• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA TERNAK KELINCI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA TERNAK KELINCI"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA

TERNAK KELINCI (Studi Kasus di Joglo Tani Dusun

Mandungan 1, Desa Margolowih, Kecamatan Sayegan,

Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta)

FIRDA JAFAR

105961113016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

ANALISIS

PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA

TERNAK KELINCI (Studi Kasus di Joglo Tani Dusun

Mandungan 1, Desa Margolowih, Kecamatan Sayegan,

Kabupaten Sleman

Provinsi DI Yogyakarta)

FIRDA JAFAR 105961113016

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S- 1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan

dan Kelayakan UsahaTernak Kelinci (Studi Kasus di Joglo Tani Dusun

Mandungan 1, Desa Margolowih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman

DI Yogyakarta)adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulislain

telah disebutkan dalam tesis dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir

(6)

vi

ABSTRAK

FIRDA JAFAR. 105961113016 Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha

Ternak Kelinci (Studi Kasus di Joglo Tani Dusun Mandungan 1,Desa Margolowih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta) dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan NADIR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan usaha ternak kelinci di Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta.

Pengambilan populasi dalam penelitian menggunakan studi kasus dengan metode survei dengan teknik observasi partisipasi. metode ini akan di terapkan pada peternakan kelinci di Joglo Tani. Analisis data yang digunakan analisis kuantitatif untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi usaha ternak kelinci rata-rata sebesar1.477 liter/bulan. Dan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 10.028.167/bulan dengan penerimaan sebesar Rp. 31.692.000/bulan dengan Kelayakan R/C Ratio sebesar 1,46.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penilis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

nikmat sehat-Nya, baik itu berupa segar fisik maupun akal pikiran yang tiada

hentinya diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis

kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan

pengikutnya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikanSkripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Ternak Kelinci (Studi Kasus di Joglo

Tani Dusun Mandungan 1,Desa Margolowih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten

Sleman Provinsi DI Yogyakarta)

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis tentu menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagi pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Dr. Mohammad Natsir S.P.,M.P selaku pembimbing utama dan Nadir S.P.,

M.Si selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan

waktunyan membimbing saya dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan.

2. Bapak DR. H Burhanuddin, S.Pi.,M.P. selaku dekan Fakultas Pertanian

(8)

viii

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P Selaku Ketua Prodi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

penulis.

5. Kedua Orang tua saya Ayahanda Muh Jafar dan Ibunda Selmi serta kakak

tercinta Qadafi Jafar dan Ronal Jafar serta keluarga yang senantiasa

memberikan bantuan baik moril dan material sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

6. Kepada pihak Joglo Tani yaitu bapak TO Suprapto selaku pemilik Joglo Tani

7. Kepada seluruh teman-teman seangkatan di Laskar Hijau 016

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

terkait dalam penulisan skripsi ini, sehingga karya tulis ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 15 Juli 2020

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

PERNYATAANMENGENAI SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Ternak Kelinci ... 7

2.2 Teknik Pembuatan Pupuk Dari Limbah Ternak ... 16

2.3 Biaya dan Pendapatan Usaha Tani ... 18

2.4 Penelitian Terdahulu ... 19

2.4 Kerangka Pikir ... 23

III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 27

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Teknik Analisis Data ... 28

(10)

x

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Joglo Tani ... 31

4.2 Visi dan Misi Joglo Tani ... 32

4.3 Kondisi Geografis ... 32

4.4 Struktut Organisasi ... 33

4.5 Pertanian Terpadu Joglo Tani ... 34

V Hasil dan Pembahasan 5.1 Usaha Ternak Kelinci ... 35

5.2 Biaya Produksi dan Pendapatan Usaha Ternak Kelinci ... 36

5.3 Kelayakan Usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani ... 39

VI Kesimpulan dan Saran ... 40

Daftar Pustaka ... 45

Lampiran ... 48

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta, Pada 2020. ... 36

2. Rata-rata Penerimaan Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta. ... 37

3. Kelayakan Usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani Dusun Mandungan 1 Desa Margoluwih,Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Ternak Kelinci (Studi Kasus Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa margolowih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta... 24

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks

1. Kuesioner ... 42

2. Biaya Variabel Usaha Ternak Kelinci Di Joglo Tani... 43

3. Jumlah Produksi dan Peneriman ... 44

4. Pendapatan Usaha Ternak Kelinci ... 45

5.Analisis Kelayakan... 46

6.Peta Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman DI Yogyakarta ... 47

(14)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia ternak kelinci mempunyai kemampuan kompetitif untuk

bersaing dengan sumber daging lain dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia

atau kebutuhan gizi dan merupakan alternatif penyedia daging yang perlu

dipertimbangkan dimasa depan yang akan datang. Daging kelinci merupakan

salah satu daging yang berkualitas baik dan layak di konsumsi(Dwiyanto dalam

Surya (2010).

Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan,.

Bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap Negara di dunia

memiliki ternak kelinci karena memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai

daya adaptasi tubuh yang relative tinggi sehingga mampu hidup di seluruh dunia.

Kelinci kemudian dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif

tinggi, adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda,

dieropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, di Indonesia masih terbatas

daerah tertentu dan belum menjadi sentra produksi/dengan kata lain pemeliharaan

masih tradisional.

Keberadaan ternak kelinci bagi manusia dapat dimanfaatkan dalam

berbagai hasil produk hasil pemotongan ternak kelinci menghasilkan daging dan

kulit bulu. Melalui serangkaian kegiatan(Proses) dan penambahan beberapa bahan

lain maka dapat dihasilkan bahan pangan(nugget, baso, burger, sosis, sate dan

(15)

2 lain dari kelinci sebagai ternak kesayangan mempunyai nilai harga, harga yang

lebih baik disbanding ternak kelinci pedaging. Sedangkan kotoran ternak(fases, air

kencing dan sisa hijauan) setelah di proses menjadi kompos berguna sebagai

penyubur tanah maupun tanaman(sartika,1998).

Farel dan Raharjo dalam Darman (2011) mengatakan bahwa kelinci

sapihan dapat menhasilkan kotoran sebanyak 28 gram kotoran lunak atau setara

dengan 3 gram protein/hari/ekor. Penggunaan kotoran kelinci dengan tambahan

probiotik (kompos) berguna untuk kesuburan tanah dan tanaman dan telah

dilakukan percobaan skala penelitian. Sajimin dalam Darman (2011) mengatakan

bahwa kelinci dengan fases kelinci ditambah probiotik kandungan bahan organic

dengan C/N ratio (11-12%) lebih baik disbanding tanpa probion C/N (10%).

Manfaat lain adalah kompos fases kelinci dapat meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman stylosanthes hamate secara nyata lebih tinggi 58,4%

dibandingkan tanpa pribiotik. Industry pengolahan ternak kelinci meliputi:

Teknologi pengolahan daging (nugget, sosis, burger, dendeng, baso, sate, gule,

tonging, soup). Sedangkan kulit dan buluh kelinci dapat diolah menjadi bahan

kerajinan hiasan souvenir (gantungan kunci, pajangan yang berupa wayang kuliat)

dan pakaian seperti mantel/jaket. Selainitu kotoran ternak kelinci dapat dijadikan

pupuk kompos (Nokakarya Nasional Potensi dan Peluang pengembangkan usaha

kelinci, 141)

Dalam rangka mencapai solusi masalah tersebut, sektor pertanian yang

mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan,dan peternakan akan

(16)

3 peternakan merupakan salah satu sektor yang mampu menjadikan solusi terhadap

permasalahan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dengan usaha yang

dilakukan sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan terhindar dari

kemiskinan. Salah satu usaha ternak yang bias di budidayakan masayarakat adalah

usaha tani kelinci. Kelinci merupakan salah satu ternak yang mudah

dibudidayakan dengan tingkat produktivitas anakan yang tinggi, pakan yang

mudah didapatkan disekitar kita, serta banyaknya masyarakat yang menggemari

sebagai hewan piaaraan maupun masyarakat pecinta kuliner daging olahan

kelinci. untuk menilai usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur

investasi usaha, besar keuntungan dan menganalisis kelayakan usaha dengan

indicator rentabilitas.

