• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi pemangsaan menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera : Coccinellidae) terahadap Aphis craccivora Koch (Hemiptera : Aphididae) pada kacang panjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi pemangsaan menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera : Coccinellidae) terahadap Aphis craccivora Koch (Hemiptera : Aphididae) pada kacang panjang"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PEMANGSAAN

Menochilus sexmaculatus

F.

(COLEOPTERA: COCCINELLIDAE) TERHADAP

Aphis

craccivora

KOCH (HEMIPTERA: APHIDIDAE)

PADA KACANG PANJANG

PRITHA KHRIS RACHMALIA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Pemangsaan

Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis

craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae) pada Kacang Panjang adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

(3)

ABSTRAK

PRITHA KHRIS RACHMALIA. Potensi Pemangsaan Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis craccivora Koch. (Hemiptera: Aphididae) pada Kacang Panjang. Dibimbing oleh I WAYAN WINASA.

Kutudaun A. craccivora merupakan salah satu hama penting pada tanaman kacang panjang. Serangan hama ini secara langsung dan sebagai vektor virus dapat menurunkan produksi kacang panjang. Kumbang predator M. sexmaculatus merupakan salah satu musuh alami yang banyak ditemukan pada tanaman kacang panjang dan merupakan predator A. craccivora. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemangsaan larva instar IV dan imago betina M.

sexmaculatus terhadap A. craccivora. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret

sampai Juni 2013. Percobaan dilakukan dalam cawan petri yang diisi polong kacang panjang. Ke dalam setiap cawan petri dimasukkan kutudaun masing-masing dengan kerapatan 20, 40, 60, 80, dan 100 nimfa instar IV. Sebagai predator digunakan larva instar IV dan imago betina M. sexmaculatus. Pengamatan terhadap jumlah A. craccivora yang dimangsa predator dilakukan pada 2, 4, 6, 8, 12, 16, 20, dan 24 jam setelah perlakuan. Selain itu diamati masa pencarian dan penanganan mangsa selama 2 jam pada kerapatan kutudaun 40. Setiap perlakuan untuk larva dan imago M. sexmaculatus diulang 5 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangsaan oleh larva maupun imago betina M.

sexmaculatus terjadi paling banyak pada periode 2 jam setelah perlakuan. Larva

dan imago M. sexmaculatus melakukan pemangsaan pada siang dan malam hari. Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh imago M. sexmaculatus lebih cepat dibandingkan larva. Imago M. sexmaculatus memiliki kemampuan memangsa A.

craccivora lebih tinggi dibanding larva. Semakin tinggi kerapatan mangsa maka

semakin banyak mangsa yang dimangsa oleh larva maupun imago M.

sexmaculatus.

(4)

ABSTRACT

PRITHA KHRIS RACHMALIA. Potential Predation of Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) against Aphis craccivora Koch. (Hemiptera: Aphididae) on Yard Long Bean. Guided by I WAYAN WINASA.

A. craccivora is one of the important pests on yard long beans. This pest

attacks directly and as a viral vector can decrease the production of beans. M.

sexmaculatus predator beetle is one of the biological agents that can control A.

craccivora. The aim of this study is to know the potential predation of fourth

instar larvae and adult female of M. sexmaculatus as a predator of A. craccivora. The study was conducted from March to June 2013. The experiment conducted in petri dish containing a bean pod. Each petri dish included 20, 40, 60, 80, 100 fourth instar nymphs A. craccivora. This study used a fourth instar larvae and adult female M. sexmaculatus. Observations were made at 2, 4, 6, 8, 12, 16, 20, and 24 hours after treatment. In addition, the study also observed how long the prey searching and handling for 2 hours at 40 A. craccivora. Each experiment both larvae and adult M. sexmaculatus was repeated 5 times. The result showed that the height consumption of the predation by larvae and adult female of M.

sexmaculatus occured at 2 hours after the treatment period. Larvae and adult of M.

sexmaculatus consumed prey at night and day. The searching and handling time of

prey of adult M. sexmaculatus was faster than larvae. The adult M. sexmaculatus had higher ability to prey rather than larvae. The higher of density predation, the consumption of preys was also increased.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

(6)

POTENSI PEMANGSAAN

Menochilus sexmaculatus

F.

