• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencemaran Soil Transmitted Helmints Pada Sayuran Di Pasar Tradisional Dan Di Pasar Modern Di Kota Medan Bagian Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pencemaran Soil Transmitted Helmints Pada Sayuran Di Pasar Tradisional Dan Di Pasar Modern Di Kota Medan Bagian Kota"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hade Praja Hutasoit

NIM : 120100402

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/22 November 1993 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Abdul Hakim pasar 1 Setiabudi komplek Classic 3 No.81

Jenis Kelamin : Laki laki

Alamat email : hdpraja@yahoo.com

Riwayat Pendidikan : 1. TK Kalam Kudus Pematangsiantar 1999 2. SD Kalam Kudus Pematangsiantar 2000 3. SMP Kalam Kudus Pematangsiantar 2006 4. SMA Negeri 4 Pematangsiantar 2009 5. Fakultas Kedokteran USU 2012 Riwayat Pelatihan : -

(2)

LAMPIRAN 2 DATA INDUK

Nama Pasar

NAMA SAYUR

Daun

Selada

Daun

Prei

KOL

Timun

Daun

Bawang

PASAR

MODERN

1.Lippo Plaza

(Foodmart),

Medan Polonia

-

2

-

-

-

2.Sun Plaza

(Foodmart),

Medan Baru

-

2

-

-

-

3.Sun Plaza

(Hypermart),

Medan Baru

1

-

1

-

-

4.Hermes

(Maximart),

Medan Polonia

-

-

-

-

-

5.Brastagi, Medan

Maimun

1

1

-

-

1

PASAR

TRADISIONAL

1.Pasar Halat,

Medan Kota

A

1

-

-

2

-

B

-

-

3

-

-

C

-

2

-

-

1

D

1

3

-

1

-

E

-

-

-

1

-

2.Pasar Pusat

Pasar, Medan

Kota

(3)

B

-

-

2

-

4

C

4

-

-

-

3

D

-

1

-

-

2

E

-

1

1

-

3

3.Pasar Muara

Takus, Medan

Baru

A

2

-

-

-

-

B

-

3

-

-

3

C

1

-

-

4

9

D

1

-

-

1

1

E

1

-

-

-

1

4.Pasar Padang

Bulan, Medan

Baru

A

-

4

-

-

1

B

-

-

-

1

4

C

-

1

-

-

1

D

-

-

5

-

6

E

-

6

2

-

7

5.Pasar Pringgan,

Medan Baru

A

-

-

-

-

1

B

-

-

-

-

-

C

3

-

-

-

-

D

-

-

-

-

1

(4)
(5)
(6)

LAMPIRAN 3

OUTPUT SPSS

Daun Bawang

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 4.000a 1 .046

Continuity Correctionb 2.250 1 .134 Likelihood Ratio 4.033 1 .045

Fisher's Exact Test .128 .068

Linear-by-Linear Association 3.867 1 .049 N of Valid Cases 30

(7)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Kontaminasi * Perlakuan 30 96.8% 1 3.2% 31 100.0%

Kontaminasi * Perlakuan Crosstabulation

Count

Perlakuan

Total ada perlakuan

tidak ada perlakuan

Kontaminasi ada kontaminasi 5 13 18 tidak ada kontaminasi 3 9 12

Total 8 22 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .028a 1 .866

Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .029 1 .866

Fisher's Exact Test 1.000 .604

N of Valid Cases 30

(8)

KOL

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pasar * Kontaminasi 30 96.8% 1 3.2% 31 100.0%

Pasar * Kontaminasi Crosstabulation

Count

Kontaminasi

Total ada kontaminasi

tidak ada kontaminasi

Pasar Pasar Tradisional 6 19 25

Pasar Modern 1 4 5

Total 7 23 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .037a 1 .847

Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .038 1 .845

Fisher's Exact Test 1.000 .671

Linear-by-Linear Association .036 1 .849 N of Valid Cases 30

(9)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Kontaminasi * Perlakuan 30 96.8% 1 3.2% 31 100.0%

Kontaminasi * Perlakuan Crosstabulation

Count

Perlakuan

Total ada perlakuan

tidak ada perlakuan

Kontaminasi ada kontaminasi 0 7 7 tidak ada kontaminasi 8 15 23

Total 8 22 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 3.320a 1 .068

Continuity Correctionb 1.780 1 .182 Likelihood Ratio 5.075 1 .024

Fisher's Exact Test .143 .084

N of Valid Cases 30

(10)

Daun Prei

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pasar * Kontaminasi 30 96.8% 1 3.2% 31 100.0%

Pasar * Kontaminasi Crosstabulation

Count

Kontaminasi

Total ada kontaminasi

tidak ada kontaminasi

Pasar Pasar Tradisional 9 16 25

Pasar Modern 3 2 5

Total 12 18 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.000a 1 .317

Continuity Correctionb .250 1 .617 Likelihood Ratio .980 1 .322

Fisher's Exact Test .364 .304

Linear-by-Linear Association .967 1 .326 N of Valid Cases 30

(11)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Kontaminasi * Perlakuan 30 96.8% 1 3.2% 31 100.0%

Kontaminasi * Perlakuan Crosstabulation

Count

Perlakuan

Total ada perlakuan

tidak ada perlakuan

Kontaminasi ada kontaminasi 1 11 12 tidak ada kontaminasi 7 11 18

Total 8 22 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 3.438a 1 .064

Continuity Correctionb 2.053 1 .152 Likelihood Ratio 3.854 1 .050

Fisher's Exact Test .099 .073

N of Valid Cases 30

(12)

Timun

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pasar * Kontaminasi 30 96.8% 1 3.2% 31 100.0%

Pasar * Kontaminasi Crosstabulation

Count

Kontaminasi

Total ada kontaminasi

tidak ada kontaminasi

Pasar Pasar Tradisional 6 19 25

Pasar Modern 0 5 5

Total 6 24 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.500a 1 .221

Continuity Correctionb .375 1 .540 Likelihood Ratio 2.470 1 .116

Fisher's Exact Test .553 .298

Linear-by-Linear Association 1.450 1 .229 N of Valid Cases 30

(13)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Kontaminasi * Perlakuan 30 96.8% 1 3.2% 31 100.0%

Kontaminasi * Perlakuan Crosstabulation

Count

Perlakuan

Total ada perlakuan

tidak ada perlakuan

Kontaminasi ada kontaminasi 2 4 6 tidak ada kontaminasi 6 18 24

Total 8 22 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .170a 1 .680

Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .165 1 .685

Fisher's Exact Test .645 .520

N of Valid Cases 30

(14)

Daun Selada

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pasar * Kontaminasi 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%

Pasar * Kontaminasi Crosstabulation

Count

Kontaminasi

Total ada kontaminasi

tidak ada kontaminasi

Pasar Pasar Tradisional 10 15 25

Pasar Modern 2 3 5

Total 12 18 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .000 1 1.000

Fisher's Exact Test 1.000 .682

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000 N of Valid Cases 30

(15)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Kontaminasi * Perlakuan 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%

Kontaminasi * Perlakuan Crosstabulation

Count

Perlakuan

Total ada perlakuan

tidak ada perlakuan

Kontaminasi ada kontaminasi 3 9 12 tidak ada kontaminasi 5 13 18

Total 8 22 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .028a 1 .866

Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .029 1 .866

Fisher's Exact Test 1.000 .604

N of Valid Cases 30

(16)

LAMPIRAN 6

(17)

31

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H., 2007. Pasar Tradisional Versus Modern.

