan misinya adalah : a) meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan melakukan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup, b) mewujudkan kebijakan pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup guna mendukung tercapainya pembangunan yang

35 Dokumen Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2011-2015, hlm 6 36

(48)

35

berkelanjutan, dan c)memberikan perlindungan terhadap masyarakat mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.

Adapun Tujuan Program Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu, antara lain: a) mewujudkan lingkungan yang berkualitas, bersih dan sehat, b) meningkatnya kesadaran masyarakat dan pihak kegiatan usaha dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, dan c) mewujudkan perlindungan sumber daya untuk pembangunan yang berkelanjutan37

[image:48.612.108.533.350.616.2]

SASARAN

TABEL 2.2

SASARAN DAN PROGRAM BLH

PROGRAM

1. Terwujudnya Lingkungan Hidup yang

bersih dan sehat

1.1 Pengembangan kinerja pengelolaan

persampahan

1.2 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Perlindungan dan Konservasi

Sumber Daya Air

2. Terwujudnya lingkungan yang lestari

melalui peningkatan peran serta

masyarakat dan perusahaan

2.1 Pengendalian pencemaran dan

perusakan Lingkungan Hidup

2.2 Peningkatan Kualitas dan Akses

Informasi Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup

3. Terciptanya sumber daya alam yang

baik untuk masyarakat

3.1 Perlindungan dan konservasi Sumber

Daya Alam

Sumber: Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu

37

(49)

36

Dalam upaya pengendalian lingkungan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu, memiliki tiga dokumen lingkungan yang pengimplementasiannya disesuaikan dengan dampak yang akan dihasilkan oleh kegiatan atau usaha yang akan dilakukan, antara lain:

1. SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan)

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikenakan dalam dokumen SPPL ini adalah kegiatan atau usaha yang dampaknya terhadap lingkungan hampir tidak ada atau kecil.Misalnya, kegiatan pertokoan, usaha rumahan, kios kecil, wirausaha dalam skala kecil.

2. UKLUPL (Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan)

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikenakan dalam UKLUPL ini adalah kegiatan atau usaha yang dampaknya terhadap lingkungan sedang.Kegiatan atau usaha yang tergolong berdampak sedang ini harus memberikan laporan pengelolaan lingkungan atas kegiatan atau usaha yang dijalankannya.Contoh kegiatan atau usaha yang dapat dikenakan UKLUPL misalnya, sekolah, bank, penjara, rumah sakit, dan sebagainya.

3. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

(50)

37

Pengelolaan Lingkungan) yang berisi tentang pengelolaan, serta RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan yang bertujuan untuk pemantauan. Kegiatan yang tergolong memiliki dampak besar atau kompleks ini misalnya perkebunan yang luasnya lebih dari 3.000 Ha, kawasan pertambangan, pabrik skala nasional.38

1. Pelayanan pencegahan pencemaran air

Pelayanan Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 tahun 2008 tentang Standarisasi Pelayanan Minimal (SPM) maka, SPM BLH Labuhan Batu terdiri dari:

Penetapan status mutu air merupakan tahapan yang sangat penting dalam rangka pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, karena akan menjadi titik tolak untuk pelaksanaan suatu program/kegiatan selanjutnya. Status mutu air juga merupakan hak masyarakat yang harus diakomodir, sebagaimana diatur dalam pasal 30 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan informasi mengenai status mutu air dan pengelolaan kualitas air serta pengendalian pencemaran air.

2. Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak

Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya. Kualitas udara sangat berhubungan dengan

38

(51)

38

tingkat kesehatan masyarakat dan kegiatan pembangunan. Udara yang tercemar dapat meningkatkan berbagai jenis penyakit seperti ISPA dan bahkan menyebabkan kematian apabila kadarnya berbahaya untuk jangka waktu yang lama.

3. Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan atau tanah untuk produksi biomassa

Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya termasuk tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman. Manusia pada saat ini memanfaatkan sumber daya tanah yang terlalu besar untuk produksi biomassa sehingga daya dukung tanah semakin rusak sehingga menimbulkan kerusakan tanah/lahan seperti hutan gundul, erosi, dan lain-lain.

4. Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup penegakan hukum lingkungan.

Meningkatnya pembangunan di berbagai sektor telah mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, menyebabkan makin meningkatnya pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran. Salah satu upaya pemerintah untuk menyikapi kondisi terebut dengan peningkatan efektivitas pengelolaan pengaduan masyarakat.39

39

(52)

39

Kerusakan lingkungan di Kabupaten Labuhan Batu disebabkan antara lain, penambangan galian C di mana kegiatan usaha tersebut mengakibatkan kerusakan di bantaran sungai, sehingga sungai mengalami erosi serta pelebaran aliran sungai dan pendangkalan di daerah-daerah tertentu. Di samping itu juga, penyebab lain kerusakan lingkungan di Kabupaten Labuhan Batu yakni penanaman tanaman perkebunan di areal yang sangat miring, sehingga apabila ada land clearing (pembersihan lahan) akan mengakibatkan longsor dan erosi. Kerusakan lainnya ditimbulkan dari kebakaran hutan dan perambahan hutan menjadi kawasan lahan pertanian dan perkebunan.40

