• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) terhadap Residen Penyalahgunaan Narkoba di Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) terhadap Residen Penyalahgunaan Narkoba di Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM THERAPEUTIC

COMMUNITY (TC) TERHADAP RESIDEN PENYALAHGUNAAN

NARKOBA DIREHABILITASI AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

RICKIANTO PM

110902026

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : RICKIANTO P.M Nim : 110902026

Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) Terhadap Residen Penyalahgunaan Narkoba di Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

ABSTRAK

Penyalahgunaan narkoba merupakan satu masalah yang kompleks didalam kehidupan masyarakat. Bahkan, saat ini peredaran narkoba sudah sampai kepelosok daerah. Tidak hanya dikalangan orang dewasa, saat ini kaum remaja adalah salah satu pengguna narkoba yang sangat dominan terutama dalam pergaulan sehari – hari. Salah satu upaya dalam penanganan masalah narkoba ini adalah dengan melakukan rehabilitasi. Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit centre merupakan salah satu Rehabilitasi narkoba terbesar di Sumatera Utara yang menjalankan Program Therapeutic Community (TC) yang bermanfaat bagi pemulihan residen ketergantungan narkoba.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui mengenai Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) dalam pemulihan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 28 orang yang mengikuti program pemulihan dengan mengikuti salah satu program yakni Program Therapeutic community (TC). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dibuat dalam bentuk diagram.

Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community terhadap Residen diRehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre menunjukkan bahwa proses pengenalan program Therapeutic Community terhadap Residen sangat jelas, yang menjadikan Proses Pelaksanaan Program berjalan dengan baik, yang memperoleh manfaat yang baik bagi Residen dalam Proses pemulihan Terhadap Ketergantungan Penyalahgunaan Narkoba. Kata Kunci : Program Therapeutic Community (TC), Residen Penyalahgunaan

(3)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : RICKIANTO P.M

Student Id Number : 110902026

Evaluation Of The Program Therapeutic Community ( TC ) Against Drug Resident In Rehab Al-Kamal Sibolangit Centre

ABSTRACT

Drug abuse is one complex problem in public life. Even now the distribution of drugs comes to remote regions. Not only in adults , now the teenager is one of drug users very dominant especially in intercourse a every day. An effort in handling drug problems this is by conduct rehabilitation. Drug rehabilitation institution Al-Kamal Sibolangit Centre is one of the largest drug rehabilitation in north sumatra who run Program Therapeutic Community (TC) that are useful for recovery resident drug dependence .

This research were classified as descriptive type of research which aims to describe and knew about the program implementation therapeutic community (TC) in recovery. A population of the research has reached 28 people attending recovery programs from by following one program namely Programs Therapeutic Community (TC). Analysis techniques data in this research using descriptive research with a qualitative approach made in the form of a diagram.

The results of research obtained from data analysis evaluation the implementation of the program therapeutic community to resident renovated Al-Kamal Sibolangit Centre indicates that the process of the introduction of program therapeutic community to resident very clear, who made process of implementing the run well, who benefit good for resident in the process of a remedy for dependence drug abuse .

(4)

iii

KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis dapat sampai ketitik ini, dapat menyelesaikan kewajiban sebagai mahasiswa tingkat akhir. Ini semua bukan karena kemampuan dan pandai penulis, tapi ini semua karena berkat-Nya selama ini yang selalu diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial diFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) terhadap Residen Penyalahgunaan

Narkoba di Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre”.

Pada kesempatan ini juga, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas SumateraUtara.

2. Ibu Hairani Siregar,S.Sos,M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas SumateraUtara.

(5)

iv

segala proses yang dibutuhkan oleh penulis,yaitu Ibu Zuraida, dan Kak Debby.

5. Pimpinan dan seluruh staff PIMANSU (Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba) yang telah berkenan mau membantu penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan dan Penelitian Skripsi. Khususnya untuk Kakak Tia dan Kakak Ulfa sebagai staff yang mengarahkan penulis untuk menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan dan Penelitian Skripsi, dan juga kepada Fajar dan Jepri yang selama ini mengisi canda tawa penulis dalam setiap kegiatan penulis didalam maupun diluar. Bpk. Zulkarnaen Nasution, Direktur Pimansu. Terima kasih pak, sudah mau mengarahkan saya dalam melakukan praktikum maupun penelitian lapangan. 6. Terima kasih kepada Pimpinan dan Seluruh Staff lokasi penelitian

penulis yang berada diPanti Rehabilitasi Narkoba Al-kamal Sibolangit Centre. Terima kasih juga kepada Residen Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Dan juga tidak lupa kepada seluruh staff peksos yang berada disana sekaligus senior penulis stambuk 2010.

7. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua saya, Ayah St. Wilher Sabar. Manullang dan Ibu Ruslan Br. Hombing yang selama ini

(6)

v

kepada saya. Dan yang saya ingat satu motivasi yang diberikan

Kedua orang tua saya adalah “Tetap

Berserah diri kepada Tuhan”. Cucuran keringat Ayah dan Ibu

serta air mata didalam doa ayah dan ibu tidak akan pernah saya lupakan. Dan kepada kakak dan adik – adik saya yaitu: Kakak Herlina Fitri Manullang, Adik Daniel Valentino Manullang, Adik

Kristina Manullang yang selalu memberikan dorongan semangat

kepada Penulis.

8. Untuk kekasih, Echa Nababan, terima kasih atas waktu yang diluangkan untuk penulis, serta terus mendukung penulis dan bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian tugas akhir.

9. Untuk teman satu Kost saya yaitu : Abang Amsal Loviansi Simanjuntak yang selalu menjadi teman sharing dan teman curhat

dalam menyelesaikan tugas akhir saya. Teristimewa juga kepada Indah Ayu Simanjuntak yang mau membantu dan sekaligus

menjadi teman sharing dalam penyelesaian tugas akhir saya. 10. Untuk teman-teman sepermainan, lae Andri, Mario, Ukap,

Benget Hutajulu, para Penghuni Kontrakan Cinta Daniel, Dimas,

Jole, Hongi, dan lae Wandro. Yang mau menjadi teman bercanda

tawa selama masa perkuliahan hingga tugas akhir ini meski kalian meninggalkan aku belakangan.

(7)

vi

seluruh kenangan bersama kita saat jadi peserta inisiasi, panitia bayangan, panitia inti, dan SC paling bersejarah.

12. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk Senior 010 yang mau membantu penelitian penulis diPanti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre yang selama ini mendukung dan mau membantu penulis jika penulis mendapatkan kesulitan.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakan penulisan karya ilmiah ini. Semoga bermanfaat.

