STUDI TENTANG KUALITAS AIR HASIL OLAHAN DAN AIR
SUNGAI SIPARE-PARE SERTA PERSEPSI MASYARAKAT
PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
DOMESTIK PERUMAHAN TANJUNG GADING
KABUPATEN BATU BARA
T E S I S
Oleh
EVA KUSUMA DEWI
087004015/PSL
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDI TENTANG KUALITAS AIR HASIL OLAHAN DAN AIR
SUNGAI SIPARE-PARE SERTA PERSEPSI MASYARAKAT
PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
DOMESTIK PERUMAHAN TANJUNG GADING
KABUPATEN BATU BARA
T E S I S
Oleh
EVA KUSUMA DEWI
087004015/PSL
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDI TENTANG KUALITAS AIR HASIL OLAHAN DAN AIR SUNGAI SIPARE-PARE SERTA PERSEPSI MASYARAKAT PADA INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERUMAHAN TANJUNG GADING KABUPATEN BATU BARA
T E S I S
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
EVA KUSUMA DEWI 087004015/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : STUDI TENTANG KUALITAS AIR HASIL OLAHAN DAN AIR SUNGAI SIPARE-PARE SERTA PERSEPSI MASYARAKAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERUMAHAN TANJUNG GADING KABUPATEN BATU BARA
Nama Mahasiswa : Eva Kusuma Dewi Nomor Pokok : 087004015
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia) Ketua
(Dr. R Hamdani Harahap, MS) (Drs. Chairuddin, M.Sc)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal 18 Februari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia
Anggota : 1. Dr. R Hamdani Harahap, MS
2. Drs. Chairuddin, M.Sc
3. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
STUDI TENTANG KUALITAS AIR HASIL OLAHAN DAN AIR SUNGAI SIPARE-PARE SERTA PERSEPSI MASYARAKAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERUMAHAN
TANJUNG GADING KABUPATEN BATU BARA
Eva Kusuma Dewi, Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, Dr. R. Hamdani Harahap, MS, Drs. Chairuddin, M.Sc
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air hasil olahan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Tanjung Gading berdasarkan Kepmen LH No. 112 Tahun 2003, serta untuk mengetahui perbandingan kualitas air Sungai Sipare-pare sebelum dan setelah outlet air hasil olahan IPAL Tanjung Gading berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Selain itu juga untuk mengetahui persepsi masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Sipare-pare yang menggunakan air tersebut terhadap kualitas air hasil olahan IPAL Tanjung Gading. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari bulan September sampai dengan Nopember 2010, yang terdiri dari data-data kualitas air, meliputi : data kualitas air hasil olahan IPAL Tanjung Gading, data kualitas air Sungai Sipare-pare 50 m sebelum dan 50 m setelah outlet IPAL Tanjung Gading yang diperoleh melalui sampling dan analisis di laboratorium PT. Inalum. Untuk perbandingan, dilakukan juga analisis di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Departemen Perindustrian Sumatera Utara, sampling hanya dilakukan di bulan September 2010. Pengumpulan data persepsi masyarakat dilakukan melalui kuisioner yang diberikan kepada masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Sipare-pare sebanyak 50 responden, metode yang digunakan adalah purposive sampling. Data kualitas air hasil olahan, air sungai dan kuisioner diolah dan dilakukan uji t-test, Lavene test dan chi-square dengan bantuan SPSS. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas air hasil olahan IPAL (Sewage Station) Tanjung Gading telah sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah Domestik berdasarkan KepMen LH No. 112 Tahun 2003, akan tetapi kualitas air Sungai Sipare-pare kurang memenuhi Baku Mutu Air Kelas II PP RI Nomor 82 tahun 2001 untuk beberapa parameter dan perbedaan kualitas air sungai Sipare-pare sebelum dan setelah outlet IPAL adalah signifikan. Selain itu diperoleh juga informasi tentang persepsi masyarakat, dimana 30% masyarakat memberikan persepsi baik dan 48% cukup baik, Jadi mayoritas masyarakat memberikan persepsi cukup baik terhadap air hasil olahan IPAL Tanjung Gading.
STUDY ON PROCESSED WATER AND SIPARE-PARE RIVER WATER QUALITY AND PUBLIC PERCEPTION ON DOMESTIC
WASTEWATER TREATMENT PLANT TANJUNG GADING DISTRICT BATU BARA
Eva Kusuma Dewi, Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, Dr. R. Hamdani Harahap, MS, Drs. Chairuddin, M.Sc
ABSTRACT
This thesis purposed is to determine the processed water quality of the WWTP (Wastewater Treatment Plant), Tanjung Gading based on Environment Ministerial Decree No. 112 Year 2003, and to compare the quality of Sipare-pare river water before and after the processed water outlet WWTP Tanjung Gading under PP. 82 Year 2001. It is also to know the perception of people living on the outskirts of River Sipare-pare the use of water on processed water quality of Tanjung Gading WWTP. In this research, data collection from September to Nopember 2010, which consists of water quality data, including: processed water quality data Tanjung Gading WWTP, Sipare-pare river water quality data 50 m before and 50 m after the outlet WWTP obtained through sampling and analysis in laboratory PT. Inalum. For comparison, performed well in laboratory analysis and the Research Institute for Standardization Ministry of Industry of North Sumatra, the sampling is only conducted in September 2010. Data collection was conducted through a public perception questionnaires given to people who live on the outskirts of Sipare-pare River as many as 50 respondents, the method used was purposive sampling. Data of the processed water, river water quality and the questionnaires were analyzed by t-test, Lavene test and chi-square test with SPSS. From the results of this study concluded that the processed water quality of the Tanjung Gading WWTP (Sewage Station) has been in accordance with the Domestic Waste Water Quality by Environment ministerial decree No. 112 Year 2003, but the quality of Sipare-pare river water not meet Water Quality Standard Class II PP RI No. 82 of 2001 for several parameters and differences in Sipare-pare river water quality before and after the WWTP outlet is significant. In addition it also obtained information about public perception, in which 30% of people give the perception of good and 48% is good enough, so the majority of people give good enough perception of the processed water Tanjung Gading WWTP.
KATA PENGANTAR
Sebelumnya, saya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan kurnia-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tugas Akhir yang berjudul Studi tentang Kualitas Air Hasil Olahan dan Air Sungai Sipare-pare serta Persepsi Masyarakat pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik Perumahan Tanjung Gading Kabupaten Batu Bara ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar master dari Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah PascaSarjana, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tesis ini, telah begitu banyak bantuan, bimbingan, dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, saya ingin bermaksud mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, sebagai ketua pembimbing yang telah
memberikan begitu banyak waktu, arahan, bimbingan dan saran-saran yang sangat bermanfaat selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini.
2. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, MS. dan Bapak Drs. Chairuddin, M.Sc.
sebagai pembimbing yang telah memberikan begitu banyak waktu, arahan, bimbingan dan saran-saran yang sangat bermanfaat selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS, dan Bapak Prof. Dr. Erman Munir,
M.Sc. sebagai penguji yang telah memberikan waktu, saran dan masukan yang sangat berharga pada karya tulis ini.
4. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, sebagai Ketua Program Studi
5. Segenap staf pengajar (dosen) di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU yang telah berperan besar demi kelancaran kegiatan akademik selama masa studi.
6. Kedua orang tua, Bapak Agoes Ilyas dan Ibu Marni Rahayu, adik-adik Wira
Sakti Gunawan dan Arief Tri Wibowo, serta Muhammad Syahputra yang telah memberikan waktu, mencurahkan kasih sayang, perhatian, semangat, dan doa yang tiada putus hingga terselesaikannya masa studi pada Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU.
