• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah"

Copied!
295
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN SOAL BERBASIS HOTS

DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH PADA POKOK BAHASAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN YANG MELANDASI PERISTIWA- PERISTIWA PENTING DI EROPA DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA SERTA BANGSA LAIN UNTUK

PESERTA DIDIK KELAS XI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Nicholas Adven Christiyanto 161314010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai dan memberkati saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua saya yang selalu kusayangi dan kukasihi, Mama Asih dan Papa Adi yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Adik saya satu-satunya Fanny yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh anggota NCT terutama Mark, Jeno, Jisung, Chenle, dan Sungchan yang telah memberikan dukungan moral kepada saya melalui karya-karya yang telah mereka buat sehingga mendorong saya untuk terus bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

v MOTTO

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. (Lukas 1:38)

“Sapere Aude”. - Immanuel Kant

“If you don’t have a choice, just accept it the way it is. Don’t try to run away from it, just do it. Time doesn’t stop for anyone. So with time, I think you’ll be able to

learn how to enjoy that moment as well”. - Lee Taeyong

“It’s not always easy, but that’s life. Be strong because there are better days ahead”. - Mark Lee

“As long as we put in effort, you will definitely get something in return. It will always come. It may be early, or it may be late”. - Huang Renjun

“Don’t smile only when you’re happy. But smile to be happy”. - Park Jisung

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 November 2021

Nicholas Adven Christiyanto

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nicholas Adven Christiyanto

Nomor Induk Mahasiswa : 161314010

PENGEMBANGAN SOAL BERBASIS HOTS

DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH PADA POKOK BAHASAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN YANG MELANDASI PERISTIWA- PERISTIWA PENTING DI EROPA DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA SERTA BANGSA LAIN UNTUK

PESERTA DIDIK KELAS XI SMA

Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk perangkat data, mendistribusikan secara terbatas, dan tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 18 November 2021 Yang menyatakan

(Nicholas Adven Christiyanto)

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN SOAL BERBASIS HOTS

DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH PADA POKOK BAHASAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN YANG MELANDASI PERISTIWA- PERISTIWA PENTING DI EROPA DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA SERTA BANGSA LAIN UNTUK

PESERTA DIDIK KELAS XI SMA Nicholas Adven Christiyanto

Universitas Sanata Dharma 2021

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan soal sejarah berbasis HOTS pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa-peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi bangsa Indonesia dan bangsa lain yang layak digunakan oleh peserta didik kelas XI SMA.

Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D) dengan menggunakan metode pengembangan Borg dan Gall. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan desain produk awal, (3) pengembangan draf produk, (4) uji coba lapangan terbatas, (5) penyempurnaan produk awal, (6) uji coba lapangan, dan (7) penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk soal sejarah berbasis HOTS yang dikembangkan layak digunakan sebagai instrumen tes sejarah. Hal ini ditunjukkan dari hasil rekapitulasi uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru yang termasuk dalam kategori “sangat baik” dengan perolehan skor 4,81, serta hasil uji coba lapangan oleh 10 peserta didik kelas XI IPS dengan perolehan skor 4,34 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Kriteria penilaian menggunakan standar penilaian skala lima berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

Kata Kunci : Penelitian Pengembangan, Soal HOTS, Peristiwa Penting di Eropa

(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF HOTS QUESTION

IN HISTORY SUBJECT ON THE UNDERLYING THOUGHTS ON IMPORTANT EVENTS IN EUROPE AND THEIR EFFECTS FOR THE LIFE OF THE INDONESIAN AND OTHER NATIONS FOR CLASS XI OF

HIGH SCHOOL STUDENTS Nicholas Adven Christiyanto

Sanata Dharma University 2021

This study aims to develop HOTS-based historical questions on the subject of ideas that underlie important events in Europe and their impacts on the Indonesian people and other nations that are suitable for use by high school students of class XI.

This type of research is Research and Development (R&D) using the Borg and Gall development method. The steps used in this study include (1) research and data collection, (2) initial product design planning, (3) product draft development, (4) limited field trials, (5) initial product refinement, (6) field trials, and (7) refinement of products resulting from field trials.

The results of this study indicate that the HOTS-based history test product is feasible to be used as a historical test instrument. This is shown from the results of the limited field trial recapitulation by lecturers and teachers who are included in the "very good" category with a score of 4.81, as well as the results of field trials by 10 students of class XI Social Sciences with a score of 4.34 and included in the

"very good" category. The assessment criteria used here is a five-scale assessment standard based on the Benchmark Reference Assessment (PAP).

Keywords: Development Research, HOTS Questions, Important Events in Europe

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, penyertaan, dan kasih sayang-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Soal Berbasis HOTS dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Pokok Bahasan Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Peristiwa- Peristiwa Penting di Eropa dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia serta Bangsa Lain untuk Peserta didik Kelas XI SMA”. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak luput dari bantuan banyak pihak.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Yohanes Rasul Subakti, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing peneliti selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Brigida Intan Printina, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

(11)

xi

Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah membimbing peneliti selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., yang sempat menjadi dosen Pembimbing II peneliti sebelum beliau melanjutkan studi S3 di Bandung, sekaligus dosen uji coba lapangan terbatas produk pada penelitian ini.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu pengetahuan bagi peneliti selama ini.

7. Ibu Maria Nikkita Mega Melati, S.Pd., guru sejarah SMA Kolese Gonzaga Jakarta, yang sudah berkenan memberi penilaian pada uji coba lapangan terbatas produk dalam penelitian ini.

8. Bapak Lucius Pravasta Alver Leryan, S.Pd., guru sejarah SMA Kolese De Britto Yogyakarta, yang sudah berkenan memberi penilaian pada uji coba lapangan terbatas produk dalam penelitian ini.

9. Bapak Carolus Boromeus Aditya Deddy, S.Pd., guru sejarah SMA YPPK Adhi Luhur Nabire, yang sudah berkenan membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10. Ibu Fransina Fiawe S.Pd., guru sejarah SMA YPPK Agustinus Sorong, yang sudah berkenan membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. Ibu Gracesila Adevia S.Pd., guru sejarah SMA Santa Maria Cirebon, yang sudah berkenan membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

12. Mas Agus, selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang selalu dengan sigap memberikan pelayanan adsminitrasi kepada penulis.

(12)

xii

13. Kedua orang tua tercinta, Papa Adi dan Mama Asih yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi.

14. Adik saya yang terkasih, Fanny yang selalu menyemangati peneliti selama proses penyusunan skripsi.

15. Para sahabat “Pertobatan” dan “Bunda Akhirnya Pulang” yang senantiasa memberi dorongan dan semangay atas penyelesaian skripsi ini.