Medan, 14 Oktober 2015

(8)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ……… xii

DAFTAR DIAGRAM ……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

I.3.1 Tujuan Penelitian ...8

I.3.2 Manfaat Penelitian ...8

1.4 Sistematika Penulisan ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Program ...11

2.1.1 Pengertian Evaluasi ...11

2.1.2 Fungsi Evaluasi ...13

2.1.3 Tolak Ukur Evaluasi ...14

2.1.4 Pengertian Program ...15

2.1.6 Pengertian Evaluasi Program ...16

(9)

viii

2.2 Narkoba dan Adiksi ...18

2.2.1 Pengertian Narkoba ...18

2.2.2 Pengertian Adiksi ...25

2.3 Residen ...26

2.4 Penyalahgunaan Narkoba ...26

2.5 Pengobatan dan Rehabilitasi ...29

2.5.1 Aspek Pemulihan bagi Penyalahgunaan Narkoba ...30

2.6 Therapeutic Community (TC) ...31

2.6.1 Sejarah Therapeutic Community ...31

2.6.2 Pengertian Therapeutic Community ...32

2.6.3 Program TC di Indonesia ...33

2.6.4 Filosofi Therapeutic Commnunity Dan Penerapan Metode Pekerjaan Sosial ...36

2.7 Proses Pelayanan Sibolangit Centre ...46

2.7.1 Gambaran Umum Pelayanan ...46

2.7.2 Tahap Proses Pelayanan ...47

2.8 Kerangka Pemikiran ...52

2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ...55

2.9.1 Defenisi Konsep ...55

2.9.2 Defenisi Operasional ...56

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ...59

3.2 Lokasi Penelitian ...59

3.3 Populasi ...60

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...60

(10)

ix BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Al-Kamal Sibolangit Centre ………...63 4.2 Visi dan Misi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit

Centre ………..64 4.2.1 Visi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal

Sibolangit Centre …………...………..64 4.2.2 Misi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal

Sibolangit Centre ……….65

4.3 Struktur Organisasi ………..65 4.4 Fasilitas Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit

Centre ………..71

4.5 Metode Pengobatan di Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre ………....….79 BAB V ANALISIS DATA

5.1 Identitas Umum Responden ……….…83 5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ………..83 5.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama …………...84 5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………85 5.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ………...85 5.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status ………...86 5.2 Proses Pengenalan Program ………...87

5.2.1 Pengetahuan Responden Tentang Informasi Program Therapeutic Community (TC) ………...87 5.2.2 Sumber Informasi Program Therapeutic Community

(11)

x

5.2.3 Pemahaman Responden Mengenai Tujuan Penerapan Program Therapeutic Community (TC) ………..….89 5.2.4 Kerumitan Responden Mendaftarkan Diri

Sebagai Residen Untuk Mengikuti Program Program Therapeutic

Community (TC)………...……….…....90 5.2.5. Pengetahuan Responden Mengenai Pengumpulan Data

Diri Untuk Bahan Pertimbangan Kelayakan Mengikuti Program Therapeutic Community……...………...91 5.3 Proses Pelaksanaan Program ………...92 5.3.1 Pengetahuan Residen Tentang Proses Pelaksanaan Program Therapeutic Community

(TC)………....92

5.3.2 Kendala Yang Dihadapi Residen Saat Menjalani Program Therapeutic Community (TC) ……….93 5.3.3 Tingkat Kejenuhan Residen Selama Mengikuti Program

Therapeutic Community (TC) ……….94 5.3.4 Tingkat Ketahuan Residen Tentang Alasan Sibolangit

Centre Melaksanakan Program Therapeutic Community

(TC) ………....95

5.3.5 Pengetahuan Residen Tentang Sibolangit Centre Pernah Mengadakan Rapat/Musyawarah Dengan Residen Terkait Program Therapeutic Community (TC) ………...96 5.3.6 Pendapat Residen Tentang Ketersediaan Sarana dan

Prasarana Untuk Mencapai Tujuan Program Therapeutic

(12)

xi

5.3.7 Pandangan Residen Mengenai Mutu Pekerjaan Atau Sasaran yang Dihasilkan dari Program Therapeutic Community

(TC) ………....98

5.3.8 Pendapat Residen Mengenai Sumber Daya (Tenaga, Dana, Barang) yang digunakan Untuk Menjalankan Program Therapeutic Community (TC) ………...99 5. 4 Pemahaman akan Manfaat Program ...100

5.4.1. Pengetahuan Residen Mengenai Fungsi Penerapan Program Therapeutic Community Dalam Panti Rehabilitasi ...100 5.4.2 Pendapat Residen Mengenai Penerapan ProgramTherapeutic

Community (TC) dalam Panti Rehabilitasi …………...101 5.4.3 Tanggapan Residen Terhadap Kinerja Pelaksanaan

Program Therapeutic Community (TC) ………....102 5.4.4. Tingkat Keberhasilan Program Therapeutic Community

yang diterapkan Panti Rehabilitasi Terhadap Pola Hidup

Residen ………..103

5.4.5. Tanggapan Residen Tentang Program Community dapat Membantu Permasalahan Residen …………...104 5.4.6 Tanggapan Residen Mengenai Manfaat Pelaksanaan

Program Therapeutic Community Pada Diri Residen Oleh Sibolangit Centre ………...…….105 BAB VI PENUTUP

(13)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 ……… 54

(14)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 ……….. 83

Diagram 5.2 ……….. 84

Diagram 5.3 ……….. 85

Diagram 5.4 ……….. 86

Diagram 5.5 ……….. 87

Diagram 5.6 ……….. 88

Diagram 5.7 ……….. 89

Diagram 5.8 ……….. 90

Diagram 5.9 ……….. 91

Diagram 5.10 ……… 92

Diagram 5.11 ……… 93

Diagram 5.12 ……… 94

Diagram 5.13 ……… 95

Diagram 5.14 ……… 96

Diagram 5.15 ……… 97

Diagram 5.16 ……… 98

Diagram 5.17 ……… 99

Diagram 5.18 ……… 100

Diagram 5.19 ……… 101

Diagram 5.20 ……… 102

Diagram 5.21 ……… 103

Diagram 5.22 ……… 104

(15)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : RICKIANTO P.M Nim : 110902026

Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) Terhadap Residen Penyalahgunaan Narkoba di Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

ABSTRAK

Penyalahgunaan narkoba merupakan satu masalah yang kompleks didalam kehidupan masyarakat. Bahkan, saat ini peredaran narkoba sudah sampai kepelosok daerah. Tidak hanya dikalangan orang dewasa, saat ini kaum remaja adalah salah satu pengguna narkoba yang sangat dominan terutama dalam pergaulan sehari – hari. Salah satu upaya dalam penanganan masalah narkoba ini adalah dengan melakukan rehabilitasi. Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit centre merupakan salah satu Rehabilitasi narkoba terbesar di Sumatera Utara yang menjalankan Program Therapeutic Community (TC) yang bermanfaat bagi pemulihan residen ketergantungan narkoba.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui mengenai Pelaksanaan Program Therapeutic Community (TC) dalam pemulihan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 28 orang yang mengikuti program pemulihan dengan mengikuti salah satu program yakni Program Therapeutic community (TC). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dibuat dalam bentuk diagram.

Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community terhadap Residen diRehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre menunjukkan bahwa proses pengenalan program Therapeutic Community terhadap Residen sangat jelas, yang menjadikan Proses Pelaksanaan Program berjalan dengan baik, yang memperoleh manfaat yang baik bagi Residen dalam Proses pemulihan Terhadap Ketergantungan Penyalahgunaan Narkoba. Kata Kunci : Program Therapeutic Community (TC), Residen Penyalahgunaan

(16)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : RICKIANTO P.M

Student Id Number : 110902026

Evaluation Of The Program Therapeutic Community ( TC ) Against Drug Resident In Rehab Al-Kamal Sibolangit Centre

ABSTRACT

Drug abuse is one complex problem in public life. Even now the distribution of drugs comes to remote regions. Not only in adults , now the teenager is one of drug users very dominant especially in intercourse a every day. An effort in handling drug problems this is by conduct rehabilitation. Drug rehabilitation institution Al-Kamal Sibolangit Centre is one of the largest drug rehabilitation in north sumatra who run Program Therapeutic Community (TC) that are useful for recovery resident drug dependence .