7. Kak Maya, Putri dan segenap karyawan di Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU yang telah banyak berperan dan membantu demi kelancaran kegiatan akademik selama masa studi.
8. Segenap rekan–rekan S2 PSL Kelas Khusus Batu Bara 2008 yang selalu
memberikan semangat dan dukungan selama masa studi di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU, bahkan hingga terselesaikannya laporan tugas akhir ini.
9. Semua pihak yang dengan ucapan beribu maaf karena tidak dapat disebutkan
satu persatu, yang telah memberikan perhatian dan semangat hingga berakhirnya masa studi di perguruan tinggi kebanggaan kita ini.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang jauh dari sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan. Dan akhirnya mohon maaf yang tulus atas ketidaksempurnaan, segala kekurangan bahkan kata–kata yang kurang berkenan. Semoga karya tulis ini berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, 18 Februari 2011 Penyusun
RIWAYAT HIDUP
20147, Sumatera Utara
6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (Guru SMA N. 1
Sei Suka)
7. Pendidikan Formal
a. Tahun 1989 – 1995 : SD Negeri No. 016396 Perk.
Sipare-pare
b. Tahun 1995 – 1998 : SMP Negeri 1 Tebing Tinggi
c. Tahun 1998 – 2001 : SMA Negeri 1 Pemalang, Jawa
Tengah
d. Tahun 2001 – 2002 : Jurusan Teknik Kimia, Itenas
Bandung (Pindah)
e. Tahun 2002 – 2006 : Fak. MIPA USU, Jurusan
Kimia
f. Tahun 2007 – 2008 : Fak. Pendidikan Unimed,
Jurusan AKTA 4
g. Tahun 2009 – 2011 : Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana, USU
a. Tahun 2007 : Kursus Komputer, Ms. Office, LM Patra, Medan
b. Tahun 2010 : Diklat Pra Jabatan, BKN, Medan
9. Riwayat Pekerjaan/ Jabatan
a. Tahun 2006 – 2007 : Admin KPR Bank
Niaga Cab. Juanda
b. Tahun 2008 – 2009 : Admin Service and
Sparepart PT. Alfa Scorpii
c. Tahun 2009 – sekarang : Pegawai Negeri Sipil
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Air ... 6
2.2. Pencemaran Air ... 6
2.2.1. Sumber Pencemar ... 8
2.2.2. Bahan Pencemar (Polutan) ... 9
2.2.3. Jenis-jenis Pencemar ... 11
2.3. Limbah ... 12
2.3.1. Sumber Air Limbah ... 12
2.3.2. Karakteristik Air Limbah ... 13
2.4. Air Limbah Domestik ... 15
2.4.1. Pengolahan Limbah Cair Domestik ... 19
2.4.2. Pengolahan Lumpur ... 21
2.5. Persepsi ... 24
2.5.1. Pengertian Persepsi ... 24
2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 25
2.5.3. Persepsi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran ... 26
2.6. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29
2.6.1. Sewage Station Tanjung Gading ... 29
2.6.2. Sungai Siparepare ... 34
3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 38
3.5. Metode Penelitian ... 39
3.5.1. Pengambilan Sampel Kualitas Air Hasil Olahan ... 39
3.5.2. Pengambilan Sampel Kualitas Air Sungai ... 39
3.5.3. Persepsi Masyarakat ... 40
3.6. Analisis Data ... 41
3.6.1. Analisis Kualitas Air Hasil Olahan ... 41
3.6.2. Analisis Fisika, Kimia dan Mikrobiologi Perairan Sungai ... 41
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1. Kualitas Air Hasil Olahan IPAL ... 44
4.2. Kualitas Air Sungai Sipare-pare ... 45
4.2.1. Uji Beda Rata-Rata Kualitas Air Sungai Sebelum dan Setelah Outlet ... 46
4.3. Analisis Persepsi Masyarakat ... 49
4.3.1. Analisis Univariate ... 49
4.3.2. Uji Bivariate dengan Chi-Square ... 58
4.4. Pembahasan ... 70
4.4.1. Kualitas Air Hasil Olahan IPAL Tanjung Gading ... 70
4.4.2. Kualitas Air Sungai Sipare-pare ... 71
4.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
5.1. Kesimpulan ... 76
5.2. Saran ... 77
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Beberapa Jenis Pencemar dan Sumbernya ... 9
2. Perkiraan Jumlah Limbah Domestik pada Berbagai Tempat Umum ... 17
3. Hasil Analisis Kualitas Air Limbah Olahan IPAL Tanjung Gading September - November 2010 ... 44
4. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Sipare-pare September - November 2010 ... 45
5. Hasil Uji Beda Rata-Rata Kualitas Air Sungai Berdasarkan Hasil Analisis PT. Inalum ... 47
6. Hasil Levene Significance Test ... 47
7. Hasil Uji Beda Rata-Rata Kualitas Air Sungai Berdasarkan Hasil Analisis Departemen Perindustrian ... 48
8. Hasil Levene Significance Test ... 49
9. Distribusi Pendidikan Responden ... 50
10. Distribusi Pekerjaan Responden ... 51
11. Distribusi Pendapatan Responden ... 51
12. Distribusi Letak Rumah Responden ... 52
13. Distribusi Jarak Rumah Responden ... 53
14. Distribusi Lama Tinggal Responden ... 54
15. Distribusi CSR Responden ... 54
16. Distribusi Pengetahuan Tentang Air Limbah Domestik ... 55
17. Distribusi Pengetahuan Tentang IPAL Tanjung Gading ... 56
18. Distribusi Penggunaan Air Sungai ... 57
19. Distribusi Persepsi Tentang Kualitas Air Olahan IPAL ... 57
20. Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Persepsi Masyarakat ... 58
21. Hasil Analisis Chi-square Antara Pendidikan dan Persepsi Masyarakat ... 59
23. Hasil Analisis Chi-square Antara Pekerjaan dan
Persepsi Masyarakat ... 61
24. Tabulasi Silang Antara Pendapatan dan Persepsi Masyarakat ... 62
25. Hasil Analisis Chi-square Antara Pendapatan dan Persepsi Masyarakat ... 63
26. Tabulasi Silang Antara Letak Rumah dan Persepsi Masyarakat ... 63
27. Hasil Analisis Chi-square Antara Letak Rumah dan Persepsi Masyarakat ... 64
28. Tabulasi Silang Antara Jarak Rumah dan Persepsi Masyarakat ... 65
29. Hasil Analisis Chi-square Antara Jarak dan Persepsi Masyarakat ... 66
30. Tabulasi Silang Antara Lama Tinggal dan Persepsi Masyarakat ... 67
31. Hasil Analisis Chi-square Antara Lama Tinggal dan Persepsi Masyarakat ... 68
32. Tabulasi Silang Antara CSR dan Persepsi Masyarakat ... 68
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Skenario Penyaluran Air Buangan Domestik Tahap 1 ... 18
2. Skenario Penyaluran Air Buangan Domestik Tahap 2 ... 18
3. Tiga Cara Mengolah Sludge ... 22
4. Denah Lokasi Penelitian ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Flow Chart of Sewage Treatment ... 81
2. Peta Administrasi Kecamatan Sei Suka ... 82
3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT. Inalum ... 83
4. Baku Mutu Air Limbah Domestik Kepmen. LH No. 112 Tahun 2003 ... 84
5. Parameter Kualitas Air Sungai dan Metode Analisis serta Alat yang Digunakan ... 88
6. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas II ... 86
7. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas III ... 87
8. Kuesioner Penelitian ... 88
9. Data Hasil Penelitian ... 93
10. Hasil Olahan Data ... 94
11. Dokumentasi Penelitian ... 116
12. Surat Izin Pengambilan Data ... 118
13. Surat Keterangan Riset ... 119
14. Hasil Analisis Air Limbah Domestik oleh PT. Inalum September 2010 ... 120
15. Hasil Analisis Air Limbah Domestik oleh PT. Inalum Oktober 2010 ... 121
16. Hasil Analisis Air Limbah Domestik oleh PT. Inalum Nopember 2010 ... 122
17. Hasil Analisis Air Sungai Sipare-pare oleh PT. Inalum ... 123
18. Hasil Analisis Air Limbah Domestik oleh Baristand Industri ... 124
19. Hasil Analisis Air Sungai Sipare-pare Sebelum Outlet IPAL ... 126
STUDI TENTANG KUALITAS AIR HASIL OLAHAN DAN AIR SUNGAI SIPARE-PARE SERTA PERSEPSI MASYARAKAT PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERUMAHAN
TANJUNG GADING KABUPATEN BATU BARA
Eva Kusuma Dewi, Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, Dr. R. Hamdani Harahap, MS, Drs. Chairuddin, M.Sc
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air hasil olahan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Tanjung Gading berdasarkan Kepmen LH No. 112 Tahun 2003, serta untuk mengetahui perbandingan kualitas air Sungai Sipare-pare sebelum dan setelah outlet air hasil olahan IPAL Tanjung Gading berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Selain itu juga untuk mengetahui persepsi masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Sipare-pare yang menggunakan air tersebut terhadap kualitas air hasil olahan IPAL Tanjung Gading. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari bulan September sampai dengan Nopember 2010, yang terdiri dari data-data kualitas air, meliputi : data kualitas air hasil olahan IPAL Tanjung Gading, data kualitas air Sungai Sipare-pare 50 m sebelum dan 50 m setelah outlet IPAL Tanjung Gading yang diperoleh melalui sampling dan analisis di laboratorium PT. Inalum. Untuk perbandingan, dilakukan juga analisis di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Departemen Perindustrian Sumatera Utara, sampling hanya dilakukan di bulan September 2010. Pengumpulan data persepsi masyarakat dilakukan melalui kuisioner yang diberikan kepada masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Sipare-pare sebanyak 50 responden, metode yang digunakan adalah purposive sampling. Data kualitas air hasil olahan, air sungai dan kuisioner diolah dan dilakukan uji t-test, Lavene test dan chi-square dengan bantuan SPSS. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas air hasil olahan IPAL (Sewage Station) Tanjung Gading telah sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah Domestik berdasarkan KepMen LH No. 112 Tahun 2003, akan tetapi kualitas air Sungai Sipare-pare kurang memenuhi Baku Mutu Air Kelas II PP RI Nomor 82 tahun 2001 untuk beberapa parameter dan perbedaan kualitas air sungai Sipare-pare sebelum dan setelah outlet IPAL adalah signifikan. Selain itu diperoleh juga informasi tentang persepsi masyarakat, dimana 30% masyarakat memberikan persepsi baik dan 48% cukup baik, Jadi mayoritas masyarakat memberikan persepsi cukup baik terhadap air hasil olahan IPAL Tanjung Gading.
STUDY ON PROCESSED WATER AND SIPARE-PARE RIVER WATER QUALITY AND PUBLIC PERCEPTION ON DOMESTIC
WASTEWATER TREATMENT PLANT TANJUNG GADING DISTRICT BATU BARA
Eva Kusuma Dewi, Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, Dr. R. Hamdani Harahap, MS, Drs. Chairuddin, M.Sc
ABSTRACT
This thesis purposed is to determine the processed water quality of the WWTP (Wastewater Treatment Plant), Tanjung Gading based on Environment Ministerial Decree No. 112 Year 2003, and to compare the quality of Sipare-pare river water before and after the processed water outlet WWTP Tanjung Gading under PP. 82 Year 2001. It is also to know the perception of people living on the outskirts of River Sipare-pare the use of water on processed water quality of Tanjung Gading WWTP. In this research, data collection from September to Nopember 2010, which consists of water quality data, including: processed water quality data Tanjung Gading WWTP, Sipare-pare river water quality data 50 m before and 50 m after the outlet WWTP obtained through sampling and analysis in laboratory PT. Inalum. For comparison, performed well in laboratory analysis and the Research Institute for Standardization Ministry of Industry of North Sumatra, the sampling is only conducted in September 2010. Data collection was conducted through a public perception questionnaires given to people who live on the outskirts of Sipare-pare River as many as 50 respondents, the method used was purposive sampling. Data of the processed water, river water quality and the questionnaires were analyzed by t-test, Lavene test and chi-square test with SPSS. From the results of this study concluded that the processed water quality of the Tanjung Gading WWTP (Sewage Station) has been in accordance with the Domestic Waste Water Quality by Environment ministerial decree No. 112 Year 2003, but the quality of Sipare-pare river water not meet Water Quality Standard Class II PP RI No. 82 of 2001 for several parameters and differences in Sipare-pare river water quality before and after the WWTP outlet is significant. In addition it also obtained information about public perception, in which 30% of people give the perception of good and 48% is good enough, so the majority of people give good enough perception of the processed water Tanjung Gading WWTP.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi
air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa
pencucian barang dan sebagainya. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari
dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran
manusia. Dalam air limbah domestik terdapat bahan kimia yang sukar untuk
dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi
kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air
limbah domestik tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak
membahayakan kesehatan lingkungan serta dikelola untuk mengurangi pencemaran
(Direktorat Perumahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum, 2009).
Limbah domestik memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologi.
Karakteristik fisika berupa zat yang tersuspensi dan terlarut yang umumnya adalah
senyawa-senyawa organik hasil dari aktivitas rumah tangga seperti sisa minyak,
makanan dan detergen. Zat-zat organik tersebut di dalam air dapat terurai menjadi
senyawa organik yang lebih sederhana. Senyawa organik merupakan media yang
sangat baik untuk perkembangan bakteri. Dan dalam proses peruraiannya bahan
organik dapat menggunakan oksigen dan menjadi senyawa yang berbahaya bagi
Sesuai dengan pasal 4 Kepmen No. 112 Tahun 2003, Baku Mutu Air Limbah
Domestik berlaku bagi : semua kawasan permukiman (real estate), kawasan
perkantoran, kawasan perniagaan, dan apartemen; rumah makan (restauran) yang luas
bangunannya lebih dari 1000 meter persegi; dan asrama yang berpenghuni 100
(seratus) orang atau lebih. Parameter yang masuk dalam Baku Mutu Air Limbah
adalah pH (Derajat Keasaman), BOD (Biochemical Oxygen Demand), TSS (Total
Suspended Solid), Minyak dan Lemak. Sedangkan pada kenyataannya di Sumatera
Utara hanya memiliki dua Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL
Tanjung Gading dan IPAL Cemara yang dioperasikan oleh PDAM Tirtanadi Medan.
Kota Tanjung gading yang diresmikan pemakaiannya tanggal 20 Januari
1982, adalah pemukiman yang ditata sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan
perumahan bagi karyawan PT Inalum Pabrik Peleburan Kuala Tanjung serta
badan-badan terkait dengan kegiatan seperti Pegawai Pemerintahan, Kontraktor, dan
sebagainya. Kota ini dibangun di atas tanah seluas 200 Ha, dengan garis elevasi
antara 12 – 18 meter dari permukaan laut, yang terletak di daerah Perkebunan
Sipare-Pare, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, berjarak ± 17 Km
dari Pabrik Peleburan Aluminium Kuala Tanjung.