16. Teman-teman Program Studi Pendidikan Sejarah Angkatan 2016 yang kurang lebih selama 4 tahun sudah mau berdinamika bersama peneliti.

17. NCT, Red Velvet, Aespa, dan Taeyeon yang telah menemani peneliti dalam penyelesaian skripsi ini melalui karya musik mereka.

18. Kepada diri saya sendiri yang mau berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini.

19. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, bantuan, dan motivasi kepada peneliti yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

“Tak ada jalan yang tak berlubang”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Yogyakarta, 18 November 2021

Nicholas Adven Christiyanto

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kajian Teori ... 12

1. Pembelajaran Abad 21 ... 12

2. Higher Order Thinking Skills (HOTS) ... 21

3. Pembelajaran Sejarah ... 40

4. Evaluasi Pembelajaran Sejarah ... 44

B. Hasil Penelitian Relevan ... 49

C. Kerangka Berpikir ... 51

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... 54

A. Jenis Penelitian ... 54

B. Uji Coba Produk ... 58

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 63

D. Jenis Data ... 63

E. Metode Pengumpulan Data ... 64

F. Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Hasil Penelitian ... 71

1. Penelitian dan Pegumpulan Data ... 71

2. Perancangan Desain Produk Awal ... 73

3. Pengembangan Draf Produk ... 73

4. Uji Coba Lapangan Terbatas ... 75

a. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas dari Dosen ... 75

(14)

xiv

b. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas dari Guru I ... 80

c. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas dari Guru II ... 86

d. Rekapitulasi Data Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Dosen dan Guru ... 90

5. Penyempurnaan Produk Awal ... 90

6. Uji Coba Lapangan ... 107

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba Lapangan ... 110

B. Pembahasan ... 115

BAB 5 PENUTUP ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Keterbatasan Penelitian ... 126

C. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

LAMPIRAN ... 130

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan HOT dengan HOTS ... 23

Tabel 2. Kesetaraan Istilah Terkait HOTS dan HOT ... 24

Tabel 3. Proses Kognitif Sesuai Level Kognitif Bloom ... 29

Tabel 4. Ranah Afektif ... 32

Tabel 5. Ranah Psikomotor ... 33

Tabel 6. KKO Ranah Kognitif ... 34

Tabel 7. KKO Ranah Afektif ... 35

Tabel 8. KKO Ranah Psikomotor ... 36

Tabel 9. Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Dosen & Guru 65 Tabel 10. Kisi-Kisi Instrumen Uji coba lapangan Terbatas oleh Peserta didik 67 Tabel 11. Standar Penilaian Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan 68 Tabel 12. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek Materi ... 76

Tabel 13. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek Konstruksi .. 77

Tabel 14. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek Bahasa ... 78

Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas Oleh Dosen... 78

Tabel 16. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek Materi ... 80

Tabel 17. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek Konstruksi .. 81

Tabel 18. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek Bahasa ... 82

Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas Oleh Guru I ... 82

Tabel 20. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Materi ... 86

Tabel 21. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Konstruksi 87

Tabel 22. Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Bahasa ... 88

Tabel 23. Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas Oleh Guru II ... 88

Tabel 24. Rekapitulasi Data Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen dan Guru .... 90

Tabel 25. Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 39 ... 92

Tabel 26. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 5 ... 93

Tabel 27. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 8 ... 94

Tabel 28. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 9 ... 94

Tabel 29. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 16 ... 95

Tabel 30. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 17 ... 96

Tabel 31. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 19 ... 97

Tabel 32. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 23 ... 98

Tabel 33. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 30 ... 99

Tabel 34. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 42 ... 99

Tabel 35. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 44 ... 100

Tabel 36. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 47 ... 100

Tabel 37. Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 13 ... 101

Tabel 38. Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 21 ... 103

Tabel 39. Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 32 ... 104

Tabel 40. Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 37 ... 105

Tabel 41. Revisi Soal Uraian Nomor 8 ... 107

Tabel 42. Data Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan ... 108

Tabel 43. Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 15 ... 111

Tabel 44. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 10 ... 112

(16)

xvi

Tabel 45. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 11 ... 112 Tabel 46. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 16 ... 113

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I Soal HOTS ... 37

Gambar II Soal HOTS ... 37

Gambar III Soal HOTS ... 38

Gambar IV Kerangka Berpikir ... 53

Gambar V Langkah Penggunaan Metode R&D Menurut Borg dan Gall .... 56

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Melakukan Praktik Penelitian ... 130

Lampiran 2: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kelompok Kecil... 131

Lampiran 3: Silabus ... 134

Lampiran 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 137

Lampiran 5: Kisi-Kisi ... 153

Lampiran 6: Kartu Soal ... 160

Lampiran 7: Kumpulan Soal Sejarah Berbasis HOTS ... 239

Lampiran 8: Kunci Jawaban... 270

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam kehidupan manusia memiliki peranan yang penting dan mendasar.1 Pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam UU No 20 tahun 2003 dapat diartikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Perihal ini menunjukkan bahwa pendidikan mampu membawa manusia untuk berkembang ke arah yang lebih baik serta mendorongnya agar dapat meningkatkan potensi dan kualitas diri yang dimilikinya masing-masing.3

Keberhasilan proses pendidikan di sekolah dapat ditunjukkan salah satunya dengan meningkatnya prestasi belajar peserta didik (kognitif). Prestasi belajar peserta didik sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor internal (berasal dari dalam peserta didik) dan faktor eksternal (berasal dari luar). Faktor internal dapat berupa kemampuan, motivasi belajar, kebiasaan belajar, dan faktor psikis jiwa. Sedangkan faktor eksternal berupa sesuatu yang

1 Amelia Rahman dkk., “Pengembangan Instrumen Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia”, Jurnal Pakar Pendidikan, Volume 17, Nomor 1, 2019. Hlm. 48.