This research were classified as descriptive type of research which aims to describe and knew about the program implementation therapeutic community (TC) in recovery. A population of the research has reached 28 people attending recovery programs from by following one program namely Programs Therapeutic Community (TC). Analysis techniques data in this research using descriptive research with a qualitative approach made in the form of a diagram.

The results of research obtained from data analysis evaluation the implementation of the program therapeutic community to resident renovated Al-Kamal Sibolangit Centre indicates that the process of the introduction of program therapeutic community to resident very clear, who made process of implementing the run well, who benefit good for resident in the process of a remedy for dependence drug abuse .

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya arus globalisasi dan teknologi menjadi salah satu faktor penyebab semakin meningkatnya kasus-kasus kejahatan yang sering terjadi saat ini. Selain itu, kemerosotan ekonomi dan kesulitan keuangan juga menjadi salah satu faktor pengaruh terjadinya kejahatan yang terjadi di Indonesia terutama tindakan penyalahgunaan Narkoba yang memberikan pengaruh negatif terhadap generasi muda penerus bangsa. Dalam perkembangannya, Indonesia kini tidak lagi sebatas Negara yang dijadikan transit peredaran narkotika, namun telah menjadi salah satu negara tujuan operasi oleh jaringan pengedar narkotika ditingkat Internasional. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pengedar narkotika berkebangsaan asing yang tertangkap beserta barang bukti narkotika dalam jumlah yang besar.

(18)

2

agar penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan bahan adiktif tidak terus menerus merusak generasi bangsa.

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan obat (NARKOBA) di Indonesia mulai muncul pada tahun 1969 dan Narkoba yang disalahgunakan tidak terbatas pada jenis Opioda dan Ganja saja, melainkan juga jenis Sedativa/hipnotika (Psikotropika) dan alkohol (minuman keras). Tidak jarang pengguna memakai narkoba berganti-ganti dan mencampur satu jenis zat dengan zat lainnya ( Polydrugs abuser ).

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif ataua istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA ( Narkotika dan Obat-Obat Berbahaya ) adalah masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya dan penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerjasama multidisipliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten

(19)

3

sebagai hiburan, maupun untuk pergaulan, bila taraf coba-coba tersebut dilanjutkan secara terus menerus akan berubah menjadi tahap ketergantungan. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan jasmani dan rohani, gangguan fungsi sampai kerusakan organ vital seperti otak, jantung, hati, paru-paru, dan ginjal, serta dampak sosial termasuk putus sekolah, kuliah, kerja, hancurnya kehidupan rumah tangga, serta penderitaan dam kesengsaraan berkepanjangan.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undang-undang ini berlaku tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana, namun di sisi lain merupakan korban. Pengguna atau pecandu narkotika menurut undang-undang sebagai pelaku tindak pidana narkotika adalah dengan adanya ketentuan Undang-Undang Narkotika yang mengatur mengenai pidana penjara yang diberikan pada para pelaku penyalahgunaan narkotika. Kemudian di sisi lain, pecandu narkotika tersebut merupakan korban adalah ditunjukkan dengan adanya ketentuan bahwa terhadap pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

Dari hasil survei Nasional bekerjasama antara Badan Narkotika Nasional dengan Universitas Indonesia Tahun 2011 tentang survei nasional perkembangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi

(20)

4

peningkatan sebesar 0,21% bila dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2008, yaitu sebesar 1,99% atau sekitar 3,3% juta orang. Dengan semakin maraknya peredaran gelap narkoba, maka diestimasikan jumlah penyalahguna narkoba akan meningkat 4,58 juta pada tahun 2013, apabila upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba ( P4GN) tidak sejalan se-efektif mungkin. Sementara yang mengkonsumsi shabu diperkirakan sekitar 12,5 ton dan ekstasi 16 juta pil. Dari perkiraan 3,7 – 4,7 juta penyalaguna di Indonesia ditahun 2011, sekitar 1,2 juta merupakan penyalahguna shabu dan 950 ribu adalah penyalahguna ekstasi. Dengan kata lain, dari seluruh penyalahguna narkoba di Indonesia, sekitar 1/3 nya merupakan penyalahguna shabu dan 1/5 nya merupakan penyalahguna ekstasi (Jurnal Data,P4GN:2013).

Jumlah pecandu Narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia tahun 2012 menurut data Deputi Bidang Rehabilitasi BNN adalah sebanyak 14.510 orang, dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 26 – 40 tahun yaitu sebanyak 9.972 orang. Jenis Narkoba yang paling banyak digunankan oleh pecandu yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi adalah shabu (4.697 orang), selanjutnya secara berturutan adalah jenis ganja (4.175 orang), heorin (3.455 orang), ekstasi (1.536 orang) dan opiat (736 orang). ( Jurnal Data,P4GN : 2013 ).

Peningkatan jumlah barang bukti dan tersangka kasus narkoba di Sumatera Utara (Sumut) pada tahun 2014 dibandingkan tahun sebelumnya, mengindikasikan meningkatnya volume penyelundupan dan peredaran narkoba ke provinsi ini khususnya Kota Medan sebagai ibukota provinsi. Berdasarkan rekap

(21)

5

pengguna, pengedar dan produsen narkoba pada pengungkapan kasus yang dilakukan kepolisian sejak Januari hingga Desember 2013 sebanyak 1.318 tersangka. Sedangkan pada pengungkapan kasus serupa sejak Januari hingga November 2014 meningkat menjadi 1.390 tersangka, sehingga kemungkinan bertambah hingga akhir Desember 2014.

Sedangkan pada pengungkapan kasus serupa sejak Januari hingga November 2014 meningkat menjadi 1.390 tersangka, sehingga kemungkinan bertambah hingga akhir Desember 2014. Meningkatnya penyelundupan dan peredaran narkoba selama 2014 juga tergambar pada peningkatan drastis jumlah barang bukti dari tahun sebelumnya. Pada 2013 jumlah barang bukti narkoba jenis sabu-sabu yang disita kepolisian tercatat 16.772,92 gram, bertambah menjadi 40.441,85 gram pada 2014 meskipun peungkapan kasus baru sampai November. Begitu pun barang bukti pil ekstasi, dari 2.904 butir selama 2013 meningkat menjadi 64.895 butir hingga akhir November 2014. Sedangkan penurunan jumlah barang bukti terjadi pada narkoba jenis ganja, dari 1.128.456,45 gram pada tahun 2013 menjadi 895.183,91 gram hingga akhir November 2014.

(22)

6

narkoba. "Apabila ada peningkatan jumlah barang bukti narkoba yang diamankan dari tahun sebelumnya, bisa saja itu bukti semakin meningkatnya kinerja kepolisian dalam pengungkapan kasus. Memang bisa juga dari adanya peningkatan data-data ungkapan kasus itu mengindikasikan peningkatan peredarannya, semisal jumlah pengguna narkoba yang meningkat.

Namun, data-data itu bukan parameter satu-satunya untuk mengetahui grafik peredaran dan penyelundupan narkoba," jelasnya. Menurut Rudy, pihaknya terus melakukan antisipasi penyelundupan narkoba di beberapa kawasan yang kerap dijadikan akses oleh para mafia dari luar negeri. Antisipasi, kata dia, dilakukan berkoordinasi dengan seluruh pihak yang terkait penjagaan perbatasan wilayah dan pantai di Sumut untuk memetakan pelabuhan tikus atau ilegal yang juga kerap dijadikan tempat berlabuh kapal penyelundup narkoba.( http://www.medanbisnisdaily.com, diakses pada tanggal 21 Mei 2015, pukul

17.54 Wib )

(23)

7

rehabilitasi. Salah satu upaya proses rehabilitasi kepada residen Sibolangit Centre, pihak Sibolangit Centre menjalankan suatu program Therapeutic Community (dikenal dengan singkatan TC).

