Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI KESENIAN KUDA RENGGONG MELALUI FOTO ESAI
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2014-2015
Oleh :
Irfan Akbar Affandi 51910729
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iii KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya. Berkat izin dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Media Informasi Kesenian Kuda Renggong Melalui Foto Esai”.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sebelumnya penulis menyampaikan mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam laporan ini, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun
akan penulis terima dengan baik.
Bandung, Agustus 2015
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
II.4 Tata Rias busana Kuda Renggong dan Penunggangnya ... 7
II.4.1 Tata Rias Busana Kuda Renggong ... 7
II.4.2 Tata Rias Penunggang Kuda ... 8
II.5 Alat Musik dan Pengiring ... 8
II.6 Bentuk Penyajian Kesenian Kuda Renggong ... 10
II.7 Makna Simbolis Kesenian Kuda Renggong ... 13
II.8 Fungsi Kesenian Kuda Renggong ... 14
vii
II.10 Usulan Perancangan ... 16
II.11 Khalayak Sasaran ... 16
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI ... 18
III.1 Strategi Perancangan ... 18
III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 18
III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 18
III.1.3 Materi Pesan ... 19
III.1.4 Gaya Bahasa ... 20
III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan... 20
III.1.6 Strategi Kreatif ... 20
III.1.7 Strategi Media ... 21
III.1.7.1 Media Utama ... 22
III.1.7.2 Media Pendukung... 22
III.1.8 Strategi Distribusi... 24
III.2 Konsep Visual ... 25
IV.1.1 Proses Perancangan Buku Kesenian Tradisional Kuda Renggong ... 36
IV.1.2 Konsep Visual SampulDepan dan Belakang ... 40
IV.1.3 Isi Buku ... 41
IV.2 Media Pendukung ... 43
IV.2.1 Poster ... 43
IV.2.2 Flyer ... 44
viii
IV.2.4Tas Spunbond ... 45
IV.2.5 Stiker ... 46
IV.2.6 X-Banner ... 46
IV.2.7 Jejaring Sosial ... 47
IV.2.8 T-shirt ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Ahmad (dalam Basundoro, 2012), kesenian tradisional adalah suatu
bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik
sendiri oleh masyarakat lingkungannya. Kesenian tradisional biasanya diwariskan
turun temurun dari generasi tua ke generasi muda. Sedangkan kesenian
non-tradisional, dalam beberapa bidang seni sering disebut kesenian modern, yaitu
suatu bentuk seni yang penggarapannya didasarkan atas cita rasa baru di kalangan
masyarakat pendukungnya. Cita rasa baru ini umumnya adalah hasil pembaruan
atau penemuan, sebagai akibat adanya pengaruh dari luar.
Bangsa Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman suku bangsa, seni dan
budaya. Salah satunya yaitu kesenian tradisional kuda renggong yang berasal dari
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kuda renggong termasuk seni hiburan yang
bersifat helaran yaitu seni yang ditampilkan dalam bentuk arak-arakan. Penampilannya biasanya sambil berjalan, merupakan iring-iringan disepanjang
jalan atau suatu tempat berupa halaman yang luas (Atiek, 1994).
Generasi muda dijaman sekarang terlalu banyak menyerap informasi dari luar.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan tidak seimbang dengan
perkembangan budaya tradisional, mengakibatkan kebudayaan tradisional dan
modern sulit untuk jalan berdampingan (Sedyawati, 2014).
Menurut hasil wawancara dengan pimpinan grup kuda renggong Lingkung Seni
Sunda Putra Arum Puntang Jaya Grup yaitu bapak Sarip (57 tahun) pada tanggal 6
Mei 2015, mengatakan bahawa adanya pandangan negatif sebagian masyarakat
mengenai kesenian kuda renggong yaitu kesenian ini, yaitu terkadang sering
menimbulkan kerusuhan akibat dari segelintir orang yang sedang mabuk
minuman keras (faktor eksternal) yang ikut berpartisipasi dalam acara kesenian
2 sudut pandang sebagian orang yang menilai bahwa dalam kesenian ini terdapat
pemujaan terhadap roh halus. Akan tetapi, minuman beralkohol yang terkadang
disajikan kepada para anggota grupnya hanya bertujuan agar membuat mereka
tampil percaya diri dan itu pun diminum secukupnya tidak sampai mengakibatkan
mabuk yang parah, anggota grupnya pun tidak pernah sampai membuat kerusuhan
dalam setiap acara pertunjukan kesenian kuda renggong.
Dari kuisioner yang sudah dilakukan oleh penulis pada tanggal 18 April 2015
dibeberapa sekolah yang ada di Kota Bandung, kurangnya media informasi
literatur spesifik mengenai makna simbolis yang terdapat dalam kesenian
tradisional kuda renggong menyebabkan banyak orang yang kurang tahu akan
adanya eksistensi dan makna yang terkandung dari kesenian ini. Karena dalam
kesenian kuda renggong ini bukan hanya menampilkan pertunjukkan yang dilihat
dari segi estetikanya saja, akan tetapi ada makna yang sebagian banyak orang
belum mengetahuinya.
Masalah pergeseran budaya memang akan sulit dipecahkan tetapi sedikitnya bisa
mengurangi permasalahan yang ada saat ini. Minimal dengan orang mengenal dan
tahu akan makna dari kebudayaan dan kesenian tradisional, bukan tidak mungkin
nantinya mereka akan ada keprihatinan lalu kemudian mereka akan timbul
kesadaran akan menjaga dan melestarikan warisan dari kebudayaan dan kesenian
tradisional.
Dari paragraf diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya sebuah media informasi
yang spesifik mengenai makna yang terkandung dalam kesenian tradisional demi
menjaga eksistensi sebuah budaya dan kesenian tradisional agar tetap utuh dan
3 I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan, maka adanya permasalahan,
yaitu :
Adanya pandangan negatif sebagian masyarakat mengenai kesenian kuda renggong yaitu dalam acara kesenian ini terkadang sering menimbulkan
kerusuhan dari orang luar (faktor eksternal) dan pandangan negatif mengenai
adanya pemujaan terhadap roh halus sehingga masyarakat kurang
memperdulikan kesenian tradisional kuda renggong
Kurangnya media informasi yang spesifik mengenai eksistensi dan makna simbolis dari pertunjukan kesenian kuda renggong terhadap masyarakat
khususnya generasi muda.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya, yaitu bagaimana menginformasikan makna
simbolis dibalik eksistensi kesenian kuda renggong kepada masyarakat terutama
generasi muda sehingga kesenian kuda renggong ini dapat lebih dikenal dan
diketahui banyak orang ?
I.4 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan batasan,
adapun batasan masalah sebagai berikut :
Sejarah singkat tentang eksistensi kesenian kuda renggong di Kabupaten Sumedang dan perkembangannya di Kota/Kabupaten Bandung, Jawa Barat Makna simbolis dari kesenian kuda renggong bagi masyarakat khususnya
generasi muda di Kota/Kabupaten Bandung, Jawa Barat
I.5 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam perancangan ini adalah: Memberikan informasi mengenai makna simbolis dari kesenian kuda
4
Mengangkat dan memperkenalkan kesenian kuda renggong khas Sumedang kepada generasi muda di Kabupaten dan Kota Bandung
Menjadi bahan media informasi dan referensi bagi generasi muda yang berminat pada kesenian tradisional
I.6 Manfaat Perancangan
Adapun manfaat dari perancangan media informasi ini yaitu sebagai berikut : Bagi keilmuan Desain Komunikasi Visual, yaitu sebagai sumber referensi bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian atau referensi untuk tugas akhir
dan skripsinya
Bagi masyarakat, yaitu menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kebudayaan tradisional melalui media informasi ini
Bagi penulis, yaitu menambah wawasan budaya tradisional dan juga menambah wawasan dalam merancang sebuah media informasi untuk ke
5 BAB II
KUDA RENGGONG KHAS SUMEDANG
II.1 Sejarah Kuda Renggong
Dari hasil wawancara pada tanggal 6 Mei 2015 dengan pimpinan grup kuda
renggong Lingkung Seni Sunda Putra Arum Puntang Jaya Grup yaitu bapak Sarip
(57 tahun) yang beralamat tepatnya di kampung Garung, desa Cilengkrang,
kecamatan Cilengkrang, Kota Bandung. Kuda renggong pertama kali
dipopulerkan oleh Aki Sipan pada tahun 1910 yang bermula dari desa Cikurubuk,
kecamatan Buahdua, Sumedang. Aki Sipan ini adalah orang yang pertama kali
melatih kuda renggong sehingga kuda tersebut bisa menari sambil diiringi musik.
