• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project di LembangBandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project di LembangBandung"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN

KELINCI

ASEP’S RABBIT PROJECT

DI LEMBANG BANDUNG

ADHITYA RAHMANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan KelinciAsep’s Rabbit Project di LembangBandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ADHITYA RAHMANA. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project di LembangBandung. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan ASNATH MARIA FUAH.

Peternakan kelinci merupakan usaha yang unik dan berbeda dengan subsektor peternakan lainnya seperti ayam, itik, domba, sapi, atau kerbau. Ternak kelinci memiliki potensi ekonomi yang tinggi, terutama untuk menghasilkan daging dan kulit-rambut bermutu. Usaha peternakan kelinci di Lembang yang cukup besar adalah Asep’s Rabbit Project (ARP). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal pada usaha budidaya di Peternakan Asep’s Rabbit Project serta merumuskan strategi pengembangannya. Hasil berdasarakan analisis SWOT menunjukanstrategi yang dapat dilakukandalam rangka pengembangan usaha adalahmempertahankan kualitas ternak kelinci dan pakan kelinci, memperkuat hubungan antar peternak kelinci di Indonesia, menjalin kerjasama dengan peternak kelinci kecil dan melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar.Selainitu komunikasi yang intensif dengan pemerintah perlu dilakukan, melakukan pelaporan berkala dan penerapan terkait usaha ternak kelinci, manajemen yang memadai termasuk evaluasi secara rutin terhadap usaha yang dilakukan.

Kata kunci: kelinci, peternak kecil, strategi pengembangan,

ABSTRACT

ADHITYA RAHMANA.Business Development Strategies of Asep’s Rabbit Project Farm in Lembang, Bandung. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and ASNATH MARIA FUAH.

Rabbit farm is a unique farm which is different from other livestock businesses, such as chickens, ducks, sheep, cow, or buffalo business. Rabbit fram has a high economic potential, especially for producing meat and skin-quality hair. One of the Rabbit breeding business in Lembang is Asep's Rabbit Project (ARP.) This study was aimed to identify and analyze the influences of the internal and external factors on Asep's Rabbit Project farm and to formulate the business development strategies. The results of SWOT analysis showed that strategies for development could be done through maintaining quality of rabbits and rabbit feed and strengthening the relationships among rabbit breeders in Indonesia. Therefore, working with a small rabbit breeders and providing guidance to the public about good farming prioritiesand improving communication and relationship with government are needed. The strategies also involvedregular reporting related to the rabbits enterprises, and create a good control on the farms, especially regarding the management aspect through monitoring and evaluate program of the farm on a regular basis.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN

KELINCI

ASEP’S RABBIT PROJECT

DI LEMBANG BANDUNG

ADHITYA RAHMANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project di LembangBandung

Nama : Adhitya Rahmana NIM : D14090037

Disetujui oleh

Muhamad Baihaqi,SPt MSc Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Asnath Maria Fuah,MS Pembimbing II

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah kelinci, dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project di LembangBandung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi,SPt MSc dan Ibu Dr Ir Asnath Maria Fuah,MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Asep Sutisna sebagai pemilik peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, opak, reza, alit, rany, aga, ipank, jeco, sertakeluarga besar Golden Ranch IPTP 46 atas segala doa dan kasih sayangnya.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Alat 2

Prosedur 2

Analisis Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 3

Analisis Lingkungan Internal 4

Analisis Eksternal 6

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project 7

Analytical Hierarchy Process 11

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

(11)

DAFTAR TABEL

1 Profil tenaga kerja ARP 4

2 Komposisi nutrien yang diberikan pada ternak kelinci berdasarkan

umur 5

3 Matriks internal factor evaluation (IFE) 8

4 Matriks external factor evaluation (EFE) 9

5 Pengaruh pelaksana dalam upaya pengembangan usaha peternakan

kelinci Asep’s Rabbit Project 11

6 Alternatif strategi pada pengembangan usaha peternakan kelinci Asep’s

Rabbit Project 12

DAFTAR GAMBAR

1 Rumah kandang kelinci 3

2 Matriks Internal-External. 10

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejalan dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat Indonesia, permintaan terhadap produk peternakan akan terus meningkat. Oleh karena itu usaha dalam bidang peternakan sangat menjanjikan. Subsektor peternakan yang masih belum banyak dikembangkan saat ini adalah peternakan kelinci. Peternakan kelinci merupakan usaha yang unik dan berbeda dengan subsektor peternakan lainnya seperti usaha ayam, itik, domba, sapi, atau kerbau. Peternakan kelinci dapat dilakukan oleh setiap keluarga karena cepat beranak, tahan terhadap penyakit yang menyerang, dan mudah pemeliharaannya. Kelinci memiliki potensi biologis dan ekonomi yang tinggi untuk menghasilkan daging dan kulit/bulu bermutu (Raharjo et al.2001).Selain sebagai penghasil daging untuk konsumsi manusia, kelinci juga merupakan sebagai hewan peliharaan (pet animal) yang memiliki nilai ekonomi karena banyak diminati konsumen (hobbies).

