• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Suplesi dari Sungai Ular ke Sungai Belumai untuk Kebutuhan Air Baku PDAM Limau Manis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Suplesi dari Sungai Ular ke Sungai Belumai untuk Kebutuhan Air Baku PDAM Limau Manis"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI SUPLESI DARI SUNGAI ULAR KE SUNGAI BELUMAI

UNTUK KEBUTUHAN AIR BAKU PDAM LIMAU MANIS

(Studi Kasus)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh:

ANDIKA RIKARDO GULTOM

050404055

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER AIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

(2)

ABSTRAK

Kebutuhan air minum di kota-kota besar semakin meningkat sejalan dengan

perkembangan ekonomi maupun pertumbuhan penduduk. Demikian halnya terjadi di

Kota Medan yang mengalami peningkatan kebutuhan air minum. Salah satu cara

untuk menanggulangi kebutuhan air minum yaitu dengan cara memanfaatkan air baku

yang didapat dari sungai. Tetapi debit air baku di setiap sungai berbeda-beda.

Sedikitnya jumlah air baku di sungai dapat ditangangulangi dengan penambahan

debit atau disebut Suplesi.

Pemanfaatan air Sungai Belumai masih kurang untuk memenuhi kebutuhan air di

PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan air Limau Manis sehingga perlu diadakan

suplesi dari Sungai Ular ke Sungai Belumai.

Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan jalur suplesi dari Sungai Ular ke Sungai

Belumai. Bangunan yang direncanakan adalah perencanaan saluran terbuka,

perencanaan pipa, reservoar, dan perencanaan pompa.

Saluran terbuka berbentuk trapesium untuk desain dari BU.Kr.1 hingga patok

U-196 sepanjang 9637,4 m, dari patok U-U-196 hingga U-422 sepanjang 11368 m

msaluran direncanakan dengan menggunakan pipa dengan bantuan Reservoar.

Sedangkan dari patok U-422 hingga Sungai Belumai sepanjang 1550 m kembali

menggunakan saluran terbuka berbentuk trapesium. Kapasitas Reservoar yang

(3)

KATA PENGANTAR

Pujian, ucapan syukur dan penyembahan peneliti ucapkan ke pada Tuhan Allah, berkat kasih dan penyertaanNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara dengan judul : Studi Suplesi dari Sungai Ular ke Sungai Belumai untuk Kebutuhan Air Baku PDAM Limau Manis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ke dua orangtua peneliti Bapak R. Gultom dan Ibu N. Simanjuntak atas setiap doa dan dukungan selama peneliti berkuliah di Fakultas Teknik. Semoga bapak dan ibu panjang umur, sehat selalu, dan dapat mengantarkan kami anak-anaknya ke pintu gerbang kedewasaan.

Terselesaikannya penelitian ini tentu tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada :

1. Prof. Dr.Ing.Ir.Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

2. Bapak Ir.Boas Hutagalung M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi. Terima kasih pak buat banyak waktu yang telah diluangkan buat saya, terimakasih buat setiap wejangan dan arahan yang bapak berikan. Kiranya Tuhanlah yang membalas setiap kebaikan bapak.

3. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang diberikan menjadi bekal dikemudian hari.

(4)

5. Kepada teman-teman senasib sepenanggungan Swadaya, Jekson, Rinto, Jalius,

Jontra Terima kasih buat semangat juang yang diberikan, terima kasih atas

penguatan dan bantuannya. Saya senang bisa mengenal dan bersahabat dengan

kalian. Saya tidak akan melupakan setiap kenangan manis yang telah kita jalani

bersama. Semoga kita bisa sukses di kemudian hari.

6. Kepada teman-teman seperjuangan di Departemen Teknik Sipil dan Stambuk

2005, terima kasih buat semangat juang yang diberikan, terima kasih buat

penguatan dan bantuannya.

7. Terima kasih juga peneliti ucapkan pada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, untuk itu peneliti mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin.

Medan, Desember 2011

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

ABTRAK...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... …..vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Identifikasi Masalah ... 2

I.3. Tujuan Penelitian ... 2

I.4. Manfaat Penelitian ... 3

I.4.1. Manfaat teoritis ... 3

I.4.2. Manfaat praktis ... 3

I.5. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

II.1. Aliran Saluran Terbuka ... 4

II.1.1. Rumus Aliran dan Kriteria Hidrolis ... 4

II.1.2. Potongan Melintang saluran... 8

II.2. Aliran dalam Pipa ... 17

II.2.1. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida ... 17

(6)

II.2.3. Persamaan Bernoulli ... 19

II.2.4. Aliran Laminar dan Turbulen ... 21

II.2.5. Kerugian Head (Head Losses) ... 22

II.2.6. Persamaan Empiris Untuk Aliran Di Dalam Pipa ... 26

II.2.7. Kemiringan hidrolis ... 30

II.2.8. Tinggi Jagaan ... 31

II.2.9. Perencanaan potongan melintang ... 31

II.2.10. Kehilangan total tinggi energi ... 32

II.2.11. Bentuk potongan melintang ... 33

II.3. Bak Distribusi (Reservoar)... 34

II.3.1. Tipe-tipe reservoar ... 34

II.3.2. Kegunaan reservoir ... 36

II.4. Dasar Perencanaan Pompa ... 38

II.4.1. Kapasitas reservoir ... 39

II.4.2. Head pompa……….. ... 39

II.4.3. Sifat-sifat fluida ... 40

II.4.4. Unit penggerak pompa ... 41

BAB III METODOLOGI DAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 42

III.1. Prosedur Pelaksanaan ... 42

III.1.1. Pengumpulan Data Hidrologi, Peta dan Hasil Pengukuran Topografi ... 42

III.1.2. Desain Saluran Terbuka ... 42

III.1.3. Desain Saluran Pipa ... 46

(7)

III.2. Lokasi Studi Penelitian ... 52

III.2.1. Topografi ... 52

III.2.2. Kondisi Eksisting ... 53

BAB IV PERENCANAAN ... 57

IV.1. Saluran Terbuka Dari BU.Kr.1 Hingga Patok U-196 ... 57

IV.2. Reservoar dan Pipa ... 60

IV.3. Saluran Terbuka Dari Patok U-417 Hingga Sungai Belumai ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Parameter potongan melintang...5

Gambar 2.2. Profil kecepatan aliran fluida pada saluran tertutup……...15

Gambar 2.3. Profil kecepatan aliran fluida pada saluran terbuka ………...16

Gambar 2.4. Ilustrasi persamaan Bernoulli.…...21

Gambar 2.5 Diagram Moody ……….…...24

Gambar 3.1. Parameter potongan melintang...…...44

Gambar 3.2 Diagram Moody………...48

Gambar 3.3. Ilustrasi persamaan Bernoulli………...51

Gambar 3.2Sket gambar rencana Reservoar dan pipa……….51

Gambar 3.4 Peta Lokasi Kegiatan ...54

Gambar 4.1 Skets Alur Desain………...57

Gambar 4.2Penampapang Melintang Saluran………..58

Gambar 4.3Aliran Reservoar……….………..63

(9)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1. Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran –

saluran irigasi t...8

Tabel 2.2. Karakteristik saluran yang dipakai...9

Tabel2.3. Kemiringan minimum talut untuk berbagai bahan t anah………..11

Tabel 2.4. Kemiringan talut mnimum untuk saluran timbunan yang dipadatkan dengan baik………...11

Tabel 2.5. Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah ………...14

Tabel 2.6. Lebar Minimum Tanggul………...14

Tabel 2.7. Harga – harga Kb untuk siku...26

Tabel 2.8. Harga – harga keepatan maksimum dan k (Strickler)...28

Tabel 3.1. Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran – saluran irigasi tanah ...44

Tabel 3.2. Harga – harga Kb untuk siku...49

(10)

ABSTRAK

Kebutuhan air minum di kota-kota besar semakin meningkat sejalan dengan

perkembangan ekonomi maupun pertumbuhan penduduk. Demikian halnya terjadi di

Kota Medan yang mengalami peningkatan kebutuhan air minum. Salah satu cara

untuk menanggulangi kebutuhan air minum yaitu dengan cara memanfaatkan air baku

yang didapat dari sungai. Tetapi debit air baku di setiap sungai berbeda-beda.

Sedikitnya jumlah air baku di sungai dapat ditangangulangi dengan penambahan

debit atau disebut Suplesi.

Pemanfaatan air Sungai Belumai masih kurang untuk memenuhi kebutuhan air di

PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan air Limau Manis sehingga perlu diadakan

suplesi dari Sungai Ular ke Sungai Belumai.

Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan jalur suplesi dari Sungai Ular ke Sungai

Belumai. Bangunan yang direncanakan adalah perencanaan saluran terbuka,

perencanaan pipa, reservoar, dan perencanaan pompa.

Saluran terbuka berbentuk trapesium untuk desain dari BU.Kr.1 hingga patok

U-196 sepanjang 9637,4 m, dari patok U-U-196 hingga U-422 sepanjang 11368 m

msaluran direncanakan dengan menggunakan pipa dengan bantuan Reservoar.

Sedangkan dari patok U-422 hingga Sungai Belumai sepanjang 1550 m kembali

menggunakan saluran terbuka berbentuk trapesium. Kapasitas Reservoar yang

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Kebutuhan air minum di kota-kota besar semakin meningkat sejalan dengan

perkembangan ekonomi maupun pertumbuhan penduduk. Demikian halnya terjadi di

Kota Medan yang mengalami peningkatan kebutuhan air minum. Saat ini PDAM

Tirtanadi merupakan penyedia air minum di Kota Medan yang memanfaatkan air

baku dari mata air Sibolangit, Sungai Belawan dan Sungai Belumai. Air baku ini lah

yang diolah sebagai air minum di Kota Medan.

Salah satu cara untuk menanggulangi kebutuhan air minum yaitu dengan cara

memanfaatkan air baku yang didapat dari sungai. Sungai merupakan sumber air baku

yang potensial bagi industri dan masyarakat perkotaan pada umumnya, sehingga

banyak industri berdiri di sepanjang sungai agar dapat memperoleh air baku yang baik

dan murah. Air baku adalah air beserta senyawa lain yang terlarut dan tersedia dalam

jumlah besar. Air baku sering dipakai sebagai salah satu bahan dasar yang

dipergunakan oleh perusahaan air minum, kemudian diolah sebagai air bersih yang

layak.

Tetapi debit air baku di setiap sungai berbeda-beda. Sedikitnya jumlah air

baku di sungai dapat ditangangulangi dengan penambahan debit atau disebut suplesi.

Penambahan debit yang dimungkinkan untuk menanggulangi peningkatan kebutuhan

air minum di Kota Medan adalah dari Sungai Belumai.

PDAM Tirtanadi di daerah Limau Manis (PDAM IPA Limau Manis)

memperoleh debit dari Sungai Belumai pada saat ini sekitar 2 x 500 l/det, untuk

(12)

Balance) Sungai Belumai tersebut dan melakukan studi jalur suplesi dari Sungai Ular

ke Sungai Belumai. Pemilihan Sungai Ular disebabkan karena ada nya kelebihan

debit Sungai Ular sebesar 5000 l/det. Dimana Sungai Ular berada didalam satu

wilayah sungai strategis nasional yaitu Wilayah Sungai Belawan – Ular dan Padang

(Hasil Studi Konsultan Nippon Koei).

Kebutuhan penggunaan air minum dari Sungai Belumai saat ini yaitu sebesar

2 x 500 l/detik dan direncanakan akan ditambah sebesar 1000 l/detik yang akan

dimanfaatkan dari suplesi sungai Ular.

1.2. Pembatasan Masalah

Pemanfaatan air Sungai Belumai masih kurang untuk memenuhi kebutuhan air

di PDAM Tirtanadi sehingga perlu diadakan suplesi dari Sungai Ular ke Sungai

Belumai. Suplesi yang dibicarakan disini adalah dengan pembuatan jalur suplesi dari

Sungai Ular ke Sungai Belumai.

Bangunan yang direncanakan adalah:

a. Perencanaan Saluran Terbuka.

b. Perencanaan Pipa.

c. Reservoar.

d. Perencanaan Pompa.

1.3. Tujuan Penelitian.

(13)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan perencanan suplesi dari Sungai Ular ke Sungai

Blumai sehingga dapat menambah pemenuhan kebutuhan air di Kota Medan sebesar

1000 ltr/dtk.

1.5. Sistematika Penulisan. Bab I : Pendahuluan.

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori .

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan

masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori suplesi.

Bab III : Metodologi Penelitian dan Depkripsi Lokasi Studi

Bab ini menguraikan tentang metode yang akan digunakan dan rencana kerja

dari penelitian ini dan mendeskripsikan lokasi penelitian.

Bab IV: Perencanaan.

Bab ini membahas perencaan bangunan yang sesuai.

Bab V : Kesimpulan dan Saran.

Merupakan kumpulan dari butir-butir kesimpulan hasil analisa dan

pembahasan yang telah dilakukan. Kesimpulan juga disertai dengan

rekomendasi yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya atau untuk

(14)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Aliran Saluran Terbuka

2.1.1.Rumus Aliran dan Kriteria Hidrolis a.Rumus Aliran

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan

untuk itu diterapkan rumus Strickler.

V = K R 2/3 I ½ ………(2.1)

R = A ………...(2.2) P

A = ( b + m h ) h ………(2.3)

P = ( b + 2 h 1 + m2 )………(2.4)

Q = v x A ……….(2.5)

b = n x h ……….(2.6)

Dimana :

Q = debit saluran (m3/dtk), v = kecepatan aliran (m/dtk), A= potongan melintang aliran (m2), r = jari – jari hidrolis (m), p = keliling basah (m), b = lebar dasar (m), h = tinggi air (m), I = kemiringan energi (kemiringan saluran), K= koefisien kekasaran

Stickler (m1/3/dtk), m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)

(15)

Gambar 2.1. Parameter potongan melintang

Rumus aliran di atas juga dikenal sebagai rumus Manning. Koefisien kekasaran Manning (“n”) mempunyai harga bilangan 1 dibagi dengan k.

b. Koefisien Kekasaran Strickler

Koefisien kekasaran bergantung kepada faktor – faktor berikut :

- Kekasaran permukaan saluran

- Ketidakteraturan permukaan saluran

- Trase

- Vegetasi (tetumbuhan), dan

- Sedimen

Bentuk dan besar/ kecilnya partikel di permukaan saluran merupakan ukuran

kekasaran. Akan tetapi, untuk saluran tanah ini hanya merupakan bagian kecil

saja dari kekasaran total.

Pada saluran irigasi, ketidak teraturan permukaan yang menyebabkan

per-ubahan dalam keliling basah dan potongan melintang mempunyai pengaruh yang

lebih penting pada koefisien kekasaran saluran daripada kekasaran permukaan.

Perubahan-perubahan mendadak pada permukaan saluran akan

mem-h

w

b

MAN

P

m 1

(16)

perbesar koefisien kekasaran. Perubahan-perubaban ini dapat disebabkan oleh

penyelesaian konstruksi saluran yang jelek atau karena erosi pada talut saluran.

Terjadinya riak-riak di dasar saluran akibat interaksi aliran di perbatasannya juga

berpengaruh terhadap kekasaran saluran.

Pengaruh vegetasi terhadap resistensi sudah jelas panjang dan kerapatan

vegetasi adalah faktor-faktor yang menentukan. Akan tetapi tinggi air dan

kecepatan aliran sangat membatasi pertumbuhan vegetasi. Vegetasi diandaikan

minimal untuk harga-harga k yang dipilih dan dipakai dalam perencanaan

saluran.

Pengaruh trase saluran terhadap koefisien kekasaran dapat diabaikan,

karena dalam perencanaan saluran tanpa pasangan akan dipakai tikungan

berjari-jari besar.

Pengaruh faktor-faktor di atas terhadap koefisien kekasaran saluran akan

bervariasi menurut ukuran saluran. Ketidak teraturan pada permukaan akan

menyebabkan perubahan kecil di daerah potongan melintang di saluran yang

besar daripada di saluran kecil.

Apakah harga-harga itu akan merupakan harga harga fisik yang

sebe-narnya selama kegiatan operasi, hal ini sangat tergantung pada kondisi

pemeliharaan saluran.

Penghalusan permukaan saluran dan menjaga agar saluran bebas dari

vegetasi lewat pemeliharaan rutin akan sangat berpengaruh pada koefisien

kekasaran dan kapasitas debit saluran.

Koefisien-koefisien kekasaran untuk perencanaan saluran irigasi

(17)

Tabel 2.1. Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran – saluran irigasi tanah

Debit rencana m3/dt

K m1/3/dt Q > 10

5 < Q < 10

1 < Q < 5

Q < 1 dan saluran tersier

45

42,5

40

35

Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, 1986

2.1.2. Potongan Melintang saluran a. Geometri

Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin, potongan

melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang terbaik.

Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis dengan saluran

tanah berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan potongan melintang yang

terlalu dalam atau sempit. Hanya pada saluran dengan debit rencana sampai dengan

0,5 m3/dt saja yang potongan melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran. Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan

dangkal dengan perbandingan b/h (n) sampai 10 atau lebih.

Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu, sebab jika

tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan maksimum yang diizinkan.

Lebih-lebih lagi, saluran yang lebih lebar mempunyai variasi muka air sedikit saja

dengan debit yang berubah-ubah, dan ini mempermudah pembagian air. Pada saluran

yang lebar, efek erosi atau pengikisan talut saluran tidak terlalu berakibat serius

terhadap kapasitas debit. Dan karena ketinggian air yang terbatas, kestabilan talut

(18)

Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah persyaratan pembebasan

tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan dengan demikian biaya pelaksanaannya

secara umum lebih mahal.

Karakteristik saluran yang dipakai disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2. Karakteristik saluran yang dipakai

Debit Kemiringan

talut

Perbandingan b/h

Faktor kekasaran k

m3/dt 1:m n

0.15-0.30 1.0 1.0 35

0.30-0.50 1.0 1.0-1.2 35

0.50-0.75 1.0 1.2-1.3 35

0.75-1.00 1.0 1.3-1.5 35

1.00-1.50 1.0 1.5-1.8 40

1.50-3.00 1.5 1.8-2.3 40

3.00-4.50 1.5 2.3-2.7 40

4.50-5.00 1.5 2.7-2.9 40

5.00-6.00 1.5 2.9-3.1 42.5

6.00-7.50 1.5 3.1-3.5 42.5

7.50-9.00 1.5 3.5-3.7 42.5

9.00-10.00 1.5 3.7-3.9 42.5

10.00-11.00 2.0 3.9-4.2 45

11.00-15.00 2.0 4.2-4.9 45

15.00-25.00 2.0 4.9-6.5 45

(19)

Sumber:Standar Perencanaan Irigasi, 1986

b.Kemiringan Saluran

Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talut saluran

di-rencana securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan

akan menentukan kemiringan maksimum untuk talut yang stabil.

Harga – harga kemiringan minimum untuk saluran tanah yang dibuat dengan

bahan – bahan kohesif yang dipadatkan dengan baik diberikan pada Tabel2.3. Tabel 2.3. Kemiringan minimum talut untuk berbagai bahan tanah

Bahan tanah Simbol Kisaran

kemiringan Batu

Gambut kenyal

Lempung kenyal, geluh ), Tanah lus

Lempung pasiran, tanah pasiran kohesif Pasir lanauan

Gambar lunak

Pt

CL, CH, MH

SC, SM SM Pt

< 0,25 1 – 2

1 – 2

1,5 – 2,5 2 – 3 3 – 4

Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, 1986

Kemiringan talut mnimum untuk saluran timbunan disajikan Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kemiringan talut mnimum untuk saluran timbunan yang dipadatkan dengan baik.

Kedalaman air + tinggi jagaan D (m)

Kemiringan minimum talut

D ≤ 1,0 1,0 < D ≤ 2,0 D> 2,0

1 : 1 1 : 1,5 1 : 2

Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, 1986

(20)

Talut yang lebih landai daripada yang telah disebutkan dalam tabel di atas

harus dipakai apabila diperkirakan akan terjadi rembesan ke dalam saluran.

Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul

harus dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu tanggul harus dibuat

setinggi muka air rencana di saluran. Untuk kemirinan luar, bahu tanggul (jika

perlu) harus terletak di tengah-tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.

c. Lengkung Saluran

Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada:

- Ukuran dan kapasitas saluran

- Jenis tanah

- Kecepatan aliran.

Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil

sekurang-kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.

Jika lengkung saluran diberi pasangan, maka jari-jari minimumnya dapat

dikurangi. Pasangan semacam ini sebaiknya dipertimbangkan apabila jari – jari

lengkung saluran tanpa pasangan terlalu besar untuk keadaan topografi setempat.

Panjang pasangan harus dibuat paling sedikit 4 kali kedalaman air pada tikungan

saluran.

Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan harus seperti

berikut

- 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil (< 0,6 m3/dt), dan sampai dengan

- 7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran yang besar

(21)

d. Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan berguna untuk :

- Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum

- Mencegah kerusakan tanggu saluran

Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah direncana bisa

disebabkan oleh penutupan pintu secara tiba-tiba disebelah hilir, variasi ini akan

bertambah dengan membesarnya debit. Meningginya muka air dapat pula

diakibatkan oleh pengaliran air buangan ke dalam saluran.

Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder

dikaitkan dengan debit rencana saluran seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah

Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, 1986

e. Lebar Tanggul

Untuk tujuan – tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi akan

diper-lukkan tanggul di sepanjang saluran dengan lebar minimum seperti yang disajikan

pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Lebar Minimum Tanggul

Q (m3/ dt) Tinggi Jagaan (m)

< 0,5 0,5 – 1,5 1,5 – 5,0 5,0 – 10,0 10,0 – 15,0

(22)

debit rencana (m3/dt)

tanpa jalan Inspeksi (m)

dengan jalan inspeksi (m)

Q ≤ 1 1 < Q < 5 5 < Q ≤ 10 10 < Q ≤ 15 Q > 15

1,00 1,50 2,00 3,50 3,50 3,00 5,00 5,00 5,00 5,00

Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, 1986

Jalan inspeksi terletak ditepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan sadap

dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit dilakukan. Lebar

jalan inspeksi dengan perkerasan adalah 5,0 m atau lebih, dengan lebar perkerasan

sekurang-kurangnya 3,0 meter.

2.2. Aliran dalam Pipa.

2.2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida.

Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan

untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga pengukuran

kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa suatu aliran fluida.

Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap waktu yang

dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk bergerak sepanjang jarak yang telah

ditentukan. Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada

dinding pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan biasanya

sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam masalah aliran

fluida sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada penampang aliran.

Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya menunjukkan

kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang disebutkan.Profil

(23)

Gambar 2.2. Profil kecepatan aliran fluida pada saluran tertutup. Profil kecepatan aliran fluida pada saluran terbuka disajikan dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Profil kecepatan aliran fluida pada saluran terbuka.

Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir dalam suatu

pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume, berat atau massa

fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju aliran volume

(m3/s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s). Kapasitas aliran (Q) untuk

fluida yang incompressible yaitu :

Q = A . v………... (2.7)

Dimana :

Q = laju aliran volume (m3/s), A = luas penampang aliran (m2), v = kecepatan aliran

fluida (m/s),

Laju aliran berat fluida (W) dirumuskan sebagai :

W = γ. A . v………. (2.8)

(24)

W = laju aliran berat fluida (N/s), γ= berat jenis fluida (N/m3)

Laju aliran fluida massa (M) dinyatakan sebagai :

M = ρ. A . v ……… (2.9)

Dimana :

M = laju aliran massa fluida (kg/s), ρ = massa jenis fluida (kg/m3)

2.2.2 Energi dan Head

Energi biasanya didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Kerja

merupakan hasil pemanfaatan tenaga yang dimiliki secara langsung pada suatu jarak

tertentu. Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan N.m (Joule). Setiap fluida yang

sedang bergerak selalu mempunyai energi. Dalam menganalisa masalah aliran fluida

yang harus dipertimbangkan adalah mengenai energi potensial, energi kinetik dan

energi tekanan. Energi potensial menunjukkan energi yang dimiliki fluida dengan

tempat jatuhnya. Energi potensial (Ep) dirumuskan sebagai :

Ep = W . z ………. (2.10)

Dimana :

W = berat fluida (N), z = beda ketinggian (m)

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena pengaruh

kecepatan yang dimilikinya. Energi kinetik dirumuskan sebagai :

Ek = mv2 ………. (2.11)

Dimana :

(25)

Energi tekanan disebut juga dengan energi aliran adalah jumlah kerja yang

dibutuhkan untuk memeksa elemen fluida bergerak menyilang pada jarak tertentu dan

berlawanan dengan tekanan fluida. Besarnya energi tekanan (Ef) dirumuskan sebagai

:

Ef = p . A . L………... (2.12)

Dimana :

p = tekanan yang dialami oleh fluida (N/m2), A = luas penampang aliran (m2), L =

panjang pipa (m)

Besarnya energi tekanan dapat juga dirumuskan sebagai berikut :

Ef = ………..(2.13)

Dimana :

= berat jenis fluida (N/m3)

Total energi yang terjadi merupakan penjumlahan dari ketiga macam energi diatas,

dirumuskan sebagai :

E = Wz + + ………(2.13)

Persamaan ini dapat dimodifikasi untuk menyatakan total energi dengan head (H)

dengan membagi masing-masing variabel di sebelah kanan persamaan dengan W (

berat fluida), dirumuskan sebagai :

(26)

2.2.3 Persamaan Bernoulli

Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat

dimusnahkan namun dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lain. Energi yang

ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau dikenal sebagai head pada suatu

titik dalam aliran steady adalah sama dengan total energi pada titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada energi yang ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari fluida.

