RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
a. Nama : Rendra Prawijaya K.D
b. Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 14 November 1989
c. Status Perkawinan : Belum Kawin
d. Alamat Lengkap : Jl.Trs.Pasirkoja No.194/91 RT.03/RW.02
Bandung
e. Nama Ayah : Yana Suryana
f. Pekerjaan Ayah : Wiraswata
g. Nama Ibu : Iis Sugriati
h. Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Pendidikan Formal
a. TK Khusnul Khotimah : 1996
b. SD Negeri Pagarsih Bandung : 1996 s/d 2002
c. SMP Pasundan 2 Bandung : 2002 s/d 2005
d. SMA Pasundan 2 Bandung : 2005 s/d 2008
e. Desain Komunikasi Visual ( D3 )
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BAND RESPECT
DK 26313/Tugas Akhir
Semester I 2012-2013
Oleh :
Rendra Prawijaya K.D
52108006
Program Studi Desain Grafis
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bandung, Januari 2013
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………. ... i
DAFTAR ISI ……… ii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ..v
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI ………. ...vi
DAFTAR TABEL ……… ....vii
Bab I Pendahuluan ………. ...1
I.1 Latar Belakang Masalah ………...………. 1
I.2 Identifikasi Masalah ………. .... 2
I.3 Tujuan Perancangan ……….. ... 2
I.4 Sistematika Penulisan ……… ... 3
Bab II Identifikasi Data ……….. ..5
II. 1 Pengertian Media Informasi……… ... 5
II.1.1 Jenis Media Informasi ... .5
II.1.2 Peran dan Fungsi Media Informasi ... 6
II.1.2.1 Peran Media Massa ... 6
II.1.2.2 Fungsi Media Massa ...7
II.2 Pengertian Musik Underground ……….. ...8
II.3 Sejarah Musik Underground……….. ...8
II.3.1 Underground' Era Revolusi Industri ………. ...9
II.3.2 Underground Era Flower Generation ……….… ...10
II.3.3 Underground Era Orla ……… ...13
II.3.4 Underground Era Orba ……….. ...14
II.3.5 Underground di Ujungberung ………. ...17
II.3.6 Radikalisme Ideologi DIY Ujungberung ………...18
II.3.7 Counter Culture ……….. ...20
iii
II.5 Khalayak Sasaran………. ...24
II.5.1 Geografis ………. ...24
II.5.2 Demografis ……… ...24
II.5.3Psikografis ...25
Bab III Perancangan Media Informasi Band Respect ...26
III.1 Strategi Komunikasi ...26
III.2 Tujuan Komunikasi ...26
III.3 Materi Pesan ...26
III.4 Konsep Visual ...27
III.4.2 Warna ...27
III.4.3 Tipografi ...27
III.5 Strategi Media ...28
III.5.1 Media Utama ...29
III.5.2 Media Promosi ...29
III.5.2.1 Poster ...29
III.5.2.2 Banner...29
III.5.2.3 T-shirt ...29
III.5.2.4 Handband ...29
III.5.2.5 Tote bag ... 30
III.5.3 Media Pengingat ...30
III.5.3.1 Stiker ...30
III.5.3.2 Pembatas Buku ...30
III.5.4 Gimmick ...30
III.5.4.1 Pin ... ...30
III.5.4.2 Pick gitar ………... ...30
Bab IV Teknis Produksi ...31
IV.1 Media Utama ...31
iv
IV.2.1 Pembuatan Sinopsis ………. ...31
IV.2.2 Pembuatan Sketsa ……….. ....31
IV.2.3 Penjadwalan Foto Sesi ………. ..32
IV.2.4 Teknik Editing ……… ...33
IV.2.4.1 Menyunting Gambar ………. ...33
IV.2.4.2 Colouring……… .34
IV.2.4.3 Teknik Editing layout………. ..35
IV. 3 Teknik Penunjang ………. ...36
IV.3.1 Teknik Pengadaan events……….. ...36
IV.4 Media Promosi ………. ...37
IV.4.1 Poster ...37
IV.4.2 Banner ……….. ...38
IV.3.3 T-shirt ………. ...39
IV.3.4 Handband ……….. ...39
IV.3.5 Tote Bag ……… ...40
IV.5 Media Pengingat ……… ...41
IV.5.1 Stiker ……….. ...41
IV.5.2 Pembatas Buku ……… ...42
IV.6 Gimmick……… ...42
IV.6.1 Pin……… ...42
IV.6.2 Pick Gitar ……… ...43
Daftar Pustaka ……… ..44
44 DAFTAR PUSTAKA
Chaffey, D & & Smith, PR. (2008). E-marketing : Excellence, UK: Butterworth-Heinemann
Davis, Gordon B. (1974) ”Management Information System: Conceptual
Foundation, Structure, and Development”. Aucklland: McGraw-Hill International Book Company. http://blog.re.or.id/definisi-informasi-2.htm [ 28 Mei 2009]
D. Lasswell, Harold., & Kaplan, Abraham. (1970). Power and Society. New Haven: Yale University Press.
De vito, Joseph. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Book Fadiani, Amadea. (2012). Perancangan Komunikasi Visual Buku Biografi Band
White Shoes & The Couples Company “White Shoes & The Couple
Company; Pelan Tapi Pasti”. Jakarta: DKV Binus New Media Department
Heinich. (1993). Instructional Media and the Technologies of Instruction. New York: McMillan Publishing Company.
Kharisma H Prabowo, Janet. (2010). Mbok Mase Dalam Sejarah Butik Laweyan. Bandung: Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
McQuail, (1987). Teori Komunikasi Massa ed. 2, Jakarta: Erlangga
Purnama Sidiq, Mochamad. (2011). Pengenalan Permainan Tradisional Egrang Bambu Kepada Anak Usia Dini. Bandung: Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
Ricky Adi Mahardhika, Ricky Adi., Irawan, Andjrah Hamzah. (2012).
Perancangan Buku Biografi Visual Pure Saturday. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
Rolling Stone Indonesia Magazine. (2009). Perkembangan Musik Underground Article. Jakarta: JHP Media
Solomon, R. Michael. (1997). Costumer Behaviour (6th ed). New York: Prentice Hall.Inc
_____________, 2012, Pengertian musik underground, [Online]
45
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang sangat pesat banyak merubah dan mempengaruhi
banyak hal di kehidupan kita sehari – hari, dengan akses internet masyarakat
begitu mudah mendapatkan informasi tentang banyak hal baik positif dan negatif.
bahkan perkembangan seni dan budaya terus menerus berubah sesuai dengan
pengaruh globalisasi, begitu pula perkembangan musik di Indonesia. Bandung
yang terkenal dengan daya kreatifitas yang tinggi, banyak melahirkan band – band
yang memiliki musikalitas yang unik, kemampuan bermusik yang maksimal, dan
talenta menulis lirik yang bisa diancungi jempol.