. Joglo Tani di dirikan pada 19 Januari 2008. Suprapto menjelaskan,

kehadiran lembaga ini bertujuan membantu petani menghadapi enam tekanan

pada petani,yakni ekonomi, alam, sosial, budaya, dan global dan kebiajakan. Joglo

Tani menjadi wadah pengembangan keahlian untuk petani padi, umbi-umbian

hingga pembudidaya ikan dan peternak ungags.

Joglo Tani telah berkembang menjadi pusat pelatihan pertanian terpadu,

mulai dari hulu hingga hilir. Joglo Tani memberikan pelatihan kepada petani baik

pribadi, swadaya, ataupun lewat kegiatan corporate social responsibility(CSR). Perusahaan swasta dan BUMN.‟‟sekitar 1.000 peserta telah diberikan pelatihan

dan tata cara kelola dan control system pertanian, Joglo Tani mengajari beberapa kelompok tani untuk membuat pupuk padat maupun pupuk cair‟‟ pupuk tersebut

(17)

4 digunakan sendiri oleh petani, bisa juga dijual dengan harga terjangkau ke petani disekitarnya‟‟.

Joglo Tani juga mengembangkan peternakan dengan hasil perputaran

penjualan ratusan juta per bulan.Peternakan kelinci dikembangkan setelah melihat

manfaat dan ternak kelinci sifat jarak beranak sehingga mampu menghasilkan

jumlah anak yang cukup tinggi pada satuan waktu yang singkat.Beberapa manfaat

yang diperoleh Joglo Tani dari beternak kelinci salah satunya dari segi

keuntungan yang diperoleh. Pada peternakan kelinci skala kecil dan menengah

mempunyai keuntungan ekonomi antara lain modal usaha yang relatif kecil,

pakan yang sangat muda diperoleh dan tidak tergantung pada pakan pabrik

menghasilkan urin atau pupuk organik cair dan kelinci hias. Joglo Tani

Merupakan sentra produksi peternakan yang ada di indonesia produk-produk yang

dihasilkan di wilayah ini sudah dikenal oleh daerah daerah lain di Indonesia

karena produk-produk tersebut di distribusikan ke daerah lain untuk memenuhi

kebutuhan daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka perlu dikaji bagaimana masalah

analisis usaha ternak kelinci dengan system zero waste di Joglo Tani Sleman

Yogyakarta dapat dilihat dibawah ini:

1. Berapa produksi dan pendapatan usaha pupuk ternak kelinci di Joglo Tani

Sleman Yogyakarta ?

2. Bagaimana kelayakan usaha ternak kelinci di Joglo Tani Sleman

(18)

5

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini menganalisis usaha ternak kelinci ddengan system

zerowaste studi kasus di Joglo Tani Sleman Yogyakarta adapun tujuan penelitian

dapat dilihat dibawa ini:

1. Untuk mengetahui produksi dan pendapatan usaha ternak kelinci

2. Untuk menganalisis kelayakan usaha ternak kelinci

Kegunaan penelitian yaitu :

1. Untuk peternak sebagai bahan informasi untuk meningkatkan usaha ternak

kelinci

2. Untuk pemerintah sebagai pertimbangan dan masukan dalam membuat

kebijakan yang berhubungan dengan peternakan kelinci

3. Untuk mahasiswa sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan

(19)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Ternak Kelinci

Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil

daging yang baik. Hewan inin merupakan herbivore non ruminansia yang

mempunyai system lambung sederhana (tunggal) dengan perkembangan sekum

seprti alat percernaan ruminansia sehingga hewan ini disebut ruminansia semu

(pseudoruminant). Kelinci memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan

sebagai penghasiln daging, kulit atau bulu hewan, percobaan dan hewan untuk

dipelihara.Kelinci dapat menggunakan protein hijauan secara efisien, reproduksi

tinggi, efisien pakan tinggi hanya membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit

dan kualitas daging cukup tinggi (Farel dan Raharjo dalam Dalimunthe, Artdita

&Lestari (2019).

2.1.1 Kelinci Lokal

Bangsa kelinci local di Indonesia merupakan persilangan dari berbagai

jenis kelinci yang tidak terdata, tetapi sebagian besar berasal dari persilangan jenis

New Zealand White. Kelinci lokal yang berada di Indonesia mempunyai tubuh

yang lebih kecil dari pada kelinci impor dan memiliki laju pertumbuhan yang

lambat sehingga sering dilakukan persilangan bangsa kelinci lokal dengan bangsa

lain untuk mengembangkan kelinci yang tahan penyakit dan mempunyai toleransi

terhadap panas serta berbadan besar (Farrel dan Raharjo dalam Santoso & Sutarno

(20)

7 Herman dalam Edi & Mardiani (2015) menyatakan bahwa kelinci lokal

lebih toleran terhadap panas (suhu tinggi) dibandingkan kelinci impor.Hal ini

disebabkan telah beradaptasi di daerah tropis sehingga lebih tahan terhadap

lingkungan panas disbanding kelinci impor yang berasal dari daerah yang

beriklim sedang.Kelinci lokal di ternakkan dengan tujuan sebagai penghasil

daging yang memiliki kualitas cukup baik.

2.1.2 Potensi Kelinci

Kelinci memiliki kelebihan yaitu laju pertumbuhan yang cepat, potensi

reproduksi yang tinggi dan memiliki kemampuan dalam mencerna pakan hijauan

karena memiliki sifat coprophagy (cheeke dalam Albab, Purnomoadi & Sutaryo

(2017). Selain itu, kelinci memiliki masa generasi yang pendek dengan reproduksi

yang potensial dan akan kawin dalam waktu 24 jam setelah beranak. Kelinci

memungkinkan menghasilkan sebelas kelahiran pertahun, akan tetapi tidak

mungkin diperoleh dinegara berkembang tetapi sangat mungkin untuk

menghasilkan tiga atau lima kali beranak pertahun (sekitar 20 anak perekor induk

pertahun)

Menurut e1-Raffa dalam Alfian (2015) kelinci memiliki potensi sebagai

penghasil daging dan dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan protein

hewani karena memilikin kemampuan efisiensi produksin dan reproduksi yang

patut dipertimbangkan yaitu ukursn tubuh yang kecil sehingga tidak

membutuhkan banyak ruang, kemudian tidak memerlukan biaya yang besar dalam

(21)

8 Imandalam Nugraha(2015)menambahkan bahwa kelinci termasuk herbivore yang

dapat mengubah hijauan menjadi bahan pangan secara efisien.

Menurut Blakely dan Bade dalam Budisatria, Maharani & Ibrahim

(2019), kelinci memilikin kebiasaan unik yaitu memakan fases yang sudah

dikeluarkan yang disebut coprophagy.Sifat coprophagy biasanya terjadi pada

malam atau pagi hari berikutnya. Fases yang berwarna hijau muda dan konsistensi

lembek itu dimakan lagi oleh kelinci.hal ini memungkinkan kelinci memanfaatkan

secara penuh pencernaan bakteri disalurkan bagian bawah yaitu menkonversi

protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis

vitamin B dan memecahkan selulosa atau serat energy menjadi energy yang

berguna. Protein sangat dibutuhkan oleh kelinci baik kualitatif maupun kuantitatif

untuk pertumbuhannya.Kebutuhan protein ini hanya dapat di penuhi apabila diberi

tambahan konsentrat, karena sifat kelinci berlambung tunggal sehingga tidak

memungkinkan mengkonsumsi pakan hijauan sebanyak-banyaknya.Sartika dalam

Sartika (2017) mengemukakan pemberian pakan dengan kandungan protein kasar

12%-15% sudah cukup bagi pertumbuhan kelinci lokal.