Asihka, V, dkk, 2013, “Distribusi Frekuensi Soil Transmitted Helminth pada Sayuran Selada (Lactuca Sativa) yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern Di Kota Padang”, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Astawan, M., 2010. Kandungan Gizi Aneka Bahan Makanan.

Astuti, R, dkk, 2008, ”Identifikasi Telur Cacing Usus Pada Lalapan Daun Kubis yang Dijual Pedagang Kaki Lima Di kawasan Simpang Lima Kota Semarang”, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Budioro, B., 1997. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Semarang: Universitas Diponegoro.

Centers for Disease Control and Prevention, 2013. Parasites - Soil-transmitted Helminths (STHs). http://www.cdc.gov/ parasites/sth/, diakses 1 Oktober 2013.

Codex Alimentarius Commission(CAC), 2003. Recommended International Code of Practice General Principles of Food Hygiene.

Departemen Kesehatan R.I, 1990, Materi Pelatihan Dokter Kecil, Jakarta: Depkes R.I.

Departemen Kesehatan R.I, 2001. Pedoman Modul dan Materi Pelatihan “Dokter kecil’’. Jakarta: Depkes R.I.

Depertemen Kesehatan R.I, 2004, Pedoman Umum Program Nasional Pemberantasan Cacingan di Era Desentralisasi, Jakarta: Depkes R.I. Departemen Pertanian, 2009. Konsep Pedoman Sanitasi dan Hygiene

Agroindustri Perdesaan.

Direktorat Jenderal PP&PL Kemenkes RI, 2013. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm: 112-113.

Djaafar, T.F., dan Rahayu, S., 2005. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya.

(18)

32

Entjang, I., 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Gandahusada, S., 2000. Parasitologi Kedokteran edisi ke 3. Jakarta: EGC. Gandahusada S., 2000, Parasitologi Kedokteran edisi ke 3, Jakarta: EGC, 34-67. Hadidjaja, P., 1994. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran.

Hotes P. J., 2003, Soil Transmitted Helminth infection: The Nature, Causes and Burden of the condition, WHO: Departemen of Mikrobiologi and Tropical Medicine The George Washington University.

Jie, A., 2009. Pengertian Hygiene dan Sanitasi.

Kementerian Kesehatan RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Rupublik Indonesia Nomor 424/MENKES/SK/VI/2006 Tentang Pendoman Pengendalian Cacingan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm: 3.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.

Kusnoputranto, H., Susanna D., 2000. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: FKM UI Karuppiah, G, 2010, “Perbedaan Higiene Sayuran yang Dijual di Pasar Tradisional dengan Pasar Modern”, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Lilananda, 2009. Pasar Tradisional.

Onggowaluyo J.S., 2002, Parasitologi Medik (Helmintologi) Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnostik dan Klinik, Jakarta: EGC.

Pemerintah Kota Medan, 2010. Perdagangan dan Jasa. Prabu, P., 2008. Higiene dan Sanitasi Makanan.

Prasetyo, H. 2003. Atlas Berwarna Helmintologi Kedokteran Cetakan Pertama. Surabaya: Airlangga Universitas Press

(19)

33

Setiawan, I., Suciawati, Hasanah, L., dan Edi, 2008. Wawasan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 197-208.

Slamet, J. S., 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soemirat, J. 2005. Epidemiologi Lingkungan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Suma’mur, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 424/MENKES/SK/VI, 2006. Pedoman Pengendalian Cacingan, Jakarta: Departemen Kesehatan.

[WHO] World Health Organization. 2010. 5 Keys en. [terhubung berkala]. http://www.who.int/foodsafety/publications/consumer/en/5keys_en.pdf . [4 Desember 2011].

Wardhana, K, dkk, 2014, “Indentifikasi Telur Soil Transmitted Helmints pada Lalapan Kubis (Brassica oleracea) di Warung-Warung Makan Universitas Lampung”, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

(20)

16

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Sayuran mentah (lalapan) adalah sayuran yang dimakan secara langsung oleh konsumen adalah jenis dari sampel penelitian dimana sayuran tersebut memiliki potensi untuk terkontaminasi oleh cacing STH.

2. Kontaminasi sayuran oleh cacing yang ditemukan dapat berupa telur atau larva Soil Transmitted Helmints. Contoh sayuran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sayuran salada, kubis, daun bawang, timun, dan daun perai.

 Cara Ukur : Pemeriksaan Sedimentasi  Alat Ukur : Mikroskop

Kategori : (+) ditemukan telur/larva cacing STH  Skala Pengukuran : Nominal

3. Adapun lokasi dari penelitian adalah pasar tradisional dan pasar modern yang merupakan pasar rujukan. Adapun pasar rujukan tersebut adalah pasar besar yang terdapat di setiap kecamatan.

4. Perlakuan pedagang terhadap kebersihan di pasar bisa kita lihat dari cara pedagang menjaga dan memasarkan barang dagangannya, apakah di cuci dulu atau langsung di jual di pasar.

Cacing Soil Transmitted Helmint

Pencucian Sayur

(21)

17

3.3. Hasil pengukuran

Terdapat atau tidaknya cacing STH pada sayuran yang diteliti.

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

 Alat : Mikroskop, beker glass, pipet pasteur, alat sentrifugasi dan tabungnya, kaca objek. plastik, spidol, ember.

 Bahan :Naoh 0,2% 1L, lugol, air, sayuran.

3.5. Hipotesis

(22)

18

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional atau studi potong lintang. Pada penelitian ini, pendekatan atau

pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan (point time approach).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dari bulan Maret hingga Desember 2015.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di pasar tradisional dan pasar modern sekitar Kota Medan, Propinsi Sumatra Utara.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Target

Populasi dalam penelitian ini adalah semua sayuran yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern di Kota Medan tahun 2015.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau berada di Kecamatan Medan Kota.

Adapun kecamatan dari Medan Kota adalah Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, dan Medan Kota.

4.3.3. Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah sebahagian dari populasi terjangkau yang diambil secara simple random sampling.