(COLEOPTERA: COCCINELLIDAE) TERHADAP

Aphis

craccivora

KOCH (HEMIPTERA: APHIDIDAE)

PADA KACANG PANJANG

PRITHA KHRIS RACHMALIA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013 Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

(7)

Judul Skripsi : Potensi Pemangsaan Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae) pada Kacang Panjang

Nama Mahasiswa : Pritha Khris Rachmalia

NIM : A34090050

Disetujui oleh

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul Potensi Pemangsaan

Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis

craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae) pada Kacang Panjang.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Khristiono dan ibunda Rahma Yuliani yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga menjadi seperti sekarang ini, terima kasih pula atas kesabaran, dan do’anya serta semangat yang diberikan. Serta ucapan terimakasih pula penulis sampaikan kepada kakak tersayang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si yang telah membimbing selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan pula kepada Bapak Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc selaku penguji tamu yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan laporan ini. Serta kepada seluruh staf pengajar Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian yang telah memberikan ilmu selama penulis kuliah.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Pak Wawan, Pak Slamet dan Pak Boni yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini. Kepada teman-teman PTN 46 terima kasih atas dorongan semangat, do’a, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

(9)

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu 3

Bahan dan Alat 3

Perbanyakan Aphis craccivora pada Kacang Panjang 3

Perbanyakan Menochilus sexmaculatus 3

Pelaksanaan Percobaan 4

Pengaruh Kerapatan Mangsa terhadap Kemampuan Memangsa 4

Masa Pencarian dan Penanganan Mangsa 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pemangsaan M. sexmaculatus 6

Pemangsaan M. sexmaculatus pada Siang dan Malam 8

Hubungan Kerapatan Mangsa dan Jumlah yang Dimangsa

Selama 24 Jam 9

Masa Pencarian dan Penanganan Mangsa 10

(10)

DAFTAR TABEL

1 Pemangsaan larva M. sexmaculatus terhadap A. craccivora 6 2 Pemangsaan imago M. sexmaculatus terhadap A. craccivora 7 3 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh larva dan imago

M. sexmaculatus 10

4 Kemampuan pemangsaan oleh larva dan imago M. sexmaculatus 11

DAFTAR GAMBAR

1 Nimfa instar IV A. craccivora 3

2 Menochilus sexmaculatus (a) larva instar IV, (b) imago betina 4

3 Pengujian kemampuan pemangsaan pada cawan petri 4

4 Pemangsaan M. sexmaculatus (a) larva dan (b) imago terhadap

A. craccivora per 2 jam 7

5 Pemangsaan M. sexmaculatus saat siang dan malam hari (a) larva dan

(b) imago 8

6 Jumlah pemangsaan M. sexmaculatus (a) larva dan (b) imago terhadap

berbagai kerapatan A. craccivora 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pemangsaan larva M. sexmaculatus 15

2 Pemangsaan imago M. sexmaculatus 17

3 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh larva M. sexmaculatus 19 4 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh imago M. sexmaculatus 20

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang panjang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang cukup strategis di Indonesia. Tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usahatani karena mudah dibudidayakan, dapat ditanam sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun musim kemarau, dan dapat hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi (Haryanto et al. 1999).

Berdasarkan data BPS (2013), produksi kacang panjang di Indonesia selama tiga tahun sejak tahun 2010 sampai 2012 berturut-turut adalah sebesar 489 449 ton, 458 307 ton, dan 457 489 ton.

Salah satu hama penting pada tanaman kacang panjang adalah kutudaun

Aphis craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae). A. craccivora menyerang

tanaman kacang panjang mulai fase vegetatif sampai generatif. Serangan A.

craccivora menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian tanaman yang masih

muda, seperti pucuk, tunas, daun muda, dan polong (Darsono 1991). Tanaman yang terserang daunnya menjadi berkerut dan keriting serta terhambat pertumbuhannya (Semangun 1989).