Program Therapeutic Community (TC) merupakan program terapi rehabilitasi pecandu-pecandu Narkoba di Indonesia berlangsung sejak tahun 1997, yang diinisiasi oleh keluarga pecandu. Keikutsertaan pemerintah dalam penyelenggaraan program Therapeutic Community (TC) ini dimulai oleh Kementerian Sosial pada tahun 1999 – 2000 yang bekerjasama dengan yayasan Titihan Respati dan RS Ketergantungan Obat dalam hal pelatihan, penyusunan pedoman juga penerapan prgram di salah satu Panti Rehabilitasi sosial yang dimiliki Kementerian Sosial. Pendekatan dasar Therapeutic Community (TC) adalah melakukan terapi terhadap individu secara utuh. Untuk saat ini residen pengguna Narkoba disibolangit centre yang mendapatkan program pemulihan dan Therapeutic Community (TC) yaitu sebanyak 54 orang. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk mengetahui perkembangan program Therapeutic Community (TC) sebagai salah satu program pemulihan terhadap residen pecandu narkoba yang diterapkan Al-Kamal Sibolangit Centre dengan melakukan suatu “Evaluasi Pelaksanaan program Therapeutic Community (TC) terhadap residen

penyalahgunaan narkoba direhabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre”.

I.2. Perumusan Masalah

(24)

8 I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program Therapeutic Community terhadap residen penyalahgunaan narkoba direhabilitasi AL-Kamal Sibolangit Centre.

I.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :

1. Secara teoritis, dapat menambah wawasan kepada masyarakat sipil tentang manfaat rehabilitasi bagi penyalahguna Narkotika yang ada di Indonesia khususnya diKota Medan.

2. Secara praktis, menjadi bahan pertimbangan peningkatan program Therapeutic Community untuk membantu proses rehabilitasi terhadap residen pengguna Narkoba yang ada di AL-Kamal Sibolangit Centre.

(25)

9 I.4. Sistematika Penulisan

Adapun Sistematika Penulisan Skripsi dalam penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah serta gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

(26)

10 BAB VI : PENUTUP

(27)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Evaluasi Program

II.1.1. Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi memiliki arti penilaian. Penilaian berarti pengukuran atau penentuan manfaat dari suatu kegiatan. Penilaian dapat ditujukan kepada seseorang, sekelompok,atau terhadap suatu kegiatan. Dalam suatu perusahaan evaluasi diartikan sebagai suatu proses pengukuran terhadap efektivitas program yang dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya. Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur secara objektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari aktivitas program yang telah dilaksanakan sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktivitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan aktivitas yang sama dimasa depan.

(28)

12

wawancara, pengamatan lapangan, dan berbicara dengan orang yang menjadi bagian dari khalayak (BNN,2004:121).

Ralph Tyler dalam Tayibnapis (2000:3) menyatakan evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai. Evaluasi ialah penelitian yang sistematik atau teratur tentang manfaat atau kegunaan beberapa objek. Jadi, evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggung jawaban, seleksi, motivasi, serta menambah pengetahuan dan dukungan dari subjek yang terlibat. Berikutnya evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalu indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan (Siagian dan Agus, 2010:117).

Menurut Ralph Tyler dalam Arikunto (2009:3) menyatakan bahwa Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan menurut Brinkerhoff dalam Widoyoko (2011:4) menyatakan bahwa Evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu:

1) Penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation) 2) Penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation)

3) Pengumpulan informasi (collecting information)

(29)

13

6) Pengelolahan evaluasi (managing evaluation) 7) Evaluasi untuk evaluasi (evaluating evalution)

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskrisipkan, menginterprestasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Tujuan evaluasi adalah memberikan informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program.

II.1.2. Fungsi Evaluasi

Evaluasi memiliki sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan yaitu

a. Evaluasi memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilaidan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkap seberapa jauh tujuan – tujuan dan target tertentu yang telah dicapai.

b. Evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

(30)

14

masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada defenisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan ( Wahab,2002:51 ).

Wujud hasil dari evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambilan keputusan (decision maker). Menurut Arikunto dan Safruddin (2009:22) ada empat kemungkinan kebijakan dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:

a) Menghentikan program, jika program tersebut dipandang tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapakan.

b) Merevisi program, karena didalam suatu program ada bagian bagian yang kurang sesuai dengan harapan.

c) Melanjutkan program, jika pelaksanaan suatu program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

d) Menyebarluaskan program ( melaksanakan program ditempat tempat lain atau bisa mengulangi kembali program dilain waktu ), karena program tersebut berhasil dengan baik jika dilaksanakan lagi ditempat dan waktu yang lain.

II.1.3 Tolak Ukur Evaluasi

(31)

15

dibuat sebelumnya harus memilki tolak ukur, dimana tolak ukur ini harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.

Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah:

1) Ketersediaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut 2) Apakah hasil proyek sesuai dengan hasil yang diingikan 3) Apakah sarana atau kegiatan yang benar benar dibutuhkan

4) Apakah sarana yang disediakan benar benar dilakukan untuk tujuan semula

5) Berapa pernsen jumlah atau luasan sasaran sebenarnya yang dapat dijangkau oleh program

6) Bagaimana mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan dari program

7) Berapa banyak sumber daya (tenaga, dana, barang) yang sudah digunakan untuk mencapai tujuan tersebut

8) Apakah sumber daya kegiatan yang dilakukan benar benar dimanfaatkan secara maksimal

9) Apakah kegiatan yang dilakukan benar benar memberikan masukan atau manfaat terhadap suatu perubahan (Tayibnapis,2000:28).

II.1.4 Pengertian Program

(32)

16

adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan waktu dan pelaksanaannya biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama. Program merupakan unsur utama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam suatu program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

2. Adanya kebijakan kebijakan yang harus dimabil dalam pencapaian tujuan ini

3. Adanya aturan aturan dipegang dengan prosedur yang harus dilalui 4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut merasa ikut dilibatkan dam membawa hasil program yang dilibatkan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

II.1.5 Pengertian Evaluasi Program

(33)

17

1. Penilaian atas perencanaan, artinya mencoba memilih dan menetapkan prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, artinya melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah pelaksanaan sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnnya direncanakan (Siagian dan Suriadi,2012:117-118).

Evaluasi program merupakan penilaian yang sistematis dan seobjektif mungkin terhadap suatu objek, program atau kebijakan yang sedang berjalan atau sudah selesai, baik dalam desain, pelaksanaan dan hasilnya, dimana tjuan dari evaluasi program adalah untuk menentukan relevansi dan ketercapaian tujuan, efesiensi, sefektifitas, dampak dan keberlanjutan dimana suatu evaluasi harus memberikan informasi yang dapat dipercaya dan berguna agar donor serta pihak penerima manfaat dapat mengambil pelajaran untuk proses pengambilan keputusan.

II.1.6 Jenis jenis Evaluasi Program

Secara umum, evaluasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Evaluasi pada Tahap Perencanaan

(34)

18 perencana.

b. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan dengan melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring. Monitoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

c. Evaluasi pada Tahap Pasca Pelaksanaan

Pada tahap ini pengertian evaluasi hampir sama dengan tahap pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Nugroho,2009:337).

