• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hasil Samping Kelapa Sawit Fermentasi Probiotik Lokal dan Cairan Rumen Dalam Ransum Pada Domba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hasil Samping Kelapa Sawit Fermentasi Probiotik Lokal dan Cairan Rumen Dalam Ransum Pada Domba"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pembuatan inokulum mikroba limbah sawit

Sumber: Yunilas, 2013

Aquadest 10 liter

Dicampur molasses/gula merah 0,5%=50 ml dan di strerilisasi

Dicampur dedak 2% (200 gr) yang sudah di strerilisasi

Isolat bakteri limbah sawit 10%=100ml

Dicampur sampai homogen

(2)

2. Pembuataninokulum mikroba rumen

Sumber: Yunilas, 2013

Aquadest 10 liter

Dicampur molases/gula merah 0,5%= 50 ml dan di strerilisasi

Dicampur dedak 2% (200 gr) yang sudah di strerilisasi

Isolat bakteri cairan rumen 10%=100 ml

Dicampur sampai homogen

(3)

3. Pembuatan fermentasi limbah sawit

Sumber: Yunilas, 2013

Pelepah sawit : BIS : lumpur sawit 40 : 30 : 30

Misal untuk 100 kg= 40kg:30kg:30kg

Diaduk merata campuran bahan

Diberikan inokulum 0,8% = 800ml dengan kelembaban 75%

Dimasukkan kekantong plastik

Di inkubasi ±6 hari

Dikeringkan di bawah matahari ±2 hari

(4)

4. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penyusum Ransum

Jenis Pakan BK PK SK LK KA Abu TDN

Pelepah+daun 92,21 5,08 36,11 4,71 7,79 12,05 65,74

BIS 90,63 19,28 16,84 11,66 9,37 4,31 81

Lumpur Sawit 84,53 4,89 18,17 18,43 15,47 13,9 79

B,kelapa 88,4 18,7 8,8 9,6 11,6 5,8 77,8

Bungkil Kedelai 88 41,3 8,63 15 8,72 2,6 83,2 R. Lapangan 27,91 10,62 23,02 11,606 10,726 9,509 64,149 TF 89,274 9,283 23,02 11,606 10,726 9,509 64,149

FS 92,55 12,8 20,69 4,85 7,45 16,85 62,04

FR 90,42 11,92 22,49 3,62 4,58 14,89 62,23

Dedak Halus 89,87 11,92 8,72 9,01 10,13 13,32 70

Molases 67,5 8 0,38 0,08 - - 81

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Pakan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

AOAC, 1990. Official Methods of Analysis of The AOAC.AOAC Inc, Arlington, Virginia.

Aritonang, D. 1984. Pengaruh Penggunaan bungkil Inti Sawit dalam Ransum Babi yang Sedang Tumbuh. Disertasi Doktor. Fakultas Pascasarjana, IPB- Bogor.

Batubara, L. 2002. Potensi Biologis Daun Kelapa Sawit sebagai Pakan Basal dalam Ransum Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional Teknologii Peternakan dan Veteriner. Bogor, 30 September- 1 Oktober 2002.P.135-138.

Batubara, L., S .P . Ginting, K. Simanihuruk, J . Sianipar dan A. Tarigan. 2003. Pemanfaatan limbah dan hasilikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransumkambing potong . Pros . Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner . Bogor, 29-30 Sept . 2003 .Puslibang Petremakan, Bogor . him. 106-109 .

Devendra, C. 1997. Utilization of feeding stufs from the Oil Palm. Malaysian Society of Animal Productions, Serdang, Malaysia.

Doloksaribu, M., L.P Batubara, E. Sembiring, J. Sirait dan A.D. Piton. 1995. Penampilan Produksi Domba Persilangan lokal Sumatera dan St. Croix di Lapangan jurnal Penelitian Peternakan Sungai Sei putih 1 (5):24-30.

Fharhandani, R. 2006. Pengaruh Pemberian Urea Molases Multinutrien Blok dan Suplemen Pakan Multinutrien Terhadap Kualitas Susu Sapi Perah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ginting, S.P., dan J. Elisabet. 2003. Teknologi oakan Berbahan dasar Hasil Sampingan Perkebunan kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional : Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003: P.129-136.

Hanafiah, A.H. 2000. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian Sriwijaya, Palembang.

(6)

Harris, LE. 1970. Nutrition Research Technique for Domestic and Wild animal. Vol 1. An International record System and Procedur for Analyzing Sample. Animal Science Departement. Utah State university, Logan, utah.

Mathius, I.W., D. Sitompul, B.P. Manurung dan Asmi. 2003. Produk Sampingan Tanaman dan Pengolahan Buah Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pakan dasr Pakan Komplit: Suatu Tinjauan Prosiding Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit- Sapi. Bengkulu, 9-10 September 2003. P.120-128. Maynard, L.A., J.K. Loosli, H.F Hintsz, and R.G. Warner. 1972. Animal

Nutrition. 7th. Ed. McGraw-Hill Book Co., New York, Toronto, London. NRC, 1995. Nutrient Requirtment of Domestic No. 2 Nutrient Requirtment of

Swine National academy of Washington DC.