Salah satu band yang memiliki musikalitas yang unik yaitu band Respect. Band
Respect terbentuk pada awal tahun 2011 di Bandung, band ini mengusung aliran musik hardcore, beatdown, metal dengan meyatukan beberapa jenis aliran musik dalam lagu, membuat band respect memiliki ciri khas tersendiri. Sehingga lagu yang dibawakan oleh band tersebut dapat dengan mudah dikenali oleh penikmat
musik. Namanya pun mulai tidak asing lagi dikalangan mencinta musik
underground di kota Bandung. Antusiasme terhadap band tersebut terlihat dari semakin banyak penggemarnya terlihat dari jumlah dalam event-event tertentu. Band Respect mengembangkan namanya melalui media online seperti facebook,
2 Band Respect terdiri dari 5 anak muda yang berambisi merubah scene hardcore
agar lebih berani menunjukan skill, power dan totalitas dalam bermusik. Pada pertengahan tahun 2011 respect mengeluarkan single pertama mereka yg ber-title "You Can't take what we have" yang mendapat respon positif dari masyarakat bandung. Dan untuk menunjukan eksistensinya di dunia musik, awal tahun 2012
Respect merilis EP album "This is Us".
Oleh sebab itu penulis ingin mencoba mengangkat konsep Fotografi Sebagai
Media Promosi Respect Band yang Beraliran Musik Underground di Kota Bandung sebagai keperluan pengerjaan tugas akhir.
I.2 Identifikasi Masalah
1. Respect merupakan band indie yang memiliki genre musik yang unik dan
punya prestasi, namun tidak semua masyarakat mengenal band Respect.
2. Perkembangan musik indie di Indonesia makin maju, dibarengi dengan
munculnya band-band baru yang sesuai permintaan pasar dibawah label
major saat ini, membuat masyarakat kurang mengetahui perkembangan
musik lain (indie).
3. Persaingan dan perkembangan band bergenre underground di Bandung
termasuk pesat, namun media untuk mempromosikan band Respect masih
terbatas.
I.3 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan yang ingin penulis berikan dalam pembuatan karya media
3 1. Memperkenalkan karya media informasi dengan teknik fotografi esay
yang tepat dan bisa memunculkan karakter dari band Respect yang membawakan musik beraliran underground.
2. Menciptakan karya media informasi dengan cara menonjolkan sisi
karakter dari band Respect dengan teknik fotografi yang benar dan bervariasi.
3. Perkembangan musik indie di Indonesia makin maju, di barengi
dengan munculnya band-band yang sesuai permintaan pasar dibawah
label major saat ini, membuat masyarakat khususnya pecinta musik
kurang mengetahui perkembangan musik lain (indie)
4. Belum ada yang membuat media informasi buku band respect.
I.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II IDENTIFIKASI DATA
Dalam bab ini berisikan pengertian music underground, sejarah
perkembangan musik underground, profile band respect yang beraliran
underground, pengertian photography serta yang menjadi target dari media informasi.
BAB III KONSEP PERANCANGAN
Dalam bab ini berisikan konsep-konsep yang akan diterapkan penulis seperti
4 BAB IV VISUALISASI
Dalam bab ini berisikan rekomendasi karya yaitu media penunjang dari hasil
karya fotografi yang dapat diterapkan dalam media buku, poster,
t-shirt, stiker, pin, hand band, banner, tote bag, pick gitar dan pembatas buku BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari pembahasan masalah
5
BAB II
IDENTIFIKASI DATA
II.1 Pengertian Media Informasi
Menurut Heinich (1993), media merupakan alat saluran komunikasi. Media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang
secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan dengan penerima
pesan. Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan
tercetak, komputer, dan instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan
sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Heinich juga mengaitkan hubungan antara media dengan
pesan dan metode. Sedangkan informasi adalah data yang telah diolah menjadi
suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang
dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan
keputusan yang akan datang. (Gordon, 1974)
Media informasi yang ditujukan untuk orang banyak disebut Media massa, adalah
suatu istilah yang mulai dipergunakan dari tahun 1920-an untuk mengistilahkan
jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas.
II.1.1 Jenis Media Informasi
Menurut Setyowati (2006),media massa saat ini dibagi menjadi
beberapa jenis, antara lain:
6
Media massa jenis ini mempunyai jangkauan wilayah tertentu
sesuai dengan tema informasi yang disajikan. Media massa cetak
biasanya mempunyai tingkat aktualitas yang cukup cepat, yaitu
sekitar persatu hari untuk surat kabar, dan perbulan untuk majalah.
b. Media non Cetak : radio, TV, internet, film.
Jenis media massa ini isinya disebarluaskan melalui suara atau
gambar dengan menggunakan teknologi elektro. Media massa non
cetak khususnya televisi saat ini merupakan media massa yang
cukup diminati. Karena mempunyai unsur audio dan visual, serta
murah maka media ini menjadi pilihan sebagai hiburan dan
informasi bagi masyarakat. Sedangkan media online yaitu internet
dimasyarakat sudah menjadi lebih dari sekedar media informasi,
namun bagi beberapa orang media ini temasuk menjadi bagian dari
gaya hidup. Karena dari segi jangkauan media ini memiliki area
yang paling luas dari semuanya.
II.1.2 Peran dan Fungsi Media Informasi
II.1.2.1 Peran Media Massa
Denis McQuail, Mass Communication Theory (Teori Komunikasi
Massa), Erlangga, 1987Peran yang dimainkan media massa selama
ini, yakni:
1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta
menghidupkan industri lain utamanya dalamperiklanan/promosi.
2. Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi
7
3. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
4. Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup
dan norma.
5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan
masyarakat.
II.1.2.2 Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massasebagaimana
dikemukakan para ahli sebagai berikut.
Harold D. Laswell:
1. Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain)
De Vito:
1. Menghibur
2. Meyakinkan – untuk iklan, mengubah sikap, call for action. 3. Menginformasikan
4. Menganugerahkan status - menunjukkan kepentingan orang-orang
tertentu; name makes news. Perhatian massa = penting.
5. Membius - massa terima apa saja yang disajikan media.
8 II.2 Pengertian Musik Underground
Musik underground merujuk ke berbagai macam sub-genre musik yang biasanya
mengembangkan sub-budaya sendiri meskipun tanpa permintaan pasar khalayak
ramai, kurang dikenali dan bukan musik yang komersil. Band underground dan para artis-artisnya sering membuat kontrak dengan perusahaan rekaman
independen. Mereka biasanya mempromosikan musik di tempat-tempat kecil, dari
mulut ke mulut, situs internet, fanzine dan sekolah atau komunitas radio.
II.3 Sejarah Musik Underground
Musik underground merujuk ke berbagai macam sub-genre musik yang biasanya
mengembangkan sub-budaya sendiri meskipun tanpa permintaan pasar khalayak
ramai. Band underground dan para artis-artisnya sering membuat kontrak dengan perusahaan rekaman independen. Mereka biasanya mempromosikan musik di
tempat-tempat kecil, dari mulut ke mulut, situs internet, fanzine dan sekolah atau komunitas radio.
