• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Acne Vulgaris Dengan Konsep Diri Pada Remaja Putri Di Smk Panca Budi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Acne Vulgaris Dengan Konsep Diri Pada Remaja Putri Di Smk Panca Budi Medan"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ACNE VULGARIS DENGAN KONSEP DIRI PADA

REMAJA PUTRI DI SMK PANCA BUDI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Tambar Malem Sinaga

131121029

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan karena atas rahmat penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Acne Vulgaris Dengan Konsep Diri Remaja Putri di SMK Panca Budi Medan”, untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pada saat penyelesaian skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta dorongan kepada peneliti sehingga skripsi ini terselesaikan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan pengetahuan, bimbigan, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Nunung F Sitepu, S.Kep, MNS dan Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji. Terima kasih atas masukan yang telah diberikan demi perbaikan proposal skripsi ini.

(5)

5. Kepala Sekolah SMK Panca Budi Medan yang telah membantu dalam memperlancar penelitian.

6. Terkhusus buat kedua orangtua tercinta, Bapak Dahlan Sinaga dan Ibu Raskita Sembiring atas segala dukungan moral dan materil serta do’a sehingga skripsi

ini terselesaikan, dan kepada adik-adik saya yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.

7. Untuk semua teman-teman yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih ada yang kurang

sempurna, maka dari itu peneliti menerima kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat untuk praktik keperawatan.

Medan, Januari 2015

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Acne Vulgaris... 8

2.1.1 Defenisi Acne Vulgaris... 8

2.1.2 Etiologi ... 8

2.1.3 Patogenesis... 12

2.1.4 Klasifikasi ...………... 14

2.2 Konsep Remaja... 16

2.2.1 Defenisi Remaja... 17

2.2.2 Aspek-aspek perkembangan pada remaja... 19

2.3 Konsep Diri... 19

2.3.1 Defenisi Konsep Diri... 20

2.3.2 Komponen Konsep Diri……… 20

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 29

2.3.4 Kriteria Kepribadian Yang Sehat ... 33

2.3.5 Karakteristik Harga Diri Rendah ... 34

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep... 35

3.2 Defenisi Operasional... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ……….. 38

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……… 38

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 39

4.4 Pertimbangan Etik ……….... 40

4.5 Instrumen Penelitian ………. 40

(7)

4.7 Pengumpulan Data ……… 42

4.8 Analisa Data ………. 43

4.9 Metode Analisa Data ………... 44

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Surat Izin Penelitian

Lembar Persetujuan Responden Instrumen Penelitian

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang dewasa. Terjadi pula perubahan sikap dan sifat

yang menonjol terutama terhadap teman sebaya, lawan jenis, terhadap permainan anggota keluarga. Secara biologis seorang remaja memasuki masa pubertas,

menunjukkan perubahan- perubahan khusus bagi anak-anak yang mengalami perkembangan fisik. Yang perlu dipahami adalah perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam masa remaja (adolesensi) yang menyebabkan remaja sanggup

melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan (Hurlock, 2007).

Salah satu ciri remaja adalah memperhatikan tampangnya, bagi seorang remaja kebaikan atau kejelekan penampilan merupakan hal yang penting. Remaja

selalu membandingkan dirinya dengan gambar-gambar reklame dan dalam film-film. Seorang anak remaja yang merasa bahwa penampilannya kurang baik di

antara anak-anak lainnya mengundurkan diri dari kegiatan-kegiatan bersama anak-anak lainnya dan mengembangkan sikap-sikap negatif, senantiasa cemas mengenai pendapat orang lain mengenai dirinya sehingga merasa malu dan rendah

diri (Rini J, 2007).

Pada masa remaja, sikap individu mengalami berbagai perubahan baik

(9)

timbulnya acne vulgaris. Individu yang mengalami masalah acne vulgaris seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan harga diri, keyakinan

terhadap diri sendiri, pergaulan sosial, kemurungan, dan kegusaran. Masalah acne vulgaris sering terjadi pada bagian muka, belakang badan dan dada. Masalah ini

memberikan kesan psikologis yang buruk pada remaja, terutama remaja dalam masa persekolahan. Pada tahap ini, faktor image remaja dan aktivitas pergaulan sosial sangat penting. Walaupun masalah ini dianggap ringan dan boleh diobati

sendiri tetapi jika tidak dirawat akan mengakibatkan kesan fisik dan emosi yang buruk (Willis, S. Sofyan, DR,M.Pd.2005).

Keluhan yang sering dialami oleh kebanyakan orang khususnya remaja

putri pada wajahnya adalah acne vulgaris. Acne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang meresahkan. Kondisi peradangan abnormal pada kulit yang

terjadi menahun (kronik) akibat penyumbatan kelenjar minyak dan produksi kelenjar minyak yang berlebihan mengakibatkan acne vulgaris. Ketakutan bahwa kulit yang memiliki acne vulgaris akan dinilai orang lain memiliki pengaruh

terhadap kehidupan fisik dan sosial seseorang (Lubis, 2007). Menurut Kligmann dalam Efendi Z (2007), acne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang paling

banyak diderita oleh manusia, tidak ada satupun orang di dunia ini melewati masa hidupnya tanpa sebuah acne vulgaris dikulitnya. Ada beberapa faktor pemicu acne vulgaris. Pertama, acne vulgaris bisa disebabkan kelebihan

hormon. Faktor kedua, acne vulgaris disebabkan bakteri yang menempel pada kulit wajah. Ketiga, berkaitan dengan ras. Keempat, faktor makanan. Kelima, bisa

(10)

Dalam beberapa penelitian disebutkan, anak perempuan yang menderita depresi dan kecemasan beresiko 68% memiliki acne vulgaris. Sumber lain juga

menyatakan, sebanyak 80-100% terjadi dalam usia remaja 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. Berdasarkan penelitian Goodman (1999), acne vulgaris dialami pada usia 16-17 tahun, dimana wanita berkisar 83-85 % dan pria

berkisar 65-80%. Dari survey di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus acne vulgaris. Sedangkan di Indonesia, catatan Kelompok Studi Dermatologi

Kosmetik Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita pada tahun 2008 dan 80% pada tahun 2009. Dari kasus di tahun 2009, kebanyakan penderitanya adalah

remaja dan dewasa usia antara 11-25 tahun (Efendi, 2007).

Remaja putri tampak kurang menyukai perubahan fisik ketika beranjak remaja, khususnya mengenai acne vulgaris. Acne vulgaris ini dapat menyebabkan

remaja putri seringkali merasa malu dan menutup diri terhadap lingkungan. Berbeda dengan remaja putra yang cenderung menerima apa adanya yang mereka alami seiring pubertas. Dengan munculnya acne vulgaris pada masa remaja, maka

kesadaran akan pentingnya penampilan diri dalam kehidupan sosial yang pada akhirnya dapat mempengaruhi konsep diri remaja putri (Al-Hoqail, I.A.,2008).