Oshuji P.O., Nsahlai I V dan H. Khaili. 1993. Feed Evaluation. II CA Manual %. ILCA (International Livestock Center for Africa), Addis Ababa, Ethopia. Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Departement ilmu Pakan

Ternak. Fakultas Pertanian, IPB Bogor.

Paramita, W. L, Waluyo Edi S, A.B. Yulianto. 2008. Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik dalam Haylase PakanLengkap Ternak Sapi Peranakan Ongole. Media Kedokteran Hewan. Vol 24(No.1)

Purba, A. dan S.P. Ginting. 1997. Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Ternak Ruminansia. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 5 (2): 55-60.

Rahmawati, I. G. 2001. Evaluasi In VitroKombinasi Lamtoro Merah (Acacia villosa) dan Gamal (Gliricidia maculata) Untuk Meningkatkan Kualitas Pakan Pada Ternak Domba. Skripsi. Fakultas Peternakan. Insititut Pertanian Bogor, Bogor.

Sitompul, D. 2003. Desain Pembangunan kebun dengan Sistem Usaha Terpadu Ternak Sapi Bali. Prosiding Lokakarya nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu, 9-10 September 2003, P.81-88.

Sudaryanto, B. 1999. Peluang Penggunaan Daun Kelap Sawit Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2 Desember 1998, P.428-432.

Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(7)

. 1991.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah mada University Press, Yogyakarta. Tomaszzeweska, M.W., J.M. Mestika., A.D. Negara., S. Gardier dan T.R.

Wiradarya. 1993. Produksi kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surabaya.

Widyati, S.D., T. Sutardi., D. Sastradipradja dan A. Sudono. 1992. Penggunaan Lumpur Sawit Kering Sebagai Pengganti Dedak Padi Dalam Ransum Sapi Perah Laktasi. I.II. Pert. London, 2:89-95.

Zakaria, Y., C.I Novita dan Sumadi, 2013. Efektivitas Fermentasi dengan substrat yang berbeda terhadap Kualitas Jerami Padi. Agripet. 13 (1) : 23-24.

(8)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Jalan Prof. Dr. Sofyan No. 3 Universitas Sumatera. Penelitian ini telah berlangsung selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Domba yang digunakan yaitu domba Hair Sheepjantan sebanyak 15 ekor dengan rataan bobot badan awal 14 ± 1,5 Kg. Bahan pakan yang digunakan meliputi pelepah, daun kelapa sawit, bungkil inti sawit, lumpur sawit, bungkil kelapa,bungkil kedelai, dedak padi, molases, mineral, garam dan urea. Air minum yang diberi secara ad libitum serta obat-obatan berupa kalbazen (obat cacing) dan anti bloat (obat kembung) serta vitamin.

Alat

(9)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalaheksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu:

P0 = pakan kontrol (hasil samping industri kelapa sawit tanpa fermentasi) P1 = pakan fermentasi menggunakan isolat hasil limbah sawit (Bacillus BL Y1) P2 = pakan fermentasi menggunakan isolat rumen kerbau

Model matematika RAL adalah sebagai berikut:

Yij

= µ + σ

i +

Ԑ

ij

Dimana:

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke j

i = 1, 2, 3, 4, 5 (ulangan) j = 1, 2, 3 (perlakuan) µ = nilai tengah umum

σi = pengaruh perlakuan ke-i

Ԑij = efek galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke- j

Kombinasi untuk perlakuan dalam ulangan sebagai berikut:

P2U5 P0U5 P2U1

P2U3 P1U2 P0U5

P0U4 P1U5 P1U3

P2U2 P2U4 P1U4

(10)

Tabel 6. Formulasi ransum Domba

Nama Bahan P0 (%) P1 (%) P2 (%)

Limbah Industri Klp.sawit Tanp FermentasiLimbah Industri Klp.Sawit Fermenta I*

Limbah Industri Klp.Sawit Fermentasi II** Dedak padi Ket: Perbandingan Pelepah:BIS:Lumpur Sawit=4:3:3

* Fermentasi dengan isolat sawit ** Fermentasi dengan isolat rumen

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan pengapuran pada lantai dan dinding kandang sebelum proses pemeliharaan. Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprotkan dengan didesinfektan menggunakan rodalon (dosis 10ml/2,5 liter air).

Pengacakan Domba

(11)

Pemberian Pakan dan Minum

Pakan yang digunakan adalah pakan hasil limbah sawit segar dan hasil fermentasi. Demikian juga pemberian air minum diberikan secara ad libitum dimana air minum diganti setiap hari dan tempatnya dicuci bersih. Sisa pakan ditimbang untuk mengetahui jumlah konsumsi pakan ternak. Dilakukan adaptasi pakan selama 3 minggu.

Pemberian Obat-obatan

Sebelum dilakukan penelitian, ternak kambing terlebih daulu diberikan obat cacing kalbazen selama adaptasi untuk menghilangkan parasit dalam saluran pencernaan, sedangkan obat lainnya diberikan apabila ternak dalam keadaan sakit.

Metode Kecernaan

Periode Pendahuluan

Tahap pendahuluan meliputi pembersihan kandang pengamatan dari sisa pakan dan feses serta penimbangan bobot badan awal. Tahap adaptasi dilakukan selama 2 minggu (hari ke-1 s/d hari ke-14) meliputi adaptasi lingkungan, dan pakan (Oshuji et al., 1993).