Salah satu sentra produksi kelinci yang telah banyak dikenal masyarakat adalah di daerah Lembang, Bandung. Usaha peternakan kelinci di Lembang yang cukup besar adalah Asep’s Rabbit Project (ARP). Peternakan ARP telah mengembangkan budidaya kelinci hias maupun kelinci pedaging sejak tahun 1995. Pemilik peternakan ini juga membuka tempat pelatihan untuk para peternak atau penghobi yang berasal dari bandung dan sekitarnya.

Sejak didirikan pada tahun 1995 jumlah kelinci yang dibudidayakan terus meningkat secara berangsur sejalan dengan meningkatnya permintaan terhadap kelinci pedaging maupun kelinci hias. Walaupun demikian peternakan kelinci ARP masih belum dapat memenuhi permintaan pasar, baik permintaan terhadap kelinci pedaging maupun kelinci hias. Oleh karena itu diperlukan strategi agar peternakan kelinci ARP dapat berkembang. Strategi tersebut disusun berdasarkan data yang diperoleh dan setelahdiindentifikasi seluruh permasalahanyang dihadapi termasuk peluang yang ada baik internal maupun eksternal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh peternakan kelinci ARP. Hasil identifikasi digunakan untuk menyusun alternatif strategi pengembangan usaha sehingga peternakan kelinci ARP dapat menjadi salah satu usaha yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

2

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project yang terletak di Jalan Raya Lembang No. 119, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, kertas kuisioner, alat perekam audio, dan kamera.Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara, dan menggunakan kuisioner. Selain itu digunakan data sekunder sebagai pelengkap dari data primer yang diperoleh dari literatur perpustakaan, buku, jurnal, dan skripsi.

Prosedur

Penelitian ini didesain sebagai suatu studi kasus yang bersifat analisis deskriptif. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

A. Tahap I, adalah pengumpulan data. Data primer yang dikumpulkan dengan cara bertahap yaitu wawancara kepada pemilik peternakan, dua orang pekerja di kandang, tetangga yang bersebelahan dengan lokasi peternakan, dan dua penjual sate kelinci. Pengamatan langsung kondisi perkandangan dan daerah sekitar peternakan juga dilakukan.

B. Tahap II, meliputipenentuan setiap faktor dengan cara wawancara dengan pemilik peternakan. Kemudian dilakukan pengisian bobot dan rating pada matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE).Matriks IFE dan EFE ini diisi oleh responden sebanyak lima orangyang terdiri dari pemilik usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project (ARP), dua orang pekerja, masyarakat yang tinggal bersebelahan dengan lokasi peternakan kelinci, dan pengamat. Hal ini karena responden tersebut mengetahui khusus mengenai ARP.Pengisisan bobot pada tabel IFE maupun EFE diberi nilai dari skala 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (kurang penting) dan 1 (tidak penting) (Putong 2003). Penentuan peringkat atau rating mulai dari skala 4 (sangat tinggi), 3 (tinggi), 2 (sedang), dan 1 (rendah).

C. Tahap III merupakan tahapanalisis dan penentuan strategi pengembangan usaha ARP dengan menggunakan matrik SWOT.

D. Tahap IV merupakan tahap penilaian dengan pendekatan metode AHP untuk menentukan prioritas strategi.

Analisis Data

(14)

3 setiap faktor dirata-ratakan kemudian bobot pada tabel IFE maupun EFE pada setiap faktor merupakan hasil dari jumlah bobot seluruh faktor dibagi dengan rataanmasing-masing faktor.Rating pada tabel IFE maupun EFE untuk setiap faktor dengan cara membuat rata-ratadari jumlah rating yang didapatkan. Skor pembobotan diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan rating sehingga diperoleh hasil kombinasi antara beberapa situasi (Rangkuti 1997).

