Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI KESENIAN
BANGBARONGAN
DK38315 / Tugas Akhir Semester II / 2013-2014
Oleh: M. Rizal 51909789
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
RIWAYAT HIDUP
Nama : M. Rizal
NIM : 51909789
Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 18 April 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Progran Studi : Desain Komunikasi Visual
Jenjang : Strata 1
Fakultas : Desain Dan Seni
Alamat : Desa: Baros RT 004 RW 001
Kecamatan: Ketanggungan Kabupaten: Brebes
Contact : 08562245000
Email : rizal9033@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
1996-2003 MI Ta’alimulhuda Baros
2003-2006 MTs Negeri Ketanggungan Brebes
2006-2009 SMK Negeri 3 Tegal
vii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS ... ii
SURAT KETERANGAN HAK EKSKLUSIF ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
KOSAKATA / GLOSARY ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Rumusan Masalah ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 2
1.5 Tujuan Perancangan ... 3
BAB II PEMBAHASAN MASALAH DAN SOLUSI MASALAH KESENIAN BANGBARONGAN II.1 Sejarah Kesenian Bangbarongan ... 4
vii
II.2 Bentuk Pementasan Kesenian Bangbarongan Saat Ini ... 7
II.3 Faktor Penyebab Seni Pertunjukan Bangbarongan Mulai Punah ... 9
II.4 Upaya yang Dilakukan Dalam Melestarikan Bangbarongan ... 9
a. Menambahkan Musik Jaipong Dengan Kesenian Bangbarongan ... 10
b. Mengubah Waktu Pertunjukan Bangbarongan ... 10
c. Memadukan Kesenian Bangbarongan Dengan Burok ... 10
d. Melakukan Gabungan Bangbarongan Dengan Kuda Lumping ... 11
II.4 Pengetahuan Remaja Tentang Bangbarongan ... 13
II.5 Analisa Permasalahan ... 14
II.5.1 Tinjauan Analisis ... 14
II.6 Solusi Permasalahan ... 15
II.6.1 Data Primer ... 16
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 18
III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 18
III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 19
III.1.3 Pendekatan Visual ... 19
III.1.4 Pendekatan Verbal ... 19
III.1.5 Strategi Kreatif ... 19
III.1.6 Strategi Media ... 20
III.1.7 Pemilihan Media ... 20
vii
b. Media Pendukung ... 21
III.1.8 Media Distribusi ... 22
III.2 Konsep Visual ... 23
III.2.1 Format Desain ... 23
III.2.2 Tifografi ... 23
III.2.3 Tata Letak... 24
III.2.4 Warna ... 25
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Proses Perancangan Media Informasi ... 27
IV.2 Media Utama ... 27
IV.2.1 Isi Buku ... 28
IV.3 Media Pendukung ... 33
IV.4 Gimmick ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 39
39 DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Kusrianto, Adi. (Ed.). (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta,
Penerbit Andi.
Moejirto, et al. Peralatan hiburan dan kesenian tradisional daerah istimewa
Yogyakarta. Jakarta, Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1993.
Sri Rumini & Siti Sundari. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta :
RinekaCipta.
Interview:
2014 ( 06 April) Suwardi, Didi. Interview. Ketua Grup Bangbarongan
2014 (08 April) Ibul. Interview.Anggota Bangbarongan
2014 (28 Mei) Ano, Interview Video Dokumentasi.Ketua Kesenian Bangbarongan
2014 (28 Mei) Marzuki, Interview Video Dokumentasi. Anggota Kesenian
Bangbarongan
Kuisioner:
2014 (11 April) Remaja, SMA-SMP. Target Audience
Website:
Asmiani, Fawziah. Mengabdikan secara nyata. Tersedia di:
http://asmianifawziah.blogspot.com/perkembangan-perilaku-remaja-pada-masa_12.html [26 April 2014]
Suryo, S.Negoro. The Javanese culture & spirituality. Tersedia di: http://jagadkejawen.com pengertian-ruwatan [3 Maret 2014]
2013 (30 Desember).Tembikar.Tersedia di:
39
2013 (6 April). Ritual. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/ritual [3 Maret
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT pencipta
kehidupan dan pemberi nikmat tiada berhingga, sholawat dan salam penulis
panjatkan kepada junjungan Rosullallah Muhamad SAW, beserta keluarga dan
pengikut-pengikutnya hingga akhir masa.
Hanya dengan rahmat dan karunia-NYA penulis bisa menyelesaikan
laporan Tugas Akhir yang berjudul: PERANCANGAN MEDIA INFORMASI KESENIAN BANGBARONGAN. Tujuan dari pembuatan laporan tugas akhir ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan memecahkan masalah atau menjawab
pertanyaan dari Tugas Akhir. Laporan ini melibatkan banyak pihak (Masyarakat,
pelajar dan Karang Taruna kecamatan Banjarharjo dan desa Kubangsari
kabupaten Brebes) dan peran masing-masing dalam laporan ini. Penulis
melakukan penelitian di salah satu tempat kebudayaan di desa Kubangsari dan
kecamatan Banjarharjo kabupaten Brebes.
Penulis sadar sepenuhnya banyak kekurangan serta masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk ini penulis berharap adanya kritik dan saran membangun
menuju arah yang lebih baik lagi dari para pembaca sehingga laporan ini menjadi
lebih baik. Besar harapan penulis semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi penulis.
Bandung, 13 Agustus 2014
M.Rizal
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki suku bangsa, bahasa
serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan
negara yang terdiri dari beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil serta
didukung oleh faktor ragam suku, ras, agama dan budaya. Kebudayaan lokal
Indonesia yang sangat beraneka ragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus
tantangan untuk mempertahankan serta mewariskan kepada generasi selanjutnya.