II.2. Narkoba dan Adiksi

II.2.1. Pengertian Narkoba

(35)

19

sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan. Adapun kengunaanya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengunaan narkoba diluar dari hal-hal media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang populer didalam masyarakat terdiri dari 3 golongan yaitu: Narkotika, Pisikotropika dan Zat adiktif lainya.

1. Narkotika

Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan tingkat kesadaran, hilangnya rasa, dan dapat menimbulkan ketergantungan

Dalam pengertian lain bahwa Narkotika merupakan zat – zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat – zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral.

(36)

20 a. Alami.

Yang dimaksud alami adalah jenis zat / obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi, isolasi, atau proses produksi lainnya. Contohnya : ganja, opium, daun koka.

Didalam Undang Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, bahwa jenis narkotika yang berasal dari alam tidak boleh digunakan untuk terapi adalah golongan 1 terdiri dari :

1) Tanaman Papaver Soniverum L

2) Opium mentah, opium masak (candu,jicing,jicingko) 3) Opium obat

4) Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina, ekgonim (kerja alkoid koka berbeda dengan alkoid opium)

5) Heroin, Morfin (alkoid opium yang telah diisolasi) 6) Ganja, damar ganja

b. Semi Sintesis

Yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstraksi dan isolasi, contohnya : morfin, pethidin dan lain lain. Jenis obat ini menurut Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, termasuk dalam narkotika golongan II

c. Sintesis

(37)

21

keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesic) seperti penekan batuk (antitusif).

Jenis obat yang masuk kategori sintesis antara lain: Kodein, Amfetamin, Deksamfetamin, Penthidin, Meperidin, Methadon, Dipipanon, Dekstropakasifen, LSD (Lesergik, Dietilamid).

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika terdapat 3 (tiga) jenis, yaitu:

1) Depressan (downer)

Jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas, membuat pengguna menjadi tertidur atau tidak sadar diri.

2) Stimulan (upper)

Jenis-jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja (segar dan bersemangat) secara berlebihan.

3) Halusinogen

4) Zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi, dapat merubah perasaan dan fikiran.

(38)

22 A. Ganja

Biasanya dikenal dengan nama : cannabis, mariyuana, hasish gelek, budha stick, cimeng, grass, rumput, sayur.

Efek yang ditimbulkan dari mengkomsusmsi ganja adalah : a) Denyut jantung semakin cepat, temperatur badan

menurun, mata merah. b) Nafsu makan bertambah

c) Santai, tenang dan melayang layang d) Pikiran selalu rindu pada ganja

e) Daya tahan menghadapi problema menjadi lemah

f) Malas, apatis

g) Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun bekerja

h) Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral terganggu

B. Shabu

Dikenal dengan nama : kristal, ubas, shabu shabu, mecin. Efek yang ditimbulkan dari mengkomsumsi shabu-shabu adalah :

1. Badan merasa lebih kuat dan energik ( meningkatnya stamina ).

(39)

23

4. Rasa ingin diperhatikan oleh orang lain.

5. Nafsu makan berkurang akibatnya kondisi badan semakin kurus.

6. Susah tidur

7. Detak jantung berdebar debar

8. Tekanan darah mengalami peningkatan 9. Mengalami pada fungsi sosial dan pekerjaan C. Morfin dan Heroin

Nama lain dari morfin dan heroin adalah : putaw, smack, junk, horse, H, PT, etep, bedak, putih.

Efek yang ditimbukan dari mengkomsumsi Morfin dan Heroin adalah :

1. Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan “dungu” jalan mengembang.

2. Rasa sakit seluruh badan.

3. Badan gemetar, jantung berdebar debar. 4. Susah tidur, dan nafsu makan berkurang. 5. Mata berair dan hidung selalu ingusan. 6. Mengalami problema pada kesehatan. 2. Psikotropika

(40)

24

Dalam bidang farmakologi, Psikotropika dibedakan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :

a. Golongan Psikostimulansi

Yaitu jenis zat yang menimbulkan rangsangan, jenis obat yang termasuk golongan ini adalah :

1. Amfetamine ( lebih populer dikalangan masyarakat sebagai shabu dan ekstasi ).

2. Desamfetamine. b. Golongan Psikodepresan

Yaitu golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas, merupakan jenis obat yang mempunya khasiat pengobatan yang jelas.

Jenis obat yang termasuk didalamnya adalah : 1. Amobarbital

2. Pheno karkital 3. Penti karkital

Dalam Undang-undang No, 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, yang dimasukkan dalam golongan III yaitu jenis Psikotropika yang berkhsisiat untuk pengobatan dan hanya digunakan untuk terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat yang mengakibatkan sindrom ketergantungan.

(41)

25

Yaitu jenis obat obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas dan digunakan sangat luas dalam terapi. Jenis obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah : Diazepam, Klobazam, Bromazepam, Fenibarbital, Barbital, Klonazepam, Klordiazepam.

II.2.2. Pengertian Adiksi.

Adiksi merupakan suatu kondisi ketergantungan fisik dan mental terhadap hal-hal tertentu yang menimbulkan perubahan perilaku bagi orang yang mengalaminya. Adiksi atau ketergantungan terhadap narkoba merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan secara fisik dan psikologis terhadap suatu zat adiktif dan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut (DSMIV, 1994):

1. Adanya Proses Toleransi

Individu membutuhkan zat yang dimaksud dalam jumlah yang semakin lama semakin besar, untuk dapat mencapai keadaan fisik dan psikologis seperti pada awal mereka merasakannya.

2. Adanya Gejala Putus Zat (Withrawl Syndrome)

(42)

26

percaya diri, cemas, emosi tidak terkontrol, gangguan kepribadian, tidak toleran, mengalami penolakan, curiga (terutama pada pengguna methamphetamine), dan halusinasi.

II.3. Residen

II.3.1 Pengertian Residen

Residen merupakan orang yang sedang menjalani rehabilitasi didalam sebuah panti rehabilitasi untuk mendapatkan dan menjalani program pemulihan akibat dari penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan didalam kehidupannya.

II.4. Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, penyakit endemik dalam masyarakat modern, penyakit kronik yang berulangkali kambuh dan merupakan prose gangguan mental adiktif ( http://e-journal.uajy.ac.id diakses pada tanggal 28 mei 2015, pukul 19.35 wib ).

penyalahguna NAPZA dapat dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu :

(43)

27

2. Ketergantungan reaktif, yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan serta pengaruh teman kelompok sebaya (peer group pressure). Mereka ini sebenarnya merupakan korban (victim); golongan ini memerlukan terapi dan rehabilitasi dan bukannya hukuman.

3. Ketergantungan simtomatis, yaitu penyalahgunaan ketergantungan NAPZA sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian antisosial (psikopat) dan pemakaian NAPZA itu untuk kesenangan semata. Mereka dapat digolongkan sebagai kriminal karena seringkali mereka juga merangkap sebagai pengedar (pusher). Mereka ini selain memerlukan terapi dan rehabilitasi juga hukuman (http://e-journal.uajy.ac.id diakses pada tanggal 28 mei 2015, pukul 19.35 wib ).

Ada beberapa sikap kepribadian remaja yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba, yaitu :

a. Kurang Percaya Diri.