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Ali, 2006). Menurut Keliat (2002) konsep diri terdiri dari lima

komponenyaitu: Citra diri (body image), ideal diri, harga diri, penampilan peran, identitas personal. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang

(11)

menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri.

Semua perempuan pada dasarnya menginginkan kulit muka yang bersih, begitu pun remaja di mana masa membentuk diri dalam segala segi dengan sebaik- baiknya. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Deni Giri

Hermawan pada tanggal 6 februari 2012 terhadap murid perempuan kelas X SMK Negeri 1 Indramayu yang berjumlah 269 orang, ternyata 145 orang atau (54 %)

di antaranya menderita jerawat dan hasil wawancara terhadap 10 siswi yang berjerawat, 7 siswi mengatakan tidak menginginkan adanya jerawat yang mereka alami saat melewati masa pubertas sehingga membuat mereka kurang percaya diri

untuk tampil di depan umum, ada yang merasa takut dan rendah diri karena wajahnya tidak cantik akibat tumbuhnya jerawat bahkan lima diantaranya

merasa terganggu karena perubahan bentuk wajah mereka membuat mereka tidak bisa menarik perhatian orang lain untuk melihatkan bakat yang dimilikinya.

Komponen konsep diri remaja yang mempunyai jerawat sering

terganggu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Deni Giri Hermawan tersebut terhadap (10%) 15 murid perempuan yang berjerawat di SMK Negeri 1

Indramayu terdapat 12 murid perempuan mengalami gangguan konsep diri. Hal tersebut dapat dilihat pada murid perempuan di SMK Negeri 1 Indramayu yang mempunyai jerawat, mereka merasa ada yang berubah terutama pada citra

dirinya karena ketidak nyamanan disekitar wajah dan tidak sama seperti teman sebayanya yang tidak mempunyai jerawat serta mengakibatkan harga dirinya

(12)

Citra tubuh menunjukkan gambaran diri yang dimiliki setiap orang, penyakit atau gangguan kulit dapat merusak konsep dirinya, mengadaptasi

perilaku yang diakibatkan timbulnya jerawat dapat mempengaruhi identitasnya dan menghalangi perannya didalam masyarakat atau lingkungan sekolah. Dilihat

dari cara pergaulannya, mereka merasa kurang percaya diri, malu, kurang kontak mata saat diajak bicara, berusaha selalu memalingkan muka sertakurang semangat dalam melakukan aktifitas. Tetapi tidak semua remaja yang berjerawat dapat

mengalami gangguan konsep diri. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan informasi yang didapat dari

media, baik cetak maupunelektronik (Farozin, 2004).

Dalam Journal of Paediatrics and Child Health peneliti menemukan acne vulgaris terkait dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi serta depresi pada

remaja yang berusia antara 12-18 tahun, seperti dikutip dari Livestrong, sedangkan studi lain menemukan remaja yang mengunjungi dokter kulit untuk mengatasi masalah jerawat memiliki kesulitan emosional dan

sosial yang setingkat dengan pasien epilepsi atau diabetes. Serta ada pula bukti lain yang menunjukkan ketika gejala masalah mental atau emosional parah, maka

remaja ini mengalihkannya dengan mengonsumsi makanan junk food sehingga membuat acne vulgaris bertambah parah (Bararah, 2012).

Melihat fenomena di atas maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan

(13)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Apakah ada hubungan acne vulgaris dengan konsep diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014”

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada “Hubungan acne vulgaris dengan konsep diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan gambaran diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

2. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan ideal diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

3. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan harga diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

4. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan peran remaja putri di SMK

Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014.

5. Mengetahui hubungan acne vulgaris dengan identitas diri putri di SMK

(14)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk peneliti sendiri penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang acne vulgaris dan

konsep diri pada masa remaja.

2. Bagi Remaja Putri

Sebagai bekal pengetahuan bagi remaja dalam menghadapi masa pubertas

serta mengetahui perubahan yang terjadi sehingga remaja dapat menerima serta mengerti hal-hal yang mungkin terjadi selama tumbuhnya acne vulgaris.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan acne vulgaris dan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Acne Vulgaris

2.1.1 Defenisi Acne Vulgaris

Acne vulgaris adalah peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada

tempat prediliksi seperti muka, leher, lengan atas, dada dan punggung (Wasitaatmadja, 2005). Penyakit ini terutama terjadi pada remaja dan biasanya berinvolusi sebelum 25 tahun namun bisa berlanjut sampai usia dewasa. Acne

vulgaris terutama timbul pada kulit yang berminyak berlebihan akibat produksi sebum yang berlebihan (Yuindartanto, 2009).

2.1.2 Etiologi

Penyebabnya belum dapat dipastikan, karena masih banyak perbedaan pendapat, setiap orang mempunyai hal khusus yang mungkin dapat dianggap

sebagai penyebab timbulnya acne vulgaris. Dapat dikatakan penyebab acne vulgaris adalah multifaktorial (Cunlife dalam skripsi Rahmawati, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya acne vulgaris, yaitu: 1. Faktor genetik

Pada 60% pasien, riwayat acne vulgaris juga didapatkan pada satu atau

(16)

penyebaran lesi, dan lamanya kemungkinan mendapat acne vulgaris terutama genotip XYY (Hasan, 1984).

2. Faktor Infeksi dan Trauma

Peradangan dan infeksi di folikel pilosebasea terjadi karena adanya

peningkatan jumlah dan aktivitas flora folikel yang terdiri dari Propionilbacterium- Aknes, Corynebacterium Aknes, Pityrosporum ovale dan

Staphylococcus epidermidis. Bakteri-bakteri ini berperan dalam proses kemotaksis

inflamasi dan pembentukan enzim lipolitik yang mengubah fraksi lipid sebum. Propionilbacterium Aknes berperan dalam iritasi epitel folikel dan mempermudah

terjadinya acne vulgaris. Selain itu, adanya trauma fisik berupa gesekan maupun tekanan dapat juga merangsang timbulnya acne vulgaris (Siregar, 2005).

3. Faktor hormonal

Pada 60–70% wanita lesi acne vulgaris menjadi lebih aktif kurang lebih satu minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam kadar

tertentu dapat menekan pertumbuhan acne vulgaris, pada wanita diperlukan dosis yang melebihi kebutuhan fisiologis, sedangkan pada laki-laki dosis tersebut dapat menimbulkan feminisasi. TSH dengan jalan tertentu juga dapat merangsang

pertumbuhan acne vulgaris. Pil anti hamil yang mengandung ethinilestradiol 0,05 mg atau lebih mempunyai efek yang menguntungkan pada acne vulgaris.