Perubahan kebudayaan yang mulai terjadi di Indonesia saat ini nampak jelas
dengan adanya pergeseran budaya lokal menjadi budaya luar, “masuknya budaya
luar itu sendiri seperti organ tuggal dan musik pop” Didi suwardi, (06 april 2014).
Hal tersebut merupakan dampak adanya perubahan perilaku, pola pikir
masyarakat khusunya generasi muda dapat dengan mudah dirusak. Masyarakat
lebih cenderung melupakan kebudayaannya sendiri dan beralih ke budaya luar,
selain itu juga masyarakat semakin enggan untuk melestarikan budaya lokalnya.
Hal ini yang membuat budaya lokal semakin tersingkirkan oleh budaya luar, baik
itu kesenian tradisional maupun ritual-ritual dalam upacara keagaman.
Kesenian yang mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa merupakan
nilai strategis karena dapat menentukan kerangka budaya dan karakter bangsa
untuk memperkokoh kepribadian bangsa dan ketahanan nasional. Kesenian
tradisional mendapat tantangan besar agar tetap bisa bertahan di jaman sekarang
ini, salah satu daerah yang mempunyai kesenian tradisional adalah kabupaten
Brebes. Kabupaten Brebes terletak diantara perbatasan Jawa Barat dan Jawa
Tengah yaitu di sebalah timur kota Cirebon. Kabupaten Brebes selain terkenal
dengan makanan khasnya yaitu telor asin dan bawang merah dan juga terkenal
dengan kesenian tradisionalnya yang hingga kini masih bertahan yaitu Kuda
2
Didi suwardi, (06 april 2014) menjelaskan “Bangbarongan adalah kesenian
tradisional yang digunakan sebagai ritual atau tradisi untuk mengusir mahluk
halus dalam acara ruwat rumah”. Kesenian Bangbarongan diperankan oleh dua tokoh yaitu Bangbarongan dan Pentul dengan masing-masing mempunyai watak,
yaitu: watak baik diperankan oleh Pentul dan watak jahat diperankan
Bangbarongan yang menceritakan tentang seputar mahluk halus yang menghuni sebuah rumah yang akan ditempati Pentul, akan tetapi sebelum pertarungan
tersebut Pentul dan Bangbarongan akan kesurupan mengelilingi sebuah rumah dan mencari mahluk halus tersebut oleh sebab itu kesenian ini hanya digunakan
pada saat ruwatan rumah, nadzar, dan perkawinan. Bangbarongan menjadi kesenian yang sakral untuk pentaskan dan menjadi tradisi bagi masyarakat Brebes
saat melakukan ruwatan rumah. Seiring perkembangan jaman kesenian ini nyaris
punah dan sudah jarang untuk dipentaskan selain itu permasalahan lain yang di
temukan masih sulit media informasi tentang keberadaan dan fungsi kesenian
Bangbarongan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasikan beberapa
masalah yaitu:
1. Sebagian masyarakat Brebes kurang mengetahui tentang fungsi dan
keberadaan Bangbarongan maka perlu adanya media informasi.
2. Minimnya media-media informasi tentang keberadaan Bangbarongan,
berdampak pada kurangnya ketertarikan masyarakat dalam melestarikan
Bangbarongan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian masalah yang dikemukakan diatas dapat
dirumuskan bagaimana merancang media informasi yang berisi tata cara ritual
ruwat rumah sebagai media informasi.
1.4 Batasan Masalah
3
Permasalahan dibatasi pada kesenian Bangbarongan yang ada di
kabupaten Brebes yang kini beralih fungsi menjadi hiburan.
1.5Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini adalah memberikan pengetahuan kepada
masyarakat khususnya generasi muda bahwa seni Bangbarongan memiliki
keunikan tersendiri yang berfungsi untuk ruwatan rumah, sehingga bisa diakui
keberadaannya dan meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang seni
4 BAB II
PEMBAHASAN MASALAH DAN SOLUSI MASALAH KESENIAN
BANGBARONGAN
II.1 Sejarah Bangbarongan
Bangbarongan merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari kabupaten Brebes, berdasarkan wawancara dengan Didi Suwardi ketua
karangtaruna Puspa Budaya menceritakan bahwa kesenian Bangbarongan muncul
dari cerita yang berkembang secara turun temurun yaitu mitos tentang seorang
lelaki penjual gerabah atau alat-alat dapur yang baru saja menjadi pengantin baru
dengan seorang wanita bernama Ratu Sembawa dengan rupa cantik jelita.
Sedangkan dari cerita menurut kepercayaan masyarakat setempat, Bangbarongan
muncul pada ketika masyarakat di kabupaten Brebes masih mempercayai hal-hal
ghaib yang digunakan untuk mengusir mahluk halus dalam acara ruwat rumah.
Didi Suwardi, (06 April 2014) mengatakan sejarah Bangbarongan itu mempunyai
dua versi yang pertama menurut kepercayaan masyarakat setempat pada jaman
kerajaan Ratu Sembawa, dan yang kedua itu yang namanya seni Bangbarongan
ini juga bisa digunakan saat sedekah ruwatan atau pindah rumah dan juga bisa
juga buat sunatan, nadzar, dan pernikahan.
Gambar II.1 Wawancara: Didi, Ketua Karangtaruna Puspa Budaya
Sumber: Doc.pribadi (06 April 2014)
Adapun sejarah munculnya Bangbarongan dengan versi yang berbeda menurut
5
dulu Bangbarongan berfungsi sebagai ritual ruwat rumah yang berada kabupaten
Brebes salah satunya di kecamatan Banjarharjo dan desa Kubangsari kecamatan
Ketanggungan yang pada saat itu masih mempercayai mitos tentang keberadaan
mahluk halus yang menempati rumah baru, supaya tidak menggangu penghuni
rumah maka sebelumnya harus diadakan ritual ruwat rumah menggunakan
Bangbarongan.
