Lampiran 1. Hasil Pengolahan SPSS Reliabilitas Penganggaran Partisipasian Scale: ALL VARIABLES
Ite m S tati stics
,80 ,407 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,73 ,450 30
,73 ,450 30
,73 ,450 30
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Mean St d. Deviation N
Ite m-Tota l Sta tisti cs
3,60 3,007 ,518 ,821
3,77 2,599 ,674 ,789
3,63 3,068 ,432 ,837
3,67 2,644 ,723 ,779
3,67 2,644 ,723 ,779
3,67 2,851 ,560 ,814
p1 p2 p3 p4 p5 p6
Sc ale Mean if Item Deleted Sc ale Variance if Item Deleted Correc ted Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Scale Sta tisti cs
4,40 3,903 1,976 6
Mean Variance St d. Deviation N of Items Reliability Statistics
,805 6
Cronbach's
Alpha N of Items
Case Processing Summary
30 100,0 0 ,0 30 100,0 Valid Excludeda Total Cases N %
Motivasi Pegawai Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Ca se P rocessing Sum ma ry
30 100,0
0 ,0
30 100,0
Valid Ex cludeda
Total Cases
N %
Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. a.
Reliability Statistics
,880 29
Cronbach's
Item Statistics
,87 ,346 30
,80 ,407 30
,77 ,430 30
,70 ,466 30
,70 ,466 30
,70 ,466 30
,77 ,430 30
,83 ,379 30
,67 ,479 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,70 ,466 30
,80 ,407 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,80 ,407 30
,73 ,450 30
,80 ,407 30
,73 ,450 30
,67 ,479 30
,73 ,450 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
,77 ,430 30
,87 ,346 30
m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m10 m11 m12 m13 m14 m15 m16 m17 m18 m19 m20 m21 m22 m23 m24 m25 m26 m27 m28 m29
Item-Total Statistics
20,67 66,713 ,472 ,952
20,73 66,340 ,452 ,952
20,77 64,047 ,765 ,949
20,83 64,902 ,583 ,951
20,83 64,902 ,583 ,951
20,83 66,420 ,377 ,953
20,77 66,461 ,407 ,952
20,70 65,528 ,624 ,951
20,87 65,154 ,532 ,951
20,77 64,530 ,692 ,950
20,90 63,748 ,704 ,950
20,77 64,047 ,765 ,949
20,83 65,523 ,498 ,952
20,73 64,754 ,699 ,950
20,77 64,530 ,692 ,950
20,90 63,748 ,704 ,950
20,77 64,047 ,765 ,949
20,73 66,202 ,473 ,952
20,80 65,476 ,525 ,951
20,73 65,513 ,580 ,951
20,80 63,614 ,792 ,949
20,87 65,292 ,513 ,952
20,80 63,614 ,792 ,949
20,77 64,047 ,765 ,949
20,90 63,748 ,704 ,950
20,77 64,530 ,692 ,950
20,90 63,748 ,704 ,950
20,77 64,047 ,765 ,949
20,67 66,851 ,447 ,952
m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m10 m11 m12 m13 m14 m15 m16 m17 m18 m19 m20 m21 m22 m23 m24 m25 m26 m27 m28 m29
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
Scale Sta tisti cs
21,53 69,499 8,337 29
Reliabilitas Kinerja SKPD Scale: ALL VARIABLES
Ca se P rocessing Sum ma ry
30 100,0
0 ,0
30 100,0 Valid
Ex cludeda
Total Cases
N %
Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. a.
Reliability Statistics
,913 9
Cronbach's
Alpha N of Items
Ite m S tati stics
,67 ,479 30
,73 ,450 30
,70 ,466 30
,67 ,479 30
,70 ,466 30
,70 ,466 30
,80 ,407 30
,77 ,430 30
,63 ,490 30
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9
Mean St d. Deviation N
Item-Total Statistics
5,70 8,562 ,467 ,919
5,63 7,964 ,762 ,899
5,67 7,747 ,824 ,894
5,70 7,597 ,861 ,891
5,67 7,885 ,764 ,898
5,67 7,747 ,824 ,894
5,57 8,530 ,592 ,910
5,60 8,386 ,614 ,909
5,73 8,202 ,591 ,911
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
Scale Sta tisti cs
6,37 10,102 3,178 9
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y X1 X2
N 75 75 75
Normal Parametersa,,b Mean 449.95 300.00 1499.88 Std. Deviation 57.361 43.070 147.762
Most Extreme Differences Absolute .085 .109 .083
Positive .066 .109 .053
Negative -.085 -.064 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .734 .940 .713
Asymp. Sig. (2-tailed) .654 .339 .689
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .034
X1 689 .152 449 4.537 .000 .750 1.555
X2 .340 .109 307 3.128 .002 .750 1.555
a. Dependent Variable: Kinerja SKPD
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .683a .468 .454 1.47837
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .036
X1 .689 .152 .449 4.537 .000
X2 .340 .109 .307 3.128 .002
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Khairul M., 2008. “Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Motivasi terhadap
Kinerja Manejerial pada PT. Siantar Top Tbk. Cabang Medan”, Skripsi
Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Garrison, Ray H. dan eric W.Noreen, 2000. Akuntansi Manajemen, Edisi Bahasa
Indonesia, Buku 1, Terjemahan Budi Santoso, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Djalil, Muslim A., dan Fazli Syam, 2006. “Pengaruh Orientasi Profesional terhadap Konflik Peran: Interaksi Antara Partisipasi Anggran dan Penggunaan Anggaran sebagai Alat Ukur Kinerja dengan OrientasiManajerial (Suatu Penelitian Empiris pada Pengaruh Tinggi Negeri dan Swasta di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam)”, Simposium Nasional Akuntansi LX Padang,
23-26 Agustus 2006
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Edisi I, Cetakan Pertama, Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bronell, P. and McInnes, M. 1986. “Budgetary Participation, motivation, and
manajerial performance”. The Accounting Review, Vol. 61, No. 4
Deliana, 2004. Pengaruh Partisipasi Anggran terhadap Kinerja Manajerial dan
Kepuasan Kerja dengan gaya Kepemimpinan dan Persepsi Ketidakpastian Lingkungan sebagai Variabel Moderator, tesis Magister Akuntansi universitas Sumatera Utara.
Herminingsih. 2009. Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran dan Peran
Manajerial Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Demak). Tesis Akutansi Universitas Diponegoro. Semarang
Falikhatun, 2007, Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dam Group
Cohesiveness dalam Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary Slack, Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar
Ikhsan, Arfan, Muhammad Ishak, 2005. Akuntansi Keprilakuan, Edisi 1, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku
Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi,
Kumorotomo, Wahyudi dan Erwan Agus Purwanto, 2005. Anggaran Berbasis
Kinerja, Konsep dan Aplikasinya, Edisi 1, Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mahoney, T.A.,T.H. Jerdee & s.J Karrol. 1963. Development of Manajerial
Performance : A Research Approach Cincinatti: South Western Publishing.