Asal mulanya kuda renggong hanya menampilkan kuda sedang menari sambil
berjalan arak-arakan saja, akan tetapi sekarang berkembang sampai kuda
renggong pun bisa melakukan pertunjukan silat.
Seiring perkembangannya kemudian kesenian kuda renggong ini dibawa pertama
kali oleh Aki Anda yang berpindah tempat tinggal dari daerah Sumedang ke
daerah Kabupaten Bandung pada tahun 1967, tepatnya di Cinunuk, kampung
babakan Sumedang, Kabupaten Bandung yang sampai saat ini sudah menyebar ke
beberapa daerah di Kota dan Kabupaten Bandung.
Gambar II.1 Wawancara : Bapak Sarip, Pimpinan grup kuda renggong Putra Arum Puntang Jaya Grup
6 II.2 Pengertian Kuda Renggong
Kuda renggong adalah seni pertunjukan rakyat yang memerankan kuda sebagai
pemeran utamanya. Ada yang menarik dari kesenian kuda renggong ini yaitu
penampilan seekor kuda yang dapat menggerak-gerakan badannya sesuai dengan
musik sebagai iringannya. Kata renggong dalam kesenian ini yaitu kamonesan (keterampilan) cara berjalan kuda yang dilatih untuk seakan-akan menari
mengikuti irama musik. Kuda renggong termasuk seni hiburan yang bersifat
helaran yaitu seni yang ditampilkan dalam bentuk arak-arakan. Pertunjukkannya biasanya sambil berjalan dengan perlahan beriringan di sepanjang jalan dengan
mengelilingi sebuah desa atau perkampungan yang akhirnya akan kembali ke
tempat orang yang mempunyai hajatan dan juga penampilannya bisa disuatu
tempat yang seperti lapangan atau halaman yang luas (Atiek, 1994).
II.3 Cara Melatih Kuda Renggong
Gerakan tarian kuda awal mulanya diciptakan oleh Aki Sipan dari gerakan
berjalan yang berirama seperti yang diajarkan oleh Aki Sipan kepada kuda,
kemudian kuda yang akan dijadikan pemeran kuda renggong dilatih dengan cara
dibawa berlari-lari sambil diiringi musik dengan lagu dan ritme-ritme tertentu
berdasarkan pada irama musik itu, pelatih kuda menarik-narik kendali kuda,
sehingga gerakan kuda tepat mengikuti irama musik. Pelatihan kuda renggong
mempunyai cara-cara tersendiri sesuai dengan kemampuan pelatihnya
masing-masing. Kuda keperluan kesenian kuda renggong dipilih, dilatih, dipelihara dan
diberi perawatan yang khusus. kuda tersebut pada umumnya dibeli dalam
kondisi kuda atah yaitu kuda yang belum mempunyai kemampuan menari, para juru kuda melatih sendiri kuda-kuda tersebut atau memanggil pelatih kuda yang
handal. Diantara juru kuda ada pula yang tidak mampu untuk melatih sendiri
kudanya hingga bisa menari, maka biasanya mereka membeli kuda yang kuda jadi yaitu kuda yang sudah pandai menari dari para juru kuda lain yang menjual
kudanya. Kuda berumur antara 7 atau 8 tahun dilatih hampir setiap hari selama
7 II.4Tata Rias busana Kuda Renggong dan Penunggangnya
Sebelum melaksanakan pertunjukan kesenian kuda renggong, kuda dan
penunggangnya akan dirias terlebih dahulu dengan perlengkapan-perlengkapan
sebagai berikut :
II.4.1Tata Rias Busana Kuda Renggong
Busana perlengkapan kuda renggong diperindah dengan menambahkan beberapa
asesoris seperti manik-manik, beludru dan benang mas. Agar lebih menarik kuda
renggong diberi pakaian khusus dengan hiasan-hiasan yang beragam dengan
menggunakan warna-warna terang dan kontras layaknya seorang penari, seperti
halnya rias busana penunggang kuda. Hal ini dilakukan agar menarik perhatian
penonton, karena apabila semakin bagus hiasan pada kuda akan semakin mahal
juga harga sewanya (Atiek, 1994). Biasanya juga pada pakaian kuda renggong
terdapat nama kudanya tersebut seperti contoh Si Puntang. Menurut bapak Sarip nama ini mempunyai makna yaitu berharap kuda ini diharapkan bisa membantu
perekonomian keluarga dan groupnya sendiri. Berikut adalah perlengkapan
tradisional busana kuda renggong yang terdiri dari :
Sela : Tempat untuk duduk penunggang kuda Sangawedi : Pijakan kaki bagi penunggang kuda Deker : Gelang pada kaki kuda
Eles : Alat pengendali kuda Makuta : Mahkota pada kepala kuda
8 II.4.2 Tata Rias Penunggang Kuda
Penunggang kuda renggong biasanya akan dirias memakai busana layaknya tokoh
perwayangan, seperti Gatotkaca, sebelum menunggangi kudanya. Adapun biasanya warna ataupun busananya akan diserasikan dengan warna busana kuda
renggong yang akan ditunggangi. Berikut adalah perlengkapan tradisional busana
penunggang kuda renggong yang terdiri dari :
Topi Wayang yaitu hiasan kepala yang dipakai pengantin sunat
Badong yaitu semacam hiasan punggung yang ada pada pakaian pengantin sunat
Kotang yaitu baju Gatotkaca yang dipakai pengantin sunat
Gambar II.3 Tata Rias Penunggang Kuda Renggong Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
II.5 Alat Musik dan Pengiring
Adapun pengiring musik dalam kesenian kuda renggong yaitu diantaranya Sinden adalah sebutan bagi wanita yang membawakan nyanyian pada saat seni
pertunjukan dan biasanya membawakan beberapa lagu-lagu sunda seperti Es Lilin, Bangbung Hideung, Mobil Butut dan lain sebagainya. Kemudian Nayaga adalah sebutan bagi orang yang memainkan alat musik tradisional sunda. Biasanya dalam
seni pertunjukan kuda renggong, para Nayaga memainkan alat musik sambil berjoged menikmati alunan musik tradisional sunda yang dibawakan seorang
9 Menurut hasil wawancara dengan pimpinan grup kuda renggong Lingkung Seni
Sunda Putra Arum Puntang Jaya Grup yaitu bapak sarip (57 tahun), alat musik
pengiring kuda renggong terdiri dari :
Goong yaitu alat musik yang terbuat dari bahan perunggu, ukurannya besar dan dimainkan dengan cara dipukul
Bedug yaitu alat musik yang terbuat biasanya dari kulit sapi dikedua sisinya, ukurannya besar dan dimainkan dengan cara dipukul
Bonang yaitu alat musik yang terbuat dari perunggu, bentuknya kecil biasanya terdiridari 2 buah atau lebih dan dimainkan dengan cara dipukul
Kendang yaitu alat musik yang terbuat dari kulit sapi dikedua sisinya, ukurannya sedang dan dimainkan dengan cara dipukul
Kulantet yaitu alat musik yang terbuat dari kulit sapi dikedua sisinya, ukurannya kecil dan dimainkan dengan cara dipukul
Kecrek yaitu alat musik yang terbuat dari logam besi dimainkan dengan cara dipukul
Gitar Elektrik yaituGitar dengan aliran listrik dimainkan dengan cara dipetik Terompet Kendang yaitu alat musik yang terbuat dari bahan kayu dimainkan
dengan cara ditiup
Amplifier yaitu sebuah media elektronik suara untuk mengatur besaran kecilnya suara
Speaker yaitu sebuah alat pengeras suara
Panakol yaitu sebuah ala pukul untuk memainkan kendang, goong dan lain-lain
10 II.6 Bentuk Penyajian Kesenian Kuda Renggong
Secara tradisional kesenian kuda renggong diperankan sebagai seni hiburan dalam
rangka pesta khitanan bagi anak-anak yang sehari sebelum akan disunat atau
seminggu setelah disunat. Bentuk penyajiannya merupakan gabungan dari unsur
seni gerak tari, vokal (sinden) dan musik tradisional. Cara penampilan kuda renggong diawali dengan tersusunnya suatu barisan para pemain. Barisan paling
depan tampak keluarga pengantin sunat beserta saudara-saudaranya kurang lebih
berjumlah 10 orang, berjalan mengikuti irama musik dan kadang-kadang sambil
ikut menari Barisan kedua tampak kuda renggong ditunggangi anak yang akan
disunat lengkap dengan pakaian sunatnya. Barisan berikutnya yaitu dibelakang
kuda renggong adalah para pemain musik yang bertugas sebagai pengiring dari
pertunjukan kuda renggong itu (Atiek, 1994).