Underground, Jika dirunut pada sejarah masuknya musik rock ke Indonesia,
khususnya Bandung, diawali sejak tahun 70-an. Musik rock yang masuk ke
Indonesia berasal dari Amerika dan Eropa. Pada tahun 50-60an tatanan nilai dan
budaya benua Eropa dan Amerika masih sangat konservatif. Nilai-nilai budaya
baru yang diciptakan para generasi muda pada saat itu dianggap tabu dan
dianggap sebagai ide-ide yang subversif. Pada tahun 50-an para seniman di
Prancis dan Inggris biasa mengekspresikan karya mereka di subway atau stasiun
9
fasilitas atau gedung-gedung kesenian pada saat itu. Karena dinilai karya-karya
mereka mengandung muatan-muatan pemberontakan pada pemerintahan dan
dianggap menghujat nilai-nilai konservatif gereja pada saat itu. Karya-karya yang
dipertunjukan pada saat itu memang hanya diketahui kalangan terbatas. Karya
yang diciptakan pada saat itu menjadi semacam 'basic' bagi perkembangan semua
karya seni yang ada sekarang. Dari sinilah istilah 'underground' untuk pertama
kalinya muncul.
II.3.1 Underground' Era Revolusi Industri
Di tahun yang sama juga benua Eropa mengalami revolusi industri. Ketika
sektor-sektor industri di Eropa melakukan transformasi teknologi yang
drastis. Demi efesiensi dan mempercepat kapasitas produksi pasca
berakhirnya perang dunia kedua pabrik-pabrik di Eropa mengganti tenaga
kerja manusia dengan mesin. Hal ini berdampak pada banyaknya
pengangguran dan menimbulkan masalah sosial. Di Inggris lahirlah
kelompok-kelompok buruh yang terkena PHK mengorganisir diri ke dalam
kelompok berbagai organisasi 'working class'. Dengan dandanan khas rambut plontos t-shirt putih dan bersepatu boots dr.Martens, setiap malam
mereka menggelar pentas-pentas musik di subway serta melakukan 'squat'
atau reclaiming terhadap gedung-gedung kosong bergabung dengan para imigran dari Jamaika, Maroko, dan Afrika. Lirik yang disampaikan adalah
lirik protes terhadap kondisi sosial dan kesetiakawanan. Dari sinilah muncul
10
sosial pada saat itu. Kelompok ini terbagi lagi menjadi beberapa ideologi.
Ada yang cenderung fasis dan ultra nasionalis dan pastinya jadi rasis. Ada
juga yang berideologi kesetaraan dan anarkis. Dari sinilah lahir budaya
'punk' dengan segala macam aktifitas seni dan gerakan politisnya.
Puncaknya adalah ketika terjadi peristiwa Paris '68 di Prancis. Pada saat itu
mahasiswa sebagai bagian dari 'middle class' atau kaum intelektual melebur
bersama para kaum 'underground' dan kaum miskin kota dalam hal ini
korban PHK akibat dampak dari revolusi industri melakukan demonstrasi
besar-besaran menuntut perbaikan ekonomi. Selama berminggu-minggu
mereka membuat barikade di jalan-jalan kota Paris dan melakukan aksi
mogok secara nasional. Hingga akhirnya pemerintah Prancis melakukan
reformasi total di segala bidang. Salah satu alumnus peristiwa Paris '68
adalah Malcolm Mc Laren yang jadi manajer band punk rock kontroversial
sepanjang masa, Sex Pistols.
II.3.2 Underground Era Flower Generation
Kondisi di Amerika kurang lebih mirip. Di Amerika pada tahun 50-an masih
menganut sistem politik apartheid dan perbudakan. Masyarakat sosial
Amerika pada saat itu terbagi menjadi tiga kelas sosial utama. Kelas borjuis
yaitu kaum pengusaha, birokrat dan agamawan yang cenderung rasis dan
menjunjung tinggi semangat 'white supremacy'. Kaum tehnokrat yang terdiri kaum intelektual dan mahasiswa. Kaum buruh yang terdiri dari budak-budak
kulit hitam. Pembagian strata sosial ini membawa dampak pada pola
11
dari benua afrika oleh hukum yang berlaku pada saat itu mendapatkan
perlakuan yang tidak manusiawi. Gaji yang tidak sesuai dengan porsi kerja
dan tindakan diskriminatif di segala bidang. Semua gerak langkah mereka
dibatasi hingga menimbulkan rasa frustasi yang begitu mendalam.
Satu-satunya saluran ekspresi mereka adalah lewat media musik. Mereka
biasanya dipisahkan dari lingkungan kulit putih dengan cara kolonisasi.
Dibuatkan area perkampungan yang kumuh atau dikenal dengan istilah
'ghetto' dan sengaja dibuat miskin secara sistematis hingga menimbulkan kerawanan sosial.
Setiap malam sehabis lelah bekerja mereka biasanya berkumpul dan
memainkan musik. Musik yang diciptakan adalah musik yang sifatnya
sangat personal. Musik yang menjadi ekspresi pribadi dalam
mengekspresikan segala kesumpekan dalam diri. Lahirlah kemudian jazz
dan blues. Musik yang cenderung instrumental. Karena pada saat itu
membuat lirik yang bernada protes sosial apalagi dilakukan oleh kulit hitam
merupakan pelanggaran berat. Mereka membentuk komunitas dan
menggelar konser-konser sederhana di bar-bar kulit hitam. Saling
berekspresi dan mengapresiasi sambil meneriakan protes-protes lewat
nada-nada sendu dan bernuansa kelam. Kalaupun memakai lirik maka
pengucapannya dilakukan dengan cepat, bergumam dan menggunakan
'bahasa kode' yang hanya dimengerti oleh komunitas itu sendiri. Musik yang
pada saat itu sangat diharamkan untuk didengar apalagi dimainkan oleh
12
Dari sinilah muncul sikap DIY [do-it-yourself]. Para musisi kulit hitam ini membuat perusahaan rekaman 'motown records' yang khusus memproduksi artis-artis kulit hitam dan mendistribusikannya ke setiap koloni-koloni yang
tersebar di seantero benua Amerika. Mereka membuat jaringan komunikasi
dan media komunitas kulit hitam. Mulai mengorganisir diri dalam gerakan
yang lebih ke arah politis. Salah satunya organisasi 'black panther'. Lahirlah pionir pejuang-pejuang kemanusiaan yang mengusung isu kesetaraan hak,
diantaranya Malcolm X dan Martin Luther King. Hingga suatu saat Elvis
Presley mendobrak budaya konservatif tersebut. Diam-diam dia mendatangi
bar-bar kulit hitam yang menampilkan musik blues dan jazz. Dia terinspirasi
dari aliran musik tersebut hingga digabungkan dengan musik country.
Lahirlah rock&roll.
Musik yang pada saat itu mengalami penolakan keras dari kaum konservatif
dan kalangan gereja. Rock&roll pada jaman Elvis disebut sebagai 'musik pemuja setan'. Karena iramanya dianggap mendorong anak muda untuk
berjoget seronok dan membangkang pada orangtua. Ketika Amerika
mengalami krisis ekonomi berkepanjangan akibat perang dunia kedua dan
terlibat dalam perang Vietnam, beberapa kalangan seniman 'underground', kalangan akademisi dan para veteran perang menggelar aksi protes anti
perang Vietnam serta menuntut perbaikan kehidupan sosial dan ekonomi.
Mereka menggelar panggung-panggung festival musik secara besar-besaran.