Kehadiran A. craccivora pada tanaman kacang panjang tidak hanya berperan sebagai hama tetapi juga sebagai vektor beberapa jenis virus. Virus yang dapat ditularkan kutudaun ini adalah virus sapu kacang panjang (cowpea witches

broom virus) dan virus kerdil kacang panjang (cowpea stunt virus) (Semangun

1989). Akibat serangan hama A. craccivora dan serangan virus ini dapat menurunkan produksi kacang panjang sampai 87 % (Bashir et al. 2002)

Pengendalian kutudaun pada tanaman kacang panjang selama ini banyak menggunakan insektisida kimia. Penggunaan insektisida kimia secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Menurut Untung (2001) penggunaan insektisida kimia secara berlebihan dapat menimbulkan resistensi hama, resurgensi hama, ledakan hama sekunder, serta pencemaran lingkungan. Selain itu, penggunaan insektisida berlebih pada tanaman kacang panjang dikhawatirkan dapat menimbulkan residu yang berbahaya bagi konsumen. Pendekatan pengendalian hama yang dikembangkan belakangan ini adalah Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang mengutamakan pengendalian secara bercocok tanam atau budidaya tanaman sehat dan pengendalian hayati sebagai komponen utama serta pemanfaatan insektisida kimia sebagai alternatif terakhir.

Pada pertanaman kacang panjang terdapat berbagai jenis agens hayati di antaranya adalah predator. Predator kutudaun yang sering ditemukan pada kacang panjang adalah Coccinellidae (Coleoptera), Syrphidae (Diptera), dan Crysopidae (Neuroptera) (Kalshoven 1981). Predator dari famili Coccinellidae yang dominan ditemukan pada pertanaman kacang panjang adalah Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae). Predator ini banyak ditemukan memangsa kutudaun

A. craccivora pada tanaman kacang panjang (Johan 2011). Pemangsaan oleh M.

sexmaculatus dilakukan oleh larva maupun imago. Berdasarkan penelitian

Putirama (2012) kemampuan memangsa imago M. sexmaculatus lebih tinggi dibandingkan stadia pradewasa terhadap kutukebul Bemisia tabaci dan Myzus

persicae. Selain itu, Radiyanto et al. (2011) juga melaporkan bahwa kemampuan

(12)

2

terhadap Rhopalosiphum maidis. Namun kemampuan memangsa larva dan imago

M. sexmaculatus terhadap A. craccivora belum banyak informasinya. Salah satu

ciri predator yang baik adalah memiliki tanggap fungsional yaitu kemampuan memangsa meningkat dengan meningkatnya jumlah mangsa yang tersedia (Hodek dan Honek 1996; Pervez dan Omkar 2005).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemangsaan larva dan imago M. sexmaculatus terhadap kutudaun A. craccivora pada kacang panjang.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan mengenai kemampuan pemangsaan M. sexmaculatus terhadap kutudaun A.

craccivora. Penelitian ini juga sebagai dasar dalam menilai keefektifan predator

M. sexmaculatus sebagai musuh alami dan diharapkan dapat memberikan

(13)

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2013.

Bahan dan Alat

Tanaman kacang panjang, kurungan yang terbuat dari plastik mika, botol serangga, wadah pemeliharaan serangga, cawan petri, mikroskop stereo, jarum mikro, kuas, label, hand counter, stop watch, dan kamera digital.

Perbanyakan Aphis craccivora pada Kacang Panjang

Tanaman kacang panjang varietas Jaliteng ditanam dalam polibag ukuran 25 cm x 25 cm. Polibag diisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Setiap polibag ditanami 2-3 biji kacang panjang yang selanjutnya disimpan di dalam kurungan serangga dan diberi ajir bambu. Tanaman dirawat dan dipelihara setiap hari dengan disiram. Setelah tanaman kacang panjang berumur 3 minggu diinfestasi nimfa dan imago A. craccivora yang dikumpulkan dari pertanaman kacang panjang di Situgede, Bogor. Tanaman yang telah diinfestasi A. craccivora selanjutnya disungkup dengan kurungan plastik berdiameter 30 cm, tinggi 80 cm dan bagian atasnya ditutup kain kasa. Pemeliharaan dilakukan hingga jumlah A.

craccivora cukup untuk percobaan. Dalam percobaan ini digunakan nimfa instar

akhir atau nimfa instar IV A. craccivora (Gambar 1).

Perbanyakan Menochilus sexmaculatus

Perbanyakan dilakukan dengan pengumpulan imago, larva, maupun pupa kumbang M. sexmaculatus dari pertanaman kacang panjang di Situgede. Kemudian kumbang dipelihara pada wadah pemeliharaan serangga. Kumbang diberi pakan A. craccivora setiap hari. Telur yang dihasilkan kemudian dipisahkan dari imago dan dipelihara dalam cawan petri hingga menetas menjadi larva, setiap cawan petri berisi satu larva. Pemeliharaan dilakukan hingga jumlah larva instar IV maupun imago betina M. sexmaculatus cukup untuk percobaan.