Para pengiring kuda renggong bermacam-macam, ada yang diiringi oleh
seperangkat Kendang Penca, Reog, Calung atau kesenian rakyat lainnya. Seorang atau dua sinden turut membawakan lagu. Rombongan pengikut yang lainnya baik
pria atau wanita, boleh turut menari dengan bebas. Agar suasana arak-arakan
terdengar meriah, pertunjukan kuda renggong menggunakan media pengeras suara
yang digantung dan dibawa oleh salah seorang petugas. Suasana penampilan kuda
renggong akan semakin meriah, ketika kuda renggong menari-nari dengan
menggerakkan kaki, kepala dan badannya sesuai dengan irama musik yang
mengiringinya (Atiek, 1994).
Dalam pertunjukan arak-arak kuda renggong biasanya diiringi oleh grup seni
tradisional lainnya, seperti grup seni tradisional Garuda yang biasanya berada
dibelakang arak-arakan kuda renggong. Kemudian satu lagi yang sering tampil
dalam mengiringi arak-arakan kuda renggong didaerah Kota dan Kabupaten
Bandung yaitu kesenian reak. Kesenian ini merupakan kesenian yang
menampilkan orang dalam keadaan kerasukan roh halus yang biasanya memakai
sejenis kostum yaitu Barongan. Biasanya kesenian reak ini berada diposisi barisan
11 pun berjalan lambat sehingga durasi arak-arakan kuda renggong pun bisa sampai
seharian yaitu dari pagi hingga sore hari.
Dilihat dari segi geografisnya antara Kabupaten Sumedang dan Kota Bandung,
kesenian kuda renggong ini memiliki beberapa perbedaan dalam bentuk
penyajiannya, antara lain sebagai berikut :
Kesenian kuda renggong yang berada di Kabupaten Sumedang menyajikan pengiring sekelompok penari wanita dalam proses arak-arakannya
Kesenian kuda renggong yang berada Di Kota Bandung menyajikan kesenian reak dalam proses arak-arakannya
Gambar II.5 Pengiring penari wanita dalam kesenian kuda renggong di Kabupaten Sumedang
Sumber: http://infopublik.id/cni-content/uploads/modules/gallery/kuda-renggong.jpg (2015)
Gambar II.6 Pengiring kesenian reak dalam kesenian kuda renggong di Kota Bandung
12 Rombongan arak-arakan kuda renggong beserta anak yang akan disunat kembali
ke tempat semula, setelah berkeliling mengelilingi desa-desa dan perkampungan,
untuk selanjutnya diadakan acara saweran yang merupakan bentuk dari nasehat
orang tua kepada anaknya agar selalu ingat kepada sesama ketika diberi kekayaan
dan kesejahteraan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Atiek, 1994).
Di akhir acara biasanya dilanjutkan dengan menampilkan atraksi kuda silat,
atraksi ini mempertontonkan kemampuan dan keterampilan kuda dengan atraksi
silatnya, pertunjukan ini sangat meriah dan juga ramai ditonton oleh warga sekitar
rumah yang punya hajatan, gerakan kuda silat ini sangat menarik simpati yang
menonton sehingga biasanya penonton memberi saweran uang pada kuda silat dan
pelatihnya, acara ini biasanya diikuti minimal 2 ekor kuda atau lebih dan diiringi
dengan musik tradisional.
Menurut hasil wawancara pada tanggal 6 Mei 2015 dengan bapak Sarip (57th),
atraksi kuda renggong ini mempertontonkan kemampuan dan keterampilan kuda
dengan atraksi silatnya yang diantaranya sebagai berikut :
Penghormatan (Sungkem) yaitu posisi kuda merunduk dengan kedua kaki depan ditekuk dan menyentuh tanah.
Silat (Padungdung) yaitu posisi kuda berdiri tegak dengan kaki depan menjulang ke atas sambil dikepakkan ke arah lawan (pelatihnya) seolah
sedang bertarung antara kuda melawan manusia.
Pingsan (Kapaehan) yaitu kuda seolah bisa dibuat tidak sadar dan tidur di tanah dengan posisi menyamping, kemudian pelatih kuda menginjak-injak
kuda dan melakukan tarian pencak silat diatas badan kuda yang terbaring
13 Gambar II.7 Atraksi Silat Kuda Renggong
Sumber : www.pkp.parekraf.go.id (2015)
II.7 Makna Simbolis Kesenian Kuda Renggong
Seni pertunjukan kuda renggong memiliki makna simbolis disamping fungsinya
yaitu sebagai hiburan dimata masyrakat. Nalan (2003) menyebutkan bahwa
makna simbolis kuda renggong adalah makna spiritual, makna interaksi makhluk Tuhan, makna teatrikal dan makna universal, yaitu diantaranya sebagai berikut :
Makna spiritual yaitu semangat yang dimunculkan adalah merupakan rangkaian upacara inisiasi (pendewasaan) dari seorang anak laki-laki yang disunat. Kekuatan kuda renggong yang tampil akan membekas di sanubari
anak sunat, juga pemakaian kostum tokoh wayang Gatotkaca yang dikenal sebagai figur pahlawan;
Makna interaksi antar mahluk Tuhan yaitu kesadaran para pelatih Kuda Renggong dalam memperlakukan kudanya, tidak semata-mata seperti layaknya pada binatang peliharaan, akan tetapi memiliki kecenderungan
memanjakan bahkan memposisikan kuda sebagai mahluk Tuhan yang
dimanjakan, baik dari pemilihan makanannya, perawatannya, pakaiannya dan
lain-lain;
Makna teatrikal yaitu pada saat-saat tertentu dikala kuda renggong bergerak ke atas seperti berdiri lalu dibawah pelatihnya saat bermain silat, kemudian
14 tampak berwibawa dan mempesona. Atraksi ini merupakan sajian yang
langka, karena tidak semua kuda renggong mampu melakukannya;
Makna universal yaitu sejak zaman manusia mengenal binatang kuda, telah menjadi bagian dalam hidup manusia diberbagai tempat didunia. Bahkan kuda
banyak dijadikan simbol-simbol, kekuatan, kejantanan, kepahlawanan,
kewibawaan dan lain-lain. Pada kesenian kuda renggong makna simbolis ini
terlihat dari seorang anak sunatan yang lengkap dengan pakaian Gatotkaca yang terlihat gagah dengan menaiki seekor kuda renggong.
II.8 Fungsi Kesenian Kuda Renggong
Kesenian kuda renggong dalam masyarakat memiliki beberapa fungsi,
diantaranya sebagai berikut :
Sebagai sarana upacara khitanan
Pelaksanaan pertunjukkan kesenian kuda renggong dalam upacara Khitanan, agar
terlaksana dengan lancar maka segala sesuatunya harus disusun dengan tertib.