Semua jenis ternak membutuhkan enam nutrient esensial yang terdiri dari

protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.Air adalah nutrient yang

paling murah dan dibutuhkan untuk pertumbuhan, penggemukan maupun

laktasi.Air juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, melarutkan dan

mengangkut nutrien.Konsumsi air minum pada ternak merupakan hal yang

penting Karena air berperan penting dalam proses-proses pencernaan baik secara

(22)

9 minum juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena air berfungsi sebagai

thermoregulator (Blakely dan Bade dalam Muhklisani (2018). Suhu lingkungan yang tinggi (30 ℃) dapat menurunkan konsumsi pakan sebesar 50% konsumsi pakan kelinci tidak dipengaruhin oleh suhu air minum namun oleh suhu

lingkungan (Remois dalam Andika (2015)

2.1.3 Konsumsi

Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau

sekelompok ternak selama periode tertentu.Menurut Parakkasi dalam Nurhajati,

Estoepangestie& Veteriner (2018), konsumsi pakan merupakan faktor esensial

untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi. Karena dengan

mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan kadar zat makanan dalam

ransum untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.

Pemenuhan pakan kelinci dihitung berdasarkan konsumsi bahan kering

(Herman dalam Gurusinga (2012). Kebutuhan bahan kering menurut NRC dalam

Lestari& Purbowati (2017) yaitu untuk hidup pokok 3%-4% dari bobot badan dan

untuk pertumbuhan normal5%-8% dari bobot badan.

2.1.4 Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan unsur yang meliputi perubahan berat

hidup bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh termasuk perubahan

komponen tubuh seperi otot lemak, tulang dan organ serta

komponen-komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Pola

pertumbuhan secara normal merupakan gabungan dari pola pertumbuhan semua

(23)

10 spesies ternak pada kondisi yang ideal adalah serupa yaitu mengikuti pola kurva

pertumbuhan sigmoid.Sesuai dengan pola pertumbuhan tulang yang cepat

kemudian setelah mencapai pubertas laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi

lemak meningkat (Soeparno dalam Nugroho, Purnomoadi & Lestari (2018).

Menurut selamat dalam Ningrum (2015) timbunya pubertas sangat

beragam tergantung pada bangsa.Perkembangan reproduksi pada bangsa kelinci

tipe kecil atau sedang lebih cepat yaitu pada umur 4-5 bulan dibandingkan bangsa

kelinci yang besar yaitu 5-8 bulan.Pubertas pada kelamindicapai pada saat organ

reproduksi telah berkembang dan berfungsi sempurna (Blakely dan Bade dalam

Akoso (2012). Ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor selama dalam proses

pertumbuhan antara lain faktor genetik, pemberian pakan, suhu, kemampuan

beradaptasi dan lingkungan (Smith dan Mangkoewidjojo dalam Oknaryanto

(2014).

2.1.5 Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang

dikonsumsi untuk menghasilkan 1kg bobot hidup. Konversi pakan menurut

Campbell dan Lasley di pengaruhi oleh kemampuan ternak dalam mencerna

bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan

dan fungsi tubuh lain serta jenis pakan yang di konsumsi.

2.1.6 Kebutuhan Pakan untuk Pertumbuhan

Kebutuhan pakan tergantung pada zat makanan yang di kandungnya,

bahan makanan serta tujuan pemeliharaannya, Kebutuhan zat makanan kelinci

(24)

11 Tabel 1. Kebutuhan Zat Pakan Kelinci pada Berbagai Status Fisiologis

Kebutuhan Pakan

Zat pakan Hidup pokok Pertumbuhan Bunting Menyusui

DE (kkal) 2100 2500 2500 2500 PK(%) 12 16 15 17 Serat Kasar 14 10-12 10-12 10-12 Lemak (%) 2 2 2 2 TDN(%) 55 65 58 70 Ca (%) - 0,40 58 0,75 P(%) - 0,22 0,45 0,50 Sumber: Banerje (1982)

2.1.7 Kebutuhan Bahan Kering

Jumlah barang yang diberikan harus memenuhi jumlah yang

dibutuhkanolehkelinci sesuai tingkat umur atau bobot badan kelinci. Pemberian

pakan ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan kering. Jumlah pemberian

pakan bervariasi tergantung pada periode pemeliharaan dan bobot badan kelinci.

kebutuhan bahan kering kelinci pada berbagai periode pemeliharaan terdapat

(25)

12 Tabel.2.Kebutuan Bahan Kering Pakan Berdasarkan Periode Pemeliharaan

Status Bobot (Kg) Bahan kering (%) Kebutuhan bahan kering g/ekor/hari Muda 1,8-3-2 5,4-6-2 112-173 Dewasa 2,3-6-8 3,0-4,0 92-104 Bunting 2,3-6-8 3,7-5,0 115-251 Menyusui 45 11,5 520

Sumber: NRC (1997) dan Ensminger (1991)

2.1.8 Lingkungan

Iklim dan suhu lingkungan dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan dan

jumlah pakan yang dikonsumsi ternak. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan

mengakibatkan rendahnya konsumsi pakan dan rendahnya pertambahan bobot

badan (Anggorodi dalam Kardaya (2017).

Produktifitas kelinci dapat mencapai optimal pada kondisi lingkungan

dengan suhu udara 18oC dan tingkat kelembaban udara 70% (Lukefahr dan

Cheeke dalam Kardaya (2017).

2.1.9 Kandang

Sistem perkandangan adalah faktor yang sangat penting karena

berpengaruh terhadap sirkulasi udara didalam kandang sehingga akan

mempengaruhi stress panas pada kelinci (Finzi dalam Marom, Kalsum &Ali

(2018). E1-Raffa dalam Nur (2017) Menyebutkan bahwa salah satu syarat suksesnya produksi kelinci didaerah tropis adalah kandang yang nyaman bagi

(26)

13 ternak.Suhu optimum untuk kelinci New Zealand White, California dan Flemish Giant berrkisar 10-25℃ (SCRAM dalam Wicaksono (2017).Stres panas dapat menyebabkan mortalitas dan menurunkan kemampuan reproduksi (SCRAM

dalam Lubis (2012), karena itu kandang kelinci yang baik adalah ternak dapat

bergerak bebas, makan dan minum dengan nyaman.

Produksi kelinci merupakan suatu system pemeliharaan yang lebih intensif

daripada jenis ternak lain dakam produksi peternakan. Kelinci lepas sapih

biasanya dipelihara dalam kandang kelompok akan tetapi pada batastertentu akan

meningkatkan mortalitas (Sartika dan Raharjo dalam Sodiq & Abidin

(2008).Kandang penyapihan pada ternak kelinci tidak dapat ditetapkan ukurannya.

2.1.10 Sekam Padi

Sekam padi adalah bagian terluar dari butir padi (kulit padi) dan

merupakansalah satu hasil sampingan yang dihasilkan dari industry prnggilingan

padi. Luh dalam Nugrahawati (2011) Menyatakan bahwa padi kering didalam satu

malaim akan menghasilkan beras putih 52% (%dalam berat), sekam

sebanyak20%, 15% jerami, dedak 10% dan sebanyak 3% akan hilang selama

konversi. Bobot isi sekam berkisar 0,10-0,16 gram/ml dengan kepadatan

sesungguhnya sekitar 0,67-0,74 gram/cm³. Singhania dalam Setiarto (2016)

menyatakan bahwa satu ton produksi akan menghasilkan 220 kg sekam padi

(27)

14 2.1.11 Kawat

Peternak kelinci komersial biasanya menggunakan kandang yang terbuat

dari kawat. Kandang ini memiliki kelebihan yaitu ventilasi udara yang baik dan

system pembersihan kotoran yang mudah (Cheekeet dalam Tamalluddin (2012)

Animal Research dalam Nugroho (2018) menyatakan bahwa beberapa

mencit ditempatkan pada kandang dengan menggunakan kawat dibagian alas

kandang. Tipe kandang ini memudahkan dalam pengambilan fases dan urin.

2.1.12 Bambu

Bambu memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan karena

batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk, mudah

dibersihkan, dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain

itu, bambu relative murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena

banyak ditemukan disekitar pemukiman pedesaan (Krisdianto et al., 2007). Hal ini

juga sesuai dengan pernyataan Permawati (2008) bahwa kandang yang baik harus

mudah dibersihkan permukaan tahan air, tidak ada bagian tajam, terbuat dari

bahan non toksik, tidak mudah rusak, dan dilakukan pemeriksaan, perawatan dan

pergantian secara berkala.