Periode Koleksi

(12)

kantong feses pada ternak domba/kambing membutuhkan waktu dua hari untuk dapat beradaptasi (Suryana, 1997).

Oshuji et al., (1993) menyatakan pengumpulan total feses dilakukan setiap hari selama satu minggu dimana berat feses ditimbang setiap harinya. Adapun metodenya dengan cara sebagai berikut:

1. Dibersihkan kandang dari sisa pakan sebelum domba makan pada hari ke-15 2. Hari ke-15 dipasang fecal bag atau kantong feses yang ditempatkan di bagian

belakang ternak, tepat menutupi bagian anus dan ekor ternak untuk menampung feses dan dilakukan adaptasi selama 2 hari.

3. Hari ke-16 kosongkan fecal bag atau kantong feses.

4. Hari ke-17 s/d ke-23 diambil sampel feses dari fecal bag yang dilakukan setiap harinya setiap pukul 07.30 WIB dengan cara mengkoleksi total feses yang diekskresikan setiap hari (24 jam) kemudian ditampung dalam tempat penampungan (ember).

5. Ditimbang feses untuk mengetahui berat totalnya. 6. Dihomogenkan feses dengan cara diaduk hingga merata.

7. Diambil feses (10%) dari total feses setiap harinya dan dimasukkan ke dalam plastik, diikat dan diberi label sesuai perlakuan.

8. Disimpan feses dari setiap perlakuan didalam freezer seama kolekting.

9. Ditimbang bobot badan ternak setelah koleksi feses dan sebelum pemberian pakan pada hari ke-23

Periode koleksi sebagai berikut:

(13)

3. Dilakukan setiap hari penimbangan pakan selama penelitian berlangsung. 4. Diambil 10% dari total smpel pakan yang sisa dan disimpan dalam plastik

kemudian dimasukkan ke freezer.

Persiapan sampel untuk dianalisis di laboratorium. a. Sampel feses

1. Sampel feses untuk tiap perlakuan dan masing-masing ulangan dikeringkan dengan oven 600C selama 48 jam. Sampel kemudian digiling lalu diambil 2 g untuk dianalisis di laboratorium

2. Dilakukan analisis proksimat pada sampel feses di laboratorium untuk mengetahui bahan kering dan bahan organik dari feses tersebut.

־ Pengukuran bahan kering (AOAC, 1990)

Dimasukkan sampel feses setiap perlakuan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Bahan kering sampel kemudian diukur dengan rumus:

% bahan Kering (BK) = Berat sampel setelah pengeringan Berat sampel sebelum pengeringan

X 100%

Sedangkan % kadar air dapat dihitung = 100 - %BK

־ Pengukuran bahan organik (AOAC, 1990)

Dimasukkan sampel 2 g feses setiap perlakuan ke dalam tanur dengan suhu 6000 C selama 24 jam untuk mendapatkan kadar abu.

% kandungan abu = Berat abu Berat awal sampel

X 100%

(14)

b. Sampel pakan

1. Dihomogenkan sampel pakan harian yang diberikan dan diambil 20 g lalu dimasukkan ke dalam freezer.

2. Dilakukan analisis untuk mengetahui bahan kering dan bahan organik dari pakan. Metode analisis proksimat yang dilakukan sama dengan metode analisis proksimat seperti biasa.

Peubah yang diukur

1. Konsumsi pakan (Bahan Kering dan Bahan Organik (Harris, 1970)

Konsumsi bahan kering dan bahan organik diukur dengan mengalikan konsumsi ransum dengan bahan kering dan bahan organik yang diperoleh dari analisis di laboratorium. Periode pebgukuran diperoleh selama 1 minggu. Konsumsi bahan kering dan bahan organik dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

o Konsumsi BK (g/ekor/hari) = (pemberian pakan – sisa pakan) x % BK o Konsumsi BO (g/ekor/hari) = Konsumsi Bahan Kering (g) x % BO

2. Kecernaan Bahan Kering (KcBK) (Harris, 1970)

Konsumsi dan pengeluaran feses bahan kering diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama periode koleksi 1 minggu. Kecernaan bahan kering dapat dihitung dengan rumus :

KcBO = konsumsiBK (g) 100% (g))

BKFeses

-(g) BK (Konsumsi

(15)

3. Kecernaan Bahan Organik (KcBO) (Harris, 1970)

Konsumsi dan pengeluaran feses bahan organik diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama periode koleksi 1 minggu. Kecernaan bahan organik dapat dihitung berdasarkan rumus:

KcBO = konsumsiBO(g) 100% (g))

Feses BO -(g) BO (Konsumsi

x

Analisis Data

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAAN

Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi bahan kering dapat dihitung dengan cara menghitung selisih jumlah pakan yang diberi dengan pakan sisa yang dikonsumsi oleh domba berdasarkan kandungan bahan keringnya.

Tabel 7 Rataan konsumsi bahan kering (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5

P0 842.98 895.36 805.62 805.62 799.83 839.09± 38.73B

P1 895.16 987.69 1042.14 1091.05 943.58 991.92± 77.56A

P2 896.62 897.79 911.79 815.68 982.53 900.94± 59.30B

Ket. A →B= berpengaruh sangat nyata

Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan total konsumsi pakan dalam bahan kering yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 991.92 (g/ekor/hari), kemudian diikuti perlakuan P2 sebesar 900.94 (g/ekor/hari) dan perlakuan P0 sebesar 839.09 (g/ekor/hari).Hasil analisis sidik ragam menunjukan adanya perbedaan yang sangat nyata antar perlakukan (P<0.01).