Luthas, fred, 2006. Perilaku Organisasi, Edisi 10, Terjemahan Vivin Andhika Yuwono, Shekar Purwanti, Th. Arie Prabawati, dan Winong Rosari, ANDI, Yogyakarta.
Lesmana, D., 2011. Pengaruh Penganggaran Partisipatif, Sistem Pengukuran
Kinerja dan Kompensasi Insentif terhadap Kinerja Manajerial Perguruan Tinggi Swasta di Palembang. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akutansi. Vol. 1 No. 3
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Public, Edisi Pertama, ANDI, Yogyakarta.
---, 2004. Otonomi & Managemen Keuangan Daerah, Edisi Pertama, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Milani. 1975. “The Relationship of Participation in Budget Setting to Industrial Supervior Performance and Attitudes: A Field Study”, Accounting Review , April P.274-284
Nafarin, M, 2004. Penganggaran Perusahaan, Edisi Pertama, Salemba Empat,
Jakarta.
Nasution, R., 2009. “Pengaruh partisipasi anggaran terhadap prestasi manajer pusat pertanggungjawaban dengan motivasi sebagai variabel mediating”. Jurnal tidak dipublikasikan. Faculty of Economic, University of Sumatra Utara.
Nordiawan, Deddy, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Sinambela, Elizar, 2003, Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial, Tesis S2 Program Pasca sarjana Universitas Sumatra Utara, Medan
Ompusunggu, K.B. dan I.R. Bawono. 2007. “Pengaruh Partisipasi Anggaran dan
Job Relevant Information (JRI) terhadap Informasi Asimetris”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol. 08, No. 01, Februari 2007
Nurcahyani, K., 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi Sebagai variabel Interventing. Skripsi fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang
Oktavia, Diyah, 2009. “ Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi
terhadap Kinerja manejerial pada PT. POS INDONESIA (Persero) Medan”,
Skripsi Akuntansi , Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Pramestyaningtyas, Arisa Hayu, 2011. “Pengaruh Partisipasi anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening”(Studi Kasus Pada 15 Perusahaan di Kota Semarang), Skripsi Akuntasi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Refikha, Essy. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi
terhadap Kinerja SKPD pada Pemerinta Kota Binjai. Skripsi Akuntansi
Universitas Sumatera Utara
Republic Indonesia, 2003. Undang-undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara.
---, 2006. Keputusan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
---, 2007. Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan Nomor 23
Tahun 2007 Tentang APBD Tahun Anggaran 2008.
Riyadi, S. 2000. “Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manejerial”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 3, No. 2, Hal 134-150.
Riharjo, Ikhsan Budi, 2001, Pengaruh Struktur Organisasional dan Locus of Control terhadap Hubungan antara Penganggaran Partisipatif dengan Kinerja Manajerial dan Kepuasan Kerja, Tesis S2 Program Pasca sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Robbins, Stephen P., 2002. Perilaku Organisasi, Edisi Kedelapan, Buku 1 dan 2 Terjemahan Halida dan Dewi, Erlangga, Jakarta.
---, 2006. Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Buku 1dan 2 Terjemahan Halida dan Dewi, Indeks, Jakarta.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Kesepuluh, Cetakan Kesepuluh, CV. Alfabeta, Bandung.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Sejarah Singkat Pemerintah Kabupaten Asahan
Asahan adalah sebuah daerah (kabupaten) dalam wilayah (Provinsi) Sumatera
Utara. Pusat pentadbiran Kabupaten Asahan adalah Tanjung Balai yang berjarak ±
130 KM dari Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara.
Sampai tahun 1946, Asahan merupakan salah satu Kesultanan Melayu yang struktur
kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur negeri-negeri Melayu di Semenanjung
Malaka pada masa itu. Namun pada tahun 1946, sistem kerajaan di Asahan telah
digulingkan oleh sebuah pergerakan anti kaum bangsawan dalam sebuah revolusi
berdarah yang dikenal sebagai Revolusi Sosial. Kesultanan-kesultanan yang ada di
Sumatera Timur seperti Deli, Langkat, Serdang, Kualuh, Bilah, Panai dan Kota
Pinang juga mengalami nasip serupa.
Sejarah awal asahan dimulai ketika Perjalanan Sultan Aceh “Sultan Iskandar
Muda” ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari
Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda
beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan ASAHAN.
Perjalanan dilanjutkan ke sebuah “Tanjung” yang merupakan pertemuan antara
sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di
tempat itu juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai “Balai”
Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari
Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan “Tanjung Balai”.
Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja
Simargolang lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal
bakal dari kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I.
Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan
Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan
oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil
lainnya. Tanggal 22 September 1865, kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda.
Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda.
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh
seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30
September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang
berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi
3 (tiga) yaitu:
1. Onder Afdeling Batu Bara
2. Onder Afdeling Asahan
3. Onder Afdeling Labuhan Batu.
Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara
tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya.
Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik yaitu:
2. Distrik Kisaran.
3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge.
Sedangkan wilayah pemerintahan Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah
Self Bestuur yaitu:
1. Self Bestuur Indrapura
2. Self Bestuur Lima Puluh
3. Self Bestuur Pesisir
4. Self Bestuur Suku Dua ( Bogak dan Lima Laras ).
Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13 Maret 1942),
sejak saat itu Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan Pemerintahan
Belanda. Pemerintahan Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan
struktur pemerintahan Belanda yaitu Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu
Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di bagi menjadi Distrik yaitu Distrik
Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.
Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan 17 Agustus
1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan
perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU Nomor 1
Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada bulan
September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang di pegang oleh Jepang sudah tidak
ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara
masih tetap ada. Tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur pemerintahan Republik
kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah, sedangkan wilayah
Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan, yaitu.
1. Kewedanan Tanjung Balai
2. Kewedanan Kisaran
3. Kewedanan Batubara Utara
4. Kewedanan Batubara Selatan
5. Kewedanan Bandar Pulau.
Kemudian setiap tahun tanggal 15 Maret diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten
Asahan.
Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan
Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, yaitu:
1. Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan
2. Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Bupati
3. Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Patih
4. Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas ) Wilayah Kecamatan terdiri dari:
a. Kewedanan Tanjung Balai dibagi atas 4 (empat) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Tanjung Balai
Kecamatan Air Joman
Kecamatan Simpang Empat
Kecamatan Sei Kepayang
b. Kewedanan Kisaran dibagi atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Kisaran
Kecamatan Buntu Pane
c. Kewedanan Batubara Utara terdiri atas 2 (dua) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Medang Deras
Kecamatan Air Putih
d. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu:
Kecamatan Talawi
Kecamatan Tanjung Tiram
Kecamatan Lima Puluh
e. Kewedanan Bandar Pulau terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Bandar Pulau
Kecamatan Pulau Rakyat
Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.
Berdasarkan keputusan DPRD-GR Tk. II Asahan No. 3/DPR-GR/1963
Tanggal 16 Pebruari 1963 diusulkan ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari
Kotamadya Tanjung Balai ke kota Kisaran dengan alasan supaya Kotamadya Tanjung
Balai lebih dapat mengembangkan diri dan juga letak Kota Kisaran lebih strategis
untuk wilayah Asahan. Hal ini baru teralisasi pada tanggal 20 Mei 1968 yang
diperkuat dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1980, Lembaran Negara
Tahun 1980 Nomor 28, Tambahan Negara Nomor 3166.