Adapun kriteria sampling pada penelitian ini adalah :  Pedagang bersedia di wawancarai

(23)

19

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara pedagang, lalu mengambil sampel sayur dari masing masing pasar di Kecamatan Medan Kota yang di teliti. Masing masing maksimal lima pasar tradisional dan lima pasar modern, dari setiap pasar tradisional diambil secara acak lima pedagang tiap pedagang diambil lima jenis sayuran yang berpotensi untuk dimakan secara mentah. Selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk diperiksa dibawah mikroskop.

4.5. Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan laboratorium yang telah digunakan untuk memeriksa kontaminasi telur cacing parasit adalah dengan teknik sendimentasi (Hadidjaja, 1994).

Sayuran dikatakan terkontaminasi cacing apabila ditemukan telur dan larva cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing tambang pada sayuran.

Cara pemeriksaan sampel adalah seperti berikut:

a. Merendam dan menyikat sayur ke dalam cairan NaOH 0,2% sebanyak 1liter dalam beker glass 1000ml selama 30menit.

b. Sayur dikeluarkan lembar demi lembar dari dalam larutan.

c. Menyaring air rendaman, kemudian dimasukkan ke dalam beker glass lain dan didiamkan selama kurang lebih 1jam.

d. Air yang ada di permukaan beker glass dibuang, air bagian bawah beker glass beserta endapannya diambil dengan volume 10-15ml menggunakan pipet, dimasukkan ke dalam tabung ependorf.

e. Air endapan disentrifugasi dengan kecepatan 1500 putaran per menit selama 5menit.

f. Air pada bagian atas ependorf dibuang, endapan diambil menggunakan pipet Pasteur dan teteskan di atas kaca objek yang sebelumnya diberi lugol.

(24)

20

4.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang terkumpul setelah dianalisis dari pemeriksaan laboratorium

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan Program SPSS

(25)

21

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini merupakan pasar tradisional dan pasar modern yang menjual sayur lalapan sekitar Kota Medan bagian Kota yang terdiri dari empat kecamatan yaitu Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, dan Medan Kota. Sampel dari penelitian ini dipilih berdasarkan metode simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada 5 pasar modern dan 5 pasar tradisional.

Adapun pasar pada penelitian ini adalah pasar tradisional dan pasar modern yang dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1 Daftar Pasar di Medan Kota

Kecamatan Pasar Tradisional Pasar Modern

Medan Polonia

Lippo Plaza (foodmart) *

Hermes (Maximart) * Vigo Supermarket

Medan Maimun

Pasar Kampung Baru Macan Yaohan Jl.Katamso

(26)

22

Brastagi Mangkubumi *

Medan Baru

Pasar Muara Takus * Sun Plaza (Hypermart) *

Pasar Padang Bulan * Sun Plaza (foodmart) *

Pasar Pringgan *

Medan Kota

Pasar Halat Jl Halat * Olympia Plaza Jl.Haryono Pasar Pusat Pasar

Jl.Haryono *

Glora Plaza Jl.SM Raja

Pasar Hongkong Jl.Cirebon Hongkong Plaza Jl.Surabaya

Pasar Kemiri Jl.Kemiri Yuki Simpang Raya Jl.SM Raja

Pasar Sambas Jl.Sambas Macan Yaohan Jl.Wahidin

Ramayana Jl.SM Raja Indogrosir Jl.SM Raja Medan Mall

Jl.Haryono

Great Market Jl.SM Raja

(27)

23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah sayur lalapan yang terdiri dari lima jenis sayur yaitu daun selada, daun prei, kol, timun, dan daun bawang yang dibeli dari pasar tradisional dan pasar modern. Sebanyak 150 sampel sayur pada penelitian ini adalah 25 sampel dari pasar modern dan 125 sampel dari pasar tradisional.

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Sayur Berdasarkan Jenisnya pada Sampel

Penelitian

Jenis Sayur

Perlakuan Penampilan Kesegaran

Ada Tidak Bersih Kotor Segar Tidak

Daun Selada 26.7% 73.3% 16.7% 83.3% 16.7% 83.3% Daun Prei 26.7% 73.3% 16.7% 83.3% 16.7% 83.3% Kol 26.7% 73.3% 16.7% 83.3% 16.7% 83.3%

Timun 26.7% 73.3% 16.7% 83.3% 16.7% 83.3%

Daun Bawang 26.7% 73.3% 16.7% 83.3% 16.7% 83.3%

5.1.3. Distribusi Jenis Parasit yang Mengkontaminasi pada Sayur

Jenis parasit yang mengkontaminasi sayur adalah telur Ascaris, telur hookworm, free living larva Strongyloides stercoralis, rhabditiform.dapat kita

(28)

24

Tabel 5.3 Distribusi Hasil Uji Jenis Sayur Berdasarkan Jenis Parasit

Jenis Parasit

Jenis Sayur

Selada Prei Kol Timun Daun

Bawang

f % f % f % f % f %

Telur Ascaris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Telur Hookworm

0 0 1 25 1 25 0 0 2 50

Larva Hookworm

20 18 26 23.4 14 12.6 10 9 41 37

Pada Tabel 5.3 dapat dilihat persentase larva hookworm tertinggi ada pada daun bawang,yakni sebesar 37%.

Tabel 5.4 Distribusi Hasil Uji Pasar Berdasarkan Jenis Parasit

Jenis Parasit Pasar Tradisional Pasar Modern

Frek % Frek %

Telur Ascaris lumbricoides

0 0 0 0

Telur Hookworm 4 3.77 0 0

Larva Hookworm 102 96.23 9 100.0

Pada Tabel 5.4 menunjukkan jenis kontaminasi terbanyak pada kedua jenis pasar adalah larva hookworm yaitu sebanyak 96.23% pada pasar tradisional dan 100% pada pasar modern.

5.1.4. Distribusi Kontaminasi pada Sayuran Berdasarkan Pasar

(29)

25

Tabel 5.5 Distribusi Kontaminasi pada Sayuran Berdasarkan Pasar

Sayur Pasar

Kontaminasi

p

Ada Tidak Ada

Daun Selada Pasar Tradisional 10 15

1.000

Pasar Modern 2 3

Daun Prei Pasar Tradisional 9 16

0.317

Pasar Modern 3 2

Kol Pasar Tradisional 6 19

0.847

Pasar Modern 1 4

Timun Pasar Tradisional 6 19

0.221

Pasar Modern 0 5

Daun Bawang

Pasar Tradisional 17 8

0.046

Pasar Modern 1 4

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa jumlah kontaminasi larva pada pasar tradisional dan pasar modern terbanyak pada daun bawang sebesar 17 di pasar tradisional dan jumlah terendah pada timun sebesar 0 di pasar modern.