(14)

4

Pelaksanaan Percobaan

Pengaruh Kerapatan Mangsa terhadap Kemampuan Memangsa

Dalam percobaan ini mangsa yang digunakan adalah nimfa instar IV A.

craccivora dan sebagai predator digunakan larva instar IV dan imago betina M.

sexmaculatus (Gambar 2). Percobaan pemangsaan dilakukan pada cawan petri

berdiameter 9 cm, yang kemudian diisi polong kacang panjang muda berukuran panjang 8 cm sebagai makanan kutudaun (Gambar 3). Selanjutnya dimasukkan A.

craccivora instar IV masing-masing sebanyak 20, 40, 60, 80, dan 100 individu.

Setelah itu, ke dalam setiap cawan petri tersebut dimasukkan masing-masing satu ekor larva instar IV M. sexmaculatus yang telah dipuasakan selama 12 jam. Jumlah A. craccivora yang dimangsa oleh larva M. sexmaculatus dihitung setiap 2, 4, 6, 8, 12, 16, 20, dan 24 jam setelah perlakuan dengan menggunakan alat bantu hitung hand counter.

Hal serupa juga dilakukan pada pemangsaan oleh imago betina M.

sexmaculatus. Sebanyak 20, 40, 60, 80, dan 100 ekor A. craccivora dimasukkan

ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah diberi polong kacang panjang. Selanjutnya ke dalam cawan petri dimasukkan masing-masing satu ekor imago betina M. sexmaculatus yang telah dipuasakan selama 12 jam. Jumlah A.

craccivora yang dimangsa oleh imago M. sexmaculatus dihitung setiap 2, 4, 6, 8,

12, 16, 20, dan 24 jam setelah perlakuan. Perlakuan untuk larva dan imago M.

sexmaculatus pada masing-masing kerapatan diulang 5 kali.

Pengamatan siang hari atau 8 jam pertama dilakukan setiap 2 jam sedangkan pada malam hari dilakukan setiap 4 jam.

Gambar 2 Menochilus sexmaculatus (a) larva instar IV, (b) imago betina

Gambar 3 Pengujian kemampuan pemangsaan pada cawan petri

a b

(15)

5

Masa Pencarian dan Penanganan Mangsa

Masa pencarian mangsa dihitung sejak predator M. sexmaculatus dilepas ke cawan petri sampai mendapatkan mangsa pertama. Kemudian diamati lamanya waktu predator menangani/memakan A. craccivora pertama sampai habis. Lama pencarian mangsa berikutnya diamati sejak predator menghabiskan mangsa sebelumnya sampai menemukan kembali mangsa berikutnya. Pengamatan masa pencarian dan penanganan mangsa dihitung dengan bantuan stop watch. Pengamatan ini dilakukan dalam periode waktu 2 jam, masing-masing untuk larva instar IV dan imago betina. Pengamatan dilakukan terhadap 5 larva dan 5 imago betina M. sexmaculatus sebagai ulangan, dan pengamatan dilakukan pada kerapatan mangsa 40 ekor.

Analisis Data

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemangsaan M. sexmaculatus

Hasil pengamatan pemangsaan larva M. sexmaculatus pada kerapatan mangsa A. craccivora 20 ekor menunjukkan pada 2 jam pertama jumlah kutudaun yang dimangsa mencapai rataan 5.60 ekor. Pengamatan 2 jam berikutnya atau 2-4 jam setelah perlakuan jumlah kutudaun yang dimangsa mengalami penurunan menjadi 2.20 ekor, kemudian 2 jam berikutnya atau 4-6 jam setelah perlakuan jumlah kutudaun yang dimangsa hanya 1.60 ekor. Pemangsaan larva kembali mengalami peningkatan setelah 6-8 jam perlakuan dengan rataan jumlah kutudaun yang dimangsa mencapai 3.20 ekor (Tabel 1). Pengamatan pemangsaan larva pada kerapatan mangsa 40 ekor menunjukkan jumlah kutudaun yang dimangsa pada 2 jam pertama 6.80 ekor, kemudian menurun menjadi 1.80 pada 2-4 jam, kemudian meningkat menjadi 3.00 dan 3.00 ekor pada 4-6 dan 6-8 jam berikutnya. Pemangsaan larva pada kerapatan mangsa 60, 80, dan 100 ekor pada 2 jam pertama menunjukkan jumlah kutudaun yang dimangsa berturut-turut mencapai rataan 8.60, 6.20, dan 8.60 ekor, sedangkan 2-4 jam berikutnya jumlah yang dimangsa menurun menjadi 3.60, 3.00, dan 4.00 ekor, kemudian meningkat kembali pada 6-8 jam berikutnya menjadi 3.80, 3.20, dan 6.00 ekor (Tabel 1).

