• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Kesenian Bangbarongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Kesenian Bangbarongan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI KESENIAN

BANGBARONGAN

DK38315 / Tugas Akhir Semester II / 2013-2014

Oleh: M. Rizal 51909789

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

Nama : M. Rizal

NIM : 51909789

Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 18 April 1990

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Progran Studi : Desain Komunikasi Visual

Jenjang : Strata 1

Fakultas : Desain Dan Seni

Alamat : Desa: Baros RT 004 RW 001

Kecamatan: Ketanggungan Kabupaten: Brebes

Contact : 08562245000

Email : rizal9033@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

(5)

1996-2003 MI Ta’alimulhuda Baros

2003-2006 MTs Negeri Ketanggungan Brebes

2006-2009 SMK Negeri 3 Tegal

(6)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS ... ii

SURAT KETERANGAN HAK EKSKLUSIF ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

KOSAKATA / GLOSARY ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 2

1.5 Tujuan Perancangan ... 3

BAB II PEMBAHASAN MASALAH DAN SOLUSI MASALAH KESENIAN BANGBARONGAN II.1 Sejarah Kesenian Bangbarongan ... 4

(7)

vii

II.2 Bentuk Pementasan Kesenian Bangbarongan Saat Ini ... 7

II.3 Faktor Penyebab Seni Pertunjukan Bangbarongan Mulai Punah ... 9

II.4 Upaya yang Dilakukan Dalam Melestarikan Bangbarongan ... 9

a. Menambahkan Musik Jaipong Dengan Kesenian Bangbarongan ... 10

b. Mengubah Waktu Pertunjukan Bangbarongan ... 10

c. Memadukan Kesenian Bangbarongan Dengan Burok ... 10

d. Melakukan Gabungan Bangbarongan Dengan Kuda Lumping ... 11

II.4 Pengetahuan Remaja Tentang Bangbarongan ... 13

II.5 Analisa Permasalahan ... 14

II.5.1 Tinjauan Analisis ... 14

II.6 Solusi Permasalahan ... 15

II.6.1 Data Primer ... 16

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 18

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 18

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 19

III.1.3 Pendekatan Visual ... 19

III.1.4 Pendekatan Verbal ... 19

III.1.5 Strategi Kreatif ... 19

III.1.6 Strategi Media ... 20

III.1.7 Pemilihan Media ... 20

(8)

vii

b. Media Pendukung ... 21

III.1.8 Media Distribusi ... 22

III.2 Konsep Visual ... 23

III.2.1 Format Desain ... 23

III.2.2 Tifografi ... 23

III.2.3 Tata Letak... 24

III.2.4 Warna ... 25

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Proses Perancangan Media Informasi ... 27

IV.2 Media Utama ... 27

IV.2.1 Isi Buku ... 28

IV.3 Media Pendukung ... 33

IV.4 Gimmick ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

39 DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Kusrianto, Adi. (Ed.). (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta,

Penerbit Andi.

Moejirto, et al. Peralatan hiburan dan kesenian tradisional daerah istimewa

Yogyakarta. Jakarta, Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1993.

Sri Rumini & Siti Sundari. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta :

RinekaCipta.

Interview:

2014 ( 06 April) Suwardi, Didi. Interview. Ketua Grup Bangbarongan

2014 (08 April) Ibul. Interview.Anggota Bangbarongan

2014 (28 Mei) Ano, Interview Video Dokumentasi.Ketua Kesenian Bangbarongan

2014 (28 Mei) Marzuki, Interview Video Dokumentasi. Anggota Kesenian

Bangbarongan

Kuisioner:

2014 (11 April) Remaja, SMA-SMP. Target Audience

Website:

Asmiani, Fawziah. Mengabdikan secara nyata. Tersedia di:

http://asmianifawziah.blogspot.com/perkembangan-perilaku-remaja-pada-masa_12.html [26 April 2014]

Suryo, S.Negoro. The Javanese culture & spirituality. Tersedia di: http://jagadkejawen.com pengertian-ruwatan [3 Maret 2014]

2013 (30 Desember).Tembikar.Tersedia di:

(10)

39

2013 (6 April). Ritual. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/ritual [3 Maret

(11)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT pencipta

kehidupan dan pemberi nikmat tiada berhingga, sholawat dan salam penulis

panjatkan kepada junjungan Rosullallah Muhamad SAW, beserta keluarga dan

pengikut-pengikutnya hingga akhir masa.

Hanya dengan rahmat dan karunia-NYA penulis bisa menyelesaikan

laporan Tugas Akhir yang berjudul: PERANCANGAN MEDIA INFORMASI KESENIAN BANGBARONGAN. Tujuan dari pembuatan laporan tugas akhir ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan memecahkan masalah atau menjawab

pertanyaan dari Tugas Akhir. Laporan ini melibatkan banyak pihak (Masyarakat,

pelajar dan Karang Taruna kecamatan Banjarharjo dan desa Kubangsari

kabupaten Brebes) dan peran masing-masing dalam laporan ini. Penulis

melakukan penelitian di salah satu tempat kebudayaan di desa Kubangsari dan

kecamatan Banjarharjo kabupaten Brebes.

Penulis sadar sepenuhnya banyak kekurangan serta masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk ini penulis berharap adanya kritik dan saran membangun

menuju arah yang lebih baik lagi dari para pembaca sehingga laporan ini menjadi

lebih baik. Besar harapan penulis semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat

bagi semua pihak, khususnya bagi penulis.

Bandung, 13 Agustus 2014

M.Rizal

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki suku bangsa, bahasa

serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan

negara yang terdiri dari beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil serta

didukung oleh faktor ragam suku, ras, agama dan budaya. Kebudayaan lokal

Indonesia yang sangat beraneka ragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus

tantangan untuk mempertahankan serta mewariskan kepada generasi selanjutnya.

Perubahan kebudayaan yang mulai terjadi di Indonesia saat ini nampak jelas

dengan adanya pergeseran budaya lokal menjadi budaya luar, “masuknya budaya

luar itu sendiri seperti organ tuggal dan musik pop” Didi suwardi, (06 april 2014).

