FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB INTERNAL AUDITOR PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN
TUGAS AKHIR
Oleh:
ROSDIANA NASUTION 082102094
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
karuniaNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi minor yang berjudul:
“Fungsi Dan Tanggung Jawab Internal Auditor pada PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV Medan” yang merupakan syarat untuk menyelesaikan
perkuliahan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari isi, tata bahasa maupun pembahasannya, hal ini mungkin
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk
itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan, kritikan dan saran
– saran yang dapat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka
skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik, untuk kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. John T. Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Sekretaris Program Studi Diploma
4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA.Ak selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan ilmu kepada
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar yang telah membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan yang berharga.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi USU yang telah banyak membantu
kelancaran dalam penyusunan tugas akhir ini.
7. Teristimewa buat kedua orang tua ku ( Ardinal Nst, Rosmawaty Siregar) yang
selalu memberikan motivasi, materil dan moril serta doa yang tiada putus-putus
nya dan untuk etek, uda, serta kakak dan abang ku yang selalu memberikan
semangat yang tiada habisnya selama penyusunan tugas akhir ini.
8. Buat sahabat – sahabatku ( Aldy, Andre, Rangga, Irfan, dan Isnani ) yang telah
mendukung serta membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi minor ini,
terima kasih memberikan motivasi untuk semua persahabatan kita selama ini,
penulis tidak akan pernah melupakan semua itu.
Kepada pihak – pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah memberikan banyak bantuan secara langsung maupun tidak langsung
penulis sampaikan terima kasih. Kiranya kasih karunia Tuhan selalu menyertai kita
semua sekarang dan sampai selama- lamanya.
Medan, Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...3
C. Manfaat dan Tujuan Penelitian...4
D. Sistematika Penulisan Tugas Akhir...6
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...8
A. Sejarah Ringkas PTPN IV Medan...8
B. Strategi Perusahaan...9
C. Kebijakan Perusahan...14
BAB III TOPIK PENELITIAN...19
A. Pengertian dan Fungsi Audit Internal...19
B. Tanggung Jawab Internal Audit dan Hubungannya dengan Pengawasan Intern...29
C. Mekanisme Kinerja Bagian SPI...34
D. Hubungan SPI dengan Beberapa Pihak...38
BAB IV PENUTUP...43
A. Kesimpulan...43
B. Saran...45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan dunia usaha yang
semakin pesat dan penuh persaingan, pimpinan perusahaan dihadapkan kepada
berbagai macam masalah dan tugas – tugas yang menuntut perhatian di mana hal ini
tidak mungkin dilakukan sendiri. Dalam menghadapi hal seperti itu maka pimpinan
perusahaan sangat membutuhkan alat bantu yang efektif dan efisien. Bila ditinjau dari
segi luas aktivitasnya maka perusahaan dapat digolongkan menjadi dua golongan
besar yaitu perusahaan besar dan perusahaan kecil. Dalam perusahaan kecil belum
diperlukan tenaga profesional karena tidak banyak masalah yang timbul disebabkan
manajemennya tidak terpisah dari pemilik, dengan kata lain pemilik perusahaan dapat
langsung mengelola perusahaan tersebut. Sedangkan bagi perusahaan besar tidak
memungkinkan lagi bagi seseorang itu untuk melaksanakan pekerjaan sendiri. Hal ini
disebabkan semakin bertambahnya unit operasi perusahaan, semakin bertambah
permasalahan yang dihadapi perusahaan seiring dengan adanya pembagian tugas
dalam bentuk fungsi – fungsi, seperti perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan.
Perubahan lingkungan usaha yang terjadi secara dramatis terutama akibat
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memunculkan persaingan yang
semakin tajam pada setiap bidang usaha termasuk usaha perkebunan. Persaingan
nasional maupun internasional. Persaingan baru tersebut membuat pengelolaan bisnis
semakin berkembang dan kompleks yang berakibat mewajibkan perusahaan
mereposisi kembali strategi usahanya agar dapat bertahan hidup dan tumbuh
berkembang.
Satuan Pengawasan Internal sebagai salah satu unit organisasi yang memiliki
fungsi untuk membimbing perusahaan agar selalu pada jalur yang benar dalam upaya
meraih visi dan misinya, juga harus meredefinisikan kembali fungsi dan tanggung
jawabnya. Fungsi satuan pengawasan i nternal yang tadinya hanya membantu
manajemen dalam memastikan bahwa sistem pengendalian internal perusahaan telah
berjalan baik sesuai ketentuan tidak lagi memadai tetapi dituntut lebih jauh untuk
membantu meningkatkan kinerja perusahaan yaitu sebagai mitara strategis
manajemen melalui kegiatan evaluasi, analisis dan pengkajian dalam rangka
peningkatan dan efektifitas pengendalian internal, manajemen resiko, penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Pembentukan satuan pengawasan internal pada perusahaan didasarkan pada :
- PP No.3 Tahun 1983 Pasal 45, bahwa setiap BUMN dibentuk satuan
pengawasan internal yang merupakan aparatur pengawasan intern perusahaan
yang bersangkutan. Satuan pengawasan intern ini dipimpin oleh seorang
kepala Dirut perseroan yang bersangkutan.
- UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Bab IV Pasal 67,
bahwa pada setiap BUMN dibentuk SPI yang merupakan aparat pengawas
Pelaksanaan fungsi Satuan Pengawasan Internal tersebut hanya dapat berjalan
efektif jika ada niat dari aparat untuk melaksanakannya, ada dukungan dari
manajemen atau direksi, ada pengaturan tugas serta pedoman yang mengatur
hubungan kerja baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan ke dalam meliputi standar
dan kode etik, evaluasi serta jaminan mutu pelaksanaan audit, sedangkan hubungan
ke luar menyangkut hubungan dengan auditan, auditor eksternal, komite audit dan
direksi.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut
dalam bentuk skripsi dengan judul: “ Fungsi Dan Tanggung Jawab Internal
Auditor pada PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV Medan.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalahnya dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan yang terjalin pada bagian SPI PTPN IV Medan
dengan auditan, auditor eksternal dan komite audit?
2. Bagaimana mekanisme kerja auditor internal pada PTPN IV Medan?
3. Apakah fungsi dan tanggung jawab internal auditor pada PT.
C. MANFAAT DAN TUJUAN PENELITIAN
1. Manfaat Penelitian
A. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan secara
teoritis maupun praktis mengenai fungsi dan tanggung jawab internal
auditor pada suatu perusahaan dan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan Studi Program Diploma III Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
B. Bagi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara instansi dengan
dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui tingkat
perkembangan Ilmu Pengetahuan di lembaga Pendidikan khususnya Program
study Diploma III Akuntansi USU.
b. Mendapat masukan dan saran untuk penambahan pengetahuan.
C. Bagi Universitas
a. Dapat memperkenalkan sumber daya manusia Universitas Sumatera
Utara khususnya Program Studi Diploma III Akuntansi USU.
b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Akuntansi
Fakultas Ekonomi USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya di
c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Akuntansi USU.
2. Tujuan Penelitian
A. Untuk mengetahui bagaimana hubungan yang terjalin antara SPI PTPN IV
Medan dengan auditan, auditor eksternal dan pihak komite audit.
B. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja bagian auditor internal
pada PTPN IV Medan.