Contohnya adalah Woodstock pada tahun 1969. Panggung tersebut diisi
13
generation' yang sudah bosan dengan segala kebijakan konservatif yang mereka nilai tidak sejalan dengan semangat perubahan jaman. Namun
kembali gerakan ini tidak berlangsung lama dikarenakan terjadi proses
komodifikasi dan eksploitasi besar-besaran oleh para pelaku industri
mainstream. Terutama industri yang bergerak di bidang hiburan dan fashion.
Pada akhirnya hanya dua elemen nilai itulah yang 'dijual' dan sampai ke
khalayak. Band-band heavy metal pada era itu sudah tidak dianggap 'underground' lagi. Beberapa pelaku sub-kultur akhirnya menolak cara-cara tersebut dan lebih memilih kembali pada jalur 'underground' serta
mengembangkan sistem mereka sendiri. Pada era 70-an para pelaku
komunitas sub-kultur ini telah mampu menciptakan dan mengembangkan
berbagai penyikapan alternative untuk melawan arus mainstream. Lahirnya
industri indie label yang mengakomodir semangat independensi dan
berbagai macam media independen adalah salah satu contohnya.
II.3.3 Underground Era Orla
Di Indonesia sendiri pada tahun 60-an ketika Soekarno masih berkuasa,
perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik pada saat
itu. Soekarno yang berkuasa mengambil poros Jakarta-Beijing-Moskow
sebagai garis politiknya di masa perang dingin. Sehingga hal-hal yang
sifatnya berbau Amerika dianggap sebagai sesuatu yang kontra revolusioner
dan bentuk imperialisme budaya barat. Sehingga musik rock&roll pada saat
itu dianggap 'menyesatkan' dan 'kebarat-baratan' serta dilarang dikonsumsi
14
pada semangat perubahan, segala sesuatu yang datang dari 'barat' pasti
dilarang. Semua bentuk kesenian haruslah mengacu pada realisme sosialis
dan tidak mengandung muatan borjuisme. Beberapa band seperti Koes Plus
mendapatkan perlakuan represif dari aparat keamanan. Beberapa radio yang
memutar musik rock&roll ditutup. Petugas keamanan rajin melakukan
razia-razia ke tempat keramaian anak muda. Apabila kedapatan mengenakan
setelan 'barat' pasti ditahan. Apabila ketahuan menggelar acara musik
rock&roll atau istilah Soekarno disebut musik 'ngak-ngik-ngok' pasti
dibubarkan. Sehingga pada saat itu beberapa musisi lokal menggelar
acara-acara musik rock & roll secara sembunyi-sembunyi. Biasanya mereka
bergerilya dari satu rumah ke rumah yang lain menghindari razia petugas
keamanan. Dari sinilah awal lahirnya istilah 'underground' di Indonesia.
II.3.4 Underground Era Orba
Pasca Soekarno runtuh dimulailah era orde baru. Segala bentuk kesenian
yang berasal dari barat mulai masuk dan ikut mempengaruhi perkembangan
musik Indonesia. Kebijakan politik yang diambil pada saat itu lebih
mengarah kepada politik pencitraan bahwa Indonesia adalah negara yang
demokratis dan penuh dengan nuansa keterbukaan. Di tahun 1970-an, musik
cadas tidak pernah menyebut dirinya sebagai komunitas musik indie,
mengingat pada saat itu Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, atau
Uriah Heep merupakan komoditas yang dianak-emaskan oleh industri major
label di benua Amerika dan Eropa. Begitu pun dengan musik cadas di
15
suka mengidentifikasikan dirinya sebagai musik 'underground'. Komunitas mereka sangat bangga dengan sebutan itu, mengingat tak semua orang suka
akan musik yang kekuatan bunyinya jauh di atas 60 dB atau jauh di atas
batas toleransi pendengaran manusia. Ada semacam pola imitasi yang
berkembang pada saat itu. Terutama dari jenis musik yang dimainkan dan
pola fashion. Sehingga yang terjadi adalah proses imitatif kebudayaan luar
yang datang namun tidak mampu menyerap kondisi realitas yang terjadi di
kultur lokal.
Banyak band Indonesia pada saat itu yang mencoba menjadi Deep Purple,
Led Zeppelin atau Black Sabbath. Mereka benar-benar meniru habis-habisan apa yang sedang terjadi di luar sana. Namun yang diadopsi hanya sebatas
musikalitas dan fashionnya saja. Sementara isu-isu sosial yang terjadi pada
tingkat lokal sama sekali tidak tersentuh. Mereka lebih memilih
memproduksi karya dengan lirik yang dinilai 'aman' dan sebisa mungkin
menghindari konflik dengan pemerintah yang totaliter.
Fenomena yang dihasilkan pada era ini hanyalah fenomena 'aksi protes'
yang diekspresikan dalam aksi panggung yang kontroversial, pemakaian
obat bius dan seks bebas. Walaupun ada beberapa band yang dianggap
fenomenal pada masa itu namun hanya sebatas di paparan karya musikalitas
dan tidak membawa perubahan secara radikal di tingkat masyarakat.
Sementara stigma seniman di mata para akademisi terutama musisi rock
adalah urakan, tidak mempunyai intelektualitas tinggi, dan bersikap apolitis.
16
kalangan akademisi pada saat itu. Sehingga beberapa gerakan mahasiswa
pada saat itu tidak melibatkan musisi secara aktif. Karena apabila kesadaran
untuk melakukan perubahan secara bersama-sama itu dimunculkan pada
saat era tersebut sepertinya reformasi tidak perlu menunggu hingga tahun
1998. Ada semacam kegagapan dalam menyikapi realitas perubahan. Di
satu sisi kebebasan untuk menyerap segala informasi dari luar mulai terbuka
di sisi yang lain proses pemasungan terhadap kebebasan berekspresi
kembali terjadi, bahkan lebih mengerikan dibandingkan era Soekarno. Dan
itu secara umum kondisi tersebut diterima begitu saja oleh kalangan musisi
pada saat itu. Istilah 'underground' pada saat itu mengalami pergeseran makna. Hanya diartikan sebagai musik 'brang-breng-brong', aksi panggung
teatrikal dan kontroversial serta komposisi musik yang rumit dipenuh
skill-skill tingkat tinggi.
Nilai-nilai perlawanan yang diusung hanya sebatas pada pemberontakan
terhadap nilai feodalistik yang sudah mapan namun tidak secara kritis
mencari alternatif baru dalam menciptakan nilai pembanding dan nilai
tandingan. Baik itu media komunikasi independen maupun sistem ekonomi
tandingan yang dikembangkan. Sehingga yang terjadi adalah gerakan
budaya tandingan yang coba disusun pada akhirnya ikut larut dalam
dinamika budaya mainstream di mana segala sesuatunya hanya berorientasi
17 II.3.5 Underground di Ujungberung
Ketika pada tahun akhir 80-an arus globalisasi ikut melanda Indonesia.
Investasi asing mulai masuk seiring dengan masuknya IMF ke Indonesia.