Hal tersebut merupakan dampak adanya perubahan perilaku, pola pikir

masyarakat khusunya generasi muda dapat dengan mudah dirusak. Masyarakat

lebih cenderung melupakan kebudayaannya sendiri dan beralih ke budaya luar,

selain itu juga masyarakat semakin enggan untuk melestarikan budaya lokalnya.

Hal ini yang membuat budaya lokal semakin tersingkirkan oleh budaya luar, baik

itu kesenian tradisional maupun ritual-ritual dalam upacara keagaman.

Kesenian yang mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa merupakan

nilai strategis karena dapat menentukan kerangka budaya dan karakter bangsa

untuk memperkokoh kepribadian bangsa dan ketahanan nasional. Kesenian

tradisional mendapat tantangan besar agar tetap bisa bertahan di jaman sekarang

ini, salah satu daerah yang mempunyai kesenian tradisional adalah kabupaten

Brebes. Kabupaten Brebes terletak diantara perbatasan Jawa Barat dan Jawa

Tengah yaitu di sebalah timur kota Cirebon. Kabupaten Brebes selain terkenal

dengan makanan khasnya yaitu telor asin dan bawang merah dan juga terkenal

dengan kesenian tradisionalnya yang hingga kini masih bertahan yaitu Kuda

(13)

2

Didi suwardi, (06 april 2014) menjelaskan “Bangbarongan adalah kesenian

tradisional yang digunakan sebagai ritual atau tradisi untuk mengusir mahluk

halus dalam acara ruwat rumah”. Kesenian Bangbarongan diperankan oleh dua tokoh yaitu Bangbarongan dan Pentul dengan masing-masing mempunyai watak,

yaitu: watak baik diperankan oleh Pentul dan watak jahat diperankan

Bangbarongan yang menceritakan tentang seputar mahluk halus yang menghuni sebuah rumah yang akan ditempati Pentul, akan tetapi sebelum pertarungan

tersebut Pentul dan Bangbarongan akan kesurupan mengelilingi sebuah rumah dan mencari mahluk halus tersebut oleh sebab itu kesenian ini hanya digunakan

pada saat ruwatan rumah, nadzar, dan perkawinan. Bangbarongan menjadi kesenian yang sakral untuk pentaskan dan menjadi tradisi bagi masyarakat Brebes

saat melakukan ruwatan rumah. Seiring perkembangan jaman kesenian ini nyaris

punah dan sudah jarang untuk dipentaskan selain itu permasalahan lain yang di

temukan masih sulit media informasi tentang keberadaan dan fungsi kesenian

Bangbarongan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasikan beberapa

masalah yaitu:

1. Sebagian masyarakat Brebes kurang mengetahui tentang fungsi dan

keberadaan Bangbarongan maka perlu adanya media informasi.

2. Minimnya media-media informasi tentang keberadaan Bangbarongan,

berdampak pada kurangnya ketertarikan masyarakat dalam melestarikan

Bangbarongan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian masalah yang dikemukakan diatas dapat

dirumuskan bagaimana merancang media informasi yang berisi tata cara ritual

ruwat rumah sebagai media informasi.

1.4 Batasan Masalah

(14)

3

Permasalahan dibatasi pada kesenian Bangbarongan yang ada di

kabupaten Brebes yang kini beralih fungsi menjadi hiburan.

1.5Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah memberikan pengetahuan kepada

masyarakat khususnya generasi muda bahwa seni Bangbarongan memiliki

keunikan tersendiri yang berfungsi untuk ruwatan rumah, sehingga bisa diakui

keberadaannya dan meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang seni

(15)

4 BAB II

PEMBAHASAN MASALAH DAN SOLUSI MASALAH KESENIAN

BANGBARONGAN

II.1 Sejarah Bangbarongan

Bangbarongan merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari kabupaten Brebes, berdasarkan wawancara dengan Didi Suwardi ketua

karangtaruna Puspa Budaya menceritakan bahwa kesenian Bangbarongan muncul

dari cerita yang berkembang secara turun temurun yaitu mitos tentang seorang

lelaki penjual gerabah atau alat-alat dapur yang baru saja menjadi pengantin baru

dengan seorang wanita bernama Ratu Sembawa dengan rupa cantik jelita.

Sedangkan dari cerita menurut kepercayaan masyarakat setempat, Bangbarongan

muncul pada ketika masyarakat di kabupaten Brebes masih mempercayai hal-hal

ghaib yang digunakan untuk mengusir mahluk halus dalam acara ruwat rumah.

Didi Suwardi, (06 April 2014) mengatakan sejarah Bangbarongan itu mempunyai

dua versi yang pertama menurut kepercayaan masyarakat setempat pada jaman

kerajaan Ratu Sembawa, dan yang kedua itu yang namanya seni Bangbarongan

ini juga bisa digunakan saat sedekah ruwatan atau pindah rumah dan juga bisa

juga buat sunatan, nadzar, dan pernikahan.

Gambar II.1 Wawancara: Didi, Ketua Karangtaruna Puspa Budaya

Sumber: Doc.pribadi (06 April 2014)

Adapun sejarah munculnya Bangbarongan dengan versi yang berbeda menurut

(16)

5

dulu Bangbarongan berfungsi sebagai ritual ruwat rumah yang berada kabupaten

Brebes salah satunya di kecamatan Banjarharjo dan desa Kubangsari kecamatan

Ketanggungan yang pada saat itu masih mempercayai mitos tentang keberadaan

mahluk halus yang menempati rumah baru, supaya tidak menggangu penghuni

rumah maka sebelumnya harus diadakan ritual ruwat rumah menggunakan

Bangbarongan.

Bangbarongan muncul ketika masyarakat Brebes masih mempercayai mitos-mitos pada jaman dulu, sebagai syarat dari sesepuh untuk melindungi masyarakat

dari gangguan mahluk halus. biasanya dilakukan pada acara ruwat rumah atau pindah rumah agar tidak menggangu pada saat rumah tersebut akan ditempati.

Jika tidak diadakan acara ritual Bangbarongan maka dipercaya hidupnya tidak akan tenang karena gangguan mahluk halus dirumah baru tersebut.