2 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1, pasal 1, ayat 1”. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

3 Amelia Rahman dkk., loc. cit.

(20)

mempengaruhi hasil belajar peserta didik di sekolah, yakni kualitas pembelajaran.4

Hasil pengkajian butir soal yang telah dilakukan pada tahun 2018/2019 oleh Direktorat Pembinaan SMA pada Pendampingan USBN terhadap 26 mata pelajaran di 136 SMA rujukan yang tersebar di 34 Provinsi, mengindikasikan bahwa dari 1.779 butir soal yang dianalisis sebagian besar soal masih berada pada tatanan Level-1(C1-C2) dan Level-2(C3). Dari 136 SMA, hanya 27 sekolah yang menyusun soal HOTS sebanyak 20% dari seluruh soal USBN yang dibuat, 84 sekolah menyusun soal HOTS di bawah 20%, dan 25 sekolah lainnya menyatakan tidak tahu apakah soal yang disusun HOTS atau tidak.5

Hasil penelitian internasional oleh Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa peserta didik di Indonesia masih memiliki keterampilan yang rendah dalam literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy) dan literasi sains (scientific literacy). Secara umum, peserta didik di Indonesia memiliki keterampilan yang rendah dalam: (1) mengintegrasikan informasi; (2) menggeneralisasi kasus per kasus menjadi solusi yang umum; (3) memformulasikan masalah dunia nyata ke dalam konsep mata pelajaran; serta (4) melakukan investigasi.6

Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa tingkat pendidikan di Indonesia masihlah rendah. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan terutama karena tuntutan kemampuan di dunia pada abad 21 semakin kompetitif dengan menuntut empat kompetensi yang terdiri dari Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication, dan Collaboration masih belum dapat diraih oleh Indonesia secara maksimal. Namun, terkait dengan

4 Ibid.

5 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, “Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah Indonesia”, Jakarta, hlm. 2.

6 Ibid.

(21)

permasalahan tersebut bukan berarti Indonesia hanya berdiam diri dalam menghadapi kesulitan yang ada. Kurikulum Indonesia sekarang (kurikulum 2013) dirancang dengan tujuan agar tenaga pendidik/guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.7 Hal ini tentunya seperti yang terkandung dalam substansi kurikulum 2013 yang meliputi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Kompetensi Abad 21 (4C; Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah), Creativity and Innovation (kreatif dan inovasi), Communication (komunikasi), dan Collaboration (kerja sama) dan Penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS).8 Substansi tersebut kemudian harus terlaksana pada proses pembelajaran dan sistem penilaian. Implikasinya semua guru harus memahami perkembangan ini, mulai dari pemahaman secara konseptual, sampai kepada menyusun perencanaan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga kepada proses penilaian pembelajaran.

Hal baru yang terlihat dalam kurikulum 2013 adalah penilaian HOTS.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) merupakan suatu keterampilan berpikir yang tidak terbatas pada keterampilan mengingat, tetapi juga pada keterampilan lain yang lebih tinggi.9

7 Aula Husnawati dkk., “Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Fisika Kelas VIII SMP Materi Gerak Pada Benda”, Unnes Physics Education Journal, 2019, hlm. 49.

8 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, op. cit., hlm. 1.

9 Amelia Rahman dkk., “Pengembangan Instrumen Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia”, Jurnal Pakar Pendidikan, Volume 17, Nomor 1, 2019. Hlm. 48

(22)

Berdasarkan taksonomi Bloom yang telah disempurnakan oleh Anderson &

Krathwohl, dimensi proses berpikir terdiri dari kemampuan: mengetahui (C1 Knowing), memahami (C2 Understanding), menerapkan (C3 Applying), menganalisis (C4 Analyzing), mengevaluasi (C5 Evaluating), dan mengkreasi (C6-creating). Dimensi berpikir C1 dan C2 dikategorikan pada level kognitif 1 (Low Order Thinking Skills/LOTS), C3 pada kategori level kognitif 2 (Middle Order Thinking Skills/MOTS), dan C4 hingga C6 pada kategori level kognitif 3 (HOTS). Soal-soal HOTS berada pada bidang kemampuan menganalisis (C4 Analyzing), mengevaluasi (C5 Evaluating), dan mengkreasi/mencipta (C6 Creating).10

Pelaksanaan pembelajaran yang berbasis HOTS dilakukan sedemikian rupa sehingga peserta didik tidak hanya sebatas mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite), melainkan peserta didik dapat mentransfer konsep yang satu ke konsep yang lainnya, mengelola informasi dan menerapkannya, menemukan keterkaitan dari berbagai informasi yang berbeda, menggunakan informasi untuk memecahkan masalah, dan secara kritis mampu meninjsu ide dan informasi.11 Jika dilihat dari aspek pengetahuan, soal berbasis HOTS pada umumnya mengukur dimensi metakognitif, yakni suatu dimensi yang memaparkan kemampuan seseorang untuk mengonfrontasikan beberapa konsep yang berbeda seperti, menafsirkan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan metode baru (discovery), beralasan (reasoning), dan membuat keputusan yang tepat.12 Dengan demikian guru harus mampu menerapkan aspek tersebut dalam pembelajaran, sehingga evaluasi yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan.

10 Ibid.

11 Ibid., hlm. 48-49.

12 Ibid., hlm. 49.

(23)

Mata pelajaran sejarah pada Kurikulum 2013 menempati tempat yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut terlihat dari amanah yang diberikan kepada mata pelajaran sejarah untuk membentuk karakter peserta didik melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam ilmu pengetahuan, sejarah masuk dalam ilmu sosial. Sejarah dikategorikan dalam golongan ilmu sosial karena sejarah mempelajari perilaku sosial. Itu sebabnya dalam pembelajaran sejarah kajian-kajiannya selalu dituntut menggunakan pendekatan inter/multidisipliner (seperti pendekatan saintifik dan kontekstual) karena tidak akan cukup apabila hanya menggunakan kajian sejarah yang bersifat naratif.13

Pada mata pelajaran sejarah ada yang dikenal dengan keterampilan berpikir historis yang dapat diartikan sebagai langkah-langkah/proses ilmiah dalam belajar sejarah.14 Dalam hal ini keterampilan berpikir historis selalu melibatkan proses berpikir. Proses berpikir inilah yang kemudian juga menjadi substansi yang harus dicapai pada Kurikulum 2013 (HOTS). Dengan demikian, keterampilan berpikir historis juga dapat mendorong berkembangnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada diri peserta didik.15

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di sekolah dapat dikatakan bahwa kemampuan peserta didik di Indonesia dalam berpikir tingkat tinggi masihlah rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurang terlatihnya peserta didik di Indonesia dalam menyelesaikan tes atau soal yang

13 Danu Eko, “Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Pada Sekolah Menengah Atas”, Jurnal Istoria, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2018.

14 Amelia Rahman dkk., loc. cit.

15 Ibid.

(24)

memerlukan kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menuntut kreativitas (HOTS), selain itu guru juga belum maksimal dalam mengembangkan soal HOTS sebagai akibat kurangnya pelatihan dalam penyusunan soal HOTS.

Terkait dengan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa guru masih belum memaksimalkan penerapan pembelajaran dan evaluasi yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS. Program yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan lulusan tersebut baru secara teoritis dipahami para pendidik. Namun, dalam praktiknya, guru dalam menyusun RPP banyak yang belum mengaplikasikannya secara maksimal.