Pengolahan air limbah atau air buangan Kota Tanjung Gading yang bertujuan
untuk mengurangi sampai sekecil mungkin kadar-kadar zat-zat pencemar (pollutant)
yang terdapat di dalam air buangan, sehingga dapat dibuang ke badan penerima air
sampingan terhadap lingkungan sekitarnya, sebab sungai ini masih digunakan oleh
penduduk sekitar untuk irigasi pertanian, mencuci dan mandi.
Sungai Sipare-Pare tempat keluarnya air hasil olahan IPAL perumahan
Tanjung Gading terletak pada dua desa, yaitu Desa Sipare-Pare yang masuk dalam
wilayah Kecamatan Air Putih dan Desa Simodong yang masuk dalam wilayah
Kecamatan Sei Suka.
Proses yang dipakai pada proses pengolahan air limbah domestik Tanjung
Gading adalah cara Aerobik (sistem pengudaraan). Proses pengolahannya terdiri dari
2 Proses, Pertama, pengolahan air limbah, yang setelah diolah dialirkan secara
overflow ke badan Hilir Sungai Sipare-Pare. Sedangkan Proses Kedua yaitu
pengolahan lumpur menjadi kompos atau kepingan lumpur.
Air limbah domestik yang telah diolah oleh IPAL perumahan Tanjung Gading
telah sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah Domestik menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003, berdasarkan hasil analisis IPAL
Tanjung Gading (Lampiran 1). Akan tetapi, pada kenyataannya air hasil olahan yang
keluar ke badan Sungai Sipare-pare secara organoleptik (secara visual) masih
berwarna dan sedikit berbusa.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan ingin
mengetahui kualitas air hasil olahan IPAL Tanjung Gading dan bagaimana persepsi
masyarakat di sekitar Sungai Sipare-Pare yang menggunakan air tersebut menilai
1.2. Perumusan Masalah
Dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading
2. Bagaimana pengaruh air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading terhadap
kualitas air Sungai Sipare-pare
3. Bagaimana persepsi masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Sipare-pare
yang menggunakan air Sungai Sipare-pare terhadap kualitas air hasil olahan
IPAL perumahan Tanjung Gading
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kualitas air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading
untuk parameter pH, BOD, TSS dan Minyak/Lemak berdasarkan Kepmen LH
No. 112 Tahun 2003
2. Untuk mengetahui perbandingan kualitas air Sungai Sipare-pare sebelum dan
setelah tempat keluarnya (outlet) air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung
Gading berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 kelas II
3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai
Sipare-pare yang menggunakan air Sungai SiSipare-pare-Sipare-pare terhadap kualitas air hasil olahan
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukkan kepada pihak PT. Inalum tentang persepsi masyarakat
yang menggunakan air Sungai Sipare-pare terhadap kualitas air hasil olahan
IPAL mereka.
2. Sebagai bahan acuan bagi perumahan atau pemukiman lain yang belum memiliki
Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik sendiri.
3. Memberikan informasi tentang kualitas air limbah domestik Tanjung Gading dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun
kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut
(air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan
tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air,
dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air,
yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff,
meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air dapat berwujud padatan (es),
cairan (air) dan gas (uap air). Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat
menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut
konflik (Renato R. Martino, 2003).
2.2. Pencemaran Air
Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi
pencemaran air tanah adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami
penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada
Pencemar air dapat menentukan indikator yang terjadi pada air lingkungan.
Pencemar air dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bahan buangan organik
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan
semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pun ikut juga
berkembang biak di mana hal ini dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.
2. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat
membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan
anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion
logam di dalam air, sehingga hal ini dapat mengakibatkan air menjadi bersifat
sadah karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg). Selain itu
ion-ion tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb), arsen (As) dan air raksa
(Hg) yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
3. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar air yang
berupa sabun, bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit
dan zat radioaktif. Zat kimia ini di air lingkungan merupakan racun yang
mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin juga
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas
air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah, 2001). Pencemaran air
diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas,
bahan-bahan terlarut dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara,
misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan
perkotaan, pembuangan limbah industri dan lainlain (Effendi, 2003).
Parameter kualitas air dibagi menjadi empat kelompok, yaitu (1) sifat fisik,
(2) sifat kimiawi, (3) sifat mikrobiologis dan (4) sifat radioaktif. Parameter fisik
antara lain warna, bau dan rasa, padatan tersuspensi, daya hantar listrik dan
kecerahan. Parameter kimiawi air dibagi menjadi dua yaitu (a) organik dan (b)
anorganik. Parameter bakteriologis mencakup bakteri koliform total, koliform tinja,
patogen dan virus. Parameter radioaktivitas mencakup zarah beta, 90Sr dan 226Ra
(Daryanto, 1995).
2.2.1. Sumber Pencemar
Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point source)
atau tak tentu/tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point source
misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik dan saluran limbah industri. Pencemar
yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan dapat ditentukan
berdasarkan karakteristik spasial kualitas air. Volume pencemar dari point source
point source dalam jumlah yang banyak. Misalnya : limpasan dari daerah pertanian
yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah pemukiman (domestik)
dan limpasan dari daerah perkotaan.
Davis dan Cornwell (1991) mengemukakan beberapa jenis pencemar dan
sumbernya dalam Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Jenis Pencemar dan Sumbernya
Sumber Tertentu (Point Source)
Sumber Tak Tentu (Non Point Source) Jenis Pencemar
. Limbah yang dapat
menurunkan kadar oksigen
. Nutrien
. Patogen
. Sedimen
. Garam-garam
. Logam yang toksik
. Bahan organik yang toksik
. Pencemaran panas
X Sumber : Davis dan Cornwell, 1991
2.2.2. Bahan Pencemar (Polutan)
Bahan pencemar (polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam
atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem
sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara masuknya ke
dalam ke dalam lingkungan, polutan dikelompokkan menjadi dua, yaitu polutan
alamiah dan polutan antropogenik. Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki
berapi, tanah longsor, banjir dan fenomena alam yang lain. Polutan yang memasuki
suatu ekosistem secara alamiah sukar dikendalikan.
Polutan antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas
manusia, misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan),
maupun kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan
cara mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut (Effendi,
2003).
Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi dua
(Jeffries dan Mills, 1996) :
1. Polutan tak toksik
Polutan tak toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara alami. Sifat
destruktif pencemar ini muncul apabila berada dalam jumlah yang berlebihan
sehingga dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem melalui perubahan proses
fisika kimia perairan. Polutan tak toksik terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan
nutrien.
2. Polutan toksik
Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian
(sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik
morfologi berbagai organisme akuatik. Polutan toksik ini biasanya berupa bukan
bahan alami, misalnya pestisida, detergen dan bahan artificial lainnya. Mason
(1993) mengelompokkan pencemar toksik menjadi lima yaitu :
b.Senyawa organik, meliputi pestisida organoklorin, herbisida, PCB,
hidrokarbon alifatik berklor, pelarut, surfaktan, hidrokarbon petroleum,
aromatik polinuklir, dibenzodioksin berklor, senyawa organometalik, fenol
dan formaldehida.
c.Gas, misalnya klorin dan amonia
d.Anion, misalnya sianida, fluorida, sulfida dan sulfat
e.Asam dan alkali
2.2.3. Jenis-jenis Pencemar
Polutan yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai jenis polutan.
Jika di perairan terdapat lebih dari dua jenis polutan maka kombinasi pengaruh yang
ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
(Effendi, 2003) :
1. Additive : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan merupakan
penjumlahan dari pengaruh masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh
kombinasi zinc dan kadmium terhadap ikan.