2.2 Teknik Pembuatan Pupuk dari Limbah Ternak

Urin kelinci merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan

ditempat pemeliharaan hewan.Urin dibentuk didaerah ginjal setelah dieliminasi

dari tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolism

(28)

15 Urin yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu

eksternal, konsumsi air yang dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak

(Rinekso et al. 2011)

Kelinci menghasilkan Urin yang mengandung nitrogen yang sangat tinggi

disebabkan karena kelinci lebih banyak mengkonsumsi tsnsmsn hijauan, urin

kelinci memiliki kandungan unsur nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K) yang

lebih tinggi (2.72%, 1.1%, dan 0,5% dibandingkan dengan urin ternak lainnya

seperti sapi yaitu N (0,5%), P (0,2%) dan K (0,5%) sedangkan pada domba yaitu

N (1,50%), P (0,33%) dan K (1,35%) (Karo, 2014)

Urin kelinci mengandung zat peangsang tumbuh yang dapat digunakan

sebagai pengatur tumbuh diantaranya indole aceti acid (IAA). Lebih lanjut

dijelaskan bahwa urin kelinci juga memeberikan pengaruh positifterhadap

pertumbuhan tanaman, karena baunya yang khas, Urin kelinci juga dapat

mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga Urin kelinci juga dapat

berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman seragga (Susilorini dkk, 2008).

Pupuk organic cair dari urin kelinci ini merupakan pupuk yang berbentuk

cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur

penting guna kesuburan tanah.Namun, pupuk organik cair dari urin kelinci ini

juga memiliki kelemahan, yaitu kurangnya kandungan unsur hara yang dimiliki

jika dibandingkan dengan pupuk buatan dalam segi kuantitas (Sutanto, 2002).

Sajimin et. Al. (2005) Menyebutkan bahwa kotoran kelinci sangat

(29)

16 lebih tinggi dari bahan baku ternak lainnya, yaitu C/N : (10-12%), P (2,20-2,76%)

K (1,86%), dan Ca (2,08%)

Banyak sumber bahan baku yang diduga dapat memperkaya kandungan

hara didalam pupuk organik yang dibuat antara lain pupuk kandang sapi, abu

jerami, padi, dedak dan dolomite. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa

pupuk kandang sapi, mengandung cukup tinggi unsur hara yaitu N: 2,0; P: 1,5%,

Ca: 4,0% Mg 1,0% dan S: 0,5% (Karama et al. 1991) . Sehubungan dengan itu

perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kombinasi bahan baku limbah ternak

kelinci dengan bahan baku lainnya unruk mendapatkan pupuk organik terbaik.

2.3 Biaya dan Pendapatan Usahatani

2.3.1 Analisis Pendapatan

Pendapatan adalah selisih anata penerimaan dengan semua biaya yang

dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Ada beberapa pengertian yang

perlu diperhatikan dalam menganalisis pendapatan antara lain (Soekartawi, 1995):

1. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu

kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar

2. Pendapatan bersih adalah penerimaan kotor yang dikurangi biaya

variabel dan biaya tetap

3. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang nyatakan dengan uang

yang diperlukan untuk menghasilkan produksi

Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total

(30)

17 Jangka waktu pembukuan umumnya satu tahun yang mencakup ; a) dijual, b)

dikonsumsi rumah tangga petani, c) digunakan dalam usahatani, d) digubakan

untuk pembayaran, dan e) disimpan atauada di gudang pada akhir tahun

(soekartawi, 1984)

Penerimaan usahatani adalahperkalian antara produksi yang diperolah

dengan harga jual (Rahim dan Hastuti 2007). Secara matematis dirumuskan

sebagai berikut :

TR = Y . Py...(1)

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi Yang Diperolah Dari Suatu Usahatani

Py = Harga Produksi

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan semua biaya produksi.

Pendapatan meliputi pendapatan kotor (penerimaan total) dan pendapatan bersih.

Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan

sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim dan Hastuti Dwi R. D, 2007).

Pendapatan dapat dirumuskan sebagai beriku :

= TR- TC...(2) = Y. Py-{(⅀Xi . Pxi) – BTT...(3) keterangan : = Keuntungan/ Pendapatan (Rp) TR = Total Penerima (Rp) TC = Total Biaya (Rp)

(31)

18 Y = Jumlah Produksi (satuan)

Py = Harga Satuan Produksi (Rp)

X = Faktor Produksi (satuan)

Px = Harga Faktor Produksi (Rp/satuan)

N = Banyaknya Input Yang Dipakai

BTT = Biaya Tetap Total (Rp)

Pengeluaran total usahatani adalah nilai smua masukan yang habis terpakai

atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga

petani. Pemisah pengeluaran terkadang sulit dilakukan karena pembukuan yang

tidak lengkap dan juga adanya biaya bersama dalam produksi. Cara yang dapat

dilakukan adalah memisahkan pengeluaran total usahatani menjadi pengeluaran

tetapdan pengeluaran tidak tetap (soekartawi, 1984).

Secara ekonomi usaha dikatakan menguntungkan atau tidak

menguntungkan dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara

penerimaan totaldan biaya total yang disebut dengan revenue cost ratio (R/C).

R/C = (Py . Y) / (FC + VC)...(4) Atau R/C = PT / BT...(5) Keterangan : Py = Harga Produksi Y = Produksi FC = Biaya Tetap VC = Biaya Variabel

(32)

19 PT = Produksi Total

BT = Biaya Total

Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini yaitu :

1. Jika R/C<1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi belum

menguntungkan

2. Jika R/C>1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi

menguntungkan

3. Jika R/C=1 maka usahatani berada pada titikimpas (break event point).

.3.2 Konsep Biaya

Suratiyah (2006) menyatakan, biaya dan pendapatan dipengauhi oleh tiga

faktor yaitu faktor internal, eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal

maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan.

Faktor internal meliputi umur petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah

tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Faktor eksternal terdiri dari input

yang terdiri atas ketersediaan dan harga. Faktor manajemen berkaitan dengan

pengambilan keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga

diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.

Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan

tingkat produksi.Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak

dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya

variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang besarnya

(33)

20 Ciri-ciri dari biaya tetap dapat dikemukakan sebagi berikut: 1) jumlahnya

yang tetap dan sebanding dengan hasil produksi, 2) menurunnya biaya tetap per

unit dibandingkan dengan kenaikan dari hasil produksi, 3) pembebanannya

kepada suatu bagian seringkali bergantung pada pilihan dari manajemen atau cara

penjatahan biaya, 4) pengawasan atas kejadian terutama bergantung kepada

manajemen pelaksana dan bukan kepada pengawas kerja. Contoh dari biaya tetap

yaitu pembelian mesin, pendirian pabrik (Kartasapoetra dan Bambang, 1992)

Ciri-ciri biaya variabel adalah: 1) variabel secara keseluruhan dengan volume, 2)

biaya per unit yang konstan walaupun terjadi perubahan volume dalam batas

bidang yang relavan, 3) mudah dan dapat dibagikan padabagian usaha, 4)

pengawasan dari kejadian dan penggunaannya berada di tangan kepala bagian.

Contoh dari biaya variabel yaitu biaya persediaan, bahan bakar, tenaga listrik, alat

perkakas, peneriman barang, pengangkutan (Kartasapoetra dan Bambang, 1992.

2.4 Kerangka Pikir

Usaha ternak kelinci tidak berkembang pesat seperti usaha peternakan

lainnya misalnya ayam, itik, kambing, sapi, kerbau, dan sebagainya. Hal ini

disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang nilai ekonomis

atau produk apa saja yang dapat dihasilkan dari ternak kelinci (Ridwan dan

Asnawi, 2008). Padahal kelinci memiliki peluang usaha yang cukup potensial,

baikusaha pokokmaupunsebagaiusaha sampingan.Peluangnya sebagai penyedia

sumber protein hewani yang sehat dan berkualitas tinggi serta peluang usaha yang

(34)

21 Pengembangan usaha ternak kelinci ini mempunyai prospek yang bagus

untuk diusahakan.Kajian mengenai ekonomi usaha ternak kelinci bagi masyaraka

(peternak) perlu dilakukan.Potensi ekonomi usaha ternak kelinci dapat tercermin

dari singkat pendapatan yang diperoleh, tingkat profitabilitas yang dicapai,

kontribusi pendapatan usaha ternak kelinci terhadap penerimaan keluarga,

kemampuan usaha ternak kelinci serta tingkat kelayakan usaha.