Konsep ini dinyatakan ke dalam bentuk persamaan yang disebut dengan persamaan Bernoulli, yaitu :

Z1 + + = Z2 + + ………(2.13)

Dimana :

p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2, v1 dan v2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan

2, z1 dan z2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2, γ= berat jenis fluida, g =

percepatan gravitasi = 9,8 (m/s2)

Persamaan di atas digunakan jika diasumsikan tidak ada kehilangan energi antara dua

titik yang terdapat dalam aliran fluida, namun biasanya beberapa head losses terjadi

diantara dua titik. Jika head losses tidak diperhitungkan maka akan menjadi masalah dalam penerapannya di lapangan. Jika head losses dinotasikan dengan “hl” maka

persamaan Bernoulli di atas dapat ditulis menjadi persamaan baru, dimana menurut

[11] dirumuskan sebagai :

Z1 + + = Z2 + + + hf………..(2.14)

(27)

Gambar 2.4. Ilustrasi persamaan Bernoulli

Persamaan Bernouli dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak permasalahan tipe

aliran, biasanya untuk fluida inkompressibel tanpa adanya penambahan panas atau

energi yang diambil dari fluida. Namun, persamaan ini tidak dapat digunakan untuk

menyelesaikan aliran fluida yang mengalami penambahan energi untuk

menggerakkan fluida oleh peralatan mekanik, misalnya pompa, turbin dan peralatan

lainnya.

2.2.4 Aliran Laminar dan Turbulen

Aliran fluida yang mengalir di dalam pipa dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe aliran yaitu “laminar” dan “turbulen”. Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel

fluida yang bergerak mengikuti garis lurus yang sejajar pipa dan bergerak dengan

kecepatan sama. Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti

lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-ratanya saja yang

mengikuti sumbu pipa. Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa koefisien gesekan

(28)

menganalisa aliran di dalam salurn tertutup, sangatlah penting untuk mengetahui tipe

aliran yang mengalir dalam pipa tersebut. Untuk itu harus dihitung besarnya bilangan

Reynold dengan mengetahui parameter-parameter yang diketahui besarnya. Besarnya

Reynold (Re) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Re = ……… (2.15)

Dimana

μ = Viskositas Dinamik (Pa.dtk), d = diameter dalam pipa (m), V = kecepatan aliran

fluida (m/dtk), ρ = Rapat massa (Kg/m3) Re = Reynold Number

aliran akan laminar jika bilangan Reynold kurang dari 2000 dan akan turbulen jika

bilangan Reynold lebih besar dari 4000. Jika bilangan Reynold terletak antara 2000 –

4000 maka disebut aliran transisi.

2.2.5 Kerugian Head (Head Losses)

a. Kerugian Head Mayor.

Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head.

Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau

perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil). Kerugian head

akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari dua rumus

berikut, yaitu :

1. Persamaan Darcy – Weisbach, yaitu :

(29)

Dimana :

hf = kerugian head karena gesekan (m), f = faktor gesekan d = diameter dalam pipa

(m), L = panjang pipa (m), v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/dtk), g =

percepatan gravitasi (m/ dtk2)

dimana faktor gesekan (f) dapat dicari dengan menggunakan diagram Moody.

Diagram Moody ditampilkan pada Gambar 2.5

(30)

2.Persamaan Hazen-Wlliam, yaitu :

Besarnya tinggi kehilangan tekanan akibat adanya gesekan dapat dihitung dengan

persamaan :

H = 1,214 x 1010 ………...(2.17)

Dimana :

H = Kehilangan tekanan (m), L = Panjang pipa (m), Q = Debit air

(liter/detik), D = Diameter dalam pipa (mm), CH = Koefisien kekasaran pipa.

b. Kerugian Head Minor.

Perubahan arah aliran dan sebaran kecepatannya memerlukan kehilangan

air ekstra. Kehilangan tinggi energi pada siku dan tikungan dapat dinyatakan

sebagai:

HB = Kb

g a

2

2

v ………..(2.18)

Kb adalah koefisien kehilangan tinggi energi untuk siku dan tikungan

saluran tertutup.

Biasanya saluran pipa direncana dengan kurve horisontal yang cukup besar yang

dapat memperbaiki pembagian kecepatan pada tikungan dan mengurangi

kehilangan pada tikungan tersebut. Harga – harga Kb untuk siku disajikan pada

(31)
[image:31.595.102.521.124.380.2]

Tabel 2.7. Harga – harga Kb untuk siku.

Sudut

Derajat 5o 10o 15o 22,5o 30o 45o 60o 70o 90o

Profil

bulat

0,02 0,03 0,04 0,05 0,11 0,24 0,47 0,80 1,1

Profil

segi empat

0,02 0,04 0,05 0,06 0,14 0,3 0,6 1,0 1,4

Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, 1986.

Selain kerugian yang disebabkan oleh gesekan, pada suatu jalur pipa juga

terjadi kerugian karena kelengkapan pipa seperti belekon, siku, sambungan, katup

dan sebagainya yang disebut dengan kerugian kecil (minor losses).

Untuk pipa yang panjang (L/d >>> 1000), minor losses dapat diabaikan tanpa

kesalahan yang cukup berarti tetapi menjadi penting pada pipa yang pendek.

2.2.6 Persamaan Empiris Untuk Aliran Di Dalam Pipa.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa permasalahan aliran fluida

dalam pipa dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan Bernoulli, persamaan

Darcy dan Diagram Moddy. Pengguanaan rumus empiris juga dapat digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan aliran.

(32)

V = R 2/3 I ½………....(2.20) Dimana :

n = koefisien kekasaran pipa Manning, R= jari – jari hidrolis (m), I = garis

kemiringan energi (kemiringan hidrolis)

Persamaan Hazen – Williams umumnya digunakan untuk menghitung head

loss dalam pipa yang sangat panjang seperti jalur pipa penyedia air minum.

Persamaan ini tidak dapat digunakan untuk liquid lain selain air dan digunakan

khusus untuk aliran yang bersifat turbulen. Persamaan Darcy – Weisbach secara

teoritis tepat digunakan untuk semua rezim aliran dan semua jenis liquid. Persamaan

Manning biasanya digunakan untuk aliran saluran terbuka (open channel flow).

2.Persamaan Strickler dengan satuan Internasional yaitu

a.Rumus Aliran

V = k R 2/3 I 1/2 ...(2.21) Dimana :

v = kecepatan aliran yang dipercepat didalam terowongan atau saluran terututup

(m2/dtk), R = jari – jari hidrolis(m), I= garis kemiringan energi (kemiringan hidrolis)

b. Koefisien kekasaran dan kecepatan maksimum

Koefisien kekasaran Strickler (k) dan kecepatan maksimum ditunjukkan pada

Tabel 2.6. Harga-harga yang diberikan di sini sudah cukup lama digunakan konservatif; untuk konstruksi-konstruksi besar boleh diambil harga-harga yang

(33)
[image:33.595.112.518.154.279.2]

Tabel 2.8. Harga – harga keepatan maksimum dan k (Strickler)

Bahan konstruksi vmaks

m/dt

K

m1/3/dt Pasangan batu

Beton

2

3

60

70

Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, 1986

3.Persamaan Hazen-Wlliam

Berdasarkan rumus Hazen-William dapat dihitung besarnya debit yangdapatdialirkan,

kemiringan minimal untuk mengalirkan air dengan debit tertentu, kecepatan rencana

dan kehilangan tinggi tekan.

a. Besarnya kecepatan air yang mengalir melalui pipa dapat dihitung dengan

persamaan

V = 0,35464 CH D0,63 I 0,5 ………..(2.22)

Kemiringan hidraulik untuk dapat mengalirkan pipa dihitung dengan persamaan :

I = 10.666 CH -1.85 D -4.87 Q 1.85……….(2.23)

Dimana :

(34)

Besarnya tinggi kehilangan tekanan akibat adanya gesekan dapat dihitung dengan

persamaan :

H = 1.214 x 1010 ………(2.24)

Dimana :

H = Kehilangan tekanan (m), L = Panjang pipa (m), Q = Debit air (liter/detik), Q =

Debit air (liter/detik), D =Diameter dalam pipa (mm), CH = Koefisien kekasaran

pipa.

CH merupakan nilai koefisien kekasaran pipa yang bergantung pada kondisi bahan.