(17)

Zakaria (2013) menyatakan keberhasilan proses fermentasi ditentukan oleh kemampuan dan kesanggupan mikroba beradaptasi dengan substrat untuk digunakan sebagai nutrisi pertumbuhan dan perkembangan mikroba.

Kandungan serat kasar dari perlakuan P1 (14,17%) yang difermentasikan dengan bakteri Bacillus YL B1 dan perlakuan P2 (15,07%) yang difermentasikan mikroba rumen sp. menjadi lebih rendah sehingga kualitas konsentrat menjadi lebih baik. Konsentrat yang palatabilitas pakan tinggi terdapat pada perlakuan P1, karena keseimbangan pakan serta serat kasar yang lebih rendah dari perlakuan P2 menjadikan tingkat konsumsi bahan kering pada perlakuan P1 semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan Fharhandani (2006) menambahkan bahwa serat kasar yang tinggi dapat mempengaruhi proses pencernaan dimana pakan yang mempunyai serat yang tinggi akan sulit untuk dicerna sehingga mempengaruhi konsumsi pakan dan ketersediaan nutrisi untuk ternak.

Konsumsi Bahan Organik

Data konsumsi pakan ternak domba yang dihitung dalam bentuk bahan organik.

Tabel 8 Rataan konsumsi bahan organik (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5

P0 784.91 829.51 749.22 749.78 785.74 779.83±33.04 B

P1 807.05 888.19 936.62 979.78 849.63 892.25±68.41 A

P2 809.45 808.50 821.18 734.61 885.63 811.87±53.65 B

Ket. A →B= berpengaruh sangat nyata

(18)

Hasil analisis sidik ragam menunjukan adanya perbedaan yang sangat nyata antar perlakukan (P<0.01).

Bahan organik merupakan bagian dari bahan kering. Sama halnya dengan perhitungan konsumsi bahan kering, perhitungan konsumsi bahan organik berdasarkan kandungan bahan organik ransum yang dikalikan dengan total konsumsi ransumnya, dilihat dari rataan konsumsi bahan organik ransum domba, konsumsi bahan organik ransum tertinggi diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 892.25 kg/ekor/hari. Hasil konsumsi bahan organik ransum tertinggi yang diperoleh dari perlakuan P1 ini sama dengan hasil konsumsi bahan keringnya yang juga menunjukan tingkat konsumsi bahan kering tertinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutardi (1980) yang menyatakan bahwa bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik merupakan bagian dari bahan kering.

Kecernaan Bahan Kering (KcBK)

Kecernaan bahan kering pakan pada domba jantan lokal dihitung dari selisih konsumsi bahan kering pakan yang dikurangi dengan feses domba (dalam bahan kering) yang dikeluarkan dibandingkan dengan konsumsi bahan kering. Tabel 9 Rataan kecernaan bahan kering (KcBK) (%)

PERLAKUAN Ulangan

RATAAN

1 2 3 4 5

P0 57.92 54.62 54.88 61.60 46.19 58.30 +3.67 B

P1 72.77 65.69 79.87 65.56 70.11 70.79 +5.92 A

P2 64.24 61.02 58.98 56.49 61.66 60.47 + 2.91B

Ket. A →B= berpengaruh sangat nyata

(19)

dan perlakuan P0 (konsentrat tanpa fermentasi) 58.30%.Hasil analisis sidik ragam menunjukan adanya perbedaan yang sangat nyata antar perlakukan (P<0.01).

Perbedaan nilai kecernaan bahan kering pada penelitian ini disebabkan oleh perbedaan kualitas pakan setiap perlakuan. Kandungan serat kasar perlakuan P1 (14,17 %) diketahui cenderung lebih rendah dibandingankan dengan perlakuan P2 (15,07%). Penambahan bakteri fermentasi yang menggunakanBacillus YL B1 dan mikroba rumen sp. berperan meningkatkan kandungan protein serta menurunkan kandungan serat kasar sehingga penyediaan energi (Suplai N) bagi mikroba dalam rumen dalam merombak pakan untuk menghasilkan nilai cerna yang berbeda. Diketahui bahwa bakteri Bacillus YL B1 dan mikroba rumen sp. mensekresi enzim selulase yang dapat mendegradasi serat kasar pada limbah sawit berupa selulosa dan hemiselulosa menghasilkan protein sel tunggal (PST), merupakan protein murni untuk meningkatkan kandungan protein pada limbah sawit. Jika diketahui pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi akan sulit dicerna ternak ruminansia untuk melakukan proses penyerapan energi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Batubara (2003) yang menyatakan bahwa pemanfaatan limbah sawit dapat dilakukan dengan memanfaatkan probiotik yang dapat menurukan kandungan serat kasar, sehingga meningkatkan daya cerna pakan.