Analisis menggunakan AHP dilakukan melalui beberapa proses diantaranya penyusunan hirarki dari persoalan yang dihadapi, kemudian dilakukan perbandingan antar elemen berdasarkan kebijakan pembuat keputusan yaitu pemilik peternakan. Untuk menentukan nilai kepentingan antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 (Saaty 2000).Setelah itu data tersebut dianalisis menggunakan program Expert Choice, yaitu penentuan nilai tertinggi dari hasil analisis yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Asep’s Rabbit Project (ARP) didirikan pada tahun 1995 oleh Asep Sutisna. Saat ini ARP merupakan peternakan kelinci yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat lokal maupun mancanegara. Jumlah ternak yang dimiliki sebanyak 300 ekor, yang terdiri dari kelinci pedaging dan kelinci hias. Sebelumnya peternakan ARP memilikilebih dari 2000 ekor kelinci, namun karena kendala pengawasan,peternakanbekerja sama dengan kelompok peternak. Kondisi di peternakan ARP saat ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1Rumah kandang kelinci

(15)

4

sebesar Rp500000. Materi yang diberikan meliputiaspek budidaya hingga pembuatan pakan kelinci. Pelatihan non-komersil pelatihan yang dilakukan melalui kegiatan tukar menukar informasi(sharing)kepada pemilik peternakan mengenai budidaya kelinci, peserta tidak dibebankan biaya karena pada umumnyapeserta adalahg peternak yang belum mampu tetapi mempunyai keinginan untuk beternak kelinci atau mempelajari budidaya kelinci.

Analisis Lingkungan Internal

Umar (2008) menyatakan bahwa analisis internal terdiri darisumber daya manusia,pemasaran, keuangan, serta kegiatan produksi-operasi.

Sumberdaya Manusia

Peternakan kelinci ARPmemiliki tenaga kerja tetap sebanyak empat orang dan tidak tetap sebanyak dua orang dengan uraian yang tercantum pada Tabel 1.

Tabel1Profil tenaga kerja ARP

No Tenaga Kerja Uraian Lama Bekerja

1 Tetap

membersihkan kandang; memberikan pakan; mengatur perkawinan; kesehatan

8 jam(08.00-17.00) 2 Tidak tetap mencari hijauan Sesuai Kebutuhan

Sumber:Hasil wawancara 2013

Pekerja tetap didukungdengan fasilitas yang cukup memadai, terdiri dari akomodasi, konsumsi, dan kebutuhan lain. Setiap pekerja tetap mendapatkan gaji masing-masingsebesar 2 juta rupiah setiap bulan dan jika peternakan tersebut memperoleh keuntungan yang lebih, masing-masing mendapatkan bonus dari keuntungan yang didapatkan. Selain itu pekerja juga membantu untuk pembuatan pakan serta membantu pemilik peternakan membantu merenovasi sarana peternakan jika terjadi kerusakan.

Pekerja tidak tetapbertugas mencari pakan hijauan yang dibeli peternakan dengan harga Rp15000/20kg. Saat peternakan membutuhkan tenaga kerja untuk kegiatan lain seperti pengemasan pakan, tenaga kerja tidak tetap akan dikontrak kerja sesuai kebutuhan. Selain itu terdapat tenaga kerja lain yaitu istri pemilik yang berperan dalam penjualan kelinci dan pakan.

Pemasaran dan Pasar

(16)

5 mencantumkan variasi harga berdasarkan jenis dan umur. Usaha budidaya kelinci memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bentuk perusahan peternak dengan sasaran produksi kelinci dapat ditingkatkan sesuai target, mutu, dan permintaan pasar yang semakin berkembang (Sarwono 2001).

Pakanmerupakan prioritas dalam usaha ternak kelinci.Hal ini merupakan peluang karena usaha pakan kelinci masih jarang di Indonesia. ARP menjual dua merek pakan ternak yang berbeda, yaitu Bunny Feeds dan Yummy Bunny. Perbedaan kedua produk pakan yang diproduksi terletak pada kemasannya, sementara kandungan nutrien tidak berbeda. Harga yang dijual Rp12500/kg kepada agen. Sistem pemasaran yang dilakukan peternakan ARP pada awalnya dengan cara sederhana, berdasarkan informasi peternak kemudian dilanjutkan dengan promosi melalui internetsejak banyaknya permintaan dari luar kota.

Kegiatan Produksi-operasi

Asep’s Rabbit Project merupakan peternakan kelinci yang menggunakan poladisplay, yang memiliki tujuan utama untuk memelihara, dan diperbolehkan membeli jika ada pembeli ingin memilikinya. Menurut Blakely dan Bade (1992), peternakan kelinci dalam menjalankan usaha kelinci diperlukan prinsip-prinsip dasar agar tatalaksana dapat dilakukan dengan baik. Peternakan ARP menerapkan secara intensif, menggunakan kandang individu system battery. Kelinci yang dipeliharadikawinkan secara alami. Pengawinan kelinci dilakukan dengan cara menempatkan pejantan dan betina yang sedang birahi dalam satu kandang. Umur kelinci jantan dan betina yang dikawinkan rata-rata bekisar umur 6 bulan. Setelah dikawinkan, dalam kandang betina ditempatkan kotak beranak yang diisi dengan rambut-rambut kelinci sebagai penghangat anak kelinci yang baru lahir. Kelinci yang melahirkanmenyusui anaknya selama 45 hari, pada saat umur anak kelinci sudah mencapai 21 hari, induk kelinci sudah bisa dikawinkan kembali. Kelinci indukan dalam setahun akan beranak sebanyak delapan kali dengan jumlah anak yang lahir sebanyak 4-9 ekor/induk.