Sebelum acara pertunjukkan dimulai, terlebih dahulu diadakan upacara doa yaitu
memohon perlindungan dan kelancaran selama pertunjukkan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Sebagai sarana penyambutan tamu kehormatan
Pelaksanaan pertunjukkan kesenian kuda renggong biasanya juga dipakai untuk
acara penyambutan tamu kehormatan Sebagai hiburan dan pentas seni
Pelaksanaan pertunjukkan kesenian kuda renggong biasanya juga dipakai untuk
acara hiburan dan pentas seni pada saat memperingati hari-hari besar seperti pada
saat menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, pertunjukan
seni kuda renggong selalu ada meramaikan hari besar ini. Sebagai mata pencaharian
Sebagian besar para seniman kesenian kuda renggong mencari mata
15 II.10 Analisis Masalah
Peneliti melakukan penyebaran kuisioner pada tanggal 18 April 2015 secara acak
dan langsung ke beberapa pelajar Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa
berjumlah 30 orang responden di Kota Bandung dan sekitarnya. Dikarenakan
Kota Bandung adalah tempat perkembangan kesenian tradisional kuda renggong.
Hasil data kuisioner yang dihasilkan yaitu sebagai berikut :
Gambar II.8 Masyarakat mengetahui atau tidak mengenai kesenian kuda renggong
Gambar II.9 Masyarakat mengetahui atau tidak mengenai makna, fungsi dan nilai budaya kesenian kuda renggong
88% 12%
Tahu Tidak tahu
15%
85%
16 Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil kuisioner dapat disimpulkan :
Masyarakat rata-rata tahu akan keberadaan kesenian kuda renggong akan tetapi masih banyak juga masyarakat yang belum tahu akan makna, fungsi dan
nilai budaya yang terkandung dalam kesenian kuda renggong.
Seratus persen masyarakat yang pada umumnya pelajar Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa menjawab pentingnya sebuah media informasi yang
spesifik mengenai kesenian kuda renggong. Rata-rata alasannya adalah untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu diperlukan media informasi literatur yang spesifik mengenai
makna simbolis sebagai salah satu bagian yang ada pada kesenian kuda renggong
disamping estetika dalam pertunjukannya yang perlu diketahui banyak orang.
II.11 Usulan Perancangan
Usulan perancangan dari analisis masalah yang sudah didapatkan yaitu dengan
melalui media informasi agar semua orang khususnya generasi muda dapat
mengetahui informasi mengenai makna simbolis dan fungsi dibalik eksistensi dari
kesenian kuda renggong.
II.12 Khalayak Sasaran
Adapun khalayak sasaran yang menjadi sasaran dalam media informasi kuda
renggong ini, meliputi :
Demografis
Di tingkat usia ini merupakan masa perkembangan generasi muda yang masih
peduli terhadap perubahan lingkungan sosialnya, sehingga diharapkan masyarakat
khususnya generasi muda dapat peduli terhadap kesenian tradisional yang
dikhawatirkan hilang dari perkembangan jaman.
o Jenis kelamin laki-laki dan perempuan o Usia antara 16-30 tahun
o Pendidikan ditingkat Sekolah Menengah Atas dan tingkat awal Perguruan Tinggi
17
Psikografis
Secara psikografis, media informasi ini ditujukan kepada masyarakat khususnya
anak muda yang ruang lingkupnya masih menjalani pendidikan ditingkat Sekolah
Menengah Atas dan tingkat awal Perguruan Tinggi yang berminat mempelajari
kesenian tradisional dan juga yang masih aktif dalam membaca buku sebagai
referensi.
Geografis
Dalam segi geografis khalayak sasaran meliputi kawasan Kota/Kabupaten
18 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI
III.1 Strategi Perancangan
Konsep strategi perancangan dari media informasi ini adalah bertujuan untuk
memberikan wawasan dan informasi kepada masyarakat khususnya generasi
muda mengenai informasi dari proses penyajian dari pertunjukan kesenian kuda
renggong dan juga informasi dari makna-makna simbolis yang ada dalam
pertunjukan kesenian kuda renggong yang ada melalui ilustrasi foto. Melalui
media ilustrasi foto ini masyarakat akan dapat lebih mendapatkan gambaran dan
informasi mengenai makna dari eksistensi kesenian kuda renggong.
III.1.1 Tujuan Komunikasi
Dalam perancangan sebuah media informasi, tujuan berkomunikasi sangatlah
penting agar masyarakat yang menjadi khalayak sasaran mendapatkan informasi
yang tepat. Tujuan komunikasi dari perancangan media informasi ini adalah agar
masyarakat dapat memperoleh informasi dan wawasan serta lebih mengetahui
akan makna yang terkandung dalam kesenian kuda renggong melalui ilustrasi foto
sehingga diharapkan masyarakat terutama generasi muda sebagai khalayak
sasaran dapat melestarikan kesenian kuda renggong untuk ke depannya.
III.1.2 Pendekatan Komunikasi
Untuk menyampaikan sebuah informasi kepada masyarakat dibutuhkan sebuah
komunikasi yang baik agar informasi yang disampaikan mampu diserap dan
dimengerti masyarakat khususnya generasi muda sebagai khalayak sasaran,
karena itu dibutuhkan strategi pendekatan dalam berkomunikasi. Strategi
pendekatan komunikasi yang akan digunakan dalam media foto esai ini dibagi
menjadi 2 bagian, diantaranya yaitu : Pendekatan Visual
Pendekatan visual yang akan digunakan yaitu berupa ilustrasi foto, yaitu
19 dilanjutkan dengan menampilkan acara pertunjukan kesenian kuda renggong dari
awal hingga akhir acara. Menampilkan proses gambaran atau foto yang mewakili
makna yang terkandung dalam kesenian kuda renggong. Teknik pengambilan foto
dilakukan dari awal hingga akhir acara pertunjukan secara jujur dan spontanitas,
ini dimaksudkan agar khalayak sasaran dapat mengetahui sepenuhnya rangkaian
acara dan makna yang ada dalam acara kesenian kuda renggong secara fakta tanpa
ada rekayasa.
Gambar III.1 Pendekatan Visual Media Utama Sumber: http://www.sumedangdailyphoto.com/2012/04/
its-kuda-renggong-time.html (2015)
Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal berupa teks diperlukan untuk mendukung pendekatan visual
dalam foto dan isi teks menggunakan bahasa Indonesia formal dan bahasa Sunda
sebagai istilah, tujuannya agar informasi yang disampaikan dapat dipahami
dengan baik oleh masyarakat khususnya generasi muda sebagai khalayak sasaran.
III.1.3 Materi Pesan
Materi pesan yang akan disampaikan melalui media informasi ini adalah
menyampaikan bagaimana proses pelaksanaan pertunjukan, makna-makna
simbolis, fungsi, pakaian yang dipakai kuda renggong beserta anak sunatnya, alat
musik pengiring dan seluruh informasi dari kesenian kuda renggong ini dari awal
hingga akhir acara secara detail agar khalayak sasaran dapat mengetahui
informasinya dengan jelas. Sedangkan penggunaan beberapa istilah dalam bahasa
sunda digunakan seperlunya, karena istilah-istilah tersebut sudah ada sejak dulu
20 III.1.4 Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia formal dan bahasa Sunda
untuk istilah-istilah yang ada dalam kesenian kuda renggong, tujuannya agar
materi pesan yang akan disampaikan mudah dimengerti masyarakat sebagai
khalayak sasaran. Adapun penggunaan sedikit dari gaya bahasa metafora yang
berfungsi sebagai teks pendukung. Gaya bahasa metafora menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) ialah penggunaan kata atau gabungan kata yang bukan
merupakan arti yang sebenarnya, melainkan untuk menggambarkan atau
melukiskan suatu maksud.
III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan
Consumer Insight
Suatu emosi yang terbentuk didalam benak seseorang. Masyarakat yang ingin
mengetahui informasi dan ilmu pengetahuan tentang kebudayaan dan kesenian
tradisional yang ada di Indonesia dengan suatu desain yang menarik, agar desain
dapat menyatu dengan emosi atau keinginan masyarakat yang menjadikannya
tidak membosankan. Consumer Journey
Suatu aktifitas yang sering dilakukan oleh seseorang setiap harinya. Dimulai dari
bangun tidur, mandi, sarapan dan berangkat sekolah atau kerja, selesai dengan
rutinitas kuliah atau kerja mereka akan berkumpul bersama teman-temannya,
disitulah kadang perpustakaan ataupun toko buku menjadi salah satu tempat
menghabiskan waktu luang bagi mereka untuk menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan mereka.