5.1.5. Distribusi Perlakuan pada Sayuran Berdasarkan Kontaminasi

Adanya perlakuan pada pasar tradisional dan pasar modern berupa pembersihan atau mencuci sayuran sebelum dijual berdasarkan kontaminasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.6 Distribusi Perlakuan pada Sayuran Berdasarkan Kontaminasi

Sayur Kontaminasi

Perlakuan

p

Ada Tidak Ada

Daun Selada Ada 3 9

0.866

Tidak Ada 5 13

Daun Prei Ada 1 11

0.064

Tidak Ada 7 11

Kol Ada 0 7

0.068

Tidak Ada 8 15

Timun Ada 2 4

0.680

Tidak Ada 6 18

Daun Bawang Ada 5 13

0.866

Tidak Ada 3 9

(30)

26

jumlah terbanyak tidak adanya kontaminasi larva berdasarkan adanya perlakuan adalah pada Kol sebesar 8.

5.1.6. Distribusi Perbandingan Kontaminasi Sayur pada Pasar Tradisional

dan Pasar Modern

[image:30.595.106.507.297.359.2]

Distribusi perbandingan kontaminasi sayur meliputi penemuan parasit berdasarkan pasar pada penelitian ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7 Distribusi Perbandingan Kontaminasi Sayur Berdasarkan Pasar

Pasar

Kontaminasi Sayur

p

(+) (-)

Tradisional 48 77

18 0.325

Modern 7

(31)

27

5.2.Pembahasan

Penelitian ini berjudul “Pencemaran Soil Transmitted Helminths Pada Sayuran di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Medan Bagian Kota”. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pencemaran pada daun sayuran oleh cacing Soil Transmitted Helmints di pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan pada tahun 2015. Penelitian ini juga ingin melihat hubungan antara pencucian sayur terhadap tingkat kontaminasi STH pada sayuran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kontaminasi STH pada sayuran ada berbagai macam. Salah satunya adalah penggunaan faeces manusia sebagai pupuk tanaman dapat meningkatkan kontaminasi STH pada sayuran. Sedangkan sayuran yang telah dimasak dapat mengurangi jumlah kontaminasi STH. Akan tetapi beberapa orang memiliki kebiasaan memakan sayuran secara mentah, terutama sayuran yang dimakan sebagai lalapan. Bila dalam makanan tersebut terdapat telur atau larva cacing, maka siklus hidup cacing bisa menjadi lengkap sehingga terjadi infeksi pada manusia (Entjang, 2003). Selama sayuran dimasak dengan panas yang cukup tidak ada masalah. Masalah timbul bila sayuran dimakan tanpa dimasak lebih dahulu (Djaafar dan Rahayu, 2005).

Berdasarkan Tabel 5.1, dipilih 10 dari 19 pasar di wilayah Kota Medan Bagian Kota yang menjadi tempat penelitian. Pasar tersebut dipilih dari setiap kecamatan, sehingga dapat dikatakan bahwa tempat penelitian sudah bisa mewakili wilayah pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan Bagian Kota.

Penelitian ini melihat karakteristik sampel berdasarkan perlakuan sebelum dijual, penampilan fisik yang terlihat, dan kesegaran sayur. Dari lima jenis sayuran yang diteliti didapatkan 26.7% sayuran dicuci sebelum dijual serta 16.7% sayuran berpenampilan bersih dan segar.

(32)

28

(2014), yang mendapatkan telur STH berupa telur Ascaris lumbricoides 14.28%, telur Trichuris trichiura 7.14%, dan 4.76% ditemukan kedua jenis telur cacing tersebut.

Berdasarkan Tabel 5.4, ditemukan telur hookworm sebesar 3.77% dan larva hookworm sebesar 96.23% di pasar tradisional. Sedangkan pada pasar modern ditemukan 100% sayuran terkontaminasi larva hookworm. Penelitian serupa dilakukan oleh Asihka dkk (2013) di pasar tradisional Kota Padang dan dari hasil penelitian ditemukan bahwa sayuran selada terkontaminasi oleh telur Ascaris sp sebesar 79%, telur cacing tambang sebesar 5% dan larva Trichostrongylus orientalis sebesar 16% sedangkan pada pasar modern hanya ditemukan telur Ascaris sp pada selada yang terkontaminasi.

Berdasarkan Tabel 5.5, kontaminasi paling banyak yaitu pada daun bawang yang dijual di pasar tradisional sebanyak 17 sayur, sedangkan yang paling terkontaminasi pada pasar modern adalah daun prei sebanyak 3 sayur. Adapun nilai p masing-masing perbandingan pasar tradisional dan pasar modern dari setiap sayuran memiliki nilai p > 0.05. Namun pada daun bawang didapati nilai p = 0.046 (p < 0.05) untuk perbandingan pasar tradisional dan pasar modern. Nilai ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kontaminasi STH pada daun bawang di pasar tradisional dibandingkan di pasar modern. Sedangkan perbandingan tingkat kontaminasi sampel daun selada di pasar tradisional dan pasar modern didapatkan nilai p = 1,000 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat kontaminasi STH pada daun selada di pasar tradisional dan pasar modern. Hal ini berbeda dengan penelitian Ashika dkk (2013) yang menemukan 33 dari 44 (73%) sayuran selada yang dijual di pasar tradisional Kota Padang terkontaminasi STH. Sedangkan tiga dari lima (40%) sayuran selada dari pasar modern di Kota Padang terkontaminasi STH.

(33)

29

(2008) yang masih menemukan adanya telur Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing benang meskipun kubis yang diteliti telah dicuci sebanyak

dua kali dengan air yang sedikit. Namun penelitian Astawan (2010) menjelaskan bahwa pencucian sayur dengan air yang mengalir dapat membersihkan kontaminan secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sayur yang terkontaminasi pada pasar tradisional lebih banyak dari pasar modern, yaitu sebanyak 48 sayuran (38,4%). Sedangkan sayur yang tidak terkontaminasi pada pasar modern lebih banyak, yaitu sebanyak 18 sayuran (72%). Hasil analisis dengan metode Chi-Square menunjukkan nilai p=0.325 yang berarti tidak ada hubungan yang

bermakna antara kontaminasi STH terhadap sayuran yang dijual di pasar tradisional ataupun pasar modern. Penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Karuppiah (2010) mengenai sayur selada di pasar tradisional dan di pasar moder dengan hasil yang berbeda dimana sayur yang terkontaminasi pada pasar modern lebih banyak dari pasar tradisional, yaitu sebanyak 18 sayur (90.0%). Sedangkan yang tidak terkontaminasi pada pasar tradisional lebih banyak, yaitu sebanyak 6 sayur (15.0%). Sedangkan hasil analisis Chi-Square menunjukkan nilai yang sama di atas 0.05 yaitu p=3.481 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kontaminasi STH terhadap sayuran yang dijual di pasar tradisional ataupun pasar modern.

(34)

30

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kontaminasi cacing STH pada sayur lalapan di pasar tradisional 87.3% sebanyak 48 sampel.

2. Kontaminasi cacing STH pada sayur lalapan di pasar modern 12.7% sebanyak 7 sampel.

3. Ditemukannya parasite berupa cacing STH dapat disebabkan oleh perlakuan yang masih tidak adekuat.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran, yaitu:

1. Kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan skala lebih besar dengan lebih detail saat melakukan wawancara maupun pemeriksaan di laboratorium.

2. Kepada penjual diharapkan agar lebih memperhatikan kebersihan dari sayuran yang dijual.

(35)

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Soil Transmitted Helminths (STH)

Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk Nematoda usus. Sebagian besar dari Nematoda ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Diantara Nematoda usus tedapat sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah (Soil Transmitted Helminths), merupakan infeksi paling umum terjadi di daerah tropis. Infeksi ini dapat terjadi pada manusia apabila manusia tertelan telur/larva infeksius atau dengan penetrasi bentuk larva yang berada di tanah, diantaranya yang tersering adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Trichuris trichiura (Gandahusada,

2000).

2.1.1. Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang) a. Morfologi dan Daur Hidup

Manusia merupakan satu-satunya hospes cacing ini. Prevalensi askariasis di Indonesia termasuk dalam kategori tinggi yaitu memiliki frekuensi antara 60-90%. Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm, pada cacing jantan ujung posteriornya lancip dan melengkung ke arah ventral dilengkapi pepil kecil dan dua buah spekulum berukuran 2 mm. Tubuh cacing jantan ini berwarna putih kemerahan (Prasetyo,2003). Pada stadium dewasa hidup dirongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Menurut Onggowaluyo (2002), cacing dewasa Ascaris lumbricoides mempunyai ukuran paling besar di antara Nematoda usus lainnya. Bentuk cacing ini adalah silindris (bulat panjang) dengan ujung anterior lancip.

(36)

4

tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan di alirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan bronchus. Dari trachea larva menuju ke faring, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus,

[image:36.595.149.470.260.632.2]

tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses ini memerlukan waktu sekitar 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa (Gandahusada, S., 2000).

Gambar 2.1 Daur hidup Ascaris lumbricoides.

Gambar 2.2 Cacing Ascaris lumbricoides dewasa. (a) betina, (b) jantan

(37)
[image:37.595.154.471.113.244.2]

5

Gambar 2.3 Telur cacing Ascaris lumbricoides. (a) telur yang tidak

dibuahi, (b) telur yang dibuahi

(PHIL 411/4821 - CDC/Dr. Mae Melvin) b. Epidemiologi

Telur cacing Ascaris lumbricoides keluar bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari, telur tersebut tumbuh menjadi infektif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula melalui tangan yang kotor (tercemar tanah dengan telur cacing) (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/, 2006).

2.1.2.Ancylostoma (cacing tambang) dan Necator americanus

a. Morfologi dan Daur Hidup

Terdapat dua spesies cacing tambang yang sangat sering menginfeksi manusia yaitu: “The Old World Hookworm” yaitu Ancylostoma duodenale dan “The New World Hookworm” yaitu Necator americanus (Qadri,2008). Necator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah dua spesies cacing tambang yang

dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus halus.

(38)

6

kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron.

Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu

di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru larvanya menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus

[image:38.595.115.459.190.630.2]

dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan (Menteri Kesehatan , 2006).

Gambar 2.4 Cacing Ancylostoma duodenale dewasa

(http://www.An.American.FamilyPhysician.)

Gambar 2.5 Cacing Necator americanus dewasa

(39)
[image:39.595.253.407.112.223.2]

7

Gambar 2.6 Telur Hookworm

(PHIL 5220 – CDC) b. Epidemiologi

Insiden ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan dan penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat.

Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 2000).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32ºC-38ºC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.

2.1.3.Trichuris trichiura

a. Morfologi dan Daur Hidup

Trichuris trichiura betina memiliki panjang sekitar 5 cm dan yang jantan

sekitar 4 cm. Hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5

dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior lebih gemuk. Pada cacing betina bentuknya membulat tumpul sedangkan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spekulum.

(40)

8

bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian di dalamnya jernih. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang dalam waktu 3–6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif.

Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi

cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30-90 hari (Gandahusada, 2000).

Gambar 2.9 Cacing Trichuris trichiura dewasa. (a) betina, (b) jantan

(http://www.An.American.FamilyPhysician)

Gambar 2.10 Telur cacing Trichuris trichiura

(http://i215.photobucket.com/albums/cc182/ovarelac_bucket_photo/Trichurisova. b. Epidemiologi

[image:40.595.232.394.299.414.2] [image:40.595.241.381.446.587.2]
(41)

9

Frekuensi penyebaran di Indonesia masih sangat tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar antara 30-90 %. Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, mencuci dengan baik sayuran yang dimakan mentah adalah penting apalagi sayuran yang memakai tinja sebagai pupuk (Gandahusada, 2000).

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan infeksi STH.

Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit cacingan yang penyebarannya melalui tanah antara lain, Hotes (2003) :

2.2.1. Iklim

Penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura yaitu di daerah tropis karena tingkat kelembabannya cukup tinggi. Sedangkan untuk Necator americanus dan Ancylostoma duodenale penyebaran ini paling banyak di daerah

panas dan lembab. (Onggowaluyo, 2002).

2.2.2. Lingkungan

Lokasi tempat tinggal yang kumuh anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi tanpa cuci tangan (Oswari, 1991). Penyakit cacingan biasanya terjadi di lingkungan yang kumuh terutama di daerah kota atau daerah pinggiran (Hotes, 2003). Sedangkan menurut Albonico yang dikutip Hotes (2003) bahwa jumlah prevalensi tertinggi ditemukan di daerah pinggiran atau pedesaan yang masyarakat sebagian besar masih hidup dalam kekurangan.

2.2.3. Tanah

Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu yang ditularkan lewat tanah (Peter J. Hotes, 2003:21). Penyebaran penyakit cacingan dapat melalui terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur Trichuris trichiura, telur tumbuh dalam tanah liat yang lembab dan tanah dengan suhu

(42)

10

2000:11). Sedangkan untuk pertumbuhan larva Necator americanus yaitu memerlukan suhu optimum 28ºC-32ºC dan tanah gembur seperti pasir atau humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 23ºC-25ºC tetapi umumnya lebih kuat (Gandahusada, 2000).

2.2.4. Air Sumur

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi Soil Transmitted Helminths adalah terkontaminasinya sumber air dengan parasit

tersebut. Parasit ini dapat mengontaminasi air karena dekatnya sumber air dengan faeces yang mengandung parasit tersebut. (Soemirat, 2005)

Adapun sumber dan cara pengolahan air yang sering digunakan oleh masyarakat, yaitu:

a) Sumber air: air hujan, air permukaan (sungai, danau, mata air, air sungai), air

tanah (sumur dangkal dan sumur dalam)

b) Pengolahan air: pengendapan, penyaringan, penyimpanan (Kusnoputranto

dan Susanna, 2000)

2.3. Higiene dan Sanitasi

Higiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, I., 2000). Ada berbagai usaha yang dianggap penting agar dapat mencapai tujuan antara lain sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang merupakan ruang lingkup dari higiene sanitasi (Slamet, J.S., 2002).

2.3.1. Higiene

(43)

11

dasarnya hygiene adalah mengembangkan kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan.

Higiene sayuran adalah semua kondisi dan tindakan untuk menjamin keamanan dan kelayakan sayuran pada semua tahap dalam rantai makanan (Deptan, 2009; CAC, 2003).

2.3.2. Sanitasi

Sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik dibidang kesehatan terutama kesehatan masyarakat (Departemen Pendidikan Nasional, 2001). Sedangkan menurut Budioro.B. (1997), sanitasi pengawasan terhadap berbagai factor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Jadi lebih baik mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari.

Terkait makanan, sanitasi didefinisikan sebagai penerapan atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya pencemaran (kontaminasi) makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan (foodborne illness atau foodborne disease) (Prabu, 2008). Keamanan pangan (food safety) adalah jaminan agar makanan tidak membahayakan konsumen pada saat disiapkan dan atau dimakan menurut penggunaannya. Sedangkan kelayakan pangan (food suitability) adalah jaminan agar makanan dapat diterima untuk konsumsi manusia menurut penggunaannya (Deptan, 2009).

2.4. Pasar

(44)

12

merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional, pasar modern, bursa kerja, bursa efek adalah contoh pasar (Lilananda, 2009; Arobaya,

2010).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang (Arifin, 2007; Setiawan et al, 2008).

Pasar modern bangunan pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket (Arifin, 2007; Setiawan et al, 2008). tidak banyak berbeda dari

pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti, buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket

(Arifin, 2007; Setiawan et al, 2008).

Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.

Pasar menurut wujud (Lilananda, 2009):

a) Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata. Misalnya

(45)

13

dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen juga dapat dengan mudah

dibedakan.

b) Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung. Biasanya dapat melalui

internet, pemesanan telepon. Barang yang diperjual belikan tidak dapat dilihat dengan

kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur, rekomendasi. Kita juga tidak dapat

melihat konsumen dan produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan

produsen dan konsumen sekaligus.

Pasar menurut jenisnya (Lilananda, 2009):

a) Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi. Misalnya menjual beras, sandal, lukisan. Contohnya adalah Pasar Mergan di Malang, Pasar

Kramat Jati.

b) Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi. Misalnya

menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik.

Pasar menurut jenis barang yang dijual dapat dibagi menjadi pasar ikan, pasar buah.

Pasar menurut lokasi misalnya Pasar Kebayoran yang berlokasi di Kebayoran Lama.

Pasar menurut hari dinamakan sesuai hari pasar itu dibuka. Misalnya Pasar Rabu dibuka khusus hari Rabu.

Pasar menurut luas jangkauan (Lilananda, 2009):

a) Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu

daerah.

b) Pasar Lokal kayak gaber membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran

dalam satu kota.

c) Pasar Nasional membeli dan menjual produknya yaitu jembut dalam satu negara

tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani

permintaan dan penjualan dari dalam negeri.

d) Pasar Internasional membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.

(46)

14

a) Pusat Pasar merupakan salah satu pasar tradisional tua di Medan yang sudah ada sejak zaman kolonial. Menyediakan beragam kebutuhan pokok dan sayur mayur. b) Pasar Petisah menjadi acuan berbelanja yang murah dan berkualitas.

c) Pasar Beruang yang terletak di Jalan Beruang.

d) Pasar Simpang Limun merupakan salah satu pasar tradisonal yang cukup tua dan

menjadi trade mark Kota Medan. Terletak di persimpangan Jalan Sisingamangaraja

dan Jalan Sakti Lubis.

e) Pasar Ramai yang terletak di Jalan Thamrin yang bersebelahan dengan Thamrin Plaza.

f) Pasar Simpang Melati merupakan pasar yang terkenal sebagai tempat perdagangan pakaian bekas dan menjadi lokasi favorit baru para pemburu pakaian bekas setelah

Pasar Simalingkar dan Jalan Pancing.

Beberapa pasar modern di Kota Medan (Lilananda, 2009): a) Brastagi plaza

b) Hypermarket c) Swalayan

d) Carrefour

e) Supermarket

Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Medan (2010) dicatatkan 15 mall/ plaza/ hypermarket, 14 supermarket, 29 pasar swalayan, dan 55 pasar tradisional.

Terdapat pengelompokan dan jenis barang di pasar menurut kebersihan, yaitu (Lilananda, 2009):

a) Kelompok bersih (kelompok jasa, kelompok warung, toko). b) Kelompok kotor, tidak bau (kelompok hasil bumi, buah-buahan). c) Kelompok kotor dan berbau (kelompok sayur dan bumbu). d) Kelompok kotor, bau, basah (kelompok kelapa).

e) Kelompok bau, basah, kotor, dan busuk (kelompok ikan basah dan daging).

(47)

15

barang yang biasa diperjualbelikan adalah barang kebutuhan pokok (Lilananda, 2009).

Citra atau image pasar tradisional pada saat ini identik sebagai area perbelanjaan yang kumuh dan kotor dengan sebuah kelebihan yang cukup penting yaitu harga yang sangat murah. Dengan kelebihan tersebut otomatis pasar tradisional menjadi tempat favorit bagi seluruh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain sebagai produsen kebutuhan sehari-hari, selama ini pasar tradisional telah banyak memberi lapangan pekerjaan dan menghidupi banyak pedagang pasar (Lilananda, 2009).

Modernisasi pasar, atau pusat perbelanjaan modern, menjanjikan suasana

belanja yang jauh lebih nyaman dan higienis sehingga menarik masyarakat untuk meninggalkan pasar tradisional yang kumuh dan kotor.

Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa pemerintah kurang membatasi perkembangan pusat perbelanjaan modern (Lilananda, 2009).

Salah satu kunci untuk menjaga keamanan pangan adalah menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan sebelum mengolah pangan dan sesering mungkin selama pengolahan pangan, mencuci tangan sesudah dari toilet, mencuci dan melakukan sanitasi seluruh permukaan yang kontak dengan pangan dan alat untuk pengolahan pangan, dan menjaga area dapur dan pangan dari serangga hama dan hewan lainnya (WHO, 2012)

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya (Prabu, 2008):

a) Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

b) Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.

c) Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.

d) Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang

(48)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths (STH). Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur (WHO, 2013). Di Indonesia sendiri prevalensi kecacingan di beberapa kabupaten dan kota pada tahun 2012 menunjukkan angka diatas 20% dengan prevalensi tertinggi di salah satu kabupa ten mencapai 76,67% (Ditjen PP&PL Kemenkes RI, 2013).

Prevalensi infeksi cacing usus pada 10 propinsi tahun 2004, Sumatera Utara

menduduki peringkat ketiga (60,4 %) dalam hal penyakit cacingan (DepKes RI, 2004).Menurut Ritarwan (2006), di kota Medan ditemukan prevalensi Ascariasis 29,2%, Trichuariasis 6,3%.

Angka kontaminasi STH di pasar tradisional yaitu sebesar 85.0 %, dengan proporsi Strongyloides 35,0%, larva rhabditiform Strongyloides 30%, telur Hookworm 15%, dan Toxocara 5%. Pada pasar modern angka kontaminasi STH

yaitu sebesar 90%, dengan proporsi Strongyloides 35%, telur Hookworm 20% dan telur Toxocara 5% (Karuppiah, 2010)

Bila dalam proses pengolahan dan pencucian sayuran tidak baik, telur cacing kemungkinan masih melekat pada sayuran dan tertelan saat sayuran dikonsumsi (CDC, 2013).

(49)

2

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan sayuran yang terkontaminasi oleh Soil Transmitted helmints di pasar tradisional dan pasar modern Medan Kota?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan pencemaran pada daun sayuran oleh cacing Soil Transmitted Helmints di pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan pada

tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kontaminasi cacing Soil Transmitted Helmints yang mencemari di pasar tradisional dan pasar modern di Kota Medan.

2. Mengetahui proporsi kepadatan cacing Soil Transmitted Helmints.

3. Mengetahui perbedaan proporsi cacing di pasar tradisional dan pasar modern di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, menambah pengalaman dan pengetahuan dibidang parasitologi tentang temuan telur cacing Soil Transmitted Helmint pada daun sayuran, dapat mendiagnosis telur cacing Soil Transmitted Helmint pada bahan pemeriksaan yaitu pada daun sayuran.

2. Bagi masyarakat, faham tentang bahaya memakan sayuran tanpa dibersihkan terlebih dahulu.

(50)

ii

ABSTRAK

Latar belakang: Kontaminasi cacing pada sayuran bisa terjadi apabila sayuran

tersebut tidak dicuci terlebih dahulu oleh karna ditemukannya cacing berupa Soil Transmitted Helmints. Adapun tempat pembelian sayuran tersebut tidak menutup kemungkinan sayuran tersebut terbebas dari kontaminasi cacing Soil Transmitted Helmints baik di pasar tradisional maupun pasar modern.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan

kontaminan berupa perbandingan kontaminasi sayuran di pasar tradisional dan pasar modern di Kota Medan bagian Kota pada tahun 2015.

Metoda: Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan

menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini berupa sayur lalapan yang terdiri dari daun selada, daun prei, kol, timun, dan daun bawang sebanyak 150 sampel yang di ambil dari pasar tradisional dan pasar modern di kecamatan-kecamatan di Kota Medan bagian Kota.

Hasil: Dari penelitian ini ditemukan bahwa pasar tradisional menunjukkan hasil

positif terkontaminasi 38.4% pada 48 sampel dari jumlah 125 sampel. Adapun pasar modern menunjukkan hasil positif terkontaminasi pada 28% pada 7 sampel dari jumlah 25 sampel.

Simpulan: Kontaminasi cacing Soil Transmitted Helmints pada sayuran terbukti

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan di pasar tradisional dan di pasar modern.

(51)

iii

ABSTRACT

Background: Worm contamination in vegetables can be happen when that vegetables are not washed before because of Soil Transmitted Helmints can be found. Even the place of vegetables are purchase does not rule out the possibility of the vegetables are free from Soil Transmitted Helmints contamination both in traditional market and in the modern market.

Purpose: The purpose of this study is to know if there is a different between vegetables contamination in the traditional market and in the modern market in the Medan city part of Kota in the year of 2015.

Method: This study used a descriptive research method with cross-sectional design. This study’s sample are fresh vegetables that consist of daun selada, daun prei, kol, timun, and daun bawang as much as 150 sample from traditional market and modern market in the district of Medan city part of Kota.

Result: Results of this study found that the traditional market are positive contamination with 38.4% on 48 samples from 125 samples. And modern market show positive contamination with 28% on 7 samples from 25 samples.

Conclusion: Contamination of Soil Transmitted Helmints on vegetables are prove there are no different so significant in the traditional market and modern market.

(52)

PENCEMARAN SOIL TRANSMITTED HELMINTS PADA

SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL DAN DI PASAR

MODERN DI KOTA MEDAN BAGIAN KOTA

HADE PRAJA HUTASOIT

120100402

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(53)

PENCEMARAN SOIL TRANSMITTED HELMINTS PADA

SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL DAN DI PASAR

MODERN DI KOTA MEDAN BAGIAN KOTA

KARYA TULIS ILMIAH

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

HADE PRAJA HUTASOIT

120100402

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(54)
(55)

ii

ABSTRAK

Latar belakang: Kontaminasi cacing pada sayuran bisa terjadi apabila sayuran

tersebut tidak dicuci terlebih dahulu oleh karna ditemukannya cacing berupa Soil Transmitted Helmints. Adapun tempat pembelian sayuran tersebut tidak menutup kemungkinan sayuran tersebut terbebas dari kontaminasi cacing Soil Transmitted Helmints baik di pasar tradisional maupun pasar modern.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan

kontaminan berupa perbandingan kontaminasi sayuran di pasar tradisional dan pasar modern di Kota Medan bagian Kota pada tahun 2015.

Metoda: Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan

menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini berupa sayur lalapan yang terdiri dari daun selada, daun prei, kol, timun, dan daun bawang sebanyak 150 sampel yang di ambil dari pasar tradisional dan pasar modern di kecamatan-kecamatan di Kota Medan bagian Kota.

Hasil: Dari penelitian ini ditemukan bahwa pasar tradisional menunjukkan hasil

positif terkontaminasi 38.4% pada 48 sampel dari jumlah 125 sampel. Adapun pasar modern menunjukkan hasil positif terkontaminasi pada 28% pada 7 sampel dari jumlah 25 sampel.

Simpulan: Kontaminasi cacing Soil Transmitted Helmints pada sayuran terbukti

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan di pasar tradisional dan di pasar modern.

(56)

iii

ABSTRACT

Background: Worm contamination in vegetables can be happen when that vegetables are not washed before because of Soil Transmitted Helmints can be found. Even the place of vegetables are purchase does not rule out the possibility of the vegetables are free from Soil Transmitted Helmints contamination both in traditional market and in the modern market.

Purpose: The purpose of this study is to know if there is a different between vegetables contamination in the traditional market and in the modern market in the Medan city part of Kota in the year of 2015.

Method: This study used a descriptive research method with cross-sectional design. This study’s sample are fresh vegetables that consist of daun selada, daun prei, kol, timun, and daun bawang as much as 150 sample from traditional market and modern market in the district of Medan city part of Kota.

Result: Results of this study found that the traditional market are positive contamination with 38.4% on 48 samples from 125 samples. And modern market show positive contamination with 28% on 7 samples from 25 samples.

Conclusion: Contamination of Soil Transmitted Helmints on vegetables are prove there are no different so significant in the traditional market and modern market.

(57)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, berupa kesehatan dan rezeki serta waktu sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan proposal peneltian karya tulis ilmiah ini tepat waktu. Karya Tulis ini disusun sebagai tugas akhir kuliah Community Research Program (CRP) dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan karya tulis ini.

Akhirnya penulis mengharapkan hasil karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, bangsa, dan Negara Indonesia, serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah banyak memperoleh dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Lambok Siahaan, M.KT, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, serta bantuan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. dr. Tina Christina L. Tobing, Sp.A(K), dan dr. Putri C. Eyanoer, MS,

(58)

v

5. Orangtua penulis, Tumpak Horas Mallasak Hutasoit dan Marince Tindaon yang telah memberikan doa dan motivasi baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Heri Bastian Hutasoit sebagai abang penulis yang telah memberikan doa, arahan dan semangat dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Teman-teman penulis, Hizkia Purba, Zainal Napitupulu, Dedi Depari,

Chandra Manurung, dan Jericho Samosir yang telah memberikan motivasi dan membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman penulis, Iskandar Nazar, Navisha, dan Robby Simangunsong yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Yang terkasih, Cindy Clarissa Ester Sirait, untuk semangat dan suka yang selalu hadir dan sudah menemanin di dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

10. Instalasi Parasitologi, teman-teman, dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Penulis

(59)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan Penelitian ...2

1.4. Manfaat Penelitian ...2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...3

2.1.Soil Transmitted Helmint (STH) ...3

2.1.1.Ascaris lumbricoides ...3

2.1.2.Ancylostoma dan Necator americanus ...5

2.1.3.Trichuris trichiura ...7

2.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan infeksi STH ...9

2.2.1. Lingkungan ...9

2.2.2. Tanah ...9

2.2.3. Iklim ...9

2.2.4. Air Sumur ...10

2.3.Higiene dan Sanitasi ...10

2.3.1.Higiene ...10

2.3.2.Sanitasi ...11

(60)

vii

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ...16

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ...16

3.2.Defenisi Operasional ...16

3.3.Hasil Pengukuran ...17

3.4.Alat dan Bahan Penelitian ...17

3.5.Hipotesis ...17

BAB 4 METODE PENELITIAN ...18

4.1.Jenis Penelitian ...18

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ...18

4.2.1. Waktu Penelitian ...18

4.2.1. Tempat Penelitian ...18

4.3.Populasi dan Sampel ...18

4.3.1. Populasi Target ...18

4.3.2.Populasi Terjangkau ...18

4.3.3. Sampel Penelitian ...18

4.4.Teknik Pengumpulan Data ...19

4.5.Metode Pemeriksaan ...19

4.6.Pengolahan dan Analisis Data ...20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...21

5.1. Hasil Penelitian ...21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ...22

5.1.3. Distribusi Jenis Parasit yang Mengkontaminasi Pada Sayur ...23

5.1.4. Distrbusi Kontaminasi pada Sayuran Berdasarkan Pasar ... ...24

5.1.5. Distribusi Perlakuan pada Sayuran Berdasarkan Kontaminasi ...25

5.1.6. Distribusi Perbandingan Kontaminasi Sayur pada Pasar Tradisional dan Pasar Modern. ...26

(61)

viii

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...30

6.1. Kesimpulan ...30

6.2.Saran ...30

DAFTAR PUSTAKA ...31

(62)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Daur hidup Ascaris lumbricoides ...4

Gambar 2.2. Cacing Ascaris lumbricoides dewasa ...4

Gambar 2.3. Telur cacing Ascaris lumbricoides ...5

Gambar 2.4. Cacing Ancylostoma duodenale dewasa ...6

Gambar 2.5. Cacing Necator americanus dewasa ...6

Gambar 2.6. Telur Hookworm ...7

Gambar 2.7. Cacing Trichuris trichiura dewasa ...8

Gambar 2.9. Telur cacing Trichuris trichiura ...8

(63)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Pasar di Medan Kota 21

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Sayur Berdasarkan Jenisnya pada Sampel Penelitian

23

Tabel 5.3 Distribusi Hasil Uji Jenis Sayur Berdasarkan Jenis Parasit

23

Tabel 5.4 Distribusi Hasil Uji Pasar Berdasarkan Jenis Parasit 24 Tabel 5.5 Distribusi Kontaminasi pada Sayuran Berdasarkan

Pasar

24

Tabel 5.6 Distribusi Perlakuan pada Sayuran Berdasarkan Kontaminasi

25

Tabel 5.7 Distribusi Perbandingan Kontaminasi Sayur Berdasarkan Pasar

(64)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Data Induk

Lampiran 3 Output SPSS

Lampiran 4 Surat Ethical Clearance Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
Tabel 5.1 Daftar Pasar di Medan Kota
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Sayur Berdasarkan Jenisnya pada Sampel
Tabel 5.4 Distribusi Hasil Uji Pasar Berdasarkan Jenis Parasit
+7

Referensi

Dokumen terkait

KELOMPOK KERJA GURU (KKG) MADRASAH IBTIDAIYAH KECAMATAN GENUK KOTA

Figure 7 shows the heading of the UWB/IMU solution and the heading calculated from the UWB and GNSS positions6. Figure 8 shows the heading difference between the UWB/IMU and

Sahabat yang menemani Nabi Muhammad saw .hijrah ke kota Thaif adalah ….. Di kota Thaif Nabi Muhammad

The poses of both groups of vehicle cameras can be estimated especially when the vehicle is standing still during a test drive using the 3d points of the point clouds as

Menyembelih hewan ternak yang telah memenuhi syarat tertentu pada waktu yang telah ditetukan dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah

[r]

[r]

BKD menjabarkan indikator kinerja utama unit kerja ke dalam ukuran kinerja individu pegawai yang ada dalam sasaran kerja pegawai (SKP) (idem Tindak lanjut hasil