Bangbarongan muncul ketika masyarakat Brebes masih mempercayai mitos-mitos pada jaman dulu, sebagai syarat dari sesepuh untuk melindungi masyarakat
dari gangguan mahluk halus. biasanya dilakukan pada acara ruwat rumah atau pindah rumah agar tidak menggangu pada saat rumah tersebut akan ditempati.
Jika tidak diadakan acara ritual Bangbarongan maka dipercaya hidupnya tidak akan tenang karena gangguan mahluk halus dirumah baru tersebut.
II.1.1 Proses sedekah ruwatan rumah mengunakan Bangbarongan
a. Bangbarongan dan Pentul
Bangbarongan dan Pentul memulai membuka acara adengaan membuat tebak-tebakan dengan dalang, tebak-tabakan yang dilakukan ke dua tokoh
yaitu suara-suara burung yang dilakukan oleh Bangbarongan dengan
tarian, lawakan oleh Pentul, proses ini sebagai bentuk hiburan sebelum acara ritual ruwat rumah dilakukan.
(a.) (b)
Gambar II.2 (a Barongan Tebak-tebakan b. Pentul melawak dan menari)
6
b. Bangbarongan dan Pentul mengelilingi rumah
Bangbarongan dan Pentul mengelilingi rumah secara tiga kali berturut-turut, Bangbarongan dan pentul mendatangi tiap sudut rumah tujuannya memagar rumah supaya tidak ada mahluk halus yang menganggu rumah
tersebut yang bertujuan mengusir mahluk halus agar tidak menggangu
penghuni rumah.
(a) (b)
Gambar II.3 (a.b Bangbarongan dan pentul mengelilingi rumah)
Sumber: Doc. Pribadi 3 mei 2014
c. Bangbarongan mengambil bantal
Bangbarongan dan Pentul masuk kedalam rumah secara bersamaan, Bangbarongan masuk kamar mengambil bantal namun Pentul masuk ke dapur untuk mengambil nasi kuning. Proses ini dilakukan oleh
Bangbarongan dengan mengambil bantal dari rumah tersebut lalu melemparkan ke atas genteng sebagai tanda bahwa rumah tersebut sudah
diruwat dan mahluk halus yang menempati rumah tersebut sudah kabur.
Pentul mengambil nasi kuning dengan membawanya kehalaman rumah, dan para penonton ruwatan rumah tersebut berdesakan dan berebut nasi
kuning yang dibawa oleh Pentul, proses berebut nasi kuning ini suatu
kepercayaan bahwa nasi kuning tersebut bisa mengobati anak kecil yang
7
(a) (b)
Gambar II.4 (a.pentul mengambil nasi kuning, b. Bangbarongan
mengambil bantal) Sumber: Doc. Pribadi 3 mei 2014
d. Pertarungan Bangbarongan dan Pentul
Pertarungan Bangbarongan dan Pentul merupakan akhir dari ritual ruwat rumah yang pada ceritanya Bangbarongan akan disembelih oleh Pentul
menggunakan pedang kayu, proses ini harus dilakukan oleh Pentul supaya
orang yang menjadi tokoh Bangbarongan tersebut kembali normal seperti
orang biasa dan itu bertanda berakhirnya ritual ruwat rumah.
Gambar II.5 (Pertarungan Bangbarongan dan Pentul)
Sumber: Doc.Pribadi 3 mei 2014
II.2 Bentuk pementasan Bangbarongan saat ini
Pengaruh kemajuan jaman yang seiring waktu terus berkembang kesenian
8
kesenian Bangbarongan melakukan berbagai variasi perubahan agar tetap bertahan di tengah-tengah masyarakat. Perubahan yang terjadi pada
Bangbarongan disatu sisi menyebabkan terjadinya pergeseran fungsi dan makna pertunjukan Bangbarongan. Perubahan fungsi yang terjadi pada tarian Bangbarongan melawan Pentul sebagai pengusir mahluk halus kini mulai berubah menjadi sebuah adegan menghibur untuk masyarakat setempat. Tarian
Bangbarongan melawan Pentul merupakan inti dari ritual mengusir mahluk halus dalam pertunjukan Bangbarongan berubah menjadi suatu adegan hiburan untuk
menghibur penontonnya terutama Bangbarongan itu sendiri. Bangbarongan dan Pentul didalam kesenian ini merupakan dua tokoh utama yaitu: Bangbarongan digambarkan sesosok mahluk yang berkepala harimau yang mengusir mahluk
halus yang sedang menghuni sebuah rumah sedangkan Pentul mempunyai watak
baik yang akan mengusir Bangbarongan dari rumah tersebut. Namun tarian
Bangbarongan melawan Pentul saat ini sudah tidak dilihat lagi dalam pertunjukan Bangbarongan. Bangbarongan yang dahulunya merupakan salah satu tokoh yang menyeramkan bahkan untuk anak-anak, sekarang menjadi sebagai tokoh hiburan.
Perubahan yang terjadi dalam bentuk tarian ini juga yang membuat kesenian
Bangbarongan mulai kehilangan fungsi ritualnya sebagai pengusir mahluk halus dalam acara pindah rumah atau ruwat rumah.
(a) (b)
Gambar II.6 (a, b Tokoh Pentul)
9
(a) (b) (c)
Gambar II.7 (a,b,c Tokoh Bangbarongan)
Sumber: doc. Pribadi 8 April 2014
II.2 Faktor-faktor Penyebab Kesenian Bangbarongan Mulai Punah a. Faktor Sosial dan Budaya
Seiring perkembangan jaman kesenian Bangbarongan, yang pada saat itu
menjadi kepercayaan sebagai acara ritual ruwat rumah pada masyarakat di
kecamatan Banjarharjo dan di desa Kubangsari kecamatan Ketanggungan
kabupaten Brebes kini beralih fungsi menjadi hibuaran, dikarenakan faktor
sosial budaya yang menjadi sebuah keharusan dalam mengikuti perubahan
jaman.
b. Perkembangan Jaman dan Teknologi
Perkembangan jaman dan teknologi yang seiring waktu semakin
berkembang pesat ini menjadi faktor utama kesenian Bangbarongan mulai
terlupakan keberadaannya (Didi Suwardi, 49 tahun , PDAM 06 April
2014).