2. Synergism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan lebih besar
daripada penjumlahan pengaruh dari masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh
kombinasi copper dan klorin atau pengaruh kombinasi copper dan surfaktan.
3. Antagonism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan saling
mengganggu sehingga pengaruh secara kumulatif lebih kecil atau kemungkinan
hilang. Misalnya, pengaruh kombinasi kalsium dan timbal atau zinc atau
Rao (1992) mengelompokkan bahan pencemar di peraiarn menjadi beberapa
kelompok, yaitu : (1) limbah yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut
(oxygen demanding waste), (2) limbah yang mengakibatkan munculnya penyakit
(disease causing agents), (3) senyawa organik sintetis, (4) nutrient tumbuhan, (5)
senyawa anorganik dan mineral, (6) sedimen, (7) radioaktif, (8) panas (thermal
discharge), dan (9) minyak. Bahan pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air
biasanya merupakan kombinasi dari beberapa jenis pencemar yang saling
berinteraksi.
2.3. Limbah
Yang dimaksud dengan limbah atau benda/zat buangan yang kotor adalah
benda/zat yang mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia atau hewan dan umumnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk
dari industrialisasi (Daryanto, 1995).
2.3.1. Sumber Air Limbah
Daryanto (1995) menyebutkan bahwa biasanya air limbah dapat diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain :
1. Air limbah rumah tangga
Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari
perumahan dan daerah perdagangan, sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya
adalah daerah perkantoran atau lembaga serta fasilitas rekreasi. Air limbah rumah
a.Daerah pemukiman penduduk
b.Daerah perdagangan/pasar/tempat usaha/hotel dan lain- lain
c.Daerah kelembagaan (kantor-kantor pemerintahan dan swasta)
d.Daerah rekreasi
2. Air limbah industri
Jumlah aliran limbah yang berasal dari industri sangat berva riasi tergantung dari
jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat
penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada.
3. Air limbah rembesan dan tambahan
Apabila turun hujan di suatu daerah, maka air yang turun secara cepat akan
mengalir masuk ke dalam saluran pengering atau saluran air hujan. Apabila
saluran ini tidak mampu menampungnya, maka limpahan air hujan akan
digabung dengan saluran air limbah, dengan demikian akan merupakan tambahan
yang sangat besar.
2.3.2. Karakteristik Air Limbah
Hindarko (2003) menyatakan bahwa melebihi suatu karakteristik tertentu,
buangan air limbah ke sungai, danau, laut dan lain-lain, akan menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah melalui Departemen
Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) mengenai baku mutu air
limbah yang dibuang ke badan air. Semula peraturan yang ada hanya berbentuk
“Baku Mutu Effulen Standar – Departemen Kesehatan”, yang sangat umum sifatnya.
air dan pengendalian pencemaran air, dimana Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi
4 (empat) kelas, yaitu : a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut; b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; c. Kelas tiga, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. Kelas empat, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut (Hindarko, 2003).
Selanjutnya menurut Hindarko (2003), karakteristik fisik air limbah meliputi
jumlah zat padat terlarut, bau, suhu, berat jenis dan warna. Karakteristik kimiawi air
limbah meliputi bahan organik dalam air limbah (protein, karbohidrat, lemak dan
minyak, surfaktan, peptisida), senyawa anorganik dalam air limbah (pH, alkalinitas,
klor, nitrogen, phospor, logam berat dan senyawa beracun). Sedangkan karakteristik
biologis dari air limbah meliputi jamur, ganggang, organism pathogenik.
2.3.3. Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu secara fisika,
bentuk yang lebih mudah diterima seperti sifat racun berkurang, konsentrasi lebih
rendah, volume berkurang dan sebagainya (Daryanto, 1995).
Secara lebih spesifik, ketiga cara pengolahan air limbah adalah sebagai
berikut :
1. Pengolahan secara fisika : pengayakan, pengendapan, penjernihan, pengadukan
cepat, penyaringan, evaporasi dan destilasi, stripper dan proses osmosis
2. Pengolahan secara kimia : netralisasi, presipitasi, koagulasi dan flokulasi,
oksidasi dan reduksi serta desinfeksi.
3. Pengolahan secara biologi : sistem aerobik (kolam oksidasi, lumpur aktif,
penambahan oksigen, trickling filter, lagon), sistem anaerobik (septik tank).
2.4. Air Limbah Domestik
Limbah domestik (Tchobanoglous, 1979) adalah limbah yang dibuang dari
pemukiman penduduk, pasar, dan pertokoan serta perkantoran yang merupakan
sumber utama pencemaran di perairan pantai. Pada daerah yang tidak mempunyai
unit pengolahan limbah domestik (sewage treatment plant), umumnya limbah hanya
dibuang ke sungai, yang kemudian terangkut dan terendapkan sepanjang aliran
hingga sampai ke perairan pantai. Limbah domestik mengandung sampah padat
berupa tinja dan cair yang berasal dari sampah rumah tangga (Supriharyono,2002),
dengan beberapa sifat utama, antara lain a) mengandung bakteri, b) mengandung
bahan organik dan padatan tersuspensi sehingga BOD biasanya tinggi, c) padatan
rendah, d) mengandung bahan terapung dalam bentuk suspense sehingga mengurangi
kenyamanan dan menghambat laju fotosintesis.
Suatu hal yang penting dalam masalah pencemaran suatu perairan, adalah
bahwa tingkat keseriusan masalah pencemaran tidak hanya tergantung pada tingkat
toksisitas polutan yang tinggi (Alloway dan Ayers, 1994). Limbah domestik
(Tchobanoglous, 1979), terdiri dari karakteristik fisika antara lain adalah parameter
kekeruhan dan TSS, karakteristik kimia antara lain adalah parameter DO, BOD,
COD, pH, dan Deterjen, dan karateristik biologi antara lain adalah parameter
Coliform.
Pada proses pengolahan air limbah tidak hanya dihasilkan gas metana, tetapi
juga karbon dioksida (CO2), amoniak (NH3), sulfida (H2S), dan panas (Kiely, 1998)
seperti reaksi berikut :
Bahan Organik + O2 Anaerob Biomassa Baru + CH4 + CO2 + NH3 + H2S + Panas
Bahan Organik + O2 Aerob Biomassa Baru + CO2 + H2O + NH4 + NO3
+ NO2 -
Volume air limbah dari area perumahan bervariasi dari 200 – 400
L/orang/hari. Buangan terbanyak datang dari rumah tangga yang memiliki banyak
kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air.
Kontribusi BOD di air limbah tiap-tiap orang kira-kira 80 g/d. Limbah dapur
meningkatkan kadar BOD 30 – 50 %. Kadar BOD dan perkiraan jumlah buangan
dari tempat umum lain terlihat pada tabel 2. Rumah dan hotel memberikan jumlah
buangan yang lebih rendah daripada perumahan, sejak mereka lebih sedikit memiliki
pabrik dan tempat umum terantung pada jam-jam operasi dan tersedianya fasilitas
kantin. Meskipun kantin tidak memberikan jumlah limbah yang besar, kekuatan
limbah meningkat secara material pada saat penyediaan makanan dan pencucian
(Hammer, 1985).
Tabel 2. Perkiraan Jumlah Limbah Domestik untuk Berbagai Tempat Umum
Jenis Liter/Orang/Hari Gram BOD/Orang/Hari
Area perumahan
a. Rumah besar
b. Rumah kecil
c. Apartemen
d. Cottage
Perkemahan dan motel
a. Villa Mewah
b. Rumah caravan
c. Perkemahan turis
d. Hotel dan motel
Sekolah
a. Sekolah Berasrama
b. Sekolah dengan kantin
c. Sekolah tanpa kantin
Restoran
a. Karyawan
b. Patron
c. Penyediaan daging
Terminal
Bioskop, per tempat duduk Pabrik
Skenario Penyaluran Air Buangan Domestik
Limbah domestik dari tiap rumah dan pabrik mengalir melalui pipa
pembuangan kotoran. Kemudian pipa-pipa tersebut bergabung ke pipa yang lebih
besar, seperti pada Gambar 1. berikut ini :
Sumber : www.infoindonesia.files.wordpress.com (2009)
Gambar 1. Skenario Penyaluran Air Buangan Domestik Tahap 1
Pipa yang lebih besar mengalirkan limbah domestik ke tempat pengolahan
untuk diolah, kemudian mengalirkan air hasil olahan ke sungai atau laut, seperti pada
Gambar 2. berikut ini :
Sumber : www.infoindonesia.files.wordpress.com (2009)
2.4.1. Pengolahan Limbah Cair Domestik
Tujuan utama pengolahan limbah cair konvensional adalah mengurangi
kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD), Suspended Solids (SS) dan
organism pathogen (Klei & Sundstorm, 1979). Selain tujuan di atas pengolahan
limbah cair dibutuhkan untuk menghilangkan kandungan nutrient, bahan kimia
beracun, senyawa yang tidak dapat diuraikan secara biologis (non biodegradable),
dan padatan terlarut.
Proses pengolahan limbah cair umumnya dibagi menjadi empat kelompok
yaitu :
1. Pengolahan Pendahuluan
Pengolahan pendahuluan digunakan untuk pemisahan padatan kasar, mengurangi
ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan proses menyetarakan
fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat dalam
pengolahan pendahuluan adalah :
a.Saringan (bar screen/bar racks)
b.Pencacah (comminutor)
c.Bak penangkas pasir (grit chamber)
d.Penangkap lemak dan minyak (skimmer and grease trap)
e.Bak penyetaraan (equalization basin)
2. Pengolahan Tahap Pertama
Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan
pengendapan, partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Bahan kimia
biasanya ditambahkan untuk menetralisasi dan meningkatkan kemampuan
pengurangan padatan tersuspensi. Dalam unit ini, pengurangan BOD dapat
mencapai 35%, sedangkan SS berkurang sampai 60%. Pengurangan BOD dan SS
pada tahap awal ini selanjutnya akan membantu mengurangi beban pengolahan
tahap kedua (secondary treatment).
3. Pengolahan Tahap Kedua
Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan untuk
mengurangi zat organic melalui mekanisme oksidasi biologis. Proses biologis
yang dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas limbah cair yang masuk unit
pengolahan, kemampuan penguraian zat organic yang ada pada limbah tersebut
(biodegradability of waste), serta tersedianya lahan. Pada unit ini diperkirakan
terjadi pengurangan kandungan BOD dalam rentang 35 – 95% bergantung pada
kapasitas unit pengolahnya. Pengolahan tahap kedua yang menggunakan
high-rate treatment mampu menurunkan BOD dengan efisiensi berkisar 50 – 85%.
Unit yang biasa digunakan pada pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes
(trickling filters), unit lumpur aktif, dan kolam stabilisasi.
4. Pengolahan Tahap Ketiga atau Pengolahan Lanjutan
Beberapa standar efluen membutuhkan pengolahan tahap ini untuk
menghilangkan kontaminan tertentu atau menyiapkan limbah cair tersebut untuk
upaya peningkatan kualitas limbah cair dari pengolahan tahap kedua agar dapat
dibuang ke badan air penerima dan penggunaan kembali efluen tersebut.
Pengolahan tahap ketiga, disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan
kandungan BOD, juga dimasudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor dengan
bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan senyawa nitrogen mealui proses
ammonia stripping menggunakan udara ataupun nitrifikasi-denitrifikasi dengan
memanfaatkan reactor biologis, menghilangkan sisa bahan organic dan senyawa
penyebab warna melalui proses absorpsi menggunakan karbon aktif,
menghilangkan padatan terlarut melalui proses pertukaran ion, ormosis balik
maupun elektrodialisis.
2.4.2. Pengolahan Lumpur
Lumpur dikelola untuk dua alasan, yaitu : memperkecil ukuran dan
menstabilkan zat organiknya (Nathanson, 1986). Lumpur yang telah distabilkan tidak
memiliki bau dan dapat ditangani tanpa menyebabkan terganggunya kesehatan.
Volume lumpur tereduksi meminimalkan penyimpanan dan pemompaan.
Ada beberapa proses pengolahan lumpur, yaitu thickening, digestion,
dewatering and inceneration. Ketika incenerasi lumpur digunakan, tidak diperlukan
penghancuran awal atau penstabilan lumpur. Terkadang lumpur dipadatkan untuk
memperkecil ukurannya. Tiga tipe perlakuan untuk lumpur ditunjukkan pada Gambar
Aplikasi tanah
atau
Sludge TPA
Sludge (Abu residu)
(Opsional)
Sludge Pembuangan Pengentalan
Pembakaran Pengeringan
Pengentalan
Pengeringan Penghancuran
Pengentalan
Sumber : Nathanson, 1986
Gambar 3. Tiga Cara Mengolah Lumpur
1. Thickening (Pengentalan)
Biasanya tidak dapat dilakukan perlakuan untuk lumpur cair yang memiliki
konsentrasi padat kurang dari 4%. Lumpur teraktivasi adalah contoh untuk
lumpur tipis. Pemadatan adalah proses fisik untuk meningkatkan konsentrasi
padat dari lumpur. Seperti yang telah dijelaskan, variasi ukuran lumpur
berbanding terbalik dengan konsentrasi padatnya. Sebagai contoh, melipat
gandakan kandungan padat dari 3 – 6%, akan mengurangi ukuran volume
setengahnya.
2. Digestion (Penghancuran)
Penghalusan lumpur adalah proses dimana dekomposisi biokimia dari padatan
organic terjadi; pada proses dekomposisi zat organic berubah menjadi zat yang
dari padatan lumpur, membunuh pathogen, dan memudahkan untuk
mengeringkan lumpur. Lumpur yang telah dihaluskan memiliki bentuk dan
karakteristik seperti butiran tanah.
3. Dewatering (Pengeringan)
Proses menghilangkan kandungan air dari lumpur cair dengan tujuan untuk
merubah kandungannya dari tanah lembab disebut penghilangan air dari lumpur.
Proses ini disebut juga pengeringan lumpur, lumpur yang kering masih memiliki
kandungan air, sebanyak 70%. Tetapi dalam lumpur yang memiliki kandungan
air 70% atau kurang tersebut, lumpur diangkat, maka tidak lagi memiliki sifat
seperti zat cair dan bias ditangani dengan cara manual atau mekanis. Lumpur
juga biasanya dikubur atau dibakar di incinerator.
4. Inceneration
Limbah lumpur dapat dibakar agar penguapan air dapat sempurna dan untuk
merubah padatan organic menjadi debu inert. Lumpur sebelumnya sebisa
mungkin dikeringkan dengan tujuan untuk meminimalkan kandungan keperluan
minyak. Incenerasi digunakan pada kawasan yang kurang memiliki lahan
kosong, biasanya pada populasi perkotaan. Pengawasan polusi udara menjadi
pertimbangan yang sangat penting pada pengelolaan lumpur dengan tipe seperti
ini; gas keluaran incinerator harus dikelola sesuai dengan standar kualitas udara
2.5. Persepsi
2.5.1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rakhmat, 2005). Leavitt (1978) menyatakan pengertian persepsi (perception) dalam
arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan
dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap orang
menggunakan kacamata sendiri-sendiri dalam memandang dunianya.