Tatalaksana pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali setiap harinya, yaitu pagi dan sore hari. Setiap pagi hari kelinci diberikan pakan berupa pellet dan ketika sore hari kelinci diberikan hijauan, tetapi jika hijauan tidak tersedia maka diberikan pellet. Bentuk pakan yang diberikan pada kelinci bergantung pada tujuan dan system pemeliharaan (Muslih et al. 2005).Pakan dibuat sendirioleh

pemilik peternakan sehingga tidak ada kesulitan penyediaan pakankelinci.Setiap bulan peternakan ARP membutuhkan 1.5 ton pellet, sedangkan untuk hijauan sebanyak 600kg. Komposisi nutrienpellet ARP dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel2Komposisi nutrien yang diberikan pada ternak kelinci berdasarkan umur Nutrisi

Komposisi Nutrien Pada

Anak Kelinci Induk Kelinci Menyusui Pejantan/betinadara

(%) (%) (%)

Protein 11-14 15-18 12

Serat 10-15 15-19 18-22

TDN 60 60 60

(17)

6

Analisis Eksternal

Secara garis besar Analisis lingkungan ekternal menurut Umar (2008) terdiri atas lingkungan makro dan lingkungan mikro. Faktor-faktor ini membentuk lingkungan eksternal yang dibagi menjadi tiga subkategori meliputi lingkungan Jauh, lingkungan Industri, lingkungan operasional memiliki keterkaitan satu sama lain.

Lingkungan Jauh

Peternakan kelinci di Desa Gudang Kahuripan, Lembang memiliki sekitar 500 peternak. Hal in menunjukan beternak kelinci sudah tidak asing lagi di lingkungan masyarakat sekitar peternakan ARP sehingga masyarakat sangat menerima keberadaan peternakan kelinci. Selain itu keadaan ini membuat masyarakat menjadi sangat mendukung adanya peternakan kelinci ARP. Dukungan ini terbukti dengan adanya peran masyarakat sekitar untuk membantu peternakan ini, seperti pengemasan pakan yang dibuat oleh Asep’s Rabbit Project.

Faktor lingkungan jauh meliputi faktor ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan ekologi (Pearce dan Robinson 2008). Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dunia peternakan. Kelinci dengan potensi biologis dan genetis yang tinggi, juga menghasilkan berbagai produk eksotik, memiliki potensi ekonomi yang tinggi (Brahmantyo dan Raharjo 2005). Adanya alternatif daging kelinci menjadi sumber daging menjadi potensi kelinci untuk bisa berkembang untuk penyediaan daging.Saat ini harga karkas kelinci yang dijual oleh pedagang adalah Rp40000/kg. Harga ini masih tergolong mahal dimasyarakat dibandingkan dengan karkas ayam yang lebih popular.

Kebijakan pemerintah terhadap aturan ekspor yang terlalu banyak birokrasinya menjadi salah kendala peternakan ARP untuk dapat memperluas pasar menurut pemilik peternakan.Salah satunya pengiriman kelinci ataupun pakan yang banyak membuat adanya praktek-praktek kecurangan sehingga membuat pengiriman harus terhambat.

Lingkungan Industri

Peternakan ARP mempunyai hubungan yang luas dengan peternak lain. Hal ini menjadikan peternakan ini dijadikan mitra oleh peternak kecil yang baru memulai untuk beternak kelinci, dalam melakukan penjualan ternak kelinci. Pola kemitraan ini menjadikan peternak ARP dengan peternak kelinci yang lain tidak saling bersaing. Bahkan peternak ARP juga menjalin kemitraan dengan peternak diluar lembang hingga di luar pulau. Tidak adanya pesaingan ini menjadikan antar peternak kelinci mempunyai hubungan yang kuat. Hal ini juga terjadi akibat masih jarangnya peternakan kelinci di Indonesia.

(18)

7 Peternakan ARP tidak hanya menjual ternak kelinci, tetapi juga pakan untuk kelinci. Hal ini menjadikan peternakan ARP mempunyai banyak hubungan dengan pemasok. Bentuk kerjasama yang dilakukannya oleh peternakan ARP melalui hubungan yang tidak selalu bergantung dengan satu pemasok saja sehingga tidak menimbulkan tanggungan terhadap pemasok dan mengurangi terjadinya kerugian akibat pemasok yang mungkin tidak bertanggung jawab. Selain itu hubungan dengan pemasok yang jauh jaraknya membuat peternakan ini harus memesan melalui telepon.Umar (2008), menyatakan bahwa lingkungan industri adalah berupa jaringan dari hubungan bisnis yang dilakukannya, antara lain dengan pesaing dan konsumen.

Lingkungan Operasional

Populasi kelinci di Indonesia di tahun 2012 yaitu berjumlah 794 juta ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Hal ini membuat tingkat persaingan antar peternak kelinci menjadi sangat jarang terjadi.Setiap peternak kelinci selalu menjalin hubungan dengan peternak lain dengan melakukan kerjasama. Komposisi pelanggan yang terdiri dari penghobi dan pembudidaya yang tidak hanya membeli kelinci, tetapi pakan kelinci menjadikan peternakan ARP juga harus memproduksi pakan untuk menghadapi permintaan pelanggan tersebut.Lingkungan operasional disebut juga lingkungan kompetitif yang terdiri atas faktor-faktor dalam situasi kompetitif yang mempengaruhi keberhasilan usaha dalam memperoleh sumberdaya yang dibutuhkan (Pearce dan Robinson2008).

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project

Evaluasi Strategi adalah tahap dari manajemen strategi dengan melakukan tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi, mengukur prestasi dan mengambil tindakan korektif (David 2009).

Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Analisis matriks IFE dapat dilihat pada Table 3. Faktor internal yang menjadi kekuatan peternakan kelinci ARP adalah adanya pabrik pakan sendiri dan memiliki pasar yang luas (Skor bobot 0.208). Pabrik pakan ini berada pada bagian belakang kandang. Bahan baku pakan didapat dari berbagai wilayah di pulau jawa. Keunggulan pabrik pakan ini tidak hanya untuk peternakan tetapi juga untuk dijual kepada agen. Total produksi pada pabrik pakan ini sebesar 3 ton/bulan. Hal ini dapat memenuhi kebutuhan untuk pakan kelinci sebanyak 1.5 ton/bulan dan 1.5 ton untuk dijual. Pemilik ternak saat ini sedang meng… peluang pengembangan pabrik pakan ternak kelinci.

(19)

8

mengkaji pemasaran dan distribusi perusahaan, karyawan perusahaan, serta faktor keuangan dan akuntasi untuk menentukan letak kekuatan dan kelemahan.Nilai bobot yang diperoleh menjdai penentu dalam menentukan perencanaan yang tepat untuk mengembangkan usaha peternakan kelinci ARP.

Tabel3Matriks internal factor evaluation (IFE)

No. Aspek Lingkungan Internal Bobot Peringkat Peringkat Bobot x

Kekuatan

1 Fasilitas pekerja yang mendukung

kinerja peternak 0.049 3.2 0.157

2 Tugas pekerja yang jelas dan teratur 0.049 3.4 0.167 3 Jumlah pekerja yang memadai 0.052 3.6 0.187 4 Penguasaan dalam tatalaksana

budidaya yang baik 0.049 3.6 0.176

5 Bibit Berkualitas 0.039 3.4 0.133

6 Hasil pembibitan yang terbaik 0.049 3.8 0.186 7 Induk dan pejantan yang digunakan

adalah yang terbaik 0.049 4.0 0.196

8 Peternakan mudah terkontrol karena

kondisi dekat dengan rumah pemilik 0.048 4.0 0.192 9 Mempunyai pabrik pakan yang baik 0.052 4.0 0.208 10 Mudah mendapatkan pakan hijauan

dan pellet 0.052 3.8 0.198

11 Mempunyaipasar yang luas dalam

penjualan 0.052 4.0 0.208

12 Fasilitas kandang yang memadai untuk mendukung kinerja peternakan

0.052 3.6 0.187

13 Sistem seleksi induk dan bibit yang

baik 0.052 3.6 0.187

14 Mempunyai pekerja yang

menyayangi kelinci dan terampil 0.052 3.8 0.198

Kelemahan

1 Manajemen keuangan yang belum

jelas 0.052 4.0 0.208

2 Tidak adanya frekuensi peremajaan

indukan dan pejantan 0.052 3.8 0.198

3 Aturan kandang individu kurang

baik 0.052 3.8 0.198

4 Penanganan limbah yang kurang

baik 0.052 4.0 0.208

5 Masih adanya keterbatasan modal 0.049 3.8 0.186 6 Lahan yang masih terbatas 0.052 4.0 0.208

(20)

9

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Hasil analisis matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 4. Peluang peternakan kelinci pada faktor ekternal adalah adanya masyarakat sekitar yang menerima dan tidak merasa terganggu dengan hadirnya peternakan kelinci (skor bobor 0.232).