C. Untuk mengetahui apakah fungsi dan tanggung jawab internal auditor
Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang
,Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, dan Sistematika Penulisan
Laporan Tugas Akhir, hingga Jadwal Penelitian dan Penyusunan
Tugas Akhir.
BAB II : GAMBARAN UMUM PTPN IV MEDAN
Dalam bab ini penulis menguraikan profil perusahaan mulai dari
Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), Struktur
Organisasi PTPN IV Medan, Strategi Perusahaan, serta Kebijakan
Perusahaan.
BAB III : TOPIK PENELITIAN
Dalam bab ini penulis memaparkan tentang teori yang berkaitan
sistem pengendalian internal, mulai dari pengertian dan fungsi
internal audit, tanggung jawab internal audit dan hubungannya
dengan pengawasan intern, kode etik dan standar profesi satuan
pengawasan internal, mekanisme kinerja satuan pengawasan internal,
job description satuan pengawasan internal, serta hubungan satuan
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini Penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)
A. Sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik
Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara memiliki
sejarah panjang sejak zaman belanda.
Pada awalnya keberadaan perkebunan ini merupakan milik maskapai Belanda
yang dinasionalisasi pada tahun 1959, dan selanjutnya berdasarkan kebijakan
pemerintah telah mengalami beberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya
menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
Pada tahun 1985 sesuai Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958,
perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA dinasionalisasikan oleh
Pemetintah R.I, dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan milik Pemerintah melalui
peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1967
Pemerintah melakukan pengelompokkan menjadi perusahaan Terbatas Persero,
dengan nama resmi PT. Perkebunan I s.d. IX (Persero)
Pada tahun 1994 PTP VI, VII, dan VIII, digabung dalam kelompok PTP.
PTP yang ada di Indonesia dikelompokkan kembali melalui penggabungan dan
pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN-I s.d.
PTPN-XIV).
Terhitung sejak 11 Maret 1996, gabungan PTP VI, VII, dan VIII diberi nama
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), yang kini ber Kantor Pusat di Jl. Letjend
Soeprapto No. 2 Medan.
B. Strategi Perusahaan
Strategi yang akan dilaksanakan adalah meningkatkan kinerja perusahaan
melalui upaya peningkatan pengendalian biaya dan produktifitas sumber-sumber
yang tersedia.
A. Direktorat Produksi
1) Bidang Tanaman
a. Meningkatkan produktifitas tanaman (Kelapa Sawit dan Teh) dengan
pemeliharaan, kebijakan pemupukan, dan panen yang benar.
b. Perluasan Areal Kelapa Sawit dengan penambahan HGU.
2) Bidang Pengolahan
a. Melaksanakan proses pengolahan dengan menerapkan “Standart
Operating Procedure” (SOP) secara benar dan konsekwen.
b. Mengoptimalkan kapasitas PKS dengan melakukan pembelian TBS
pihak III.
c. Meningkatkan mutu produk yang dihasilkan untuk setiap komoditi
3) Bidang Teknik
a. Melaksanakan pemeliharaan (maintenance) mesin-mesin dan instalasi
pabrik secara konsisten sehingga kondisi setiap mesin dan instalasi
dalam keadaan Runnig Well/ Top performance/ siap pakai.
b. Menigkatkan pemeliharaan sarana dan prasarana produksi.
c. Melaksanakan replacement atas mesin dan sarana pabrik.
B. Direktorat Keuangan
1) Bidang Keuangan
a. Mengendalikan Cash Flow perusahaan.
b. Menigkatkan pengendalian pelaksanaan anggaran sesuai RKAP.
c. Pengendalian biaya melalui RKO.
d. Menigkatkan Sosialisasi dan Manajemen Perpajakan dan Asuransi.
e. Mengawasi penggunaan dana Kredit sesuai peruntukannya.
2) Bidang Akuntansi
a. Penyempurnaan system informasi Akuntansi Keuangan berbasis
computer yang andal dan akurat.
b. Peningkatan efektifitas pengendalian biaya yang sudah ada.
3) Bidang Pemasaran Hasil
a. Mempertahankan pasar yang telah ada.
b. Menigkatkan pelayanan kepada pelanggan, pengujian dan sertifikasi.
c. Melakukan koordinasi dengan lembaga pemasaran dalam rangka
d. Menigkatkan komunikasi dengan pembeli dalam rangka
mempercepat pengapalan dan pembayaran atas kontrak penjualan
C. Direktorat SDM dan Umum
1) Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Penyempurnaan struktur organisasi perusahaan yang sesuai dengan
kebutuhan agar dapat dicapai efisiensi dan efektifitas kerja yang
tinggi.
b. Menyempurnakan generi imbal jasa yang lebih kompetitif dan
mengarah pada prestasi kerja.
c. Meningkatkan kualitas SDM dan disiplin kerja agar mampu
melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan perusahaan.
d. Menyusun man power planning untuk mengoptimalkan pemanfaatan
tenaga kerja yang tersedia.
e. Meningkatkan hubungan industrial, kesehatan dan K3.
2) Bidang Umum / Hukum dan Pertanahan
a. Inventarisasi permasalahan yang belum terlaksana sesuai jadwal.
b. Menindaklanjuti permasalahan yang belum selesai pada waktunya.
c. Mempelajari kendala yang ada dalam permasalahan untuk mencari
jalan keluar yang terkoordinasi.
3) Bidang Pengadaan
a. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa dengan harga yang wajar,
mutu terjamin, tepat waktu, jumlah sesuai kebutuhan dan
b. Mengendalikan harga beli barang dan jasa
c. Mengendalikan persediaan barang/bahan.
d. Membina hubungan yang baik dengan seluruh mitra kerja serta
membina pengusaha kecil dan koperasi.
e. Melakukan cek harga pasar secara luas ke beberapa sumber informasi
sehingga harga perhitungan sendiri (HPS) yang diterbitkan dapat
dipertanggung jawabkan.
f. Dalam memproses suatu objek pekerjaan, P2BJ akan mengundang
para mitra kerja yang benar-benar memiliki kemampuan dan keahlian
sesuai kualifikasi dan sub bidangnya masing-masing.
D. Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha
1) Bidang Perencanaan
a. Mengadopsi inovasi dan melakukan kerjasama dengan strategic
partner.
b. Menciptakan inovasi secara mandiri.
c. Menigkatkan integrasi generi informasi yang dimiliki perusahaan
(PTPN IV online)
d. Implelmentasi teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi
2) Bidang Pengembangan
a. Optimalisasi pengembangan usaha
b. Meningkatkan peran dalam penigkatan efektifitas dan efisiensi dalam
pengelolaan bisnis perusahaan.
3) Bidang PKBL
a. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan kebun unit
untuk penyaluran dan penagihan dana PKBL.
b. Mengalihkan mitra binaan yang berada diluat Provinsi Sumatera
Utara kepada BUMN lain.
c. Meningkatkan pelaksanaan evaluasi dan monitoring kepada mitra
binaan.
d. Melakukan penyuluhan gener kepada Mitra Binaan agar mempunyai
kesadaran dalam membayar kembali pinjaman.
E. Unit Kerja Penunjang :
1) Bidang Kesehatan
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan karyawan.
b. Mengadakan penyuluhan yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan.
C. KEBIJAKAN PERUSAHAAN
Untuk mencapai sasaran perusahaan yang telah ditetapkan maka perusahaan
menetapkan kebijakan-kebijakan dasar sesuai bidang masing-masing sebagai berikut :
A. Direktorat Produksi
1)Bidang Tanaman
a. Menanam dengan bahan tanaman yang unggul.
b. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan secara rutin dan konsekwen.
c. Penyisipan yang konsisten dan berkesinambungan tetap dilaksanakan.