Untuk pipa besi dilapisi semen nilai CH dapat diambil sebesar 150, sedangkan untuk

[image:34.595.170.460.451.683.2]

desain pipa yang menggunakan aksesoris pipa dianjurkan memakai CH sebesar 130.

Tabel 2.9. Koefisien Kekasaran Pipa (CH)

NNO

Jenis Pipa

(kondisi baru)

Harga Koefisien

Kekasaran Pipa (CH)

11 AC 130

12 Ductile, Cast Iron 120

33 GIP 140

34 PVC, DICL, MSCL 130

(35)

2.2.7 Kemiringan hidrolis

Biaya pembuatan terowongan agak mahal dan oleh karena itu, perlu

berhemat dalam membuat diameternya. Kemiringan hidrolis (kemiringan

terowongan dibuat curam jika tinggi energi yang tersedia cukup. Kecepatan

rencana yang dihasilkan tidak boleh melampaui kecepatan maksimum dan tidak

boleh di bawah kecepatan kritis dengan 0,75 kali kecepatan kritis sebagai harga

praktis.

Konstruksi galian terbuka memperkecil potongan melintang saluran

ter-tutup karena tanah harus dipindahkan. Bagaimanapun juga luas potongan

melintang yang kecil tetap lebih murah daripada yang besar.

2.2.8. Tinggi jagaan

Ditinjau dari segi hidrolika, tinggi jagaan sebuah terowongan 0,2 D dengan

ukuran minimum sekitar 0,5 m umumnya dapat diterima secara internasional. Ini

akan memberikan sekitar 10 % kapasitas cadangan yang dinilai terlalu rendah untuk

ketidakpastian perencanaan di Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu dipakai

tinggi jagaan 0,25 D yang berarti menambah kapasitas cadangan sampai kurang lebih

15 persen dari debit rencana untuk terowongan bentuk tapal kuda.

Untuk saluran terhadap segi empat, tinggi jagaan akan diambil pada 0,2 H. H

adalah tinggi bagian dalam saluran.

Agar benda-benda terapung dapat melewati terowongan dan saluran tertutup,

maka tinggi minimum jagaannya diambil sama dengan tinggi jagaan saluran terbuka.

(36)

Dimensi potongan melintang dan kehilangan tinggi energi (kemiringan

hidrolis I) dapat dievaluasi dengan menggunakan tabel-tabel ini setelah dipilih va dan

k seperti yang telah dibicarakan di atas.

Untuk potongan-potongan segi empat evaluasi kehilangan tinggi energi dan potongan

melintang dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Strickler. Lebar potongan

melintang dibagi tinggi akan berkisar antara 1 dan 2.

2.2.10. Kehilangan total tinggi energi

Kehilangan total tinggi energi di terowongan atau saluran tertutup adalah :

H = Hmasuk + Hfr + HB + Hkeluar ...(2.25)

Dimana :

Hmasuk, keluar = kehilangan tinggi energi masuk dan keluar, m

Hfr = kehilangan tinggi energi akibat gesekan di

sepanjang pipa, m

HB = kehilangan tinggi energi pada tikungan, m

Kehilangan tinggi energi masuk dan keluar dinyatakan dengan rumus

berikut :

Hmasuk : masuk

2

2g

a v

v

...(2.26)

Hkeluar : keluar

2 2g a v v ...(2.27) Dimana :

(37)

masuk, keluar = Koefisien kehilangan tinggi energi masuk

dan keluar

va = Kecepatan rata – rata yang dipercepat dalam

bangunan , m/dt

v =Kecepatan rata – rata di bagian hulu atau hilir, m/dtk

Luas potongan melintang basah dalam peralihan tertutup diambil sama

dengan luas potongan melintang saluran tertutup. Oleh karena itu kehilangan

tinggi energi di dalam saluran tertutup adalah sama dengan kehilangan akibat

gesekan bisa dalam saluran tertutup.

2.2.11. Bentuk potongan melintang

Apabila tekanan tanah dan air di luar kecil, maka pada umumnya

kon-struksi akan terdiri dari pasangan batu dengan atap dari beton bertulang. Untuk debit

rencana yang kecil dan luas-potongan melintang yang kecil pula, dapat

dipertimbangkan penggunaan pipa-pipa beton bulat.

Jika tekanan di luar kuat maka pipa dari beton bertulang akan lebih cocok. Untuk

debit kecil dan potongan-potongan melintang yang kecil diperlukan pipa bentuk bulat

Kecepatan aliran yang tinggi dan luas potongan melintang yang besar mungkin

memerlukan bentuk segi empat untuk pertimbangan-pertimbangan pelaksanaan.

a. Lengkung

Jari – jari horisontal dibuat lebar, biasanya untuk membatasi panjang dan

(38)

b. Ukuran Minimum

Karena dipakai metode pelaksanaan galian terbuka, maka ukuran minimum

boleh diambil 1,0 m dan 0,70 m untuk saluran pendek.

2.3 Bak Distribusi (Reservoar).

Reservoar berasal dari bahasa Perancis (reservoa:) yang berarti tempat penampungan

(persediaan) air. Istilah ini tentunya sangat akrab di PDAM, baik itu ground reservoar

(di tanah) atau elevated reservoar (menara).

Reservoir atau danau buatan digunakan untuk tempat penyimpanan air. Reservoir

dapat dibuat di lembah sungai dengan membuat bendungan atau dengan menggali

tanah atau dengan cara konvensional seperti membuat tembok atau beton. Istilah

reservoir juga dapat digunakan untuk menggambarkan reservoir bawah tanah seperti

sumur minyak atau air (Wikipedia, 2011).

2.3.1 Tipe-tipe reservoir

a. Valley dammed reservoir

Pembuatan bendungan di sebuah lembah dengan mengandalkan topografi alami

sebagai wadah reservoir tersebut. Bendungan biasanya terletak di bagian yang sempit

sebuah hilir lembah. Membangun sebuah reservoir di lembah biasanya mengharuskan

pengalihan sungai selama masa pembangunan yang biasanya dilakukan melalui

terowongan atau saluran sementara. Di daerah yang berbukit, pembangunan reservoir

(39)

seperti ini level ketinggian air yang baru melebihi batas ketinggian air pada salah satu

atau beberapa cabang sungai seperti pada Llyn Clywedog di Mid Wales. Pada kasus

seperti ini sisi bendungan tambahan diperlukan untuk mengisi reservoir.

b. Bank-side reservoir.

Ketika air diambil dari sebuah sungai dengan kualitas dan kuantitas yang

berbeda-beda, bank-side reservoir mungkin dibangun untuk menyimpan air yang dipompa atau

yang disedot dari sungai. Reservoir seperti ini biasanya dibangun perbagian dengan

menggali dan sebagian lagi dengan jembatan melingkar di atas permukaan air atau

tanggul dengan keliling melebihi 6 km. Lantai reservoir dan jembatan tadi harus

memiliki lapisan kedap air.

Air yang disimpan dengan reservoir jenis ini harus memiliki waktu selama beberapa

bulan agar proses biologis mampu untuk mengurangi banyak kontaminasi dan

membersihkan kekeruhan. Penggunaan bank-side reservoir juga membolehkan

pemisahan air selama jangka waktu tertentu ketika sungai terkena polusi atau ketika

kondisi arus sangat lemah pada musim kemarau. Contoh salah satu penggunaan

bnak-side reservoir ini adalah The London water supply system dengan air sungai yang

diambil dari sungai Thames dan sungai Lee.

c. Service reservoir

Service reservoir menyimpan air yang dapat diminum di dekat lokasi distribusi.

Banyak service reservoir dibangun sebagai water tower, seringkali sebagai bangunan

yang tinggi pada pilar beton dimana bentang darat yang relatif datar. Service reservoir

(40)

berbukit. Service reservoir memiliki beberapa fungsi termasuk memastikan tersedia

cukup air di sistem distribusi air dan menyediakan sistem rem hidrolik kapasitansi.

2.3.1 Kegunaan reservoir:

a.Penyimpanan air.