Gambar 1. Kerangka fikir Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Ternak Kelinci.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian A Maryani‟, D Kardaya, E Dihansih dalam jurnal yang

berjudul ‘Performa Produksi Kelinci Lokal yang Diberikan Pakan Tambahan

Tepung Dan Sirsak (ANNONA MURICATA L) DAN ZEOLIT’ . penelitian ini menjelaskan performa kelinci lokal yang diberikan pakan tambahan tepung daun

Usaha Ternak Kelinci

Produksi

Pupuk Organik Cair

Kelayakan Pendapatan

(35)

22 sirsak dan zeloit dengan pemberian pakan yang terdiri atas (62% rumput lapangan

+ 3% Tepung daun sirsak) + (32% Konsentrat + 3% zeloit) dengan kandungan PK

13,04-13,54% dam TDN 60,70-62,98% Belum dapat memperbaiki pertumbuhan

dan kjonversi pakan kelinci lokal.

Penelitian Winarmo, Mulyo (2015) dalam jurnal yang berjudul Analisis

Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci Hias (Studi Kasus Kelompok Peternakan ‘’Akur’’ Desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji Kota Batu).Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.Penelitian ini menjelaskan rata-rata modal peternakan

kelinci sejumlah Rp. 19.682.900 Biaya produksi sejumlah Rp.

133.544/ekor.Penerimaan sejumlah Rp. 155.877/ekor.Pendapatan sejumlah Rp.

24.717/ekor. Peternakan kelinci kelompok AKUR Mendapatkan R/C ratio

rata-rata sebesar 1,16 yang artinya usaha tersebut efisien menguntungkan. Analisa

rentabilitas menunjukkan rata-rata presentase sebesar 12,9%. Setelah melakukan

penelitian maka peternakan kelompok UKUR disarankan untuk mengikuti pasar

(36)

23

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Joglo Tani Dusun Mandungan 1 Kecamatan

Sayegan Kabupaten Sleman Di Yogyakarta. Lokasi penelitian diambil secara

purposive atau sengaja dengan pertimbangan bahwa di Joglo Tani

mengembangkan usahatani ternak kelinci dan terdapat berbagai aktivitas atau

aspek yang berkenan dengan pertanian. Pelaksanaan penelitian tersebut dimulai

bulan Februari sampai Mei 2020.

3.2Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sengaja

(Purposive) dengan alasan bahwa responden merupakan pihak yang secara

langsung terlibat dalam usaha ternak itik kelinci di Joglo Tani Desa Margoluwih

Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta. Jumlah

Informan tersebut sebanyak 2 responden.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

3.3.1Jenis Data

1. Data Kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kaya yang

dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisar,

dokumentasi dan pita rekaman) yang diproses sebelum siap digunakan

(37)

24 tetap menggunakan kata-kata yang diatasnya disusun kedalam kata-kata

yang diperluas.

2. Data Kuantitatif adalah data yang dapat diukur atau di hitung langsung

yang berupa informasi atau penjelasan di hitung dengan bilangan atau

bentuk angka.

3.3.2 Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yang di ambil adalah data primer. Data

primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang

diteliti(informan) pada penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari

peternak yang ada di Joglo Tani.

3.4 Tenik Pengumpulan Data

3.4.1 Observasi

Observasi merupakan tehnik pengumpulan data dimana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang

diteliti (Surakhmad, 1994).Tehnik observasi biasa disebut secara langsung.

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung kepada responden untuk memperoleh informasi dari sumber yang

diwawancarai. Teknik wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar

(38)

25 3.4.3 Pencatatan

Teknik ini dilakukan mengumpulkan data sekunder.Teknik ini dilakukan

dapat mengambil data kemudian mencatat data tersebut dari berbagai sumber

yang berkaitan dengan penelitian.

3.4.4 Dokumentasi

Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya

memperoleh data. Kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu yang dapat dijadikan

atau dipakai untuk menjelaskan kondisi di dokumentasikan oleh peneliti.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Untuk mengukur besarnya investasi budidaya kelinci dilakukan tabulasi

data terhadap data yang terkumpul dari hasil wawancara dan pengamatan di

lapang.

3.5.2 Untuk mengukur keuntungan digunakan pendekatan teori keuntungan

dengan persamaan sebagai berikut:

π = Y× Pᵧ - Biaya

= ( Produksi × Harga) - Biaya

= ( Produksi × Harga) - (Biaya tetap + Biaya variabel)

3.5.3 Untuk mengukur efisiensi penggunaan biaya produksi digunakan

pendekatan analisis R-C ratio dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2002) :

R-C ratio =

Keterangan :

(39)

26 TC = Biaya total budidaya kelinci (Rp)

I = suku bunga bank yang berlaku

Kriteria :

R/C ratio > 1+i berarti usahatani kelinci efisien R/C ratio ≤ 1+i berarti usahatani kelinci tidak efisien

3.5.4 Untuk mengukur rentabilitas digunakan rumus berikut rentabilitas

(Riyanto, 1990)

3.5.4 Untuk membandingkan antara nilai R-C ratio dan dengan suku bunga bank

yang berlaku digunakan uji-t satu beda. Hipotesis yang di ajukan adalah:

Ho : tidak ada perbedaan rata-rata nilai yang dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku, atau µ = ι

Ha : ada perbedaan rata-rata nilai yang dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku, atau µ ≠ ι

3.6 Definisi Operasional

1. Peternak Kelinci adalah peternak yang membudidayakan kelincilokasi

penelitian

2. Produksi adalah semua hasil panen dari ternak kelinci

3. Biaya Produksi adalah akumulasi dari semua biaya yang dibutuhkan dalam

4. Proses produksi dengan tujuan mengasilkan suatu barang atu produk

(40)

27

IV.GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1

Sejarah Joglo Tani

Joglo Tani merupakan wahana pertanian terpadu yang didirikan oleh T.O

Suprapto pada tanggal 19 Januari 2008, yang terletak di Jalan Godean KM 9,5 RT

03 RW 24, Dusun Mandungam 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan,

Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 55561. Joglo Tani

merupakan monumen kebangkitan petani yang diresmikan langsung oleh Sri

Sultan Hamengku Bowono X. Masyarakat dapat belajar dan menggali ilmu disini

untuk mengembangkan pertanian terpadu yang berbasis konservasi lingkungan.

Joglo Tani berasal dari bahasa Jawa yaitu sebuah singkatan Ojo Gelo yang memiliki makna “jangan kecewa menjadi petani sebab pertanian itu usaha yang

menjanjikan”.Kata ini juga mengartikan petani yang selalu dipermainkan dan

dipandang sebelah mata serta pertani selalu mengalami kesulitan dan kerugian

karena adanya permainan harga sehingga membuat petani resah.

Monumen kebangkitan petani ini berbentuk sebuah rumah joglo yang

berada di tengah area pertanian terpadu.Bangunan ini digunakan sebagai wadah

pembelajaran dan pusat aktivitas masyarakat yang ingin belajar pertanian

terpadu.Adanya monumen ini dapat membuka pandangan masyarakat bahwa

pertanian bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja asal ada kemauan untuk

memulainya.Joglo tani juga dapat membuktikan bahwa area pertanian dapat

(41)

28 Dalam menjalankan programnya Joglo Tani memili strategi; seperti pilar Joglo

4B (berdoa, berkarya, bersosial, dan berusaha). Lembaga ini menjalankan

programnya dengan empat pilar strategi program, yaitu:

a. Berdoa, nilai-nilai luhur seperti kepasrahan, rasa syukur, dan permohonan

menjadi kekuatan nenek moyang dalam bertani. Prinsip melestarikan

nilai-nilai spiritual dalam bertani ini ditujukan untuk membangun kembali

semangat bakti bumi demi kesejahteraan bersama.

b. Belajar kondisi, potensi, dan dinamika lingkungan pertanian yang bersifat

lokal spesifik menuntut para petani untuk terus belajar memahami

perubahan alam. Prinsip ini ditekankan pada membangun inisiatif petani

dalam membangun upaya mandiri.

c. Berkarya, petani itu seorang pengelola yang menjalankan sendiri usahanya

sekaligus menanggung sendiri resiko apapun. Prinsip ini yang akan

mewarnai semua aktivitas adalah bentuk kekayaan, bukan sekedar

mengungkap gagasan.

d. Bersosial, pertanian adalah budaya yang dibangun bersama. Oleh karena

itu nilai-nilai sosial yang dibangun seperti pemahaman, kesepakatan,

keputusan, dan komitmen bersama akan menjadi dasar pembangunan

program.