II.3 Upaya yang Dilakukan Dalam Melestarikan Kesenian Bangbarongan
Mempertahankan dan melestarikan kesenian Bangbarongan agar bisa
bersaing dan berkembang dengan kesenian dari daerah-daerah lain, pelaku
kesenian Bangbarongan melakukan upaya untuk menjaga supaya Bangbarongan
10
mempertahankan tradisi warisan sesepuh yang dalam jaman sekarang ini
masyarakat mulai enggan melestarikan kesenian tradisi khususnya kesenian
Bangbarongan. Adapan upanya-upaya yang dilakukan pelaku untuk melestariakan kesenian tersebut sebagai berikut:
a. Menambahkan Musik Jaipong Dengan Kesenian Bangbarongan
Kreativitas pertama dilakukan oleh pelaku kesenian Bangbarongan
dengan menambahkan jenis musik yaitu musik Jaipong untuk bersaing
dengan musik dangdut yang pada saat itu lebih menarik minat masyarakat
di desa Banjarharjo dan kubangsari, selain itu pelaku kesenian
Bangbarongan juga melakukan kerjasama untuk melakukan upaya melestarikan kesenian tersebut dengan mengabungkan kesenian lain yaitu
kesenian Kuda Lumping yang berasal dari kabupaten Brebes. Hal ini dilakukan karena masuknya kesenian lain yang berasal dari desa Malahayu
yaitu Burok.
b. Mengubah Waktu Pertunjukan Kesenian Bangbarongan
Upaya mengubah waktu pertunjukan juga dilakukan oleh pelaku kesenian
Bangbarongan yaitu dengan melakukan pertunjukan setiap bulannya sekali dan dilakukan tidak hanya untuk ruwatan rumah kali ini kesenian Bangbarongan sudah menjadi hiburan masyarakat. Upaya ini lebih mendekatkan kesenian Bangbarongan kepada masyarakat yang pada saat itu lebih tertarik pada musik dangdut dan Burok. Menambahkan
pertunjukan pada kesenian Bangbarongan seperti memasukan unsur hiburan yang sebelumnya tidak ada ini juga dilakukan oleh pelaku
kesenian Bangbarongan.
c. Memadukan Kesenian Bangbarongan Dengan Kesenian Burok
Upaya yang dilakukan untuk melestarikan kesenian Bangbarongan yang pada saat itu masyarakat sekitar lebih tertarik pada kesenian Burok yang
berasal dari desa Malahayu kecamatan Banjarharjo, pelaku kesenian
11
kesenian Bangbarongan dan Burok yang ditampilkan secara bersamaan sebagaimana fungsi Burok sebagian hiburan kini kesenian Bangbarongan
tidak lagi digunakan sebagai ritual ruwat rumah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Gambar II.8 Burok
sumber:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/fensiklo/BUROK.jpg
(3 Maret 2014)
d. Melakukan Gabungan Kesenian Bangbarongan Dengan Kuda Lumping.
Kesenian Bangbarongan mendapat saingan dengan tradisi lain yaitu Kuda
Lumping sebagai kesenian yang berasal dari desa yang sama. Pada awalnya dua buah kesenian tradisional tersebut saling bersaingan untuk
memperoleh minat masyarakat, hingga pada akhirnya memaksa dua buah
kesenian ini bergabung untuk meramaikan pertunjukan sehingga tidak
bersaing dengan dangdutan yang ada pada saat itu sedang menjadi daya
12
Gambar II.9 (Kuda Lumping) sumber
:http://www.inibangsaku.com/wp-content/uploads/2013/07/kuda-lumping.jpg (3 Maret 2014)
Bangbarongan tidak hanya menjadi kesenian yang diperkenalkan kepada generasi muda tetapi juga Bangbarongan dapat dimainkan oleh anak-anak. Bangbarongan
disatu sisi merupakan sebuah ritual yang tidak dapat digunakan oleh sembarang
orang dan waktu, tetapi disisi lain Bangbarongan dapat dimainkan oleh orang
banyak teramasuk anak-anak. Pada jaman sekarang ini Bangbarongan yang dianggap sebagai sebuah tradisi dalam acara ruwat rumah akan tetapi seni
Bangbarongan mulai di lupakan dan minimnya masyarakat mengunakan Bangbarongan sebagai ritual ruwat rumah. Kesenian Bangbarongan yang pada awalnya adalah sebuah ritual ruwat rumah atau untuk mengusir mahluk halus kini
memang mendapat berbagai tantangan agar tetap bertahan hingga saat ini. Pada
awalnya Bangbarongan hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu yang membuat kesenian Bangbarongan menjadi sakral untuk dimainkan, akan tetapi seiring perkembangan waktu kesenian Bangbarongan akhirnya mampu
melakukan perubahan pada waktu pertunjukan yang tidak hanya digunakan
sebagai pengusir mahluk halus pada acara ruwat rumah atau pindah rumah atau nadzar tetapi juga digunakan pada acara hajatan seperti penikahan atau sunatan. Perubahan ini terjadi dikarenakan pilihan alternatif para pelaku kesenian
13
lama perubahan pada kesenian Bangbarongan hanya menjadi pilihan alternatif dalam upaya mempertahankan kesenian Bangbarongan akan tetapi sebuah keharusan di era sekarang ini untuk menjaga kesenian tradisi tetap exsis maupun
sudah mengalami perubahan fungsi dari kesenian Bangbarongan itu sendiri.