Untuk komoditi teh dilakukan penyisipan dengan bibit tua berumur± 2
tahun.
d. Jenis dosis dan waktu pelaksanaan pemupukan merujuk pada rekomendasi
pemupukan.
e. Pemberian pupuk suplemen (OST,PHE,LCKS, Kompos dan Tandan
Kosong) sebagai substitusi pupuk anorganik dengan tujuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah.
f. Kriteria matang panen TBS 5 brondolan per piringan.
g. Sistem panen Teh dengan mekanisasi (mesin petik).
h. Intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan kebun benih kakao.
i. Penggunaan pestisida nabati untuk pengendalian Organisasi pengganggu
Tanaman (OPT).
j. Melaksanakan penyerbukan bantuan diareal TBM III yang prosentase
2) Bidang Pengolahan
a. Semua hasil produksi kebun yang dipanen setiap hari, harus dapat diolah
pada hari itu juga.
b. Pabrik hanya mengolah hasil produksi yang kualitasnya memenuhi
persyaratan mutu.
c. Mesin dan Instalasi yang menjadi titik kritis dalam system pengolahan akan
menjadi objek pengawasan dan pengendalian yang utama.
d. Setiap pabrik harus selalu siap beroperasi dengan kapasitas nominalnya.
3) Bidang Teknik
a. Penggantian mesin-mesin dan peralatan pabrik agar disesuaikan dengan
jadwal dan memperhatikan masa manfaat.
b. Rehabilitasi/penggantian sarana dan prasarana produksi lainnya harus
memperhatikan urgensinya.
c. Melaksanakan program penghematan energy secara optimal dalam
pengoperasian pabrik dan alat produksi lainnya.
B.Direktorat Keuangan :
1)Bidang Keuangan
a. Pelaksanaan kegiatan-kegitan yang ada dalam RKAP mengacu kepada
RKO yang dibahas setiap tiga bulan.
b. Pelaksanaan Investasi hanya dilakukan jika kondisi keuangan mendukung
dan memperhatikan skala prioritas.
c. Pelaksanaan pengawasan kredit perbankan dilakukan dengan membuat
d. Mengendalikan cash flow perusahaan
e. Pengendalian biaya melalui RKO.
2)Bidang Akuntansi
a. Mengoptimalkan kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan prakterk akuntansi yang lazim.
b. Mereview seluruh SE dan SI yang berhubungan dengan bidang akuntansi
keuangan.
c. Penyempurnaan sistem informasi akuntansi berbasis komputer yang handal
dan akurat.
3)Bidang Pemasaran
a. Memenuhi permintaan / order pembeli tepat waktu dengan mutu sesuai
ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam kontrak.
b. Mempertahankan pasar yang telah dikuasai
c. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, pengujian dan sertifikasi
d. Melakukan koordinasi dengan lembaga pemasaran dalam rangka mencari
peluang pasar baru.
C.Direktorat SDM dan Umum
1)Bidang Sumber Daya Manusia
a. Pendidikan dan latihan SDM dilakukan sesuai kebutuhan perusahaan
dengan mengutamakan system In House Training.
b. Penerimaan / rekrutmen pegawai dilaksanakan secara selektif sesuai
2)Bidang Umum/Hukum dan Notaris
a. Penyelesaian pekerjaan / urusan harus sesuai dengan peraturan perusahaan
dan norma-norma yang ada serta berpedoman kepada RKAP.
b. Inventarisasi permasalahan yang belum terlaksana sesuai jadwal
c. Mempelajari kendala yang ada dalam permasalahan untuk mencari jalan
keluar yang terkoordinasi
3)Bidang Pengadaan
a. Pengadaan barang dan bahan sesuai kebutuhan baik jumlah maupun mutu.
b. Lavering tepat waktu.
c. Harga wajar.
d. Pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai peraturan perusahaan yang
berlaku dan berpedoman kepada RKAP.
D. Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha :
1)Bidang Perencanaan
a. Objek kajian diarahkan untuk peningkatan produktifitas, efisiensi dan ramah
linkungan.
b. Mengembangkan Teknologi informasi (TI) guna kepentingan perusahaan.
c. Mengadopsi inovasi dan melakukan kerja sama dengan strategic partner
d. Meningkatkan integrasi sistem informasi yang dimiliki perusahaan
e. Implementasi teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi proses
2)Bidang Pengembangan
a. Pelaksanaan pengembangan Proyek Madina dan Panai Jaya berpedoman
kepada SPO.
b. Mengoptimalkan pengembangan usaha
c. Meningkatkan peran dalam peningkatan efektifitas dan efisiensi bisnis.
3)Bidang PKBL
a. Penyaluran dana PKBL harus didasarkan pada kebutuhan sesuai sasaran
agar memberikan manfaat paling besar bagi perusahaan.
b. Membuat SKB dengan BUMN lain dalam rangka pengalihan Mitra Binaan
diluar Propinsi Sumatera Utara.
c. Penyaluran dana PKBL berdasarkan usulan unit kebun dan ditetapkan
kantor pusat berdasarkan usulan unit kebun dan ditetapkan kantor pusat
berdasarkan otoritas kebutuhan.
d. Melakukan penyuluhan kepada mitra binaan agar mempunyai kesadaran
dalam melunasi pinjaman.
e. Mengalihkan mitra binaan diluar provinsi sumatera utara ke BUMN lain.
BAB III
TOPIK PENELITIAN
A. Pengertian dan Fungsi Audit Internal 1. Pengertian Internal Audit
Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unit –
unit operasi perusahaan, jenis usaha, melebarnya jaringan distribusi, dan
meningkatnya laba perusahaan. Sebelum perusahaan berkembang manajer masih
dapat mengawasi jalannya perusahaan, tetapi setelah perusahaan berkembang maka
semakin kompleks masalah yang dihadapi manajer. Salah satu masalah yang dihadapi
manajer adalah masalah pengawasan. Menurut Sunarto (2007 : 299), pengertian
pengawasan yaitu :
“Pengawasan (control) adalah pengaturan aktivitas organisasi agar elemen kinerja
yang menjadi target tetap berada pada batas yang dapat diterima. Tanpa pengaturan
ini, organisasi tidak memiliki petunjuk tentang seberapa baik kinerja dalam kaitan
dengan tujuan yang telah ditetapkan.”
Salah satu bagian yang ada hubungannya dengan pengawasan intern adalah apa
yang disebut internal audit. Internal audit merupakan suatu bidang akuntansi yang
memberikan jasanya kepada manajemen, dalam meringankan tugasnya dalam hal
pengambilan keputusan. Internal auditor tidak hanya melakukan verifikasi laporan
Hal ini sesuai dengan yang diuraikan oleh Messier & kawan - kawan dalam
Auditing Services & Assurance a Systematic Approach, (2005 : 514), mendefinisikan
audit internal sebagai berikut :
“Internal auditing adalah Aktivitas independen, keyakinan objektif, dan
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan
melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektifitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata
kelola.”