Sikap kurang mengenal diri sendiri, dimana seseorang tidak menyadari potensi dirinya dan sering menganggap dirinya banyak kekurangan. Akibat terobsesi untuk mengangkat dirinya setara dengan orang lain, ia mudah terpengaruh memilih jalan keluar sendiri yang menjanjikan hasil seketika meskipun tindakan tersebut bukan pilihan yang tepat.

b. Harga Diri yang Rendah.

(44)

28

berharga dan tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Seringkali pihak yang bersangkutan merasa bahwa dirinya tidak dianggap dan disepelekan, hal tersebut merupakan beban psikologis yang cukup berat. Keterbatasan keterampilan mengakibatkan seseorang tidak mampu melaksanakan perbaikan diri dan sering lari dari kenyataan.

c. Kurang Terampil dalam Mengambil Keputusan.

Adanya kebiasaan bahwa setiap keputusan dalam hidup ditentukan oleh orang lain, maka individu yang bersangkutan tidak terbiasa dalam proses membuat suatu keputusan, yang mengakibatkan seseorang tidak mampu membedakan antara keinginan dengan kebutuhan.

d. Kurang Terampil Memecahkan Masalah.

Dalam kehidupan manusia selalu menghadapi berbagai jenis masalah. Bagi pribadi seseorang yang terlibat dalam pemecahan masalah selalu dibantu oleh orang lain . biasanya ia akan menyangkal atau meremehkan adanya masalah dengan cara yang kurang matang.

e. Sulit Mengendalikan Keinginan.

Dalam hal ini, seseorang yang berkeripadian yang rentan lemah dalam mengendalikan keinginannya. Ia cenderung bertindak implusif, yaitu melakukan suatu perbuatan tanpa berfikir atau membuat suatu pertimbangan yang rasional.

(45)

29

Terbiasa dengan gaya hidup setiap keinginan harus terpenuhi, ia sulit menghadapi kekecewaan dan kemarahan jika keinginannya tidak terpenuhi. Sehinggan dapat melakukan perbuatan yang merusak diri sendiri dan orang lain jika permintaan tidak dituruti.

g. Kurang Arsetif dan Terbuka.

Kerentanan seseorang terhadap narkoba berkaitan erat dengan kemampuan seseorang yang kurang mampu untuk mengungkapkan perasaan negatif seperti kemarahan, ketidakpuasan, kekecewaan.

h. Kondisi Emosi yang Labil.

Kondisi yang labil menyebabkan seseorang sering mengalami perubahan emosi yang mendadak tanpa faktor yang jelas (model swing). Sehingga tindakan mengkomsumsi narkoba dianggap lebih memberikan ketenangan pada dirinya ( Zulkarnain,2014:35-37).

II.5. Pengobatan dan Rehabilitasi

(46)

30

menyebabkan pemulihan korban penyalahgunaan narkoba memerlukan jangka waktu yang relatif lama. Bahkan ada keyakinan diantara pengamat dan pengelola panti rehabilitasi bahwa pemulihan baru bisa diyakini keberhasilannya jika hayat terlepas dari badan sipenderita.

II.5.1. Aspek Pemulihan bagi Penyalahgunaan Narkoba

Pemulihan penyalahgunaan narkoba umumnya mencakup tiga aspek yaitu: terapi, habilitasi, dan rehabilitasi yang merupakan proses berkesinambungan. Tahapan utama proses perawatan dan pemulihan penderita ketergantungan narkoba:

a) Tahap Detoksifikasi

Terapi lepas narkoba (withrawal syndrome), dan terapi fisik yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan racun dari tubuh.

b) Tahap Habilitasi

Ditujukan untuk stabilitasi suasana mental dan emosional penderita, sehingga gangguan jiwa yang menyebabkan perbuatan penyalahgunaan narkoba dapat diatasi.

c) Tahap Rehabilitasi

Merupakan tahap rehabilitasi atau pemulihan keberfungsian fisik, mental dan sosial penderita, seperti: bersekolah, belajar, bekerja seta bergaul secara normal.

(47)

31 II.6.1. Sejarah Therapeutic Community

Program terapi bagi pecandu narkoba merupakan hal yang relative baru berkembang. Program terapi ini kurang lebih mulai timbul dalam bentuk yang terorganisasi pada tahun 1960 sebagai respons terhadap masalah sosial dan masalah kesehatan masyarakat di Amerika Serikat. Pertumbuhan fasilitas terapi pada tahun 1960 dan 1970 mencerminkan berbagai pandangan tentang masalah penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba. Selain itu juga dipengaruhi oleh tuntutan bagaimana masalah tersebut dapat ditangani secara efektif.

Diluar unit detoksifikasi, yang ditujukan sebagai langkah awal terapi, terdapat tiga modalitas terapi yang dominan dalam penatalaksanaan penyalahgunaan narkoba; program rawat jalan, program terapi rumatan metadon, dan program residensial rawat inap jangka panjang yang disebut sebagai TC. Program TC saat itu berorientasi pada kondisi bebas zat (abstinensia), dimana residen diharapkan tidak lagi menggunakan zat selama dalam program dan setelah selesai program. Pada tahun 90-an, muncul program residensial rawat inap jangka pendek yang menggunakan pendekatan 12 langkah atau pendekatan lainnya (Institute Of Medicine, 1990). Sementara pada akhir tahun 90-an beberapa Negara, khususnya Belanda dan Australia mulai memodifikasi program TC dengan memasukkan pendekatan pengurangan dampak buruk dalm program-programnya, sebagai suatu upaya menekan laju penularan HIV di kalangan pengguna narkoba.

(48)

32

Terapi Komunitas (Therapeutic Community) adalah grup atau sekelompok orang yang memiliki prinsip interpersonal yang cukup tinggi, sehingga mampu mendorong orang lain untuk belajar berinteraksi di suatu komunitas. Terapi komunitas terdiri dari staf yang pernah mengalami rasa sakit dan memiliki perilaku yang timbul akibat ketergantungan narkoba, namun telah mampu dan mengetahui cara mengatasinya, serta telah melalui pendidikan dan pelatihan khusus yang memenuhi syarat dan konselor. Tenaga professional hanya sebagai konsultan saja. Di lingkungan khusus ini pasien dilatih ketrampilan mengelola waktu dan perilaku secara efektif serta kehidupan sehari – hari, sehingga dapat mengatasi keinginan mengonsumsi narkoba. Dalam komunitas ini semua aktif dalam proses terapi. Teori yang mendasari metode Therapeutic Community adalah pendekatan behavioral dimana berlaku sistem reward (penghargaan/penguatan) dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Selain itu digunakan juga pendekatan kelompok, dimana sebuah kelompok dijadikan suatu media untuk mengubah suatu perilaku.

(49)

33

Konsep Therapeutic Community yaitu menolong diri sendiri, dapat dilakukan dengan adanya keyakinan bahwa:

1. Setiap orang bisa berubah

2. Kelompok bisa mendukung untuk berubah 3. Setiap individu harus bertanggung jawab

4. Program terstruktur dapat menyediakan lingkungan aman dan kondusif bagi perubahan

5. Adanya partisipasi aktif

II.6.3. Program TC di Indonesia

Penyalahgunaan opiate merupakan masalah yang timbul pada akhir tahun 1970 dan kemudian mereda selama belasan tahun, digantikan zat-zat jenis lainnya. Penyalahgunaan opiate -khususnya heroin- kembali marak pada awal tahun 1990. Epidemic penyuntikan heroin dimulai pada tahun 1995. Hingga pertengahan tahun 1990, terapi adiksi narkoba yang tersedia adalah model medis di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) milik kementerian kesehatan, model rehabilitasi sosial dengan pelatihan vokasional pada berbagai Panti Rehabilitasi Sosial milik Kementerian Sosial, serta model religi yang diterapkan berbagai pesantren milik masyarakat ataupun rehabilitasi bernuansa kristiani.