Tantangan dan peluang pengembangan Pelayanan Badan Lingkungan Hidup terdapat pada faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal, masih sedikit pegawai yang mengikuti diklat pengelolaan lingkungan hidup serta masih kurangnya peralatan laboratorium. Pada faktor eksternal, yang terdiri dari masyarakat dan pihak kegiatan usaha/industri, yang belum menaati pengelolaan limbah dan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga sarana dan prasarana pengelolaan persampahan dan menjaga lingkungan sekitarnya. Peluang yang mungkin adalah perlengkapan laboratorium dapat diadakan secara bertahap dalam setiap tahun anggaran dan memberikan motivasi dan sosialiasi juga informasi kepada masyarakat serta kegiatan usaha/industri tentang pengelolaan lingkungan.41

40Ibid., hlm 8

41

(53)

40

2.3 Deskripsi Keberadaan Pengusahaan Sarang Burung Walet

Pada awalnya sarang burung walet tidak pernah diusahakan.Artinya, sarang burung walet merupakan hasil alami dari walet tersebut tanpa ada usaha ataupun upaya manusia untuk membuatnya. Burung walet sendiri secara alamiah tinggal pada gua-gua yang gelap dan lembab.Manusia awalnya hanya memanfaatkan sarang burung walet alami, dengan mencari di gua-gua walet. Air liur burung walet ini dipercaya berkhasiat positif bagi kesehatan. Air liur burung walet dipercaya dapat menyehatkan tubuh, meningkatkan stamina.

Burung walet merupakan burung dengan tubuh berukuran kecil, sekitar 9 cm. Berwarna hitam biru mengkilat. Ekor sedikit bertakik. Dagu abu-abu. Perut putih mencolok. Menukik untuk minum air sungai. Jarang sekali bertengger. Menggunakan ekholokasi. Habitatnya ialah semua tipe hutan. Frekuensi suara burung walet berkisar 7-16 kHz dengan energi utama 2-7 kHz. Burung walet atau dengan nama latin

Aerodramus fuciphagus merupakan kerajaan animalia, filum chordata, kelas aves,

ordo apodiformes dan famili apodidae.42

Manusia awalnya hanya memanfaatkan sarang burung walet alami saja. Namun, seiring meningkatnya jumlah penduduk dan permintaan akan sarang burung walet pun meningkat, barulah manusia menciptakan habitat non-alami untuk burung walet. Pengusahaan Sarang Burung Walet di Labuhan Batu sudah ada sejak tahun 1980-an dan terus mengalami peningkatan jumlah pengusahaan dari tahun ke tahun.

42

(54)

41

Ditambah lagi, permintaan terhadap sarang burung walet dari Rantauprapat oleh luar negeri cukup tinggi. Itulah sebabnya lama-kelamaan jumlah pengusahaan ini semakin banyak.

Habitat buatan ini selanjutnya dioperasikan pada ruko-ruko bertingkat, kemudian dibuat sedemikian rupa untuk membuat habitat asli burung walet. Pada ruko-ruko walet akan dijumpai sebuah ciri tertentu yaitu, ada semacam jendela pada bagian paling atas ruko. Jendela tersebut merupakan pintu masuk keluarnya walet yang diusahakan. Pada jendela itu juga, terdapat sebuah alat pemancing yang lazimnya disebut tweeter walet. Tweeteritulah yang berfungsi sebagai pemancing agar burung walet mau masuk ke dalam ruko tersebut.

Lokasi Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kecamatan Rantau Utara dilakukan pada ruko-ruko bertingkat dua atau tiga. Ada ruko yang kosong dan juga yang dihuni oleh orang. Artinya, ada sebagian pengusaha yang dengan sengaja tinggal satu atap dengan burung walet yang diusahakannya. Bagi pengusahaan yang ditinggali pemiliknya, musik burung atau tweeter-nya dioperasikan secara manual. Pemilik usaha burung walet mengatur hidup matinya tweeter tersebut. Namun, bagi pengusahaan yang kosong, yang tidak ditinggali oleh orang, tweeter diatur sedemikian rupa dengan alat timer atau pengatur waktu otomatis.

Musik pemancing atau tweeter tersebut pun terdiri atas dua jenis. Pertama,

tweeter yang dipasang di dalam tempat walet bergantungan. Hanya saja musiknya

(55)

42

walet dapat betah di dalamnya. Tweeter ini tidak akan terdengar orang jika sedang melintas di depan ruko. Kedua, tweeter yang dipasang di luar ruko. Dipasang di bagian puncak ruko, dengan menggunakan speaker corong. Tweeter yang di luar inilah yang berfungsi untuk memanggil burung walet yang sedang berterbangan dari jauh. Tweeter ini beroperasi mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB.