III.1.6 Strategi Kreatif
Strategi kreatif yang dipakai dalam media informasi ini adalah lebih menekankan
informasi pada fotografi sebagai media utamanya dan sedikit teks yang berfungsi
sebagai keterangan. Karena melalui media foto yang merupakan salah satu cara
menarik untuk menyampaikn pesan, menceritakan sesuatu hal kepada orang lain,
apa yang sedang mereka lihat disekitarnya dan juga cara untuk mengungkapkan
21 sudah menjadi media yang ampuh untuk menyampaikan pesan kepada khalayak
luas (Gani, 2013). Warna objek yang dihasilkan foto merupakan warna asli dan
natural (full color).
III.1.7 Strategi Media
Menurut Yasin (dalam Sarjanaku, 2012), informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Informasi berguna untuk
pembuat keputusan karena informasi menurunkan ketidakpastian (atau
meningkatkan pengetahuan) informasi menjadi penting, karena berdasarkan
informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi objektif suatu
permasalahan. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta
yang dikumpulkan dengan metode tertentu yang disalurkan melalui media yaitu
media informasi. Media informasi adalah sarana yang digunakan untk
memberikan informasi peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada masyarakat umum
secara cepat, sehingga informasi yang akan disampaikan dalam bentuk media
akan lebih efektif dan cepat. Media informasi ini dapat terbagi menjadi 2 bagian
yaitu :
Media cetak : Buku, jurnal, laporan, surat kabar, koran majalah dan lain-lain
Media non-cetak : Internet, televisi, radio dan lain-lain
Strategi media yaitu strategi melalui alat atau media yang akan disampaikan
kepada khalayak sasaran, sebagai sarana agar informasi yang akan menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat sebagai khalayak sasaran.
Karena sasarannya adalah anak muda dan strategi kreatifnya yaitu media berupa
foto, maka dipilihlah strategi media berupa buku foto esai. Foto esai yaitu sebuah
rangkaian koleksi foto yang ditempatkan atau disusun secara spesifik untuk
menjelaskan atau memberitahukan sebuah proses dari kejadian atau peristiwa,
emosi dan konsep (Gani, 2013). Adapun media yang akan digunakan meliputi 2
22 III.1.7.1 Media Utama
Media utama yang digunakan adalah berupa buku foto esai yang didalamnya
memuat informasi foto mengenai eksistensi dan makna simbolis dari kesenian
tradisional kuda renggong. Karena melalui visual yang ada dalam buku foto esai
ini masyarakat akan lebih tahu dan mengerti isi pesan informasi yang akan
disampaikan, dibandingkan hanya melalui media informasi berupa teks saja.
Fungsinya agar anak muda tidak terlalu bosan melihatnya, sehingga teks hanya
dipakai sebagai pelengkap informasi saja dalam foto yang ada pada buku foto
esai.
III.1.7.2 Media Pendukung
Media pendukung merupakan media yang dibutuhkan untuk mendukung
informasi pada media utama. Adapun media pendukung yang akan digunakan
antara lain, yaitu : Poster
Poster ini berfungsi untuk mempromosikan media utama yaitu buku foto esai
kesenian kuda renggong. Poster ini akan ditempel disekitar toko buku dan tempat
lainnya seperti pada waktu ada pentas seni di Taman Seni yang bertempat di
Ujung Berung, Kota Bandung agar menarik perhatian khalayak sasaran untuk
membelinya. Poster ini akan dicetak dengan ukuran A3 yaitu 29,7 cm x 42 cm
dikertas art paper 210 gram. X-banner
X-banner berfungsi sebagai media untuk menarik perhatian pengunjung toko buku dan biasanya berisi informasi mengenai ketersediaan buku atau informasi buku
yang akan diterbitkan nantinya. X-banner ini seringkali dipakai karena fungsinya yang bisa berpindah-pindah tempat sesuai dengan keinginan dan biasanya
ditempatkan didalam atau luar ruangan seperti didekat pintu masuk toko buku
contohnya. X-banner ini dicetak dengan ukuran 60 cm x 160 cm dengan material Flexi Korea.
Flyer
23 dikunjungi oleh khalayak sasaran. Flyer ini dicetak dengan ukuran 14,8 cm x 21 cm menggunakan kertas art paper 150 gram.
Stiker
Stiker berfungsi sebagai merchandise pada saat pembelian dan juga sebagai tanda pengingat khalayak sasaran. Stiker ini akan dicetak offset dengan ukuran 8,5 cm x 8,5 cm menggunakan kertas Vinyl Doff.
Pembatas Buku
Pembatas buku berfungsi untuk menandai halaman pada saat pembaca akan
meneruskan sisa bacaan bukunya. Dan juga agar meminimalisir rusaknya buku
karena sering dilipat untuk menandai halaman karena tidak adanya pembatas
buku. Pembatas buku ini akan dicetak dengan ukuran 15 cm x 4cm dengan kertas
art paper 260 gram. Tas Spunbond
Tas Spunbond merupakan kemasan pada saat pembelian buku sekaligus merchandise untuk menarik perhatian khalayak sasaran. Fungsinya yaitu sebagai tempat menyimpan buku yang akan diberikan pada saat pembelian ditoko buku
Gramedia. Dalam pengerjaan tas Spunbond ini menggunakan teknik digital print.
T-shirt
Media pendukung selanjutnya yaitu t-shirt bergambar kesenian tradisional kuda renggong. T-shirt ini akan dipakai oleh orang yang bertugas menyebarkan poster dan flyer ke tempat-tempat dimana khalayak sasaran berada. T-shirt ini akan dicetak dengan ukuran all size menggunakan kain berjenis katun.
Jejaring Sosial
Media promosi selanjutnya yaitu melalui jejaring sosial seperti Facebook, Twitter
dan Instagram. Mengingat khalayak sasaran merupakan anak muda yang
merupakan penduduk kota besar yang sebagian besar aktif mengakses media
24 III.1.8 Strategi Distribusi
Strategi distribusi ini dilakukan agar media informasi buku foto esai ini dapat
tersalurkan secara merata. Distribusi atau penjualannya akan dilakukan ke
toko-toko buku seperti Gramedia. Hal ini dilakukan agar masyarakat mudah
mendapatkan buku ini. Dan juga disebarkan ke sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi yang ada di Kota Bandung dan juga disebarkan di Taman Seni Ujung
Berung Kota Bandung. Secara strategi geografisnya buku foto esai ini akan
disebarkan di Kota Bandung dan sekitarnya. Adapun jadwal pendistribusian akan
dilakukan yaitu sebagai berikut :
2 Poster Toko buku, Taman Seni
25 III.2 Konsep Visual
III.2.1 Format Desain
Format desain dari ukuran buku foto esai ini disetiap halamannya yaitu
menggunakan posisi vertikal, posisi foto yang melewati batas standar grid atau asimetris sampai ke halaman berikutnya sengaja dibuat dinamis agar foto terlihat
lebih mendominasi dibandingkan dengan teks yang hanya berfungsi sebagai
keterangan. Adapun rincian formatnya adalah sebagai berikut : Buku dicetak custom dengan ukuran B5 yaitu 17,5 cm x 25 cm Kertas yang digunakan berjenis art paper 150 gram
Jilid sampul buku yang digunakan softcover laminasi doff
Didalam buku terdapat pembatas buku dengan ukuran 4cm x 14,5cm dicetak dikertas art paper 260 gram.