II.4 Pengetahuan Remaja Tentang Bangbarongan
0%
Grafik II.1 perhitungan hasil kuisioner
Lingkungan yang berada di kabupaten Brebes sangat mempengaruhi
banyaknya berbagai macam masalah yang seharusnya memerlukan pembinaan.
Dengan cepatnya perkembangan teknologi, masyarakat cenderung tidak
menghargai warisan budaya tradisional. Dari hasil kuisioner yang disebarluaskan
kepada pelajar dikecamatan Banjarharjo yang berada di kecamatan Banjarharjo
kabupaten Brebes dan berdomisili di daerah Banjarharjo dengan rentang usia lima
belas sampai dua puluh satu tahun hanya tiga puluh lima persen yang mengetahui
seni Bangbarongan, enam puluh lima persen responden di antaranya mengetahui,
tidak mengetahui keberadaan dan fungsi kesenian Bangbarongan. Delapan puluh
lima persen responden menyukai tarian modern dan tujuh puluh persen responden
tidak peduli keberadaan Bangbarongan. Meskipun sebagian besar responden tidak
mengetahui keberadaan dan fungsi kesenian Bangbarongan mereka sangat setuju jika adanya upaya yang kongkrit untuk melestarikan Bangbarongan atau seni
14
masyarakat menjadi faktor utama yang menyebabkan masyarakat tidak
mengetahui tentang kesenian Bangbarongan sebagai seni tradisional bahkan
banyak responden yang berpendapat bahwa tarian tradisional sudah banyak yang
tidak diperhatikan lagi.
II.5 Analisa Permasalahan
Dengan melihat pembahasan diatas, menurut hasil wawancara dengan Didi
dan Ibul terkait penelitian yang dilakukan menyebutkan, kesenian Bangbarongan
mulai tergeserkan oleh masuknya budaya luar seperti Organ Tuggal musik pop,
sehingga masyarakat remaja khususnya merasa malu untuk belajar memainkan
kesenian Bangbarongan itu sendiri, fakta selanjutnya tidak ada minat dari remaja
untuk belajar kesenian Bangbarongan, minimnya pengetahuan dan informasi pada
masyarakat tentang keberadaan dan fungsi dari kesenian Bangbarongan.
II.5.1 Tinjauan Analisis
Tinjauan analisis menggunakan metode analisa SWOT (strength, weakness,
opportunities, threat) untuk menunjang karya desain pada kesenian Bangbarongan dan berdasarkan penelitian hasil survey, maka dapat diketahui kelebihan atau kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki kesenian
Bangbarongan, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Strength (Kekuatan)
- Merupakan ritual pada saat acara pindah rumah atau ruwat rumah, hajatan sunatan nadzar, ritual yang dapat menjadi suatu seni tradisional di kabupaten Brebes.
- Berdiri sudah sejak lama.
- Merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia.
15
- Satu-satunya ritual ruwat rumah yang khas di beberapa kecamatan yang ada di
kabupaten Brebes.
- Salah satu kebudayaan yang masih bertahan di kabupaten Brebes.
- Weakness (Kelemahan)
- Pertunjukan kesenian Bangbarongan semakin menurun.
- Kurangnya minat masyarakat untuk melestarikan kesenian Bangbarongan.
- Kurangnya generasi penerus terhadap kesenian Bangbarongan
- Kurangnya media-media pengetahuan tentang kesenian Bangbarongan .
- Opportunity (Peluang)
Pertunjukan kesenian Bangbarongan memiliki potensi kesenian tradisional yang
besar untuk menarik minat masyarakat jika pertunjukan kesenian Bangbarongan
dapat dibenahi kembali dengan baik dan dapat menjadi andalan dari salah satu
kesenian tradisional warisan dari leluhur yang berasal dari kabupaten Brebes
- Threats (Ancaman)
Kesenian Bangbarongan merupakan kebudayaan Indonesia mulai kurang diminati
oleh generasi muda, hal ini dikarenakan kesenian Bangbarongan mempunyai
ancaman yang kuat, yaitu budaya modernitas dalam segala keluasaan dan variasi,
misalnya Organ Tunggal musik pop, dan televisi ( dimana banyak acara talkshow
yang barang kali lebih menarik dari pada pertunjukan kesenian Bangbarongan)
II.6. Solusi Permasalahan
Dari hasil data yang diperoleh bahwa sangat kurangnya pengetahuan
masyarakat secara umum terhadap seni Bangbarongan, Maka pentingnya upaya
dan kerjasama dari banyak pihak, seperti pemerintah, tokoh kesenian masyarakat
itu sendiri untuk mengambil langkah-langkah tertentu yang bertujuan untuk
mengenalkan kembali seni Bangbarongan kepada masyarakat luas walaupun seni
16
pengembangan seni tradisional ini. Minimnya media informasi mengenai
Bangbarongan sudah seharusnya diatasi dengan cara memperkenalkan kembali seni Bangbarongan, maka dari pada itu seharusnya adanya penyebaran informasi
melalui media, baik itu media cetak maupun media elektronik. Hal tersebut agar
masyarakat memudahkan menerima informasi yang mudah dijumpai, upaya ini
dilakukan karena terancamnya keberadaan kesenian Bangbarongan.
II.6.1 Data Primer
Proses pencarian data yang di peroleh dari penulis yaitu dengan mendatangi
langsung dengan mewawancarai dari salah satu ketua dari grup kesenian
Bangbarongan dan memberikan kuisioner kepada pelajar SMA berikut data yang diperoleh dari wawancara dan kuisioner berupa:
a. Wawancara
Wawancara dirumah ketua grup dari kesenian Bangbarongan dilakukan dengan menggunakan perekam suara agar penulis dan narasumber lebih
mudah melakukan sesi tanya jawab.
b. Kuisioner
kuisioner yang berupa pertanyaan-pertanyaan kepada pelajar SMA
Banjarharjo kabupaten Brebes. Berdasarkan data yang diperoleh dari
responden yang berjumlah 30 orang, dapat disimpulkan pelajar SMA
Banjarharjo sebagian remaja mengetahui pertunujkan kesenian
Bangbarongan, sebagian remaja tidak mengetahui fungsi dari kesenian Bangbarongan. Maka target sasaran yang dijadikan objek penelitian adalah remaja yang masih bersekolah dan para pecinta seni dengan tujuan
untuk memudahkan untuk menentukan target audience dan segmentasi.