Kecernaan Bahan Organik (KcBO)

(20)

Tabel 10. Rataan kecernaan bahan organik

PERLAKUAN Ulangan

RATAAN

1 2 3 4 5

P0 65.37 69.34 62.52 62.50 68.80 65.71 +3.29B

P1 76.69 70.37 83.34 70.25 74.38 75.01 +5.40A

P2 69.68 66.81 64.87 63.79 66.80 66.39 + 2.25B

Ket. A →B= berpengaruh sangat nyata

Tabel 10 menunjukan bahwa rataan kecernaan bahan organik tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 75.01%, dan kemudian diikuti perlakuan P2 sebesar 66.39%, lalu perlakuan P0 sebesar 65.71%. Hasil analisis sidik ragam menunjukan adanya perbedaan yang sangat nyata antar perlakukan (P<0.01).

Adanya perbedaan kecernaan bahan organik dalam penelitian ini diduga karena pada pakan perlakuan, dilakukan fermentasi dengan mikroba yang berbeda mencerna bahan organik menghasilkan kecernaan yang berbeda pula. Penurunan serat kasar dari perlakuan P1 dan P2 cenderung lebih rendah dibanding dengan perlakuan P0. Perlakuan P1 fermentasi dengan Bacillus YL B1 dan perlakuan P2 fermentasi dengan mikroba rumen sp. mampu mendegradasi kandungan serat kasar pada limbah sawit sehingga meningkatnya daya cerna terhadap bahan organik pakan. Rahmawati (2001) juga menambahkan Apabila kandungan serat kasar semakin tinggi maka bahan organik yang tercerna akan semakin rendah karena pencernaan serat kasar sangat tergantung pada kemampuan mikroba dalam rumen.

(21)
(22)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit fermentasi dengan probiotik Bacillus BL Y1 berpengaruh positif terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada domba hair sheep jantan.

Saran

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Domba Hair Sheep

Domba Sei Putih adalah bangsa domba yang diperoleh dari persilangan yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian ternak (SBPT) Sungei Putih Galang, Sumatera Utara bekerja sama dengan small Ruminant-Collaborative Research Support Program (SR-CRSP) sejak tahun 1986. Komposisi darahnya adalah 50% Barbados Blackbelly (Gatenby et al., 1995).

Berikut adalah tabel mengenai karateristik domba Sei Putih

Tabel 1. Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) Domba Sei Putih dan lokal Sumatera (Kg)

No Karateristik Sei Putih Sumatera

1

2

3

4

Bobot lahir (Kg) a. Jantan b. Betina

Bobot sapih: Umur 90 hari (Kg) a. Jantan

(24)

penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni. Pada domba sampai dengan umur 2,5 bulan, pertambahan absolut akan berjalan lambat. Umur 2,5 bulan sampai masa pubertas, terjadi kenaikan pertumbuhan yang sangat cepat dan saat domba mencapai pubertas, terjadi kembali perlambatan pertumbuhan dan kurva akan menjadi lebih landai pada saat mencapai titik belok atau inflection pubertal (Anggorodi, 1979).

Dalam pertumbuhan hewan tidak sempurna sekedar meningkatkan berat badannya, tetapi juga menyebabkan konformasi oleh perbedaan tingkat pertumbuhan komponen tubuh, dalam hal ini urat daging yang akan dikonsumsi manusia (Parakkasi, 1995).

Pakan Domba

Kebutuhan ternak akan dicerminkan oleh kebutuhan terhadap nutrisi, jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan hidupnya serta berat badannya. Jadi setiap ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Tomaszeweska et al., 1993). Tabel 2. Kebutuhan Harian Zat-Zat Makanan Ternak Domba

(25)

Potensi Hasil Samping Kelapa Sawit

Pelepah Sawit

Kendala utama yang dihadapi dalam pemanfaatan pelepah kelapa sawit sebagai pakan ternak adalah rendahnya protein kasar dan terikatnya serat kasar pada lignin, sehingga penggunaannya maksimal 50% dalam pakan untuk ternak domba. Menurut Purba et al., (1997) pelepah sawit diperoleh dari hasil pemangkasan pada saat panen ataupun pemangkasan yang dilakukan rutin 6 bulan sekali. Pelepah yang dihasilkan pada umumnya belum dimanfaatkan secara optimal sementara menurut Sitompul (2003) pelepah sawit merupakan sumber pakan bagi ternak untuk mensubsitusikan pakan hijauan. Selanjutnya menurut Purba et al., (1997) mengacu pada kandungan gizi dan nilai kecernaan pelepah sawit (48%), maka kontribusi energi pelepah sawit diperkirakan hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok sehingga untuk pertumbuhan, bunting dan laktasi diperlukan pakan tambahan sehingga kekurangan protein dan energi dapat terpenuhi.

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pelepah Sawit

Zat nutrisi Kandungan

Berat Kering Sumber: Ginting dan Elisabeth (2003)

Bungkil Inti Sawit

(26)

Kandungan zat nutrisi BIS bervariasi, terutama kandungan serat kasarnya bekisar 14,49% tetapi proteinnya cukup tinggi, sedangkan menurut Lubis (1980) serat kasarnya 24%. Variasi ini disebabkan oleh adanya perbedaan umur tanaman, teknik ekstraksi, daerah asal atau jenis kelapa sawit (Aritonang, 1984).