Banyak bendungan sungai digunakan untuk menyediakan kebutuhan air mentah yang

diolah menjadi air minum. Reservoir tidak sesederhana menyimpan air sampai air

tersebut dibutuhkan tetapi juga merupakan bagian dari proses pengolahan air. Waktu

di mana air disimpan sebelum dilepaskan dikenal sebagai retention time. Ini

merupakan sebuah rancangan agar partikel dan lumpur dapat keluar dan juga

merupakan waktu yang baik untuk pengolahan air sacara biologis oleh bakteri, alga,

atau zooplankton yang secara alami tinggal si air tersebut.

b. Hydroelectricity

Sebuah reservoir membangkitkan hydroelectricity seperti turbin yang terhubung pada

pipa yang menahan air dengan diameter yang besar. Pembangkit tersebut dibuat

didasar bendungan atau di tempat yang jauh. Beberapa pembangit hydroelectricity

menggunakan pompa yang dapat diisi ulang yang mana reservoir level tinggi diisi

dengan air menggunakan pompa listrik, ketika permintaan listrik rendah kemudian air

yang disimpan digunakan untuk pembangkit listrik dengan melepaskan air yang

disimpan ke dalam reservoir level yang lebih rendah. Ini desebut dengan

pump-storage.

c. Mengontrol anak sungai

Reservoir dapat digunakan dengan banyak cara untuk mengatur bagaimana arus air di

(41)

Mengontrol anak sungai dapat bermanfaat untuk menyediakan air di daerah hilir,

irigasi, mengontrol banjir, dan sebagai kanal

d. Menjaga keseimbangan aliran/arus

Reservoir dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan arus dengan sistem

pengaturan yang tinggi, mengambil air ketika arus tinggi dan melepaskannya kembali

ketika arus rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan tidak menggunakan pompa tapi

dengan menggunakan pintu air yang dapat disesuaikan.

e. Rekreasi

Air yang tersedia pada banyak reservoir biasanya memperbolehkan beberapa

kegiatan rekreasi seperti memancaing, berlayar, atau kegiatan lainnya. Beberapa

aturan ditetapkan untuk keamanan publik dan melindungi kualitas air atau ekologi di

daerah sekitar. Banyak reservoir dilengkapi dengan pemandangan dan tempat

rekreasi.

Reservoar merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah sistem penyaluran

air. Ada beberapa fungsi reservoar dalam sebuah sistem penyaluran air, antara lain :

-Sebagai water storage transit (tempat penyimpanan air sementara) Untuk menambah

aliran air (flow).

- Water balance system (penyeimbang kebutuhan) untuk beban-beban pemakaian

peak-hour, average dan minimum demand.

-Fire storage, tempat penampungan air cadangan untuk keperluan pemadaman

(42)

2.4 Dasar Perencanaan Pompa

Dalam perancangan pompa untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat

yang lain dengan head tertentu diperlukan beberapa syarat utama, yaitu

2.4.1 Kapasitas

Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa per satuan waktu.

Kapasitas pompa ini tergantung pada kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan

fungsi pompa yang direncanakan.

2.4.2 Head pompa

Head pompa adalah ketinggian dimana kolom fluida harus naik untuk memperoleh

jumlah yang sama dengan yang dikandung oleh satuan bobot fluida pada kondisi yang

sama. Head ini ada dalam tiga bentuk, yaitu :

a. Head potensial

Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum plane). Jadi suatu

kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang disebabkan oleh posisinya

atau disebut fluida mempunyai head sebesar Z kolom air.

b. Head kecepatan

Head kecepatan atau head kinetik yaitu suatu ukuran energi kinetik yang dikandung

(43)

c. Head tekanan

Head tekanan adalah energi yang dikandung fluida akibat tekanannya dan dinyatakan

dengan

Head total dari pompa diperoleh dengan menjumlahkan head yang disebut di atas

dengan kerugian-kerugian yang timbul dalam instalasi pompa (head mayor dan head

minor).

2.4.3 Sifat zat cair

Sifat-sifat fluida kerja sangat penting untuk diketahui sebelum perencanaan pompa.

Pada perencanaan ini, temperatur air dianggap sama dengan temperatur kamar.

2.4.4 Unit penggerak pompa

Pada perancangan ini direncanakan pompa yang mempunyai konstruksi kokoh dan

dapat menjamin tidak terjadinya kebocoran sama sekali. Hal ini direncanakan dengan

merancang sistem penggerak pompa dan bagian utama poros sebagai satu unit

kesatuan. Umumnya unit penggerak pompa yang biasanya dipakai adalah motor

bakar, motor listrik dan turbin uap.

Dalam pemilihan jenis pompa yang digunakan untuk mendistribusikan fluida kerja

ini, perlu dipertimbangkan faktor teknis dan ekonomisnya. Pompa yang digunakan

(44)

• Kapasitas pompa besar.

• Aliran fluida yang dipompakan kontinu.

• Konstruksi kecil dan sederhana sehingga mudah dalam pemeliharaan dan dapat

digabungkan dengan unit penggerak pompa sebagai satu kesatuan.

• Dapat beroperasi pada putaran tinggi dan dikopel langsung dengan motor

penggerak.

• Getaran yang terjadi pada saat pengoperasiannya relative kecil.

• Untuk melayani kebutuhan yang sama, harga awal dan perawatan lebih murah

dibanding jenis lain.

(45)

BAB III

METODOLOGI DAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Prosedur Pelaksanaan.

Bagan Alir ( Flowchart ) penelitian disajikan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Bagan Alir ( Flowchart ) Penelitian.

3.1.1. Pengumpulan Data Hidrologi, Peta dan Hasil Pengukuran Topografi.

a. Pengumpulan data meliputi data analisa hidrologi berupa: - Analisa Hujan Kawasan.

Tujuan Penelitian :

Diperolehnya perencanaan suplesi Sungai Ular ke Sungai Belumai.

Batasan dan ruang lingkuppenelitian

[image:45.595.126.522.234.636.2]

Pengumpulan Data Gambaran wilayah

studi

Tinjauan Pustaka

Data Sekunder

Studi yang dilakukan sebelumnya. Dinas terkait.

Data Primer :

Survei lapangan

Pembahasan :

Kompilasi data

Analisa/ Perencanaan :

Merencanakan bangunan dalam Suplesi.

(46)

- Analisa Frekuensi dan Probabilitas

- Prediksi Kebutuhan Air

- Analisis Neraca Air Sungai Belumai - Perhitungan Curah Hujan Rencana - Perhitungan Debit Banjir

b. Pengumpulan data peta topografi, serta data pendukung atau peta lainnya yang dibutuhkan untuk perencanaan termasuk studi - studi terdahulu bila ada. c. Pengumpulan data-data bangunan yang sebelumnya direncanakan.

3.1.2. Perencanaan Saluran Terbuka

Perencanaan saluran terbuka dibuat di 2 tahap yaitu Tahap 1 (BU.Kr.1 hingga patok U-196)

sepanjang 9637,4 m, dan Tahap 2 (U- 417 hingga Sungai Belumai) sepanjang1593 m.

Langkah-langkah merencanakan Saluran Terbuka:

a. Menentukan Hidrolis saluran

Pada umumnya perhitungan saluran terbuka hanya digunakan pada aliran tetap dengan debit Q dinyatakan sebagai

Q = A . V

Dimana

A= Luas Penampang saluran(m²), Q = debit saluran(m3/dtk), V= kecepatan aliran (m/dtk)

Aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk itu diterapkan rumus Strickler

(47)

V = Kecepatan rata-rata aliran(m/dtk), K = Koefisien Strikler, R=Jari-Jari hidrolois(m), S= Kemiringan saluran.

Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran – saluran irigasi tanah disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran – saluran irigasi tanah

Debit rencana m3/dt

k m1/3/dt Q > 10

5 < Q < 10

1 < Q < 5

Q < 1 dan saluran tersier

45

42,5

40

35

b. Menentukan Elemen Geometri saluran

Untuk bentuk penampang direncanakan berbentuk trapesium seperti Gambar 3.2.

[image:47.595.175.455.226.396.2]

dibawah ini

Gambar 3.2. Parameter potongan melintang

Rumus mencari Jari-Jari Hidrolis

[image:47.595.182.452.521.689.2]
(48)

R = A P

Rumus mencari Luas

A = ( b + m h ) h

Rumus mencari Keliling Basah

P = ( b + 2 h 1 + m2 )

Rumus mencari Lebar Dasar

b = n x h Dimana :

Q = debit saluran (m3/dtk), A = potongan melintang aliran(m2), R=jari–jari hidrolis (m), P= keliling basah (m), b= lebar dasar(m), h= tinggi air(m), I =kemiringan

energi (kemiringan saluran), k=koefisien kekasaran Stickler(m1/3/dtk), m= kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal).

c. Menentukan tinggi tekan.

Kehilangan tinggi tekan untuk Saluran Terbuka.

Dimana :

(49)
[image:49.595.98.527.77.419.2]

Gambar 3.2 Diagram Moody

3.1.3 Perencanaan Saluran Pipa.

Saluran suplesi dengan pipa gravitasi digunakan untuk mengalirkan air

suplesi dari bangunan bagi U-196 hingga patok U-417 dengan aliran dari Reservoar.