1. Target Primer
- Target audience : Masyarakat kabupaten Brebes yang belum mengetahui keberadaan kesenian Bangbarongan belum tahu
ataupun yang sedikit tahu serta berminat dan tertarik untuk
17
Bangbarongan dengan tujuan untuk mengenalkan serta mempengaruhi pemikiran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kesenian Bangbarongan.
2. Target Sekunder : remaja umum umur 13 tahun sampai 18 tahun baik
dalam status ekonomi menegah di kabupaten Brebes.
3. Segmentasi
a. Demografi
Target utama yaitu remaja yang berusia 13 tahun - 18 tahun di
kabupaten Brebes, laki-laki dan perempuan dengan status pelajar.
b. Psikologi
Segmentasi media informasi kesenian Bangbarongan adalah remaja yang masih bersekolah SMP-SMA. Menurut Stanley Hall masa
remaja merupakan masa dimana diangap sebagai masa topan badai
dan stress (storm and stress) karena mereka telah memiliki keinginan
bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik
maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa
tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi
seorang tidak memiliki masa depan dengan baik.
(http://asmianifawziah.blogspot.com/)
Sri Rumini dan Siti Sundari (2004). ”Masa remaja adalah masa peralihan
dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa”.
c. Geografis
Remaja dalam ruang lingkup di wilayah kabupaten Brebes, karena
remaja di kabupaten Brebes belum mengetahui keberadaan kesenian
18 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan
Permasalahan yang akan angkat dalam media informasi ini mengenai kurang
tahunya generasi muda terhadap keberadaan dan fungsi kesenian Bangbarongan.
Kuranganya media-media informasi yang ada di lingkungan masyarakat Brebes
menjadi faktor utama menyebabakan tidak mengetahui tentang seni Bangbarongan.
Maka dari pada itu dilakukan penyebaran informasi melalui media cetak dan media
elektronik yang bersifat membujuk, mempengaruhi dan mengubah perilaku sasaran.
Pesan yang disesuaikan dengan target audience agar dapat diterima, dimengerti, dan
mudah dipahami.
III.1.1 Pendekatan Komunikasi
Dalam merancang media informasi gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang dapat dimengerti oleh
audience dengan menggunakan bahasa-bahasa visual. Perancangan visual ini menyampaikan suatu pengetahuan tentang kesenian Bangbarongan melalui konsep
desain yang bisa menarik perhatian target audience khususnya remaja untuk
menciptakan desain yang mudah di mengerti oleh target audience. Tipografi,
fotografi dan warna merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terlepaskan dari elemen
desain. Dalam perancangan suatu karya desain tipografi fotografi dan warna sangat
penting kedudukannya sehingga harus dipikirakan dan direncanakan dengan baik
karena dapat mempengaruhi karya desain tersebut. Strategi komunikasi yang
dilakukan dengan memperkenalkan kesenian Bangbarongan, menggunakan kata-kata
19 III.1.2 Tujuan Komunikasi
Tujuan dari media komunikasi ini adalah mengenalkan kembali kesenian
Bangbarongan dan diharapkan masyarakat bisa memahami proses urutan-urutan Bangbarongan dalam acara ruwat rumah sehingga keberadaannya bisa dilestarikan.
III.1.3 Pendekatan Visual
Dalam perancangan ini pendekatan visual yaitu menggunakan visual yang
hanya dapat dirasakan melalui panca indra penglihatan sehingga lebih cepat dan
mudah mendapatkan perhatian namun harus bisa dimengerti oleh target audience.
Tampilan pendekatan visual dalam media informasi Bangbarongan ini adalah
menampilkan mengenai rangkaian-rangkaian ritual kesenian Bangbarongan dalam ruwat rumah. Agar media informatif dan interaktif maka digunakan teknik fotografi dengan langsung menampilkan dua tokoh dari kesenian itu sendiri yaitu
Bangbarongan dan Pentul.
III.1.4 Pendekatan Verbal
Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol komunikasi yang menggunakan
satu kata atau lebih, disampaikan kepada komunikator (penyampai pesan) kepada
komunikan (penerima pesan) dengan cara tertulis. Pendekatan verbal dalam media
informasi ini menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa untuk penyampaian
istilah-istilah yang khas pada seni Bangbarongan Agar mudah dimengerti dengan
adanya penambahan tagline yaitu sebagai pengingat dan pembeda. Tagline ini
bertujuan agar orang-orang yang membaca akan lebih mudah mengenali apakah yang
diwakili tagline tersebut, dengan pertimbangan terpilih kata: ”KENALI DAN
PAHAMI”.
III.1.5 Strategi Kreatif
Agar informasi mencapai tujuan yang diharapkan maka informasi harus
20
dirancang yaitu menggunakan teknik fotografi dan videografi. Teknik fotografi akan
menginformasikan proses awal dalam ruwat rumah dari awal sampai akhir, dengan
pengambilan sudut pandang long shoot (gambar yang ditampilkan terlihat
keseluruhan) sehingga memperlihatkan ekspresi dan dimana objek itu berada.
Videografi sebagai media pendukung yang berisi proses ritual Bangbarongan
dan iringannya, jadi diharapkan masyarakat bisa lebih mudah memahami.