Joglo tani mempunyai konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat

berbasis pertanian terpadu dengan menggunakan enam prinsip, diantaranya : dua

(42)

29 sembilan perencanaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan petani

dan tercapainya kedaulatan pangan.

4.2 Visi dan Misi Joglo Tani

a. Visi

Visi Joglo Tani adalah merdeka.Merdeka dalam artian tanpa ada

pengaruh dari pihak manapun yang nantinya dapat merugikan petani.

b. Misi

Misi Joglo Tani adalah Kemandirian.Dengan kemandirian petani tidak

perlu tergantung dengan pabrik dari segi bibit, pupuk dan lain-lain.

Adanya kemandirian ini petani bisa menciptakan dan menyediakan sendiri

apa yang mereka butuhkan dengan harapan apa yang kita butuhkan

tercukupi lahir dan batin.

4.3 Kondisi Geografis

Joglo tani terletak di Mandungan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan,

Kabupaten Sleman, yang berbatasan langsung dengan Desa Margodadi di sebelah

utara, dengan Desa Sidoagung di sebelah selatan, dengan Desa Sidomoyo di

sebelah timur, dan dengan Desa Sidorejo di sebelah barat. Joglo tani memiliki luas

lahan ± 8.000 M2, luas bangunan ± 1.700 M2. Terletak pada ketinggian tempat ±

150 meter dari permukaan laut, dengan rata-rata curah hujan per tahun 2.000 –

3.000 mm/th, dan suhu rata-rata 24 – 32º C. Dengan jarak tempuh dari provinsi ±

(43)

30

4.4 Struktur Organisasi

Berikut ini adalah struktur organisasi Joglo Tani.Gambar 1. Struktur Organisasi

Gambar 2.Struktur Organisasi Joglo Tani

DIVISI PRODUKSI Koordinator: TO SUPROPTO

Unit Paska Produksi: JOHAN ARIFIN Unit Bahan Produksi:

BOWA

Unit Proses Produksi : AY SUHARYONO Unit Pengembangan: SUNARMO DIVISI PENGEMBANGAN Koordinator : SUNARMO

Unit Pelayanan Jasa: SUKIRMAN

Unit Pengutan Modal: JERRY JOHANDI DIVISI RUMAH TANGGA :

Koordinator : SUDARMAJI Unit Administrasi : AMBORO WAHYUS Unit Finansial : ISTRI WANDARI

Unit Ketenaga Kerjaan : ABU HANIFA

(44)

31

4.5 Pertanian Terpadu Joglo Tani

Joglo Tani yang memiliki luas 8.000 mempunyai slogam “Monumen Kebangkitan Petani Indonesia” dan diketuai oleh bapak TO Suprapto. Joglo Tani

mempunyai penataan wilayah sebagai berikut:

1. Bagian depan kanan dan kiri atau halaman muka terdapat kolam ikan sebagai

tempat pembudidayaan ikan nila yang dimana diatas kolam tersebut terdapat

kandang ayam petelur.

2. Samping kiri Joglo terdapat green house sebagai tempat penyimpanan bibit

dan lainnya

3. samping kanan Joglo terdapat kolam ikan lele dan tanaman hidroponik

4. Bagian belakang Joglo terdapat kandang bebek petelur , samping kanan

belakang terdapat kandang sapi dan samping kiri terdapat tempat

(45)

32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1

Usaha Ternak Kelinci

Kelinci yang dipelihara oleh Joglo Tani adalah jenis kelinci seperti

Australi, New Zealand, Rex, Anggora,Satin, duts, Cepres dan kelinci lokal. Jenis-jenis kelinci tersebut diatas merupakan Jenis-jenis kelinci yang paling banyak

diternakkan di kabupaten sleman.Di Joglo tani itu sendiri, biasanya melihat dari

aspek tampilan tubuh jenis dan umur.Ciri-ciri tampilan tubuhnya yaitu sehat,

bentuk badan baik.Hal tersebut sesuai menurut pendapat Manshur (2009), bahwa

bibit kelinci yang baik, yaitu penampilan secara umum nampak tegap geraknya

gesit dan lincah.Buluh halus mengkilap dan tidak rontok pandangan nampak

tajam bagian kaki tidak bengkok.

Umur bibit kelinci yang baik dipelihara, yaitu sekitar35 hari atau sudah

berumur 60 hari. Anakan kelinci akan lepas sapih pada umur tersebut larena pada

umur dibawah 35 hari anak kelinci masih membutuhkan susu dari sang induk, dan

juga hal untuk menghindari dari tingkat kematian bibit.

Pengolahan reproduksi yang dilakukan responden sudah baik.Responden

mengawinkan kelinci secara alami.Kelinci dapat melahirkan jumlah anak yang

cukup besar sekitar 6-8 ekor.Paling banyak bisa mencapai 10 ekor.Menurut

responden, kelinci dapat dikawinkan 1-3 bulan setelah melahirkan. Perkawinan

kelinci dilakukan dengan cara betina dimasukkan kedalam kandang pejantan,

lama kebuntingan kelinci sekitar 28-33 hari. Hal ini sesuai pendapat Susilorini et

(46)

33 pejantan dan dibiarkan terjadi dua kali perkawinan, setelah itu pejantan

dipisahkan. Lama kebuntingan pada induk sekitar 30-32 hari.

5.2 Analisis Produksi dan Pendapatan UsahaTernak Kelinci

5.2.1 Produksi Usaha Ternak Kelinci

Produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan

menjadikan barang tertentu menjadi produk dan termasuk didalamnya barang

yang dibeli dan jasa.Jumlah urin kelinci yang dijual dari usaha ternak kelinci

dalam ukuran waktu tertentu. Dalam usaha ternak kelinci terdiri dari biaya tetap

dan biaya variabel.struktur biaya tersebut adalah pengeluaran yang di keluarkan

peternak dalam satu periode yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang di keluarkan oleh peternak diluar biaya input atau

biaya yang tidak mempengaruhi output yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel

adalah biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang

mempengaruhi output yang dihasilkan. Berdasarkan perhitungan biaya produksi

total rata-rata sebesar 1.477.00 liter/bulan. Biaya tetap yang yang dikeluarkan

sebesar Rp. 1.345.833 dan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp.

20.318.000

5.2.2 Pendapatan Usaha Ternak Kelinci

Pendapatan adalah selisih penerimaan dengan semua biaya yang

dikeluarkan dalam kegiatan usaha.Suratiyah (dalam Ginanjar 2019) menyatakan

(47)

34 faktor managemen.Faktor tersebut mempengaruhi biaya dan pendapatan.Fungsi

biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya produksi.Biaya dapat

dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.Biaya tetap adalah biaya yang

dikeluarkan oleh usahatani dan besarnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya

produksi yang dihasilkan.Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan usahatani yang besarnya sangat di pengaruhi oleh produksi yang

dihasilkan, Suratiyah (dalam lantungan, 2019). Perhitungan pendapatan tidak

terlepas dari modal yang dikeluarkan dalam bentuk investasi akan mempengaruhi

skala usaha yang berdampak langsung pada pendapatan. Pendapatan bersih

merupajan selisih antara penerimaan usaha ternak pertahun dengan total biaya

produksi pertahun untuk lebih rincinya pendapatan dan biaya yang diperoleh pada

usaha ternak kelinci di Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa Margoluwih,

Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakata dapat dilihat pada

(48)