Gambar III.2 Format Desain Sampul Buku Foto Esai Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
III.2.2 Tata Letak (Layout)
Menurut Amborse dan Harris dalam (Nathalia, 2014), layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan ke dalam sebuah bidang sehingga
membentuk susunan artistik. Hal ini bisa disebut juga manajemen bentuk dan
bidang. Adapun penerapan prinsip-prinsip layout dalam desain buku foto esai ini mengacu pada teori yang diaplikasikan oleh (Nathalia, 2014), yaitu :
26
Emphasis yaitu penekanan dibagian-bagian tertentu pada layout. Penekanan ini agar dapat langsung menarik perhatian pembacanya agar fokus pada bagian
yang penting
Keseimbangan/balance yaitu teknik mengatur keseimbangan terhadap elemen layout. Prinsip keseimbangan ini ada dua jenis, yaitu keseimbangan simetris
dan asimetris. Keseimbangan simetris yaitu menyeimbangkan tata letak dan
ukuran pada sisi berlawanan harus sama persis agar tercipta keseimbangan.
Sedangkan asimetris obyek-obyek yang berlawanan tidak sama atau tidak
seimbang.
Tata letak pada isi buku dibuat dinamis dengan menyimpan tata letak pada foto
yang lebih besar hingga melewati hal berikutnya. Hal ini dilakukan karena foto
merupakan unsur utama dan teks hanya berfungsi sebagai keterangan dalam buku
foto esai ini dan juga tata letak pada 6 buah foto yang digabung memanjang
horizontal berada dibagian bawah sebagai pelengkap atau tambahan untuk unsur
foto utama.
27 Gambar III.4 Tata Letak Layout isi buku
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
Menurut Sasmita(sasmitaarsitek.com,2014), Bauhaus adalah sebuah sekolah seni dan desain yang terkenal dengan keunikan pemaduan antara seni dan teknik dalam
produksi massal, yang dalam perkembangannya lebih dikenal sebagai nama sebuah gaya seni tersendiri, “Bauhaus Style”. Sekolah ini berdiri di Jerman dan sangat besar pengaruhnya dan berdiri pada tahun 1919, pertama kali dipimpin
oleh Walter Gropius (1883-1969) dan Ludwig Mies van der Rohe (1886-1969).
Ide dasar dari pola pengajaran dari Bauhaus adalah idealisme artistik itu sendiri dan dedikasi praktikal (keahlian praktik di dunia nyata). Setiap siswa harus
menyelesaikan pelajaran pengantar selama 6 bulan sebelum dia dapat memasuki
28 Gambar III.5 Gaya Desain Bauhaus
Sumber : http://www.sasmitaarsitek.com/wp-content/uploads/2014/05/bauhaus-graphic1.jpg (2015)
Tata letak pada media pendukung dibuat dengan gaya Bauhaus dinamis yaitu dengan membuat pengaturan grid diagonal pada font yang terdapat pada media pendukung poster, flyer dan x-banner. Dengan cara memodifikasi dari grid standar yang sudah ada atau membuat suatu grid baru yang fleksibel ini bertujuan untuk menciptakan sebuah desain layout yang dinamis dan artistik (Nathalia, 2014).
29 Gambar III.7 Tata Letak Layout Flyer
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
30 III.2.3 Huruf
Font yang digunakan pada headline dalam perancangan media buku foto esai kuda renggong ini adalah Colonna MT, sedangkan pada sub headline adalah Goudy Old Style. Font ini termasuk ke dalam jenis huruf Serif, karena karakter pada huruf ini berfungsi untuk memudahkan pembaca dalam membaca teks-teks
kecil. Serif juga memberikan kesan klasik, resmi dan elegan pada sebuah karya desain. Pada isi bacaan dalam buku dipilih jenis font Sans Serif yaitu font Helvetica agar memudahkan keterbacaan bagi pembaca (Nathalia, 2014).
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890
Gambar III.9 Font Colonna MT diaplikasikan pada judul Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890
Gambar III.10 Font Goudy Old Style diaplikasikan pada sub judul Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890
31 III.2.4 Ilustrasi
Fotografi berasal dari bahasa Inggris, yaitu photography. Sedangkan kata photography diadaptasi dari bahasa Yunani, yaitu photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti gambar atau menggambar. Secara harfiah, fotografi bermakna “menggambar dengan cahaya”. Oleh karena itu kegiatan fotografi dengan berbagai teknik hanya dapat dilakukan ketika ada cahaya. Tanpa cahaya,
tidak mungkin dapat dihasilkan sebuah foto. Apabila memahami sifat cahaya, kita
dapat lebih mudah memahami teknik-teknik dalam fotografi (Gani, 2013).
Menurut Sudjojo (dalam Gani, 2013), pada dasarnya fotografi adalah kegiatan
merekam dan memanipulasi cahaya untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan.
Fotografi dapat dikategorikan sebagai teknik dan seni. Fotografi sebagai teknik
adalah mengetahui cara-cara memotret dengan benar, mengetahui cara-cara
mengatur pencahayaan, mengetahui cara-cara pengolahan gambar yang benar, dan
semua yang berkaitan dengan fotografi sendiri. Sedangkan fotografi sebagai karya
seni mengandung nilai estetika yang mencerminkan pikiran dan perasaan dari
fotografer yang ingin menyampaikan pesannya melalui gambar/foto.
Teknik ilustrasi pada perancangan media utama buku foto esai kuda renggong ini
adalah melalui teknik fotografi dengan jenis fotografi esai foto. Foto esai yaitu
sebuah rangkaian koleksi foto yang ditempatkan atau disusun secara spesifik
untuk menjelaskan atau memberitahukan sebuah proses dari kejadian atau
peristiwa, emosi dan konsep (Gani, 2013). Oleh karena itu pentingnya membuat
konsep dalam membuat buku foto esai agar suatu peristiwa dan kejadian pada
pertunjukan kesenian kuda renggong dapat tersusun dengan baik dan mendapat
perhatian pembacanya.
Menurut Rizki (2014), foto-foto yang dipilih untuk menjadi foto esai harus
disusun menjadi cerita yang mempunyai narasi atau plot line menarik. Tata letak atau layout yang berperan dalam menghasilkan foto esai yang baik. Kobre (dalam Rizki, 2014) menegaskan, dalam pengaturan tata letak sebuah foto esai, foto
32 mengetahui kelanjutannya. Selanjutnya, foto-foto yang membangun cerita
menggiring pemirsa ke foto utama yang biasanya dipasang dalam ukuran yang
lebih besar dibandingkan foto-foto yang lainnya. Foto terakhir berfungsi sebagai
pengikat, sekaligus memperluas kedalaman dan arti dari keseluruhan peristiwa
yang ditampilkan, juga berfungsi sebagai penutup cerita. Menurut Wijaya (dalam
Rizki, 2014), sebuah foto yang sifatnya bercerita, dibutuhkan perpaduan antara
unsur teks, foto, dan tata letak atau layout. Bila salah satu dari ketiganya tidak bagus, akan memengaruhi hasil tampilan keseluruhan foto esai. Berikut ini
karakteristik sebuah foto esai, yakni:
Foto esai untuk satu halaman memiliki satu foto utama sebagai objek yang dicetak dalam ukuran paling besar dan dominan.
Foto utama bisa saja menampilkan emosi manusia, mood atau adegan yang mewakili keseluruhan cerita.
Foto pendukung lainnya dicetak dalam ukuran yang lebih kecil.
Foto-foto yang dipasang bukan merupakan pengulangan dari foto aktifitas yang sejenis.
Komposisi foto terdiri dari perpaduan bidikan long shot, medium shot dan close up.
Adapun beberapa teknik-teknik ilustrasi fotografi dalam media informasi buku
foto esai ini diantara lain, yaitu :
1. Objek
Objek foto dalam media informasi buku foto esai ini merupakan segala bentuk
proses dari pertunjukan kesenian kuda renggong. Teknik dalam pengambilan foto
objek sendiri menggunakan teknik ruang tajam gambar (depth of field). Ruang tajam gambar adalah wilayah ketajaman objek gambar yang dapat ditangkap oleh
lensa dan terekam pada film atau sensor digital kamera (Gani, 2013). Teknik ini
sangat berguna dalam proses pengambilan foto objek pada saat menangkap
momen-momen penting dalam sebuah peristiwa atau proses pertunjukan kesenian
33 informasi foto esai ini bersifat naratif dan sistematis sesuai dengan tahapan-tahapan proses yang ada pada pertunjukan kesenian kuda renggong.
