Nama: Adinda Ekawati Kelas: D
NPM: 23013010213
Perencangan dan Pengujian Pengendalian Internal Tujuan Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal mencakup kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang memadai kepada manajemen bahwa perusahaan dapat mencapai tujuannya. Kebijakan dan prosedur ini secara keseluruhan disebut sebagai pengendalian internal.
Terdapat tiga tujuan utama dari sistem ini:
1. Keandalan Pelaporan: memastikan laporan keuangan dan non-keuangan disusun dengan benar sesuai standar akuntansi seperti GAAP dan IFRS.
2. Efisiensi dan Efektivitas Operasional: mendorong pemanfaatan sumber daya secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan pengambilan keputusan yang tepat.
3. Kepatuhan terhadap Hukum dan Regulasi: menjamin bahwa perusahaan mematuhi hukum yang berlaku, termasuk perpajakan, anti-kecurangan, dan regulasi lainnya, seperti yang diatur dalam Sarbanes-Oxley Act Pasal 404.
Tanggung Jawab Manajemen dalam Membangun Pengendalian Internal
Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan menjaga pengendalian internal yang sesuai dengan standar akuntansi seperti GAAP dan IFRS, karena mereka juga bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan.
Terdapat dua prinsip utama dalam merancang dan menerapkan pengendalian internal:
1. Keyakinan yang Wajar: pengendalian internal harus mampu memberikan tingkat keyakinan yang memadai, meskipun tidak bisa menjamin sepenuhnya bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan.
2. Keterbatasan Inheren: efektivitas pengendalian internal selalu memiliki batas, karena keberhasilannya bergantung pada kualitas dan konsistensi orang-orang yang menjalankannya.
Tanggung jawab auditor untuk pemahaman pengendalian internal
Sesuai standar audit AICPA, auditor wajib memahami entitas dan lingkungannya, termasuk sistem pengendalian internal, untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material, baik akibat kesalahan maupun kecurangan. Pemahaman ini harus diperoleh selama proses audit.
Fokus utama pengendalian internal yang relevan bagi auditor mencakup:
1. Pengendalian atas Keandalan Pelaporan Keuangan: memastikan laporan disusun secara akurat dan sesuai standar.
2. Pengendalian atas Kelas Transaksi: memastikan bahwa transaksi dicatat dan dilaporkan dengan benar dalam laporan keuangan.
Komponen COSO Framework dalam Pengendalian Internal
Kerangka pengendalian internal COSO pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 dan telah menjadi standar yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat maupun secara global.
Kerangka ini terdiri dari lima komponen utama yang dirancang dan diterapkan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa tujuan organisasi dapat tercapai. Auditor akan fokus pada pengendalian yang berkaitan dengan pencegahan atau deteksi salah saji material dalam laporan keuangan.
Berikut lima komponen tersebut:
1. Lingkungan Pengendalian: Dasar dari seluruh sistem pengendalian internal, mencakup nilai-nilai seperti integritas, etika, komitmen terhadap kompetensi, struktur organisasi yang jelas, serta kebijakan SDM yang baik. Lingkungan ini menentukan efektivitas sistem pengendalian secara keseluruhan.
2. Penilaian Risiko: Proses berkelanjutan yang digunakan oleh manajemen untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko, baik dari dalam maupun luar organisasi, yang dapat menghambat pencapaian tujuan.
3. Kegiatan Pengendalian: Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen, dewan komisaris, dan pihak lainnya untuk mengelola risiko serta meningkatkan peluang tercapainya sasaran organisasi.
4. Informasi dan Komunikasi: Informasi penting harus dicatat dan disampaikan secara tepat waktu dan dalam format yang sesuai, agar mendukung pelaksanaan pengendalian internal dan tanggung jawab lainnya.
5. Pemantauan: Melibatkan evaluasi berkelanjutan atas kinerja sistem pengendalian untuk memastikan kualitasnya tetap terjaga serta memastikan tindak lanjut atas temuan audit dan evaluasi dilakukan secara tepat.
Dampak Infrastruktur IT terhadap Pengendalian Intternal
Penggunaan teknologi seperti jaringan LAN/WAN mendukung kolaborasi tetapi juga menimbulkan risiko baru. Sistem database dan ERP membantu efisiensi melalui data terpusat, namun membutuhkan kontrol akses yang ketat. Outsourcing, termasuk layanan cloud, menambah tantangan pengendalian, namun tanggung jawab tetap berada pada manajemen.
Oleh karena itu, diperlukan infrastruktur keamanan IT seperti firewall, enkripsi, tanda tangan digital, dan kontrol akses.