Androgen memegang peranan penting, acne vulgaris tidak berkembang pada orang yang dikebiri. Androgen asal jaringan, alfadihidrotestosteron lebih mudah dibentuk pada orang dengan kulit acne vulgaris. Ovarektomi sebelum dewasa dan

(17)

gonadotropin mempengaruhi ovarium dan kelenjar adrenal secara tidak Iangsung serta merangsang kelenjar sebaceus, dengan demikian dapat memperberat acne

vulgaris (Siregar, 2005). 4. Faktor diet

Makanan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya acne vulgaris masih diperdebatkan. Secara umum dikatakan bahwa makanan yang mengandung banyak lemak, pedas, coklat, susu, kacang-kacangan, keju, alkohol dan sejenisnya

dapat merangsang kambuhnya acne vulgaris. Lemak yang tinggi pada makanan akan mempertinggi kadar komposisi sebum, sedangkan makanan dengan kadar

karbohidrat tinggi dapat mempertinggi susunan lemak permukaan kulit. Dalam sebuah studi disimpulkan bahwa diet rendah GL (glycemic load) dapat memperbaiki lesi acne vulgaris dan perbaikan sensitivitas insulin (Pujianta,

2010).

5. Faktor Kosmetik

Kosmetika dapat menyebabkan acne vulgaris jika mengandung bahan-bahan komedogenik. Bahan-bahan-bahan komedogenik seperti lanolin, petrolatum, minyak atsiri dan bahan kimia murni (asam oleik, butil stearat, lauril alkohol,

(18)

6. Kondisi Kulit

Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap acne vulgaris. Ada empat jenis

kulit wajah, yaitu:

a) Kulit normal, ciri-cirinya : kulit tampak segar, sehat, bercahaya,

berpori halus, tanpa acne vulgaris, tidak berpigmen, tidak berkomedo, tidak bernoda, elastisitas baik

b) Kulit berminyak, ciri-cirinya : mengkilat, tebal, kasar, berpigmen,

berpori besar

c) Kulit kering, ciri-cirinya : Pori-pori tidak terlihat, kencang, keriput,

berpigmen

d) Kulit Kombinasi, ciri-cirinya : dahi, hidung, dagu berminyak, sedangkan pipi normal/kering atau sebaliknya.

Jenis kulit berhubungan dengan acne vulgaris adalah kulit berminyak. Kulit berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang mati

yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan acne vulgaris (Indang, 2006).

7. Faktor pekerjaan

Penderita acne vulgaris juga banyak ditemukan pada karyawan-karyawan pabrik dimana mereka selalu terpajan bahan-bahan kimia seperti oli dan

(19)

8. Faktor Psikis

Emosi, terutama stres sering ditemukan sebagai faktor penyebab

kambuhnya acne vulgaris. Adanya acne vulgaris kadang menimbulkan kecemasan yang berlebihan dimana hal tersebut mendorong penderita

memanipulasi acne vulgarisnya secara mekanis, sehingga kerusakan dinding folikel semakin parah dan bisa menimbulkan lesi-lesi acne vulgaris baru (Harahap, 2000).

2.1.3 Patogenesis

Hartadi (2010) menyebutkan ada empat hal yang erat hubungannya dengan patofisiologi acne vulgaris, yaitu:

1. Peningkatan produksi sebum

Menurut Kligman sebum ibarat minyak lampu pada acne vulgaris, ini berarti tidak mungkin terjadi acne vulgaris tanpa sebum. Plegwig berpendapat

bahwa ditemukan hubungan yang selaras antara peningkatan produksi sebum, permulaan acne vulgaris pada masa pubertas dan berat ringannya acne vulgaris. Hormon Androgen yang secara nyata meningkat produksinya pada permulaan

pubertas dapat menyebabkan pembesaran dan peningkatan aktifitas kelenjar sebaceus. Produksi sebum yang meningkat akan disertai peningkatan unsur

komedogenik dan inflamatorik penyebab lesi acne vulgaris. 2. Penyumbatan keratin di saluran pilosebaseus

Penyumbatan dimulai di infrainfundibulum, yang lapisan granulosumnya

(20)

oleh androgen, sebum, asam lemak bebas dan skualen yang bersifat komedogenik. Masa keratin yang terjadi ternyata berbeda dengan keratin epidermis. Masa

keratin folikel sebasea lebih padat dan lebih lekat, sehingga lebih sulit terlepas satu dengan yang lainnya, mengakibatkan proses penyumbatan lebih mudah

terjadi. Proses penyumbatan akan lebih cepat bila ada bakteri atau ada proses inflamasi. Aliran sebum akan terhalang oleh hiperkeratinisasi folikel sebasea, maka akan terbentuk mikrokomedo yang merupakan tahap awal dari lesi acne

vulgaris yang bisa berkembang menjadi lesi inflamasi maupun non inflamasi. 3. Abnormalitas mikroorganisme di saluran pilosebaseus

Bakteri mempunyai peranan dalam terjadinya acne vulgaris. Ditemukan tiga kelompok besar mikroorganisme pada kulit penderita acne vulgaris, yaitu Propionilbacterium aknes, Staphylococcus epidermidis, dan satu golongan fungus

adalah Pityorosporum ovale. Mikroflora kulit dan saluran pilosebaseus penderita acne vulgaris jauh lebih banyak daripada yang terdapat pada orang sehat. Di

antara mikroflora tersebut yang paling penting adalah Propionilbacterium Aknes yang mengeluarkan bahan biologik tertentu seperti bahan menyerupai prostaglandin, lipase, protease, lecithinase, neuramidase dan hialuronidase. Pada

penderita acne vulgaris, kadar asam lemak hebas, skualen dan asam sebaleik di permukaan kulit meningkat. Skualen dan asam lemak bebas bersifat

(21)

4. Proses inflamasi

Diduga disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor immunologik dan non

immunologik. Persoalan immunologik acne vulgaris adalah karena serbuan leukosit PMN dan limfosit ke kelenjar sebasea karena diundang oleh sinyal

kemotaktik Propionilbacterium Aknes untuk masuk ke dalam lumen folikel sebasea. Setelah leukosit PMN masuk ke dalam lumen, maka akan memfagosit Propionilbacterium Aknes dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang akan merusak

dinding folikel dan ruptur sehingga isi folikel (lipid dan keratin) masuk ke dalam dermis sehingga mengakibatkan inflamasi. Sedangkan faktor non immunologik

yang penting adalah asam lemak bebas, protease dan bahan yang menyerupai prostaglandin yang dapat mencapai jaringan sekitar unit pilosebaseus secara difusi, kemudian menyebabkan terjadinya proses inflamasi.

2.1.4 Klasifikasi Acne Vulgaris

Klasifikasi acne vulgaris sampai saat ini belum ada yang memuaskan, karena belum ada dasar pengukuran yang obyektif. Tujuan penentuan klasifikasi acne vulgaris antara lain adalah untuk penilaian hasil pengobatan. Klasifikasi

yang sering digunakan, yaitu :

1. Menurut Kligman dan Plewig (1975) yang berdasarkan bentuk lesi.

a. Acne vulgaris komedonal

Lesi terutama terdiri dari komedo, baik yang terbuka, maupun yang tertutup. Dibagi menjadi 4 tingkat berdasarkan derajat beratnya acne vulgaris

(22)

Tingkat I : kurang dari 10 komedo pada satu sisi wajah. Tingkat II : 10 – 25 komedo pada satu sisi wajah.