Hasil pengamatan pemangsaan imago betina M. sexmaculatus pada kerapatan mangsa kutudaun 20 ekor menunjukkan pada 2 jam pertama jumlah kutudaun yang dimangsa mencapai rataan 5.00 ekor. Pengamatan berikutnya setelah 2-4 jam perlakuan jumlah kutudaun yang dimangsa menurun menjadi 1.80 ekor, kemudian meningkat kembali menjadi 2.40 dan 3.00 ekor setelah 4-6 dan 6-8 jam perlakuan (Tabel 2). Pada kerapatan mangsa 40 ekor rataan kutudaun yang dimangsa pada 2 jam setelah perlakuan mencapai 7.60 ekor kemudian menurun menjadi 3.60 dan 3.00 setelah 2-4 dan 4-8 jam perlakuan, dan meningkat kembali setelah 6-8 jam perlakuan menjadi 4.60 ekor. Pemangsaan imago betina pada kerapatan mangsa 60, 80, dan 100 ekor pada 2 jam pertama berturut-turut mencapai 8.60, 11.60, dan 12.20 ekor, sedangkan 2-4 jam berikutnya jumlah kutudaun yang dimangsa menurun menjadi 4.80, 4.00, dan 5.20, dan setelah 6-8 jam jumlah yang dimangsa mencapai 3.40, 4.20, dan 6.20 (Tabel 2).

Tabel 1 Pemangsaan larva M. sexmaculatus terhadap A. craccivora Kerapatan

mangsa 0-2 (Rataan ± SD) >2-4 (Rataan ± SD) >4-6 (Rataan ± SD) >6-8 (Rataan ± SD)Waktu pemangsaan (jam)

20 5.60 ± 1.40 2.20 ± 0.58 1.60 ± 0.25 3.20 ± 1.36

40 6.80 ± 0.58 1.80 ± 0.58 3.00 ± 0.55 3.00 ± 0.55

60 8.60 ± 1.60 3.60 ± 0.68 1.80 ± 0.86 3.80 ± 1.07

80 6.20 ± 0.92 3.00 ± 1.05 3.60 ± 1.60 3.20 ± 0.73

(17)

7

Tabel 2 Pemangsaan imago M. sexmaculatus terhadap A. craccivora Kerapatan

mangsa 0-2 (Rataan ± SD) >2-4 (Rataan ± SD) >4-6 (Rataan ± SD) >6-8 (Rataan ± SD)Waktu pemangsaan (jam)

20 5.00 ± 0.95 1.80 ± 0.58 2.40 ± 0.51 3.00 ± 1.05

40 7.60 ± 0.75 3.60 ± 0.60 3.00 ± 0.71 4.60 ± 0.68

60 8.60 ± 0.60 4.80 ± 1.50 3.80 ± 1.16 3.40 ± 0.93

80 11.60 ± 0.75 4.00 ± 0.95 4.20 ± 1.43 4.20 ± 1.56

100 12.20 ± 1.11 5.20 ± 1.98 5.80 ± 1.98 6.20 ± 1.53

Secara umum tampak bahwa pemangsaan tertinggi oleh larva maupun imago betina M. sexmaculatus terjadi pada periode 2 jam pertama atau 2 jam setelah perlakuan (Gambar 4). Hal ini terjadi karena sebelum perlakuan predator terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam. Ketika dalam keadaan lapar, predator terlihat lebih aktif mencari dan cepat menangani mangsanya sehingga dalam periode waktu 2 jam pertama sejak perlakuan banyak kutudaun A. craccivora yang dimangsa. Selanjutnya pada periode 2-4 jam dan 4-6 jam jumlah kutudaun yang dimangsa larva maupun imago mengalami penurunan, dan meningkat kembali setelah 6-8 jam perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelaparan predator sangat menentukan kemampuan memangsa. Predator yang lapar memiliki kemampuan memangsa lebih tinggi (Hagen et al. 1989; Pervez dan

Gambar 4 Pemangsaan M. sexmaculatus (a) larva dan (b) imago terhadap

(18)

8

Pemangsaan M. sexmaculatus pada Siang dan Malam

Pemangsaan larva dan imago M. sexmaculatus terhadap A. craccivora terjadi pada siang dan malam hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah kutudaun yang dimangsa larva M. sexmaculatus pada siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari, walaupun secara statististik hanya berbeda nyata pada tingkat kerapatan mangsa 40 dan 60 ekor (Gambar 5a).