Dan hal tersebut mulai berdampak bagi perkembangan musik 'underground'
di Indonesia, khususnya di kota Bandung. Arus informasi yang kuat telah
mendorong beberapa majalah dan rilisan kaset 'underground' dari luar negeri
mulai masuk dan banyak dikonsumsi oleh musisi di Bandung. Di
Ujungberung sendiri terjadi sebuah fenomena 'shock culture' yang hebat. Ketika lahan-lahan agraris yang produktif disulap oleh para investor asing
menjadi lahan industri yang sarat polutan. Kultur bertani dan bercocok
tanam yang kental dengan nuansa komunal tiba-tiba secara drastis dirubah
menjadi kultur buruh/pekerja yang secara sistematis diarahkan menjadi
mahluk asosial. Hal ini jelas berdampak pada perilaku masyarakat secara
umum. Muncul konflik-konflik kepentingan lokal dalam menyikapi masalah
tersebut.
Pemuda sebagai bagian dari sebuah struktur masyarakat menyikapi
masalah tersebut dengan mencari saluran-saluran ekspresi yang dinilai bisa
mewakili gejolak perasaan mereka. Maka musik metal dijadikan media
berekspresi yang dinilai sesuai dengan kondisi keresahan mereka. Musik
yang cepat, agresif serta lirik-lirik protes yang sarkastik menjadi pelarian
18 II.3.6 Radikalisme Ideologi DIY ( Do-It-Yourself ) Ujungberung
Tahun 1989 ada empat band pelopor di Ujungberung yang sudah
memainkan komposisi lagu metal ekstrim semacam Napalm Death,
Sepultura, Obituary, Carcass dan lain-lain. Mereka adalah Funeral,
Necromancy, dan Orthodox. Mereka adalah angkatan pertama di
Ujungberung yang mulai menanamkan radikalisme dalam mengekspresikan
karya mereka. Ketika trend festival musik pada saat itu masih berkutat di
hard rock dan slow rock, mereka dengan berani mengacak-ngacak panggung festival itu dengan komposisi thrash metal dan death metal.
Tampilan fashion yang ofensif dan style musik yang bising mereka bergerilya dari satu panggung festival ke festival yang lain mengusung
semangat 'kumaha aing'. Keikutsertaan mereka dalam festival tersebut lebih mengarah kepada pembuktian eksistensi dan pernyataan sikap. Mereka
mulai memproduksi lagu-lagu sendiri dengan mengangkat isu-isu sosial
yang sedang populis pada saat itu. Dengan kritis mereka mereka menyikapi
kultur festival musik sebagai bentuk dari pemasungan kreativitas. Parameter
penilaian yang justru pada akhirnya malah mengkerdilkan makna kejujuran
dalam berekspresi. Semangat menurut pasar hanya menciptakan bentuk
keseragaman dalam karya dan pada akhirnya melahirkan kebosanan.
Media-media mainstream pada saat itu hanya menampilkan informasi musik
yang itu-itu saja. Pada tahun 1993 mulailah terbentuk beberapa komunitas
musik ekstrim di Bandung. Mereka rajin membuka ruang-ruang diskusi
19
Mengorganisir diri ke dalam bentuk komunitas yang mempunyai kecintaan
dan minat yang sama. Saling bertukar informasi dan membuat workshop
media dan eksplorasi teknologi alat musik. Penyikapan konkret mereka
buktikan dengan cara membuat media-media informasi tandingan yang
isinya lebih kepada pengenalan kultur ini kepada khalayak. Dari situlah
maka mereka mulai merambah acara-acara festival musik di kota Bandung.
Dari mulai event 'agustusan' hingga pensi-pensi SMA. Pada masa itu sikap
diskriminatif terhadap band 'underground' kerap terjadi. Dari mulai aksi
teror secara verbal hingga yang sifatnya fisik. Tidak jarang mereka harus
menerima hinaan ataupun cibiran dari beberapa orang yang tidak suka atau
bahkan yang tidak mengerti sama sekali tentang aliran musik ekstrim.
Band-band yang beraliran punk, hardcore, grindcore dan black metal kerap mendapatkan perlakukan diskriminatif dari pihak penyelenggara. Dari mulai
jatah waktu tampil yang dikorupsi, perlakuan pihak sound system yang dengan sengaja mengacaukan setting sound, hingga terror fisik dari preman lokal yang merasa tersaingi.
Sikap tersebut terbentuk karena tatanan sosial pada saat itu pada umumnya
masih dihinggapi perasaan xenophobia atau selalu merasa khawatir terhadap
nilai dan tatanan baru yang muncul. Mereka selalu merasa bahwa hal baru
sama dengan ancaman baru. Pada saat itu parameter berekspresi adalah
sesuatu yang dapat menembus batasan yang sudah ditetapkan oleh pihak
20
yang baik terhadap hal baru yang dapat menambah khazanah keberagaman,
utamanya di bidang musik. Kondisi nyata seperti itulah yang menjadi latar
belakang komunitas Ujungberung bercita-cita menggelar acara musik yang
konsepnya menampilkan semua jenis musik underground dalam satu
panggung. Terinspirasi oleh pagelaran Hullabaloo #1 pada tahun 1994 yang
sukses digelar di Gor Saparua yang menampilkan musik underground
dengan berbagai macam aliran. Dari mulai hip-hop, grindcore, pop, punk,
hingga musik industrial. Komunitas Ujungberung mengadopsi konsep
tersebut namun format musik yang disuguhkan lebih kepada sajian musik
dengan distorsi tingkat tinggi. Lahirlah acara Bandung Berisik #1 pada
tahun 1995 yang melahirkan acara-acara metal legendaris khas ala
Ujungberung seperti Bandung Death Fest, Rebellion Fest, dan Rottrevore Death Fest yang rutin digelar secara berkala menampilkan band beraliran metal ekstrim.
II.3.7 Counter Culture
Era 1996 hingga 1997 komunitas musik 'underground' di Bandung mengalami masa perkembangan yang pesat. Konsep kolektivisme dan DIY
mulai banyak direalisasikan dalam berbagai bentuk kegiatan kongkret. Dari
mulai membuat perusahaan rekaman berbasiskan indie label lengkap dengan
konsep distribusi dan promosinya, pembuatan merchandise band, pembuatan media informasi komunitas berupa fanzine fotokopian, hingga
21
agresif. Lirik yang diproduksi mulai banyak menyentuh hal-hal yang
sifatnya politis. Banyak lirik pada saat itu yang bercerita tentang nasib
buruh, petani, dan kaum miskin kota.