II.1.1 Proses sedekah ruwatan rumah mengunakan Bangbarongan

a. Bangbarongan dan Pentul

Bangbarongan dan Pentul memulai membuka acara adengaan membuat tebak-tebakan dengan dalang, tebak-tabakan yang dilakukan ke dua tokoh

yaitu suara-suara burung yang dilakukan oleh Bangbarongan dengan

tarian, lawakan oleh Pentul, proses ini sebagai bentuk hiburan sebelum acara ritual ruwat rumah dilakukan.

(a.) (b)

Gambar II.2 (a Barongan Tebak-tebakan b. Pentul melawak dan menari)

(17)

6

b. Bangbarongan dan Pentul mengelilingi rumah

Bangbarongan dan Pentul mengelilingi rumah secara tiga kali berturut-turut, Bangbarongan dan pentul mendatangi tiap sudut rumah tujuannya memagar rumah supaya tidak ada mahluk halus yang menganggu rumah

tersebut yang bertujuan mengusir mahluk halus agar tidak menggangu

penghuni rumah.

(a) (b)

Gambar II.3 (a.b Bangbarongan dan pentul mengelilingi rumah)

Sumber: Doc. Pribadi 3 mei 2014

c. Bangbarongan mengambil bantal

Bangbarongan dan Pentul masuk kedalam rumah secara bersamaan, Bangbarongan masuk kamar mengambil bantal namun Pentul masuk ke dapur untuk mengambil nasi kuning. Proses ini dilakukan oleh

Bangbarongan dengan mengambil bantal dari rumah tersebut lalu melemparkan ke atas genteng sebagai tanda bahwa rumah tersebut sudah

diruwat dan mahluk halus yang menempati rumah tersebut sudah kabur.

Pentul mengambil nasi kuning dengan membawanya kehalaman rumah, dan para penonton ruwatan rumah tersebut berdesakan dan berebut nasi

kuning yang dibawa oleh Pentul, proses berebut nasi kuning ini suatu

kepercayaan bahwa nasi kuning tersebut bisa mengobati anak kecil yang

(18)

7

(a) (b)

Gambar II.4 (a.pentul mengambil nasi kuning, b. Bangbarongan

mengambil bantal) Sumber: Doc. Pribadi 3 mei 2014

d. Pertarungan Bangbarongan dan Pentul

Pertarungan Bangbarongan dan Pentul merupakan akhir dari ritual ruwat rumah yang pada ceritanya Bangbarongan akan disembelih oleh Pentul

menggunakan pedang kayu, proses ini harus dilakukan oleh Pentul supaya

orang yang menjadi tokoh Bangbarongan tersebut kembali normal seperti

orang biasa dan itu bertanda berakhirnya ritual ruwat rumah.

Gambar II.5 (Pertarungan Bangbarongan dan Pentul)

Sumber: Doc.Pribadi 3 mei 2014

II.2 Bentuk pementasan Bangbarongan saat ini

Pengaruh kemajuan jaman yang seiring waktu terus berkembang kesenian

(19)

8

kesenian Bangbarongan melakukan berbagai variasi perubahan agar tetap bertahan di tengah-tengah masyarakat. Perubahan yang terjadi pada

Bangbarongan disatu sisi menyebabkan terjadinya pergeseran fungsi dan makna pertunjukan Bangbarongan. Perubahan fungsi yang terjadi pada tarian Bangbarongan melawan Pentul sebagai pengusir mahluk halus kini mulai berubah menjadi sebuah adegan menghibur untuk masyarakat setempat. Tarian

Bangbarongan melawan Pentul merupakan inti dari ritual mengusir mahluk halus dalam pertunjukan Bangbarongan berubah menjadi suatu adegan hiburan untuk

menghibur penontonnya terutama Bangbarongan itu sendiri. Bangbarongan dan Pentul didalam kesenian ini merupakan dua tokoh utama yaitu: Bangbarongan digambarkan sesosok mahluk yang berkepala harimau yang mengusir mahluk

halus yang sedang menghuni sebuah rumah sedangkan Pentul mempunyai watak

baik yang akan mengusir Bangbarongan dari rumah tersebut. Namun tarian

Bangbarongan melawan Pentul saat ini sudah tidak dilihat lagi dalam pertunjukan Bangbarongan. Bangbarongan yang dahulunya merupakan salah satu tokoh yang menyeramkan bahkan untuk anak-anak, sekarang menjadi sebagai tokoh hiburan.

Perubahan yang terjadi dalam bentuk tarian ini juga yang membuat kesenian

Bangbarongan mulai kehilangan fungsi ritualnya sebagai pengusir mahluk halus dalam acara pindah rumah atau ruwat rumah.

(a) (b)

Gambar II.6 (a, b Tokoh Pentul)

(20)

9

(a) (b) (c)

Gambar II.7 (a,b,c Tokoh Bangbarongan)

Sumber: doc. Pribadi 8 April 2014

II.2 Faktor-faktor Penyebab Kesenian Bangbarongan Mulai Punah a. Faktor Sosial dan Budaya

Seiring perkembangan jaman kesenian Bangbarongan, yang pada saat itu

menjadi kepercayaan sebagai acara ritual ruwat rumah pada masyarakat di

kecamatan Banjarharjo dan di desa Kubangsari kecamatan Ketanggungan

kabupaten Brebes kini beralih fungsi menjadi hibuaran, dikarenakan faktor

sosial budaya yang menjadi sebuah keharusan dalam mengikuti perubahan

jaman.

b. Perkembangan Jaman dan Teknologi

Perkembangan jaman dan teknologi yang seiring waktu semakin

berkembang pesat ini menjadi faktor utama kesenian Bangbarongan mulai

terlupakan keberadaannya (Didi Suwardi, 49 tahun , PDAM 06 April

2014).