Pada tahun 1982, Kota Kisaran ditetapkan menjadi Kota Administratif
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1982, Lembaran Negara Nomor
tanggal 27 Januari 1986 dibentuk Wilayah Kerja Pembantu Bupati Asahan dengan 3
(tiga) wilayah Pembantu Asahan, yaitu :
1. Pembantu Bupati Wilayah-I berkedudukan di Lima Puluh meliputi :
a. Kecamatan Medang Deras
b. Kecamatan Air Putih
c. Kecamatan Lima Puluh
d. Kecamatan Talawi
e. Kecamatan Tanjung Tiram
2. Pembantu Bupati Wilayah-II berkedudukan di Air Joman meliputi :
a. Kecamatan Air Joman
b. Kecamatqan Meranti
c. Kecamatan Tanjung Balai
d. Kecamatan Simpang Empat
e. Kecamatan Sei Kepayang
3. Pembantu Bupati Wilayah-III berkedudukan di Buntu Pane meliputi:
a. Kecamatan Buntu Pane
b. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
c. Kecamatan Air Batu
d. Kecamatan Pulau Rakyat
e. Kecamatan Bandar Pulau
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 1981 dan
Pembentukan, Penyatuan, Pemecahan dan Penghapusan Desa di Daerah Tingkat II
Asahan telah dibentuk 40 ( empat puluh) Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan
sebanyak 15 (lima belas) yang tersebar dibeberapa Kecamatan, yang peresmian
pendefinitifan-nya dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera
Utara pada tanggal 20 Pebruari 1997, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 146/2622/SK/Tahun 1996 tanggal 7
Agustus 1996.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara
Nomor 138/ 814.K/Tahun 1993 tanggal 5 Maret 1993 telah dibentuk Perwakilan
Kecamatan di 3 (tiga) Kecamatan, masingmasing sebagai berikut :
1. Perwakilan Kecamatan Sei Suka di Kecamatan Air Putih
2. Perwakilan Kecamatan Sei Balai di Kecamatan Tanjung Tiram
3. Perwakilan Kecamatan Aek Kuasan di Kecamatan Pulau Rakyat.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Asahan no. 323 tanggal 20 September
2000 dan Peraturan Daerah Kabupaten Asahan no. 28 tanggal 19 September 2000
telah menetapkan tiga kecamatan perwakilan yaitu Kecamatan Sei Suka, Aek Kuasan
dan Sei Balai menjadi kecamatan yang Definitif. Kemudian berdasarkan Peraturan
Bupati Asahan Nomor 9 Tahun 2006 tanggal 30 Oktober 2006 dibentuk 5 (lima ) desa
baru hasil pemekaran yaitu :
- Desa Tomuan Holbung, pemekaran dari desa Huta Padang, Kec. BP Mandoge
- Desa Mekar Sari, pemekaran dari desa Pulau Rakyat Tua, Kec. Pulau Rakyat
- Desa Sipaku Area, pemekaran dari desa Simpang Empat, kec. Simpang Empat
- Desa Suka Ramai, pemekaran dari desa Limau Sundai, kec. Air Putih.
Pada pertengahan tahun 2007 berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun
2007 tanggal 15 Juni 2007 tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara, Kabupaten
Asahan dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara. Wilayah
Asahan terdiri atas 13 kecamatan sedangkan Batu Bara 7 kecamatan. Tanggal 15 Juni
2007 juga dikeluarkan keputusan Bupati Asahan Nomor 196-Pem/2007 mengenai
penetapan Desa Air Putih, Suka Makmur dan Desa Gajah masuk dalam wilayah
Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Sebelumnya ketiga desa tersebut masuk
dalam wilayah kecamatan Sei Balai Kabupaten BatuBara, namun mereka memilih
bergabung dengan Kabupaten Asahan.
4.1.2. Visi dan Misi Kabupaten Asahan VISI KABUPATEN ASAHAN :
“Terwujudnya Asahan yang Religius, Sehat, Cerdas, dan Mandiri”
MISI KABUPATEN ASAHAN :
1. Menata dan mengelola pemerintahan yang amanah, bersih, dan berwibawa
secara akuntabel dan transparan dengan berorientasi pada pelayanan prima
untuk mendorong percepatan pembangunan.
2. Mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam
mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya
Alam (SDA) secara optimal berbasis keimanan dan ketaqwaan (imtaq) kepada
3. Meningkatkan pembangunan kesehatan, infrastruktur, sarana dan prasarana
lainnya secara merata dalam rangka mendorong terwujudnya masyarakat yang
sehat dan mandiri
4. Mengembangkan pola pembangunan yang partisipatif, proaktif, kreatif dan
inovatif dengan menjadikan masyarakat yang cerdas sebagai basis utama
pelaku pembangunan di tengah kompetisi global
5. Mengelola kemajemukan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai budaya
dan memelihara kearifan lokal, guna mendukung proses pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
6. Mendorong terciptanya penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
untuk menciptakan keamanan, ketertiban, dan keadilan bagi masyarakat.
4.1.3. Keadaan Geografis
Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai
Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2003’00”-
3026’00" Lintang Utara, 99001-100000 Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 1.000 m di
atas permukaan laut. Kabupaten Asahan menempati area seluas 371.945 Ha yang
terdiri dari 25 Kecamatan, 176 Desa/Kelurahan Definitif. Wilayah Kabupaten Asahan
di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara, di sebelah Selatan dengan
Kabupaten Labuhan Batu dan Toba Samosir, di sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera
Utara, Kabupaten Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua
biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada
bulan terjadinya musim.
Menurut catatan Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun Sei Dadap, pada tahun
2007 terdapat 132 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 2.150 mm. Curah
hujan terbesar terjadi pada bulan September yaitu 342 mm dengan hari hujan
sebanyak 12 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Maret
sebesar 8 mm dengan hari 3 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2007 mencapai 179,17
mm/bulan.
Wilayah pesisir Asahan pada umumnya datar dengan kemiringan lereng 0 –
3%. Pada daerah berbukit di sebelah Barat Daya, umumnya merupakan wilayah
bergelombang dengan kemiringan 3 – 8 %. Dataran pesisir Asahan merupakan
dataran rendah dengan elevasi 0 – 200 m. Pesisir pantai terdapat di Timur Laut,
sementara wilayah Barat Daya merupakan tempat titik-titik tertingginya, sehingga
wilayah tersebut melereng dari Barat Daya ke Timur Laut.
Pada wilayah Kecamatan Bandar Pasir Mandoge terdapat Dk. Haboko yang
merupakan pegunungan memanjang dari Selatan ke Utara yang memiliki lereng
terjal, sementara di sebelah Barat Daya juga terdapat kelurusan gunung dengan arah
yang sama dengan tebing terjal juga (wilayah pada Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
yang bukan merupakan pesisir Asahan). Sementara diantara pegunungan dan Dk.