Penyebab dari terjadinya hal ini adalah karena guru masih kurang dalam membaca dan memperbaharui pengetahuannya, sehingga guru menjadi kebingungan dalam melaksanakan pembelajaran dan evaluasi berbasis HOTS.16

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka diperlukan suatu perubahan sistem di bidang pembelajaran dan penilaian (evaluasi) di Indonesia. Hal ini tentunya sesuai dengan semakin mendesaknya tuntutan zaman (abad 21) terkait dengan masalah sehari-hari dan khususnya dalam menghadapinya. Sesuai dengan arahan dari Kemendikbud, pembelajaran (khususnya dalam penelitian ini) sejarah bukanlah sekadar menghafal atau pemahaman teori.17 Guru harus mampu mengarahkan peserta didik untuk

16 Budi Sarmun, “Guru Kesulitan Aplikasikan Pembelajaran HOTS”, diakses dari https://suaramerdekasolo.com/201911/07/guru-kesulitan-aplikasikan-pembelajaran-hots/?amp pada tanggal 9 April 2020 pukul 20.59.

17 Ibid.

(25)

menganalisa dan mengevaluasi suatu permasalahan agar mereka paham, sekaligus mengajarkan peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Soal yang dikembangkan guru, juga diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian peserta didik dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan Soal Berbasis HOTS dalam Mata Pelajaran Sejarah pada Pokok Bahasan Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Peristiwa-Peristiwa Penting di Eropa dan Pengaruhnya bagi Kehidupan Bangsa Indonesia serta Bangsa Lain untuk Peserta Didik Kelas XI SMA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut :

1. Pendidikan sangatlah penting, namun hasil di lapangan menunjukkan betapa rendahnya kemampuan peserta didik di Indonesia dalam mengintegrasikan informasi, menggeneralisasikan kasus, dan memformulasikan masalah.

2. Guru mengalami kesulitan dalam menyusun soal sejarah berbasis HOTS.

3. Guru paham secara teori, namun lemah dalam mempraktikkan pembelajaran dan evaluasi berbasis HOTS.

(26)

4. Guru enggan untuk membaca buku dan memperbarui informasi terkait pendidikan.

5. Kurangnya pelatihan dari dinas pendidikan kepada tenaga pendidik dalam hal penyusunan soal berbasis HOTS.

6. Peserta didik belum siap untuk pembelajaran maupun tes berbasis HOTS.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada usaha mengembangkan instrumen tes sejarah berupa 50 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal uraian berbasis HOTS pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa-peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia serta bangsa lain yang merupakan materi pelajaran sejarah kelas XI semester I pada KD 3.3 untuk peserta didik kelas XI IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimana desain pengembangan soal sejarah berbasis HOTS kelas XI SMA pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa-peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia serta bangsa lain yang layak digunakan dalam pembelajaran sejarah?

(27)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan , maka tujuan yang ingin dicapai dalam proses penelitian ini sebagai berikut :

Memaparkan desain pengembangan soal sejarah berbasis HOTS kelas XI SMA pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa-peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia serta bangsa lain yang layak digunakan dalam pembelajaran sejarah.

F. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Produk yang dihasilkan pada akhir dari penelitian ini berupa soal sejarah berbasis HOTS pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa-peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia serta bangsa lain di dunia pada masa kini untuk kelas XI SMA dengan spesifikasi produk yang dihasilkan adalah :

1. Soal terdiri dari 50 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal uraian berbasis HOTS.

2. Berfokus pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa-peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia serta bangsa lain di dunia pada masa kini.

3. Terdapat kisi-kisi soal dimana indikatornya menggunakan kata kerja operasional (KKO) dari ranah kognitif C4, C5, dan C6 yang diambil dari Taksonomi Bloom yang telah disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl sehingga kumpulan soal sejarah ini berbasis HOTS.

(28)

4. Terdapat kunci jawaban untuk soal pilihan ganda dan uraian.

5. Terdapat pedoman penilaian bagi guru.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian tentang pengembangan soal berbasis HOTS dalam mata pelajaran sejarah dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi soal HOTS dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mata pelajaran sejarah untuk kelas XI SMA pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa-peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia serta bangsa lain di dunia pada masa kini.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas

Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi (1) Pendidikan dan Pengajaran, (2) Penelitian dan Pengembangan, serta (3) Pengabdian kepada Masyarakat.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat menambah wawasan sekolah mengenai soal sejarah berbasis HOTS.

(29)

c. Bagi Guru

Hasil penelitian yang menghasilkan soal sejarah berbasis HOTS pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa-peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia serta bangsa lain di dunia pada masa kini dapat digunakan sebagai instrumen tes yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, sehingga dapat mempermudah guru sejarah dalam menyusun soal sejarah berbasis HOTS serta diharapkan dapat menumbuhkan sikap kritis peserta didik dalam mengerjakan soal.

d. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian pengembangan ini dapat menghasilkan soal sejarah berbasis HOTS untuk dijadikan salah satu latihan soal sejarah pada pokok bahasan pemikiran-pemikiran yang melandasi peristiwa- peristiwa penting di Eropa dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia serta bangsa lain pada masa kini sehingga dapat menumbuhkan sikap kritis peserta didik dalam mengerjakan soal.

e. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang sekiranya membutuhkan, dan diharapkan dapat menerapkan instrumen tes (soal) berbasis HOTS yang baik dan benar.

(30)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Abad 21

Perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi pada abad ke-21 pada nyatanya membawa pengaruh yang begitu besar dalam aspek kehidupan manusia, dan salah satunya meliputi dunia pendidikan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Dunia (World Bank), dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masihlah rendah meskipun aksebilitas pendidikan bagi masyarakat diyakini telah berkembang pesat.18 Untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia telah mencanangkan program reformasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan selama 15 tahun sejak tahun 2002.19 Kurikulum 2013 merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Melalui kurikulum tersebut menandai adanya angin segar dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.

Pada abad ke-21 manusia adalah aktor utama dalam pembangunan.

Manusia perlu berusaha dalam membangun peradaban yang lebih maju sehingga tidak hanya berpusat pada pengelolaan sumber daya alam secara terus-menerus. Pembangunan peradaban tersebut harus juga berpusat pada

18 Yuli Yanna Fauzie, “Bank Dunia: Kualitas Pendidikan Indonesia Masih Rendah”, diakses dari https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180607113429-284-304214/bank-dunia-kualitas- pendidikan-indonesia-masih-rendah, pada tanggal 28 Maret 2020 pukul 09.47.

19 Ibid.

(31)

peningkatan sumber daya manusia sehingga manusia menjadi makhluk yang berpendidikan, berpengetahuan, dan beradab. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan SDA sepenuhnya untuk kepentingan bersama.