Dari uraian diatas dapat diketahui internal audit adalah alat manajemen yang
merupakan unsur dari pengawasan intern yang fungsi utamanya adalah mengukur dan
menilai unsur pengendalian lainnya dalam perusahaan. Personilnya disebut internal
auditor, yang bertugas untuk membantu semua anggota manajemen dalam tugasnya
untuk memberikan analisa, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diteliti. Oleh
karena itu internal auditor harus memperhatikan semua tahapan dari kegiatan
perusahaan dimana ia memberikan jasanya. Internal auditor bekerjasama secara aktif
dan terus menerus sepanjang operasi perusahaan dan memberikan penilaian
konstruktif mengenai dasar – dasar kebijaksanaan serta keaktifan unsur – unsur
pengawasan. Untuk menjamin hasil kerja bagian ini, maka perlu diperhatikan
kualifikasi yang baik dari pegawai bagian internal audit yang ada. Seperti yang
dinyatakan oleh Agoes Sukrisno (2004 : 50), sebagai berikut : “Auditor ( pemeriksa)
diharapkan menguasai berbagai bidang ilmu, yaitu: ilmu ekonomi, manajemen,
hukum, moneter, informasi, komunikasi, tehnologi dan sebagainya. Maka dari itu
Dari definisi diatas maka jelaslah bahwa internal auditor juga harus
menguasai disiplin ilmu lain disamping ilmu auditing sendiri, karena sebagai internal
auditor perusahaan, ia harus tanggap terhadap lingkungan auditnya, dimana ia adalah
pemberi informasi yang tepat dan objektif untuk pengambilan keputusan bagi
manajemen.
Internal audit adalah suatu aktivitas penilaian yang independen atas data
akuntansi dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh pegawai perusahaan itu sendiri,
dengan maksud membantu manajemen dalam menyediakan informasi untuk :
a. Menilai apakah kebijaksanaan, rencana dan prosedur – prosedur yang telah
ditetapkan benar – benar ditaati.
b. Mengetahui apakah aktiva perusahaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan
penyelewengan.
c. Menilai kecermatan data akuntansi dan data lainnya dalam organisasi perusahaan.
d. Menilai mutu atas pelaksanaan tugas – tugas yang telah diberikan kepada masing
– masing anggota manajemen.
2. Fungsi Internal Audit
Sebelum membahas fungsi internal auditor ada baiknya penulis terlebih dahulu
menguraikan ruang lingkup internal audit. Hal ini mempunyai kaitan erat dengan
internal audit. Dengan ditetapkannya ruang lingkup internal audit, maka jelaslah apa
yang menjadi fungsi internal audit. Adapun yang menjadi ruang lingkup internal audit
a. Keandalan berbagai informasi finansial dan pelaksanaan pekerjaan atau
operasi.
b. Sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan
berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, ketentuan perundang – undangan
dan peraturan yang dimiliki.
c. Peninjauan berbagai alat atau cara yang digunakan untuk melindungi harta.
d. Menilai sumber daya ekonomis dan efisien.
e. Menilai pekerjaan, operasi atau program untuk menilai apakah hasil yang
dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Dari kutipan diatas ruang lingkup internal audit sangat luas, Oleh karenanya
internal auditor perlu merencanakan audit sebaik – baiknya, sehingga seluruh hal –
hal yang penting tidak terlewatkan. Rencana audit harus dapat menggambarkan
secara sistematis langkah – langkah yang bagaimana yang diperlukan serta rencana
audit secara menyeluruh yang akan dilaksanakan.
Dengan menyusun rencana audit akan dapat ditentukan prosedur audit. Prosedur
audit hendaknya dilaksanakan sesuai dengan keadaan perusahaan, jenis perusahaan
dan lingkungan perusahaan, sehingga audit dapat menghasilkan apa yang menjadi
tujuan perusahaan. Sedangkan kegiatan internal audit secara keseluruhan menyangkut
dua hal, yaitu :
a. Audit Keuangan (Financial Audit)
Audit Keuangan adalah audit yang menitikberatkan pada keuangan perusahaan,
yang berhubungan dengan kewajaran data keuangan yang disajikan, transaksi –
transaksi yang mendukung dan ketaatan pada prinsip akuntansi yang berlaku.
dan biaya yang disajikan pada laporan keuangan. Kewajaran hendaknya didukung
dengan pembuktian internal kontrol yang meliputi verifikasi atas keberadaan harta
benda perusahaan dan meyakinkan bahwa pengamanannya (safeguarding) cukup
memadai dan pencatatannya dilakukan dengan tepat.
b. Audit Operasi / Manajemen (Operasional Audit)
Menurut Sukrisno (2006 : 175), mendefinisikan audit operasi sebagai berikut :
“Audit operasi adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.”
Audit operasi saat ini sudah menjadi perhatian manajemen sebagai bagian dari
internal audit. Pada dasarnya audit operasi dilaksanakan pada berbagai tingkatan
manajemen (level of management) dan objek yang dinilai adalah aktivitas operasi
kebijaksanaan dan efisiensi usaha. Audit operasi ini bermanfaat bagi manajemen
dalam rangka pengambilan keputusan. Dalam hal ini keterlibatan internal auditor
diperluas sehingga meliputi keseluruhan sektor atau kegiatan yang menyangkut
eksistensi dan kontinuitas perusahaan.
Dengan demikian tugas dan tanggung jawab internal auditor meliputi audit
keuangan dan audit operasi. Internal auditor yang merupakan pegawai perusahaan
mempunyai tujuan untuk memberikan pelayanan kepada manajemen dengan berbagai
cara. Pelayanan ini untuk memberi penilaian keefektifan prosedur dan kebijaksanaan
operasi yang telah ditetapkan. Untuk dapat mengetahui tujuan tersebut, maka bagian
internal audit pada perusahaan hendaknya dipimpin oleh seorang yang cukup
memecahkan persoalan – persoalan yang ada sehingga akan memberikan pelayanan
yang memuaskan pada manajemen dan pimpinan perusahaan.
Fungsi internal auditor menurut Mulyadi, (2002 : 211), dapat digolongkan atas
beberapa bagian, yaitu :
a. Menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan
fungsi berbagai unit organisasi.
b. Kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang
dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar – komentar penting terhadap kegiatan manajemen.
Dari kutipan diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pokok internal
auditor adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Pengendalian
Dengan adanya Pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan operasi
perusahaan, maka kesalahan yang terjadi dapat ditangani dengan baik, sehingga
tujuan dan rencana perusahaan dapat dicapai. Kegiatan pengendalian membutuhkan
banyak waktu untuk menyediakan informasi baik per hari, per minggu, atau per bulan
bahkan per tahun sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam pendekatan masalah –
masalah yang berhubungan dengan fungsi pengendalian, internal auditor harus
mempunyai pandangan luas dan menentukan prestasi kerja. Dalam menentukan
b. Fungsi Audit
Dalam melaksanakan seluruh fungsi internal audit, internal auditor dalam fungsi
pelaksanaan pekerjaannya menitikberatkan pada penilaian dan pengkajian
pengendalian intern, bukan dimaksud untuk menentukan ruang lingkup audit ekstern.
Akan tetapi penilaian dari pengawasan intern terutama bertujuan untuk memperoleh
kepastian bahwa sistem yang ada telah dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh
pelaksana operasi, juga untuk keandalannya agar dapat mencegah atau menemukan
penyelewengan maupun kerugian lainnya bagi perusahaan. Dari penilaian dan
pengkajian struktur pengawasan intern akan diperoleh hasil berupa keputusan, yang
seterusnya disampaikan saran – saran dan usul – usul perbaikan.