Saluran pipa gravitasi direncanakan dengan menggunakan pipa GIP, metode

perhitungan yang dilakukan adalah dengan menggunakan persamaan Manning untuk

saluran terbuka.

(50)

n = koefisien kekasaran pipa Manning, v = kecepatan aliran (m/s), I= garis kemiringan energi (kemiringan hidrolis)

Pada zat cair yang mengalir di dalam bidang batas (pipa, saluran terbuka atau

bidang datar) akan terjadi tegangan geser dan gradient kecepatan pada seluruh medan

aliran karena adanya kekentalan. Tegangan geser tersebut akan menyebabkan

terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran.

Perhitungan kehilangan tinggi tekan (head losses) ini dapat dihitung dengan

persamaan Darcy-Wiebach.

Berdasarkan Persamaan Darcy-Wiesbach

Berdasarkan persamaan Darcy-Wiesbach suatu aliran yang mengalir melalui

saluran tertutup akan mengalami kehilangan enrgi akibat adanya perubahan

kecepatan, gesekan pada pipa dan penyusutan atau belokan-belokan yang

menyebabkan energi pada pipa berkurang.

Kehilangan energy yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Untuk Pipa

Dimana :

H = Kehilangan tekanan (m), V = Kecepatan aliran (m/detik), f = Faktor gesekan, L = Panjang pipa (m), D = Diameter dalam pipa (m), K = Koefisien tahanan hidrolik.

Kerugian Head Minor.

(51)

HB = Kb g a 2 2 v

Kb adalah koefisien kehilangan tinggi energi untuk siku dan tikungan

saluran tertutup.

Harga – harga siku Kb disajikan pada Tabel 3.2.

Biasanya saluran pipa direncana dengan kurve horisontal yang cukup besar yang dapat memperbaiki pembagian kecepatan pada tikungan dan mengurangi kehilangan pada tikungan tersebut. Menyajikan harga – harga Kb untuk saluran

[image:51.595.119.520.343.471.2]

tertutup yang berdiameter besar menurut USBR.

Tabel 3.2. Harga – harga Kb untuk siku

Sudut

Derajat 5o 10o 15o 22,5o 30o 45o 60o 70o 90o

Profil bulat

0,02 0,03 0,04 0,05 0,11 0,24 0,47 0,80 1,1 Profil

segi empat

0,02 0,04 0,05 0,06 0,14 0,3 0,6 1,0 1,4

Selain kerugian yang disebabkan oleh gesekan, pada suatu jalur pipa juga

terjadi kerugian karena kelengkapan pipa seperti belekon, siku, sambungan, katup

dan sebagainya yang disebut dengan kerugian kecil (minor losses).

Untuk pipa yang panjang (L/d >>> 1000), minor losses dapat diabaikan tanpa

kesalahan yang cukup berarti tetapi menjadi penting pada pipa yang pendek.

3.1.4. Perencanaan Reservoar

Reservoar ditempatkan di patok U-196 atau dekat Sungai Marumbur yaitu di

(52)

Langkah-langkah dalam merencanakan Reservoar:

a. Menganalisa data-data topografi yaitu dengan mendapatkan panjang pipa

sehingga didapatkan berapa panjang yang aliran yang akan dialiri Reservoar.

b. Merencanakan debit aliran, kecepatan aliran, diameter pipa.

c. Dengan menggunakan Persamaan Bernaulli akan didapatkan tinggi Reservoar.

Z1 +

+

= Z2 +

+

+ hf

Dimana:

p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2, v1 dan v2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan

2, Z1 dan Z2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2, γ= berat jenis fluida, g =

percepatan gravitasi = 9,8 (m/s2)

[image:52.595.110.510.456.699.2]
(53)
[image:53.595.141.515.96.318.2]

Gambar 3.2 Sket gambar rencana Reservoar dan pipa

d. Merencanakan Kapasitas Reservoar, kapasitas yang direncanakan dengan

waktu 3 jam atau 18000 detik dialiri Debit yang dialirkan Q= 1 m3/detik Volume Reservoar = Debit x Waktu direncanakan

3.1.4. Pompa.

Langkah-langkah Perencanaan Pompa :

a. Memilih pompa yang sesuai dengan kapasitas yang telah direncanakan.

b. Menentukan Total Head Pompa.

Dengan Persamaan Bernaulli

(54)

d. Menentukan jumlah pompa yang dibutuhkan.

3.2. LOKASI STUDI PENELITIAN

3.2.1.Topografi

Daerah aliran Sungai Ular mempunyai letak geografis 2º 95’ sampai 3º 30’

Lintang Utara dan 98º 35’ sampai 98º 55’ Bujur Timur, dengan luas daerah aliran

sungai 1.139 km2 dan panjang sungai 115 km. Sungai Ular mengalir dari arah barat laut Danau Toba yang mempunyai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut.

Sungai Ular mempunyai beberapa anak sungai diantaranya Sungai Karai, Sungai

Buaya dan Sungai Pulung. Setelah bertemu dengan Sungai Karai dan Sungai Buaya,

Sungai Ular mengalir melalui daerah pertanian dan akhirnya menuju Selat Malaka

yang berjarak sekitar 30 km timur Kota Medan.

Sungai Belumai terletak di Koordinat: 3°22'32" Lintang Utara 98°43'3" Bujur

Barat. Debit air Sungai Belumai yang diprediksi dapat menghasilkan 3.000 liter per

detik, kini diperhitungkan turun jadi 2.000 liter per detik. Air sungai yang membelah

Kota Tanjung Morawa ini hanya bisa menyumbang kontribusi air minum seperti

selama ini sebesar 1.000 liter per detik.

Secara garis besar keadaan topografi pada sekitar kanan kiri sungai relatif

tinggi dari arah hulu sampai kehilir. Pada bagian-bagian daerah tertentu terdapat

bukit-bukit kecil. Disekitar aliran sungai terdapat pemukiman penduduk berupa desa

(55)

3.2.2. Kondisi Eksisting

Daerah aliran Sungai Ular mempunyai luas daerah aliran sungai 1.080 km2 dan panjang sungai 115 km. Sungai Ular mengalir dari arah barat laut Danau Toba

yang mempunyai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Sungai Ular

mempunyai beberapa anak sungai diantaranya Sungai Karai, Sungai Buaya dan

Sungai Pulung. Setelah bertemu dengan Sungai Karai dan Sungai Buaya, Sungai Ular

mengalir melalui daerah pertanian dan akhirnya menuju Selat Malaka yang berjarak

sekitar 30 km timur Kota Medan.

Permasalahan utama pada kegiatan ini adalah keadaan topografi pada sekitar

kanan dan kiri sungai tidak sama tinggi dan pada jalur-jalur pengukuran terdapat

beberapa titik elevasi yang tinggi. Pada bagian-bagian daerah tertentu terdapat

bukit-bukit kecil. Disekitar aliran sungai terdapat juga pemukiman penduduk berupa desa

dan sebagian besar berupa umbulan/ dusun kecil.

Selain itu juga banyak penyadapan air sungai di daerah Sei Belumai dan Sei

Batu Gingging, hal ini juga sangat berpengaruh terhadap penurunan ketersediaan air

minum yang dapat dikelola PDAM di Sei Belumai.Untuk mengatasi permasalahan ini,

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi mengusulkan untuk dilakukan penambahan

debit Sungai Belumai.

Untuk menyiasati permasalahan ini, konsultan mengadakan survey topografi,

pengukuran long section dan cross section selanjutnya uji mekanika. Hal ini

dilakukan untuk mendapatan jalur suplesi yang tepat dan efisien dan diusahakan tidak

memakan waktu dan biaya yang banyak.

Karena pertimbangan elevasi dan kondisi dilapangan maka pada hasil

(56)

12 m setelah patok ke 2 (dua) sebagai titik awal saluran suplesi dan lokasi rencana

rumah pompa dipilih pada daerah yang mempunyai profil melintang yang cukup

bagus dengan kiri dan kanan sungai berupa tebing. Berdasarkan kondisi topografi dan

posisi sungai yang ada elevasi yang dibutuhkan maka dapat disituasikan sebagai

[image:56.595.81.554.232.520.2]

berikut :

Gambar 3.4 Peta Lokasi Kegiatan

Gambaran secara umum kondisi route yang ada cukup memungkinkan bila

dibuat jalur suplesi dengan menggunakan pipa dan dibantu dengan pompa.

Berikut ini adalah hasil penyelusuran dan survey jalur suplesi dari Bangunan

bagi BU.Kr.1, yaitu :

-Panjang route yang dibutuhkan adalah 22.65 km

-Sungai dan anak sungai yang dilewati adalah:

(57)

b. Sungai Marumbur

c. Sungai Baturata

d. Sungai Tawang

e. Sungai Merah

Dari hasil identifikasi dan pengukuran dilapangan diketahui bahwa elevasi tiap

jalur tidak sama tinggi, beberapa route mengikuti sisi saluran dan sungai sepanjang ±

6 km. Pada beberapa tempat bahkan elevasi menanjak tinggi ± 620.

Sebagaimana kondisi topografi lokasi kegiatan yang berada dalam wilayah

satuan wilayah Sungai (SWS) Ular yang berada pada daerah yang berkontur, maka

kondisi trase salurannya berbelok-belok dan tak beraturan mengikuti kondisi kontur

dan ketinggian salurannya. Selain kondisi tersebut, kondisi tanahnya mulai dari

BUKr1 sampai ke Sungai Belumai sepanjang ± 21,65 km merupakan lahan disekitar

persawahan dan kondisi saluran dan sungai yang berada sekitar jalur rencana tidak

begitu menyulitkan.

Setelah dilakukan survey disertai inventarisasi kondisi jalur serta survey topografi

maka didapat :

- Keadaan topografi dari Bu.Kr.1 (+31,30 m dpl) hingga sungai Marumbur

(+21,42 m dpl) cenderung menurun

- Keadaan topografi dari sungai Marumbur hingga sei Belumai cenderung

menanjak, dimana terdapat bukit-bukit yang cukup tinggi dengan elevasi

(58)

BAB IV PERENCANAAN

Saluran Suplesi di desain dari Sungai Ular melalui bangunan bagi ( Bu.Kr .1 yang terletak dari Patok U-2. Bangunan bagi BU.Kr.1 yang telah dimodifikasi sebagai bangunan bak pengambilan sehingga mampu melewatkan air yang akan dimanfaatkan sebagai air suplesi ke sungai Belumai melalui saluran pipa. Setelah melewati patok U-196 keadaan topografi menanjak, sehingga diperlukan pompa untuk mengalirkan air dari posisi saluran di patok U-196 hingga sungai Belumai.

[image:58.595.104.535.399.607.2]

Debit keluaran ke sungai Bemlumai adalah sebesar 1000 liter/detik.

(59)

Bangunan yang direncanakan adalah:

- Perencanaan Saluran Terbuka.

- Perencanaan Pipa.

- Reservoar.

- Perencanaan Pompa.

4.1. SALURAN TERBUKA DARI BU.Kr.1(Bangunan Bagi) Hingga Patok U-

196(Sekitar Sungai Marumbur)

Data-data yang ada untuk tahap 1 ( dari BU.Kr.1 ke patok U-196 ) :

- Debit yang akan dialirkan Q = 1 m3/detik

- Elevasi awal dasar saluran di BU.Kr.1 = +31,30 m

- Elevasi awal muka air di BU.Kr.1 = +32,40 m

- Elevasi akhir dasar rencana saluran terbuka di lokasi patok U-196 = 19,258 m

- Elevasi akhir muka air rencana pipa di lokasi patok U-196 = 20.00 m

- Panjang saluran L = 4487,4 + 5150 = 9637,4 m

-Kemiringan hidrolis dari Bu.Kr.1 hingga patok U-196= = = ,00128

(60)
[image:60.595.121.504.76.268.2]

Gambar 4.2 Penampapang Melintang Saluran

Rumus Aliran

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk itu

diterapkan rumus Strickler.

Kemiringan talud m=1,5 atau(1 : 1,5 )

n = = 1,6

Tabel 3.1. Harga–harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran irigasi tanah

Debit rencana m3/dt

k m1/3/dt

Q > 10

5 < Q < 10

1 < Q < 5

Q < 1 dan saluran tersier

45

42,5

40

[image:60.595.177.456.542.742.2]
(61)

Koefisien Stricler (K) =40

Luas Tampang Saluran (A)

A = ( b + m.h ) h

= ( 1,6 h + 1,5 h )

= 3,1

Keliling Basah (P)

P = b + 2h 1 + m2 = 1,6 h + 2h 1 + m2

= 1,6 + 3,605 h = 5,205 h

Jari-jari Hidrolis ( R)

R= = = 0,595 h

Kecepatan aliran ( V ),

V = K R 2/3 I ½

= 40 (0,595 h) 2/3 (0,00128) ½

= 1,101 h 2/3 Debit aliran ( Q )

Q = A . V

1 = 3,1 1,101 h 2/3 1 = 3,413 h8/3

h = 0,63 m

Lebar dasar saluran

B= 1,6 . 0,63

= 1,01 m

(62)

=1,101 (0,63) 2/3 =0,809 m/dtk

R = 0,595 h

= 0,595 (0,63)

=0,374

4.2. Perencanaan Pipa

Perencanaan reservoar di sekitar sungai marumbur

Data data yang tersedia :

-Debit yang dialirkan Q= 1 m3/detik

-Ketingian patok U-422= Z2 = – 6 = 4.314 m

-Panjang saluran = L = 11368 m

-Direncanakan diameter pipa, D = 763 mm = 0,763 m = 30 ” inci

-Luas Pipa (A) = = = = 0,456 m2

-Elevasi awal dasar saluran di U-196= 20,631m

-Elevasi awal muka air di U-196 = +21,381 m

-Elevasi akhir dasar rencana saluran terbuka di lokasi patok U-422 = 24,920 m

-Elevasi akhir muka air rencana pipa di lokasi patok U-422 = 25,670 m

-Kemiringan hidrolis dari Sungai Marumbur sampai patok U-422

(63)

Kecepatan Rencana

Digunakan 2 pipa , dengan luas pipa = 0,456 m2 Debit satu pipa direncanakan = 0,5 m3/dtk

Jadi V rencana = Q/A

V= 0,5/0,456

V = 1,095 m/detik

Debit yang dibutuhkan untuk suplesi sungai Belumai yaitu sebesar 1

m3/detik, dengan Debit 0, 5 m3/dtk sehingga dibutuhkan 2 X 0,50 m3/dtk. Jadi Pipa yang digunakan 2 buah pipa berukuran diameter 0,762 mm untuk dapat mengalirkan

(64)

4.3. Perencanaan Reservoar

[image:64.595.118.540.161.462.2]

Penentuan tinggi muka air Reservoar

Gambar 4.3 Aliran Reservoar

Keterangan Gambar

Z1 = Tinggi Muka air Reservoar

Z2 = Tinggi akhir pipa

(65)

Dari Persamaan Bernaulli

Z

1

+

+

= Z

2

+

+

+ hl

Z

1

+

+

= Z

2

+

+

+ hf + he

Z

1

+

+

= Z

2

+

+

+ hf + he

Kehilangan tinggi energi mengunakan Hazen Wiliam

Z1 + + =

Z

2

+

+ ( 1,214 x 1010 + )

Z1 + 0 + 0 = 4.290+ 0

+

+ ( 1,214 x 1010 + )

Z1 + 0 + 0 = 4.290 + 0 + + (1,214 x 1010 + )

Z1 = 4.290 + 0.06111 + 17.491 + 1.161

Z1= 23.003 meter

Kapasitas Reservoar

Direncanakan bentuk reservoir berbentuk tabung

Diameter tabung (d) = 20 meter

Tinggi tabung (t) = 12 meter

(66)

Kapasitas reservoir (Volume Tabung terisi air) = Luas alas x Tinggi air tabung

= x t

= x 12

= 3771,43 m3

4.3 Perencanaan pompa

Total Head yang dibutuhkan pompa menaikkan air

Data data yang dibutuhkan

Kapasitas Pompa (debit) = 250 liter/detik =0,25 m3/detik Diameter pipa tekan (d) =400 mm

Kekasaran pipa menurut Hazen wiliam (CH) = 130

Nilai K untuk belokan = 0,19

Luas Pipa (A) = = = = 0,126 m2

Kecepatan aliran = Debit/Luas

= 0,25/0,126aliran air keluar

= 1,98 m/detik

(67)

Jumlah Pompa dibutuhkan = debit dibutuhkan/ debit pompa

Gambar

Gambar 2.1.  Parameter potongan melintang
Tabel 2.1. Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran –
Tabel 2.2. Karakteristik saluran yang dipakai
Tabel 2.4. Kemiringan talut mnimum untuk saluran timbunan yang dipadatkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data di atas dinyatakan bahwa penentuan kadar Mangan (Mn) dari air baku dan air reservoir yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melewati ambang batas kadar yang

Segala puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas berkat dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmia (KTI) yang

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan karena atas berkat rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, penyertaan, dan kasih sayang-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-NYA yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan

Segala puji hormat dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih, berkat, dan penyertaan-Nya yang senantiasa tercurah, sehingga

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “