• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

100

Universitas Sumatera Utara Pedoman Wawancara dengan Informan Tambahan (Dokter)

 Biodata Dokter Jiwa

Nama :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Tanggal Wawancara :

 Pertanyaan Umum

1. Sudah berapa lama Anda bekerja di Rumah sakit ini?

2. Mengapa Anda memilih bekerja disini? Apakah Anda bekerja selain dirumah sakit ini?

3. Bagaimana perasaan Anda pertama sekali bekerja di rumah sakit ini? 4. Pengalaman apa yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini?

 Tentang Pasien Jiwa

1. Berapa jumlah rata-rata pasien jiwa di rumah sakit ini?

2. Berapa rata-rata usia pasien jiwa yang berobat di rumah sakit ini? 3. Masalah kejiwaan apa saja yang diterima di rumah sakit ini? Dan

masalah kejiwaan apa yang paling sulit dihadapi?

4. Menurut informasi dari keluarga, apa penyebab pasien mengalami gangguan jiwa?

5. Apakah mereka masih mempunyai keluarga? Masih sering dikunjungi keluarga? berapa kali?

6. Apa saja kegiatan yang dilakukan pasien jiwa di rumah sakit ini?

 Tentang Terapeutik

1. Menurut Anda apa pengertian terapeutik?

(2)

3. Bagaimana cara Anda dalam menangani pasien jiwa pada kunjungan pertama?

4. Bagaimana cara Anda menghadapi pasien jiwa yang tidak mau berbicara ketika diajak berkomunikasi?

5. Apa yang Anda lakukan pada tahap kerja untuk penyembuhan pasien jiwa tersebut?

6. Bagaimana cara perawat menghadapi penolakan dari pasien jiwa terhadap tindakan pengobatan yang akan dilakukan?

7. Komunikasi yang seperti apakah yang membuat pasien merasa tidak senang?

8. Apakah perawat selalu melaksanakan komunikasi terapeutik secara berurutan?

9. Berapa lama frekuensi dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien?

10.Cukupkah komunikasi terapeutik saja dalam kesembuhan pasien? Kalau tidak, faktor-faktor apa sajakah yang mampu mendukung kesembuhan pasien?

11.Apa manfaat pelaksanaan komunikasi terapeutik yang Anda dapatkan? 12.Apa beda perawat jiwa dan perawat umum menurut Anda?

13.Pada saat kapankah dokter turun tangan dalam menangani pasien? 14.Dengan jumlah perawat dan pasien yang berjmlah sedikit di rumah

sakit ini, mungkinkah berlangsung efektif dalam pemulihan pasien? 15.Pasien yang bagaimanakah bisa dikatakan pulih atau sudah bisa

(3)

102

Universitas Sumatera Utara 1. Hasil Wawancara Informan Pertama

Nama : Marwan

Usia : 25 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Jln. Pales III No.19 Simpang Simalingkar

Pendidikan : A.M.K

Stambuk : 2010

Tanggal Wawancara : 10 Juni 2016

 Pertanyaan Umum

1. Sudah berapa lama Anda bekerja di Rumah sakit ini? Satu tahun

2. Apakah Anda mengetahui rumah sakit ini sebelumnya? Mengapa Anda memilih bekerja disini? Sebelumnya bekerja dimana?

Mengetahui, karna niatnya memang kesini. Sebelumnya pernah bekerja di rumah sakit Poso di jalan Ayahanda Medan

3. Bagaimana perasaan Anda pertama sekali bekerja di rumah sakit ini? Canggung, karena lokasinya belum tahu semuanya, bingung melakukan tindakannya, karna tindakannya berbeda

4. Bagaimana Anda menyesuaikan diri dengan kondisi disini dan butuh waktu

berapa lama?

Bergaul, tiga hari sudah dekat dengan teman-teman perawat lainnya 5. Pengalaman apa yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini?

Pernah ngantar pasien dan pasiennya menjerit mengaku dirampok dan kami dikerumunin massa yang membawa boroti,kayu

6. Apakah ada ketakutan ketika pertama sekali bekerja disini?

(4)

 Tentang Pasien Jiwa

1. Berapa jumlah rata-rata pasien jiwa di rumah sakit ini? Kalau disini rata-rata 10 pasien

2. Berapa rata-rata usia pasien jiwa yang berobat di rumah sakit ini? 30-60 tahun

3. Masalah kejiwaan apa saja yang diterima di rumah sakit ini? Dan masalah kejiwaan apa yang paling sulit dihadapi?

Masalah stress, depresi, narkoba. Masalah jiwa yang sulit dihadapi pasien dengan rasa curiga tinggi soalnya gak mau makan, gak mau terbuka karna curiga

4. Menurut informasi dari keluarga, apa penyebab pasien mengalami gangguan jiwa?

Biasanya penyebabnya itu dirumah sering marah-marah, merusak barang, bicara sendiri, nangis sendiri, makan tidak mau, tidur negatif( susah tidur)

5. Apakah mereka masih mempunyai keluarga? Masih sering dikunjungi keluarga? berapa kali?

Masih, disini rumah sakit swasta jadi kalau dia gak punya keluarga yang bayar biayanya juga pasti gak adakan. Setiap pasien jiwa seminggu setelah masuk baru bisa dikunjungi. Dalam sebulan 4 kali dikunjungi oleh keluarganya

6. Apa saja kegiatan yang dilakukan pasien jiwa di rumah sakit ini? Kegiatan yang dilakukan pasien jiwa selama berada dirumah sakit ini yaitu bersih-bersih ruangan kamarnya sendiri, halaman, bersih diri sendiri.Disini juga disedikan TV jadi pasien bisa menonton jika bosan didalam kamar terus

(5)

104

Universitas Sumatera Utara Kesan negativenya, pernah disiram pasien dengan air karena disuruh untuk makan dan mandi. Sedangkan untuk kesan positifnya pasien bisa diajak sebagai teman

 Tentang Terapeutik

1. Bagaimana persiapan awal Anda sebelum melakukan interaksi ataupun komunikasi dengan pasien jiwa?

Sebelumnyakan data tentang pasien sudah kita dapatkan dari keluarganya jadi paling persiapan sebelum berinteraksi dengan pasien pertama cuci tangan terlebih dahulu supaya tidak terkena infeksi dan menyiapkan diri untuk tidak takut saat berkomunikasi dengan pasiennya

2. Bagaimana cara Anda dalam menangani pasien jiwa pada kunjungan pertama?

Awal pasien dibawa kerumah sakit ini perawat bertanya kepada keluarga pasien dulu dan menanyakan tentang identitas dari keluarga pasien. Untuk pasien sendiri perawat belum memperkenalkan diri dengan pasien karena di awal pasien dibawa kerumah sakit masih gelisah. Satu hari dua hari pasiennya dibiarkan aja dulu. Cuman tindakan injeksi atau pemberian obat harus ada. Dua tiga hari baru kita bisa bicara dengan pasien, nanyakin nama dia (kalau namanya biasanya pasien suka dipanggil dengan nama panggilannya dimasyarakat bukan nama aslinya), tempat tinggal dia, apa pekerjaannya dirumah dan sebagainya. Perawat juga ngasih tau bahwa ditempat ini para perawat yang akan menemaninya sampai dia pulang. Menjelaskan pasien dibawa kesini untuk apa, ngasih tau apa yang akan dilakukan selama disini

(6)

Yang pastinya perawat harus sabar, kalau sekarang dia tidak mau diajak berkomunikasi akan dilakukan nanti. Soalnya pasien jiwa yang gak mau bicara ini susah, untuk berkomunikasi lagi datang ke kamar si pasiennya aja lagi

4. Apa yang Anda lakukan pada tahap kerja untuk penyembuhan pasien jiwa tersebut?

Kalau fase kerja udah kaitannya di focus, sudah sesuai dengan tujuan untuk proses penyembuhan pasien. Misalnya masalah jiwa isolasi sosial kita kasih nasihat atau pandangan bahwa berbaur itu bagus dapat teman untuk tukar-tukaran cerita, ada masukan, berbagi jadi tidak kesepian lagi. Dalam tahap kerja ini dilakukan sesuai dengan strategi pelaksanaan yaitu strategi pelaksanaan apa yang dilakukan dari awal sampai akhir dalam proses komunikasi terapeutik dalam tahap kerja ini. Untuk mempraktekkan hasil komunikasi tadi pasien bisa berbaur dengan pasien lainnya apalagi saat olahraga bersama dan saat kebersihan

5. Bagaimana cara perawat menghadapi penolakan dari pasien jiwa terhadap tindakan pengobatan yang akan dilakukan?

Harus dipaksa karena pasien jiwa ini kalau modelnya gak dipaksa kebanyakan mereka nanti tidak mau minum obat. Jadi SOP (Standard Operasional Prosedur) nya itu harus dilakukan juga kak, setiap pasien jiwa yang tidak mau minum obat harus dipaksa

6. Bagaimana cara perawat untuk mengakhiri pertemuan setelah selesai dalam tahap kerja?

(7)

106

Universitas Sumatera Utara 7. Komunikasi yang seperti apakah yang membuat pasien merasa tidak

senang?

Komunikasi kasar. Pasien tidak suka kalau pasien dibilang sakit. Kalau bicara sama pasien dia jangan dibilang sakit ataupun sakit jiwa, dia datang kemari hanya untuk istirahat dan minum-minum vitamin. Setiap pasien yang datang kesini selalu dibilang begitu

8. Apakah perawat selalu melaksanakan komunikasi terapeutik secara berurutan?

Ia, supaya melatih pasien berbicara dengan normal. Karena pasien ini terkadang bicaranya ngawur dan juga pasiennya bisa ditangani dengan mudah

9. Berapa lama frekuensi dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien?

Setengah jam

10.Cukupkah komunikasi terapeutik saja dalam kesembuhan pasien? Kalau tidak, faktor-faktor apa sajakah yang mampu mendukung kesembuhan pasien?

Gak cukup masih kurang, harus ada bantuan obat maupun terapi medis 11.Apa manfaat pelaksanaan komunikasi terapeutik yang Anda dapatkan? Manfaat komunikasi terapeutik itu sendiri bagi saya yaitu bisa lebih medah dekat dengan pasien dan merekapun mau terbuka dengan kita kalau kita baik-baik bicara dengan pasien. Intinya dengan komunikasi membina kepercayaan pasien sama kita, proses komunikasi terapinya akan mudah

 Tentang Hambatan

1. Apakah sejauh ini Anda merasakan kesulitan dalam menghadapi pasien jiwa?

(8)

2. Faktor apa yang menjadi penghambat pelaksanaan komunikasi terapeutik?

Bicaranya ngawur itu yang memperhambat

3. Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

(9)

108

Universitas Sumatera Utara 2. Hasil Wawancara Informan Kedua

Nama : Mariana

Usia : 37 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Camar 15 Tunas Mandala

Pendidikan : D3

Stambuk : 1999

Tanggal Wawancara : 11 Juni 2016

 Pertanyaan Umum

1. Sudah berapa lama Anda bekerja di Rumah sakit ini? 15 tahun

2. Apakah Anda mengetahui rumah sakit ini sebelumnya? Mengapa Anda memilih bekerja disini? Sebelumnya bekerja dimana?

Tidak tahu, pertama tau dari kawan dan juga awal masuk kesini coba-coba, sebelumnya saya bekerja diklinik bersalin

3. Bagaimana perasaan Anda pertama sekali bekerja di rumah sakit ini? Perasaan saya senang bekerja disini

4. Bagaimana Anda menyesuaikan diri dengan kondisi disini dan butuh waktu berapa lama?

Untuk menyesuaikan diri lebih kurang 2 minggu

5. Pengalaman apa yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini? Pengalaman yang saya dapatkan yaitu lebih mengetahui merawat pasien jiwa

6. Apakah ada ketakutan ketika pertama sekali bekerja disini?

Ketakutan itu pertama-tama ada, seperti takut diganggu atau dipukul pasien

 Tentang Pasien Jiwa

(10)

Pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa ini gak bisa dipastikan ya.. karena dalam satu minggu terkadang 2 atau 3 orang juga ada, tapi kalau di rata-ratakan pasien yang berkunjungdi rumah sakit ini 10 orang perbulan

2. Berapa rata-rata usia pasien jiwa yang berobat di rumah sakit ini? 30-40 tahun

3. Masalah kejiwaan apa saja yang diterima di rumah sakit ini? Dan masalah kejiwaan apa yang paling sulit dihadapi?

Depresi, Skizoprenia, Narkoba. Pasien yang sulit saya hadapi yaitu pasien skizoprenia dan pasien paranoid

4. Menurut informasi dari keluarga, apa penyebab pasien mengalami gangguan jiwa?

Penyebab pasien yang datang kesini mengalami gangguan jiwa yaitu karna angan-angan tinggi, narkoba, keluarga berantakan, phk dll

5. Apakah mereka masih mempunyai keluarga? Masih sering dikunjungi keluarga? berapa kali?

Masih punya keluarga, dikunjungi satu minggu sekali

6. Apa saja kegiatan yang dilakukan pasien jiwa di rumah sakit ini? Kegiatan yang dilakukan pasien ditempat ini ada olahraga, kebersihan dan kebaktian

7. Apa kesan negative dan positif yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini?

Kesan negatif yaitu kadang-kadang kena pukul pasien. Untuk kesan positifnya kalau melihat tingkah dan kelucuan pasien terkadang merasa terhibur

 Tentang Terapeutik

(11)

110

Universitas Sumatera Utara Sebelum berkomunikasi dengan pasien kita kumpulkan data pasien dulu melalui rekamedis pada saat dibawa oleh keluarga itu kita lihat sebagai data awal,setelah itu mempersiapkan diri, waspada dan jaga jarak

2. Bagaimana cara Anda dalam menangani pasien jiwa pada kunjungan pertama?

Pertama-tama berhubungan dengan keluarga dan pasien dimasukkan kedalam ruangan karna masih gelisah. Setelah pasien satu dua hari sudah agak tenang kita bisa berkomunikasi dengan pasien awalnya kita beri salam dulu, lalu memperkenalkan diri sebagai perawat, kita tanya namanya siapa, tapi pernah pasien saat ditanya namanya dia mengaku dirinya sebagai presiden ya.. dipanggil aja namanya Jokowi, terkadang juga pasien yang merasa seorang bos. Kalau saya tidak memberitahu tugas tanggung jawab perawat dan pasien, karena beda pasien umum dengan jiwa kalau dikasih taupun tidak ngerti juga. 3. Bagaimana cara Anda menghadapi pasien jiwa yang tidak mau

berbicara ketika diajak berkomunikasi?

Panggil namanya berulang-ulang, dipanggil-panggil aja namanya. Kalau tidak mau juga dilapor ke dokter

4. Apa yang Anda lakukan pada tahap kerja untuk penyembuhan pasien jiwa tersebut?

Jadi pada fase kerja intinya ada sesuatu yang kita latih ke pasien, yaitu memberikan suatu keterampilan kepada pasien untuk membantunya dalam memecahkan masalah jiwa yang dialaminya

5. Bagaimana cara perawat menghadapi penolakan dari pasien jiwa terhadap tindakan pengobatan yang akan dilakukan?

(12)

6. Bagaimana cara perawat untuk mengakhiri percakapan setelah selesai dalam tahap kerja?

Kita tanyakan jelas untuk hari ini? Kalaupun jelas nggaknya ya kita akhiri dan dilanjutkan di pertemuan berikutnya. Dengan kesepakatan yang telah dibuat

7. Komunikasi yang seperti apakah yang membuat pasien merasa tidak senang?

Komunikasi yang kasar yang tidak disukai pasien. Tapi terkadang juga pasien yang masih belum stabil pasien bisa marah sendiri

8. Apakah perawat selalu melaksanakan komunikasi terapeutik secara berurutan?

Komunikasinya harus berurutan

9. Berapa lama frekuensi dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien?

Lima menit gak lama-lama, tapi untuk pasien yang sudah bisa pulang komunikasinya sudah agak enakan bahkan bisa diajak berkomunikasi seperti bicara sama teman

10.Cukupkah komunikasi terapeutik saja dalam kesembuhan pasien? Kalau tidak, faktor-faktor apa sajakah yang mampu mendukung kesembuhan pasien?

Ya… gak cukup itu saja. Faktor yang pertama kali ya terapi obat, yang penting obatnya tepat

11.Apa manfaat pelaksanaan komunikasi terapeutik yang Anda dapatkan? Manfaat komunikasi terapeutik yang saya rasakan yaitu pasiennya lebih terbuka sama kita dan perawat bisa lebih mengerti pasien

 Tentang Hambatan

(13)

112

Universitas Sumatera Utara Sekali-sekali ada kesulitannya ya.., apalagi pasien dengan curiga tinggi, gak mau makan, gak mau minum dll

2. Faktor apa yang menjadi penghambat pelaksanaan komunikasi terapeutik?

Faktornya itu kalau dia belum stabil terkadang pembicaraannya tidak nyambung A ditanya terkadang B dijawab

3. Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

(14)

3.Hasil Wawancara Informan Ketiga

Nama : Richard Manurung

Usia : 25 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Tebing tinggi

Pendidikan : D3

Stambuk : 2012

Tanggal Wawancara : 11 Juni 2016

 Pertanyaan Umum

1. Sudah berapa lama Anda bekerja di Rumah sakit ini? 4 tahun

2. Apakah Anda mengetahui rumah sakit ini sebelumnya? Mengapa Anda memilih bekerja disini? Sebelumnya bekerja dimana?

Belum tahu, kemarin rumah sakit ini tahu dari kawan trus awalnya cuman iseng-iseng, sebelumnya belum kernah kerja

3. Bagaimana perasaan Anda pertama sekali bekerja di rumah sakit ini? Pertama-tama ya takutlah dengan pasiennya, masih janggallah kerja disini

4. Bagaimana Anda menyesuaikan diri dengan kondisi disini dan butuh waktu berapa lama?

Bergaul dengan perawat lainnya, ada 3 bulan untuk menyesuaikan diri 5. Pengalaman apa yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini?

Kita jadi pandai merawat pasien jiwa

6. Apakah ada ketakutan ketika pertama sekali bekerja disini? Ada, ya takut kena pukul sama pasienlah

 Tentang Pasien Jiwa

(15)

114

Universitas Sumatera Utara Rata-rata 10 pasien perbulan

2. Berapa rata-rata usia pasien jiwa yang berobat di rumah sakit ini? 30-40 tahun

3. Masalah kejiwaan apa saja yang diterima di rumah sakit ini? Dan masalah kejiwaan apa yang paling sulit dihadapi?

Depresi, Narkoba, Waham, Halusinasi dll, yang paling sulit dihadapi yaitu pasien halusinasi karna susah diajak berkomunikasi terkadang mukul dan kita harus jaga jaraklah, pasien dengan masalah waham juga karna dia merasa paling betul

4. Menurut informasi dari keluarga, apa penyebab pasien mengalami gangguan jiwa?

Banyakan narkoba, depresi dan stress

5. Apakah mereka masih mempunyai keluarga? Masih sering dikunjungi keluarga? berapa kali?

Masih punya, kalau tidak punya keluarga pastinyapun pasien tidak mungkin berada disini karena ini adalah rumah sakit jiwa swasta yang berbayar. Sering dikunjungi keluarganya seminggu sekali

6. Apa saja kegiatan yang dilakukan pasien jiwa di rumah sakit ini? Kegiatan yang dilakukan pasien jiwa di rumah sakit ini paling olahragalah, menyapu kamar dia sendiri, bersih-bersih halaman. Jam makan pagi 07:30, siang 12:30, malam jam 18:00 dan setelah selesai makan para pasien disuruh masuk kembali ke kamar mereka masing-masing

7. Apa kesan negatif dan positif yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini?

(16)

 Tentang Terapeutik

1. Bagaimana persiapan awal Anda sebelum melakukan interaksi ataupun komunikasi dengan pasien jiwa?

Awal-awal sebelum berkomunikasi dengan pasien jiwa kita harus jaga jarak, kita juga menyiapkan data tentang pasien, menyiapkan alat-alat terapi

2. Bagaimana cara Anda dalam menangani pasien jiwa pada kunjungan pertama?

Pertama-tama jaga jarak tapi tetap menghadap lurus pada pasien trus itu disapa ntah mengucapkan slamat pagi atau slamat malam dan kita juga terkadang senyum. Kalau misal pasien marah-marah kek mana mau senyum. Setelah itu kita tanya identitasnya seperti namanya siapa, berapa umurnya, dan lain-lain kita juga tanya keadaannya “kekmana kondisinya”. Kita juga menjelaskan tugas perawat dan pasien dirumah sakit ini. Untuk pasien dijelaskan apa-apa saja kegiatan yang akan dilakukan di rumah sakit ini. Kita bilang itu meskipun pasien ngerti tak ngerti yang penting kita sampaikan

3. Bagaimana cara Anda menghadapi pasien jiwa yang tidak mau berbicara ketika diajak berkomunikasi?

Kalau tidak mau ngomong gimana lagi, di ajak bercanda aja dulu. Kalau tidak mau bicara juga lapor sama dokter tentang kondisinya 4. Apa yang Anda lakukan pada tahap kerja untuk penyembuhan pasien

jiwa tersebut?

(17)

116

Universitas Sumatera Utara 5. Bagaimana cara perawat menghadapi penolakan dari pasien jiwa

terhadap tindakan pengobatan yang akan dilakukan?

Awalnya dubujuk dulu kalau tidak mau juga baru dipaksa, dipegangi sama perawat yang lainnya

6. Bagaimana cara perawat untuk mengakhiri percakapan setelah selesai dalam tahap kerja?

Biasanya saya menanyakan perasaan pasien itu (bagaimana perasaan bapak setelah menceritakan semuanya?) jawaban pasien sering mengaku senang jika ditanya begitu. Selanjutnya kita perawat mengevaluasi kembali apa saja yang sudah dibicarakan selama komunikasi terapi berlangsung dan membuat kontrak pertemuan dengan pasien

7. Komunikasi yang seperti apakah yang membuat pasien merasa tidak senang?

Kadang-kadang salah ngomong, dan juga kalau kita ngomong terlalu lama pasien bisa marah

8. Apakah perawat selalu melaksanakan komunikasi terapeutik secara berurutan?

Dilaksanakan, supaya pasiennya cepat sembuh

9. Berapa lama frekuensi dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien?

Lima menit

10.Cukupkah komunikasi terapeutik saja dalam kesembuhan pasien? Kalau tidak, faktor-faktor apa sajakah yang mampu mendukung kesembuhan pasien?

Cukup, faktor lain minum obat dan terapi medis

(18)

 Tentang Hambatan

1. Apakah sejauh ini Anda merasakan kesulitan dalam menghadapi pasien jiwa?

Kadang-kadang sulit, ya itulah karna halusinasi susah diajak ngomong 2. Faktor apa yang menjadi penghambat pelaksanaan komunikasi

terapeutik?

Terkadang pasiennya yang gak mau diajak bicara , diam aja 3. Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

(19)

118

Universitas Sumatera Utara 4. Hasil Wawancara Informan Keempat

Nama : Suryadi

Usia : 28 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Alamat : Jln. Pala 3 No.14 Simalingkar

Pendidikan : D3

Stambuk : 2009

Tanggal Wawancara : 12 Juni 2016

 Pertanyaan Umum

7. Sudah berapa lama Anda bekerja di Rumah sakit ini? Enam tahun lebih jalan tujuh tahun

8. Apakah Anda mengetahui rumah sakit ini sebelumnya? Mengapa Anda memilih bekerja disini? Sebelumnya bekerja dimana?

Ngak tau, taunya karna ada senioran yang kerja disini, sebelumnya belum pernah kerja, begitu selesai kuliah langsung bekerja disini 9. Bagaimana perasaan Anda pertama sekali bekerja di rumah sakit ini?

Perasaannya…. Takut-takutlah ya…karna jarang menghadapi orang sakit gangguan jiwa. Pertamanya ya…ragu-ragu takut-takut

10.Bagaimana Anda menyesuaikan diri dengan kondisi disini dan butuh waktu berapa lama?

Ya.. kurang lebih enam bulan. Ya..belajarlah, belajar dari senioran… tanya-tanya

(20)

12.Apakah ada ketakutan ketika pertama sekali bekerja disini?

Ada, ya ketakutan itu tadi..karnakan sebelumnya belum tau. Ya, taupun waktu praktekkan uda lama sebelum kerja. Jadi takutnya dipukul pasien

 Tentang Pasien Jiwa

8. Berapa jumlah rata-rata pasien jiwa di rumah sakit ini? Sekarang ini ya…ya 9-10 pasien perbulan

9. Berapa rata-rata usia pasien jiwa yang berobat di rumah sakit ini? 20-40 tahun

10.Masalah kejiwaan apa saja yang diterima di rumah sakit ini? Dan masalah kejiwaan apa yang paling sulit dihadapi?

Depresi, stress, trus banyak angan-angan atau keinginan, korban narkoba. Yang paling sulit dihadapi yaitu Depresi maksudnya tertekan yang mengurung diri, diam itu paling payah. Payahnya dia gak mau disuruh ngapa-ngapain. Makanpun tak mau, makan obatpun tak mau, disuruh mandipun tak mau. Jadi kita betul-betul aktif

11.Menurut informasi dari keluarga, apa penyebab pasien mengalami gangguan jiwa?

Ini gangguan jiwa secara umum ya, penyebabnya yaitu banyak keinginan, masalah ekonomi, masalah keluarga atau masalah rumah tangga

12.Apakah mereka masih mempunyai keluarga? Masih sering dikunjungi keluarga? berapa kali?

Masih, kalau dikunjungi disini rutinnya 1minggu sekali

(21)

120

Universitas Sumatera Utara 14.Apa kesan negative dan positif yang pernah Anda rasakan selama

bekerja disini?

Kesan negatifnya pas berkomunikasi dengan pasien pernah kena pukul. Kalau kesan positifnya jadi mewaswas diri karna orang ini banyak yang mengalami gangguan jiwa, jadi belajar dari yang aku lihat. Orang ini sakit karna apa, jadi saya bisa menghindari hal tersebut terjadi sama saya

 Tentang Terapeutik

12.Bagaimana persiapan awal Anda sebelum melakukan interaksi ataupun komunikasi dengan pasien jiwa?

Menganalisa pasien dulu, keadaannya masih gelisahkah masih tenangkah, trus jaga jarak sewaktu berkomunikasi

13.Bagaimana cara Anda dalam menangani pasien jiwa pada kunjungan pertama?

Pertama-tama mengucapkan salam kepada pasien dengan senyum ramah yang kita tunjukkan, tapi terkadang juga tidak mengucapkan salam sama pasien yang masih gelisah dan marah-marah. Setelah itu memperkenalkan diri dengan pasien. Menanyakan nama kesukaan pasien biasanya nama panggilannya sehari-sehari di lingkungan tempat tinggalnya. Dan menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien selama dirumah sakit ini. Contoh percakapannya

(22)

14.Bagaimana cara Anda menghadapi pasien jiwa yang tidak mau berbicara ketika diajak berkomunikasi?

Pertama kali dibujuk, dicoba dipanggil namanya sekali dua kali. Kalau tidak mau juga disuruh istirahat. Kalau tidak mau dia dengarin kita capek kita ngomong

15.Apa yang Anda lakukan pada tahap kerja untuk penyembuhan pasien jiwa tersebut?

Pada fase ini perawat harus berperan aktif, harus sering-sering bertatap muka dengan pasien. Harus ada kontak mata dengan pasien dan perawat harus aktif berinteraksi dengan pasien sehingga pasien akan lebih terbuka dengan perawat. Misalnya (pak Anton, hari ini bagaimana kalau seandainya kita bertukar pikiran apa yang menyebabkan bapak meyakini yang demikian. Silahkan pak Anton, cerita tentang apa yang pak Anton yakini

16.Bagaimana cara perawat menghadapi penolakan dari pasien jiwa terhadap tindakan pengobatan yang akan dilakukan?

Dibujuk lagi trus kita jelaskan apa tujuannya, apa gunanya. Kalau tidak mau juga terpaksa dilakukan paksaan karna ini demi kesembuhan pasien juga. Tapi pemaksaannya sebatas wajar ya. “kalau kau gak mau makan obat terpaksa kami paksa” misal kita pegang tangannya, kita pegang kakinya trus kita kasih obat kalau disuntik kita suntiklah dia

17.Bagaimana cara perawat untuk mengakhiri percakapan setelah selesai dalam tahap kerja?

(23)

122

Universitas Sumatera Utara 18.Komunikasi yang seperti apakah yang membuat pasien merasa tidak

senang?

Komunikasi kasar. Kan ada tahap-tahapnya gak langsung kasar. Kalau ada pasien gak mau bicara trus kita bujuk atau pasien yang susah diatur terkadang kita terbawa suasana bisa langsung emosi. Kalau diungkapkan dengan kata-kata contohnya gini “mau gak kau makan obat?” nah gitu termasuk kata kasar apalagi dengan nada suara yang sedikit keras. Tapi marah kita setengah-setengah marahlah kitapun ada jugalah perasaan

19.Apakah perawat selalu melaksanakan komunikasi terapeutik secara berurutan?

Iya, berurutan

20.Berapa lama frekuensi dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien?

Kalau aku sih gak suka lama-lama memang. Mau sampe 15-20 menit 21.Cukupkah komunikasi terapeutik saja dalam kesembuhan pasien?

Kalau tidak, faktor-faktor apa sajakah yang mampu mendukung kesembuhan pasien?

Gak cukup, harus didukung faktor obat dan kegiatan-kegiatan yang lain

22.Apa manfaat pelaksanaan komunikasi terapeutik yang Anda dapatkan? Jadi tau apa penyebab dia sakit, gimana awal mulanya dia mengalami gangguan jiwa dan bisa mendekatkan diri dengan pasien agar pasien terbuka sama kita

 Tentang Hambatan

4. Apakah sejauh ini Anda merasakan kesulitan dalam menghadapi pasien jiwa?

(24)

5. Faktor apa yang menjadi penghambat pelaksanaan komunikasi terapeutik?

Hambatannya dari pasien yang tidak kooperatif

(25)

124

Universitas Sumatera Utara 5. Hasil Wawancara Informan Kelima

Nama : Teresia Manullang Skm

Usia : 29 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan. Pales III No.26

Pendidikan : S1

Stambuk : 2013

Tanggal Wawancara : 13 Juni 2016

 Pertanyaan Umum

1. Sudah berapa lama Anda bekerja di Rumah sakit ini? 9 tahun

2. Apakah Anda mengetahui rumah sakit ini sebelumnya? Mengapa Anda memilih bekerja disini? Sebelumnya bekerja dimana?

Belum tahu, awalnya diajak kawan, sebelumnya belum pernah kerja 3. Bagaimana perasaan Anda pertama sekali bekerja di rumah sakit ini?

Pertama kali merasa takut karna menghadapi orang gila

4. Bagaimana Anda menyesuaikan diri dengan kondisi disini dan butuh waktu berapa lama?

Dijalani ajalah dengan bergaul selama 1 bulan sudah akrab dengan perawat yang lainnya

5. Pengalaman apa yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini? Lebih mengetahui obat-obatan untuk pasien jiwa

6. Apakah ada ketakutan ketika pertama sekali bekerja disini? Ada, takut kena ganggu oleh pasien jiwa

 Tentang Pasien Jiwa

(26)

2. Berapa rata-rata usia pasien jiwa yang berobat di rumah sakit ini? 25-50 tahun

3. Masalah kejiwaan apa saja yang diterima di rumah sakit ini? Dan masalah kejiwaan apa yang paling sulit dihadapi?

Depresi, Narkoba. Untuk masalah kejiwaan yang sulit dihadapi pasien narkoba karna lebih susah diatur

4. Menurut informasi dari keluarga, apa penyebab pasien mengalami gangguan jiwa?

Karna menggunakan narkoba, Karena masalah pikiran

5. Apakah mereka masih mempunyai keluarga? Masih sering dikunjungi keluarga? berapa kali?

Masih punya keluarga, dikunjungi dua kali sebulan

6. Apa saja kegiatan yang dilakukan pasien jiwa di rumah sakit ini? Main bulu tangkis, membersihkan ruangan dll

7. Apa kesan negative dan positif yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini?

Pernah dipukul, dimaki pas lagi ngomong atau pasien yang baru-baru masuk. Untuk positifnya lebih mengerti tentang pasien jiwa

 Tentang Terapeutik

1. Bagaimana persiapan awal Anda sebelum melakukan interaksi ataupun komunikasi dengan pasien jiwa?

Cuci tangan, mengumpulkan data pasien, mempersiapkan diri agar tidak takut dengan pasien

2. Bagaimana cara Anda dalam menangani pasien jiwa pada kunjungan pertama?

(27)

126

Universitas Sumatera Utara pasien. Kita kasih salam, kita kasih senyum. “siapa namanya dek? Kenapa kok bisa kemari?” biasanya kalau pasien ditanya kenapa dibawa kemari jawaban pasiennya “gak tau kenapa saya dibawa kemari, katanya saya marah-marah”. Kita tanya nama panggilannya “ namanya siapa biasa dipanggil?” . Barulah kita jelaskan apa tugas perawat yang akan mengobati dia dan juga menjelaskan tujuan pasien kesini untuk apa serta menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan pasien selama di rumah sakit ini.

3. Bagaimana cara Anda menghadapi pasien jiwa yang tidak mau berbicara ketika diajak berkomunikasi?

Kalau pasien itu tidak mau ngomongkan itu sebagai penyakit jadi kita kasih obat ataupun terapi. Biar dia mau berinteraksi dengan kawannya dan perawat

4. Apa yang Anda lakukan pada tahap kerja untuk penyembuhan pasien jiwa tersebut?

Kita periksa dulu tekanan darahnya, nadinya “ sebentar ya buk, kita periksa sebentar biar cepat sembuh” kalau normal kita lapor ke dokter baru kita kasih terapinya. Terapi yang saya lakukan dengan mengajari pasien berinteraksi kepada orang lain dan kita dukung aktivitasnya. Contohnya kita berikan nasihat berupa apalah pokoknya yang diyakini selama ini salah yang nantinya pasien akan berfikir sendiri terhadap anggapan yang nyata (sehari-hari)

5. Bagaimana cara perawat menghadapi penolakan dari pasien jiwa terhadap tindakan pengobatan yang akan dilakukan?

Kita panggil perawat yang laki-laki kalau memang pasiennya laki-laki begitu juga sebaliknya . disuruh pegang , dipaksa atau kita rantai kakinya dulu. Baru dilakukan pengobatannya

(28)

Pada fase terminasi, kita tanyakan misalnya bu Ratna pertemuan kita pada kesempatan ini sudah habis waktunya, bagaimana perasaan bu Ratna setelah berdiskusi mengenai manfaat kalau seandainya kita punya kawan. Bagaimana perasaan bu Ratna? Bagus sekali bu Ratna sudah mengatakan perasaan berarti bu Ratna sudah bekerja sama dengan baik sama saya. Coba sebutkan apa manfaat punya kawan?. Setelah itu kita buat perjanjian waktu dan tempat pertemuan. Besok kita bahas yang lain ya? Selain itu kita juga harus memberitahu pada keluarga pasien bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien. Memberikan penjelasan agar pasien jangan dibiarkan melamun atau sendirian, untuk menghindari pasien kambuh lagi

7. Komunikasi yang seperti apakah yang membuat pasien merasa tidak senang?

Kalau kita maki-maki, marah, kasar pasien tidak suka. Karna mayoritas pasien jiwa itu harus dilembutin

8. Apakah perawat selalu melaksanakan komunikasi terapeutik secara berurutan?

Kadang ia kadang ngak

9. Berapa lama frekuensi dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien?

10 menit

10.Cukupkah komunikasi terapeutik saja dalam kesembuhan pasien? Kalau tidak, faktor-faktor apa sajakah yang mampu mendukung kesembuhan pasien?

(29)

128

Universitas Sumatera Utara diri. ECT ini tidak sembarang digunakan harus ada criteria pasien yang akan digunakan terapi ini

11.Apa manfaat pelaksanaan komunikasi terapeutik yang Anda dapatkan? Membuat pasien terbuka sama kita tentang masalah dan keluhan si pasien dan kita juga lebih mudah mengerti dan memahami apa maunya si pasien

 Tentang Hambatan

1. Apakah sejauh ini Anda merasakan kesulitan dalam menghadapi pasien jiwa?

Gak merasa kesulitan makanya betah selama Sembilan tahun

2. Faktor apa yang menjadi penghambat pelaksanaan komunikasi terapeutik?

Faktor penghambatnya terkadang pasien ngamuk jadi kita gak bisa melakukan komunikasi, dan terkadang juga kalau mood saya tidak baik

3. Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

(30)

6.Hasil Wawancara Informan Keenam

Nama : Dr. Donald F. Sitompul, Sp. Jenis Kelamin : Pria

Alamat : Jln. Sei Putih No.86 Tanggal Wawancara : 13 Juni 2016

 Pertanyaan Umum

1. Sudah berapa lama Anda bekerja di Rumah sakit ini? Uda lama ada 20 tahun

2. Mengapa Anda memilih bekerja disini? Sebelumnya bekerja dimana? Ya kerjasama dengan pemilik rumah sakit ini, selain bekerja disini saya bjuga bekerja di fakultas kedokteran Metodhist

3. Bagaimana perasaan Anda pertama sekali bekerja di rumah sakit ini? Gak ada apa-apa

4. Pengalaman apa yang pernah Anda rasakan selama bekerja disini? Ya periksa pasien, obati pasien, sembuh dia , puas kita

 Tentang Pasien Jiwa

1. Berapa jumlah rata-rata pasien jiwa di rumah sakit ini? Rata-rata 10 orang pasien

2. Berapa rata-rata usia pasien jiwa yang berobat di rumah sakit ini? Usia produktif dari 20-50 tahun

3. Masalah kejiwaan apa saja yang diterima di rumah sakit ini? Dan masalah kejiwaan apa yang paling sulit dihadapi?

Gangguan jiwa berat, yang paling sulit juga ya gangguan jiwa berat ini 4. Menurut informasi dari keluarga, apa penyebab pasien mengalami

gangguan jiwa?

(31)

130

Universitas Sumatera Utara 5. Apakah mereka masih mempunyai keluarga? Masih sering dikunjungi

keluarga? berapa kali?

Masih punya keluarga, dikunjungi keluarga tiap minggu

6. Apa saja kegiatan yang dilakukan pasien jiwa di rumah sakit ini? Olahraga, bimbingan dari sudut agama

 Tentang Terapeutik

1. Menurut Anda apa pengertian terapeutik?

Ya macam mana kita berkomunikasi dengan dia supaya dia menjadi lebih bagus, untuk sembuh ngak, tapi untuk lebih bagus

2. Bagaimana persiapan awal Anda sebelum melakukan interaksi ataupun komunikasi dengan pasien jiwa?

Gak ada persiapan apa-apa uda rutin saja

3. Bagaimana cara Anda dalam menangani pasien jiwa pada kunjungan pertama?

Kalau dia bagus, komunikatif ya biasa-biasa saja, kalau dia gundah gelisah meribut kita intervensi dia dengan obat-obatan, suntikan

4. Bagaimana cara Anda menghadapi pasien jiwa yang tidak mau berbicara ketika diajak berkomunikasi?

Banyak caranya bisa dengan obat-obatan, injeksi bisa dengan menggunakan alat-alat yang lain

5. Apa yang Anda lakukan pada tahap kerja untuk penyembuhan pasien jiwa tersebut?

Kita adakan psikoterapi, kita kasih penguatan sama dia biar kalau dia pulang ke masyarakat jadi bagus

6. Bagaimana cara perawat menghadapi penolakan dari pasien jiwa terhadap tindakan pengobatan yang akan dilakukan?

(32)

7. Komunikasi yang seperti apakah yang membuat pasien merasa tidak senang?

Komunikasi yang terlampau kasar, pasien jiwa itu orang yang butuh kasih sayang. Kalau kita kasar sama dia akan nolak kita

8. Apakah perawat selalu melaksanakan komunikasi terapeutik secara berurutan?

Ya ada asistenlah bukan saya sendiri. Tapi tetap harus dilakukan secara berurutan

9. Berapa lama frekuensi dalam melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien?

Paling lama 15 menit

10.Cukupkah komunikasi terapeutik saja dalam kesembuhan pasien? Kalau tidak, faktor-faktor apa sajakah yang mampu mendukung kesembuhan pasien?

Gak cukup, ngomong-gomong aja sama pasien jiwa itu gak cukup harus dibantu dengan obat-obatan

11.Apa manfaat pelaksanaan komunikasi terapeutik yang Anda dapatkan? Manfaat buat saya biasa saja, buat pasiennya banyak mereka merasa dihargai dan mereka merasa diperhatikan

12.Apa beda perawat jiwa dan perawat umum menurut anda?

Perawat jiwa itu harus tau tentang semua aspek-aspek kejiwaan kalau perawat umum tidak perlu dia tau itu. Sekolahnya lebih lanjut daripada perawat biasa. Untuk perawat jiwa tambah setahun lagi

13.Pada saat kapankah dokter turun tangan dalam menangani pasien? Terus

(33)

132

Universitas Sumatera Utara 15.Pasien yang bagaimanakah bisa dikatakan pulih atau sudah bisa

pulang?

(34)

BIODATA PENELITI

Nama : Rusna Falentina Simangunsong

Tempat/Tanggal Lahir : Balige/10 Maret 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat: : Jln. Berdikari No. 2, Pasar 1, Padang Bulan Medan

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Riwayat Pendidikan : SD Negeri No.174550

SMP Negeri 2 Balige

SMA Swasta RK Bintang Timur Rantauprapat

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (Imajinasi) FISIP USU (2012-saat ini)

2. Pernah mengikuti organisasi Fotografi Komunikasi USU ( FOKUS)

3.Pernah mengikuti UKM KMK USU

Nama Orangtua : 1. Ayah : H. Simangunsong

2. Ibu : T. Panjaitan

Pekerjaan Orang tua : 1. Ayah : Petani

(35)

134

Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1. Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Rusna Falentina Simangunsong

NIM :120904131

PEMBIMBING :Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si

No TGL.

PERTEMUAN

PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING

1. 8 April 2016 ACC Seminar Proposal

2. 11 April 2016 Seminar Proposal

3. 18 April 2016 Revisi Bab I-III

4. 26 April 2016 Revisi beberapa bagian dari Bab II mengenai kajian pustaka dan Model Teoritik

5. 5 Mei 2016 Menyusun daftar pertanyaan

6. 13 Mei 2016 Revisi daftar pertanyaan dan revisi beberapa bagian Bab II-III

7. 11 Mei 2016 Revisi urutan teori, revisi Bab III mengenai metode penelitian dan teknik pengumpulan data

(36)

wawancara dan diijinkan turun kelapangan

9 1 Juni 2016 Diskusi persiapan wawancara lapangan

10 21 Juni 2016 Diskusi hasil wawancara dan ditugaskan untuk melanjutkan ke bab IV

(37)

93

Universitas Sumatera Utara DAFTAR REFERENSI

Baswori dan Suwandi. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media . 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Bogdan, Robert. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Usaha Nasional

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: Refika Aditama.

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

.1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

(38)

Hasan, M. Iqbal.2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Citra Aditya Bakti.

Lubis, Suwardi. 1998. Metodologi Psikologi Komunikasi. Medan : USU Press.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, L.J. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press Nurhasanah, Nunung. 2010. Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta: PT Fajar Interpretama

(39)

95

Universitas Sumatera Utara Sumber lainnya:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional, 2013.

American Nurses Associattions (ANA)

Data rekam medik 2015 RS.Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab IX pasal 144

Sumber Online:

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.p df, diakses tanggal 22 Februari 2016 Pukul 15:00 WIB

www.medanbisnisdaily.com/.../usia-produktif-dominasi-pasien-rs-jiwa/, diakses tanggal 22 februari 2016 Pukul 19:34 WIB

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2020

13.pdf, diakses tanggal 25 Februari 2016 Pukul 13:40 WIB

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32281/3/Chapter%20II.pdf, diakses tanggal 5 Maret 2016 Pukul 18:56

http://www.academia.edu/11363827/PROSES_KOMUNIKASI_TERAPEUTIK_PERAWAT

_DALAM_MEMPERSUASI_PASIEN_UNTUK_BERAKTIVITAS, diakses tanggal 10

(40)
(41)

26

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Kualitatif

Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (Hasan, 2002:21). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (1989), jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dimana data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada angka-angka ( Baswori dan Suwandi, 2008:187). Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk:

1. Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang

berlaku

3. Membuat perbandingan atau evaluasi

4. Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Hasan,2002;22)

(42)

memanipulasi objek karena kehadirannya mungkin mempengaruhi gejala, peneliti harus berusaha memperkecil pengaruh tersebut.

Penelitian kualitatif biasanya menekankan observatif partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Maka dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada observasi dan wawancara mendalam dalam menggali data bagi proses validitas penelitian ini, tetapi tetap menggunakan dokumentasi.

3.2 Subjek Penelitian

Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2014:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian ini disebut informan. Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi subjek penelitian ini adalah perawat jiwa dan dokter yang masih aktif dan bersedia menjadi partisipan di Rumah Sakit Bina Karsa Medan.

3.2.1 Penentuan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah perawat yang telah mengikuti pendidikan khusus dalam menggunakan komunikasi terapeutik, masih aktif , dan bersedia menjadi partisipan. Pemilihan informan yang akan menjadi sumber data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan menentukan subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. Subjek yang akan diteliti yaitu perawat jiwa dan dokter. Proses ini baru berakhir bila peneliti merasa data telah jenuh, artinya peneliti merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru dari wawancara.

3.3 Objek Penelitian

(43)

28

Universitas Sumatera Utara 3.4 Kerangka Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umumnya dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti oleh objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2007 : 68) yaitu:

1. Place, tempat dimana interaksi dalam penelitian berlangsung. Penelitian ini akan berlangsung di Rumah Sakit jiwa Bina Karsa Medan.

2. Actor, pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian tersebut. Dalam hal ini adalah Perawat jiwa dengan jumlah subjek penelitian yang tidak ditentukan (penelitian hingga data jenuh).

3. Activity, kegiatan yang dilakukan actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Kegiatan yang akan diteliti adalah Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode analisis data atau bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti, yaitu: 1. Wawancara Mendalam

(44)

oleh pewawancara. Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian (Bungin, 2010:108). Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara lainnya (Bungin, 2010:108).

2. Observasi

Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamat hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tidak berstruktur maksudnya observasi dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini, yang terpenting adalah pengamat harus menguasai “ilmu” tentang objek secara umum dari apa yang hendak diamati (Bungin, 2010:116-117).

3. Literatur

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan data literatur dan sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca atau mecari buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet, dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

3.5.1 Keabsahan Data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap masalah-masalah tertentu.Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil yang digunakan sudah berjalan dengan baik.

(45)

30

Universitas Sumatera Utara 1. Peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi non partisipasi

untuk mengumpulkan data. Maka, pastikan setiap wawancara telah terhimpun catatan wawancara dengan informan dan catatan observasi

2. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap catatan-catatan tersebut untuk memastikan tidak ada informan yang bertentangan antara catatan wawancara dengan catatan observasi. Apabila catatan-catatan tersebut tidak relevan, peneliti harus menginformasikan kembali kepada informan.

3. Hasil konfirmasi perlu diuji kembali dengan informasi sebelumnya (Bungin, 2010:252).

Proses triangulasi dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dalam menganalisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasi kepada informan (Bungin, 2010:252).

Uji keabsahan melalui triangulasi karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga substansi kebenaran apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak. Kebenaran bukan hanya muncul wacana etnik dari masyarakat yang diteliti (Bungin, 2010:253).

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang akan dikumpulkan dari informan di lapangan yang akan dilakukan dengan proses pengumpulan data secara terus-menerus hingga data jenuh. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007:92), yaitu: 1. Reduksi Data

(46)

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

(47)

32

Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini, peneliti akan memaparkan hasil-hasil yang sudah ditemukan di lapangan, baik data yang telah didapatkan melalui wawancara dengan perawat jiwa dan dokter jiwa juga data yang diperoleh dari pengamatan peneliti saat berlangsungnya proses komunikasi terapeutik dengan pasien.

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

(48)
(49)

34

Universitas Sumatera Utara menghampiri dan bertanya dimana ruang direktur ia segera menunjukkan ruang disebelah kiri. Dari beberapa orang yang duduk disampingnya juga memanggil peneliti sambil tersenyum merasa lucu melihat peneliti, ternyata peneliti berbicara dengan pasien jiwa saat itu peneliti merasa malu. Setelah mengetahuibahwa ditempat itu bisa dilakukan penelitian, peneliti langsung ke kampus untuk menjelaskan masalah penelitian dan sekaligus untuk solusi dari masalah yang dialami peneliti.Hari berikutnya peneliti mengurus surat ijin untuk yang kedua kali dan menunggu seminggu untuk mengambil suratnya dari kampus. Secepatnya peneliti langsung memberikan surat ijin penelitian ke Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa tanggal 8 Juni 2016, besoknya tanggal 9 Juni 2016 peneliti ditelepon datang ke rumah sakit jam 09:00 untuk menjumpai direktur Rumah Sakit Bina Karsa dan peneliti di ijinkan besok sudah bisa memulai penelitian. Rumah Sakit Swasta Bina Karsa Medan di Simpang Simalingkar merupakan rumah sakit pusat, dan memiliki rumah sakit cabang yang terletak di daerah Tuntungan, Kecamatan Pancur batu. Besoknya peneliti datang ke tempat penelitian, setelah membayar administrasi peneliti mewawancarai satu perawat yaitu bang Marwan yang kebetulan sudah dua kali berpapasan saat mengurus surat ijin penelitian yang membuat peneliti merasa tidak canggung lagi berhadapan dengan perawat itu. Selama proses wawancara dengan responden pertama peneliti tidak merasa kesulitan dan gugup dalam mewawancarainya karna dalam proses wawancarapun peneliti dan responden dibarengi dengan ketawa dan setelah siap wawancara peneliti juga bertanya banyak tentang rumah sakit maupun tentang pasien jiwa. Suasana disana saat itu sedang sibuk-sibuknya dan juga pimpinannya datang, jadi peneliti merasa bahwa besoknya lagi melakukan penelitian takut mengganggu kesibukan para perawat dan petugas yang lainnya. Tetapi sebelum pulang peneliti meminta ijin kepada pimpinannya untuk melihat-lihat atau mengobservasi Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa dengan dipandu bang Marwan selaku perawat. Peneliti mencoba mengelilingi kawasan rumah sakit yang berukuran sederhana itu sambil mengambil gambar dari beberapa papan informasi. Dari satu kamar isolasi terlihat seorang laki-laki mengamati dan menyapa peneliti

(50)

yang mengerjakan tugas akhir dirumah sakit tersebut, setelah itu peneliti menanyakan nama pasien dan dia sempat bertanya “untuk apa nama saya kakak tau?”peneliti meyakinkan hanya untuk sekedar kenalan saja, pasien itu menyebutkan namanya dengan tiga nama yang berbeda, peneliti menyimpulkan bahwa pasien tersebut salah satu pasien dengan masalah jiwa curiga tinggi.

(51)

36

Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa yang berlokasi di simpang Simalingkar ini adalah pusat rumah sakit jiwa Bina Karsa dan cabang di daerah Tuntungan. Jumlah perawat dan pasien rumah sakit jiwa Bina Karsa pusat lebih sedikit dibandingkan Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa cabang, karena sebagian pasien dari pusat dipindahkan ke rumah sakit pusat untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik dikarenakan di pusat memiliki fasilitas pengobatan pasien yang lebih lengkap dan rehabilitasinya lebih bagus. Rumah Sakit Bina Karsa cabang menetapkan sistem kontrak yang dibayar perbulan sedangkan di pusat masih bayar perhari, dikarenakan lebih murah pembayaran sistem kontrak perbulan pihak keluarga tidak keberatan jika pasien dipindah kecabang. Selama melakukan observasi dan wawancara dari mulai tanggal 10-17 Juni 2016 total seminggu peneliti tidak merasa kesulitan apalagi dengan sikap ramah dari para perawat sebagai responden peneletian. Disini peneliti menjadikan semua perawat dengan jumlah 5 orang menjadi informan ditambah satu dokter sebagai informan tambahan. Tanggal 13 Juni 2016 peneliti mengakhiri penelitiannya karena data yang diperlukan sudah lengkap dan datanya sudah jenuh.

4.1.1 Pengantar Data

4.1.1.1 Sejarah RSJ Bina Karsa Medan

Pada bulan November 1989 adalah awal berdirinya Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa di kota Medan dengan lahan dan bangunan terletak di Jalan Pales III Nomor 19 kota Medan. Rumah Sakit Bina Karsa didirikan dengan semangat pengabdian untuk melayani masyarakat khususnya pada bidang kesehatan jiwa. Adapun layanan bidang kesehatan jiwa dari Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa diantaranya meliputi, konsultasi masalah kesehatan kejiwaan, psikoterapi, rawat jalan,rawat inap gangguan jiwa ringan, rawat inap gangguan jiwa berat, rawat inap rehabilitasi mental dan rawat inap rehabilitasi bagi para pecandu Narkoba.

(52)

pengobatan dan perawatan, pada bangunan Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa yang beralamat di Jalan Pales III Nomor 19 Medan memiliki kapasitas 28 (dua puluh delapan) tempat tidur yang terdiri dari 2 (dua) tempat tidur kelas I, 2 (dua) tempat tidur kelas II, 22 (dua puluh dua) tempat tidur kelas III dan 2 (dua) tempat tidur isolasi. Selain di lokasi tersebut, Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa memiliki lahan dan bangunan yang terletak di Desa Tuntungan, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, dengan luas lahan 1 (satu) hektar yang digunakan sebagai pusat rehabilitasi gangguan kejiwaan dan kecanduan narkoba. Di lokasi tersebut diantaranya terdapat fasilitas 4 (empat) ruangan besar kamar rawat inap (bangsal) masing-masing memiliki 8 (delapan) tempat tidur, 2 (dua) tempat tidur kelas I, 2 (dua) tempat tidur kelas II, tempat tidur isolasi, lahan peternakan, lahan pertanian, sarana olah raga seperti lapangan bola, bulu tangkis, tenis meja, bilyard dan ruangan serba guna. Dengan sarana prasarana yang lebih dari memadai dan berada dilingkungan yang asri, kiranya Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa dapat memberikan pelayanan yang prima dan paripurna bagi masyarakat khususnya pada bidang kesehatan jiwa.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No: HK.02.03/I/0452/2015, sejak tahun 2015 Rumah Sakit Bina Karsa telah ditetapkan menjadi Rumah Sakit Khusus Jiwa Kelas C. Selain itu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit Bina Karsa juga telah melakukan kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Surat MOU /51/IX/DE/RH.01/2015/BNN, Tentang Pelaksanaan Dukungan Peningkatan Kemampuan Layanan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat.

4.1.1.2 Profil Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan

Alamat: Jalan Pales III Nomor 19 Medan Sumatera Utara 20135 Telepon: 061-8361448

(53)

38

Universitas Sumatera Utara 4.1 Foto ruangan pasien

4.1.1.3 Visi dan Misi

 Visi

Menjadikan rumah sakit jiwa bina karsa menjadi rumah sakit jiwa terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di sumatera utara tahun 2018

 Misi

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan iptek

2. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit

3. Meningkatkan mutu pelayanan, keamanan dan keselamatan pegawai dan pasien

4. Meningkatkan kesejahteraan pegawai

 Falsafah

Melayani secara profesional untuk kebaikan pasien, nilai-nilai pasien dilayani dengan cara benar tanpa membedakan golongan, agama dan suku.

 Motto:

SETIA BUDI “SETIA DAN BERBAIK BUDI

4.1.1.4 Fasilitas dan Layanan

(54)

(dua) tempat tidur kelas I, 2 (dua) tempat tidur kelas II, 22 (dua puluh dua) tempat tidur kelas III dan 2 (dua) tempat tidur isolasi. Selain di lokasi tersebut, Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa memiliki lahan dan bangunan yang terletak di Desa Tuntungan, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, dengan luas lahan 1 (satu) hektar yang digunakan sebagai pusat rehabilitasi gangguan kejiwaan dan kecanduan narkoba. Di lokasi tersebut diantaranya terdapat fasilitas 4 (empat) ruangan besar kamar rawat inap (bangsal) masing-masing memiliki 8 (delapan) tempat tidur, 2 (dua) tempat tidur kelas I, 2 (dua) tempat tidur kelas II, tempat tidur isolasi, lahan peternakan, lahan pertanian, sarana olah raga seperti lapangan bola, bulu tangkis, tenis meja, bilyard dan ruang pertemuan. Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa juga dilengkapi dengan peralatan medis khususnya pada kesehatan jiwa yang memadai, layanan IGD 24 Jam dan armada ambulan. Selain itu Rumah Sakit Bina Karsa juga memiliki dokter spesialis jiwa, dokter umum, psikolog, perawat, tenaga administrasi dan petugas keamanan, yang masing-masing memiliki kompetensi yang baik pada bidangnya.