(50)

34

dan Singapura. Para alumni rehabilitasi TC ini dengan dukungan penuh keluarganya kemudian mendirikan program TC di Indonesia. Sekalipun pada pertengahan tahun 90 telah dirintis program rehabilitasi TC oleh beberapa professional medis, namun pionir program ini yang dikenal oleh masyarakat secara luas adalah Yayasan Titihan Respati yang didirikan pada tahun 1997, kemudian diikuti dengan berbagai yayasan lainnya seperti Yayasan Terakota , Yayasan Insan Pengasuh Indonesia, Yayasan Bandulu, dan lainnya. Beberapa program TC yang juga dimotori oleh kalangan professional medis bekerja sama dengan konselor adiksi diantaranya adalah Wisma Adiksi, Sport Campus Wijaya Kusuma, Wisma Srikandi dan Arjuna RS Marzoeki Mahdi (kemudian memisahkan diri dari RS dan berdiri sendiri menjadi Yayasan Permata Hati Kita) dan Wisma Sirih RS Khusus Provinsi Kalimantan Barat. Pusat pembelajaran program TC saat itu Daytop Village, di New York, Amerika Serikat- sebagai pusat pelatihan sebagian besar konselor, baik yang berada di Malaysia, Singapura maupun Indonesia.

(51)

35

berada dalam system pemerintahan. Dukungan pemerintah dalam bentuk biaya perawatan bagi para residen yang mengikuti program rehabilitasi swadaya masyarakat belum tersedia. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila pada umumnya lembaga rehabilitasi swadaya masyarakat mengenakan pola tarif yang cukup tinggi dibandingkan dengan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia. Hingga saat ini dukungan pemerintah dalam pembinaan lembaga rehabilitasi swadaya masyarakat masih terbatas pada peningkatan kapasitas lembaga ataupun sumber daya manusianya.

Saat ini secara nasional keberadaan lembaga rehabilitasi swadaya masyarakat dengan pendekatan TC sangatlah terbatas. Kendala utama adalah beratnya beban biaya operasional TC, sementara sumber dana- baik yang berasal dari residen, maupun dalam bentuk bantuan- semakin lama semakin minim. Daya jangkau masyarakat terbatas dan bantuan dana tidak diterima secara berkesinambungan, sehingga banyak program TC ditutup. Hal ini tentunya bukanlah suatu yang menggembirakan, karena bagaimanapun juga pecandu perlu memiliki berbagai pilihan terapi sehingga dapat memiliki kebutuhan setiap individu. Dalam hal ini perlu disadari bahwa tidak ada satu program pun yang cocok buat semua orang- salah satu prinsip terapi yang efektif dari National Institute on Drug Abuse (NIDA, 2009).

II.6.4 Filosofi Therapeutic Commnunity Dan Penerapan Metode Pekerjaan

Sosial.

1. Filosofi

(52)

36

tertulis maupun yang tidak tertulis (unwritten philosophy). Filosofi TC yang tertulis merupakan sesuatu hal yang harus dihayati, dianggap sacral, tidak boleh diubah dan harus dibaca setiap hari. Sementara filosofi tidak tertulis (unwritten philosophy) adalah merupakan nilai-nilai yang harus diterapkan dalam proses

pemulihan yang maknanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang universal, artinya filosofi ini tidak mengacu kepada kultur, agama dan golongan tertentu.

a. Filosofi TC yang tertulis

“Saya berada di sini karena tiada lagi tempat berlindung, baik dari diri sendiri, hingga saya melihat diri saya di mata dan hati insane yang lain. Saya masih berlari, sehingga saya belum sanggup merasakan kepedihan dan menceritakan segala rahasia diri saya ini, saya tidak dapat mengenal diri saya sendiri yang lain, saya akan senantiasa sendiri. Dimana lagi kalau bukan di sini, dapatkah saya melihat cermin diri ini?. Disinilah, akhirnya, saya jelas melihat wujud diri sendiri. Bukan kebesaran semu dalam mimpi atau si kerdil di dalam ketakutannya. Tetapi seperti seorang insane, bagian dari masyarakat yang peduh kepedulian. Disini saya dapat tumbuh dan berakar, bukan lagi seorang seperti dalam kematian tetapi dalam kehidupan nyata dan berharga baik untuk diri sendiri maupun orang lain.”

b. Filosofi tidak tertulis (unwritten philosophy)

(53)

37

diterapkan dalam keseharian aktivitas para residen di panti rehabilitasi (facility).

Berikut merupakan bagian penting dari filosofi tidak tertulis:

1) Honesty (kejujuran): kejujuran adalah nilai hakiki yang harus dijalankan para residen, setelah sekian lama mereka hidup dalam kebohongan.

2) No free lunch (tidak ada yang gratis di dunia ini): tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang didapatkan tanpa usaha terlebih dahulu.

3) Trust your environment (percayalah lingkunganmu): percaya pada lingkungan panti rehabilitasi (facility) dan yakin bahwa lingkungan ini mampu membawa residen pada kehidupan yang positif.

4) Understand is rather than to understood (pahami lebih dahulu orang lain sebelum kita minta dipahami): sebelum kita minta untuk dipahami orang lain, adalah jauh lebih positif apabila kita pahami dahulu orang lain. Sikap ini akan lebih menggiring kita untuk berfikir bijaksana dan sabar. 5) Blind faith (keyakinan total pada lingkungan): keyakinan

total pada lingkungan panti rehabilitasi akan makin membantu perbaikan diri residen.

(54)

38

7) Do your things right everything else will follow (pekerjaan yang dilakukan dengan benar, akan memberikan hasil positif): lakukan tugas-tugas kita sebagaimana mestinya, kita pasti akan memetik buahnya kemudian.

8) Be careful what ask for you, you might just get it (mulutmu harimaumu): jagalah mulut kita, karena ucapan-ucapan negatif dapat menjadi kenyataan.

9) You can’t keep it unless You give it away (sebarkanlah ilmumu pada banyak orang): tidak ada gunanya segenap pengetahuan yang kita miliki bila tidak kita sebarkan pada orang lain.

10)What goes around comes around (perbuatan baik akan berbuah baik): setiap perilaku kita yang positif akan memberikan dampak positif.

11)Compensation is valid (selalu ada ganjaran pada perilaku kita): hati-hatilah dalam bertindak, sebab selalu ada resiko yang menyertai tindakan itu.

12)Act as if (bertindak sebagaimana mestinya): bertindaklah apa adanya, namun apabila tidak sesuai dengan hati nurani, bertindaklah sebagaimana mestinya.

(55)

39

Pelaksanaan program disusun untuk membuat residen terlibat secara penuh dalam setiap kegiatan, sesuai dengan job function-nya masing – masing. Kedudukan petugas hanya sebagai pengawas, yang mengawasi program. Kategori struktur program utama dari Therapeutic Community, terdiri dari 4 (empat), yaitu: a. Behaviour management shaping (Pembentukan tingkah laku) Perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan untuk mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, norma – norma kehidupan masyarakat.

b. Emotional and psychological (Pengendalian emosi dan psikologi) Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis.

c. Intellectual and spiritual (Pengembangan pemikiran dan kerohanian) Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek pengetahuan, nilai – nilai spiritual, moral dan etika, sehingga mampu menghadapi dan mengatasi tugas – tugas kehidupannya maupun permasalahan yang belum terselesaikan.

d. Keterampilan vokasional/mempertahankan diri, yaitu perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan residen yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari dan tugas-tugas kehidupannya.