Kurikulum 2013 kemudian dibentuk dan muncul sebagai jawaban dalam mengatasi berbagai rintangan yang terjadi pada abad 21 maupun di masa yang akan datang. Pada masa yang akan datang seseorang dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan yang meliputi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir kritis, bertanggung jawab, menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta bertanggung jawab terhadap lingkungan di sekitarnya. Tuntutan tersebut dijawab melalui substansi yang termuat dalam Kurikulum 2013 (PPK, GLS, 4C, dan HOTS).

Pemerintah Indonesia berharap kelak peserta didik dapat menjadi generasi penerus yang memiliki kemampuan tersebut sehingga dapat membawa perubahan yang mengarah pada kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsa dan negaranya.

Model pembelajaran abad 21 mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi informasi lebih banyak dan oleh sebab itu, peserta didik harus aktif untuk mencari tahu, bertanya, dan mampu berpikir secara analitis serta dapat bekerja sama dalam menyelesaikan sebuah masalah yang ada.

Pada abad 21 kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai masalah yang kompleks, yang kemudian model pembelajaran abad 21 ada untuk melatih peserta didik agar mampu menyelesaikan sebuah permasalahan yang

(32)

dialami dengan menemukan solusi penyelesaian masalah dari pemikiran kritis, kreatif, dan kemampuan dalam memecahkan masalah, serta mengambil sebuah keputusan.20

Guru sebagai tenaga pendidik yang profesional harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi agar dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya secara mumpuni. Menurut International Society for Technology in Education karakteristik terpenting dari kompetensi mengajar abad 21 adalah era informasi yang dibagi menjadi lima kategori:21

a. Guru dapat memfasilitasi dan menginspirasi pembelajaran, kreativitas peserta didik dengan indikator sebagai berikut : (1) Menggiatkan dan memodelkan penemuan serta cara berpikir

yang kreatif dan inovatif.

(2) Melibatkan peserta didik dalam menggali isu dunia, memecahkan masalah menggunakan berbagai sumber informasi digital.

(3) Mendorong peserta didik untuk berefleksi menggunakan alat kolaboratif yang bertujuan untuk menunjukkan dan memperjelas pemahaman, pemikiran, perancangan konseptual dan proses kreatif peserta didik.

(4) Memodelkan konstruksi pengetahuan melalui pembelajaran dengan peserta didik, melalui kegiatan tatap muka atau

20 Daryanto dan Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta : Penerbit Gava Media, 2017, hlm. 1.

21 Ibid., hlm. 3.

(33)

melalui lingkungan virtual.

b. Merancang dan mengembangkan pengalaman pembelajaran dan penilaian era digital, dengan indikator sebagai berikut:

(1) Merancang pengalaman belajar yang tepat dengan mengintegrasikan alat dan sumber daya digital untuk mendorong pembelajaran dan kreativitas peserta didik.

(2) Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya teknologi agar peserta didik memiliki rasa ingin tahu dan berpartisipasi aktif dalam membuat tujuan, pengelolaan, dan mengukur kemajuan belajar mereka sendiri.

(3) Menyesuaikan aktivitas pembelajaran agar sesuai dengan gaya belajar dan kemampuan untuk menggunakan sumber dan alat informasi digital.

(4) Menyediakan alat penilaian formatif dan sumatif yang bervariasi menurut standar teknologi dan konten yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.

c. Menjadi versi belajar dan berkarya di era digital, dengan indikator sebagai berikut:

(1) Kompeten dalam mengelola sistem teknologi dan dalam transfer pengetahuan ke teknologi dan situasi baru.

(2) Pemanfaatan sumber informasi digital untuk mendorong kesuksesan dan inovasi peserta didik melalui kolaborasi

(34)

dengan peserta didik, kolega, dan komunitas.

(3) Mengkomunikasikan pandangan guru secara efektif dengan peserta didik, orangtua/wali peserta didik, dan kolega menggunakan berbagai format media digital.

(4) Memberikan contoh dan memfasilitasi penggunaan alat digital untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan sumber informasi yang tersedia untuk mendukung penelitian dan pembelajaran.

d. Mendorong dan menjadi panutan dalam hal tanggung jawab masyarakat digital, dengan indikator sebagai berikut:

(1) Mendorong dan memberi contoh, serta mengajar secara sehat, legal, dan etis dalam penggunaan teknologi informasi digital, menghormati hak pencipta, hak kekayaan intelektual, dan dokumentasi sumber belajar.

(2) Menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk memenuhi keberagaman kebutuhan peserta didik dengan menyediakan akses yang sesuai terhadap alat dan sumber informasi digital lainnya.

(3) Mendorong serta menjadi panutan dalam beretika digital dan bertanggung jawab dalam interaksi sosial yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi.

(4) Mengembangkan dan memberi contoh pemahaman budaya dan kesadaran global dengan berpartisipasi bersama peserta

(35)

didik dari budaya lain menggunakan alat komunikasi dan kolaboratif digital.

e. Terlibat dalam peningkatan dan kepemimpinan yang kompeten dengan indikator sebagai berikut:

(1) Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk mengeksplorasi penerapan teknologi kreatif untuk meningkatkan pembelajaran.

(2) Menunjukkan kepemimpinan, turut andil dalam pengambilan keputusan, serta mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain.

(3) Mengevaluasi serta mengambil nilai penelitian dan praktik profesional yang terkait dengan penggunaan alat dan sumber digital yang efektif untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran.

(4) Berperan serta dalam pembaharuan diri, efektivitas, dan vitalitas yang terkait dengan profesi guru.

Guru memiliki peranan yang penting dalam menghadapi tantangan yang ada di abad 21 khususnya di bidang pendidikan. Guru diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran yang bertumpu pada 4 pilar belajar yang dianjurkan oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), adapun ke-4 pilar tersebut sebagai berikut:22

22 Ibid., hlm. 6.

(36)

a. Learning to know, yang berarti peserta didik disarankan untuk mencari berbagai pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui berbagai pengalaman yang dialami.

b. Learning to do, yang berarti interaksi disertai tindakan, peserta didik didorong untuk terlibat dalam memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar melalui tindakan nyata.

c. Learning to be, yang berarti pentingnya mendidik serta melatih peserta didik agar dapat menjadi pribadi yang mandiri sekaligus mewujudkan apa yang menjadi impian dan cita-cita.

d. Learning to live together, yang berarti menumbuhkan kesadaran pada peserta didik mengenai dirinya yang merupakan bagian dari masyarakat. Hal ini menyebabkan mereka harus dapat hidup bersama di tengah keberagaman suku, etnis, ras, agama, latar belakang, dan lain sebagainya di Indonesia.