II.3 Upaya yang Dilakukan Dalam Melestarikan Kesenian Bangbarongan

Mempertahankan dan melestarikan kesenian Bangbarongan agar bisa

bersaing dan berkembang dengan kesenian dari daerah-daerah lain, pelaku

kesenian Bangbarongan melakukan upaya untuk menjaga supaya Bangbarongan

(21)

10

mempertahankan tradisi warisan sesepuh yang dalam jaman sekarang ini

masyarakat mulai enggan melestarikan kesenian tradisi khususnya kesenian

Bangbarongan. Adapan upanya-upaya yang dilakukan pelaku untuk melestariakan kesenian tersebut sebagai berikut:

a. Menambahkan Musik Jaipong Dengan Kesenian Bangbarongan

Kreativitas pertama dilakukan oleh pelaku kesenian Bangbarongan

dengan menambahkan jenis musik yaitu musik Jaipong untuk bersaing

dengan musik dangdut yang pada saat itu lebih menarik minat masyarakat

di desa Banjarharjo dan kubangsari, selain itu pelaku kesenian

Bangbarongan juga melakukan kerjasama untuk melakukan upaya melestarikan kesenian tersebut dengan mengabungkan kesenian lain yaitu

kesenian Kuda Lumping yang berasal dari kabupaten Brebes. Hal ini dilakukan karena masuknya kesenian lain yang berasal dari desa Malahayu

yaitu Burok.

b. Mengubah Waktu Pertunjukan Kesenian Bangbarongan

Upaya mengubah waktu pertunjukan juga dilakukan oleh pelaku kesenian

Bangbarongan yaitu dengan melakukan pertunjukan setiap bulannya sekali dan dilakukan tidak hanya untuk ruwatan rumah kali ini kesenian Bangbarongan sudah menjadi hiburan masyarakat. Upaya ini lebih mendekatkan kesenian Bangbarongan kepada masyarakat yang pada saat itu lebih tertarik pada musik dangdut dan Burok. Menambahkan

pertunjukan pada kesenian Bangbarongan seperti memasukan unsur hiburan yang sebelumnya tidak ada ini juga dilakukan oleh pelaku

kesenian Bangbarongan.

c. Memadukan Kesenian Bangbarongan Dengan Kesenian Burok

Upaya yang dilakukan untuk melestarikan kesenian Bangbarongan yang pada saat itu masyarakat sekitar lebih tertarik pada kesenian Burok yang

berasal dari desa Malahayu kecamatan Banjarharjo, pelaku kesenian

(22)

11

kesenian Bangbarongan dan Burok yang ditampilkan secara bersamaan sebagaimana fungsi Burok sebagian hiburan kini kesenian Bangbarongan

tidak lagi digunakan sebagai ritual ruwat rumah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Gambar II.8 Burok

sumber:

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/fensiklo/BUROK.jpg

(3 Maret 2014)

d. Melakukan Gabungan Kesenian Bangbarongan Dengan Kuda Lumping.

Kesenian Bangbarongan mendapat saingan dengan tradisi lain yaitu Kuda

Lumping sebagai kesenian yang berasal dari desa yang sama. Pada awalnya dua buah kesenian tradisional tersebut saling bersaingan untuk

memperoleh minat masyarakat, hingga pada akhirnya memaksa dua buah

kesenian ini bergabung untuk meramaikan pertunjukan sehingga tidak

bersaing dengan dangdutan yang ada pada saat itu sedang menjadi daya

(23)

12

Gambar II.9 (Kuda Lumping) sumber

:http://www.inibangsaku.com/wp-content/uploads/2013/07/kuda-lumping.jpg (3 Maret 2014)

Bangbarongan tidak hanya menjadi kesenian yang diperkenalkan kepada generasi muda tetapi juga Bangbarongan dapat dimainkan oleh anak-anak. Bangbarongan

disatu sisi merupakan sebuah ritual yang tidak dapat digunakan oleh sembarang

orang dan waktu, tetapi disisi lain Bangbarongan dapat dimainkan oleh orang

banyak teramasuk anak-anak. Pada jaman sekarang ini Bangbarongan yang dianggap sebagai sebuah tradisi dalam acara ruwat rumah akan tetapi seni

Bangbarongan mulai di lupakan dan minimnya masyarakat mengunakan Bangbarongan sebagai ritual ruwat rumah. Kesenian Bangbarongan yang pada awalnya adalah sebuah ritual ruwat rumah atau untuk mengusir mahluk halus kini

memang mendapat berbagai tantangan agar tetap bertahan hingga saat ini. Pada

awalnya Bangbarongan hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu yang membuat kesenian Bangbarongan menjadi sakral untuk dimainkan, akan tetapi seiring perkembangan waktu kesenian Bangbarongan akhirnya mampu

melakukan perubahan pada waktu pertunjukan yang tidak hanya digunakan

sebagai pengusir mahluk halus pada acara ruwat rumah atau pindah rumah atau nadzar tetapi juga digunakan pada acara hajatan seperti penikahan atau sunatan. Perubahan ini terjadi dikarenakan pilihan alternatif para pelaku kesenian

(24)

13

lama perubahan pada kesenian Bangbarongan hanya menjadi pilihan alternatif dalam upaya mempertahankan kesenian Bangbarongan akan tetapi sebuah keharusan di era sekarang ini untuk menjaga kesenian tradisi tetap exsis maupun

sudah mengalami perubahan fungsi dari kesenian Bangbarongan itu sendiri.

II.4 Pengetahuan Remaja Tentang Bangbarongan

0%

Grafik II.1 perhitungan hasil kuisioner

Lingkungan yang berada di kabupaten Brebes sangat mempengaruhi

banyaknya berbagai macam masalah yang seharusnya memerlukan pembinaan.