Adapun layanan dari Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa dengan fasilitas kamar perawatan yang dirancang khusus untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pasien sehingga secara psikologis dapat mempercepat proses penyembuhan pasien meliputi:

1. Konsultasi kesehatan kejiwaan 2. Psikoterapi

3. Rawat jalan

4. Rawat inap gangguan jiwa ringan 5. Rawat inap gangguan jiwa sedang 6. Rawat inap gangguan jiwa berat

7. Rawat inap rehabilitasi bagi para pecandu narkoba 8. Layanan ambulan dan IGD 24 Jam

Dokter yang bertugas pada Rumah Sakit Bina Karsa adalah sebagai berikut : 1. dr. Donald F. Sitompul, Sp.KJ. (direktur/dokter spesialis kejiwaan)

(55)

40

Universitas Sumatera Utara 3. dr. Freidric Lupini, Sp.KJ. (dokter spesialis kejiwaan)

4. dr. Ricky Wijaya Tarigan, Sp.KJ. (dokter spesialis kejiwaan) 5. drg. Adelina Lientje Turangan (dokter gigi)

6. dr. Indah Julika (dokter umum)

7. dr. Indra Wahyu Kesuma (dokter umum)

Psikolog yang bertugas pada Rumah Sakit Bina Karsa adalah sebagai berikut :

 Drs. Sunarso, S.Psi. (Psikolog)

 Daniel Perangin angin, S.Psi. (Psikolog/Konselor)

Adapun biaya perawatan/tarif pada Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa adalah sebagai berikut:

 Untuk tempat tidur kelas I, biaya perawatan/tarif per harinya sebesar Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah)

 Untuk tempat tidur kelas II, biaya perawatan/tarif per harinya sebesar Rp.300.000,- (tiga ratus ribu rupiah)

 Untuk tempat tidur kelas III, biaya perawatan/tarif per harinya sebesar Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah)

*Tarif tersebut tidak termasuk obat-obatan

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Wawancara dan Pengamatan Informan 1

Nama : Marwan

Usia : 25 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Jln. Pales III No.19 Simpang Simalingkar

Pendidikan : AMK

Stambuk : 2010

Tanggal Wawancara : 10 Juni 2016

(56)

sakit jiwa Bina Karsa, sesampai disana peneliti melihat pimpinan rumah sakit Bapak Pastika, pegawai dan perawat lainnya yang sedang sibuk. Salah satu perawat menyamperin peneliti ketika melihat peneliti datang dari arah gerbang. Perawat yang sudah dua kali peneliti temuin selama mengurus surat ijin di rumah sakit tersebut sehingga untuk pertemuan saat itu peneliti tidak merasa canggung lagi bahkan peneliti merasa lebih akrab dengan perawat yang peneliti panggil dengan kata “bang Marwan” itu juga sangat ramah. Awal kedatangan peneliti langsung diketahui yaitu untuk mewawancarai para perawat, kebetulan perawat Marwan tidak begitu sibuk sehingga langsung menawarkan diri untuk diwawancarai sebagai informan yang pertama. Langsung saja peneliti dan perawat mengambil tempat yang benar-benar nyaman dalam melakukan wawancara, sesaat peneliti segera menyiapkan alat bantu perekam yaitu gadget serta alat tulis untuk mencatat hal-hal penting dari wawancara dan tidak lupa mendokumentasikan.

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mengetahui biodata perawat Marwan yang merupakan perawat yang sudah 1 tahun bekerja dirumah sakit Bina Karsa Medan. Perawat Marwan bersama satu perawat yang lain bertempat tinggal dirumah sakit sedangkan perawat yang lain tinggal dirumah masing-masing karna sebagian sudah memiliki keluarga. Perawat yang tinggal dirumah sakit itu dalam bekerja tidak berdasarkan shift tetapi bekerja selama 24jam. Ketika pertama sekali bekerja dirumah sakit Bina Karsa perawat Marwan mengaku tidak ada rasa takut karena sebelumnya sudah pernah bekerja dirumah sakit jiwa Poso, jadi sudah tau bagaimana menghadapi pasien jiwa.

“Jumlah pasien yang datang kerumah sakit Bina Karsa ini rata-rata 10 orang dengan rata-rata umur 30-60 tahun”

Perawat Marwan menyampaikan bahwa jumlah pasien jiwa mereka per minggunya kalau dirata-ratakan berjumlah 10 orang pasien yang berkunjung baik untuk konsultasi, rawat jalan dan rawat inap. Sedangkan segi umur pasien berbeda-beda dirata-ratakan berumur 30-60 tahun.

“Masalah stress, depresi, narkoba. Masalah jiwa yang sulit

(57)

42

Universitas Sumatera Utara merusak barang, bicara sendiri, nangis sendiri, makan tidak

mau, tidur negatif( susah tidur)”

Saat peneliti menanyakan masalah pasien jiwa apa saja yang diterima dirumah sakit Bina Karsa dan berdasarkan informasi keluarga pasien apa penyebab pasien mengalami gangguan jiwa perawat Marwan menyebutkan secara garis besar masalah gangguan jiwa yaitu stress, depresi, dan narkoba. Setiap pasien yang berkunjung kerumah sakit itu perawat selalu menanyakan kepada keluarga pasien tentang keluhan pasien dan juga apa yang menyebabkan pasien mengalami gangguan jiwa. Pasien dibawa kerumah sakit oleh keluarganya karena pasien melakukan tindakan yang tidak normal.

“ Kegiatan yang dilakukan pasien jiwa selama berada dirumah sakit ini yaitu bersih-bersih ruangan kamarnya sendiri, halaman, bersih diri sendiri. Disini juga disedikan TV jadi pasien bisa menonton jika bosan didalam kamar terus”

Rumah sakit Bina Karsa memberikan kegiatan sehari-hari yang akan dilakukan para pasien jiwa rawat inap untuk menghindari rasa bosan pasien agar tidak dikamar saja, kegiatan yang juga melatih dirinya untuk hidup seperti halnya orang-orang normal pada umumnya. Kegiatan itu bersih-bersih baik lingkungan ataupun dirinya sendiri, dan juga pasien bisa menonton menghilangkan kebosanan.

“Kesan negatifnya, pernah disiram pasien dengan air karena disuruh untuk makan dan mandi dan Pernah ngantar pasien dan pasiennya menjerit mengaku dirampok dan kami dikerumunin massa yang membawa boroti,kayu. Sedangkan untuk kesan positifnya pasien bisa diajak sebagai teman”

Ketika ditanya kesan negatif dan positif selama bekerja di rumah sakit Bina Karsa perawat Marwan sembari ketawa menjawab kesan yang masih tetap diingatnya sampai sekarang. Banyak pengalaman perawat ketika merawat pasien jiwa walaupun terkadang perawat pernah mendapatkan perlakuan buruk dari pasien, perawat tidak menjadikan itu untuk suatu hal yang didendamkan malah dijadikan teman seperti yang dilakukan perawat Marwan.

Gambar

Tabel 2.1 Tahap komunikasi terapeutik (Intan dalam Damaiyanti, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat untuk membantu penyembuhan pasien dan meningkatkan keterampilan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana hubungan kegiatan komunikasi interpersonal (terapeutik ) yang dilakukan perawat terhadap penyembuhan pasien rawat inap SMF

Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat kita ketahui metode komunikasi terapeutik di Rumah sakit Jiwa provinsi Jabar yang dilakukan oleh perawat

(Studi Deskriptif Tentang Teknik Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Kepada Pasien Halusinasi Dalam Proses Penyembuhan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena hanya atas kehendak-Nya, skripsi dengan judul KOMUNIKASI

free rifght ) atas kerya ilmiah saya karya ilmiah saya yang berjudul : GAMBARAN PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN OLEH PERAWAT

diperoleh hasil hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit lslam Kendal menghasilkan t = 0,225 yang artinya hubungan

Korelasi variable Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Keluarga ODGJ Komunikasi Terapeutik Perawat Kepuasan Keluarga ODGJ  Puas Cukup Puas Total n % n % n %