Pemangsaan oleh imago M. sexmaculatus menunjukkan jumlah kutudaun A.

craccivora yang dimangsa pada siang hari lebih banyak dibandingkan malam hari,

walaupun secara statistik perbedaan nyata hanya terjadi pada kerapatan mangsa 20, 60, dan 100 ekor (Gambar 5b).

Pemangsaan oleh larva dan imago lebih banyak pada siang hari dibandingkan malam hari tampaknya berkaitan dengan perlakuan awal pemangsaan yang dilakukan pada siang hari dimana sebelumnya predator dipuasakan terlebih dahulu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larva dan imago M. sexmaculatus melakukan pemangsaan pada siang dan malam hari. Proses pemangsaan oleh predator dimulai dari pencarian, menemukan, menangani/memangsa dan mencerna kemudian mencari kembali (Hodek dan Honek 1996). Salah satu ciri predator yang efektif adalah dapat melakukan

(19)

9

pemangsaan setiap saat (siang dan malam). Kumbang Coccinella septempunctata dapat menemukan mangsanya secara visual pada siang hari, sedangkan pada malam hari dapat menangkap mangsanya bila terjadi kontak dengan mangsa (Nakamuta 1984, 1985 dalam Hodek dan Honek 1996). Kutudaun A. craccivora umumnya hidup berkelompok dan larva maupun imago predator M. sexmaculatus biasanya berada di sekitar koloni kutudaun sehingga pemangsaan pada malam hari dapat terjadi.

Hubungan Kerapatan Mangsa dan Jumlah yang Dimangsa Selama 24 Jam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin melimpah ketersediaan mangsa maka semakin banyak pula mangsa yang dikonsumsi oleh larva maupun imago (Gambar 6). Hal ini terlihat dari nilai R2 larva yaitu 0.821 sedangkan imago

0.864, nilai keduanya mendekati 1 artinya terjadi hubungan yang erat antara ketersediaan mangsa dengan jumlah pemangsaan oleh larva maupun imago M.

sexmaculatus. Semakin tinggi jumlah A. craccivora tersedia maka kemungkinan

M. sexmaculatus menemukan dan memangsa juga semakin meningkat. Hal ini

menunjukkan bahwa larva dan imago M. sexmaculatus memiliki tanggap fungsional terhadap mangsa A. craccivora. Menurut Holling (1959) dan Wagiman (1997) salah satu ciri predator yang efektif adalah memiliki tanggap fungsional terhadap mangsanya. terhadap berbagai kerapatan A. craccivora

(20)

10

Masa Pencarian dan Penanganan Mangsa

Masa pencarian mangsa yang dibutuhkan oleh larva M. sexmaculatus adalah 8 menit 43 detik sedangkan imago 5 menit 15 detik (Tabel 3). Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa waktu pencarian mangsa oleh imago lebih cepat dibanding larva. Selama pengamatan terlihat bahwa imago lebih aktif bergerak dibanding larva. Hal serupa diungkapkan pula oleh Radiyanto (2011) yang menyatakan bahwa imago M. sexmaculatus lebih aktif bergerak dibandingkan dengan larva.

Hasil pengamatan lama penanganan mangsa oleh M. sexmaculatus ternyata imago lebih cepat dalam menghabiskan mangsanya dibanding larva. Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh larva adalah 10 menit 16 detik, sedangkan waktu yang dibutuhkan imago untuk menghabiskan mangsa adalah 8 menit 34 detik (Tabel 3). Perilaku predator M. sexmaculatus dalam memangsa A. craccivora yaitu melalui tahap mencari, menemukan, dan memangsa. Perilaku pencarian dan penanganan ini diungkapkan pula oleh Sharov (1996) dan Tarumingkeng (1992) bahwa predator menghabiskan waktunya dengan melakukan dua aktivitas, yaitu pencarian mangsa (mengejar dan menangkap) dan penanganan mangsa (membunuh dan mencerna).