Lima pilar dalam metode-metode yang digunakan untuk mencapai perubahan yang diinginkan :

(56)

40

Lingkungan sosial dalam TC dianggap sebagai pengganti dimana setiap staf serta residen merupakan anggota yang mempunyai hak dan kewajiban. b. Tekanan Teman Sebaya (peer pressure reversal).

Para residen yang sebelumnya mempunyai kecenderungan untuk mengajak rekan sebaya melakukan hal hal negatif dibimbing untuk saling mendorong dan menciptakan suasana yang kondusif untuk mewujudkan perbuatan yang positif.

c. Sesi-sesi Teraputik (Therapeutic sessions).

Setiap kegiatan yang dilakukan residen selalu diarahkan untuk membentuk perilaku antara lain disiplin, tanggung jawab, dan kepedulian untuk mendukung proses pemulihan mereka.

d. Sesi-sesi Keagamaan dan Spritual (Religious and Spritual sessions). Kegiatan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan keyakinan mereka.

e. Menjadi Panutan (Role Modeling).

Setiap residen belajar menjadi panutan sehingga dimasa mendatang mampu memberikan keteladanan bagi anggota keluarga/ rekan sebaya yang lain.

2. Prinsip pekerjaan sosial dalam TC

(57)

41

bantuan pihak lain termasuk kelompok. Oleh karena itu, dalam proses pengubahan perubahan perilaku, TC dianggap sebagai keluarga besar.

Konsep TC pada umumnya menerapkan pendekatan self help, artinya residen dibiasakan mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pengelolaan kebutuhan sehari-hari, misalnya memasak, mencuci, membersihkan fasilitas TC, memperbaiki gedung dan sebagainya, disamping kegiatan yang bersifat pemberian keterampilan. Dalam hal ini, setiap kegiatan residen mempunyai tanggung jawab mengubah tingkah laku, baik bagi diri sendiri, maupun orang lain, jadi bukan semata-mata tanggung jawab petugas. Teori yang mendasari metode TC adalah pendekatan behavioral dimana berlaku system reward (penghargaan/penguatan) dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Selain itu juga digunakan pendekatan kelompok, dimana sebuah kelompok dijadikan suatu media untuk mengubah suatu perilaku. Dalam pelaksanaannya, berbagai pendekatan tersebut merupakan penerapan dari beberapa prinsip-prinsip pekerjaan sosial (Friendlander, 1958).

A. Prinsip-prinsip Umum

a) Adanya keyakinan akan kebaikan, integritas dan kebebasan residen dalam menentukan hidupnya.

(58)

42

c) Adanya keyakinan bahwa setiap residen mempunyai kesempatan yang sama tetapi kesempatan tersebut dibatasi oleh kemampuan sendiri.

d) Adanya keyakinan bahwa setiap residen mempunyai tanggungjawab sosial untuk terlibat di dalam proses pemecahan masalah residen lainnya yang diwujudkan dalam tindakan bersama.

B. Prinsip-prinsip Dasar

a) Penerimaan (Acceptance)

Pekerja sosial harus mengerti bagaimana memahami dan menerima residen „apa adanya‟. Penerimaan ini berarti menerima keseluruhan dimensi yang ada dalam diri residen seperti kekuatan, kelemahan, keistimewaan baik yang positf maupun yang negatif, karakteristik yang tersembunyi, serta aspek tingkah laku negatif yang dapat merusak diri residen. Penerapan prinsip ini diwujudkan dalam bentuk perhatian yang sungguh-sungguh, penerimaan yang hangat, didengarkan dengan baik dan sebagainya.

b) Perbedaan individu

(59)

43 c) Pengungkapan perasaan

Prinsip ini melihat bahwa setiap residen mempunyai perasaan-perasaan, keinginan, harapan yang akan diungkapkan. Oleh karena itu, pekerja sosial harus memberikan kesempatan yang luas untuk mengungkapkan atau mengekspresikan perasaan-perasaannya. Hal ini memungkinkan residen untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.

d) Tidak memberikan penilaian (non-judgmental)

Dalam prinsip ini diharapkan pekerja sosial yang bekerja dalam program TC hendaknya tidak memberikan penilaian baik/buruk, berguna atau tidak. Pekerja sosial hanya memberikan penilaian secara objektif dan professional serta tidak menghakimi residen sehingga dapat mendorong keterlibatan dalam proses pelayanan serta meningkatkan kepercayaan diri residen.

e) Objektivitas

Dalam prinsip objektivitas pekerja sosial harus bertindak jujur, tidak memihak dan menilai berdasarkan realitas yang terjadi di dalam melakukan atau memberikan pelayanan kepada residen, juga tidak memberikan suatu prasangka yang mengarah kepada penilaian yang dapat merugikan residen.

f) Keterlibatan emosional

(60)

44

perasaan empati, yang artinya perlu ikut merasakan apa yang dirasakan residen. Namun tidak berarti bahwa empati harus menerima kesalahan residen/terlibat lebih jauh di dalam kehidupan residen yang dapar merugikan residen dan diri pekerja sosial itu sendiri.\

g) Menentukan dirinya sendiri

Prinsip ini didasarkan pada suatu nilai bahwa residen mempunyai hak dan kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri. Karena itu, dalam prinsip ini seorang pekerja sosial yang harus bertanggungjawab dalam mengembangkan relasi sosial yang dapat menggali dan mempermudah residen dalam membentuk dirinya sendiri dan membantu dalam mencari alternative-alternatif pemecahan masalah serta dalam pengambilan keputusan.

h) Aksesibilitas terhadap sumber

(61)

45 i) Kerahasiaan

Dalam proses pelayanan, pekerja sosial harus tetap menjaga segala kerahasiaan residen, seperti hal-hal yang berhubungan dengan masalahnya, latar belakang kehidupannya, dan lain-lain. Kecuali untuk kepentingan atau penyelesaian masalah residen, seperti pembahasan kasus (case conference). Dalam proses ini semua harus dicatat untuk kepentingan proses penanganan residen.

j) Kesinambungan

Prinsip ini menekankan perlunya kesinambungan pelayanan kepada residen baik di dalam panti maupun di dalam masyarakat. Karena itu, pekerja sosial harus merencakan suatu pelayanan yang menekankan pada prinsip-prinsip kesinambungan.

k) Ketersediaan pelayanan

Prinsip ini menekankan perlunya ketersediaan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan diri residen serta kemampuan lembaga.

II.7. Proses Pelayanan Sibolangit Centre

II.7.1. Gambaran umum Pelayanan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan penyalahgunaan Narkoba pada Binaan di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumut adalah pengaruh

Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola

kita menjadi tidak terkendali. Kita tiba pada keyakinan bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari diri. kita sendiri yang mampu mengembalikan pada kita kewarasan. Kita

Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola

konselor dalam penanganan korban penyalahgunaan narkoba di pusat rehabilitasi sosial. Al-kamal

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor- faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada residen Panti rehabilitas Al-Kamal sibolangit Centre, dan 5

7) Do your things right everything else will follow (pekerjaan yang dilakukan dengan benar, akan memberikan hasil positif): lakukan tugas-tugas kita sebagaimana mestinya,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor- faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada residen Panti rehabilitas Al-Kamal sibolangit Centre, dan 5