Table 4Matriks external factor evaluation (EFE)

No. Aspek Lingkungan Eksternal Bobot Peringkat Bobot x Peringkat

Peluang

1 Kelinci sebagai alternatif sumber

daging 0.056 3.4 0.190

2 Masyarakat yang menjadikan beternak kelinci sebagai mata pencaharian

0.056 3.4 0.190

3 Masyarakat sekitar yang menerima dan tidak merasa terganggu adanya peternakan kelinci

0.058 4 0.232

4 Banyaknya masyarakat yang ingin membantu peternakan asep rabbit's project

0.058 3.8 0.220

5 Budaya saling membantu antar

tetangga 0.056 3.6 0.202

6 Adanya akses teknologi informasi

yang memudahkan untuk promosi 0.058 3.8 0.220 7 Pelanggan tetap yang banyak 0.053 3.8 0.201 8 Banyaknya agen pemasokan bahan

baku pakan 0.058 3.8 0.220

9 Hubungan rekan antar peternak

kelinci di Indonesia yang sangat baik 0.058 4 0.232 10 Dijadikan mitra oleh para peternak 0.058 4 0.232 11 Adanya pelanggan yang membeli

melalui pemesanan 0.056 4 0.224

Ancaman

1 Pengiriman produk ke tempat tujuan

yang sulit di Indonesia 0.056 3.6 0.202 2 Perizinan untuk melakukan ekspor

yang sulit 0.056 3.8 0.213

3 Pungutan liar saat pengiriman 0.053 3.8 0.201 4 Adanya pemasok bahan pakan yang

sulit untuk dipercaya 0.053 3.6 0.191

5 kenaikan biaya transportasi 0.050 3.6 0.180 6 Budaya masyarakat yang belum

terbiasa konsumsi daging kelinci 0.056 3.8 0.213 7 Akses transportasi menuju lokasi

yang sering macet. 0.053 3.4 0.180

(21)

10

Masyarakat sekitar sangat mendukung adanya peternakan kelinci. Hal ini terbukti adanya tetangga yang turut membantu saat produksi pakan di pabrik pakan dan tidak merasa terganggu dengan banyaknya pengunjung yang datang ke peternakan ini. Selain itu adanya peternak lain yang menjadikan peternakan ARP sebagai mitranya menjadi peluang yang sangat perspektif (skor bobot 0.232). Peternak lain di sekitar melakukan penjualan kelinci melalui kemitraan dengan ARP karena mereka memiliki keterbatasan informasi terhadap pasar yang luas dibandingkan dengan ARP. Beberapa ancaman yang dihadapi peternakan ARP adalah kesulitan perizinan untuk melakukan ekspor yang sulityang ditandai dengan skor bobot 0.213.Terutama peternakan ARP memiliki aspek pasar yang luas hinggake negara tetangga sehingga faktor ini menjadi salah faktor yang penting pada peternakan ARP.

Matriks Internal-External (IE)

Tabel 3 dan Tabel 4 merupakan matriks IFE dan EFE yang menunjukan total skor pembobotan pada peternakan ARP yaitu 3.785 dan 3.745. Bobot total skor ini menunjukan bahwa usaha peternak kelinci ARP terdapat padaGambar 2 terdapat pada posisi I (Growth Strategy). Posisi ini berada dalam kondisi internal dan eksternal yang sama tinggi. Menurut Rangkuti (1997) posisi ini didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit, atau kombinasi dari ketiganya. Peternakan ARP dapat mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa,serta melakukan meminimalkan harga.

Skor EFE

Kuat Rata-rata Rendah

4 3 2

Penyusunan strategi dapat dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT.Pearce dan Robinson (2008) menyatakan SWOT merupakan analisis berdasarkan pada asumsi dengan strategi yang efektif diturunkan dari kesesuaian yang baik antara sumber daya internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dengan situasi eksternalnya yaitu peluang dan ancaman.

(22)

11

Strategi W-O, strategi memanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah menjalin kerjasama dengan peternak kelinci kecil dan melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar. Adanya hubungan baik dengan peternak kelinci membuat peternakan ARP dapat menjalin kerjasama kepada peternak tersebut. Melakukan pembinaan kepada peternak kecil atau masyarkat yang ingin beternak kelinci secara tidak langsung memperkenalkan kelinci bahwa kelinci mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Salah satunya sebagai ternak penghasil daging.

Strategi S-T, strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi yang dilakukan adalah menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan pemerintah dan melakukan pelaporan dilapang terkait ternak kelinci. Kurang adanya peran dari pemerintah yang serius terkait ternak kelinci menjadikan peternak kelinci harus berperan aktif memberikan usulan-usulan kepada pemerintah. Adanya apkin yang merupakan tempat sharing antar peternak kelinci, perlu digunakan secara maksimal agar aspirasi peternak dapat tersalurkan.