Pemangsaan Larva dan Imago M. sexmaculatus Selama 24 jam

Kemampuan pemangsaan larva M. sexmaculatus selama 24 jam pada

kerapatan mangsa A. craccivora 20 ekor adalah 18.80 ekor tidak berbeda nyata dengan imago betina 19.49 ekor (Tabel 4). Pada kerapatan mangsa 40, jumlah kutudaun yang dimangsa larva 28.60 ekor berbeda nyata dengan imago 36.60 ekor, demikian juga pada kerapatan mangsa 60 dan 80 jumlah kutudaun yang dimangsa larva lebih sedikit dan berbeda nyata dengan yang dimangsa imago. Ketika kerapatan mangsa 100, jumlah kutudaun yang dimangsa larva 61.20 ekor relatif lebih rendah dibandingkan imago 74.00 ekor, walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan nyata (Tabel 4). Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan memangsa imago betina M. sexmaculatus lebih tinggi dibandingkan larva instar IV. Hasil serupa diungkapkan oleh Putirama (2012), pemangsaan M. sexmaculatus terhadap Bemisia tabaci dan Myzus

persicae menunjukkan imago lebih banyak memangsa dibanding larva. Hal ini

berkaitan dengan kebutuhan nutrisi imago betina untuk memproduksi telur sedangkan larva untuk persiapan menjadi pupa (Hodek dan Honek 1996). Menurut Agarwala et. al (2001) ketika kerapatan mangsa rendah, predator umumnya lebih aktif mencari mangsa, dan pemberian mangsa lebih efisien pada kerapatan rendah dibandingkan kerapatan tinggi untuk memproduksi telur.

Stadia Pencarian mangsa

(Rataan ± SD) menit:detik (Rataan ± SD) menit:detik Penanganan mangsa

Larva 8:43 ± 1:03a 10:16 ± 1:33a

Imago 5:15 ± 1:09a 8:34 ± 1:23a

Tabel 3 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh larva dan imago M. sexmaculatus

(21)

11

Penelitian ini menunjukkan bahwa larva dan imago M. sexmaculatus efektif dalam memangsa A. craccivora. Hal ini dapat diamati dari kemampuan M.

sexmaculatus dalam mencari, menemukan, dan memangsa A. craccivora. Ciri-ciri

predator yang efektif adalah mempunyai kemampuan mencari dan menemukan mangsa yang tinggi terutama saat populasi mangsa rendah, tanggap terhadap peningkatan populasi mangsa, dan mempunyai kekhususan mangsa (Wagiman 1996).

Stadia Jumlah yang dimangsa predator

predator pada berbagai kerapatan mangsa (Rataan ± SD)

20 40 60 80 100

Larva 18.80 ± 0.80a 28.60 ± 3.11b 36.20 ± 0.37b 39.80 ± 1.59b 61.20 ± 4.14a

Imago 19.49 ± 0.60a 36.60 ± 1.50a 51.20 ± 2.74a 60.20 ± 5.13a 74.00 ± 5.31a

aAngka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf nyata (Į=5%)

(22)

12

SIMPULAN

Pemangsaan oleh larva maupun imago betina M. sexmaculatus terjadi paling banyak pada periode 2 jam setelah perlakuan. Larva dan imago M. sexmaculatus melakukan pemangsaan pada siang dan malam hari. Semakin tinggi kerapatan mangsa maka semakin banyak mangsa yang dimakan oleh larva maupun imago

M. sexmaculatus. Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh imago M.

sexmaculatus lebih cepat dibandingkan larva. Imago M. sexmaculatus memiliki

(23)

13

DAFTAR PUSTAKA

Agarwala BK, Bardhanroy P, Yasuda H, Takizawa T. 2001. Prey consumption and oviposisi of the predator Menochilus sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae) in relation to prey density and adult size. J Environ Entomol. 30(6):1182-1187.

Bashir M, Ghafoor A, Ahmad Z. 2002. Response of cowpea germplasm to virus infection. J Agricul [Internet]. [diunduh 2013 Sept 25]; 17(2):159-162. Tersedia pada: http://www.cabi.org/GARA/default.aspx

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi sayuran hortikultura Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Sept 20]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id. Darsono S. 1991. Biologi dan perkembangan populasi Aphis craccivora Koch.