III.1.6 Strategi Media
Media adalah salah satu hal terpenting dalam penyampaian sebuah informasi,
yaitu sebagai alat penghubung untuk menyampaikan pesan kepada audience. Maka
perlu diperlukan media yang sesuai agar penyampaian informasi mudah dipahami
dengan baik. Media yang akan digunakan dalam perancangan media informasi ini
adalah berupa media utama yang berisi informasi yang lengkap untuk disampaikan
dan media pendukung sebagai media penunjang media utama.
III.1.7 Pemilihan Media
Media yang digunakan dalam informasi ini yaitu media cetak. Pemilihan
media ini bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dan dapat
menggugah rasa keingintahuan kepada target audience. Media informasi cetak ini
sangat cocok dan efektif untuk mengatasi permasalahan yang ada. Pemilihan media
akan di disesuaikan dengan kebutuhan dan juga efektifitas, baik waktu pembuatan
maupun visual yang digunakan agar mudah dimengerti dan dipahami oleh target
audience. Adapun media - media yang digunakan yaitu:
a. Media Utama
Media yang digunakan adalah media cetak yang berbentuk bukuk informasi,
karena buku merupakan media cetak yang memiliki daya tarik dan dapat menampung
banyak informasi. Kemudian dari pada itu media buku tentang kesenian
21 b. Media Pendukung
Adapun media pendukung untuk media informasi kesenian Bangbarongan yaitu:
1.DVD
Media pendukung berupa DVD alat bantu video agar target audience mengetahui
tentang proses dan urutan-urutan ritual ruwat rumah dan diharapkan bisa
mempelajari dan memahami.
2. Poster
Poster merupakan media yang cocok untuk penyampaian informasi, disamping itu
juga poster media yang singkat untuk menampung informasi. Poster dicetak dengan
ukuran A2
3.Sticker
Sticker merupakan media yang sangat mudah dijumpai dan mudah untuk diaplikasikan, sticker ini akan di bagikan kepada pelajar SMP-SMA di kabupaten Brebes untuk mempromosikan kesenian Bangbarongan dengan cara menempelkan
dimana ditempat yang mereka inginkan.
4. Mug
Mug menjadi suatu media promosi pendukung untuk menginformasikan Kesenian
Bangbarongan. Teknik yang digunakan pada mug ini adalah dengan cara print laser.
5. Jam Dinding
Pemilihan Jam Dinding sebagai media karena Jam Dinding mudah dijumpai dan
merupakan bagian dari kehidupan.
6. Mini X Banner
Standing Banner atau sebagian orang menyebutnya dengan X Banner, kini menjadi
22
sebuah media informasi, Karena harganya terjangkau, dan media ini bisa menjadi
pusat perhatian.
III.1.8 Media Distribusi
Jadwal penyebaran media informasi kesenian Bangbarongan dilakukan
selama tiga bulan, yaitu pada bulan Juni, Juli dan Agustus hal ini sebelumnya sudah
dipertimbangkan, karena mengambil pada hari-hari bebas sebelum dan sesudah para
siswa menghadapi ujian semester dan moment pada saat masuknya siswa baru.
Tabel III.1 Media Distribusi
Media Tempat /
Lokasi
Waktu Penyebaran
Juni Juli Agustus
Minggu ke Mingguke Minggu ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Poster Di jalan-jalan umum
yang banyak dilaui
Buku Di perpustakaan
sekolah di Kabupaten
Brebes, toko buku
DVD Disatukan didalam
buku
Sticker Dibagikan disekolah di
Di Kabupaten Brebes
23
Dinding Jam
Mug ditempatkan
dikantin-Kantin sekolah
III.2 Konsep Visual
Konsep perancangan ini adalah merancang suatu buku informasi dengan
menampilkan proses ruwat rumah dengan menggunakan Bangbarongan. Teknik visual yang ditampilkan memakai fotografi dan digital imaging.
Perancangan konsep buku ini didalam selain terdapat proses terjadinya ruwat
rumah, dan menyajikan beberapa poin yaitu: terdapat tata letak layout dan
menampilkan dua tokoh utama dan iringannya agar dapat mendukung perancangan
media informasi ini sehingga target audience lebih mudah memahami dan
mengetahui rangkaian dari ritual kesenian Bangbarongan. Judul buku yang terpilih
adalah “KENALI FUNGSI KESENIAN BANGBARONGAN” pemilihan judul ini adalah untuk menarik perhatian target audience.
III.2.1 Format Desain
Pada desain untuk perancangan media tentang Kesenian Bangbarongan digunakan dengan ukuran 20x20 cm media yang akan ditempatkan pada setiap media
yang digunakan. Layout atau tata letak yang meliputi penempatan semua unsur
desain, yaitu, teks dan foto.
III.2.2 Tipografi
Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang huruf dan cara
pengolahannya. Huruf yang digunakan dalam perancangan media informasi ini
mempunyai beberapa kriteria.
- Memperhatikan kemudahan dan keterbacaan.
24
- Font atau huruf memberikan kesan tradisional dan klasik.
Beberapa alternatif huruf sebagai berikut:
1. Papyrus
ABCDEFGHIJKLMNOPKRSTUVWXYZ
Abcdefgh I jklmno
Pkrstuvwxyz
0123456789
2. Helvetica-condensed-black-se
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
0123456789
III.2.3 Tata Letak
Tata letak yang digunakan dalam pembuatan buku ini yaitu: Mondrian layout
seperti yang dijelaskan Adi Kurriyanto “Mondrian layout penyajian iklan yang
mengacu pada bentuk-bentuk square atau landscape atau portrait. Masing-masing
25
visual yang di tampilkan adalah foto dari kesenian Bangbarongan lebih diperbesar
dari proses ritual ruwat rumah, agar memudahkan audience memahami fungsi
kesenian Bangbarongan.