Berdasarkan tuntutan tersebut, guru didorong untuk berperan secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Berikut merupakan beberapa poin penting yang harus dimiliki guru agar menjadi tenaga pendidik yang aktif dan kreatif:23

a. Guru bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai hasil namun yang utama adalah sebuah proses.

b. Guru diharapkan mampu mengenal karakteristik peserta didik

23 Ibid., hlm. 7.

(37)

yang pada saat ini tengah berproses dan berkembang baik dilihat dari cara pemikirannya, perkembangan sosial, serta emosional atau perkembangan moralnya.

c. Guru diharapkan memahami pendidikan sebagai sebuah proses pembudayaan agar mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi yang dapat diterapkan.

d. Peran guru terkait dengan kegiatan pembelajaran, administrasi pendidikan, diri pribadi, dan sudut pandang psikologis.

Guru dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran dan administrasi pendidikan berperan sebagai berikut:

a. Pengambil inisiatif, pengarah serta penilai pendidikan.

b. Wakil masyarakat di sekolah, hal ini berarti guru berperan sebagai juru bicara dan kepentingan masyarakat dalam bidang pendidikan.

c. Alhi dalam bidangnya, yakni menguasai materi yang wajib diajarkan.

d. Penegak disiplin adakah peran guru dalam menjaga peserta didik agar melaksanakan kedisiplinan.

e. Pelaksana administrasi pendidikan yang berarti guru memiliki tanggung jawab dalam mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi masa depan Indonesia.

f. Penerjemah untuk masyarakat, yang berarti guru berperan dalam memberitahukan kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) kepada masyarakat.

(38)

Penataan serta perubahan Kurikulum 2013 dilakukan agar Sistem Pendidikan Nasional dapat mengikuti perkembangan zaman saat ini, dan relevan serta kompetitif. Penataan dan perubahan tersebut berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 35 dan 36 yang menitikberatkan pada peningkatan Standar Nasional sebagai acuan kurikulum secara berkala serta terencana. Pada implementasinya Kurikulum 2013 menuntut guru agar mampu mengembangkan pembelajaran dengan empat hal penting sebagai berikut:

a. Penerapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) harus dilaksanakan untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik dalam membaca dan menulis yang tidak terbatas dilakukan di sekolah saja, melainkan juga di mana saja dan dilakukan seumur hidup. Literasi bukan hanya teentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang keterampilan berpikir dengan menggunakan sumber pengetahuan yang berbentuk cetak, visual, atau auditori.

b. Pembelajaran dengan mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sangat diperlukan, hal ini didasarkan pada kenyataan kehidupan masyarakat saat ini yang kerap kali terjadi dekadensi moral, seperti narkoba, perkelahian pelajar, plagiarisme, korupsi, menyontek dan berbagai tindakan tidak baik lainnya. Oleh sebab itu diperlukan penekanan karakter seperti nasionalis, religius, gotong royong, mandiri, dan integritas.

(39)

c. Keterampilan Abad ke-21 yang meliputi 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, serta Creativity and Innovation), adalah bentuk antisipasi kurikulum terhadap perkembangan teknologi serta implementasinya dalam kehidupan masyarakat. Kemampuan 4C merupakan jenis soft skill yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sangat bermanfaat selain penguasaan hardskill.

d. Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan keterampilan untuk berpikir pada tingkatan yang tinggi. Diharapkan dengan diterapkannya Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik mampu mengajukan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan masalah, serta mampu memperoleh informasi yang relevan dan memilah berbagai informasi yang ada, serta menalar informasi yang telah dikumpulkan sehingga dapat menarik sebuah kesimpulan.

2. Higher Order Thinking Skills (HOTS) a. Konsep HOTS

Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan pemahaman dan penguasaan peserta didik atas materi pembelajaran agar dapat berpikir secara kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), mampu memecahkan masalah (problem solving), serta mampu membuat keputusan (making

(40)

decision) dalam setiap situasi.24 Menurut Lewis dan Smith, berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang menyimpan informasi dalam memori, menerima informasi baru, dan kemudian menghubungkan/mengatur serta mengembangkan informasi baru tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau memperoleh jawaban serta solusi yang mungkin dalam situasi yang membingungkan.25

Menurut John Dewey, keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir sebagai rantai produktif yang bergerak dari refleksi ke inquiry, kemudian proses berpikir kritis, yang pada akhirnya mengarahkan pada penarikan sebuah kesimpulan yang diperkuat oleh keyakinan orang yang berpikir. Tomei berpendapat bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi transformasi dan ide-ide. Transformasi terjadi ketika peserta didik menganalisis, mensintesis fakta dan ide, menggeneralisasi, menjelaskan, dan menarik kesimpulan atau interpretasi.26

Harus dipahami dengan cermat bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) berbeda dengan berpikir tingkat tinggi (HOT). Mengacu pada taksonomi Bloom yang belum disempurnakan, berpikir tingkat tinggi (HOT) berkaitan dengan kemampuan kognitif dalam hal menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Sedangkan pada

24 Hatta Saputra. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills). Bandung: CV SMILE’s Indonesia Institute, hlm. 92.

25 Ibid., hlm. 2.

26 Ibid..

(41)

keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan permasalahan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Secara umum, keahlian dalam analisis kompleks dan analisis sistem merupakan bagian dari pemecahan masalah (Problem solving) dan oleh karena itu tidak dicantumkan secara terpisah dalam elemen HOTS. Kemampuan berpikir logis dan mengevaluasi merupakan bagian dari berpikir kritis, sehingga menyederhanakan elemen utama HOTS.27

Jika ditilik kembali, keterampilan tingkat tinggi (HOTS) mencakup kemampuan berpikir tingkat tinggi. Misalnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan, peserta didik diharuskan mampu menganalisis permasalahan yang ada, memikirkan berbagai solusi alternatif, mengimplementasikan rencana penyelesaian masalah, dan mengevaluasi metode dan solusi yang diimplementasikan. Berikut ini merupakan tabel yang memuat perbedaan antara HOT dengan HOTS.28 Tabel 1. Perbedaan HOT dengan HOTS

HOT HOTS

Analisa Berpikir Kritis

Evaluasi Berpikir Kreatif

Kreasi Problem Solving

Membuat Keputusan

Pada pemaparan sebelumnya telah dijelaskan mengenai di dalam komponen HOTS terdapat komponen HOT. Sebagai contoh dalam menyelesaikan sebuah permasalahan peserta didik harus melakukan

27 Ibid., hlm. 3.

28 Ibid., hlm. 4.

(42)

analisis terlebih dahulu sehingga mampu memberikan evaluasi. Hal yang sama terjadi pada kemampuan berpikir kritis atau membuat keputusan, peserta didik berusaha untuk menalar, mempertimbangkan, menganalisis, dan melakukan evaluasi.