Berdasarkan pengertian persepsi di atas, maka dapat diketahui bahwa proses
pembentukkan persepsi merupakan proses yang terjadi pada diri individu. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa persepsi masyarakat merupakan suatu hal yang
tidak ada. Menurut Mayo (1998:162) sebagaimana dikutip oleh Suharto (2005),
masyarakat dapat diartikan dua konsep, yaitu: (1) masyarakat sebagai sebuah “tempat
bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama dan (2) masyarakat sebagai
“kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan
identitas. Persepsi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah persepsi
beberapa individu yang dianggap dapat mewakili masyarakat lainnya dalam wilayah
2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat,
2005). Rakhmat (2005) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Fungsional: Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak
ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang
memberikan respon pada stimuli tersebut.
2. Faktor Struktural: Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek
saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.
Selain faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara
individu melihat dunia adalah berasal dari kelompoknya serta keanggotaannya dalam
masyarakat. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat
dunia yang dapat dikatakan sebagai tekanan-tekanan sosial.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan individu
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi persepi individu
tersebut terhadap suatu obyek. Teori kebutuhan Maslow menyebutkan bahwa
seseorang tidak akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan di atasnya apabila
kebutuhan pada jenjang di bawahnya telah terpenuhi/terpuaskan (Mugniesyah, 2006).
Adapun penjelasan hierarki tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh
a. Kebutuhan Fisiologis, mencakup kebutuhan dasar atau primer manusia, seperti
udara, sandang, pangan, papan, dan seks.
b. Kebutuhan rasa aman, yaitu apabila semua kebutuhan dasar telah terpenuhi, maka
individu memiliki keinginan untuk memenuhi semua kebutuhannya yang
berkaitan dengan keamanan dan keselamatan.
c. Kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan akan hubungan sosial (kasih sayang,
persahabatan, penerimaan, dan perhatian) termasuk memberi dan menerima rasa
cinta, rasa memiliki, rasa dibutuhkan.
d. Kebutuhan harga diri, kebutuhan yang berfokus pada ego, status, harga diri,
dikenal, percaya diri, dan prestise (gengsi). Selain itu juga mencakup perasaan
dapat menyelesaikan sesuatu (feeling of echievement).
e. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan
potensi diri sepenuhnya dengan mengembangkan diri dan berpretasi sebaik
mungkin dengan potensi diri sepenuhnya.
2.5.3. Persepsi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran
Konsep persepsi pada dasarnya merupakan suatu konsep dan kajian psikologi.
Persepsi merupakan pandangan individu terhadap suatu objek. Akibat adanya
stimulus, individu memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan atau penolakan
terhadap stimulus tersebut (Langevelt, 1996 dalam Harihanto, 2001). Individu tidak
hanya merespon suatu objek, tetapi juga memberi makna situasi tersebut menurut
Proses terbentuknya persepsi terjadi sebagai hasil proses penerimaan
informasi melalui penarikan kesimpulan atau pembentukan arti yang dikaitkan
dengan kesan atau ingatan untuk kejadian yang sama dimasa lalu. Kunci pemahaman
terhadap persepsi masyarakat terhadap suatu objek, terletak pada pengenalan dan
penafsiran unik terhadap objek pada suatu situasi tertentu dan bukan merupakan suatu
pencatatan yang sebenarnya dari situasi tersebut. Informasi dan situasi dapat
berfungsi sebagai stimulus bagi terbentuknya suatu persepsi, walau informasi tentang
lingkungan itu juga bisa berupa suatu situasi tertentu, tidak harus berupa rangkaian
kalimat atau isyarat (Thoha, 1988). Proses kognitif yang bisa terjadi pada setiap
orang dalam memahami lingkungannya dapat diperoleh melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan maupun penciuman.
Ada tiga rangkaian proses yang membentuk persepsi, yaitu seleksi, organisasi
dan interpretasi. Stimulus yang diterima mula-mula diseleksi, hanya stimulus yang
sesuai dengan kebutuhan atau menarik perhatian saja kemudian diubah menjadi
kesadaran. Pada tahap organisasi, stimulus yang diterima seseorang disusun secara
sederhana dan terpadu, sedangkan pada tahap interpretasi yakni dilakukan penilaian
dan pengambilan keputusan. Seseorang akan menangkap berbagai gejala atau
rangsangan di luar dirinya melalui indra yang dimilikinya dan selanjutnya akan
memberikan interpretasi terhadap rangsangan tersebut. Pemaknaan individu terhadap
suatu objek kemudian akan membentuk struktur kognisi di dalam dirinya. Data yang
diperoleh terhadap suatu objek tertentu akan masuk ke dalam kognisi mengikuti
penglihatan tetapi juga melalui semua indra manusia. Hasil interpretasi tersebut
merupakan bagaimana pengertian atau pemahaman seseorang terhadap suatu objek.
Persepsi masyarakat terhadap lingkungan diperlukan untuk mengoptimalkan kualitas
lingkungan sesuai dengan persepsi masyarakat yang menggunakannya. Persepsi
mengenai lingkungan yang mencakup harapan, aspirasi ataupun keinginan terhadap
suatu kualitas lingkungan tertentu sebaiknya dipahami secara subjektif, yakni
dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dan sosio kultur masyarakat. Dengan
demikian, kualitas lingkungan harus didefinisikan secara umum sebagai lingkungan
yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang.
Persepsi bukanlah sesuatu hal yang memiliki sifat statis, tetapi terbuka
terhadap berbagai informasi yang muncul dari lingkungan. Krech (1985) menyatakan
bahwa perubahan persepsi dapat terjadi akibat berkembangnya pemahaman terhadap
lingkungan ataupun akibat terjadinya perubahan kebutuhan nilai-nilai yang dianut,
sikap dan sebagainya. Dengan demikian persepsi masyarakat yang ada di sekitar
perairan sungai akan dipengaruhi oleh karakteristik personalnya, seperti umur,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan lokasi tempat tinggalnya (lingkungan).
Pareek (1984) mengemukakan ada empat faktor utama yang menyebabkan
terjadinya perbedaan persepsi.
1) Perhatian.
Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua
stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan.
2) Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan
menetap maupun kebutuhan yang sesaat.
3) Kesediaan
Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar
memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan
lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.
4) Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan
berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
2.6. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
2.6.1. Sewage Station Tanjung Gading
Kota Tanjung gading yang diresmikan pemakaiannya tanggal 20 Januari
1982, adalah pemukiman yang ditata sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan
perumahan bagi karyawan PT Inalum Pabrik Peleburan Aluminium Kuala Tanjung
serta badan-badan terkait dengan kegiatan seperti Pegawai Pemerintahan, Kontraktor,
dsb. Kota ini dibangun diatas tanah seluas 200 Ha, dengan garis elevasi antara 12 –
18 meter dari permukaan laut, yang terletak di daerah Perkebunan Sipare-pare,
Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, berjarak ± 17 Km dari
Sumber Air Limbah Tanjung Gading
Air limbah dari kota Tanjung Gading sesuai dengan penggunaannya berasal
dari pencucian (kamar mandi, wastafel, kitchen sink, dll), kotoran atau tinja manusia,
perembesan air hujan pada saluran Mainhole, dll. Menurut daerahnya air limbah yang
datang dari berbagai kawasan kota berasal dari :
1) Lokasi A yang mengalir ke Stasiun Pompa No. 1, antara lain dari perumahan
Blok S (Bagian Selatan Kota), Pasar I, TK, dan Musholla. Kapasitas
penampungannya adalah 500 m3/hari.