Tingkat III : 25 – 50 komedo pada satu sisi wajah. Tingkat IV : lebih dari 50 komedo pada satu sisi wajah.

b. Acne vulgaris papulopustuler

Lesi terdiri dari komedo dan campuran lesi yang meradang yang dapat berbentuk papel dan pustul. Dibagi menjadi 4 tingkat sebagai berikut:

Tingkat I : Kurang dari 10 lesi meradang pada satu sisi wajah. Tingkat II : 10 - 20 lesi meradang pada satu sisi wajah.

Tingkat III : 20 – 30 lesi meradang pada satu sisi wajah. Tingkat IV : Lebih dari 30 lesi meradang pada satu sisi wajah.

c. Acne vulgaris konglobata

Merupakan bentuk acne vulgaris yang berat, sehingga tidak ada pembagian tingkat beratnya penyakit. Biasanya lebih banyak diderita oleh

laki-laki. Lesi yang khas terdiri dari nodulus yang bersambung, yaitu suatu masa besar berbentuk kubah berwarna merah dan nyeri. Nodul ini mula-mula padat, tetapi kemudian dapat melunak mengalami fluktuasi dan regresi, dan sering

meninggalkan jaringan parut.

2. Menurut Pillsbury dan kawan-kawan (dalam buku Penyakit Kulit, 1990) :

I. Tingkat I : lesi utama terdiri dari komedo dan tidak dijumpai peradangan

II. Tingkat II :lesi terdiri dari komedo dan pustul kecil dan adanya

(23)

III. Tingkat III : lesi terdiri dari komedo, pustula kecil dan adanya kecenderungan untuk terjadinya peradangan yang lebih dalam.

IV. Tingkat IV : lesi utama berupa kista dengan infestasi sekunder 3. Klasifikasi Menurut bagian ilmu penyakit dan kelamin FKUI / RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo dikutip dari Sukardi (2008), klasifikasi acne vulgaris yaitu:

a. Ringan : Terdapat 5-10 komedo putih, komedo hitam dan papul

pada jerawat atau terdapat <5 pustul dan nodul pada wajah.

b. Sedang : Terdapat >10 komedo putih, komedo hitam dan papul

atauterdapat 5-10 pustul dan nodul pada wajah. c. Berat : Terdapat >10 pustul dan nodul pada wajah

2.2 Remaja

2.2.1 Defenisi Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin yaitu adolescene yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh

yang memberikan defenisi tentang remaja seperti DeBurun (dalam Rice, 1990) mendefenisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Papalia dan Olds (2001), tidak memberikan pengertian remaja

(24)

Menurut Papilia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai

pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Adapun Anna Freud (dalam Harlock, 1990), berpendapat

bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana

pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

2.2.2 Aspek- aspek Perkembangan Pada Masa Remaja

Perkembangan pada masa remaja dapat ditijau dari beberapa aspek, yaitu:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensori dan keterampilan motorik (Papila dan Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan

tulang dan otot dan kematangan organ seksual serta fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh anak-anak menjadi tubuh dewasa yang ciri-cirinya

(25)

b. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk

memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam

skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga

menghubungkan ide-ide ini. seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah secara berfikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan

kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa. Piaget (dalam Papalia dan Olds, 2001), mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi

kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berfikir abstrak. Piaget menyebutkan tahap perkembangan kognitif ini

sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia dan Olds, 2001).

c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan

(26)

dengan peran yang penting dalam hidup (Erickson dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan sosial pada remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya

dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia dan Olds, 2001). Dibanding masa anak-anak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti

kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia dan Olds, 2001).

2.3 Konsep Diri

2.3.1 Defenisi

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. (Widayatun, 1999; 225)

Konsep diri dapat didefenisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilainan seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak

berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Sebaliknya

(27)

Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon maladaptive

Aktualisasi konsep diri harga diri kerancuan depersonalisasi diri positif rendah identitas

(Stuart, 2006;187 )

Skema 2.3.1 Rentang Respon Konsep Diri

2.3.2 Komponen konsep diri

Konsep diri terdiri dari 5 komponen diantaranya:

1. Gambaran diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk

tubuh, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Keliat, 2002). Menurut Stuart dan Sundeen (2005) gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan

perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yangsecara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru

setiap individu.

Gambaran diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat

(28)

lain. Selain itu, gambaran diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakatmenentukan norma-norma yang diterima luas mengenai gambaran

diri dan dapat mempengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato dan sebagainya (Alimul, 2008). Beberapa

gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukkan tandadan gejala seperti: 1. Syok psikologis

Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan

dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. 2. Menarik diri

Individu menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan tetapi karena tidak mungkin maka individu akan lari atau menghindar secara emosional.

3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap

Setelah individu sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau

berduka muncul setelah fase ini individu mulai melakukan realisasi dengan gambaran diri yang baru (Stuart dan Sundeen, 2005).

Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang

adaptif, jika tampak tanda dan gejala berikut secara menetap maka respon individu dianggap maladaptive sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu:

a. menolak untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah b. tidak dapat menerima perubahan-perubahan struktur dan fungsi

tubuh

(29)

d. perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh

e. preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang

f. mengungkapkan keputusan

g. mengungkapkan ketakutan ditolak

h. dipersonalisasi dan menolak penjelasan tentang perubahan tubuh

2. Ideal diri

Menurut Keliat (2002) Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat

berhubungan dengan tipe seseorang yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai.

Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar perilaku yang

dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai. Diri ideal berawal dalam tahun prasekolah dan berkembang sepanjang hidup. Diri ideal dipengaruhi oleh norma

masyarakat dan harapan serta tuntutan dari orang tua dan orang terdekat (Potter dan Perry, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri:

a. Kecendrungan individu menempatkan ideal diri pada batas kemampuannya.

(30)

c. Ambisi atau keinginan untuk melebihkan keberhasilan kebutuhan yang realistis, maka terjadi keinginan untuk menghindari kegagalan , perasaan

cemas dan rendah diri.

3. Harga diri

Harga diri menurut Alimul (2008) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain.

Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 2005).

Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri dan orang lain. Harga

diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Harga diri mencakup penerimaan diri sendiri karena nilai dasar, meski lemah dan terbatas. Seseorang

yang menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang lain biasanya mempunyai harga diri yang tinggi. Seseorang yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari orang lain biasanya mempunyai harga diri yang

rendah (Potter dan Perry, 2005).

Harga diri akan lebih bermakna dan berhasil jika diterima dan diakui

orang lain. Menurut Mars (1990) dalam Potter dan Perry (2005) harga diri juga dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup. Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung

(31)

Ketika berhasil, seorang individu dengan harga diri rendah cenderung mengatakan bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntungan dan atau atas bantuan

orang laindari pada kemampuan pribadi. Coopersmith (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 2005) menguraikan empat cara meningkatkan harga diri pada anak yaitu

memberi kesempatan berhasil, menanamkan gagasan, mendorong aspirasi, membantu membentuk koping.