Haboko merupakan wilayah dataran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa daerah
tersebut mempunyai struktur lipatan dengan lapisan-lapisan batuan keras dan lunak.
Wilayah pesisir Asahan merupakan dataran yang sering mengalami banjir,
jenis dataran, antara lain: dataran pantai, dataran banjir, dataran rawa, dataran tanah
bencah dan delta. Banjir yang sering terjadi juga menyebabkan suburnya wilayah ini
karena endapan aluvial yang terbawa banjir ke dataran. Karena itu banyak wilayah
yang dimanfaatkan sebagai daerah perkebunan besar di kawasan ini.
Dataran pantai merupakan dataran yang dibentuk oleh wilayah laut yang
muncul ke darat. Dataran ini membentuk pantai yang landai yang makin lama makin
meninggi. Sebagian pantai merupakan rawa dan tanah bencah, karena sering terjadi
pasang di wilayah tersebut yang menyebabkan tanah berair dan membentuk rawa.
Dataran rawa juga terbentuk di muara-muara sungai, di daerah pertemuan sungai dan
penyempitan sungai.
Perbukitan di wilayah pesisir Asahan tidak banyak dijumpai. Daerah berbukit
terdapat di bagian Barat Daya, yaitu Kecamatan Bandar Pasir Mandoge dan
Kecamatan Bandar Pulau. Ketinggiannya hanya mencapai ± 200 m. Bukit tersebut
memiliki lereng yang landai, kecuali Dk. Haboko yang merupakan bukit memanjang
dan memiliki lereng yang terjal dengan kemiringan 30 – 50%. Secara umum
bukit-bukit tidak memperlihatkan pola yang teratur, karena merupakan bukit-bukit-bukit-bukit tua yang
sudah dikikis arus sungai. Kikisan arus sungai tersebut membentuk bukit-bukit kecil
berlereng landai yang tidak berpola.
Wilayah pesisir Asahan merupakan pesisir di laut pedalaman, berbatasan
dengan Selat Malaka. Arus laut mengalir di sepanjang pantai dari Utara ke Selatan
atau sebaliknya, bukan merupakan arus yang tegak lurus pantai. Karena itu, daya
landai dan sungai-sungai tua yang lebar menunjukkan bahwa wilayah Asahan sangat
dipengaruhi oleh pengikisan dan pengendapan aliran sungai dibanding arus laut.
Pada umumnya sungai yang terdapat di wilayah pesisir Asahan mempunyai
pola dendritik. Hal ini disebabkan oleh bentuk wilayahnya yang melereng dari arah
Barat Daya ke Timur Laut. Sungai-sungai muda terdapat di bagian Barat Laut yang
mengalir seperti cabang-cabang pohon ke induk sungainya. Induk-induk sungai
tersebut mengalami proses pengikisan dan pengendapan dan beralih menjadi sungai
dewasa dan tua di sebelah Timur Laut. Hampir semua induk-induk sungai tersebut
mengalir ke Sungai Asahan yang merupakan sungai tua di bagian Timur Laut.
Sungai Asahan merupakan sungai terbesar di wilayah pesisir Asahan. Sungai
ini memiliki meanders besar, banyak endapan di tengah sungai, hampir tanpa
kecepatan, gradien kecil, dan lembah sungai yang lebar, yaitu sampai ± 1 km di
daerah muaranya. Sungai ini sering mengakibatkan banjir karena mengalir di daerah
datar dan memiliki banyak pertemuan dengan sungai dewasa dan sungai tua lain yang
mengalir sebagai anak sungainya, sehingga membentuk delta sungai yang merupakan
dataran banjir dan rawa di wilayah pertemuan sungai tersebut dengan laut.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Deskriptif a. Partisipasi Anggaran
Pada Tabel 4.1 berikut ini akan ditampilkan distribusi jawaban
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Partisipasi penyusunan anggaran (X1)
No Item n Minimum Maximum Rata-Rata SD
1 75 1 6 2,28 1,112
2 75 1 5 2,09 1,025
3 75 1 6 2,31 1,139
4 75 1 5 2,24 1,046
5 75 1 5 2,01 1,095
6 75 1 7 2,39 1,402
Sumber : Data Primer diolah Peneliti 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa.
1. Berdasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa
besar unsur keterlibatan pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan
dalam proses penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban
tertinggi adalah 6, dengan rata-rata 2,28, bahwa para pegawai menunjukkan
keterlibatan yang tinggi dalam mengikuti penyusunan anggaran
2. Berdasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa
besar masuk akal alasan pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan
dalam melakukan revisi anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban
tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 2,09, bahwa para pegawai menunjukkan
keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran.
3. Berdasarkan Tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa
sering pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan memberikan usulan
kepada atasan. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 6, dengan
rata-rata 2,31. Ini menunjukkan bahwa para pegawai menunjukkan
4. Bedasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa
banyak pengaruh pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam
penyelesaian akhir. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 5,
dengan rata-rata 2,24. Ini menunjukkan bahwa para pegawai menunjukkan
keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran.
5. Berdasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa
unsur kontribusi pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan dalam
proses penyusunan anggaran. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi
adalah 5, dengan rata-rata 2,01. Ini menunjukkan bahwa para pegawai
menunjukkan keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran.
6. Berdasarkan tabel diatas, dari 75 responden yang berkaitan dengan seberapa
sering para pejabat SKPD di pemerintah Kabupaten Asahan meminta
pendapat dari atasan. Jawaban terendah adalah 1, jawaban tertinggi adalah 7,
dengan rata-rata 2,39. Ini menunjukkan bahwa para pegawai menunjukkan
keterlibatan yang tinggi terhadap penyusunan anggaran
b. Motivasi Pegawai (X2)
Pada Tabel 4.2 berikut ini akan ditampilkan distribusi jawaban responden
terhadap menyajikan variabel Motivasi Pegawai (X2).
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Motivasi Pegawai (X2)
Indikator Item n Minimum Maximum
Rata-Rata
SD
Prestasi Pertanyaan1 75 3 7 6,40 0,818
Kerja Pertanyaan2 75 3 7 6,09 0,900
Pertanyaan4 75 2 7 6,46 0,841
Pertanyaan5 75 2 7 6,40 0,938
Pengaruh Pertanyaan6 75 4 7 6,15 0,821
Pertanyaan7 75 3 7 6,15 0,821
Pertanyaan8 75 2 7 6,18 0,815
Pertanyaan9 75 4 7 6,01 0,590
Pertanyaan10 75 3 7 6,30 0,888
Pengendalian Pertanyaan11 75 5 7 6,04 0,589
Pertanyaan12 75 5 7 6,66 0,538
Pertanyaan13 75 3 7 6,06 0,776
Pertanyaan14 75 5 7 6,43 0,657
Pertanyaan15 75 5 7 6,24 0,653
Ketergantungan Pertanyaan16 75 3 7 6,48 0,766
Pertanyaan17 75 5 7 6,34 0,565
Pertanyaan18 75 2 7 5,66 0,914
Pertanyaan19 75 2 7 5,07 0,974
Pengembangan Pertanyaan20 75 5 7 6,06 0,600
Pertanyaan21 75 4 7 6,25 0,785
Pertanyaan22 75 4 7 5,87 0,736
Pertanyaan23 75 4 7 5,82 0,575
Pertanyaan24 75 3 7 5,82 0,815
Afiliasi Pertanyaan25 75 5 7 6,25 0,612
Pertanyaan26 75 2 7 5,03 1,507
Pertanyaan27 75 1 7 4,70 1,467
Pertanyaan28 75 2 7 4,69 1,328
Pertanyaan29 75 1 7 6,06 0,833
Berikut ini deskripsi Tabel 4.2 mengenai statistik deskriptif variabel motivasi
pegawai.