Dengan cepatnya perkembangan teknologi, masyarakat cenderung tidak

menghargai warisan budaya tradisional. Dari hasil kuisioner yang disebarluaskan

kepada pelajar dikecamatan Banjarharjo yang berada di kecamatan Banjarharjo

kabupaten Brebes dan berdomisili di daerah Banjarharjo dengan rentang usia lima

belas sampai dua puluh satu tahun hanya tiga puluh lima persen yang mengetahui

seni Bangbarongan, enam puluh lima persen responden di antaranya mengetahui,

tidak mengetahui keberadaan dan fungsi kesenian Bangbarongan. Delapan puluh

lima persen responden menyukai tarian modern dan tujuh puluh persen responden

tidak peduli keberadaan Bangbarongan. Meskipun sebagian besar responden tidak

mengetahui keberadaan dan fungsi kesenian Bangbarongan mereka sangat setuju jika adanya upaya yang kongkrit untuk melestarikan Bangbarongan atau seni

(25)

14

masyarakat menjadi faktor utama yang menyebabkan masyarakat tidak

mengetahui tentang kesenian Bangbarongan sebagai seni tradisional bahkan

banyak responden yang berpendapat bahwa tarian tradisional sudah banyak yang

tidak diperhatikan lagi.

II.5 Analisa Permasalahan

Dengan melihat pembahasan diatas, menurut hasil wawancara dengan Didi

dan Ibul terkait penelitian yang dilakukan menyebutkan, kesenian Bangbarongan

mulai tergeserkan oleh masuknya budaya luar seperti Organ Tuggal musik pop,

sehingga masyarakat remaja khususnya merasa malu untuk belajar memainkan

kesenian Bangbarongan itu sendiri, fakta selanjutnya tidak ada minat dari remaja

untuk belajar kesenian Bangbarongan, minimnya pengetahuan dan informasi pada

masyarakat tentang keberadaan dan fungsi dari kesenian Bangbarongan.

II.5.1 Tinjauan Analisis

Tinjauan analisis menggunakan metode analisa SWOT (strength, weakness,

opportunities, threat) untuk menunjang karya desain pada kesenian Bangbarongan dan berdasarkan penelitian hasil survey, maka dapat diketahui kelebihan atau kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki kesenian

Bangbarongan, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Strength (Kekuatan)

- Merupakan ritual pada saat acara pindah rumah atau ruwat rumah, hajatan sunatan nadzar, ritual yang dapat menjadi suatu seni tradisional di kabupaten Brebes.

- Berdiri sudah sejak lama.

- Merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia.

(26)

15

- Satu-satunya ritual ruwat rumah yang khas di beberapa kecamatan yang ada di

kabupaten Brebes.

- Salah satu kebudayaan yang masih bertahan di kabupaten Brebes.

- Weakness (Kelemahan)

- Pertunjukan kesenian Bangbarongan semakin menurun.

- Kurangnya minat masyarakat untuk melestarikan kesenian Bangbarongan.

- Kurangnya generasi penerus terhadap kesenian Bangbarongan

- Kurangnya media-media pengetahuan tentang kesenian Bangbarongan .

- Opportunity (Peluang)

Pertunjukan kesenian Bangbarongan memiliki potensi kesenian tradisional yang

besar untuk menarik minat masyarakat jika pertunjukan kesenian Bangbarongan

dapat dibenahi kembali dengan baik dan dapat menjadi andalan dari salah satu

kesenian tradisional warisan dari leluhur yang berasal dari kabupaten Brebes

- Threats (Ancaman)

Kesenian Bangbarongan merupakan kebudayaan Indonesia mulai kurang diminati

oleh generasi muda, hal ini dikarenakan kesenian Bangbarongan mempunyai

ancaman yang kuat, yaitu budaya modernitas dalam segala keluasaan dan variasi,

misalnya Organ Tunggal musik pop, dan televisi ( dimana banyak acara talkshow

yang barang kali lebih menarik dari pada pertunjukan kesenian Bangbarongan)

II.6. Solusi Permasalahan

Dari hasil data yang diperoleh bahwa sangat kurangnya pengetahuan

masyarakat secara umum terhadap seni Bangbarongan, Maka pentingnya upaya

dan kerjasama dari banyak pihak, seperti pemerintah, tokoh kesenian masyarakat

itu sendiri untuk mengambil langkah-langkah tertentu yang bertujuan untuk

mengenalkan kembali seni Bangbarongan kepada masyarakat luas walaupun seni

(27)

16

pengembangan seni tradisional ini. Minimnya media informasi mengenai

Bangbarongan sudah seharusnya diatasi dengan cara memperkenalkan kembali seni Bangbarongan, maka dari pada itu seharusnya adanya penyebaran informasi

melalui media, baik itu media cetak maupun media elektronik. Hal tersebut agar

masyarakat memudahkan menerima informasi yang mudah dijumpai, upaya ini

dilakukan karena terancamnya keberadaan kesenian Bangbarongan.

II.6.1 Data Primer

Proses pencarian data yang di peroleh dari penulis yaitu dengan mendatangi

langsung dengan mewawancarai dari salah satu ketua dari grup kesenian

Bangbarongan dan memberikan kuisioner kepada pelajar SMA berikut data yang diperoleh dari wawancara dan kuisioner berupa:

a. Wawancara

Wawancara dirumah ketua grup dari kesenian Bangbarongan dilakukan dengan menggunakan perekam suara agar penulis dan narasumber lebih

mudah melakukan sesi tanya jawab.

b. Kuisioner

kuisioner yang berupa pertanyaan-pertanyaan kepada pelajar SMA

Banjarharjo kabupaten Brebes. Berdasarkan data yang diperoleh dari

responden yang berjumlah 30 orang, dapat disimpulkan pelajar SMA

Banjarharjo sebagian remaja mengetahui pertunujkan kesenian

Bangbarongan, sebagian remaja tidak mengetahui fungsi dari kesenian Bangbarongan. Maka target sasaran yang dijadikan objek penelitian adalah remaja yang masih bersekolah dan para pecinta seni dengan tujuan

untuk memudahkan untuk menentukan target audience dan segmentasi.

1. Target Primer

- Target audience : Masyarakat kabupaten Brebes yang belum mengetahui keberadaan kesenian Bangbarongan belum tahu

ataupun yang sedikit tahu serta berminat dan tertarik untuk

(28)

17

Bangbarongan dengan tujuan untuk mengenalkan serta mempengaruhi pemikiran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kesenian Bangbarongan.

2. Target Sekunder : remaja umum umur 13 tahun sampai 18 tahun baik

dalam status ekonomi menegah di kabupaten Brebes.

3. Segmentasi

a. Demografi

Target utama yaitu remaja yang berusia 13 tahun - 18 tahun di

kabupaten Brebes, laki-laki dan perempuan dengan status pelajar.

b. Psikologi

Segmentasi media informasi kesenian Bangbarongan adalah remaja yang masih bersekolah SMP-SMA. Menurut Stanley Hall masa

remaja merupakan masa dimana diangap sebagai masa topan badai

dan stress (storm and stress) karena mereka telah memiliki keinginan

bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik

maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa

tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi

seorang tidak memiliki masa depan dengan baik.

(http://asmianifawziah.blogspot.com/)

Sri Rumini dan Siti Sundari (2004). ”Masa remaja adalah masa peralihan

dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa”.

c. Geografis

Remaja dalam ruang lingkup di wilayah kabupaten Brebes, karena

remaja di kabupaten Brebes belum mengetahui keberadaan kesenian

(29)

18 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan

Permasalahan yang akan angkat dalam media informasi ini mengenai kurang

tahunya generasi muda terhadap keberadaan dan fungsi kesenian Bangbarongan.

Kuranganya media-media informasi yang ada di lingkungan masyarakat Brebes

menjadi faktor utama menyebabakan tidak mengetahui tentang seni Bangbarongan.

Maka dari pada itu dilakukan penyebaran informasi melalui media cetak dan media

elektronik yang bersifat membujuk, mempengaruhi dan mengubah perilaku sasaran.

Pesan yang disesuaikan dengan target audience agar dapat diterima, dimengerti, dan

mudah dipahami.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam merancang media informasi gagasan, emosi, keterampilan dan

sebagainya dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang dapat dimengerti oleh

audience dengan menggunakan bahasa-bahasa visual. Perancangan visual ini menyampaikan suatu pengetahuan tentang kesenian Bangbarongan melalui konsep

desain yang bisa menarik perhatian target audience khususnya remaja untuk

menciptakan desain yang mudah di mengerti oleh target audience. Tipografi,

fotografi dan warna merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terlepaskan dari elemen

desain. Dalam perancangan suatu karya desain tipografi fotografi dan warna sangat

penting kedudukannya sehingga harus dipikirakan dan direncanakan dengan baik

karena dapat mempengaruhi karya desain tersebut. Strategi komunikasi yang

dilakukan dengan memperkenalkan kesenian Bangbarongan, menggunakan kata-kata

(30)

19 III.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari media komunikasi ini adalah mengenalkan kembali kesenian

Bangbarongan dan diharapkan masyarakat bisa memahami proses urutan-urutan Bangbarongan dalam acara ruwat rumah sehingga keberadaannya bisa dilestarikan.

III.1.3 Pendekatan Visual

Dalam perancangan ini pendekatan visual yaitu menggunakan visual yang

hanya dapat dirasakan melalui panca indra penglihatan sehingga lebih cepat dan

mudah mendapatkan perhatian namun harus bisa dimengerti oleh target audience.

Tampilan pendekatan visual dalam media informasi Bangbarongan ini adalah

menampilkan mengenai rangkaian-rangkaian ritual kesenian Bangbarongan dalam ruwat rumah. Agar media informatif dan interaktif maka digunakan teknik fotografi dengan langsung menampilkan dua tokoh dari kesenian itu sendiri yaitu

Bangbarongan dan Pentul.

III.1.4 Pendekatan Verbal

Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol komunikasi yang menggunakan

satu kata atau lebih, disampaikan kepada komunikator (penyampai pesan) kepada

komunikan (penerima pesan) dengan cara tertulis. Pendekatan verbal dalam media

informasi ini menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa untuk penyampaian

istilah-istilah yang khas pada seni Bangbarongan Agar mudah dimengerti dengan

adanya penambahan tagline yaitu sebagai pengingat dan pembeda. Tagline ini

bertujuan agar orang-orang yang membaca akan lebih mudah mengenali apakah yang

diwakili tagline tersebut, dengan pertimbangan terpilih kata: ”KENALI DAN

PAHAMI”.

III.1.5 Strategi Kreatif

Agar informasi mencapai tujuan yang diharapkan maka informasi harus

(31)

20

dirancang yaitu menggunakan teknik fotografi dan videografi. Teknik fotografi akan

menginformasikan proses awal dalam ruwat rumah dari awal sampai akhir, dengan

pengambilan sudut pandang long shoot (gambar yang ditampilkan terlihat

keseluruhan) sehingga memperlihatkan ekspresi dan dimana objek itu berada.

Videografi sebagai media pendukung yang berisi proses ritual Bangbarongan

dan iringannya, jadi diharapkan masyarakat bisa lebih mudah memahami.

III.1.6 Strategi Media

Media adalah salah satu hal terpenting dalam penyampaian sebuah informasi,

yaitu sebagai alat penghubung untuk menyampaikan pesan kepada audience. Maka

perlu diperlukan media yang sesuai agar penyampaian informasi mudah dipahami

dengan baik. Media yang akan digunakan dalam perancangan media informasi ini

adalah berupa media utama yang berisi informasi yang lengkap untuk disampaikan

dan media pendukung sebagai media penunjang media utama.

III.1.7 Pemilihan Media

Media yang digunakan dalam informasi ini yaitu media cetak. Pemilihan

media ini bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dan dapat

menggugah rasa keingintahuan kepada target audience. Media informasi cetak ini

sangat cocok dan efektif untuk mengatasi permasalahan yang ada. Pemilihan media

akan di disesuaikan dengan kebutuhan dan juga efektifitas, baik waktu pembuatan

maupun visual yang digunakan agar mudah dimengerti dan dipahami oleh target

audience. Adapun media - media yang digunakan yaitu:

a. Media Utama

Media yang digunakan adalah media cetak yang berbentuk bukuk informasi,

karena buku merupakan media cetak yang memiliki daya tarik dan dapat menampung

banyak informasi. Kemudian dari pada itu media buku tentang kesenian

(32)

21 b. Media Pendukung

Adapun media pendukung untuk media informasi kesenian Bangbarongan yaitu:

1.DVD

Media pendukung berupa DVD alat bantu video agar target audience mengetahui

tentang proses dan urutan-urutan ritual ruwat rumah dan diharapkan bisa

mempelajari dan memahami.