Dengan frontal mulai melakukan kritik-kritik terhadap pemerintah yang
dinilai gagal mengatasi krisis. Industri musik mainstream pada saat itu sedang dilanda kejenuhan pasar. Paska booming Slank dan Iwan Fals pada saat itu tidak ada lagi fenomena musik yang luar biasa. Media-media
mainstream mulai kehabisan bahan berita hingga akhirnya komunitas
'underground' dengan segala bentuk dinamika pergerakannya menjadi bahan eksploitasi berita. Hampir semua media terutama media cetak mainstream
yang ber-target marketing anak muda membahas fenomena pergerakan musik 'underground' terutama yang terjadi di kota Bandung. Hal tersebut jelas berdampak sangat besar pada perkembangan musik 'underground' pada saat itu yang seolah-olah di-setting menjadi trend musik masa kini. Melalui peran media mainstream pula hingga akhirnya booming musik 'underground' ini mewabah hampir di semua kota besar di Indonesia, utamanya di pulau Jawa. Lahirlah beberapa komunitas musik 'underground' di kota Jakarta, Bali, Surabaya, Malang, Yogya dan Medan. Beberapa
pagelaran bertema serupa ramai digelar di kota-kota tersebut dalam skala
kecil. Di kota Bandung yang notabene adalah barometer musik
'underground' pada saat itu hampir setiap minggu Gor Saparua menjadi
langganan acara-acara musik 'underground' yang diorganisir oleh beberapa komunitas di kota Bandung. Gor Saparua selalu dipenuhi oleh massa
22
Ada yang dari Medan, Jakarta, Surabaya, Yogya, Malang dan kota-kota
lainnya. Terjadilah transformasi informasi dan proses penyerapan kultur.
Dari sinilah awal terbentuknya jaringan komunikasi lintas komunitas dalam
rangka memperluas jaringan. Beberapa komunitas dari luar kota Bandung
dijadikan basis distribusi bagi penyebaran produk dan informasi yang
berkaitan dengan aktivitas sub kultur. Bahkan sekarang sudah terbentuk
jaringan event yang diorganisir secara kolektif yang rutin menjalin kerjasama penyelenggaraan event 'underground'. Pada masa itu lahirlah acara-acara musik seperti Bandung Underground yang di organisir oleh
komunitas Muda-Mudi Margahayu, Gorong-Gorong Bandung diorganisir
oleh komunitas punk P.I., Bandung Minoritas, Campur Aduk dan lain-lain.
Namun pada masa itu pula situasi politik dan ekonomi Indonesia mengalami
guncangan. Masa peralihan kekuasaan yang diwarnai kisruh pertarungan
politik di tingkat elit kekuasaan berdampak besar pada perekonomian.
Tragedi krisis moneter yang mengguncang hebat perlahan ikut membawa
dampak pada perkembangan musik Underground, khususnya di kota Bandung. Demonstrasi besar-besaran kerap mewarnai jalanan kota
Bandung. Daya beli masyarakat secara keseluruhan mulai menurun
dikarenakan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Hingga pola
konsumsi masyarakat pada saat itu berubah dengan cara mengurangi hal-hal
yang dirasa tidak terlalu penting. Acara yang biasanya ramai dipenuhi oleh
penonton lambat laun mulai sepi pengunjung. Beberapa organiser yang
23
untuk membuat event musik 'underground'. Di samping tidak mau mengalami kerugian secara finansial (walaupun pada saat itu dan sampai
sekarang tidak pernah mencari keuntungan), juga disebabkan kendala
perijinan yang semakin represif terhadap hal-hal yang sifatnya
mengumpulkan massa dalam jumlah banyak. Beberapa yang memaksakan
diri mengalami kerugian yang cukup besar dikarenakan sepi penonton atau
dengan alasan meresahkan dan mengganggu ketertiban secara sepihak
dibubarkan oleh aparat keamanan.
Beberapa pelaku subkultur 'underground' pada masa itu ikut melebur bersama beberapa organ buruh dan mahasiswa aktif menggelar aksi-aksi
demonstrasi menuntut perubahan di segala bidang. Pada saat sulit tersebut
justru komunitas Ujungberung banyak mengalami kemajuan yang
signifikan. Banyak band-band baru terbentuk dengan semangat dan
idealisme yang tinggi. Beberapa band seperti Jasad, Sacrilegious, Sonic
Torment, Burgerkill dan Forgotten bahkan telah mampu memproduksi dan
mendistribusikan album perdana mereka secara independen. Pada masa itu
komunitas Ujungberung mulai membangun basis ekonomi komunitas
sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi komunitas dengan cara
membangun distro Rebellion yang khusus menjual produk-produk band
Ujungberung dan komunitas musik lain di Bandung. Semua murni
24 II.4 Respect Band
Respect terbentuk pada awal tahun 2011di Bandung dan terlahir sebagai band hardcore beatdown metal di Bandung , jawa barat. Band respect terdiri dari 5 anak muda yang berambisi merubah scene hardcore agar lebih berani menunjukan skill,
power dan totalitas dalam bermusik. Pada awal pembentukan nya, band respect
mengalami berbagai perubahan personil yang beragam, mulai dari Otong vocal
pertama dari band respect digantikan oleh Andy, yang kemudian digantikan oleh Choky ex Burned up, dan hingga akhirnya Raii julian novalo (drum), Rizky
darmawan (lead guitar), Bentar Nupang (rhytm guitar), Sebastian Arga (bass) dan
Choky (vocal) bertahan hingga sampai saat ini.
Pada pertengahan tahun 2011 band respect mengeluarkan single pertama mereka yg ber-title "You Can't take what we have" yang mendapat respon positif dari masyarakat bandung.
Awal tahun 2012 Respect merilis EP album "This is Us" dibawah naungan Riotic records, yang berisikan 4 lagu beatdown.
II.5 Khalayak Sasaran
Masyarakat terutama remaja yang sedang mempelajari dan memperdalam ilmu
fotografi dan sejenisnya. Dengan meliputi khalayak sasaran seperti:
II.5.1 Geografis
Masyarakat remaja yang berada di Bandung dan yang ingin belajar tentang
bagian dari ilmu fotografi khususnya yang ingin mengetahui band Respect
lebih lengkap.
II.5.2 Demografis
25
Primary : Remaja umur 15 sampai 25 tahun. Di usia ini termasuk kedalam
usia yang memiliki suatu usaha dalam mewujudkan keinginan dan memiliki
rasa penasaranyang tinggi akan pengetahuan.
Sekunder : Masyarakat umum yang ingin tahu dengan aliran musik
underground.
II.5.3 Psikografis
Psikografis adalah metode untuk membagi pasar berdasarkan aspek
psikologi dan kebiasaan atau gaya hidup pelanggang. Solomon (1997)
mendefinisikan psikologi sebagai “use of psychological, sociological, and
anthropological factors for market segmentation.” Dari definisi tersebut,
dapat diartikan bahwa psikografi merupakan penggunaan faktor – faktor
psikologis, sosiologis dan antropologis yang digunakan untuk segmentasi
pasar.
Dari pengertian diatas, Penulis memilih masyarakat yang mengikuti
perkembangan jaman, Remaja baik laki-laki ataupun perempuan yang
26
BAB III
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BAND RESPECT
III.1 Strategi Komunikasi
Penyampaian informasi mengenai band Respect dilakukan dengan media informasi buku. Penyampaian pesan utama mengenai band Respect dalam media informasi dilakukan dengan bentuk biografi tentang band Respect. Penggunaan dalam media ini dibuat untuk memudahkan audience dalam memahami pesan yang ingin disampaikan oleh media ini. Selain itu buku sebagai media terpilih ini
dilengkapi dengan informasi mengenai musik underground, hal ini dirancang agar masyarakat dapat mengenal musik underground untuk menilai positif.
III.2 Tujuan Komunikasi
Tujuan dari perancangan media informasi ini adalah menyampaika ninformasi
mengenai band Respect sebagai salah satu identitas musik underground. Perancangan media ini juga ditujukan untuk mengembangkan musik underground
khusunya band Respect.