[image:55.612.110.533.550.704.2]

Pada dasarnya, pengusahaan sarang burung walet merupakan pengusahaan ruko saja. Burung walet merupakan jenis binatang liar dan tidak dibudidayakan. Pengusahaan sarang burung walet juga tidak memberikan pakan atau makanan kepada burung walet yang diusahakannya. Hanya menyediakan ruko sebagai tempat burung walet singgah. Burung walet secara alamiah dapat pergi semaunya. Disebabkan habitat alaminya di hutan, burung walet akan terbang jauh menuju hutan dan mencari makan di sana.

TABEL 2.3

NAMA-NAMA PENGUSAHA SARANG BURUNG WALET YANG MEMILIKI IZIN DI KECAMATAN RANTAU UTARA

No Nama Alamat Wajib Pajak Lokasi Penangkaran Izin

Diterbitkan

Tahun

1. Hermanto Jl. Torpisang Mata No.

100 Rantauprapat

Jl. Torpisang Mata No.

100 Rantauprapat

2010

2. Wagimin Jl. Mardan No. 7 Kel.

Cendana

Jl. Mardan No. 7 Kel.

Cendana

2010

(56)

43

Suhani Cendana Cendana

4. Munir Jl. Imam Bonjol No. 58

Kel. Cendana

Jl. Imam Bonjol No. 58

Kel. Cendana

2011

5. Lok Siu Leng/

Suarti

Jl. Imam Bonjol No. 79

Kel. Cendana

Jl. Imam Bonjol No. 79

Kel. Cendana

2011

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Labuhan Batu

Hanya ada lima pengusaha yang terdaftar mempunyai izin usaha sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara tetapi izin tersebut pun sudah tidak berlaku lagi. Izin terakhir yang terdaftar memiliki izin dikeluarkan pada tahun 2011, sementara izin hanya berlaku selama 4 tahun.Ini menjelaskan bahwa pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara berjalan secara tidak resmi.

Kecamatan Rantau Utara ternyata memiliki lebih dari 30 ruko pengusahaan sarang burung walet namun, tak satupun dari pengusahaan sarang burung walet tersebut yang memiliki izin resmi pengusahaan. Hal tersebut disinyalir terjadi akibat penurunan harga sarang burung walet yang sangat drastis. Pada tahun 2010, harga jual sarang burung walet dengan kualitas terbaik bisa mencapai 20 juta per kilogram-nya. Sementara sekarang, harga jual sarang burung walet dengan kualitas yang sama hanya sekitar 2 juta per kilogram-nya. Penyebab drastisnya penurunan harga jual sarang walet tersebut pun tidak jelas diketahui.

(57)

44

perkotaan di Rantauprapat (lihat tabel 3.2). Pelarangan tersebut tidak berujung kepada penerbitan Peraturan Daerah. Alhasil, pengusahaan sarang burung walet masih saja beroperasi di Kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan.

Adapun wacana pelarangan menjalankan pengusahaan sarang burung walet di kawasan perkotaan tersebut dinilai oleh pengusaha sarang burung walet merupakan kebijakan yang sangat tidak masuk akal. Hal tersebut dinilai dapat mengakibatkan puluhan pengusaha mengalami kerugian yang besar. Para pengusaha mengaku bahwa modal yang digelontorkan untuk pengusahaan ini tidaklah sedikit. Modal untuk membangun sebuah ruko dapat mencapai ratusan juta rupiah.

Wacana pelarangan tadipun

Gambar

TABEL 2.1 LUAS KECAMATAN DAN RASIO KECAMATAN TERHADAP LUAS
TABEL 2.2 SASARAN DAN PROGRAM BLH
TABEL 2.3 NAMA-NAMA PENGUSAHA SARANG BURUNG WALET YANG
TABEL 2.4 NAMA-NAMA ANGGOTA KOMISI D DPRD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Tata Ruang dan Bangunan Tugas dari Satpol PP dalam pelaksanaan koordinasi dalam penertiban usaha pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet di Kota

pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet yang didalamnya memuat mengenai peran pemerintah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sarang burung walet,

bahwa dalam rangka kelestarian, pembudidayaan, pengusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, telah ditetapkan Peraturan

Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet adalah Izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan pengelolaan

Dinas Tata Ruang dan Bangunan Tugas dari Satpol PP dalam pelaksanaan koordinasi dalam penertiban usaha pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet di Kota

Dengan kata lain, potensi pajak sarang burung walet ini tidak serta merta dapat langsung dijadikan sebagai target penerimaan pajak sarang burung walet oleh DPPKA karena kendala

(1) Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet baik yang berada di habitat alami maupun diluar habitat alami harus

Hal itu menandakan daerah tersebut cocok untuk mengembangkan kedua jenis burung tersebut.54 Berdasarkan hal-hal diatas syarat-syarat yang harus dilakukan pada saat pembangunan sarang