1. Berdasarkan tabel diatas, Pertanyaan 1 sampai dengan 5, dari 75 responden
menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD dalam prestasi kerja.
Rata-rata jawaban responden melebihi 6, yang menunjukkan bahwa para
pejabat SKPD menunjukkan prestasi yang baik dalam bekerja. Standar deviasi
2. Berdasarkan tabel diatas, Pertanyaan 6 sampai dengan 10, dari 75 responden
menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD tentang memberikan
pengaruh. Rata-rata jawaban responden melebihi 6, yang menunjukkan bahwa
para pejabat SKPD menunjukkan bahwa para manajer memberikan pengaruh
yang kuat. Standar deviasi juga tidak ada yang melebihi nilai jawaban
rata-rata responden.
3. Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan 11 sampai dengan 15, dari 75 responden
menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD dalam
pengendalian. Rata-rata jawaban responden melebihi 6, yang menunjukkan
bahwa para pejabat SKPD menunjukkan bahwa para pejabat SKPD baik
dalam pengendalian. Standar deviasi juga tidak ada yang melebihi nilai
jawaban rata-rata responden.
4. Berdasarkan tabel diatas, Pertanyaan 16 sampai dengan 19, dari 75 responden
menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD tentang
ketergantungan. Rata-rata jawaban responden melebihi 6, yang menunjukkan
bahwa para pejabat SKPD menunjukkan bahwa para pejabat SKPD memiliki
ketergantungan yang tinggi. Standar deviasi juga tidak ada yang melebihi nilai
jawaban rata-rata responden.
5. Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan 20 sampai dengan 24, dari 75 responden
menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD dalam
pengembangan. Rata-rata jawaban responden melebihi 5 sampai 6, yang
melakukan pengembangan-pengembangan. Standar deviasi juga tidak ada
yang melebihi nilai jawaban rata-rata responden.
6. Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan 25 sampai dengan 29, dari 75 responden
menunjukkan seberapa baik penilaian para pejabat SKPD dalam afiliasi.
Rata-rata jawaban responden melebihi 4 sampai 5, yang menunjukkan bahwa para
pejabat SKPD sering ataupun selalu memahami perasaan dan menjalin
hubungan baik antar sesama.
c. Kinerja SKPD (Y)
Pada Tabel 4.3 berikut ini akan ditampilkan distribusi jawaban responden
terhadap menyajikan variabel Kinerja SKPD (Y).
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD (Y)
No Item N Minimum Maximum Rata-Rata SD
Kinerja 1 75 4 9 6,60 0,954
Kinerja 2 75 4 9 6,55 1,004
Kinerja 3 75 5 8 6,34 0,863
Kinerja 4 75 3 9 6,48 0,990
Kinerja 5 75 5 8 6,40 0,719
Kinerja 6 75 5 9 6,43 0,857
Kinerja 7 75 4 9 6,48 0,975
Kinerja 8 75 4 8 6,13 0,851
Kinerja 9 75 4 9 6,69 0,957
Berikut deskripsi Tabel 4.3 mengenai statistik deskriptif variabel kinerja
SKPD.
1. Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan pertama dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam proses penyusunan anggaran.
Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang
tinggi. Nilai.
2. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan kedua dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan investigasi. Jawaban
terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,55. Ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi..
3. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan ketiga dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa baikkemampuan para pejabat SKPD di
pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan koordinasi. Jawaban
terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,34. Ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi.
4. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan keempat dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan evaluasi. Jawaban
terendah adalah 3, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,48. Ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi..
5. Bersarkan tabel diatas, Pada pertanyaan kelima dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan pengawasan. Jawaban
terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,40. Ini
6. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan keenam dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan staffing. Jawaban
terendah adalah 5, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,43. Ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi.
7. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan ketujuh dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan negoisasi. Jawaban
terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 9, dengan rata-rata 6,48. Ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi.
8. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan kedelapan dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam melakukan perwakilan. Jawaban
terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 8, dengan rata-rata 6,13. Ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat kecakapan yang tinggi.
9. Berdasarkan tabel diatas, Pada pertanyaan kesembilan dari 75 responden yang
berkaitan dengan mengukur seberapa tinggi kemampuan para pejabat SKPD
di pemerintah Kabupaten Asahan dalam mengevaluasi kinerja secara
menyeluruh. Jawaban terendah adalah 4, jawaban tertinggi adalah 8, dengan
rata-rata 6,69. Ini menunjukkan bahwa para pegawai memiliki tingkat
4.2.2. Analisis Statistik
4.2.2.1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau
tidak, yaitu dengan pendekatan grafik dan pendekatan
Kolmogorv-Smirnov.
1. Pendekatan Grafik
Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat
grafik histogram dan grafik normal plot yang membandingkan
antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
[image:33.595.207.431.525.705.2]normal.
Gambar 4.1
Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa data distribusi normal karena
[image:34.595.213.431.273.436.2]grafik mengikuti garis diagonal yang tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.
Gambar 4.2
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Pada gambar 4.2 menunjukkan grafik normal p-plot menunjukkan
data berdistribusi normal. Titik disekitar garis diagonal serta penyebarannya
mendekati garis diagonal.
2. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Uji Normalitas dengan grafik bisa saja terlihat berdistribusi normal,
padahal secara statistic tidak berdistribusi normal. Berikut inipengujian
normalitas yang berdasarkan uji statistic non paranetik kolmogorv – Smirnov
Tabel : 4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y X1 X2
N 75 75 75
Normal Parametersa,,b Mean 449.95 300.00 1499.88 Std. Deviation 57.361 43.070 147.762
Most Extreme Differences Absolute .085 .109 .083
Positive .066 .109 .053
Negative -.085 -.064 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .734 .940 .713
Asymp. Sig. (2-tailed) .654 .339 .689
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Berdasarkan Tabel 4.4 Terlihat bahwa Y nilai Asymp.Sig (2-tailed)
adalah 0,654, data X1 sebesar 0,339 dan data X2 sebesar 0,689. Karena nilai
signifikansi masing-masing variabel lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa semua variabel berdistribusi normal.
Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk melihat apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari suatu variabel
spengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot di sekitar nilai X dan Y. Apabila ada pola tertentu itu,
[image:36.595.140.508.358.653.2]maka telah terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber : Hasil pengolahan SPSS 2013
Dari grafik Scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik – titik menyebar
diatas amaupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, pada
peneltian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasititas pada
model regresi sehingga regresi layak dipakai.
c. Uji Multikoliniertitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah variabel pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Apabila
terjadi multikolinearitas, maka dapat dikatakan variabel-variabel bebas ini
orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel
bebas yang memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol. Hasil
pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada
[image:37.595.86.537.509.639.2]tabel berikut :
Tabel : 4.5
Uji nilai Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .034
X1 689 .152 449 4.537 .000 .750 1.555
X2 .340 .109 307 3.128 .002 .750 1.555
a. Dependent Variable: Kinerja SKPD
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa variabel independen
0,750 dan motivasi pegawai 0,750. Kemudian nilai VIF kedua variabel tersebut < 10
yaitu untuk partsipasian penganggaran 1,555 dan motivasi pegawai 1,555. Jadi dapat
disimpulkan bahwa antara variabel independen ini tidak ada terjadi gejala
multikolinearitas.
4.2.2.2Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Paartisipasian penganggran
dan motivasi pegawai terhadap variabel terikat yaitu kinerja SKPD
Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
[image:38.595.108.504.534.668.2]Penjelasan dari hasil pengolahan SPSS akan ditunjukan pada tabel 4. Berikut :
Tabel : 4.6
Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .036
X1 .689 .152 .449 4.537 .000
X2 .340 .109 .307 3.128 .002
Berdasaarkan hasil pengolahan data yang ditunjukkan dalam tabel 4.6 Maka
diperoleh persamaan hasil regresi linier berganda sebagai berikut.
Y = b0 + b1X1 + b2X2 Y’= -3.902 + 0,109 + 0,184
a. Konstanta b0 = -3,902
Artinya jika Penganggaran partisipasian dan Motivasi pegawai nilainya adalah
0, maka kinerja SKPD nilainya sebesar -3.902
b. Koefisien b1 = 0.689
Artinya jika Penganggaran partisipasian ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka
kinerja SKPD akan meningkat sebesar 0.689
c. Koefisien b2 = 0.340
Artinya jika Motivasi pegawai ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka kinerja
SKPD akan meningkat sebesar 0.340
4.2.2.3 Uji Hipotesis
a. Uji Signifikan Simultan ( Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap
variabel terikat.
Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan
derajat bebas penyebut, dengan langkah - langkah sebagai berikut.
b. Mencari F-tabel dengan cara menetukan tingkat kesalahan (α) dan menentukan
derajat kebebasan.(df).
c. Mencari nilai F-hitung dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS
17.0 for windows.
d. Menentukan kriteria pengambilan keputusan.
H0 diterima bila F-hitung < F-tabel atau H0 diterima apabila signifikansi F >
(α).
Ha diterima bila F-hitung > F-tabel atau Ha diterima, apabila nilai signifikasi F <
(α)
Tabel 4.7
Uji Signifikan Simultan ( Uji-F )
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 649.003 2 32.450 12.933 .000a
Residual 178.151 71 2.509
Total 243.052. 73
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Pada tabel 4.7 Dapat dilihat bahwa hasil peroleh F-hitung pada kolom F yakni
sebesar 12.933 dengan tingkat signifikan = 0,0000 lebih besar dari nilai Ftabel yakni
3,97 , dengan tingkat kesalahan α = 5% atau dengan kata lain F-hitung > F-tabel (
12.933 > 3,97).
Dari output di atas dapat dilakukan uji F untuk pengambilan keputusan
< 0,05) maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa Penganggaran partisipasian dan
Motivasi pegawai secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja SKPD.
b. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
suatu variabel independen secara parsial (individu) terhadap variasi variabel
[image:41.595.113.528.360.501.2]dependen.
Tabel 4.8
Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 2013
Berdasarkan tabel 4. Dapat dilihat bahwa :
1. Variabel partisipasian (X1)
Nilai t-hitungvariabel partisipasi Anggaran adalah 4,537 dan nilai t-hitung
1,993 maka t-hitung > t-tabel (4,537 > 1,993) sehingga dapat disimpulkan, bila
bergerak secara parsial, penganggaran partisipasian berpengaruh positif
terhadap kinerja SKPD dengan tingkat signifikan variabel independen (0,000
< 0,05).
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.902 1.836 -2.125 .036
X1 .689 .152 .449 4.537 .000
X2 .340 .109 .309 3.128 .002
2. Variabel Motivasi Pegawai (X2)
Nilai t-hitungvariabelmotivasi pegawai adalah 3.128 dan nilai t-hitung 1,993
maka t-hitung > t-tabel (3,128 > 1,993) sehingga dapat disimpulkan, bila
bergerak secara parsial, penganggaran partisipasian berpengaruh positif
terhadap kinerja SKPD dengan tingkat signifikan variabel independen (0,002
< 0,05).
4.2.2.4. Pengujian Koefisien Determinan (R²)
Pengujian koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur proporsi
atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien
determinan berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1 ). Nilai R² semak in
mendekati 1 berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan
semakin kecil R² berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam
[image:42.595.182.454.497.658.2]menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.
Tabel 4.9
Pengujian Koefisien Determinan (R²)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .683a .468 .454 1.47837
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil proses SPSS
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa.
nilai R2 (R-Square) adalah 0,466. Jadi sumbangan pengaruh dari variabel
factor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Kemudian Adjusted R Square
sebesar 0,454 berarti 45,4% variabel kinerja SKPD dapat dijelaskan oleh partisipasi
anggaran sedangkan sisanya 54,6% dapat dijelaskan oleh variabel – variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini, kemudiam standart Error of Estimated adalah
sebesar 1.47837 dimana semakin kecil angka standart deviasi maka akan membuat
model regresi semakin baik.
4.3. Pembahasan
Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS sebelumnya
menunjukkan nilai Adjust R Square terhadap kinerja SKPD sebesar 0,466 atau
sebesar 46,6% yang tercantum pada tabel 4.9, sedangkan sisanya 53,4% dijelaskan
oleh factor lain. Kinerja SKPD merupakan hal yang penting dalam pembangunan
daerah. Kinerja SKPD harus di pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang
kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas entitasnya, misalnya : dinas
kesehatan, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas pendidikan, dinas pemuda dan
olah raga, Bappeda, dan lainnya.
Dari hasil Pengujian secara simultan (Uji-F) Dapat diketahui bahwa
Penganggaran partisipasian dan Motivasi pegawai secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Hal ini ditunjukkan oleh F-hitung sebesar
12.933 yang mana nilainya lebih besar dari F-tabel 3,97 (12,933 > 3,97) seperti yang
tercantum pada tabel 4.7.
Dari hasil uji-t dapat disimpulkan, bila bergerak secara parsial, penganggaran
dari t-tabel (4,537 > 1,993) dengan tingkat signifikan variabel independen (0,00 <
0,05), sedangkan motivasi pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD
karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,128 > 1,993) dengan tingkat signifikan
variabel independen 0,002 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial untuk
motivasi pegawai, Ha diterima sedangkan untuk penganggaran partisipasian, Ha juga
diterima..