35 Tabel 1.Analisis Pendapatan Usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta, Pada 2020 n

No Uraian Satuan (unit) Jumlah

(unit/bln) Harga (Rp/Unit) Nilai (Rp/bln) 1

Produksi 1.477

TK Perawatan Kandang, pemberian pakan dan pengambilan urin HOK (30 hari x 4 org) 120 76.000 9.120.000 TK pengambilan dan Pengemasan Urin HOK (30 hari x 2 org) 60 76.000 4.560.000 TK Transport HOK (16 hari x 2 org) 32 76.000 2.432.000 Usia kelinci 1,5 tahun/ekor (mortalitas 4 ekor/bulan) 528 100.000 Pakan -Bkk kg 200 7.000 1.400.000 Dedak kg 300 1.000 300.000 C. Polar kg 1 8.000 8.000 T.Jagung karung 1 16.000 16.000 Prima kg 60 2.667 160.000 Garam kg 2 12.000 24.000 Mineral kemasan 10 13.000 130.000 Tetes tebu ton 1 1.000.000 1.000.000 Br.124 kg 60 1.633 98.000 Roti 30 kemasan 30 13.000 390.000 P.tebu 15 kg 1 160.000 160.000 Listrik bulan 1 360.000 360.000 Obat-obatan bulan 1 160.000 160.000 2

Total Biaya Variabel 20.318.000

Pajak dan sewa lahan 145.833

Penyusutan Alat 1.200.000

3 Total Biaya Tetap 1.345.833

4

Pendapatan Usaha Urin

Kelinci 10.028.167

Sumber :Data Primer Setelah Diolah 2020

Tabel 1 menjelaskan jelaskan bahwa produksi ternak kelinci dalam 1 bulan

sebanyak Rp. 1.447.dengan total Pendapatan Rp. 10.028.167 maka usaha ternak

kelinci layak dilakukan di area penelitian.Perhitungan tenaga kerja pemberian

(49)

36 kerja yang ada di penelitian usaha ternak kelinci bekerja lebih 8 jam. Upah yang

diterima oleh tenaga kerja umumnya76,000 perhari.

5.2.3 Penerimaan

Penerimaan adalah penerimaan dari semua sumber usahatani yang

meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil serta nilai

penggunaan rumah yang di konsumsi.Satuan pengukuran rupiah per bulannya.

Penerimaan yang di peroleh peternak kelinci di Joglo Tani berasal dari penjualan

urin kelinci dan total penerimaannya selama satu bulan sebesar Rp. 31.629.000

Tabel 2. Rata-rata Penerimaan Biaya, dan Pendapatan Usaha Ternak kelinci di Joglo Tani Dusun Mandungan 1. Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi D.I Yogyakarta.

No Uraian Nilai

1 Penerimaan Usaha Tani 31.692.000

2 Total Biaya 21.663.833

3 Pendapatan Bersih 10.028.167

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019

Tabel 2menunjukkan bahwa total biaya sebesar Rp. 21.663.833

Penerimaan petani dari usaha Ternak Kelinci sebesar Rp.31.692.000dan

pendapatan bersih sebesar 10.028.167 tergolong tinggi mengingat usaha tani

yang dilakukan relatif mudah dilakukan dan di usahakan seperti pengadaan

bahan pakan dari hijauan serta pemasaran yang sudah layak.

5.3 Kelayakan Usaha Ternak Kelinci

R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran

(50)

37 Joglo Tani dapat dikatakan layak karena kegiatan usaha memberikan penerimaan

yang lebih besar dari pada pengeluarannya.

Tabel 3.Rata-rata Kelayakan Usaha Ternak Usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani Dusun Mandungan 1. Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi D.I Yogyakarta.

No Uraian Nilai

1 Penerimaan 31.692.000

2 Total Biaya 21.663.833

3 Kelayakan R/C Ratio 1,46

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan sebesar Rp. 31.692.000

di bagi dengan total biaya sebesar Rp. 21.663.833 sehingga kelayakan usaha

Ternak Kelinci sebesar 1,46 Nilai kelayakan usaha ternak kelinci lebih besar

dari satu, yang berarti bahwa usaha ternak kelinci telah layak atau mencapai

kelayakan yang menyatakan apabila nilai R/C > 1 maka usaha ternak layak

untuk diusahakan. Sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1995) suatu usaha

dikatakan menguntungkan jika perbandingan antara R dan C (R/C) bernilai lebih

besar dari satu.

Penelitian Atok Ainur Ridho dan Henik Prayuginingsih dalam jurnal yang

berjudulAnalisis Kelayakan Usaha Tani Kelinci Desa Umbulrejo Kecamatan

Umbulsari Kabupaten Jember.Penelitian ini menjelaskan tingkat keuntungan effisiensi biaya dan rentabilitas. Timgkat keuntungan peternak kelinci sistem

kandang batere di desa Umbulrejo Kecamatan Ambulsari Kabupaten Jember

sebesar Rp. 2245.050 per 10 ekor indukkelinci pertahun atau dengan nilai R/C

(51)

38 tersebut maka usaha budidaya kelinci sistem batrai lebih menguntungkan daripada

menyimpan uang di Bank, dengan suku bunga bank yang diasumsikan sebesar

12% per tahun

5.3.1 Produktivitas Tenaga Kerja

1. Produktivitas tenaga kerja = = 4.983/ HOK

2. Pendapatan Peternak = Rp. 10.028.167> Rp. 1.345.833

5.3.2 Produktivitas Aset

1. Produktivitas Aset = = 7,45 > 2% /bulan /deposito/kredit

Dari analisis diatas Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara

sumber daya yang digunakan dengan jumlah barang dan jasa yang di produksi di

Joglo Tani. Melihat dari hasil yang dicapai sebesar Rp. 10.029.167 dibagi dengan

jumlah hari orang kerja(HOK) sehingga menghasilkan gaji sebesar Rp. 4.983

sehigga belum dikatakan layak. Dengan pendapatan bersih sebesar

Rp.10.029.167per bulan yang berarti lebih besar dari biaya pengeluaran atau fixed

cost. Sedangkan untuk produktivitas asset sebesar 7,45 lebih besar 2% per bulan

(52)

39

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Pendapatan dan Kelayakan

Usaha Ternak Kelinci (Studi Kasus di Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa

Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman DI Yogyakarta) yang telah

di analisis dan di kemukakan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani mampu menghasilkam produksi

sebesar 1.447.00 liter/bulan.

2. Rata-rata Pendapatan usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani Sebesar

Rp. 10.028.167

3. Usaha Ternak Kelinci di Joglo Tani secara finansial layak dijalankan ditandai

oleh nilai R/C ratiosebesar 1,46

B. Saran

Melihat potensi ekonomi usaha ternak kelinci di Joglo Tani Yogyakarta

yang mempunyai kemampuan tinggi dan tingkat kelayakan usaha yang dicapai,

maka usaha ternak kelinci ini mungkin menjadi usaha pokok yang diharapkan

mampu menopang kehidupan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat

(53)

40

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. (2012). Budi Daya Sapi Perah Jilid 1. Airlangga University Press. Albab, U., Purnomoadi, A., & Sutaryo, S. (2017). Tingkah Laku Harian dan

Coprophagy Kelinci New Zealand White Betina yang diberi Pakan Pelet dengan Sumber Energi yang Berbeda (Doctoral dissertation, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).

Alfian, R. (2015). Pengaruh Bentuk Pakan Konsentrat Terhadap Kualitas Fisik Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Andika, R. (2015). Pengaruh Bentuk Pakan Konsentrat Terhadap Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar, Lemak Kasar, Serat Kasar Kelinci Peranakan New Zealand White (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Budisatria, I. G. S., Maharani, D., & Ibrahim, A. (2019). Kambing Peranakan Etawah: Kepala Hitam atau Cokelat. UGM PRESS.

DAC, N. A., Nurhajati, T., Estoepangestie, A. S., & Veteriner, M. (2018). Potensi pemberian formula pakan konsentrat komersialterhadap konsumsi dan kadar bahan kering tanpa lemak susu.

Dalimunthe, N. W. Y., Artdita, C. A., & Lestari, F. B. (2019).Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Tani Kelinci dalam Rangka Pengembangan Desa Wisata di Soropati, Hargotirto, Kokap, Kulon Progo. Jurnal Pengabdian Dan Pengembangan Masyarakat, 2(1).

Darman, D. (2011). Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kelinci. Binus Business Review, 2(2).

Edi, B., & Mardiani, D. (2015). Wool Kelinci Angora. Koperasi Nukita.