Internal audit dalam pelaksanaan fungsinya, hanya merupakan fungsi staf
karena ia tidak terlibat dalam aktivitas operasi perusahaan, seperti: pembelian atau
penilaian persediaan, penagihan piutang, pembayaran hutang, pemasaran produksi
dan lainnya. Internal audit sebagai staf yang berasal dari unit organisasi itu yang
memberikan saran atau petunjuk. Akan tetapi nasehat yang diberikan itu bukan
merupakan suatu keharusan yang diterima pimpinan, melainkan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dari usulan – usulan fungsi internal
audit diatas dapat diambil kesimpulan bahwa internal audit berfungsi untuk
membantu pimpinan agar dapat bekerja lebih efisien, efektif, dalam rangka
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi
intenal auditor merupakan salah satu alat pimpinan yang vital untuk keberhasilan
Untuk mewujudkan apa yang menjadi fungsi internal audit, internal auditor
haruslah memiliki sifat integritas yang tinggi. Integritas merupakan kepribadian yang
didasari rasa bijaksana, berani, serta rasa penuh tanggung jawab. Apabila hal ini
dimiliki setiap internal auditor, maka internal auditor akan menjadi bagian yang vital
bagi keperluan pimpinan untuk kemajuan unit organisasi secara keseluruhan.
Disamping memiliki integritas yang tinggi, seorang auditor dalam pelaksanaan
fungsinya memiliki kriteria tertentu agar mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik, sehingga apa yang menjadi harapan pimpinan dapat dipenuhi.
c. Pelaporan
Laporan internal auditor biasanya berbentuk dokumen tertulis. Laporan tersebut
merupakan hasil akhir dari pelaksanaan audit keuangan maupun audit operasi.
Laporan hasil audit tersebut dimaksudkan untuk mengkomunikasikan hasil audit yang
berupa temuan – temuan dan petunjuk – petunjuk yang dianggap perlu bagi
pimpinan. Dengan penyampaian laporan kepada pimpinan, maka pimpinan akan
dapat mengetahui dengan jelas sampai seberapa jauh prosedur – prosedur, peraturan –
peraturan dan kebijaksanaan yang dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik,
berarti bahwa laporan hasil audit, menunjukkan apa yang telah dicapai,
mengemukakan hal apa yang perlu diambil oleh pimpinan untuk mengetahui dan
menjelaskan tindakan – tindakan yang perlu diambil oleh pimpinan.
Internal auditor merupakan mata dan telinga, dalam arti alat pembantu yang
internal auditor dalam laporannya hendaknya menyajikan informasi yang cukup
penting dan menghindarkan informasi yang sulit dimengerti. Selain dari informasi
yang berupa data, dalam laporan harus mencakup analisis dan kesimpulan –
kesimpulan serta rekomendasi mengenai temuan, sehingga pimpinan memperoleh
pengertian yang cukup mengenai persoalan yang dilaporkan. Data yang dilaporkan
harus didukung oleh bukti – bukti yang objektif dan tidak memihak, agar laporan itu
dapat dipercaya. Dengan demikian pimpinan dapat mengambil tindakan perbaikan
maupun koreksi yang lebih tepat dan objektif pula. Membuat suatu laporan yang baik
dan menarik hati pimpinan adalah tidak mudah. Internal auditor haruslah memikirkan
dan menjangkau pemikiran pimpinan, agar dapat mengarahkan pimpinan untuk
mengambil suatu tindakan. Untuk menyusun suatu laporan, internal auditor tidak
terikat pada suatu peraturan tertentu yang menjadi patokan yang harus dipenuhi.
Walaupun demikian internal auditor dalam menyusun laporan hendaknya
memuat informasi yang sesuai dengan kebutuhan pimpinan perusahaan. Manfaat
laporan harus lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk menyusun laporan
tersebut. Audit yang dilakukan secara cermat dan teliti serta konstruktif akan sangat
bermanfaat apabila penyusunan laporan dilakukan dengan baik. Laporan harus
singkat, artinya bahwa laporan itu bukan mengabaikan perincian – perincian dan
bagian yang relevan. Tetapi mengabaikan bagian yang dianggap tidak perlu. Apabila
laporan tersebut disusun panjang lebar dapat mengakibatkan gagasan yang
disampaikan menjadi kabur. Laporan haruslah jelas, artinya laporan itu dapat
mencerminkan pokok – pokok pemikiran yang sistematis sehingga mudah dipahami
pengaturannya dan penyusunan mengenai urutan – urutan temuan yang memerlukan
tanggapan yang lebih dini dari pimpinan untuk koreksi yang perlu. Laporan disebut
tepat waktu apabila data yang disajikan tersebut secepat mungkin dapat dipergunakan
dalam rangka pengambilan tindakan oleh pimpinan, sehingga memungkinkan tidak
tertundanya pengambilan keputusan. Laporan yang tidak disampaikan tepat pada
waktunya mengakibatkan laporan tidak bermanfaat, bagaimanapun baiknya laporan
tersebut.
B. Tanggung Jawab Internal Audit dan Hubungannya dengan Pengawasan
Intern
Sejalan dengan perkembangan fungsi akuntansi dalam perusahaan dimana
terlihat peranan akuntansi yang semakin penting terutama dalam pengawasan, maka
wajarlah apabila kedudukan internal auditor setingkat dengan pejabat lainnya, yaitu
berada langsung dibawah pimpinan perusahaan. Pada beberapa perusahaan
kedudukan internal auditor tidak diperlihatkan secara nyata didalam struktur
organisasi perusahaan, artinya tidak ada suatu departemen khusus yang jelas
diidentifikasikan sebagai internal auditor. Fungsi internal auditor biasanya dirangkap
oleh bagian – bagian yang lain, misalnya: menjadi bagian controller. Tetapi dengan
semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka diperlukan suatu bagian tersendiri
untuk jabatan internal auditor. Dengan diberikannya bagian tersendiri serta
kedudukan yang tinggi bagi internal auditor, maka hal ini akan membantunya dalam
melaksanakan tugasnya. Ia dapat memandang persoalan yang terjadi dengan ruang
lingkup yang luas, sehingga lebih mudah baginya untuk mencari jalan keluar yang
Internal auditor sering disebut auditor fungsional, dan merupakan salah satu staf
di dalam perusahaan. Menurut Agoes Sukrisno, (2004 : 243), secara garis besarnya
kepada siapa ia bertanggung jawab dan memberikan laporan audit dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Langsung bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Hal ini banyak
dilakukan dalam perusahaan bank dan asuransi. Internal auditor merupakan penjaga bagi dewan komisaris. Secara teoritis maka seluruh organisasi termasuk direktur utama dapat diteliti oleh internal auditor. Namun seperti dikatakan diatas, cara ini hanya terbatas pada perusahaan bank dan asuransi.
2. Bertanggung jawab kepada dewan direksi (direktur utama). Cara ini agak
jarang dipakai mengingat bahwa direktur utama dengan tugas – tugasnya yang berat, biasanya tidak mempunyai waktu untuk mempelajari laporan internal auditor dan melakukan tindakan koreksi berdasarkan laporan tersebut.
3. Yang paling sering dilaksanakan adalah bahwa internal auditor bertanggung
jawab kepada direktur keuangan. Fungsionaris tersebut mungkin berfungsi sebagai direktur keuangan, bendahara, ataupun controller. Yang penting adalah bertanggung jawab atas koordinasi dari persoalan keuangan dan akuntansi.