2) Lokasi B yang mengalir ke Stasiun Pompa No. 2 antara lain dari perumahan Blok
P, B, U, T, Asrama E-1, E-2, E-3, E-4, Pasar I, II, dan III, Mushola, Graha
Wisata, Gedung Olah Raga, Wisma Tamu, Rumah Perhimpunan, TK, SD, SMP,
SMU, Ruang Serba Guna, Pos Satpam II dan IV, dll. Kapasitas penampungannya
adalah 2.200 m3/hari.
3) Lokasi C yang mengalir langsung ke Sewage Station mengalir melalui pipa
bawah tanah tanpa membutuhkan pompa, meliputi sebagian Blok S, SMA Mitra,
Town Hall, Mesjid, Gereja, Rumah Sakit, Asrama Putri, Assembly. Jumlah air
buangan yang masuk dari lokasi C adalah 1.100 m3/hari.
Jadi dengan demikian total Kapasitas Pengolahan Air Limbah Tanjung
Gading adalah 3.800 m3/hari.
Proses Pengolahan Air Limbah Tanjung Gading
Pengolahan Air Limbah atau air buangan Kota Tanjung Gading adalah sebuah
zat-zat pencemar (Polutant) yang terdapat di dalam air buangan, sehingga dapat dibuang
ke badan penerima air yang dalam hal ini adalah bagian Hilir Sungai Siparepare.
Agar tidak sampai menimbulkan efek sampingan terhadap lingkungan sekitarnya.
Sebab sungai ini masih digunakan oleh penduduk sekitar untuk irigasi pertanian,
mencuci dan mandi.
Proses pengolahan air limbah Tanjung Gading memakai cara Aerobik (Sistem
Pengudaraan). Dengan mengembangbiakkan mikroorganisme/bakteri dalam kolam
pengudaraan/kolam Aerasi (Aeration Basin) dapat diharapkan untuk menguraikan
zat-zat organic seperti COD dan BOD yang terkandung di dalam air buangan/limbah.
Hal ini berguna untuk menghidupkan dan mengembangbiakkan bakteri dengan cara
udara disupply ke dalam kolam pengudaraan dengan menggunakan alat yang disebut
Aerator.
Adapun proses pengolahan air limbah Tanjung Gading adalah sebagai berikut
(Lampiran 1) :
1) Stasiun Pompa (Pump Station)
Air bekas/buangan warga yang berasal dari perumahan Tanjung Gading, yang
mengalir melalui saluran bawah tanah ke tempat-tempat penampungan pertama
yaitu Stasiun Pompa No. 1 dan Stasiun Pompa No. 2.
2) Pretreatment Basin
Air limbah dari Stasiun Pompa No. 1 dan Stasiun Pompa No. 2 kemudian
dipompa secara otomatis ke Pusat Pengolah Air Limbah melalui saluran pipa air
3) Waste Water Basin
Setelah kotoran-kotoran lunak kembali dihancurkan di dalam kolam
Pretreatment Basin lalu dipompakan secara otomatis ke dalam Waste Water
Basin. Disini air limbah dihomogenkan mutunya dengan bantuan udara.
Buih/busa detergen yang terdapat pada air limbah akan terlihat dengan jelas
akibat adanya penghomogenan oleh udara, oleh kontak langsung dengan udara
terbuka maupun panas dari sinar matahari buih/busa ini detergen ini akan
menguap sebagian, sehingga dapat mengurangi pH dari air limbah.
4) Aeration Basin
Air limbah dari Waste Water Basin dipompakan ke dalam Aeration Basin melalui
otak pengukur aliran yang disebut dengan Waste Water Measuring Box. Disini,
air limbah diaduk dengan Aerator dan diberikan udara untuk menghidupkan
bakteri dan mengoksidasi senyawa basa-basa kuat dan lemah yang terkandung di
dalam air limbah. Air limbah yang terdapat disini bukan hanya berasal dari air
limbah yang dipompakan dari Pretreatment Basin tetapi juga lumpur yang
mengendap di kolam pengendapan (Sedimentation Basin) yang dipompakan
kembali ke Aeration Basin, melalui kotak pengukur aliran yang disebut Sludge
Measuring Box.
5) Sedimentation Basin / Settling Basin
Air limbah dari Aeration Basin yang mengalami pengudaraan akan mengalir
secara overflow ke Sedimentation Basin. Pada kolam ini terjadi pemisahan antara
jernih berada di atas permukaan dan mengalir secara overflow ke Defoaming Pit,
Chlorination Basin dan Treated Water Basin.
6) Defoaming Pit
Air mengalir secara overflow dari Sedimentation Basin ke Defoaming Pit, yang
mana akan dipisahkan dari sabun ataupun busa dan juga flock yang masih
terdapat di permukaan air limbah. Kemudian dialirkan ke Chlorination Basin
secara overflow.
7) Supernatant Pit
Flock yang dipompakan dari Thickener ke Supernatant Pit akan diendapkan
menjadi slurry/lumpur, yang akan dipompakan dengan menggunakan pompa
selam (Submersible Pump) ke kolam Waste Water Basin untuk dihomogenkan
kembali dan juga untuk memelihara serta menghidupkan bakterinya kembali.
8) Chlorination Basin
Air yang dialirkan dari Defoaming Pit, secara overflow akan mengalir ke bak
Chlorination. Disini air limbah akan diberi senyawa Chlorine untuk membunuh
bakteri, algae dan jamur serta mikroorganisme yang dapat mengganggu
kekeruhan dan pH air limbah. Air limbah yang telah diberikan Chlorine akan
mengalir ke bak Treated Water Basin.
9) Treated Water Basin
Air limbah yang mengalir secara overflow dari Chlorination Basin akan
ditampung Treated Water Basin dan dialirkan secara overflow ke badan Hilir
2.6.2. Sungai Siparepare
Sungai Siparepare merupakan sungai yang berada pada 3 Kecamatan di
Kabupaten Batu Bara, yaitu Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Air Putih, dan
Kecamatan Medang Deras. Sungai Siparepare melewati Desa Sei Suka Deras,
kemudian Kelurahan Perkebunan Sipare, dimana Sungai Sipare merupakan
perbatasan dengan Desa Siparepare, disinilah terletak outlet IPAL (Sewage Station)
Tanjung Gading milik PT. Inalum. Selanjutnya melewati Desa Pematang Jering dan
Desa Pematang Kuing, serta Kecamatan Medang Deras. Dan akhirnya bermuara ke
laut (Lampiran 2).
Masyarakat yang tinggal di sekitar outlet IPAL (Sewage Station) Tanjung
Gading berasal dari Kelurahan Perkebunan Sipare-pare Kecamatan Sei Suka dan
Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih. Dengan jumlah Kepala Keluarga sekitar 50
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (Sewage
Station) perumahan Tanjung Gading untuk mengetahui kualitas air hasil olahannya.
Dan untuk mengetahui perbandingan kualitas air sungai Sipare-pare sebelum dan
setelah outlet IPAL diambil dua titik, yaitu 50 m sebelum outlet dan 50 m setelah
outlet. Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang menggunakan air sungai
Sipare-pare dilakukan di sekitar Sungai SiSipare-pare-Sipare-pare, di kawasan penduduk pinggiran sungai
Sipare-pare. Penelitian juga dilaksanakan di laboratorium PT. Inalum dan
laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Departemen Perindustrian Sumatera
Utara.