III.3 Materi Pesan
Adapun pesan yang akan disampaikan oleh media informasi ini mengenai band
respect kepada audience adalah band yang bisa menggabungkan beberapa genre
27 III.4 Konsep Visual
III.4.1 Warna
Penggunaan warna pada buku ini dipilih berdasarkan pedekatan cerita dan
maksud yang ingin disampaikan pada tiap adegan. Adapun warna yang
mendominasi buku ini adalah:
C : 0 M : 0 Y : 0 K : 100%
C : 0 M : 0 Y : 0 K : 0
III.4.2 Tipografi
Penggunaan tipografi pada buku ini dipilih berdasarkan pedekatan pola
perilaku target audience yang dirumuskan melalui studi indikator. Berikut adalah sampel tipografi yang digemari oleh target audience yang dilihat dari
[image:38.595.185.469.561.711.2]pola perilaku gaya hidup.
28
Sumber :
http://www.zalora.co.id/nike/?gclid=CIq1iqXanrQCFZEf6wode1gASA&wt_sn6= 3635668632_14920185072&wt_snk6=Exact_3635668632_nike?sort=popularity
Dari hasil studi indikator tersebut terlihat bahwa target audience menyukai tulisan yang memiliki sifat tegas, elegan, simple, dan eksklusif. Hasil dari pendekatan tersebut kemudian direalisasikan kedalam bentuk ini dengan
tipografi berikut:
COLLEGIATEFLF
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
1234567890
IMPACT
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890
III.5 Strategi Media
29 III.5.1 Media Utama
Media yang cocok dipilih sebagai media informasi mengenai band Respect
adalah buku. Media ini dipilih karena memiliki sifat praktis, tahan lama, dan dapat digunakan/dibaca berulang-ulang. Buku juga memiliki ketahanan karena merupakan barang privasi.
III.5.2 Media Promosi
Adapun media promosi yang digunakan adalah :
III.5.2.1 Poster
Media promosi ini ditempel ditoko pakaian/distro, studio musik, dan disetiap sudut jalan di kota Bandung khususnya yang menjadi tempat banyaknya anak muda berkumpul. Gunanya sebagai pemberi informasi kepada target audience. Media promosi ini dipajang dua minggu sebelum buku beredar.
III.5.2.2 Baner
Media promosi ini sebagai media pengingat sebagai pemberi informasi kepada target audience.
III.5.2.3 T-shirt
Media promosi ini di jual secara paket dengan media lainya dalam acara
launcing mini album band respect. Gunanya sebagai media penarik minat
audience untuk hadir di acara launcing mini album band respect.
III.5.2.4 Handband
Media promosi ini di jual secara paket dengan media lainya dalam acara
launcing mini album band respect. Gunanya sebagai media penarik minat
30 III.5.2.5 Tote bag
Media promosi ini sebagai media pendukung yang berguna untuk
packaging media-media pendukung.
III.5.3 Media Pengingat
Media ini adalah media alternatif yang berfungsi sebagai reminder terhadap media utama.Adapun media pengingat yang digunakan adalah :
III.5.3.1 Stiker
Media promosi ini sebagai gimik yang di berikan kepada audience dalam acara launcing mini album band respect. Gunanya sebagai media penarik minat audience dan lebih mengenalkan band respect.
III.5.3.2Pembatas Buku
Media ini berguna sebagai pengingat halaman buku. This Is Us Respect.
III.5.4 Gimmick
Adapun media informasi sebagai gimmick yang diberikan kepada target
audience dalam acara launcing mini album band respect sebagai berikut:
III.5.4.1 Pin
Media promosi ini sebagai gimmick yang di berikan kepada audience
dalam acara launcing mini album band respect. Gunanya sebagai media penarik minat audience dan lebih mengenalkan band respect.
III.5.4.2 Pick gitar
Media promosi ini sebagai gimmick yang di berikan kepada audience
31
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Media Utama
Media utama yang dipilih untuk menyampaikan informasi adalah buku cerita bergambar. Buku ini dirancang dengan ukuran 19 x 14.5 cmlandscape. Perancangan buku dengan ukuran tersebut dimaksudkan agar tampilan foto pada cerita bergambar lebih terlihat detail. Pemilihan hard cover pada sampul buku agar isi buku tidak mudah rusak dalam penyimpanan dan lebih tahan lama.
IV.2 Teknis Pembuatan Buku
Proses pembuatan buku dilakukan secara bertahap dengan urutan membuat sinopsis, sketsa, penjadwalan dengan personail untuk pengambilan gambar profile. Adapun urutan proses pembuatannya secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
IV.2.1 Pembuatan Sinopsis
Sinopsis dibuat berdasarkan hasil pengumpulan informasi yang telah diteliti sebelumnya. Pengumpulan data dan penelitian dilakukan dengan metode wawancara dan pengumpulan sumber pustaka.
IV.2.2 Pembuatan Sketsa
32
[image:43.595.123.515.172.422.2]baik diatas kertas maupun diatas kanvas, dengan tujuan untuk dikerjakan lebih lanjut.
Gambar IV. 1 Sketsa Sumber :Dok. Pribadi
IV.2.3 Penjadwalan Foto Sesi
[image:43.595.157.492.549.660.2]33 IV.2.4 Teknis Editing
Setelah melakukan pemotretan selanjutnya dilakukan proses editing. Proses ini dilakukan dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS 5 dan Corel Draw X5 Langkah pertama dalam proses editing adalah menyunting hasil foto sesuai dengan storyline. Setelah itu dilakukan proses editing satu persatu adalah sebagai berikut :
IV.2.4.1 Menyunting Gambar
[image:44.595.182.457.376.588.2]Gambar yang disunting berdasarkan adegan dimasukan kedalam Adobe Photoshop CS 5.
Gambar IV. 2 Teknis Editing
34 IV.2.4.2 Coloring
Setelah menyunting gambar kemudian melakukan coloringblack & white
[image:45.595.171.464.206.698.2]untuk mendapatkan hasil foto yang dramatis.
Gambar IV. 3 Teknis Editing
Sumber :Dok. Pribadi
Gambar IV. 4 Teknis Editing
35 IV.2.4.3 Teknis editing layout.
[image:46.595.156.423.208.430.2]Teknis editing layoutmenggunakan Corel Draw X5 langkah pertama menyunting gambar.
Gambar IV. 5 Teknis Editing
Sumber : Dok. Pribadi
Untuk mengatur ukuran gambar ke dalam layout menggunakan powerclip.
Gambar IV. 6 Teknis Editing
[image:46.595.161.437.501.715.2]36
[image:47.595.162.490.172.440.2]Proses selanjutnya melakukan transparency font untuk lebih menyatu dengan gambar.
Gambar IV. 7 Teknis Editing
Sumber :Dok. Pribadi
IV.3 Media Penunjang
Media penunjang dari pembuatan buku ini adalah event musik launcing mini album yang diadakan pada area target audience guna menghadirkan suasana dalam buku kekehidupan audience.