III.2.4 Warna
Warna merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan
penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira,
mood atau semangat dan lain sebagainya. Pemilihan warna harus sesuai dengan konsep dan pesan yang ingin disampaikan. Dalam perancangan media buku informasi
ini warna utama yang di gunakan adalah hitam dan putih yang dijadikan sebagai latar
atau background agar desain buku terlihat lebih elegan dan memiliki kesan mewah.
Gambar III.1 Warna Primer
Sumber: Doc Pribadi
Penggunaan warna sekunder ini menampilkan warna-warna asli dari busana
kesenian Bangbarongan dan pentul, sehingga identitas kesenian Bangbarongan tetap
26
Gambar III.2 Warna Sekunder
27 BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Proses Perancangan Media Informasi
Proses pembuatan media informasi yang berbentuk buku ini di mulai dari
tahap pembuatan foto-foto kegiatan saat ritual ruwat rumah.
Proses selanjutnya adalah proses editing dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS6 untuk foto dan Adobe Illustrator CS6 untuk proses pembuatan halaman media informasi berbentuk buku. Didalam proses pembuatan halaman ini
menggunakan layout hitam dan putih untuk mempermudah keterbacaaan, foto mengunakan olah digital supaya lebih menarik target audience.
Setelah proses editing selesai, maka file yang telah jadi siap untuk dicetak dan
dibuat dummy sebagai acuan dalam proses akhir percetakan. Kertas yang digunakan
dalam buku adalah Art Paper tipis 120 gsm.
IV.2 Media Utama
Pada cover bagian depan terdapat judul buku untuk mengidentifikasi buku sebagai pembeda diantara buku-buku lain.
Di cover depan ini juga terdapat ikon dari kesenian Bangbarongan dengan menampilkan ke dua tokoh dari kesenian Bangbarongan dengan menggunakan remaja bermain alat musik gendang sesuai dengan target audience.
Untuk cover juga mempunyai tujuan agar target audience merasa penasaran atau mungkin justru tidak asing dengan ikon tersebut yang akhirnya menimbulkan
rasa penasaran mengingat untuk membeli buku tersebut. Teknis cover depan buku
28
Gambar IV.1 (cover depan dan cover belakang)
Sumber: Doc. Pribadi
Ukuran: 41 x20 cm
Material: Art Paper 180 gsm
Teknik Produksi: Cetak separasi softcover
Di cover belakang buku juga terdapat sinopsis buku yang mempunyai kesan
persuasif untuk membuka buku ini.
IV.2.1 Isi Buku
Isi buku dengan penjelasan menggunakan foto dan tulisan dan disertai dengan
video dokumentasi saat ritual ruwat rumah. Pada halaman pertama didalam buku
tersebut berisikan sejarah awal munculnya kesenian Bangbarongan.
Gambar IV.2 (Isi buku Hal 1)
29
Pada halaman empat sampai halaman sembilan berisi alat musik yang mengiringi
kesenian Bangbarongan beserta penjelasannya yang memakai foto dan olah digital.
Gambar IV.3 (Isi buku hal 4-9)
Sumber: Doc. Pribadi
Halaman sepuluh didalam buku tersebut berisikan visual berupa foto nasi kuning atau nasi Tumpeng beserta penjelasannya yang nantinya di bawa sama tokoh Pentul.
Gambar IV.4 (Isi buku Hal 10)
30
Pada halaman sebelas sampai halaman empat belas berisi penjelasan tokoh yang ada dalam kesenian Bangbarongan.
(a)
(b)
Gambar IV.5 (a.b Isi buku hal 11-14)
Sumber: Doc. Pribadi
31 (a)
(b)
Gambar IV.6 (a, b isi buku hal 15-17 )
Sumber: Doc. Pribadi
Halaman delapan belas sampai halaman dua puluh tiga yaitu berisikan proses dan
tata cara ruwat rumah menggunakan Bangbarongan. Ditampilkan visual kedua tokoh
32 (a)
(b)
(c)
Gambar IV.7 (a. b. c Isi Buku hal 18-23)
33
Halaman dua puluh empat berisikan Bangbarongan meminta uang kepada pemilik rumah yang nge-ruwat rumah tersebut.
Gambar IV.8 (Isi buku Hal 24)
Sumber: Doc. Pribadi
Pada halaman terakhir berisikan tokoh Pentul dan Bangbarongan yang sedang bertarung beserta penjelasannya.
Gambar IV.9 (Isi buku Hal 25)
Sumber: Doc. Pribadi
34
Video disini adalah media penunjang dari media utama sebagai media
informasi untuk memperjelas dan mempermudah target audience memahami tentang
fungsi dari kesenian Bangbaronga. Didalam video tersebut ditampilkan dan mejelaskan sejarah dan fungsi dari kesenian Bangbarongan.
Gambar IV. 10 Label DVD
Sumber: Doc. Pribadi
Gambar IV.11 Screen shoot video
Sumber: Doc. Pribadi
Ukuran: frame width: 1280 frame higth 720 frame rate 29/second
35 Lensa: 18-35 mm, fix 50mm
b. Poster
Gambar IV.12 Poster
Sumber: Doc. Pribadi
Ukuran: A3 (29.7 x 42 cm)
Material: Art paper 120 gsm
Teknik Produksi: Cetak offset
IV.4 Gimmick
36
Gambar IV.13 Jam Dinding
Sumber: Doc. Pribadi
Ukuran: Diameter 25.5 cm
b. Sticker
Gambar IV.14 Sticker
Sumber: Doc. Pribadi
Ukuran: 8 x 5 cm
Material: Sticker Cromo
37 c. Mug
Gambar IV.15 Mug
Sumber: Doc. Pribadi
Ukuran: Diameter 8.5 cm
Material: Kertas Injek atau Sublim
Teknik Produksi: Press Mug
d. Mini X Banner
Gambar IV.16 Mini X Banner
38 Material: X Banner Jerman
Ukuran: 40x29 Cm