2. Poster

Poster merupakan media yang cocok untuk penyampaian informasi, disamping itu

juga poster media yang singkat untuk menampung informasi. Poster dicetak dengan

ukuran A2

3.Sticker

Sticker merupakan media yang sangat mudah dijumpai dan mudah untuk diaplikasikan, sticker ini akan di bagikan kepada pelajar SMP-SMA di kabupaten Brebes untuk mempromosikan kesenian Bangbarongan dengan cara menempelkan

dimana ditempat yang mereka inginkan.

4. Mug

Mug menjadi suatu media promosi pendukung untuk menginformasikan Kesenian

Bangbarongan. Teknik yang digunakan pada mug ini adalah dengan cara print laser.

5. Jam Dinding

Pemilihan Jam Dinding sebagai media karena Jam Dinding mudah dijumpai dan

merupakan bagian dari kehidupan.

6. Mini X Banner

Standing Banner atau sebagian orang menyebutnya dengan X Banner, kini menjadi

(33)

22

sebuah media informasi, Karena harganya terjangkau, dan media ini bisa menjadi

pusat perhatian.

III.1.8 Media Distribusi

Jadwal penyebaran media informasi kesenian Bangbarongan dilakukan

selama tiga bulan, yaitu pada bulan Juni, Juli dan Agustus hal ini sebelumnya sudah

dipertimbangkan, karena mengambil pada hari-hari bebas sebelum dan sesudah para

siswa menghadapi ujian semester dan moment pada saat masuknya siswa baru.

Tabel III.1 Media Distribusi

Media Tempat /

Lokasi

Waktu Penyebaran

Juni Juli Agustus

Minggu ke Mingguke Minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Poster Di jalan-jalan umum

yang banyak dilaui

Buku Di perpustakaan

sekolah di Kabupaten

Brebes, toko buku

DVD Disatukan didalam

buku

Sticker Dibagikan disekolah di

Di Kabupaten Brebes

(34)

23

Dinding Jam

Mug ditempatkan

dikantin-Kantin sekolah

III.2 Konsep Visual

Konsep perancangan ini adalah merancang suatu buku informasi dengan

menampilkan proses ruwat rumah dengan menggunakan Bangbarongan. Teknik visual yang ditampilkan memakai fotografi dan digital imaging.

Perancangan konsep buku ini didalam selain terdapat proses terjadinya ruwat

rumah, dan menyajikan beberapa poin yaitu: terdapat tata letak layout dan

menampilkan dua tokoh utama dan iringannya agar dapat mendukung perancangan

media informasi ini sehingga target audience lebih mudah memahami dan

mengetahui rangkaian dari ritual kesenian Bangbarongan. Judul buku yang terpilih

adalah “KENALI FUNGSI KESENIAN BANGBARONGAN” pemilihan judul ini adalah untuk menarik perhatian target audience.

III.2.1 Format Desain

Pada desain untuk perancangan media tentang Kesenian Bangbarongan digunakan dengan ukuran 20x20 cm media yang akan ditempatkan pada setiap media

yang digunakan. Layout atau tata letak yang meliputi penempatan semua unsur

desain, yaitu, teks dan foto.

III.2.2 Tipografi

Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang huruf dan cara

pengolahannya. Huruf yang digunakan dalam perancangan media informasi ini

mempunyai beberapa kriteria.

- Memperhatikan kemudahan dan keterbacaan.

(35)

24

- Font atau huruf memberikan kesan tradisional dan klasik.

Beberapa alternatif huruf sebagai berikut:

1. Papyrus

ABCDEFGHIJKLMNOPKRSTUVWXYZ

Abcdefgh I jklmno

Pkrstuvwxyz

0123456789

2. Helvetica-condensed-black-se

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

0123456789

    







III.2.3 Tata Letak

Tata letak yang digunakan dalam pembuatan buku ini yaitu: Mondrian layout

seperti yang dijelaskan Adi Kurriyanto “Mondrian layout penyajian iklan yang

mengacu pada bentuk-bentuk square atau landscape atau portrait. Masing-masing

(36)

25

visual yang di tampilkan adalah foto dari kesenian Bangbarongan lebih diperbesar

dari proses ritual ruwat rumah, agar memudahkan audience memahami fungsi

kesenian Bangbarongan.

III.2.4 Warna

Warna merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan

penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira,

mood atau semangat dan lain sebagainya. Pemilihan warna harus sesuai dengan konsep dan pesan yang ingin disampaikan. Dalam perancangan media buku informasi

ini warna utama yang di gunakan adalah hitam dan putih yang dijadikan sebagai latar

atau background agar desain buku terlihat lebih elegan dan memiliki kesan mewah.

Gambar III.1 Warna Primer

Sumber: Doc Pribadi

Penggunaan warna sekunder ini menampilkan warna-warna asli dari busana

kesenian Bangbarongan dan pentul, sehingga identitas kesenian Bangbarongan tetap

(37)

26

Gambar III.2 Warna Sekunder

(38)

27 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Proses Perancangan Media Informasi

Proses pembuatan media informasi yang berbentuk buku ini di mulai dari

tahap pembuatan foto-foto kegiatan saat ritual ruwat rumah.

Proses selanjutnya adalah proses editing dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS6 untuk foto dan Adobe Illustrator CS6 untuk proses pembuatan halaman media informasi berbentuk buku. Didalam proses pembuatan halaman ini

menggunakan layout hitam dan putih untuk mempermudah keterbacaaan, foto mengunakan olah digital supaya lebih menarik target audience.

Setelah proses editing selesai, maka file yang telah jadi siap untuk dicetak dan

dibuat dummy sebagai acuan dalam proses akhir percetakan. Kertas yang digunakan

dalam buku adalah Art Paper tipis 120 gsm.

IV.2 Media Utama

Pada cover bagian depan terdapat judul buku untuk mengidentifikasi buku sebagai pembeda diantara buku-buku lain.