Gurusinga, E. S. (2012). Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu Fermentasi dengan Metode Takakura dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Kelinci New Zealand White Jantan Lepas Sapih. Jurnal Peternakan Integratif, 1(3).

Kardaya, D. (2017). Performa Kelinci Lokal Yang Diberi Air Minum Rebusan Daun Sirih (Pipper Betle Linn). Jurnal Peternakan Nusantara, 1(2).

Lestari, C., & Purbowati, E. (2017). Kinerja Produksi Kelinci New Zealand White Dengan Pemberian Sumber Energi Pakan Yang Berbeda (Doctoral Dissertation, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).

(54)

41 Lubis, F. N. L. (2012). Suplementasi Selenium Organik dan Vitamin E dalam Pakan Induk terhadap Performa Anak Puyu.Jurnal Peternakan Sriwijaya, 1(1).

Marom, A. T., Kalsum, U., & Ali, U. (2018). Evaluasi Performans Broiler Pada Sistem Kandang Close House Dan Open House Dengan Altitude Berbeda. Dinamika Rekasatwa, 2(2).

Masanto, R., & Agus, A. (2010). Beternak Kelinci Potong. PT Niaga Swadaya. Muhklisani, M. (2018). Efektifitas Alga Coklat (Sargassum sp.) Sebagai Pakan

Konsentrat terhadap Lingkar Scrotum Sapi Bali (Doctoral dissertation, Universitas ISlam Negeri Alauddin Makassar).

Ningrum, S. A. (2015). Dampak Playstation Terhadap Kesadaran Beragama Di

KalanganRemaja(Studi kasus Di

Desacijakankecamatanbojongkabupatenpandeglangbanten (Doctoral Dissertation, Iain Smh Banten).

Nugraha, F. D. (2015). Pengaruh Kemampuan Verbal Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Tes Fisika Bentuk Objektif Dan Essay (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Nugrahawati, T. (2011).Kajian Karakteristik Mie Kering dengan Substitusi Bekatul.

Nugroho, B. A., Purnomoadi, A., & Lestari, C. M. (2018). Hubungan Antara Ukuran Tubuh Dengan Bobot Hidup, Bobot Karkas Dan Rib Eye Muscle Pada Kambing Jawarandu (Doctoral Dissertation, Faculty Of Animal And Agricultural).

Nugroho, R. A. (2018). Mengenal mencit sebagai hewan laboratorium.

Nur, M. (2017).Pengaruh Pemberian Daun Kelor (Moringa Oleifera) terhadap Pertambahan Berat Badan Sapi Bali (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Nadir, N., & Mutmainnah, M. (2018, December). ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI NELAYAN PATORANI (TELUR IKAN TERBANG) DI DUSUN JEMPANG KALUKUANG KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR. In Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (SNP2M).

Nadir dan Mutmainnah. 2018. Analisis usahatani Perikanan Nelayan Patoranni.jurnal penelitian SNP2M 978-602-60766-4-9.

(55)

42 Oknaryanto, D. (2014). Profil Darah Sapi Bali Jantan Pada Masa Adaptasi Pakan Hijauan Berupa Daun Dan Pelepah Sawit Di Desa Seko Lubuk Tigo Kabupaten Indragiri Hulu (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau).

Ridho, A. A., & Prayuginingsih, H. (2018).Analisis Kelayakan Usahatani Kelinci di Desa Umbulrejo Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember. Jurnal Agribest, 2(1).

SANTOSO, U., & SUTARNO, S. (2010). Bobot potong dan karkas kelinci New Zealand White jantan setelah pemberian ransum dengan kacang koro (Mucuna pruriens var. utilis). Bioteknologi Biotechnological Studies, 7(1). Sartika, S. (2017). Faktor-Faktor Peternak Belum Melakukan Pengolahan

Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong Di Desa Mattirobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone (Doctoral dissertation). Setiarto, R. H. B. (2016). Prospek dan potensi pemanfaatan lignoselulosa jerami

padi menjadi kompos, silase dan biogas melalui fermentasi mikroba.Jurnal Selulosa, 3(02).

Sodiq, I. A.,& Abidin, I. Z. (2008). Sukses Menggemukan Domba. AgroMedia. Surya, R. A. (2010). Pengaruh penggunaan kulit kecambah kacang hijau dalam

ransum terhadap produksi karkas kelinci keturunan vlaams reus jantan. Tamalluddin, F. (2012).Ayam broiler, 22 hari panen lebih untung. Penebar

Swadaya Grup.

Wicaksono, A. M. A. (2017). Karakteristik Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Lepas Sapih Pada Suhu Lingkungan Pemeliharaan Yang Berbeda (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

(56)

43 Lampiran 1 Kuisioner

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS

PERTANIANPROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FIRDA JAFAR (105961113016)

Judul Penelitian

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATERNAK KELINCI

( Studi Kasus di Joglo TaniDusunMandungan 1, KecamatanSayegan, KabupatenSleman DI Yogyakarta)

INFORMAN:

1. Nama Responden: Johan

2. Umur :55 tahun

3. Pendidikan terakhir/pekerjaan pokok : SLTA

4. Pengalaman Berusaha Tani: 20 tahun

5. Luas Lahan Usahatani : 3.000 m

(57)

44 Lampiran 2.Biaya Tetap

Item Biaya(Rp/bln

1

Pajak dan sewa lahan 145.833 2

Penyusutan Alat 1.200.000 Total Biaya tetap 1.345.833

Produksi :

Produksi

tiap/bulan Harga jual (Rp/liter)Produksi (liter) Stok Penerimaan( Rp/bulan)

Jun-19 13.333 1.969 900 38.253.333 Jul-19 13.333 1.762 900 35.493.333 Aug-19 13.333 1.398 900 30.640.000 Sep-19 13.333 1.046 900 25.946.667 Oct-19 13.333 1.268 900 28.906.667 Nov-19 13.333 1.344 900 29.920.000 Dec-19 13.333 1.371 900 30.280.000 Jan-19 13.333 1.357 900 30.093.333 Feb-19 13.333 2.049 900 39.320.000 Mar-19 13.333 1.205 900 28.066.667 Rata-rata produksi 13.333 1.477 900 31.692.000

Gambar

Gambar 1. Kerangka fikir Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha  Ternak Kelinci.
Gambar 2.Struktur Organisasi Joglo Tani
Tabel  1  menjelaskan  jelaskan  bahwa  produksi  ternak  kelinci  dalam  1  bulan  sebanyak Rp
Tabel  2menunjukkan  bahwa  total  biaya  sebesar  Rp.  21.663.833  Penerimaan  petani  dari  usaha  Ternak  Kelinci  sebesar  Rp.31.692.000dan  pendapatan  bersih  sebesar  10.028.167  tergolong  tinggi  mengingat  usaha  tani  yang  dilakukan  relatif  m
+4

Referensi

Dokumen terkait

Produktivitas ternak kelinci pada daerah penelitian masih tergolong rendah yaitu rata-rata 6 ekor per indukan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak kelinci

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah Kunak (Studi Kasus Usaha Ternak Kavling 176, Desa

Pada pola usaha- tani dan peternakan sapi terpadu optimal peningkatan pendapatan usahatani keluarga terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan usaha ternak sapi sebagai

Penelitian usaha dan pemasaran ternak kelinci dilakukan untuk menjelaskan sistem pengelolaan usaha ternak kelinci, produktivitas dan faktor-faktor yang

Pada pola usaha- tani dan peternakan sapi terpadu optimal peningkatan pendapatan usahatani keluarga terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan usaha ternak sapi sebagai

Begitu banyak peluang pasar dari produk hasil ternak kelinci di lokasi penelitian yang belum dapat dimanfaatkan dengan optimal, itu disebabkan karena peternak

Salah satu jenis ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan adalah ternak kelinci.Selama ini, peternakan kelinci di Indonesia masih diusahakan sebagai peternakan

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK BREEDING SAPI LIMOUSIN DAN SAPI PEGON DI PETERNAKAN RAKYAT DUSUN GEMPOLAN DESA SUMENGKO KECAMATAN SUKOMORO KABUPATEN NGANJUK by Jasa Tugas