Tabel 4. Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit

Zat Nutrisi Kandungn (%)

Berat Kering Sumber : Ginting dan Elisabeth (2003)

Lumpur sawit

Lumpur sawit merupakan hasil dari perasan minyak sawit yang menghasilkan minyak kasar atau crude palm oil (CPO). Solid dapat mengganti seepenuhnya dedak padi dalam konsentrat, dan memberi pengaruh yang positif terhadap konsumsi ransum, kadar lemak susu dan efisiensi penggunaan energi dan protein (Widyati et al., 1992). Pada kambing dan domba penggunaan solid sebanyak 1% bobot badan mampu menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 50-60 g dengan nilai konversi pakan 17 (Handayni et al., 1987).

Tabel 5. Nilai Nutrisi Lumpur Sawit

Zat Nutrisi Kandungan (%)

(27)

Pencernaan Domba

Proses pencernaan pada ruminansia sangat komplek dan beberapa faktor saling mempengaruhi, sehingga mekanisme pencernaan terutama yang terjadi dalam rumen perlu diketahui untuk mengoptimalkan penggunaan nutrien. Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapaorgan yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan pakan dalam perjalanannya menuju tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut smpai ke anus. Disamping itu sistem pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluaran (ekskresi) dari bahan-bahan pakan yang tidak terserap atau tidak diserap kembali oleh tubuh (Parakkasi, 1985).

Konsumsi Pakan

Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula. Menurut Prihatma (2000) tinggi rendahnya konsumsi pakan padda ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri)

Kecernaan Bahan Pakan

(28)

bahwa kecernaan suatu pakan didefenisikan sebagai bagian dari pakan yang tidak di ekskresikan melalui feses dan diasumsikan bagian tersebut terserap oleh ternak.

Menurut Anggorodi (1994) umur ternak, kemampuan mikroba rumen mencapai pakan, jenis ternak, serta kondisi lingkungan seperti derajat keasaman (pH), suhu dan udara juga dapat menentukan nilai kecernaan dari suatu bahan pakan. Menurut Tillman et al., (1991) beberapa hal yang mempengaruhi daya cerna adalah konsumsi pakan. Pakan dengan kandungan nutrisi ydng lengkap dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan itu sendiri.

Serat kasar suatu bahan pakan merupakan komponen kimia yang besar pengaruhnya terhadap pencernaan. Kecernaan setiap pakan atau ransum dipengaruhi adanya spesies hewan, bentuk fisik pakan, komposisi bahan pakan, tingkat pemberian pakan, temperatur lingkungan (Tillman et al., 1984).

Kecernaan Bahan Kering

(29)

Kecernaan Bahan Organik

(30)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkebunan kelapa sawit sudah dikenalkan di Indonesia pada tahun 1848 yang pertama kali ditanam di Kebun raya Bogor (Corley,2003) dan merupakan tanaman tropik yang penting dan berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Perkembangan perkebunan kelapa sawit tiap tahunnya meluas dan menurut data Kementrian Pertanian (2013), luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkisar 8,91 jt Ha, yang mendominasi terdapat di Provinsi Riau berkisar 2,2 jt Ha, sedangkan di Sumatera Utara berkisar 1,240.934 Ha.

Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu perkebunan yang memiliki potensi yang dapat meningkatkan potensi bagi sektor peternakan salah satu caranya adalah dengan cara mengintegrasikan perkebunan kelapa sawit dengan peternakan khususnya ternak ruminansia dengan memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Sistem integrasi ini selain menguntungkan bagi pihak perkebunan, sistem integrasi ini juga menguntungkan bagi sektor peternakan.

(31)

Sebagai hasil sampingan kelapa sawit, hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas perlu dilakukan beberapa perlakuan. Menurut yang dikemukakan Sudaryanto (1999) ada empat macam perlakuan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas limbah sawit yaitu perlakuan fisik, kimia, fisik dan kimia, serta biologis. Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, perendaman, perebusan, dibuat pelet atau penjemuran/pengeringan yang bertujuan untuk menjadikan ukuran yang lebih kecil sehingga layak untuk dikonsumsi ternak. Perlakuan kimia yaitu menggunakan bahan kimia misalnya sodium hidroksida, kalium hidroksida, amonium hiroksida, urea, sodium bikarbonat, sodium klorida dan lain-lain. Perlakuan biologi dilakukan dengan menambah enzim, jamur, bakteri atau lainnya secara fermentasi. Penambahan probiotik diharapkan dapat memanipulasi fermentasi di rumen ataupun pencernaan dan penyerapan di ileum.

Mikroba lokal yang berasal dari limbah sawit dan cairan rumen dapat berpotensi sebagai sumber probiotik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan yang berasal dari limbah sawit. Hasil isolasi dan identifikasi yang diperoleh dari limbah sawit adalah isolat Bacillus YL B1 yang berpotensi mendegradasi lignoselulosa yang dapat digunakan sebagai inokulen fermentasi untuk pakan berserat tinggi (Yunilas et al., 2013).

(32)

Tujuan Penelitian

Menganalisis kecernaan bahan kering dan bahan organik hasil samping limbah kelapa sawit yang difermentassi dengan probiotik lokal dalam ransum pada domba hair sheep jantan

Hipotesis penelitian

Pemanfaatan hasil samping limbah sawit fermentasi dengan probiotik lokal dalam ransum berpengaruh positif terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada domba hair sheep jantan.

Kegunaan Penelitian

(33)

ABSTRAK

JERRY FORBES NAINGGOLAN, 2015 “Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hasil Samping Kelapa Sawit Fermentasi Dengan Probiotik lokal Dalam ransum Pada Domba” dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan YUNILAS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan fermentasi hasil samping industi kelapa sawit dengan probiotik lokal kecernaan domba. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara selama 3 bulan, dimulai bulan Oktober 2014 Desember 2014. Penelitian ini menggunakan 15 ekor domba dengan bobot awal 15.13±0.64kg dan rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri atas ransum P0=(tanpa fermentasi), P1=(fermentasi isolat hasil limbah sawit), P2= (fermentasi isolat asal cairan rumen kerbau).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan hasil samping industri kelapa sawit fermentasi dengan probiotik lokal memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap rataan kecernaan bahan kering (38.72 +8.88;62.91 +7.63; 58.33 + 3.75) dan rataan kecernaan bahan organik (60.01 +8.88; 74.38 +7.63;

73.53 + 3.75). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pemanfaatan hasil

samping industri kelapa sawit fermentasi dengan probiotik lokal yang terbaik adalah fermentasi dengan isolat hasil limbah sawit.

(34)

ABSTRACT

JERRY FORBES NAINGGOLAN, 2015 "Dry Material digestibility and Organic Materials Results Side Palm Oil Fermentation With local Probiotics In rations In Sheep" guided by MA'RUF TAFSIN and YUNILAS.

This study aims to determine the effect of the use of fermentation byproducts of palm oil industry, with local probiotic digestibility sheep. Research conducted at the Laboratory Animal Sciences Program of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Sumatra Utara for 3 months, starting in October 2014 to December 2014. This study used 15 sheeps with initial weight of 15:13 ± 0.64 kg and design used was completely randomized design ( RAL), which consists of 3 treatments and 5 replications. The treatments consisted of rations P0 = (unfermented), P1 = (fermentation isolate waste oil result), P2 = (fermentation isolate origin buffalo rumen fluid).

The results showed that feeding the palm oil industry byproduct of fermentation with local probiotic very real effect on dry matter intake (± 59 576 702.95; 866.37 ± 52 062; 698.46 ± 119.52), consumption of organic matter (78.50 ± 20.91; 112.71 ± 14.12; 78.23 ± 29.96) dry matter digestibility (38.72 + 8.88; 62.91 + 7.63; 58.33 + 3.75 ) and organic matter digestibility (60.01 + 8.88; 74.38 + 7.63; 73.53 + 3.75). The conclusion of this study is the use of palm oil industry byproduct of fermentation with local probiotic fermentation is best to isolate the results of waste oil.

(35)

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK

HASIL SAMPING KELAPA SAWIT FERMENTASI

PROBIOTIK LOKAL DAN CAIRAN RUMEN

DALAM RANSUM PADA DOMBA

SKRIPSI

Oleh:

JERRY FORBES NAINGGOLAN 100306021

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVESITAS SUMATERA UTARA

(36)

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK

HASIL SAMPING KELAPA SAWIT FERMENTASI

PROBIOTIK LOKAL DAN CAIRAN RUMEN

DALAM RANSUM PADA DOMBA

SKRIPSI

Oleh:

JERRY FORBES NAINGGOLAN 100306021

Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVESITAS SUMATERA UTARA

(37)

Judul Penelitian : Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hasil Samping Kelapa Sawit Fermentasi Probiotik Lokal dan Cairan Rumen Dalam Ransum Pada Domba

Nama : Jerry Forbes Nainggolan

NIM : 100306021

Program Studi : Peternakan

Tanggal Lulus :

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua

Ir. Yunilas, M.P Anggota

Mengetahui Ketua Program Studi

(38)

ABSTRAK

JERRY FORBES NAINGGOLAN, 2015 “Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hasil Samping Kelapa Sawit Fermentasi Dengan Probiotik lokal Dalam ransum Pada Domba” dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan YUNILAS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan fermentasi hasil samping industi kelapa sawit dengan probiotik lokal kecernaan domba. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara selama 3 bulan, dimulai bulan Oktober 2014 Desember 2014. Penelitian ini menggunakan 15 ekor domba dengan bobot awal 15.13±0.64kg dan rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri atas ransum P0=(tanpa fermentasi), P1=(fermentasi isolat hasil limbah sawit), P2= (fermentasi isolat asal cairan rumen kerbau).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan hasil samping industri kelapa sawit fermentasi dengan probiotik lokal memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap rataan kecernaan bahan kering (38.72 +8.88;62.91 +7.63; 58.33 + 3.75) dan rataan kecernaan bahan organik (60.01 +8.88; 74.38 +7.63;

73.53 + 3.75). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pemanfaatan hasil

samping industri kelapa sawit fermentasi dengan probiotik lokal yang terbaik adalah fermentasi dengan isolat hasil limbah sawit.

(39)

ABSTRACT

JERRY FORBES NAINGGOLAN, 2015 "Dry Material digestibility and Organic Materials Results Side Palm Oil Fermentation With local Probiotics In rations In Sheep" guided by MA'RUF TAFSIN and YUNILAS.