(Homoptera: Aphididae) pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hagen KS, Bombosch S, dan McMurthym JA. 1989. Teori dan Praktek

Pengendalian Biologis. Mangoendihardjo S, penerjemah. Jakarta (ID): UI

Press. Terjemahan dari: Theory and Practice of Biological Control.

Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 1999. Budidaya Kacang Panjang. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Hodek I, Honek A. 1996. Ecology of Coccinellidae. London (UK): Kluwer Academic Publishers.

Holling CS. 1959. Some characteristics of simple types of predation and parasitism. The Canadian Entomologist. 91:385-398. doi:10.4039.

Johan. 2011. Kelimpahan hama dan musuh alami serta pengaruh perlakuan insektisida pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) fase generatif [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. van der Laan PA, perevisi dan penerjemah. Jakarta (ID): PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Pervez A, Omkar. 2005. Functional responses of Coccinellid predators: An Illustration of a logisticapproach. J Inst Scie [Internet]. [diunduh 2013 Agst 23]; 5:5. Tersedia pada: http://www. Insects science.org.

Putirama KD. 2012. Preferensi makan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis

lineata (Thunberg) (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap kutukebul Bemisia

tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae) dan kutudaun Myzus persicae (Hemiptera:

Aphididae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Radiyanto I, Rahayuningtias S, Widhiningtyas E. 2011. Kemampuan pemangsaan

Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap

Rhopalosiphum maidis Fitch (Homoptera: Aphididae). J Entomol. 8(1):1-7.

Semangun H. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.

Sharov A. 1996. Functional and numerical response [Internet]. [diunduh 2013 Mei 14]. Tersedia pada: http://www.entovt.edu/~sharovPopEcol/lec10/funcreso. html.

(24)

14

Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Wagiman FF. 1996. Numerical response and density-dependent relationship of

Menochilus sexmaculatus against Aphis gossypii. JPTI. 2(2):44-49.

(25)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pemangsaan larva M. sexmaculatus

Perlakuan Ulangan Ket. Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)

(26)

16

Perlakuan Ulangan Ket. Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)

(27)

17

Perlakuan Ulangan Ket. Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)

2 4 6 8 12 16 20 24

(28)

18

Perlakuan Ulangan Ket. Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)

(29)

19

Lampiran 3 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh larva M. sexmaculatus

Ulangan Mangsa ke- Pencarian(detik) Penanganan(detik)

(30)

20

Lampiran 4 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh Imago M. sexmaculatus

Ulangan Mangsa ke- Pencarian(detik) Penanganan(detik)

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Maret 1991 dari ayah Khristiono Hadi dan ibu Rachma Yuliani. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2009. Tahun yang sama penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalu jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Tabel 2 Pemangsaan imago M. sexmaculatus terhadap A. craccivoraWaktu pemangsaan (jam)0-2 (Rataan ± SD) >2-4 (Rataan ± SD)>4-6 (Rataan ± SD)>6-8 (Rataan ± SD)
Gambar 5 Pemangsaan M. sexmaculatus saat siang dan malam hari (a) larva dan (b) imago  Kerapatan mangsa (individu)
Gambar 6 Jumlah pemangsaan M. sexmaculatus (a) larva dan (b) imago terhadap berbagai kerapatan A
Tabel 4 Kemampuan pemangsaan oleh larva dan imago M. sexmaculatuspada berbagai kerapatan mangsa (Rataan ± SD) Jumlah yang dimangsa predator 60

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Catatan akuntansi (accounting record) tradisional suatu perusahaan terdiri dari dokumen sumber, jurnal dan buku besar (Hal Singleton, 2007 : 37), Dokumen dan catatan adalah

[r]

Prije prelaska na ovu fazu organizacija mora još jednom redefinirati svoju strategiju ako je to potrebno, provjeriti svoju organizacijsku strukturu te posegnuti za

NO.. Untuk data perkembangan persediaan bahan baku Acc.Shine Spot yang terjadi selama tahun 2013 pada PT. MATRIX disajikan pada tabel-tabel di bawah ini.. Dari tabel-tabel

membuat 5 paragraf, (7) terlihat siswa bersemangat pada saat menulis berita, (8) mengecek kembali tulisan yang sudah siap dikumpulkan, (9) siswa membacakan hasil

Perangkat yang digunakan yaitu kabel komunikasi serial RS232 yang biasa digunakan untuk menghubungkan periferal eksternal seperti modem dengan komputer modem memiliki