Strategi W-T, strategi yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi yang dilakukan adalah menciptakan penanganan peternakan yang lebih baik dengan cara melakukan evaluasi keadaan peternakan secara rutin. Aspek finansial yang kurang diperhatikan oleh peternakan ARP membuat peternakan akan sulit berkembang. Adanya sumberdaya manusia yang betugas sebagai manager peternakan dapat membantu pemilik peternakan mengevaluasi secara rutin keadaan peternakan

Analytical Hierarchy Process

Prioritas strategi yang dihasilkan dengan pendekatan metode proses hierarki analisis (AHP). Hierarki tersebut disusun secara sistematis untuk menciptakan kerangka logis dari suatu pengambilan keputusan berbasis kriteria majemuk. Tujuannya adalah menghasilkan suatu keputusan yang baik dalammenetapkan setiap strategi yang cocok untuk mencapai tujuan.Dalam pelaksanaannya, sumber daya yang tersedia sangat mempengaruhi peranan penting(Hardian 2011).

Pelaksanapada Pengembangan Usaha Peternakan ARP

SDM pelaksana yang diharapkan memegang peranan dalam pelaksanaan strategi pengembangan usaha peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project adalah SDM peternakan, pemilik peternakan, dan masyarakat sekitar peternakan.

Berdasarkan analisis AHP bobot dan prioritas pelaksanaan strategi dalam menerapkan strategi pada Tabel 5 dengan nilai rasio konsistensi di bawah 10%. Tabel5Pengaruh pelaksana dalam upaya pengembangan usaha peternakan kelinci

Asep’s Rabbit Project

Pelaksana Bobot Peringkat

SDM Peternakan 0.413 1

Pemilik Peternakan 0.260 3

(23)

12

Pelaksana pertama, yaitu SDM peternakan yang merupakan pegawai kandang.Peranan SDM sangat penting dalam penentuan strategi yang akan dipilih dan dijalankan dalam usaha ini. SDM yang terampil dan mengerti budidaya kelinci menunjukkan profesional peternakan ini

Pelaksana kedua, yaitu masyarakat sekitar peternak yang merupakan masyarakat yang berada langsung bersebelahan dengan kandang. Peranan ini cukup penting untuk dalam mendukung keberlanjutan pengembangan usaha ini. Saling membantu antar tetangga merupakan salah satu bukti adanya dukungan dari masyarakat.

Pelaksana ketiga, yaitu pemilik peternakan. Pemilik peternakan berperan dalam menciptakan sistem manajemen peternakan ini agar lebih terkontrol. Hal ini menunjukan pemilik juga akan memilik peran yang aktif dalam proses pengembangan usaha peternakan ARP.

Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Peternakan ARP

Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Asep’s Rabbit Project diperlukan strategi yang tepat. Berdasarkan hasil analisis SWOT, telah dihasilkan lima alternatif strategi dalam usaha peternakan kelinci. Berdasarkan analisis AHP bobot dan prioritas kelima alternatif strategi bisnis tersebut dapat dilihat pada Tabel 6, dengan nilai rasio konsistensi di bawah 10%.

Tabel6Alternatif strategi pada pengembangan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project

Strategi Bobot Peringkat

Menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan pemerintah dan melakukan pelaporan dilapang terkait ternak kelinci

0.272 1

Menjalin kerjasama dengan peternak kelinci kecil dan melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar

0.203 2

Memperkuat hubungan antar peternak kelinci di

Indonesia 0.199 3

Menciptakan penanganan manajemen peternakan yang

lebih baik 0.172 4

Meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak kelinci dan

pakan kelinci 0.154 5

(24)

13 pengambilan keputusan, sehingga dapat dihasilkan suatu keputusan yang baik sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.

Berdasarkan analisis AHP diatas, maka peranan SDM peternakan diharapkan dapat mengalokasikan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki untuk pelaksanaan strategi untuk menjalin kerjasama dengan peternak kecil dan melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar. Strategi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha peternakan meliputi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

(25)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Peternakan Asep’s Rabbit Project memiliki kekuatan dari peluang usaha yang baik karena memiliki usaha mandiri dan pabrik pakan sendiri serta pasar yang luas. Beberapa kendala yang dialami adalah manajemen keuangan yang belum jelas dan teratur serta luas lahan yang terbatas untuk upaya perluasan usaha. Selain itu kebijakan danaturan pemerintah yang belum mendukung kegiatan ekspor ke luar negeri, walaupun adanya permintaan dari negara lain. Namun demikian,faktor utama yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan ARP adalah penerimaan masyarakat terhadap peternakan kelinci dan minat peternak lain sebagai mitra ARP.

Strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha peternakan kelinci ARP meliputi upayameningkatkan kualitas ternak kelinci dan pakan kelinci, memperkuat kerjasama antar peternak kelinci di Indonesia, menjalin kerjasama dengan peternak kelinci kecil, dan melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar. Komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah secara intensif sehubungan dengan pengembang ternak kelinci di Indonesia sangat diperlukan.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh prioritas strategi yang diperlukan meliputi jalinan kerjasama pemasaran dengan peternak kecil dan melakukan pembinaan budidaya kepada masyarakat sekitar.Optimalisasi sumberdaya pakan lokal dan sumberdaya manusia (SDM) pengelola usaha yang dimiliki sangat diperlukan dalam rangka pengembangan usaha yang menguntungkan.

Saran

Komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan pemerintah,sistem dan manajemen pelaporan secara berkala tentang usaha kelinci dan kerjasama yang baik dengan peternak kecidan masyarakat akan membantu percepatan pengembangan usaha kelinci.Selain itu penerapan manajemen keuangan yang rapih dan transparan sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu dalam rangka pengembangan usaha yang menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

Blakely J, BadeD.H. 1985. Ilmu Peternakan. Edisi ke-empat (Terjemahan).Yogyakarta (ID):Gajah Mada UniversityPr.

Brahmantyo B,RaharjoYC. 2005. Pengembangan pembibitan kelinci di pedesaan dalam menunjang potensi dan prospek agribisnis kelinci. Lokakarya Nasional. Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.

(26)

15 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan

2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI. Hardian P. 2011. Formulasi Strategi Bisnis Katekin dan Tanin di PT. Agro Farmaka Nusantara (tesis)Program Studi Manajemen dan Bisnis. Sekolah Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jausch LR, GlueckWF. 1995. Manajemen Strategis dan Kebijaksanaan Perusahaan. Edisi ketiga. Jakarta (ID): Erlangga.

MuslihD, PasekIW, Rossuartini, BrahmantiyoB. 2005. Tatalaksana pemberian pakan untuk menunjang agribisnis kelinci. Lokakarya Nasional. Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.

PearceJA, RobinsonRB. 2008. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid Satu. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.

Putong I. 2003. Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri (A- SWOT-TSI). Jurnal Ekonomi Bisnis No.2. Jilid 8.Jakarta (ID): Universitas Bina Nusantara.

RaharjoYC, GultomD,Iskandar S, PrasetyoLH. 2001. Peningkatan produktivitas, mutu produk dan nilai ekonomi kelinci eksotis melalui pemuliaan dan nutrisi. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Proyek. Bogor (ID): Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/ARMP-II.

Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Saaty TL. 2008. Decision Making With The Analytic Hierarchy Process. IJSS.Vol.

1.(1): 83–98.

SarwonoB. 2001. Kelinci Potong dan Hias. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Umar H. 2008. Strategic Management in Action.Jakarta (ID): PT Gramedia

(27)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Juni 1991 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Agus Purwito dan Ibu Ina Rosdiana.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2003 di SDN Polisi IV, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SLTP Bina Insani Bogor dan dilanjutankan sekolah menengah atas hingga tahun 2009 di SMA Bina Insani Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009.

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar 1Rumah kandang kelinci
Tabel3Matriks internal factor evaluation (IFE)
Table 4Matriks external factor evaluation (EFE)
+2

Referensi

Dokumen terkait

sebesar Rp. Satu bulan diasumsikan 30 hari dan satu tahun diasumsikan 12 bulan. Dalam melakukan analisis usaha peternakan kelinci Jaji’s Farm dilakukan dengan dua kondisi

( growth and build ), dan berdasarkan matriks SWOT, ada enam alternatif strategi pengem- bangan usaha kelompok ternak Berkah Usaha diantaranya yaitu kerjasama dengan kelompok

Bahan makanan yang sering dipakai sebagai pakan ternak kelinci di Kampung Sereh Distrik Sentani adalah berasal dari hijauan daun-daunan seperti daun ubi jalar, dan

Keberhasilan pengembangan usaha sapi potong antara lain ditentukan oleh kecukupan pakan (jumlah dan mutunya). Hijauan sebagai komponen utama pakan ternak berasal dari

Keberhasilan pengembangan usaha sapi potong antara lain ditentukan oleh kecukupan pakan (jumlah dan mutunya). Hijauan sebagai komponen utama pakan ternak berasal dari

(3) Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada tiap kondisi yang dilakukan. Hasil penelitian dilihat dari Aspek pasar menunjukkan potensi terhadap peternakan

Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Ternak Kelinci (Studi Kasus Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa margolowih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi

Analisis Pengembangan Usaha Kelompok Ternak Itik Mongglemong di Desa Dasan Cermen Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Dalam Praktik Pemasaran yang digunakan oleh kelompok ternak itik