Coopersmith (1998) dalam Stuart dan Sundeen (2005) membagi harga diri

kedalam empat aspek:

a. Kekuasaan ( power ) adalah kemampuan untuk mengatur dan

mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individudari orang lain.

b. Keberartian (significance) adalah adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari oranglain.

c. Kebajikan (virtue) adalah ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.

(32)

Menurut Burn (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri seperti:

a) Perkembangan individu

Faktor presdiposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan

orang tua menyebabkan anak merasa tidak diantar dan mengakibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya

pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang terdekat atau orang yang dianggap penting, ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak percaya

untuk mandiri, memutuskan sendiri akan tanggung jawab terhadap perilakunya.

b) Ideal diri tidak realistis

Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standar yang tidak

dapat dicapai seperti cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. c) Gangguan fisik dan mental

Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.

d) Sistem keluarga yang tidak berfungsi

Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu

membangun harga diri dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan terganggu jika kemampuan penyesuaian masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap

(33)

e) Penanganan traumatik yang berulang-ulang misalnya akibat penganiayaan fisik, emosi dan seksual.

4. Peran

Peran diri adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Beck, dkk, 2006). Peran diri adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan

fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Alimul,

2008). Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ).

Sebagian besar individu mempunyai lebih dari satu peran. Peran yang

umum termasuk peran sebagai ibu atau ayah, istri atau suami, anak perempuan atau anak laki-laki, pekerja atau majikan, saudara perempuan atau laki-laki, dan

teman. Setiap peran mencakup pemenuhan harapan tertentu dari orang lain. Pemenuhan harapan ini mengarah pada penghargaan. Ketidakberhasilan untuk memenuhi harapan ini menyebabkan penurunan harga diri atau

terganggunya konsep diri seseorang (Potter dan Perry, 2005).

Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan,

sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan

(34)

struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan ( Keliat, 1992 ). Stress peran terdiri dari konflik peran yang

tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran

yang harus di lakukan menurut Stuart and Sundeen (2005) adalah: 1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran. 2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .

3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.

4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran. Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu:

a. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan.

b. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya. c. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.

d. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan

Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan peran, penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di akibatkan oleh:

a) Konflik peran interpersonal Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras.

b) Kehilangan hubungan yang penting

(35)

d) Keragu-raguan peran

e) Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan

dengan proses menua

f) Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran

g) Ketergantungan obat

h) Kurangnya keterampilan sosial i) Perbedaan budaya

j) Harga diri rendah

k) Konflik antar peran yang sekaligus di perankan

Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat ditandai dengan tanda dan gejala, seperti:

1) Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan

peran

2) Mengingkari atau menghindari peran

3) Kegagalan transisi peran 4) Ketegangan peran

5) Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran

6) Proses berkabung yang tidak berfungsi 7) Kejenuhan pekerjaan

e. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

(36)

suatu kesatuan yang utuh. Seseorang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.

Ciri-ciri mengidentifikasikan identitas:

a. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.

b. Mengakui jenis kelamin sendiri.

c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan. d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.

e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.

f. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat

direalisasikan (Widayatun, 1999; 225).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sundeen (2005), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Faktor tersebut terdiri dari:

1. Teori perkembangan

Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembangan melalui kebiasaan

eksplorasi atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal dan kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang

(37)

mereka. Perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam persepsi diri dan penggunaan tubuh. Remaja menghabiskan banyak waktu

di depan cermin untuk hygiene, berdandan dan berpakaian dimana mereka mencari perbaikan dari penampilan mereka sebanyak mungkin. Distres yang besar

dirasakan tentang ketidak sempurnaan yang diserap (Perry dan Potter, 2005).

Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas (Erikson, 1963 dalam Potter dan Perry, 2005).

Pengalaman yang positif pada masa kanak-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat

mengakibatkan konsepdiri yang buruk.

2. Significant other (orang yang terpenting atau orang yang terdekat)

Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang

lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap diri, remaja

dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengannya dan pengaruh orang terdekat atau orang penting sepanjang siklus kehidupan. Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas yaitu dengan cara berkumpul untuk

melakukan aktifitas bersama dengan membentuk kelompok. Ketika remaja mengalami masalah kulit (acne vulgaris) mereka sering kali merasa kurang

percaya diri ketika berhadapan dengan temannya. Banyaknya informasi serta interaksi yang dilakukan oleh remaja dengan temannya, maka akan mengakibatkan remaja tersebut tidak merasa tersingkirkan dari lingkungannya.

(38)

yang berbeda-beda. Suatu interaksi dikatakan berkualitas, jika mampu memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan

segala kelebihandan kekurangan yang dimilikinya. 3. Self Perception (persepsi diri sendiri)

Persepsi individu terhadap diri sendiri, serta pengalamannya mengenaimasalah fisik (jerawat) yang mereka alami, antara lain:

a) Life Style (gaya hidup)

Gaya hidup yang dimiliki oleh kebanyakan dari remaja sekarang lebih cenderung pada gaya hidup yang serba instan dan modern misalnya dalam

perawatan muka. Pada remaja putri bagian wajah sering kali dipoles dengan kosmetik, tujuannya selain untuk mempercantik diri juga untuk melindung kulit dari sinar matahari. Namun pada dore hari kosmetik yang tidak segera

dihapus dan dibersihkanakan menjadi populasi bersama keringat dan debu yang menempel di wajah sehingga bisa menyebabkan terjadinya acne vulgaris.

b) Tipe kepribadian

Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi dan perilaku yang berbeda serta mempunyai karakteristik yang menentukan gaya personal

individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan (Farozin, 2004). Orang dengan kepribadian tipe A (introver) lebih mudah mengalami

gangguan akibat adanya stress dari pada orang dengan kepribadian tipe B (ekstrovert). Ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A (introvert) yaitu tidak sabar,kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, mudah gelisah, mudah

(39)

(ekstrovert) mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan orang berkepribadian tipe A (introvert ). Remaja putri yang mempunyai kepribadian introvert sering

kali sulit bergaul, hati tertutup dan sulit berhubungan dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini mengakibatkan remaja putri

tersebut tidak ada keinginan untuk mencari tahu tentang penyelesaian masalah dari orang lain dan cenderung berfikir dengan pengalaman yang mereka dapatkan (Farozin, 2006). Remaja putri yang mempunyai kepribadian ekstrovert seringkali

mudah bergaul, hatinya terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini menyebabkan remaja putri

tersebut selalu mencari solusi dari masalah jerawatnya yaitu dengan bertanya dan cenderung tidak ingin berprasangka dengan pemikiran mereka sendiri (Farozin,2006).

c) Bentuk Anatomi Tubuh

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba dan menjamin kelangsungan hidup. Kulit dapat menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian, kulit pada manusia mempunyai peranan

yang sangat penting. Selain fungsi utama yang menjamin

kelangsungan hidup, kulit juga mempunyai fungsi lain yaitu estetik, ras dan

(40)

2.3.4 Kriteria Kepribadian Yang Sehat

Menurut Andayani, B dan Afiatin, T (2006), kriteria kepribadian yang

sehat sebagai berikut:

1. Citra tubuh yang positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.

2. Ideal dan realitas

Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan

hidup yang dapat dicapai. 3. Konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai

dalamhidup. 4. Harga diri tinggi

Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinyasebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama denganapa yang ia inginkan.

5. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan

(41)

6. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan

dalam mencapai tujuan.

2.3.5 Karakteristik Konsep Diri Rendah

Menurut Carpenito, 1995 dalam Taylor, 1997 dalam Tarwoto dan Wartonah Andayani, B dan Afiatin, T (2006), karakteristik konsep diri rendah

sebagai berikut:

a. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu

b. Tidak mau berkaca

c. Menghindari diskusi tentang topik dirinya d. Menolak usaha rehabilitasi

e. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat f. Mengingkari perubahan pada dirinya

g. Meningkatkan ketergantungan pada orang lain

h. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis i. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya

j. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol

(42)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukakan (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pengertian di atas

maka kerangka konsep ini bertujuan menjelaskan hubungan antara acne vulgaris terhadap konsep diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan. Adapun kerangka

konsep penelitian di atas adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1 Kerangka konsep Acne vulgaris dengan konsep diri remaja putri Acne vulgaris

pada remaja

(43)

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.2 Defenisi Operasional Tabel Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Skala Hasil ukur

1. Acne vulgaris Acne vulgaris merupakan reaksi peradangan dalam folikel sebasea yang disertai

dengan pembentukan papula, pustula, dan abses

terutama di daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea.

Observasi Ordinal Ringan : Terdapat 5-10 jerawat pada

2. Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan

Kuesioner Ordinal Konsep Diri Negatif skor (0-13) dan

Konsep Diri Positif skor (14-25)

Gambaran

Diri

Gambaran diri adalah sikap

penderita acne vulgaris tentang keadaan fisiknya.

Kuesioner Ordinal Gambaran Giri

(44)

Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi pederita terhadap dirinya

yang berhubngan dengan cita-cita, tujuan hidup dan nilai-nilai sesuai harapn

hidup di masyarakat.

Kuesioner Ordinal Ideal Diri Tidak Realistis skor (0-2)

dan Realistis(3-5)

Harga Diri Harga diri adalah tanggapan

dan penilaian penderita acne vulgaris terhadap perilaku dirinya apakah sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh dirinya dan orang lain.

Kuesioner Ordinal Harga Diri Rendah

(0-2) dan Harga Diri Tinggi (3-5)

Peran Peran adalah persepsi

penderita tentang posisi dan perannya di keluaga dan di

masyarakat.

Kuesioner Ordinal Peran tidak

memuaskan (0-2), memuaskan (3-5)

Identitas Diri Identitas diri adalah kesadaran penderita acne

vulgaris akan sifat dan kelebihan diri sendiri dibanding orang lain.

Kuesioner Ordinal Identitas Diri Tidak jelas (0-2) dan jelas

(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih (Notoatmodjo, 2002) dengan menggunakan pendekatan cross sectional

merupakan jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat penelitian

(Nursalam, 2003).

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang menderita acne vulgaris di SMK

Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014 kelas I, II dan III. Adapun jumlah seluruh siswi di SMK Panca Budi Medan yaitu berjumlah 201 orang. Data ini diperoleh

peneliti dari bagian kesiswaan SMK Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014 dan jumlah polpulasi dalam penelitian ini berjumlah 63 orang yang diperoleh oleh peneliti berdasarkan survey awal pada tanggal 08 Agustus 2014. Dengan

(46)

Kelas I II III Total

Jumlah Siswi 71 67 63 201

Jumlah Siswi Berjerawat 19 (26,7%) 20 (29,8%) 24 (38%) 63(31,3%)

Tabel 4.2.1 Persentase jumlah siswi yang berjerawat

4.2.2 Sampel

Menurut Arikunto (2006) sampel adalah sebagian atau wakil dari jumlah populasi yang diteliti. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh/ total sample. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap

kecil atau kurang dari 100. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri yang menderita acne vulgaris di SMK Panca Budi Medan yang berjumlah 63 siswi.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di SMK Panca Budi Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena di tempat ini belum pernah dilakukan

penelitian.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada september 2014 s/d Januari 2015. Waktu

(47)

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Yayasan Panca Budi Medan. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Kesediaan menjadi responden adalah sukarela sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa adanya tekanan baik secara fisik maupun psikologis serta

dapat mengundurkan diri setiap waktu. Selanjutnya peneliti membuat jadwal untuk pengambilan data langsung dari sampel dan menyerahkan langsung lembar

persetujuan kepada responden, dimana peneliti akan menjaga kerahasiaan dengan tidak mencantumkan nama responden tetapi hanya diberi kode pada lembar kuesioner.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

berbentuk skala gutman sebanyak 25 pertanyaan, masing-masing sub variabel diukur dengan sedikitnya 5 pertanyaan. Terdiri dari 15 soal negatif dan 5 soal

positif. Soal negatif terdapat pada soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24 dan pertanyaan positif terdapat pada nomor 8, 9, 15, 20, 25. Untuk pertanyaan negatif bila jawaban YA mendapat skor 0 dan jawaban

TIDAK mendapat skor 1. Untuk pertanyaan positif bila jawaban YA mendapat skor 1 dan jawaban TIDAK mendapat skor 0. Jumlah skor tertinggi adalah 25 dan

(48)

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen dan bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana

instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur (Danim, 2003).

Uji validitas telah dilakukan peneliti sebelum penelitian dilakukan. Uji validitas dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan Universitas Sumatera Utara

yaitu Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep.,NS.,M.Kep. bentuk uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi. Adapun nilai validitas instrumen penelitian ini yaitu

____________________________________?

4.6.2. Uji Reliabilitas

Kuesioner penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan tinjaun pustaka

yang disusun peneliti. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan uji reliabilitas. Uji relibilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau

kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritonga, 2003). Uji reliabilitas

ini dilakukan pada 30 orang responden dengan kriteria yang sama dengan sampel (Nursalam, 2001).

Menurut Broncopp (1999) reliabilitas suatu instrumen menggambarkan

(49)

hal ini dapat diterima, sesuai dengan pendapat Polit dan Hungler (1995) bahwa suatu instrumen akan reliabel jika memiliki nilai realibilitas lebih dari 0,70.

Uji reabilitas telah dilakukan peneliti sebelum penelitian terhadap 30 orang responden yang memenuhi kriteria sampel (Dempsey, 2002). Uji reabilitas

dilakukan di SMA Gajah Mada pada tanggal __________________?

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu: 1. Tahap persiapan data

Data dalam penelitian ini diperoleh langsung oleh peneliti di lokasi penelitian melalui wawancara dalam bentuk kuesioner kepada responden untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan kebiasaan membersihkan

wajah dan penggunaan kosmetik terhadap timbulnya acne vulgaris pada remaja putri.

2. Tahap pengumpulan data

a. Tahap pengumpulan data awal

1) Meminta surat izin kepada bagian Pendidikan atau Koordinator

Riset yang ditujukan ke BPH Yayasan Panca Budi Medan.