Dalam hal ini, para peneliti membuat persamaan untuk membandingkan berbagai taksonomi dan istilah yang berbeda terkait dengan HOTS dan HOT. Tabel berikut menunjukkan kesetaraan antara istilah yang digunakan oleh Haladyna, Webb, Gagne, dan Bloom setelah disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl.

Tabel 2. Kesetaraan Istilah Terkait HOTS dan HOT

Haladyna Webb Gagne Bloom (Sesudah

Revisi)

Fakta Mengingat Informasi Mengingat

Konsep Tidak ada

kesetaraan Konsep Memahami

Prinsip, prosedur

Aplikasi dasar dari keahlian/konsep

Aturan Mengaplikasikan

Berpikir Kritis Berpikir strategis

Problem Solving

Menganalisis dan mengevaluasi Kreativitas Berpikir lanjut Tidak ada

kesetaraan Berkreasi

Haladyna menyampaikan kompleksitas berpikir dan dimensi belajar dalam empat tatanan proses mental yang terdiri dari, memahami, menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan kreativitas yang dapat diimplementasikan pada jenis empat konten yaitu, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Sedangkan pada taksonomi Webb, berpikir strategis berkaitan dengan kemampuan peserta didik menggunakan pemikiran

(43)

yang logis dan mengambangkan tahap-tahapan proses yang kompleks.

Berpikir lanjut berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam melakukan pengumpulan informasi yang memerlukan waktu untuk berpikir dan memproses suatu permasalahan atau tugas ganda.29

Berpikir kritis adalah pola pikir konvergen, sedangkan berpikir kreatif adalah pola pikir divergen. Pola pikir konvergen merupakan sebuah proses dalam mengelola suatu informasi tertentu yang dilihat dari berbagai sudut pandang untuk memperoleh kesimpulan. Pola pikir divergen merupakan hasil pengembangan pemikiran dari suatu informasi menjadi beberapa gagasan/ide. Seorang yang mampu berpikir kreatif dapat menghasilkan sebuah ide, konsep, maupun produk baru yang berbeda dengan ide, konsep, atau produk yang telah ada sebelumnya.

Maka kemampuan kritis dan kreatif ini dibutuhkan oleh setiap orang untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang kompleks.30

Dalam pembelajaran di kelas guru biasanya memberikan permasalahan maupun soal yang dapat memicu keterampilan tingkat tinggi (HOTS) pada peserta didik. Penyelesaian permasalahan yang kompleks tidak dapat diselesaikan melalui ingatan sederhana tetapi, dibutuhkan implementasi strategi dan proses tertentu. Misalnya dalam pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

Permasalahan yang ada adalah permasalahan yang autentik tidak

29 Ibid., hlm. 5.

30 Ibid.

(44)

terstruktur dengan baik sehingga beberapa informasi perlu dicari tahu agar dapat menyelesaikan permasalahan.31

Selain tes untuk mengukur kreativitas, keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dapat diukur melalui tes pilihan ganda. Sugrue mengumpulkan informasi terkait dari beberapa penelitian dalam pembelajaran model Problem Based Learning, tiga format yang digunakan untuk mengukur keterampilan tingkat tinggi (HOTS) yaitu:32

(1) Memilih jawaban (soal pilihan ganda, soal menjodohkan).

(2) Membangkitkan (soal dengan jawaban singkat, uraian, unjuk kerja).

(3) Menjelaskan (memberikan alasan untuk sebuah pilihan atau jawaban).

Dalam pembelajaran Higher Order Thinking Skills (HOTS) aktivitas belajar ditandai dengan siswa aktif dalam berpikir, memformulasikan masalah, mengkaji permasalahan kompleks, berpikir divergen dan mengembangkan ide, mencari informasi dari berbagai sumber, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah secara kreatif, dan berpikir analitik, evaluatif, serta membuat keputusan.33

Higher Order Thinking Skills (HOTS) dikembangakan dari penyempurnaan taksonomi Bloom oleh Anderson dan Krathwohl.

Taksonomi Bloom meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

31 Ibid.

32 Ibid., hlm. 6.

33 Ibid., hlm. 62-70.

(45)

Ketiga ranah ini harus diterapkan dalam pembelajaran sebab ketiganya saling berkaitan, jika salah satu ranah tidak diterapkan, maka akan membuat siswa sulit mengembangkan potensi yang dimiliki. Taksonomi Bloom berguna untuk mengembangkan komunikasi yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran. Taksonomi Bloom digunakan untuk mengolah definisi yang tepat dan klasifikasi untuk berbagi hal yang sama, yaitu berpikir dan memecahkan masalah.34 Higher Order Thinking Skills (HOTS) dipicu oleh empat kondisi, yaitu:35

1) Pada situasi belajar tertentu memerlukan suatu strategi pembelajaran yang khusus.

2) Kecerdasan tidak lagi dilihat sebagai suatu keterampilan yang tidak dapat diubah, tetapi sebagai suatu pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu lingkungan belajar, strategi, dan kesadaran belajar.

3) Pemahaman visi yang bergeser ke arah unidimensi, linier, hierarkis atau spiral untuk memahami visi multidimensi dan interaktif.

4) Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran logis, keterampilan analitis, pemecahan masalah, dan berpikir kritis dan kreatif.

Resnick dalam Zamroni, mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir kompleks yang digunakan

34 Ibid., hlm. 94.

35 Zamroni dkk., Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018, hlm. 5.

(46)

untuk menjelaskan materi, menarik kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, serta membangun hubungan yang melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.36 Keterampilan ini digunakan untuk menyoroti berbagai proses tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom.

Bloom membagi keterampilan ke dalam dua bagian yaitu, keterampilan tingkat rendah dan keterampilan tingkat tinggi.

Dalam keterampilan tingkat rendah, hal penting dalam suatu proses pembelajaran meliputi kemampuan mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan (applying). Sedangkan keterampilan tingkat tinggi meliputi kemampuan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Pada pemaparan di atas sudah dijelaskan bahwa Taksonomi Bloom mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang memiliki keterkaitan dengan Higher Order Thinking Skill (HOTS) sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik untuk mengulang atau memformulasikan kembali konsep/prinsip yang dipelajari dari proses pembelajaran sebelumnya.37 Ranah kognitif pada dasarnya terbagi dalam berbagai tingkatan, yang menjadi dasar taksonomi Bloom, seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut ini:38

36 Ibid., hlm. 5.

37 Ibid., hlm. 6.

38 Ibid.

(47)

Tabel 3. Proses Kognitif Sesuai Level Kognitif Bloom Proses Kognitif Definisi C

1 L O T S

Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan.