Dari kutipan diatas dapat dijabarkan mengenai kedudukan internal auditor
tersebut, sebagai berikut :
1. Langsung bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris
Apabila dewan komisaris membawahi langsung internal auditor, maka ia
mempunyai jangkauan yang sangat luas mengenai ruang lingkup audit. Dengan
demikian dalam pelaksanaan tugasnya auditor secara teoritis dapat melakukan audit
secara keseluruhan jenjang pimpinan perusahaan termasuk direktur utama. Tetapi
dalam pelaksanaannya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis perusahaan, karena
melainkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Untuk lebih jelasnya
[image:34.612.140.492.141.463.2]dapat dilihat pada gambar :
Gambar 1
2. Langsung bertanggung jawab kepada Direktur Utama
Dalam hal ini internal auditor memperoleh tugas dan wewenang dari dewan
direksi. Dengan ini maka internal auditor akan memberi dan bertanggung jawab
terhadap laporannya. Dengan keadaan ini auditor mendapatkan dukungan yang kuat
dalam pelaksanaan audit, serta dapat menilai hasil pimpinan perusahaan dibawah
direksi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar :
Dewan Komisaris
Direktur
Direktur
Gambar 2
3. Langsung bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan
Bagan organisasi tersebut memperlihatkan internal auditor merupakan bagian
dari Direktur Keuangan. Direktur Keuangan dalam menjalankan tugasnya dibantu
oleh beberapa Senior Manajer bagian dengan cara pendelegasian wewenang.
Kedudukan satuan pengawasan intern ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
RUPS
Dewan K i i
Direktur Satuan
P I t
Gambar 3
Bila dilihat dari skema diatas bahwa internal auditor jelas merupakan bagian
dari senior manajer. Dalam melaksanakan tugasnya menyampaikan laporannya
kepada Direktur Keuangan. Apabila internal auditor dalam melaksanakan tugasnya
menerima perintah dari senior manajer, maka tingkat kebebasan yang dimilikinya
berkurang. Berdasarkan uraian diatas, menurut hemat penulis jika internal auditor
langsung dibawah dewan komisaris dan menerima perintah dari padanya maka
internal auditor mempunyai kebebasan yang cukup luas, sebab internal auditor dapat
melakukan audit keseluruh bagian yang ada dalam perusahaan tanpa terlebih dahulu
memperoleh izin dari pimpinan objek yang diaudit, namun mengingat luasnya apa
Dewan
Direktur
Direktur RUP
Bagian Akuntansi
Bagian K
Satuan Pengawasa
yang dikerjakan oleh Dewan Komisaris, mengakibatkan Dewan Komisaris tidak
mempunyai banyak waktu dalam memeriksa laporan hasil audit (LHP), sehingga
laporan hasil audit tidak dapat diperiksa dengan cepat, yang menimbulkan lambatnya
penanganan terhadap masalah yang timbul. Tetapi jika internal auditor berada
langsung dibawah dewan direksi maka laporan hasil audit dapat segera diperiksa dan
masalah yang ada dapat segera ditangani. Kebebasan internal auditor dalam
memeriksa setiap bagian yang ada pada perusahaan terbuka dengan luas tanpa
persetujuan atau dengan persetujuan dari pimpinan setiap departemen atau bagian.
Namun apabila internal auditor bertanggung jawab kepada direktur keuangan maka
tingkat kebebasan internal auditor dalam melakukan pemeriksaan semakin berkurang.
Hal ini disebabkan karena internal auditor tidak dapat melakukan audit ke seluruh
bagian dalam organisasi yang ada sebelum mendapat izin dari pejabat yang
berwewenang dari setiap bagian. Namun dalam pemeriksaan hasil laporan audit
direktur keuangan memiliki waktu yang cukup dan permasalahan yang timbul dapat
segera ditangani.
C. Mekanisme Kinerja Bagian SPI
1. Penyusunan Program Kerja Audit Tahunan (PKAT)
Siklus kerja SPI dalam 1 tahun dimulai dari penyusunan Program Kerja
Audit Tahunan (PKAT) dan diakhiri dengan pembuatan laporan. PKAT
memuat antara lain : nama satuan organisasi yang diaudit, kegiatan yang
diaudit, waktu audit, rencana mulai audit, rencana penerbitan audit, jenis
Kegunaan PKAT bagi SPI antara lain :
a. Sebagai pedoman kerja SPI untuk satu tahun periode audit
b. Sebagai bentuk dukungan direksi dalam pelaksanaan tugas SPI
c. Sebagai dasar pengajuan anggaran bagi unit SPI
d. Sebagai alat kendali bagi pimpinan SPI untuk menilai kinerja bagian
yang dipimpinnya
e. Membantu eksternal audit dan komite audit dalam menilai efektifitas
sistem pengawasan intern dan manajemen risiko melalui rencana kerja
SPI
SPI menetapkan kegiatannya dalam UPKAT, setelah melalui kajian dan
pertimbangan terhadap beberapa hal antara lain :
1) PKAT tahun lalu yang tidak terealisir dikaji kembali apakah masih harus perlu
dilanjutkan di tahun berikutnya dan menjadi prioritas utama atau dibatalkan
karena tidak perlu lagi.
2) Periode audit yang terakhir telah dilaksanakan oleh SPI terhadap objek/ unit
yang akan diaudit tahun berikutnya, sehingga tetap berkesinambungan dalam
arti tidak ada satu periode atau bulan kegiatan yang tidak teraudit oleh SPI
3) Masukan dan arahan dari direksi baik secara lisan maupun tulisan
4)Masukan atau arahan dari komisaris/komite audit baik secara lisan maupun
tulisan
6) Tingkat risiko pengelolaan organisasi/unit yang akan diaudit melalui hasil
identifikasi dari tingkat risiko yang paling tinngi sampai terendah dan
dikaitkan dengan tingkat urgensinya
7) Isu-isu yang beredar baik dari kalangan intern perusahaan atau sumber
eksternal seperti pemerintah dan masyarakat
8) Hasil evaluasi terhadap sistem pengendalian internal perusahaan setiap tahun
dan evaluasi manajemen risiko pada organisasi/unit yang akan diaudit
9) Hasil evaluasi tahun lalu atas atas penerapan GCG pada orgnisasi/unit yang
akan diaudit
10) Kebijakan-kebijakan yang telah diterbitkan oleh perusahaan setiap tahunnya
11) Temuan-temuan audit SPI tahun sebelumnya dan temuan audit eksternal
auditor
2. Tahap Audit dan Evaluasi
a) Persiapan dan perencanaan audit
Berdasarkan jadwal audit yang akan telah jatuh tempo sebagaimana
tercantum dalam PKAT. Kepala SPI menetapkan personil tim yang akan
ditugaskan terdiri dari Ketua tim anggota. Penentuan personil dan
jumlahnya disesuaikan dengan jenis dan tujuan audit serta bidang
b) Pelaksanaan Audit dan Evaluasi
(1) Audit Keuangan dan Operasional
Temuan hasil audit harus objekttif, jelas, ringkas, konstruksi,
lengkap dan harus memenuhi 5 atribut temuan :
(1.1) Kondisi, yaitu fakta atau kejadian penyimpangan yang
terjadi
(1.2) Kriteria, yaitu yang kondisi atau kegiatan yang seharusnya
berdasarkan peraturan atau standar yang ditetapkan
(1.3) Penyebab, yaitu hal yang menyebabkan koondisi tidak sesuai
dengan kriteria
(1.4) Akibat, yaitu dampak yang terjadi yang disebabkan
ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria
(1.5) Rekomendasi, yaitu saran yang dapat dan harus dilaksanakan
untuk menghilangkan penyebab atau meminjamkan kerugian
atau mengambalikan kondisi sesuai denga krieria
Setiap hasil temuan hasil audit harus dibahas bersama dengan ketua
tim sebelum dibahas dengan pimpinan objek yang diaudit dan
kemudian dituangkan dalam daftar temuan audit final.
(2) Audit Investigasi
Sebelum melakukan audit, auditor melakukan pembicaraan
pendahuluan dengan pimpinan objek yang diaudit tentang tujuan
audit dan bidang-bidang yang terkait dengan bidang yang diaudit,
informasi yang berkaitan dengan kasus yang dipermasalahkan
dengan mengacu pada program audit yang telah ditetapkan. Apabila
tidak terdapat indikasi penyimpangan maka audit dapat dihentiakan
kemudian disusun laporannya, namun jika terdapat penyimpangan
maka audit harus diperdalam sehinnga dapat ditemukan jenis
penyimpangan yang dilakukan, modus operasinya, karyawan yang
terlibat, unsur memperkaya diri serta jumlah kerugian yang
ditimbulkan.
D. Hubungan SPI dengan Beberapa Pihak 1) Hubungan SPI dengan Auditan
Secara umum merupakan hubungan antara unit yang melaksanakan audit
dengan unit yang diaudit. Hubungan tersebut mengatur tata cara yang harus
dipenuhi dalam setiap penugasan baik sebelum pelaksanaan audit, dalam masa
audit maupun setelah audit selesai dilaksanakan. Hubungan SPI dengan
auditan meliputi :
a. Setiap penugasan audit, tujuan audit dan ruang lingkup audit serta jangka
waktu audit harus dibicarakan terlebih dahulu dengan pimpinan unit yang
diaudit sekaligus meminta dukungan dari pimpinan audit.
b. Auditan wajib membantu proses audit dan bersifat terbuka dalam
memberikan keterangan data yang diminta selama audit berlangsung
c. Membicarakan temuan hasil audit dan rekomendasi untuk memperoleh
audit dan sekaligus meminta kesanggupan dari pimpinan unit unit
pelaksanaan tindak lanjutnya
d. SPI wajib mempertahankan kemandiriannya terhadap auditan.
e. Auditan wajib melaksanakan rekomendasi SPI yang telah dibahas dan
disetujui atas masalah-masalahnya yang memerlukan tindak lanjut
f. SPI wajib memonitoring hasil pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi yang
dibuat
2) Hubungan SPI dengan Auditor Eksternal
SPI harus menjalin kerjasama dengan auditor eksternal dalam rangka
mencapai hasil kerja yang optimal, misalnya untuk mengurangi kemungkinan
duplikasi pekerjaan atau tumpeng tindih audit serta menjamin koordinasi yang
baik. Selain itu, hubungan SPI dengan auditor eksternal harus dikoordinasikan
dalam rangka menjamin kecukupan audit coverage.
Beberapa cara dalam melakukan koordinasi antara SPI dan auditor eksternal
antara lain :
1) SPI sebagai pendamping dan penghubung bagi auditor eksternal dalam rangka
pelaksanaan auditnya.
2) SPI membantu penyediaan data atas permintaan auditor eksternal
3) SPI memberikanakses kepada auditor eksternal tentang hasil pekerjaan SPI
4) SPI dan ekternal auditor saling menukarkan laporan hasil audit dan
manajemen letter, dimana SPI memberikan laporan hasil audit kepada auditor
eksternal apabila ada permintaan tertulis dari auditor eksternal kepada direksi
dan permintaan tersebut disetujui direksi serta SPI menerima manajemen
letter dari auditor eksternal melalui direksi. Saling tukar laporan hasil audit ini
dapat dijadikan bahan analisa dan evaluasi sebagai bahan pertimbangan untuk
mengurangi duplikasi dan tumpang tindih audit atau menentukan ruang
lingkup audit yang dilaksanakan.
5) SPI memonitor hasil temuan auditor eksternal sekaligus mendorong pimpinan
unit yang diaudit melaksanakan tindak lanjutnya.
6) SPI dan eksternal auditor harus sama-sama memahami teknik, metode dan
terminologi audit yang dipergunakan masing-masing agar dapat
berkomunikasi secara efektif.
3. Hubungan SPI dengan Komite Audit
SPI wajib membina hubungan dengan komite audit, karena komite audit
adalah organ pendukung yang dibentuk untuk membantu komisaris dalam hal
kegiatan pengawasan.
1) Dalam proses penyusunan program kerja audit tahunan, SPI dapat
meminta masukan dan pertimbangan komite audit.
2) SPI memberikan laporan hasil audit kepada komite audit melalui direktur
utama apabila terdapat permintaan tertulis dari komisaris kepada direksi
menteri BUMN Nomor KEP.103/MBU/2002 tanggal 4 juni 2002
pembentukan komite audit bagi BUMN dan Pasal 68 UU Nomor 19
Tahun 2003 tentang BUMN.
3) Komite audit menelaah dan menilai hasil laporan audit yang dibuat oleh
SPI
4) SPI meminta saran dan masukan dari komite audit dalam penyusunan
internal audit charter, termasuk dalam hal terdapat perubahan atau revisi
internal audit charter
5) SPI mealui direktur utama mengiformasikan kepada audit secara tepat
waktu setiap tepat waktu setiap adanya indikasi fraud yang melibatkan
manajemen atau pegawai yang terlibat secara signifikan, apabila ada
permintaan tertulis dari komite audit melalui komisaris kepada direksi dan
permintaan tersebut disetujui direksi.
6) Komite audit harus memastikan kemandirian fungsi SPI dan memastikan
bahwa temuan hasil audit telah ditindak lanjuti secara wajar. Kepala SPI
dapat menugaskan stafnya sebagai tenaga asisten dan bantuan bagi komite
audit jika diperlukan pendalaman review berdasarkan permintaan tertulis
melalui komisaris kepada direksi dan permintaan tersebut disetujui direksi.
Disamping itu SPI juga dapat melakukan audit khusus terhadap area-area
tertentu jika ada permintaan komite audit melalui direksi dan permintaan
4. Hubungan SPI dengan Direksi
Hubungan SPI dengan direksi diatur melalui SK Menteri BUMN Nomor
KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1agustus 2002, pasal 22 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa “Direksi harus menetapkan suatu sistem pengendalian
internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset BUMN”. Hal ini
ditegaskan lagi melalui UU BUMN No 19 Tahun 2003 pasal 67 yang
mewajibkan BUMN untuk membentuk satuan pengawasan intern.
Secara rinci bentuk dukungan direksi terhadap pelaksanaan kegiatan SPI agar
dapat berjalan secara efektif dan berwibawa antara lain :
1) Mengalokasikan anggaran biaya yang cukup yang diperlukan SPI dalam
melaksanakan kegiatannya sesuai denga PKAT, termasuk anggaran untuk
kegiatan pengembangan unit SPI misalnnya untuk pendidikan dan
pelatihan.
2) Menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan SPI secara berkala
untuk membahas hal-hal yang perlu dibicarakan menyangkut bidang
pengawasan atau hal-hal yang timbul dalam audit yang memerlukan
tindakan segera.
3) Mendorong unit-unit yang diaudit untuk membantu SPI dalam
pelaksanaan audit berupa penyediaan data yang diperlukan.
4) Menginstruksikan kepada unit-unit yang diaudit untuk melaksanakan
tindak lanjut atas rekomendasi yang disampaikan oleh SPI , dan
memberikan teguran kepada unit yang diaudit apabila terlambat atau tidak
5) Memberikan sanksi kepegawaian, baik berupa teguran, penyetoran
kembali ke kas perusahaan atau dilimpahkan kepada pengadilan jika
direksi mempertimbangkan hal tersebut diperlukan berdasarkan laporan
hasil audit dari pihak SPI
6) Komitmen direksi atas pengembangan mutu personil SPI dengan menikut
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka masalah yang dihadapi
semakin rumit. Di samping itu pengawasan terhadap jalannya operasi perusahaan
juga semakin sulit dilaksanakan. Untuk terciptanya suatu pengendalian didalam
perusahaan, diperlukan suatu pengendalian intern yang baik, dan salah satu
diantaranya adalah dengan mengadakan audit intern yang menjadi tugas bagi
internal auditor didalam perusahaan.
2. Di dalam perusahaan ini, internal auditor berfungsi sebagai staff maksudnya
ialah dimana ia harus memberikan saran, nasihat, dan rekomendasi tanpa berhak
mengeluarkan perintah dan tidak mempunyai kekuasaan terhadap departemen
lainnya. Pekerjaannya hanya meliputi audit, meriview, dan membuat hasil laporan
auditnya yang berisikan komentar dan saran – saran perbaikannya.
3. Kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan dapat
menentukan independensinya yang dimilikinya dalam audit. Kedudukan Biro
Satuan Pengawas Intern pada PTPN IV Medan di bawah Direktur Utama. Hal ini
sangat membantu Biro SPI dalam mempertahankan sikap independen dan audit
4. Satuan Pengawas Intern dalam menjalankan tugasnya terlepas dari tugas rutin
perusahaan yang mana SPI tidak terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan
yang menjadi objek auditnya.
5. Biro Satuan Pengawas Intern dalam setiap melaksanakan auditnya selalu
berpedoman kepada Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang telah
distandarisir yang merupakan rencana kerja tahunan dan menuangkan hasil
auditnya yang disebut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
6. Setiap Laporan Hasil Pemeriksaan yang dihasilkan oleh SPI disampaikan
kepada Direktur Utama untuk setiap objek audit yang diperiksanya. Dengan
adanya laporan tersebut, maka Direktur Utama dapat mengambil keputusan dalam
menentukan rencana dan kebijaksanaan selanjutnya.
7. Seorang auditor internal dalam SPI sudah mengetahui prinsip, teknis dan
prosedur audit intern dan pengetahuan lain yang dibutuhkan pada saat menyusun
laporan audit. Adapun pengetahuan tersebut antara lain: Ekonomi, Akuntansi,
Manajemen, Hukum, Moneter, Statistik, Sistem Informasi dan Komputer,
Komunikasi, Logistik.
8. Satuan pengawasan internal pada PTPN IV Medan sistem manajemen
organisasi nya sudah terbilang konsisten dan optimal dalam pelaksanaannya
karena segala sesuatu yang menyangkut sistem operasional di bagian tersebut
diatur oleh segelintir peraturan-peraturan yang tegas dan sesuai dengan tuntutan
B. SARAN
1. Diharapkan kepada PTPN IV Medan khususnya bagian satuan pengawas
internal agar tidak kaku dan monoton dalam hal tata peraturan yang
ditetapkan, ada baiknya peraturan-peraturan yang telah disusun dan disepakati
mengenai tugas hingga wewenang pada bagian ini dilakukan pembaharuan
agar lebih dewasa dan matang.
2. Ada baiknya jika pada unit satuan pengawasan internal dilakukan
evaluasi-evaluasi secara lebih akurat mengenai efektifitas dibagiannya maupun
dibagian yang diauditnya guna peningkatan kinerja satuan pengwasan internal
itu sendiri dan juga bagian yang berada dibawah wewenang dan tanggung
jawabnya.
3. Melihat luasnya kegiatan perusahaan, maka sebaiknya manajemen sering
mengadakan koordinasi yang lebih baik lagi dengan Satuan Pengawas Intern
agar jangan sampai Satuan Pengawas Intern merasa jenuh dengan
pekerjaannya karena kurangnya perhatian Direktur Utama terhadap Satuan
Pengawas Intern yang disebabkan oleh pimpinan terlalu sibuk dengan
perusahaan yang begitu luas kegiatannya.
4. Dengan melihat semakin kompleksnya masalah yang terjadi dalam sebuah
perusahaan yang memiliki pendapatan yang cukup besar dan luasnya aktivitas
yang dikerjakan dalam perusahaan, menurut pendapat penulis bahwa
perusahaan ini perlu menambah satu fungsi pengawasan intern secara khusus
untuk aktiva tetap, dimana hal ini sangat membantu tercapainya efektifitas
terdapat dalam perusahaan berjumlah sangat besar dan merupakan faktor
utama dalam menjalankan operasional perusahaan.
5. Dalam memberikan laporan kepada Direktur Utama, Satuan Pengawas Intern
dapat terlebih dahulu menyampaikan laporan lisan yang kemudian disusul
dengan laporan tertulis. Ini perlu agar Direktur Utama dapat dengan cepat
mengetahui hasil audit dalam hal adanya temuan dan dapat dengan segara
mengambil tindak lanjut atas tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno, 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan Oleh Kantor Akuntan Publik), Edisi Ketiga, Jilid I, Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, Jakarta.
Messier dan rekan, 2005. Auditing Services & Assurance a Systematic Approach, Edisi 3, Diterjemahkan oleh Nori Hinduan, Penerbit Salemba Empat, Buku Dua, Jakarta.
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sunarto, 2007. Manajemen 2, Penerbit Amus, Jakarta.
STRUKTUR ORGANISASI PTPN IV MEDAN DIREKTUR UTAMA RUPS RUPS KOMISARIS ANAK PERUSAHAAN DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR
PERENC. & PENGEMB.
DIREKTUR SDM Bag. SDM Bag. Umum Bag. Hkm&Notaris Bag. Pengadaan Bag. Perenc. Bag. Pengemb Bag. PKBL Bag. Keu Bag. Akuntansi Bag. Pemasaran Bag. Tanaman Bag. Teknik Bag. Pengolahan Bag. Sekt Perush
Bag. SPI
GUU I
Unit K.Sawit: - Bahjambi -Marihat -Dolok Sinubah -Tonduhan -Pasir Mandoge -Sei Kopas
GUU II
Unit K.Sawit:
- Dolok Ilir -Laras -G.Bayu -Mayang -Bukit Lima -Tnh.Itam Ulu
GUU III
Unit K.Sawit:
- Air Batu -Adolina -Pabatu -Tinjoan -Padang Matinggi
GUU IV
Unit K.Sawit: - Berangir -Puluraja -Ajamu -Meranti P -Sosa -PKS Sosa
GUU V
Unit K.Sawit:
- Bah Birung -Marjandi
Unit Teh: -Sidamanik -Bahbutong
GUU V
Unit R.Sakit: -RS.Laras -RS.Pabatu -RS.Balimbinga Panal Jaya P. Timur P. Balao Plasma Madina
PMT Dolok Ilir