Hasil penelitian ini mendukung teori agensi bahwa sebagai agen yang
melaksanakan tugas- tugas dari masyarakat, pihak yang terlibat dalam perencanan
dan pelaksanaan anggaran mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan amanat
dari masyarakat. Hasil uji hipotesis memperkuat hasil penelitian Riharjo (2001)
bahwa interaksi antara penganggaran partisipatif dan struktur desentralisasi organisasi
secara signifikan mempengaruhi kinerja manajerial. Herminingsih (2009) meyatakan
ada pengaruh positif signifikan partisipasi dalam penganggaran terhadap kinerja
pemerintah daerah. Semakin tinggi partisipasi dalam penganggaran maka akan
semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Becker
dan Green dalam Ikhasn dan Ishak (2005) bahwa jika partisipasi diterapkan dalam
situasi tidak tepat justru dapat menurunkan motivasi dan usaha pegawai untuk
mancapai usaha organisasi. Situasi tidak tepat ini dapat disebabkan karena
merencanakan, dan mengelola anggaran di Pemerintahan sudah diterapkan standar
jumlahnya sesuai peraturan pemerintah daerah. Selain itu, tidak adanya reward
ataupun pemberian bonus kepada pegawai mengakibatkan pegawai tidak terpacu
Secara parsial, hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan Sinambela
(2003) yang menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Ini dapat terjadi karena sampel yang
diambil oleh Sinambela (2003) adalah dekan-dekan perguruan tinggi swasta di Medan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah penganggaran partisipasian
dan motivasi pegawai memiliki pengaruh terhadap kinerja SKPD di Kabupaten
Asahan. Disini dihubungkan dua variabel independen dengan satu variabel
dependen. Sampel yang dipilih sebanyak 75 SKPD di Kabupaten Asahan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik uji F, uji-t, dan kOefisien
determinan setelah sebelumnya dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian yang ditemukan diungkapkan di bawah ini.
1. Ada pengaruh positif signifikan penganggaran partsisipasian terhadap kinerja
SKPD di Kabupaten Asahan. Semakin tinggi partsisipasi penyusunan anggaran
maka akan semakin meningkatkan kinerja SKPD. Hasil penelitian ini secara
parsial sejalan dengan Penelitian ini sejalan dengan penelitian Deliana (2004)
yang menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap
kinerja manajerial. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Refikha (2009) yang menyatakan bahwa partisipasi anggran tidak berpengaruh
terhadap kinerja SKPD Pemerintah..
2. Ada pengaruh positif signifikan motivasi pegawai terhadap terhadap kinerja
SKPD di Kabupaten Asahan. Semakin tinggi motivasi yang diberikan kepada
pegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja SKPD pemerintah Kabupaten
Asahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitain Batubara (2008) yang
5.2. Keterbatasan Penelitain
Peneliti menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan dari penelitian ini.
1. Penelitian yang digunakan berdasarkan self rating sehingga hasilnya dapat
tidak objektif. Penggunaan kuesioner dapat menyebabkan respons bias dari
responden akibat ketidakjujuran maupun responden tidak serius dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan.
2. Variabel independen yang dimasukkan dalam penelitian ini hanya sedikit
yaitu penganggaran partisipasian dan motivasi pegawai.
5.3. Saran
1. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan masukan terhadap
penyusunan anggran yang lebih baik di amsa yang akan datang, juga
memberikan informasi mengenai pentingnya motivasi pegawai terhadap
kinerja SKPD. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, terutama bagi peneliti yang
melakukan penelitian yang berkaitan dengan penganggaran partisipasian dan
motivasi pegawai yang lebih sempurna dan komperehensif.
2. Menambah jumlah sampel yang diteliti dari Pemerintah Kabupaten Asahan,
yaitu dapat mengambil sampel dari seluruh SKPD. Dengan demikian,
diharapkan tingkat generalisasi dari analisis akan lebih akurat.
3. Memperluas variabel independen, dependen, moderating, intervening, yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teoritis
2.1.1 Anggaran
2.1.1.1Pengertian Anggaran
Menurut Garrison, Norren and Brewer (2007:4) Anggaran adalah rencana
terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya
lainnya selama suatu periode waktu tertentu. Dalam sebuah organisasi besar
penganggaran boleh jadi merupakan proses yang terus menerus bagi organisasi yang
besar dan telah matang (mature) dengan tingkat perasional yang relative stabil dalam
jangka panjang, anggaran merupakan dokumen formal yang sangat terperinci.
Anggaran dikaitkan denga
perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi apabila anggaran dihubungkan dengan
fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi perencanaan, mengarahkan,
mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dalam bidang-bidang organisasional.
Untuk itu perlu waktu yang lama dalam menyiapkan suatu anggaran agar tersedia
tepat di periode tahun berikutnya dan disetujui semua pihak.
Peraturan pemerintah No.24 Tahun 2005, “anggaran merupakan pedoman
tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut
klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode”. Sumber lain menyebutkan,
dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk
jangka waktu tertentu .” M.Nafarin (2004:12)
2.1.1.2Fungsi Anggaran
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama menurut
Mardiasmo (2004:122) antara lain sebagai : alat perencanaan, pengendalian,
kebijakan fiscal, alat politik, koordinasi dan komunikasi, penilai kinerja, serta alat
motivasi.
a. Anggaran sebagai Alat Perencanaan ( Planing tool )
Anggaran sebagai alat perencanaan berfungsi untuk merecanakan tindakan
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah berapa biaya yang dibutuhkan, dan
berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
b. Anggaran sebagai Alat Pengendalian ( Control tool )
Anggaran sebagai alat pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam
pengalokasian anggaran pada setiap kegiatan.
c. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal ( Fiscal tool )
Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal pemerintah digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
d. Anggaran sebagai Alat Politik ( political tool )
Pada sector public, anggaran merupakan alat politik sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana public
e. Anggaran sebagai Alat Koordinator dan Komunikasi ( Coordination and
communication tool )
Anggaran public merupakan alat koordinasi antar pegawai dalam organisasi
pemerintahan. Disamping itu, anggaran harus dikomunikasikan keseluruhan
bagian organisasi untuk dilaksanakan.
f. Anggaran sebagai Alat Penilai Kinerja ( performance measurenment tool )
Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian
kinerja berdasarkan berapa yang berhasil dicapai dikaitkan dengan anggaran
yang telah ditetapkan.
g. Anggaran sebagai Alat Motivasi ( motivation tool )
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi pegawai-pegawai
agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
h. Anggaran sebagai Alat Menciptakan Ruang Publik (public sphere)
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan
DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi
kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik.
2.1.1.3 Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
Partisipasi anggaran adalah proses yang menggambarkan individu-individu
yang terlibat dalam penyusunan anggran dan mempunyai pengaruh terhadap target
anggaran tersebut (Falikhatun, 2007). Kenis dan Djalil (2006) medefinisikan
besarnya pengaruh manajer terhadap budget goals unit organisasi yang menjadi
tanggungjawabnya.” Berdasarkan definisi di atas, partisipasi anggran dapat diartikan
sebagai keikutsertaan manajer dalam penyusunan anggran.
Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri
nomor 13 tahun 2006 membuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang
dilaksakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat
daerah atau unit kerja. Secara umum dapat diterangkan bahwa anggaran daerah
disusun berdasarkan rencana kerja daerah yang telah disusun baik rencana kerja
jangka panjang (RPJP), rencana kerja jangka menengah ((RPJM), rencana kerja
pembangunan daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga disusun
berdasarkan rencana jangka menengah SKPD yang sering disebut renstra SKPD.
Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun rencana kerja
(renja) SKPD. Renstra SKPD disusun dengan cara rapat para anggota SKPD serta
mengacu kepada RPJP dan RPJM baik nasional maupun daerah. Satuan kerja
perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada
pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang. Menurut
Kepmendagri No. 13 Tahun 2006, pasal 10, Kepala SKPD selaku pejabat pengguna
anggaran/pengguna barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c
mempunyai tugas, yaitu.
a) Menyusun RKA-SKPD,
b) Menyusun DPA-SKPD,
c) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
d) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
e) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
f) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
g) Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan,
h) Menandatangani SPM
i) Mengelola utang dan piutang yang menjasi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya
j) Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab SKPD yang dipimpinnya
k) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya
l) Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya
m) Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dililpahkan oleh kepala daerah, dan
n) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
Selanjutnya, pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam
melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimakksud dalam pasal 10 dapat
melimpahkan sebagian/seluruh kewenangannya kepada unit kerja pada SKPD selaku
kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Pelimpahan sebagian kewenangan
sebagaimana tersebut sebelumnya berdasarkan pertimbanagan tingkatan daerah,
besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja,lokasi, kompetensi
Garrison et. al. (2000:347), menyatakan bahwa.
Arah aliran data anggaran suatu system partisipatif berawal dari level
tanggung jawab yang lebih rendah kepada level tanggung jawab yang lebih tingggi.
Setiap orang mempunyai tanggung jawab atas pengendalian biaya harus menyusun
estimasi anggarannya sendiri dan kemudian menyerahkannya kepada level
manajemen yang lebih tinggi. Estimasi tersebut kemudian direview dan
dikonsolidasikan dalam gerakannya kearah level manajemen yang lebih tinggi.
Dokumen pelaksanaan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat
DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pendapatan yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran. PPA adalah
program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada
SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah
disepakati dengan DPRD. Rencana kerja dan anggaran SKPD yang selanjutnya
disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana
pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Pengguna anggaran adalah pejabat
pemegang kewenanagan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi SKPD yang dipimpinnya.
2.1.1.4 Pengaruh Penganggaran Partisipasian Terhadap Kinerja SKPD
Partisipasi dalam penyusunan anggran pada awalnya dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari perilaku disfungsional yang mungkin timbul dari beban anggran
diharapkan dapat mencegah perilaku disfungsional tersebut, sehingga harusnya
anggran partisipatif dapat memberikan pengaruh baik terhadap kinerja manajer.
Namun ternyata, anggaran partisipatif juga memiliki kelemahan. Ecker dan Green
menemukan bahwa jika pertisipasi tidak diterapkan secara benar, partisipasi dapat
merusak motivasi dan menemukan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi
(Siegel dan Marconi dalam Djalil, 2006).
Partisipasi dianggap sebagai sarana aktualisasi yang terbaik untuk para pekerja
dalam rangka meningkatkan diri mereka kepada masing-masing tanggung jawab atau
tugas yang diemban. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:87),
Partisipasi anggaran memilki dampak positif karena dua alasan yaitu :
a. Kemungkinan anggaran ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita
anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribafi pegawai
dibandingkan bila secara eksternal
b. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi
yang efektif.
2.1.2 Motivasi
2.1.2.1Pengertian Motivasi
Motivasi dalam arti umum adalah dorongan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Robbins (2006:214)
memberikan pengertian motivasi sebagai kecendrungan seseorang melibatkan
diri dalam kegiatan yang mengarah pada sasaran. Motivasi merupakan hal
vital bagi individu agar dapat melakukan yang terbaik. Pemberian motivasi
pekrjaannya, sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Selain itu
dengan motivasi yang tepat akan menimbulkan gairah dan keikhlasan kerja
dalam diri seseorang sehingga setiap pekerjaan, selain membutuhkan
keterampilan dan keahlian pribadi juga diperlukan yang cukup untuk
melaksanakan pekerjaannya yang optimal.
Menurut Mahoney (1963) ada 3 hal dalam proses motivasi
yang saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya, yaitu:
kebutuhan,dorongan, dan insentif. Motivasi sebagaimana didefinisikan oleh
Robins (2002:179) merupakan kemauan untuk menggunakan usaha tingkat
tinggi untuk organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha untuk
memenuhi kebutuhan individu. Dalam definisi ini ada tiga elemen yang
penting: usaha,tujuan organisasi, dan kebutuhan.
2.1.2.2Tujuan Motivasi
Motivasi mempunyai beberapa tujuan yaitu:untuk mendorong gairah
dan semangat pegawai, meningkatkan moral dan kepuasan kerja,
meningkatkan loyalitas dan kestabilan pegawai,meningkatkan kedisiplinan,
dan menurunkan tingkat absensi, serta menciptakan suasana dan hubungan
kerja yang baik. Pada pemerintah daerah, aparat yang memiliki motivasi yang
tinggi akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk membuat anggaran
menjadi relative lebih tepat. Hal ini mengarah pada komitmen pribadi yang
lebih besar untuk mencapai target anggaran sehingga dapat meningkatkan
a) Kebutuhan akan prestasi, dorongan untuk mengunggulu, berprestasi
sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses
b) Kebutuhan atas kekuasaan, kebutuhan untuk membuat orang-orang lain
berprilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu/tanpa dipaksa, tidak akan
berperilaku demikian
c) Kebutuhan akan afiliasi, hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah
dan akrab
3) Teori ERG
Teori ERG (existence, relatedness, growth) menganggap bahwa kebutuhan
manusia memiliki tiga hirarki kebutuhan, yaitu kebutuhan akan aksistensi
(existence needs). Kebutuhan akan keterkaitan (relatidness needs), dan
kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs).
4) Teori Harapan (Vroom)
Teori ini disebut juga dengan teori valensi ayau teori instrumentalis. Teori ini
memiliki ide dasar bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan
akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variable-variabel
kunci dalam teori harapan adalah : usaha (effort), hasil (income), harapan
(expectancy), instrument-instrumen yang berkaitan denagn hubungan antara
hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua, hubungan antara prestasi dan
imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kadar
kekuatan dan keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.
Kebanyakan teori-teori diatas telah dibuktikan secara empiris. Kita
Pengetahuan akan teori-teori diatas membantu memahami bagaimana
individu-individu dapat termotivasi melakukan sesuatu.