Di cover depan ini juga terdapat ikon dari kesenian Bangbarongan dengan menampilkan ke dua tokoh dari kesenian Bangbarongan dengan menggunakan remaja bermain alat musik gendang sesuai dengan target audience.

Untuk cover juga mempunyai tujuan agar target audience merasa penasaran atau mungkin justru tidak asing dengan ikon tersebut yang akhirnya menimbulkan

rasa penasaran mengingat untuk membeli buku tersebut. Teknis cover depan buku

(39)

28

Gambar IV.1 (cover depan dan cover belakang)

Sumber: Doc. Pribadi

Ukuran: 41 x20 cm

Material: Art Paper 180 gsm

Teknik Produksi: Cetak separasi softcover

Di cover belakang buku juga terdapat sinopsis buku yang mempunyai kesan

persuasif untuk membuka buku ini.

IV.2.1 Isi Buku

Isi buku dengan penjelasan menggunakan foto dan tulisan dan disertai dengan

video dokumentasi saat ritual ruwat rumah. Pada halaman pertama didalam buku

tersebut berisikan sejarah awal munculnya kesenian Bangbarongan.

Gambar IV.2 (Isi buku Hal 1)

(40)

29

Pada halaman empat sampai halaman sembilan berisi alat musik yang mengiringi

kesenian Bangbarongan beserta penjelasannya yang memakai foto dan olah digital.

Gambar IV.3 (Isi buku hal 4-9)

Sumber: Doc. Pribadi

Halaman sepuluh didalam buku tersebut berisikan visual berupa foto nasi kuning atau nasi Tumpeng beserta penjelasannya yang nantinya di bawa sama tokoh Pentul.

Gambar IV.4 (Isi buku Hal 10)

(41)

30

Pada halaman sebelas sampai halaman empat belas berisi penjelasan tokoh yang ada dalam kesenian Bangbarongan.

(a)

(b)

Gambar IV.5 (a.b Isi buku hal 11-14)

Sumber: Doc. Pribadi

(42)

31 (a)

(b)

Gambar IV.6 (a, b isi buku hal 15-17 )

Sumber: Doc. Pribadi

Halaman delapan belas sampai halaman dua puluh tiga yaitu berisikan proses dan

tata cara ruwat rumah menggunakan Bangbarongan. Ditampilkan visual kedua tokoh

(43)

32 (a)

(b)

(c)

Gambar IV.7 (a. b. c Isi Buku hal 18-23)

(44)

33

Halaman dua puluh empat berisikan Bangbarongan meminta uang kepada pemilik rumah yang nge-ruwat rumah tersebut.

Gambar IV.8 (Isi buku Hal 24)

Sumber: Doc. Pribadi

Pada halaman terakhir berisikan tokoh Pentul dan Bangbarongan yang sedang bertarung beserta penjelasannya.

Gambar IV.9 (Isi buku Hal 25)

Sumber: Doc. Pribadi

(45)

34

Video disini adalah media penunjang dari media utama sebagai media

informasi untuk memperjelas dan mempermudah target audience memahami tentang

fungsi dari kesenian Bangbaronga. Didalam video tersebut ditampilkan dan mejelaskan sejarah dan fungsi dari kesenian Bangbarongan.

Gambar IV. 10 Label DVD

Sumber: Doc. Pribadi

Gambar IV.11 Screen shoot video

Sumber: Doc. Pribadi

Ukuran: frame width: 1280 frame higth 720 frame rate 29/second

(46)

35 Lensa: 18-35 mm, fix 50mm

b. Poster

Gambar IV.12 Poster

Sumber: Doc. Pribadi

Ukuran: A3 (29.7 x 42 cm)

Material: Art paper 120 gsm

Teknik Produksi: Cetak offset

IV.4 Gimmick

(47)

36

Gambar IV.13 Jam Dinding

Sumber: Doc. Pribadi

Ukuran: Diameter 25.5 cm

b. Sticker

Gambar IV.14 Sticker

Sumber: Doc. Pribadi

Ukuran: 8 x 5 cm

Material: Sticker Cromo

(48)

37 c. Mug

Gambar IV.15 Mug

Sumber: Doc. Pribadi

Ukuran: Diameter 8.5 cm

Material: Kertas Injek atau Sublim

Teknik Produksi: Press Mug

d. Mini X Banner

Gambar IV.16 Mini X Banner

(49)

38 Material: X Banner Jerman

Ukuran: 40x29 Cm

Gambar

Gambar II.1 Wawancara: Didi, Ketua Karangtaruna Puspa Budaya
Gambar II.2 (a Barongan Tebak-tebakan b. Pentul melawak dan menari)
Gambar II.3 (a.b Bangbarongan dan pentul mengelilingi rumah)
Gambar II.4 (a.pentul mengambil nasi kuning, b. Bangbarongan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, variabel pertumbuhan ekonomi, belanja dalam bidang kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifikan, kemudian variabel

(2) Bank Penyalur atau Perusahaan Pembiayaan Penyalur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mencairkan Besaran Penyaluran Pembiayaan Tapera sesuai dengan

Secara ekonomi usahatani padi layak dikembangkan di lahan pengkajian karena memiliki nilai R/C rasio > 1 dan secara finasial usahatani padi sawah irigasi di Kabupaten Teluk

dapat mempengaruhi proses fisiologis dari pohon sehingga lambat laun menurunkan ketahanan pohon dan pada gilirannya akan menimbulkan kematian pohon. Aktivitas warga

Auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam

Gunung Merapi kerap dijumpai hidup bersama dengan beberapa jenis tumbuhan bawah lainnya seperti Alangium sp., dan Albizia sp. Begonia di Taman Nasional Gunung Merapi mampu

Tetilik puniki matetujon nelatarang indik (1) Sapunapi soroh campuh kode (campur kode) sane wenten ring wayang kulit inovatif Cenk Blonk sane mamurda Lata Mahosadhi, (2)

Skala ekonomi ini menghalangi masuknya pendatang baru dengan cara memaksa untuk masuk pada skala besar dan mengambil resiko menghalangi reaksi yang keras dari