2) Meminta persetujuan kepada BPH Yayasan Panca Budi Medan

untuk pengambilan data awal.

(50)

b. Tahap melakukan penelitian

1) Meminta surat izin kepada bagian Pendidikan atau Koordinator

Riset yang ditujukan BPH Yayasan Panca Budi Medan untuk melakukan penelitian.

2) Meminta persetujuan dari BPH Yayasan Panca Budi Medan untuk melakukan penelitian.

3) Meminta izin kepada responden untuk menjelaskan tujuan dari

kedatangan peneliti.

4) Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan penelitian dan

meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. 5) Menjelaskan cara pengisian kuesioner apabila responden setuju

bertpartisipasi dalam penelitian.

6) Melihat kembali kelengkapan dari hasil pengisian yang dilakukan

oleh responden.

7) Peneliti melakukan terminasi kepada responden dengan mengucapkan terimakasih atas kesediaan responden berpartisipasi

(51)

4.8. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengeditan (Editing)

Editing merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang

diperlukan terhadap data penelitian untuk memudahkan proses pemberian kode dan pemrosesan data dengan teknik statistik.

b. Pemberian kode (Coding)

Coding adalah proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian ke dalam skor numerik atau karakter simbol.

c. Pemberian skor (Scoring)

Proses pemberian skor dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori atas jawaban pertanyaan kuesioner dengan memberi tanda check

list () pada jawaban yang telah disediakan. Setiap pilihan jawaban responden diberi skor nilai atau bobot yang disusun secara acak.

d. Tabulating

Tabulating dilakukan dengan menyusun dan menghitung hasil data serta memasukkan hasil perhitungan dalam tabel distribusi frekuensi.

4.9. Metode Analisis Data

Pilihan jawaban Tidak (skor 0) dan Ya (skor 1) untuk pertayaan positif. Sedangkan pertanyaan negatif jawaban Tidak (skor 1) dan Ya (skor 0). Selanjutnya akan diklasifikasikan menjadi konsep diri negatif (skor 0-13) dan

(52)

diklasifikasikan menjadi dua yaitu untuk gambaran diri negatif (0-2) dan positif (3-5) , ideal diri tidak realistis (0-2) dan realistis (3-5), harga diri rendah (0-2) dan

(53)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai konsep diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan yang diperoleh melalui proses

pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 24 November 2014 sampai 16 Desember 2014 dengan jumlah responden sebanyak 63 orang. Penyajian analisa data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan karakteristik responden dan

konsep diri remaja putri yang memiliki acne vulgaris.

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari 63 orang penderita acne vulgaris yang menjadi responden penelitian, diketahui bahwa umur responden terbanyak berada pada usia 16 tahun yaitu sebanyak 25 responden (39,68%) dan responden terbanyak adalah kelas X yaitu

sebanyak 25 responden (39,68%). Sebagian besar responden memiliki tingkat keparahan acne vulgaris dalam tingkat sedang yaitu sebanyak 37 responden

(54)

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri Dengan Acne

Vulgaris di SMK Panca Budi Medan Tahun 2014

f %

5.1.2 Konsep Diri Remaja Putri Dengan Acne Vulgaris di SMK Panca

Budi Medan

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada 63 responden remaja

(55)

mayoritas responden memiliki konsep diri negatif yaitu sebanyak 54 responden (85,71%). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.1

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Remaja Putri Dengan Acne

Vulgaris di SMK Panca Budi Medan

Konsep Diri Remaja Putri Dengan Acne Vulgaris F %

Positif 9 14,29

Negatif 54 85,71

Konsep diri remaja putri dengan acne vulgaris terdiri dari beberapa komponen

yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri dapa dijabarkan sebagai berikut :

1. Gambaran Diri

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari keseluruhan responden (100%), 51 orang responden (80,9%) memiliki gambaran diri negatif hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Analisa data yang menunjukkan gambaran diri

responden negatif didukung oleh ungkapan responden yaitu 59 responden (93,65%) menyatakan tidak senang dengan perubahan wajah mereka yang

menjadi berjerawat, 40 responden (63,49%) menyatakan penampilan mereka menjadi terganggu karena jerawat, 34 responden (53,96%) menyatakan penampilan mereka kurang menarik, 59 responden (61,90%)

(56)

responden (52,38%) menyatakan tidak dapat menerima perubahan fisik mereka. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.3.

2. Ideal Diri

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari keseluruhan responden (100%),

33 responden (52,38%) memiliki ideal diri yang tidak realistis. Analisa data yang menunjukkan ideal diri remaja putri dengan acne vulgaris yang tidak realistis didukung oleh ungkapan responden yang menyatakan bahwa

merasa tidak senang dengan wajah berjerawat sebanyak 27 responde, (42,86%), banyak uang keluar untuk perawatan wajah yang berjerawat

sebanyak 30 responden (47,61%), tidak dapat menerima perubahan wajah 24 reponden (38,09%). Data tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.3.

3. Harga Diri

Dari haril penelitian diketahui bahwa dari keseluruhan responden (100%) 32 responden (49,20%) memiliki harga diri rendah, hal ini didukung oleh

data yang menunjukkan bahwa 23 responden (36,50%) merasa malu karena memiliki wajah dengan acne vulgaris, 37 responden (58,73%) menyalahkan diri mereka sendiri karena tidak bisa menjaga kecantikan

wajah mereka dengan baik, 29 responden (46,03%) merasa bahwa mereka menjadi bahan gosipan diantara teman-teman mereka karena jerawatan

(57)

4. Peran

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari keseluruhan responden (100%)

terdapat 25 responden (52,38%) memiliki peran yang tidak memuaskan. Analisa data yang menunjukkan hal tersebut adalah 29 responden

(46,03%) menyatakan bahwa jerawatan itu tidak sewajarnya, 33 responden (52,38%) responden menyatakan bahwan jerawatan itu ada karena kurang menjaga kebersihan , 40 responden (63,49%) menyatakan bahwa mereka

tidak pernah lagi jalan-jalan di luar sekolah dan di luar rumah supaya wajah mereka tidak semakin berjerawat,27 responden (42,85%)

menyatakan bahwa mereka sering menutup jerawat mereka dengan bedak yang lebih tebal, serta 25 responden (39,69%) menyatakan mereka tidak bisa mendapat juara di kelas karena wajah yang berjerawatan. Data

tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.3.

5. Identitas diri

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari keseluruhan responden (100%), 32 responden (50,79%) memiliki identitas diri yang negatif hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.3. Analisa data yang yang mendukung hal ini yaitu

37 responden (58,74%) menyatakan kehilangan harapan untuk mempunyai wajah cantik dan mulus di masa remaja mereka, 28 responden (44,44%)

(58)

Distribusi frekuensi dan persentase konsep diri remaja putri dengan acne vulgaris di SMK Panca Budi Medan dapat dilihat pada tabel 5.1.3.

Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase konsep diri remaja putri

dengan acne vulgaris di SMK Panca Budi Medan 2014

(59)

Hasil penelitian mengenai konsep diri dan persentasi gambaran konsep diri remaja putri dengan acne vulgaris di SMK Panca Budi Medan disajikan secara

singkat pada tabel 5.1.4.

Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi dan hasil penelitian jawaban pertanyaan

konsep diri remaja putri dengan acne vulgaris.

No. Pertanyaan Ya Tidak

F % F %

Gambaran Diri

O1. Tidak senang dengan perubahan wajah saya yang menjadi berjerawat

59 93,65 4 6,35

02 Penampilan saya terganggu 40 63,49 23 36,5

03. Penampilan saya menjadi kurang menarik 34 53,96 29 40,03

04. Kurang percaya diri untuk mengapresiasikan bakat saya

59 61,90 24 38,09

05 Saya dapat menerima perubahan fisik saya 30 47,61 33 52,38

Identitas diri

06. Kehilangan harapan untuk mempunyai wajah cantik dan mulus di masa remaja

saya

26 41,26 37 58,74

07. Jarang ikut foto selfie/gruvi bersama teman-teman

26 41,26 37 58,74

(60)

walaupun saya memiliki jerawat

09. Ingin sembuh dari jerawat yang saya derita 63 100 0 0

10. Ingin mengerjakan semua tugas saya agar cita-cita saya bisa tercapai walaupun saya

jerawatan

39 61,90 24 38,09

Harga Diri

11. Merasa malu 23 36,50 40 63,49

12. Jadi bahan gosipan diantara teman-teman 29 46,03 34 53,96

13. Teman saya merasa kotor karena melihat

jerawat saya

34 53,96 29 46,03

14. Sering menyalahkan diri saya sendiri karena tidak bisa merawat kecantikan

wajah saya dengan baik

37 58,73 26 41,26

15. Tetap disenangi oleh guru-guru disekolah walaupun saya jerawatan

34 53,96 29 46,03

Peran

16. Wajar saja, karena itu menandakan kita remaja sudah beranjak dewasa

34 53,96 29 46,03

17. Jerawat itu ada karena kurang menjaga

kebersihan wajah

33 52,38 30 47,61

18. Tidak pernah lagi jalan-jalan dan bermain dengan teman-teman saya di luar sekolah dan rumah, supaya wajah saya tidak

(61)

19.semakin banyak terpapar polusi yang bisa buat jerawat saya bertambah parah.

19. Sebagai anak remaja yang berjerawat, saya

sering menutup jerawat saya dengan memakai bedak yang lebih tebal

36 57,14 27 42,85

20. Tetap bisa mendapat juara di kelas tidak berpengaruh dengan jerawat yang saya

miliki

38 60,31 25 39,69

Ideal Diri

21. Merasa tidak senang dengan wajah

berjerawat

29 40,03 34 53,96

22. Tetap bangga dengan diri saya sendiri karena masih memiliki banyak keahlian

dan keunikan tersendiri

27 42,86 36 57,14

23. Semuanya sama saja 31 49,21 32 50,79

24. Banyak uang keluar untuk perawatan wajah saya

30 47,61 33 52,38

25. Dapat menerima perubahan wajah karena

saya banyak menerima informasi tentang jerawat dari berbagai media

(62)

5.2Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan

untuk menjaab pertanyaan penelitian tentang pengaruh acne vulgaris terhadap konsep diri remaja putri di SMK Panca Budi Medan.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa keseluruhan responden yang menderita jerawat berada usia 15-18 tahun. Hal ini sesuai dengan catatan Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia, kebanyakan penderita acne vulgaris adalah

remaja dan dewasa pada usia 11-25 tahun (Efendi, 2007).

Jenjang kelas pendidikan yang dijalani responden mayoritas sedang berada

pada kelas X yaitu sebanyak 25 responden. Sedangkan tingakat keparahan acne vulgaris yang berat sebanyak 28 responden (44,44%) mayoritas adalah responden yang sedang berada di kelas XII yaitu sebanyak 24 responden yang memiliki

keparahan acne vulgaris dalam tingkat berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kligmann dalam Efendi Z (2007) yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab

acne vulgaris adalah stress. Responden yang duduk di kelas XII pastinya lebih memiliki beban stess lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang duduk di kelas X dan XI. Sehingga saat tingkat stress meningkat akan timbul pula masalah

(63)

5.2.1 Konsep Diri Remaja Putri Dengan Acne Vulgaris di SMK Panca

Budi Medan

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.1 diketahui bahwa konsep dri remaja putri dengan acne vulgaris di SMK Panca Budi Medan, sebanyak 36 responden (57,14%) termasuk kategori negatif. Ini menunjukkan

bahwa responden lebih dari setengah yang memiliki konsep diri posititif dan masih ada yang memiliki konsep diri negatif akibat acne vulgaris yang

dideritanya. Menurut Puckkett (2007), banyak remaja putri yang menderita acne vulgaris bukan saja berdampak pada fisiknya tetapi juga pada emosi dan mentalnya, yang kemudian dapat berpengaruk terhadap hubungannya dengan

orang lain, mereka cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chris (2005), tentang konsep diri pada wanita penderita acne vulgaris, dimana didapat bahwa wanita yang menderita acne vulgaris menilai secara negatif terhadap penampilan fisiknya dan

merasa tidak puas dengan kondisi fisiknya tersebut. Penderita acne vulgaris akan menampilkan kesan negatif seperti rasa malu dan rendah diri terhadap orang lain,

karena perasaaan malu dan rendah diri yang dirasakan oleh penderita jerawat berhubungan dengan keadaan fisik yang dirasakan tidak sempurna lagi dan tidak

Gambar

Gambaran Gambaran diri adalah sikap
Tabel 4.2.1 Persentase jumlah siswi yang berjerawat
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri Dengan Acne
Tabel 5.1.2  Distribusi Frekuensi Konsep Diri Remaja Putri Dengan Acne
+5

Referensi

Dokumen terkait

City Berliani Simatupang. Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Pengelolaan Adonan Ragi Di SMK Panca Budi 2 Medan. Skripsi : Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh motivasi berprestasi dan konsep diri terhadap prestasi belajar siswa kelas XI AP SMK BM Panca Budi Medan Tahun Ajaran 2014/2015,

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian guru dan motivasi siswa dengan prestasi belajar siswa SMK Panca

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA YANG BERJERAWAT. ( ACNE VULGARIS ) DI SMAN 3 PADANG

melakukan penelitian tentang Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap Minat Berwirausaha Siswa-siswi SMK (Studi Kasus SMK Panca Budi-2 Medan). 1.2

Walaupun remaja putra mengalami masalah acne pada wajah mereka tetap memiliki konsep diri yang positif dan diharapkan remaja putra lebih menjaga dan merawat kulit

Hasil penelitian didapatkan ibu remaja di SMK Negeri 11 Medan dengan pola asuh otoriter kategori rendah sebanyak 2,3%, kategori sedang sebanyak 79,1%, dan kategori tinggi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan kondisi kepercayaan diri remaja putri pada umumnya berada pada kategori sedang, kondisi body image remaja putri pada umumnya