2. Framing, Angle danKomposisi
Menurut Trihanondo (magetankab.go.id, 2013), teknik dasar-dasar pengambilan
foto yang biasa dilakukan ada beberapa hal, yaitu :
Framing yaitu kegiatan membatasi adegan/mengatur kamera sehingga mencakup ruang penglihatan yang diinginkan.
Angle yaitu sudut pengambilan gambar/foto.
Komposisi yaitu penyusunan elemen-elemen dalam sebuah pengambilan gambar, termasuk didalamnya adalah warna dan objek.
Dalam pengambilan objek foto dari rangkaian proses pertunjukan kesenian kuda
renggong ini masyarakat yang terlibat dalam acara dijadikan sebuah framing agar ruang tajam objek didapatkan, yaitu dengan menempatkan objek utama pada foto
dalam posisi yang sedemikian rupa sehingga dikelilingi elemen lain yaitu
masyarakat yang ikut dalam acara kesenian kuda renggong yang dijadikan sebuah
foreground (latar depan) yang merupakan framing dari objek utama yang akan
difoto, sehingga komposisi yang dihasilkan akan lebih baik. Kemudian
pengambilan objek foto melalui beberapa sudut pengambilan angle yaitu foto
diambil sejajar dengan objek foto (normal angle), foto yang diambil dari atas
objek foto (high angle) dan juga foto yang diambil dari bawah objek foto (low
angle), sehingga foto yang dihasilkan akan lebih variatif dan juga maksimal.
3. Warna dan Cahaya
Warna dari objek foto yang dihasilkan merupakan warna aseli dari objek foto
yang sebenarnya atau warna natural. Warna pada foto yang dihasilkan adalah foto
full color yaitu semua warna hampir ada dalam objek foto yang dihasilkan. Cahaya dominan pada foto yang dihasilkan merupakan cahaya alami yaitu cahaya
matahari, sehingga objek yang dihasilkan pun menjadi lebih natural.
Sedangkan ilustrasi yang ada pada sampul buku menggunakan teknik photo editing yaitu dengan cara menyatukan foto-foto hitam putih menjadi satu kesatuan yang memenuhi badan kuda renggong yang sedang bermain atraksi silat yang
34 terdapat makna-makna simbolis yang sebagian besar orang belum mengetahuinya.
Kemudian ilustrasi pada desain layout sampul pada buku dan sub bab pada isi buku
ditambahkan sebuah desain motif corak yang terdapat pada pakaian kuda renggong yaitu
motif Kote.
Gambar III.12 Desain layout motif Kote Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
III.2.5 Warna
Menurut Nathalia (2014), warna merupakan unsur penting dalam sebuah
perancangan obyek desain. Warna merupakan identitas sebuah obyek dan warna
juga merupakan salah satu elemen yang dapat menarik perhatian khalayak
sasaran. Dalam penggunaan warna pada perancangan desain buku foto esai ini
menggunakan warna coklat yang merupakan warna netral yang natural,
tradisional, hangat, klasik dan stabil yang menghadirkan kenyamanan dan
memberikan kesan kesejahteraan. Warna ini merupakan warna tersier hasil pencampuran warna primer yaitu warna merah, kuning dan biru. Warna oranye pada headline sampul dan headline isi dalam buku dipilih karena merupakan warna yang kontras jika dipadukan dengan warna coklat, sehingga mempermudah khalayak sasaran dalam keterbacaan. Begitu pula warna putih pada isi teks dalam
35 Gambar III.13 Warna yang diaplikasikan pada layout buku foto esai
Gambar III.14 Warna yang diaplikasikan pada headline buku foto esai
36 BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Media Utama
IV.1.1 Proses Perancangan Buku Kesenian Tradisional Kuda Renggong Proses pertama yang dilakukan yaitu mencari referensi data melalui buku dan
internet yang berhubungan dengan isi buku. Setelah data-data didapat, kemudian
selanjutnya membuat sebuah sketsa kasar atau storyboard dan storyline yaitu jalan cerita atau keterangan teks sebagai informasi yang akan disampaikan didalam
buku foto esai. Setelah semua konsep pada storyboard dan storyline selesai, selanjutnya yaitu proses pengambilan foto dilapangan dengan menggunakan
kamera DSLR merk Canon 60D, lensa zoom merk Canon 70-200mm f2.8 dan juga lensa kit merk Canon 18-55mm IS II.
Gambar IV.1 Kamera DSLR merk Canon 60D
37 Gambar IV.2 Lensa zoom merk Canon 70-200mm f2.8
Sumber : http://www.kenrockwell.com/canon/lenses/images/70-200mm-f28/D3S_7038-oblique-1200.jpg (2015)
Gambar IV.3 Lensa kit merk Canon 18-55mm IS II
Sumber : http://www.kenrockwell.com/canon/lenses/images/18-55mm-is-ii/18-55mm-is-ii-1200.jpg (2015)
Setelah semua stok foto sudah didapatkan kemudian dilakukan editing foto dikomputer, mulai dari pengaturan kontras, brightness, saturasi warna, cropping
foto, penggabungan beberapa foto menjadi satu gabungan foto, dan juga
38 proses pencetakan. Berikut ini merupakan tahap-tahap dari proses perancangan
buku foto esai kesenian tradisional kuda renggong :
1. Dimulai dari proses pembuatan storyline, yaitu sejarah awal tempat munculnya kesenian kuda renggong, kemudian perkembangannya di Kota
Bandung, pengenalan dari pakaian dan dan alat musik yang dipakai oleh kuda
renggong dan aktifitas persiapan dari kuda renggong, rangkaian acara dari
pertunjukan kesenian kuda renggong berikut makna yang ada dalam rangkaian
pertunjukan dari awal hingga akhirnya kuda renggong kembali ke tempat
asalnya tinggal.
2. Kemudian selanjutnya storyline tersebut dibuat pada storyboard atau sketsa kasar sebagai gambaran alternatif untuk selanjutnya dilakukan proses
pengambilan foto dilapangan.
39 3. Tahap berikutnya pengambilan foto dilapangan dengan menggunakan media
kamera DSLR Canon 60D.
Gambar IV.5 Hasil Pengambilan Foto Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
4. Proses cropping pada foto dengan perbandingan 1:1 (square), berikut penambahan saturasi, kontras dan brigthness pada foto menggunakan software
Adobe Photoshop CC.
5. Proses penggabungan beberapa foto menggunakan software Adobe Photoshop
CC.
6. Proses digital imaging yaitu menyatukan beberapa kumpulan foto yang sudah diproses menjadi warna hitam putih dengan karakter kuda yang sudah
diseleksi untuk bagian sampul menggunakan software Adobe Photoshop CC. 7. Proses editing selection pada bagian alat musik dan juga pakaian kuda
renggong menggunakan software Adobe Photoshop CC.
8. Tahap selanjutnya yaitu teknik tracing pada salah satu motif yang ada pada pakaian kuda yaitu motif Kote untuk kemudian diaplikasikan pada layout sampul bagian depan dan belakang serta layout pada sub bab menggunakan software Adobe Ilustrator CS6.
40 meliputi pengaturan tata letak, warna dan juga penambahan teks atau
copywrite pada layout.
10.Setelah semua proses yang meliputi editing, tracing, tata letak dan penambahan copywrite selesai, kemudian selanjutnya merupakan tahap akhir yaitu proses pencetakan menjadi karya nyata.
Gambar IV.6 Hasil Akhir Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
IV.1.2 Konsep Visual Sampul Depan dan Belakang
Pada bagian sampulbagian depan terdapat visual foto seekor kuda renggong yang
sedang berdiri dengan seluruh bagian badan dipenuhi foto-foto kecil berwarna
hitam putih kecuali dengan pakaiannya, maksud dari visual ini sendiri yaitu
menggambarkan bahwa terdapat banyak sisi lain disamping estetika seni dari
pertunjukan kuda renggong yaitu makna simbolis. Sedangkan pada headline yang dipilih yaitu nama dari keseniannya sendiri “Kesenian Tradisional Kuda Renggong” yaitu memberi tahukan bahwa buku ini menjelaskan tentang kesenian tradisional kuda renggong, kemudian pada sub headlinedipilih kata “Makna yang Terbias”, maksudnya yaitu terdapat makna simbolis dibalik pertunjukan kesenian kuda renggong yang sebagian besar orang tidak mengetahuinya.
41 sebagai elemen desain pada buku. Warna cokelat yang pada layout dipilih karena merupakan warna netral yang natural, hangat, klasik dan stabil yang merupakan
identitas dari warna tradisional dan juga memberikan kesan memunculkan foto
dari kuda renggong.
Ukuran : B5 (17,5cm x 25cm)
Material : Artpaper 260 gram + Soft Cover laminasi Doff Teknis Produksi : Cetak Offset
Gambar IV.7 Sampul depan dan belakang Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
IV.1.3 Isi Buku
Didalam isi yang terdapat dalam buku ini, visual foto menjadi media utama dalam
menyampaikan informasi, adapun isi teks berupa tulisan yaitu keterangan yang
menjelaskan informasi pada foto. Terdapat 3 bab dalam buku ini yaitu
diantaranya:
42
Sub bab 2 “Persiapan Pertunjukan” yaitu bahasan dan visual mengenai persiapan kuda dan alat musik sebelum pertunjukan.
Sub bab 3 “Pelaksanaan dan Makna Simbolis” yaitu bahasan dan visual mengenai bentuk penyajian dalam pertunjukan kuda renggong dan
makna-makna simbolis yang terkandung dalam kesenian kuda renggong.
Ukuran : B5 (17,5cm x 25cm)
Material : Artpaper 150 gram Teknis Produksi : Cetak Offset
43 IV.2 Media Pendukung
IV.2.1 Poster
Media poster ini digunakan untuk mempromosikan dan menginformasikan bahwa buku mengenai “Kesenian Tradisional Kuda Renggong” akan segera diterbitkan. Penempatan poster ini akan disimpan ditempat umum seperti di Taman Seni
Ujung Berung yang merupakan tempat yang khusus mengadakan pentas seni
tradisional, kemudian dipapan pengumuman seperti disekolah-sekolah dan
perguruan-perhuruan tinggi di Kota dan Kabupaten Bandung dan juga di Toko
Buku Gramedia sebagai tempat dijualnya buku ini.
Ukuran : A3 (42cm x 29,7cm)
Material : Artpaper 210 gram Teknis Produksi : Cetak Offset
Gambar IV.9 Poster
44 IV.2.2 Flyer
Flyer merupakan media informasi yang bisa disebarkan ditempat umum seperti di taman-taman kota, sekolahan, perguruan tinggi dan juga tempat-tempat keramaian
umum lainnya.
Ukuran : A5 (14,8cm x 21cm)
Material : Artpaper 150 gram Teknis Produksi : Cetak Offset
Gambar IV.10 Flyer
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
IV.2.3 Pembatas Buku
Pembatas buku merupakan bagian dari merchandise yang disimpan dalam buku berfungsi sebagai penanda halaman yang sudah dibaca, selain itu juga untuk
meminimalisir kerusakan pada isi buku karena seringnya pembaca melipat isi
dalam buku untuk menandai sebuah halaman.
Ukuran : 4cm x 14,5cm
45 Gambar IV.11 Pembatas Buku
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
IV.2.4 Tas Spunbond
Tas Spunbond merupakan kemasan pada saat pembelian buku sekaligus merchandise untuk menarik perhatian khalayak sasaran. Fungsinya yaitu sebagai tempat menyimpan alat tulis dan buku yang akan diberikan pada saat pembelian
ditoko buku Gramedia. Dalam pengerjaan tas Spunbond ini menggunakan teknik digital print.
46 IV.2.5 Stiker
Stiker berfungsi sebagai merchandise pada saat pembelian dan juga sebagai tanda
pengingat khalayak sasaran.
Ukuran : 8,5cm x 8,5cm
Material : Vinyl Doff Teknis Produksi : Cetak Offset
Gambar IV.13 Stiker
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
IV.2.6 X-Banner
X-banner berfungsi sebagai media untuk menarik perhatian pengunjung toko buku dan biasanya berisi informasi mengenai ketersediaan buku atau informasi buku
yang akan diterbitkan nantinya. X-banner ini seringkali dipakai karena fungsinya yang bisa berpindah-pindah tempat sesuai dengan keinginan dan biasanya
47 Ukuran : 60cm x 160cm
Material : Flexi Korea Teknis Produksi : Cetak Offset
Gambar IV.14 X-Banner
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
IV.2.7 Jejaring Sosial
Media promosi selanjutnya yaitu melalui jejaring sosial seperti Facebook, Twitter
dan Instagram. Mengingat khalayak sasaran merupakan anak muda yang
merupakan penduduk kota besar yang sebagian besar aktif mengakses media
48 Media
Website : Facebook
Username : Kesenian Tradisional Kuda Renggong
Link : https://www.facebook.com/pages/Kesenian-Tradisional-Kuda
Renggong
49 Media
Website : Twitter
Username : @kuda_renggong
Link : https://twitter.com/kuda_renggong
50 Media
Website : Instagram
Username : @kuda.renggong
Link : https://instagram.com/kuda.renggong
51 IV.2.8 T-shirt
Media pendukung selanjutnya yaitu t-shirt bergambar kesenian tradisional kuda renggong. T-shirt ini akan dipakai oleh orang yang bertugas menyebarkan poster dan flyer ke tempat-tempat dimana khalayak sasaranberada.
Ukuran : All Size Material : Kain Katun
Teknis Produksi : Digital Print
52 untuk pemula. Bandung : Nuansa Cendikia.
Nalan, Arthur S. dan Ganjar Kurnia. (2003). Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung : Disparbud Jabar & PDP UNPAD.
Rizki. (2014). Foto Esai Suatu Pengantar. Bandung : PT Simbiosa Rekatama Media
Sedyawati, Edi. (2014). Kebudayaan di Nusantara. Depok : Komunitas Bambu. Soepandi, Atiek, dkk. (1994). Mengenal Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat.
Bandung : CV. Sampurna.
PENELITIAN
Sarip. (2015). Wawancara tentang Kesenian Tradisional Kuda Renggong. Kampung Garung RT 01/01, Desa Cilengkrang, Kecamatan Cilengkrang,
Kota Bandung
WEBSITE
Basundoro, Purnawan. (2012, Desember 4). Kesenian Tradisional Di Tengah Arus Modernisasi. Diakses dari: http://basundoro-
fib.web.unair.ac.id/artikel_detail-67666-Sejarah-KESENIAN%20TRADISIONAL%20DI%20TENGAH%20ARUS%20M
ODERNISASI.html#_ftn3. Diakses pada 5 Juni 2015
Sanjaya, Yasin. (2011, November 1). Pengertian Informasi Menurut Para Ahli. Diakses dari :
http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-informasi-menurut-para-ahli.html. Diakses pada 13 April 2015
Sasmita, Kapindro. (2014, Mei 2014). Desain Dan Produk Gaya Bauhaus. Diakses dari :
53 Trihanondo, Donny. (2013, Juni 2013). Teknik dan Komposisi
Fotografi/Sinematografi. Diakses dari :
http://www.magetankab.go.id/sites/default/files/documents/formulir/Tekni
k-Dasar-Komposisi-Fotografi-Sinematografi-final1.pdf. Diakses pada
61 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Irfan Akbar Affandi
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 18 Maret 1990
Alamat : Jl. Mekar Jati dalam 2 No. 199 RT 05/05, Cibiru
Telp/HP : 08996933018
Email : ivan.affandi.18@gmail.com
Website : http://irfanakbaraffandi.web.id
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Riwayat Pendidikan
1997 – 2002 : SDN 2 Cibiru 2002 – 2005 : SMPN 1 Cileunyi
2005 – 2008 : SMKN 7 Bandung
2011 – 2015 : Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia
Pengalaman Kerja