This study aims to determine the effect of the use of fermentation byproducts of palm oil industry, with local probiotic digestibility sheep. Research conducted at the Laboratory Animal Sciences Program of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Sumatra Utara for 3 months, starting in October 2014 to December 2014. This study used 15 sheeps with initial weight of 15:13 ± 0.64 kg and design used was completely randomized design ( RAL), which consists of 3 treatments and 5 replications. The treatments consisted of rations P0 = (unfermented), P1 = (fermentation isolate waste oil result), P2 = (fermentation isolate origin buffalo rumen fluid).

The results showed that feeding the palm oil industry byproduct of fermentation with local probiotic very real effect on dry matter intake (± 59 576 702.95; 866.37 ± 52 062; 698.46 ± 119.52), consumption of organic matter (78.50 ± 20.91; 112.71 ± 14.12; 78.23 ± 29.96) dry matter digestibility (38.72 + 8.88; 62.91 + 7.63; 58.33 + 3.75 ) and organic matter digestibility (60.01 + 8.88; 74.38 + 7.63; 73.53 + 3.75). The conclusion of this study is the use of palm oil industry byproduct of fermentation with local probiotic fermentation is best to isolate the results of waste oil.

(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulisdilahirkan di Lubuk Pakam, 3 Agustus 1992 anakdari ayah Baligas

Nainggolan,danibu Sophia Mestika Saragi.

Penulismerupakananakkeempatdariempatbersaudara.

Tahun 2010penulis lulus dari SMA Negeri 1 Lubuk Pakam danpadatahun yang samamasukkeFakultasPertanian USU melaluijalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulismemilih program studiPeternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), Aktif di Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).

PenulismelaksanakanPraktekKerjaLapangan (PKL) di Unit Pmbibitan

Ternak Daerah (UPTD) Siborongborong di

DesaSiaroKecamatanSiborongborongKabupatenTapanuli Utara dimulai tanggal 15 Juli sampai 24 Agustus 2013.Penulis melaksanakan

penelitiandiLaboratoriumBiologiTernak Program StudiPeternakanFakultasPertanian Jalan A. Sofyan No. 3 Universitas Sumatera

(41)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hasil Samping Industri Kelapa Sawit fermentasi dengan Probiotik Lokal Dalam Ransum Pada Domba”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis dan juga keluarga yang telah mendidik, memberi semangat dan dukungan moril kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(42)

DAFTAR ISI

... Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba Hair Sheep ... 4

Pakan Domba ... 5

Pelepah Sawit ... 6

Bungkil Inti Sawit ... 6

Lumpur Sawit... ... 7

Pencernaan Domba... ... 8

Kecernaan Bahan Pakan ... 8

Kecernaan Bahan Kering... ... 9

Kecernaan Bahan Organik... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

(43)

Bahan ... 11

Alat ... 11

Metode Penelitian ... 12

Pelaksanaan Penelitian... ... 13

Persiapan Kandang dan Peralatan... ... 13

Pengacakan Domba... ... 13

Pemberian Pakan dan Air Minum... ... 14

Pemberiaan Obat obatan ... 14

Metode Kecernaan... ... 14

Periode Pendahuluan ... 14

Periode Koleksi ... 14

Peubah yang diukur... ... 17

Konsumsi Pakan ... 17

Kecernaan Bahan Kering... 17

Kecernaan Bahan Organik ... 18

Analisis Data ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering ... ... 19

Konsumsi Bahan Organik ... 20

Kecernaan Bahan Kering ... 21

Kecernaan Bahan Organik ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25

Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA

(44)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1.Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) Domba Sei Putih

dan lokal Sumatera (kg) ... 4

2. Kebutuhan harian zat-zat pakan untuk ternak domba ... 5

3. Kandungan Nutrisi Pelepah Sawit ... 6

4. Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit ... 7

5. Nilai Nutrisi Lumpur Sawit ... 7

6. Formulasi Ransum Domba ... 13

7. Rataan konsumsi Bahan Kering ... 19

8. Rataan Konsumsi Bahan Organik ... 20

9. Rataan Kecernaan Bahan Kering ... 21

Gambar

Tabel 6. Formulasi ransum Domba
Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan total konsumsi pakan dalam bahan
Tabel 8 Rataan konsumsi bahan organik (g/ekor/hari)
Tabel 9 Rataan kecernaan bahan kering (KcBK) (%)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda

Sehubungan dengan proses pelaksanaan Pemilihan Langsung Pekerjaan Pengawasan Pembangunan Asrama Haji Transit Provinsi Papua, kami bermaksud melaksanakan Pembuktian

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

Capaian Program Meningkatnya Kualitas Pelaporan Kinerja dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Daerah Yang Transparan, Terukur, Tepat Waktu dan Akuntabel. 1 Dokumen Lakip,

The more dense the data gets, the Storage size for the captured Amount of data increases extremely causing delays in processing and creating deliverables as well as the

An academically effective school is distinguished by its culture: a structure, process, and climate of values and. culture: a structure, process, and climate of

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

Capaian Program Meningkatnya Kualitas Pelaporan Kinerja dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Daerah yang Transparan, Terukur, Tepat Waktu dan Akuntabel. 1 Dokumen,