IV.3.1 Teknis Pengadaan event
37
a. PerizinandanPenggunaanTempat
Pengerjaan ini dilakukan oleh pihak yang ditunjuk sebagai pengurus perizinan dan penggunaan tempat untuk event. Pihak ini bertanggung jawab terhadap pihak pemilik tempat.
b. SetdanProperty
Pengerjaan ini dilakukan oleh pihak yang berpengalaman dalam bidang ini. Pengerjaan set dan property dilakukan setelah ada keputusan dari pihak yang bertanggung jawab mengenai perizinan.
c. Crew event
Pihak ini berkerja sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap jalannya
event pada harinya.
IV.4 Media Promosi
Pembuatan media promosi bertujuan untuk media pemberi tahu dan media pengingat target audience terhadap media utama berupa buku cerita bergambar. Adapun jenis media promosi yang digunakan adalah :
IV.4.1 Poster
38 Gambar IV.9 Poster
IV.4.2 Banner
Media promosi ini sebagai media pengingat sebagai pemberi informasi kepada target audience. Media ini pasang sebagai background stand
panggung saat acara launcing mini album band respect.
[image:49.595.105.504.559.709.2]39 IV.4.3 T-shirt
Media promosi ini di jual secara paket dengan media lainya dalam acara
launcing mini album band respect. Gunanya sebagai media penarik minat
[image:50.595.183.444.259.433.2]audience untuk hadir di acara launcing mini album band respect.
Gambar IV.11 T-shirt
IV.4.4 Handband
Media promosi ini di jual secara paket dengan media lainya dalam acara
launcing mini album band respect. Gunanya sebagai media penarik minat
40 Gambar IV.12 Handband
IV.4.5 Tote bag
Media promosi ini sebagai media pendukung yang berguna untuk packaging
media-media pendukung.
[image:51.595.236.389.437.665.2]41 IV.5 Media Pengingat
Media ini adalah media alternatif yang berfungsi sebagai reminder terhadap media utama. Adapun media pengingat yang digunakan adalah :
IV.5.1 Stiker
[image:52.595.181.448.351.512.2]Media promosi ini sebagai gimik yang di berikan kepada audience dalam acara launcing mini album band respect. Gunanya sebagai media penarik minat audience dan lebih mengenalkan band respect.
42 IV.5.2 Pembatas Buku
[image:53.595.279.347.180.368.2]Media ini berguna sebagai pengingat halaman buku. This Is Us Respect.
Gambar IV.15 Pembatas buku
IV.6 Gimmick
Adapun media informasi sebagai gimmick yang diberikan kepada target audience
dalam acara launcing mini album band respect sebagai berikut:
IV.6.1 Pin
43 Gambar IV.16 Pin
IV.6.2 Pick gitar
Media promosi ini sebagai gimmick yang di berikan kepada audience dalam acara launcing mini album band respect. Gunanya sebagai media penarik minat audience dan lebih mengenalkan band respect.
[image:54.595.257.366.444.577.2]
Kenapa harus band RESPECT ?
Mempunyai misi mengajak anak
muda untuk lebih melakukan
hal-hal positif.
lirik- lirik band RESPECT lebih
mudah dimengerti.
Band baru yang potensial.
Band RESPECT menggabungkan
Bagaimana cara menarik perhatian
masyarakat terhadap band
Respect
dengan
media informasi?
Pandangan masyarakat yang selalu menilai
negatif pada musik Underground.
Bagaimana menciptakan media informasi yang
bisa menyampaikan pesan melalui media buku
dengan obyek band
Respect
agar muncul
Bagaimana cara untuk mengangkat band RESPECT agar mudah
diterima oleh masyarakat luas setidaknya mereka mengetahui
nilai-nilai positif dari musik Underground khususnya band RESPECT dan
mengenalkan genre yang dimainkan oleh band RESPECT dalam
Perancangan ini bertujuan untuk
mengenalkan band RESPECT dan
musik Underground.
Perkembangan musik indie di
Indonesia makin maju, di barengi
dengan munculnya band-band yang
sesuai permintaan pasar dibawah label
major saat ini, membuat masyarakat
khususnya pecinta musik kurang
mengetahui perkembangan musik lain
(indie)
Mempromosikan band RESPECT.
UNDERGROUND
Hardcore
Punk
Metal
Rock
Grindcore
Hardcore
Suara gitar yang lebih tebal, berat dan cepat.
Membawakan lagu tentang politik, kebebasan
berpendapat.
Metal
Musik yang lebih keras dibandingkan dengan Rock
Genre Metal yang dikategorikan keras dimana lagunya
memiliki vocal ala scream dan growl dimana vokal ini
lebih banyak digunakan di aliran hardcore.
Beatdown
tempo musik yang lebih banyak beat beat pada
Judul utama dari mini album:
THIS IS US
Lirik :
here we are, young, strong and proud all my friends, always on my side respect, this is us
this is us you can’t break Look in the fuckin dark sky
there’s nothing you to fear respect, this is us
this is us you cant break Every single drop of my blood Every breath I take in my life This is my way, this is my life
here we are, young, strong and proud
Pesan dari lirik : dara muda yang penuh semangat, kuat dan pantang
Demografi
Umur
: 17
–
20 tahun.
Jenis Kelamin
: Perempuan & Laki-laki.
Pendidikan
: SMA sampai dengan perguruan tinggi.
Geografi
Bandung dan sekitarnya.
Behaviour
masyarakat yang mengikuti perkembangan jaman, remaja
baik laki-laki ataupun perempuan yang menyukai dan
Perancangan Buku sebagai media informasi Band
Respect
Perancangan media informasi ini bersifat inovasi yang dibuat dalam media
buku. Pendekatan yang dilakukan adalah membuat biografi band RESPECT
melalui fotografi yang dibukukan dengan prosentase 30% tulisan 70% foto
Keterangan :
Lirik Band RESPECT mengandung Unsur Ajakan
Contoh lirik :
here we are, young, strong and proud
all my friends, always on my side
respect, this is us
Fotografi Sebagai Bahasa Komunikasi untuk
menyampaikan informasi mengenai band RESPECT
sebagai salah satu identitas musik Underground.
Media Utama:
Buku media informasi
Media Pendukung:
Packaging Buku dan Mini Album
Poster
Pembatas buku
Stiker
T-Shirt
Pin
Handband
Pick gitar
Media yang cocok dipilih sebagai media informasi
T-shirt
:
Media promosi ini di jual secara paket dengan media lainya dalam
Handband
:
Media promosi ini di jual secara paket dengan media lainya
dalam acara
launcing
mini album band
respect
. Gunanya sebagai media penarik minat
Tote bag :
Media promosi ini sebagai media pendukung yang berguna untuk
Media ini adalah media alternatif yang berfungsi sebagai
reminder
terhadap media
utama. Adapun media pengingat yang digunakan adalah :
Adapun media informasi sebagai gimik yang diberikan kepada target
audience
dalam
acara
launcing
mini album band
respect
sebagai berikut.
Pin & Pick gitar
Media promosi ini sebagai gimik yang di berikan kepada
audience
dalam acara
launcing
Media
Bulan
Desember
January
Februari
Buku & Mini
Album
Poster
Stiker
T-shirt
Pin
Handband