C

2 Memahami Membanguan arti dari proses pembelajaran, komunikasi lisan, tertulis, dan gambar.

C

3 Menerapkan Melakukan/menggunakan prosedur di dalam situasi yang tidak biasa.

C 4

H O T S

Menganalisis

Mengklasifikasikan materi dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu terhubungkan antar bagian dan ke struktur/tujuan.

C

5 Mengevaluasi Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria/standar.

C

6 Mencipta

Menempatkan unsur-unsur secara bersama- sama membentuk keseluruhan secara koheren/fungsional, menyusun kembali unsur-unsur ke dalam pola/struktur baru.

Taksonomi Bloom yang telah disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl menambahkan dimensi pengetahuan sebagai berikut:39

1) Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual berisi komponen fundamental yang harus diketahui peserta didik ketika memecahkan suatu masalah. Komponen ini dapat berupa simbol-simbol yang berhubungan dengan beberapa referensi tertentu yang menyampaikan informasi penting. Sebagian pengetahuan faktual muncul pada tingkatan abstraksi yang relatif rendah.

Dua bagian jenis pengetahuan faktual, yaitu: (1) Pengetahuan

39 Ibid., hlm. 7.

(48)

tentang terminologi meliputi nama, simbol verbal dan nonverbal tertentu seperti kata, angka, tanda, dan gambar, (2) Pengetahuan rinci dan elemen spesifik mengacu pada pengetahuan tentang peristiwa, tempat, orang, tangga, sumber informasi, dan sejenisnya.

2) Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual mencakup skema, model mental, atau teori eksplisit dan implisit dalam berbagai jenis psikologi kognitif. Pengetahuan konseptual meliputi tiga jenis, yaitu: (1) Klasifikasi dan kategori mencakup kelas, pembagian, dan pengaturan khusus dalam pokok bahasan yang berbeda, (2) Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu bidang ilmiah dan digunakan untuk mempelajari fenomena serta memecahkan masalah dalam bidang ilmiah, (3) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur termasuk pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, serta hubungan di antara mereka yang menyajikan visi yang sistematis, jelas, dan terpadu dari fenomena, masalah, atau pokok bahasan yang kompleks.

3) Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah terkait melakukan sesuatu. Hal ini berkisar dari melakukan latihan rutin hingga memecahkan masalah baru. Pengetahuan

(49)

prosedural sering kali berbentuk serangkaian langkah yang harus diikuti, termasuk pengetahuan tentang keterampilan, algoritma, teknik, dan metode yang secara kolektif dikenal sebagai prosedur.

4) Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi umum dan kognisi individu. Hal ini berfokus pada peserta didik agar mereka lebih sadar dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran mereka. Peserta didik akan menjadi lebih mengenal pemikirannya sendiri dan umumnya akan berusaha untuk belaajr lebih baik ketika bertindak dengan persepsi ini.

Menurut Flavell metakognitif merupakan persepsi individu tentang cara belajar, kemampuan untuk menilai kompleksitas suatu masalah, kemampuan mengamati tingkat pemahaman dirinya sendiri, kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, serta kemampuan mengevaluasi kemajuan belajarnya sendiri. Kegiatan metakognitif mendorong peserta didik untuk berpikir tentang apa yang mereka ketahui, apa yang penting bagi mereka, dan apa yang mereka bisa lakukan selain sebatas menolong peserta didik dalam membangun

(50)

kesadaran dirinya, melainkan memberi informasi yang bernilai bagi guru40.

2) Ranah Afektif

Krathwohl dan Bloom tidak hanya menjelaskan ranah kognitif saja, melainkan juga dengan ranah afektif yang berkaitan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi dan derajat penerimaaan/penolakan suatu objek dalam kegiatan pembelajaran. Ranah afektif dibagi menjadi lima kategori, seperti yang ditunjukkan tabel berikut:41

Tabel 4. Ranah Afektif

Proses Aktif Definisi A

1 Penerimaan

Semacam kepekaan dalam menerima stimulus dari luar yang datang pada diri peserta didik.

A

2 Menanggapi

Suatu sikap yang menunjukan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

A

3 Penilaian

Memberikan nilai, penghargaan serta kepercayaan terhadap suatu gejala/stimulus tertentu.

A

4 Mengelola

Konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki.

A

5 Karakterisasi

Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dengan tingkah lakunya.

40 Endang Indriani dkk., Pengetahuan Metakognitif Untuk Pendidik dan Peserta Didik, Satya Wadya, Vol. 29, No. 1., hlm. 41.

41 Ibid., hlm. 10-11.

(51)

3) Ranah Psikomotor

Psikomotor adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu yang melibatkan bagian tubuh yang terkait. Gerak fisik (motorik) merupakan bagian dari gerak refleks, keterampilan gerak dasar, persepsi, presisi, kompleks, ekspresif, dan interpretatif.

Keterampilan psikomotor dapat dilihat pada tabel di bawah ini:42 Tabel 5. Ranah Psikomotor

Proses Psikomotor Definisi

P1 Imitasi Imitasi berarti meniru tindakan yang dilakukan oleh seseorang.

P2 Manipulasi

Manipulasi merupakan tindakan

menghasilkan produk dengan cara mengikuti petunjuk umum, bukan berdasarkan

observasi.

P3 Presisi

Presisi artinya melakukan keterampilan maupun menghasilkan sebuah produk dengan akurasi, proporsi, serta ketepatan secara independen.

P4 Artikulasi Artikulasi artinya mengubah keterampilan dan produk yang tepat untuk situasi baru.

P5 Naturalisasi

Naturalisasi suatu keterampilan untuk

menyelesaikan satu atau lebih keterampilan dengan mudah dan membuat keterampilan tersebut dengan tenaga fisik maupun mental.

42 Ibid., hlm. 11-12.

Gambar

Tabel 45. Revisi Opsi Jawaban Pilihan Ganda Nomor 11 ...............................   112  Tabel 46
Tabel 2. Kesetaraan Istilah Terkait HOTS dan HOT
Tabel 3. Proses Kognitif Sesuai Level Kognitif Bloom  Proses Kognitif                                Definisi  C
Tabel 7. KKO Ranah Afektif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Formula Pupuk

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

Segala Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas penyertaan dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Efektivitas

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir berjudul “Implementasi

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kesehatan,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah diberikan pada penulis sehingga berhasil menyelesaikan

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan penyertaan serta kasih-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan