• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP MUATAN NILAI FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Sosial Politik Universitas Muhammadiyah Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP MUATAN NILAI FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Sosial Politik Universitas Muhammadiyah Malang)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP MUATAN NILAI

FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI

(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Sosial Politik Universitas Muhammadiyah Malang) Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

SKRIPSI

Oleh

Dimas Alhamda Kurniawan 07220033

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

IDENTITAS PENELITI

Nama Peneliti Dimas Alhamda Kurniawan Tempat, Tgl Lahir Cilacap 2 November 1987

NIM 07220033

Konsentrasi Studi Audio Visual

Alamat Jl. Kutilang Timur B-10 RT02 RW05 Tegalreja Cilacap Selatan Kab Cilacap

Judul penelitian Tanggapan Mahasiswa Terhadap Muatan Nilai Film Alangkah Lucunya Negeri Ini(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang)

Pembimbing I Dra Frida Kusumastuti M. Si Pembimbing II Joko Susilo S,Sos. M. Si

Lokasi Penelitian Lantai 6 GKB 1 Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Malang

(3)
(4)
(5)
(6)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dimas Alhamda Kurniawan

Tempat, tanggal lahir : Cilacap, 2 November 1987 Nomor Induk Mahasiswa : 07220033

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

Tanggapan Mahasiswa Terhadap Muatan Nilai Film Alangkah Lucunya Negeri Ini

(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 11 Agustus 2011 Yang Menyatakan,

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Sempurna yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-NYA sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul Tanggapan Mahasiswa Terhadap Muatan Nilai Film Alangkah Lucunya Negeri Ini (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang) sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Audio Visual Universitas Muhammadiyah Malang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan mahasiswa FISIP UMM terhadap Muatan Nilai Fim Alangkah Lucunya Negeri Ini.Salah satu Film Komedi Indonesia tahun 2010 yang diriilis oleh Dedy Mizwar. Film Alangkah Lucunya Negeri Ini memuat gambaran masyarakat memperbaiki taraf kehidupan,memuat kritikan untuk pemerintah,penonton merasa terhibur denganmelihat film ini. Dari gambaran film ini penonton belum melihat film ini membuat kritik social yang tajam karena alur cerita yang diangkat belum menyentuh seluruh aspek kehidupan.

Penelitian ini pada dasarnya untuk memenuhi tugas akhir skripsi sebagai

persyaratan mendapatkan gelar sarjana strata 1 (S-1). Harapan yang terbesar dan terbaik

diharapkan peneliti semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan

pihak terkait.Tentunya masih banyak kajian komunikasi yang harus dipelajari lebih

mendalam oleh peneliti.

Malang, 11 Agustus 2011 Peneliti

(8)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Syukur Alhamdulillah, skripsi ini saya persembahkan kepada-Mu Ya Allah, atas segala nikmat, karunia dan anugerah yang telah Kau berikan kepada saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Saya haturkan Sholawat

dan salam kepada junjungan saya Nabi Muhammad SAW yang saya kagumi. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak- pihak yang telah memberikan dukuingan moril maupun materil, karena tulisan yang sederhana ini tidak akan tercipta tanpa bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, terutama:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Bapak Drs. H. Muhadjir Efendi, MAP dan seluruh pembantu rektor UMM.

2. Ibu Dra. Frida Kusumastuti, M.Si M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta dukungan kepada penulis demi terselesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Joko Susilo S,Sos, M.Si selaku dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan serta dukungan kepada penulis demi terselesaikan Tugas Akhir ini.

4. Segenap dosen pengajar Jurusa Ilmu Komunikasi yang telah mengamalkan Ilmu dan pengalaman sebagai bekal saya untuk menapaki masa depan. 5. Mahasiswa FISIP UMM yang telah memberikan bantuan informasi dan

kerjasama demi terselesaikannya tugas akhir ini .

6. Bapak dan Ibuku yang kucintai serta Kakakku Arshinta Krisna Kemala yang telah memberikan do’a, dukungan, dan semangat selama jauh dari mereka.

(9)

8. .Saudara-saudaraku di JUFOC khususnya kepengurusan (2008-2010) yang telah bersedia menampung aku memberikan semangat dan selalu membantu dalam mengerjakan tugas akhir ini.Saya JUFOC saya Bangga 9. Saudara-saudaraku di IMM Renaissance FISIP yang telah memberikan

waktunya dan sabar mengarahkan peneliti dalam mengerjakan skripsi dan pengalaman di IMM sangat banyak membantu dalam mengerjakan skripsi 10.Anak-anak kost Tirto 67 dan Mama Wahab yang selalu menghibur,

menggaggu dan memeberikan doa, semangat padaku.

Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekilafan serta kekurangan adalah milik manusia. selanjutnya Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas Akhir ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 11 Agustus 2011 Penulis

(10)
(11)

BAB II OBYEK PENELITIAN

A. Mahasiswa UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) ... 28 B. Profil Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ... 33 C. Sinopsis Film Lucunya Negeri Ini ... 34

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden ... 36 B. Distribusi Frekuensi ... 37 C. Tanggapan Penonton Terhadap Film Lucunya Negeri Ini ... 68

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 74

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usian Responden ... 36 Tabel 2 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memuat Nilai Politik Tabel 9 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Membuat Perasaan Haru .... 46 Tabel 10 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Melepaskan Beban dalam

Kehidupan ... 47 Tabel 11 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Membuat Penonton

Berkeinginan untuk Menonton Kembali ... 49 Tabel 12 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Mengangkat Pesan Kritik

Sosial ... 50 Tabel 13 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Mengangkat Pesan Kritik

Moral ... 51 Tabel 14 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Mengangkat Nilai

Perjuangan dan Tidak Mengenal Putus Asa ... 52 Tabel 15 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memberikan Contoh untuk

(13)

Tabel 16 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memuat Kehidupan Nyata di Sekitar ... 54 Tabel 17 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memuay Pesan Idiologis ... 55 Tabel 18 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memiliki Ide Perubahan

Konsep Sosial Kemasyarakatn ... 56 Tabel 19 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Membuat Tujuan

Perubahan Politik dan Pemerintahan ... 58 Tabel 20 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Menggambarkan

Kehidupan Sosial di Masyarakat ... 59 Tabel 21 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Menyajikan Gambaran Pola

Pemerintahan ... 61 Tabel 22 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memuat Kehidupan Anak

Jalanan ... 62 Tabel 23 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Menyajikan Gambaran

Tingkah Laku Pejabat Pemerintahan ... 63 Tabel 24 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memuat Gambaran

Kehidupan Nyata di Sekitar ... 64 Tabel 25 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memberikan Informasi

tentang Kerasnya Kehidupan Anak Jalanan ... 65 Tabel 26 Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Memberikan Informasi

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2007, Komunikasi Massa,

Suatu Pengantar, Edisi Revisi, , Bandung, Simbiosa Rekatama Media Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta

Amri Jhi, 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia

Askurifai Baksin, 2003, Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung, Penerbit Katarsis

Effendy, Onong Uchyana, 2002, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. 2003, Ilmu, Teori dan Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3, Bandung, Penerbit Citra Aditya Bakti

Irawanto, Budi, 1999. Film, Ideologi dan Militer, Hegemoni Militer Dalam Sinema Indonesia, Media Pressindo, Yogyakarta

Kartono, K. 1990. Psikologi Umum. Bandung, Penerbit Mandar Maju

McQuail, Dennis, 1987, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Penerbit Erlangga ___________________, 2002. Theories of mass communication. 5th Ed. New

York

Muhtadi, Asep Saeful, 1999. Jurnalistik Pendekatan dan Praktik. Jakarta, Penerbit Logos

Nuruddin. 2003. Komunikasi Massa. Malang, Penerbit Cespur

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi; Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung

(16)

Siti Karlinah, 1999. Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbitan UT.

Sugiyono. 2003. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung, Penerbit Alfabeta Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Umum. Jakarta : Aksara Baru

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta, Penerbit Grasindo Internet:

Sosiologikomunikasi.blogspot.com/.../lima-genre-utama-teori-media-kritis.html

http://kineforum.wordpress.com/2011/02/25/sejarah film nasional 2001 http://emiratthemovies.wordpress.com

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Film merupakan hasil dari sebuah proses kreatif dan interpretasi pembuatnya terhadap suatu masalah yang ingin dikomunikasikan kepada masyarakat penontonnya. Akan tetapi, bentuk komunikasi film bersifat tidak langsung, sama halnya dengan puisi dan prosa. Memahami pesan dan tanggapan sebuah film penonton perlu memahami tema film itu sendiri. Karena itu untuk dapat lebih memahami pesan yang ingin disampaikan oleh sebuah film, ada baiknya sebagai penonton, tahu bentuk dan tema sebuah film. Penontonlah yang memberikan makna dan penafsiran.

Penonton membuat makna dan tanggapan atas film yang baru saja ditontonnya yang tidak sama dengan maksud sang sutradara. Semakin cerdas penonton itu penafsirkan, semakin cerdas pula film itu memberikan maknanya. Bentuk komunikasi film bersifat tidak langsung sama halnya dengan puisi dan prosa. Karena itu untuk dapat lebih memahami pesan yang ingin disampaikan oleh sebuah film ada baiknya sebagai penonton memahami tema sebuah film. (http://kineforum.wordpress.com/2011/02/25/sejarah film nasional 2011)

(18)

2

oleh Reza Rahadian dan Deddy Mizwar sendiri. Film ini berjudul Alangkah Lucunya (Negeri Ini) bertema pendidikan, dalam alur ceritanya pemeran berniat untuk merubah anak-anak yang berprofesi mencopet.

Sinopsis flim ini adalah Muluk belum mendapatkan pekerjaan sejak lulus S1, hampir 2 tahun. Meskipun selalu gagal tetapi Muluk tidak pernah berputus asa. Pertemuan dengan pencopet bernama Komet tak disangka membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu memperkenalkan kepada bosnya bernama Jarot. Muluk kaget karena di markas itu berkumpul anak-anak seusia Komet yang pekerjannya adalah mencopet.Akal Muluk berputar dan melihat peluang yang ditawarkan kepada Jarot. Muluk meyakinkan Jarot bahwa dia dapat mengelola keuangan mereka, dan meminta imbalan 10% dari hasil mencopet, termasuk biaya mendidik mereka. Usaha yang dikelola Muluk berbuah, namun di hati kecilnya tergerak niat untuk mengarahkan para pencopet agar mau merubah profesi mereka. DIbantu dua rekannya yang juga sarjana, Muluk membagi tugas mereka untuk mengajar agama, budi pekerti dan kewarganegaraan.

(19)

3

berusaha membuat karya-karya film yang berkualitas. Dengan menyajikan film-film yang berkualitas, secara tidak langsung terjadi sebuah revolusi kesadaran. Revolusi kesadaran ini nantinya dapat membentuk peradaban masyarakat yang berkualitas pula. Untuk itulah peran pemerintah pun harus turut andil dalam mendukung para sineas film Indonesia dalam berkarya, baik secara pendanaan maupun kebijakan.

(20)

4

oleh kelucuan yang dibuatnya. Walau alur ceritanya agak lamban tapi pesan yang ingin disampaikan sangat bagus sekali.

Pada penelitian ini ingin mengetahui tanggapan dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ( FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berjumlah ±20.000 yang mayoritas berdomisili di wilayah kelurahan Tlogomas dan Landungsari. Dimana pada obyek penelitian ini mengkhususkan pada mahasiswa FISIP. Pemilihan obyek penelitian ini karena mahasiswa memiliki kemampuan untuk menganalisi suatu masalah. Sehingga peneliti menentukan obyek penelitian pada mahasiswa bukan masyarakat umum. Diharapkan dengan obyek penelitian mahasiswa , tanggapan yang diberikan memiliki bobot lebih dibandingkan dengan tanggapan masyarakat. Sedangkan penentuan obyek pada mahasiswa FISIP UMM karena bidang ilmu mereka yang lebih mengarah kepada sosial kemasyarakatan sehingga diharapkan lebih mengerti dan memahami nilai yang dikandung pada film ini.

(21)

5

FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Sosial Politik Universitas Muhammadiyah Malang).

B. Rumusan Masalah

Isu sentral permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tanggapan mahasiswa FISIP UMM terhadap Film Alangkah Lucunya Negeri Ini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan tanggapan mahasiswa FISIP UMM terhadap Film Alangkah Lucunya Negeri Ini.

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara akademis

Bagi mahasiswa dan akademis, manfaatnya adalah sebagai sarana pengetahuan dalam membuat sebuah konsep tentang tata cara dan proses berpikir dalam memberikan sebuah pendapat tentang film, serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap sebuah karya film.

2. Secara praktis

(22)

6

E. Tinjauan Pustaka 1. Penonton Film

Secara harfiah, istilah “penonton” berasal dari awalan pe- dan kata

kerja tonton dalam bahasa Indonesia. Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka penonton berarti orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan.

Menurut teori kultivasi ini, film menjadi media atau alat utama dimana para penonton film belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh film. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan film, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisi nya. (Nurudin, 2007)

Menurut Miller (2005: 282), teori kultivasi tidak dikembangkan untuk mempelajari "efek yang ditargetkan dan spesifik (misalnya, bahwa menonton Superman akan mengarahkan anak-anak untuk mencoba terbang dengan melompat keluar jendela) melainkan dalam hal akumulasi dan dampak film secara menyeluruh, yaitu bagaimana masyarakat melihat dunia dimana mereka hidup ". Oleh karena itu disebut 'Analisis Budaya'.

(23)

7

sehingga film merupakan gambaran dari lingkungan umum kehidupan masyarakat.

Teori Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya film dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas. Teori ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan dampak tersebut akan berdampak pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976) mengatakan film adalah media sosialisasi kebanyakan orang menjadi peran standar dan perilaku. Fungsinya adalah satu enkulturasi".

Teori Kultivasi merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi dengan tindak kekerasan. Hal tersebut

disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang

cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka

yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”.

(24)

8

Pengaruh film terhadap audiensnya menjadi bahan perdebatan yang tidak kunjung usai. Sadar dengan kekuatan gambar bergerak dalam menggerakkan jutaan orang untuk terlibat dalam Perang Dunia II, sebagian besar pakar komunikasi melihat film telah menjadi media massa yang sangat berpengaruh. Para pakar tersebut, yang pandangannya dikenal dengan sebutan Teori Kritis, melihat film telah menjadi bagian kebudayaan yang direproduksi secara massal dengan tujuan untuk konsumtif masyarakat modern.

Karya inilah yang nantinya sebagai media komunikasi sekaligus sebagai sarana bagi para sineas untuk mengutarakan gagasan, ide lewat suatu wawasan keindahan. Dengan kata lain film mampu menciptakan kekuatan imajinasi seseorang atau kelompok (para sineas) yaitu kekuatan yang mampu menampilkan rasa, diantaranya rasa empati, geram, bergairah serta berbagai bentuk ekspresi lainnya termasuk emosi

2. Hubungan Audiens dengan Film

(25)

sungguh-9

sungguh dan konstruksi yang lebih artifisial pula (melalui manipulasi) daripada media lain (McQuail,1987)

Salah satu unsur komunikasi yang perlu dibahas lebih mendalam melalui penelitian ini adalah unsur pesan, dimana gagasan dari apa yang ingin disampaikan kepada khalayak luas terangkum didalamnya.

Menurut Jalaludin Rachmad & Aubrey Feisher (1986: 364-370) dalam Anton Kusnanto (2005) mengkonsepsikan pesan dalam komunikasi (tidak terkecuali berkomunikasi melalui media film) adalah sebagai alat pengaruh sosial. Hal ini berdasar pada pandangan Steven King yang berpendapat bahwa

“pesan itu secara sederhana adalah perilaku memberi pengaruh yang

berhubungan dengan kebutuhan”. Dalam pandangan Steven King, tujuan

pokok dalam komunikasi adalah untuk menjadi pelaku yang mampu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik kita, dan kita sendiri.

Demikian juga dengan pesan yang disampaikan dalam komunikasi melalui sebuah film bisa mempengaruhi-menimbulkan efek dengan maksud tertentu.terlepas apakah maksud mempengaruhi itu bersifat jelas dan langsung, atau sebaliknya. Dampak isi pesan dari sebuah film pada masyarakat juga bisa dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti pengaruh film terhadap anak, film dan agresivitas, dan masih banyak lagi.

(26)

10

dasarnya studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna yang terdapat didalamnya.

(27)

11

dan film seri, serta lagu. Dengan demikian, dewasa ini film berperan sebagai pembentuk budaya massa.

3. Film dan Kehidupan Masyarakat

a. Film sebagai Cermin Moralitas Bangsa

Sebagai dokumen sosial dan budaya yang mencerminkan masyarakatnya, dan sebagai corak narasi yang multitafsir, film bisa berucap banyak tentang budayadan masyarakat yang mengahasilkannya. Dengan fil kita bisa mengejek, melecehkan, atau bahkan dengan jujur menertawakan diri sendiri seperti dulu saat para penonton tertawa menyaksikan film Naga Bonar (1987). Bukan karena pemainnya pelawak yang memaksakan diri berlakon supaya sehingga membuat kita tertawa, tetapi yang kita tertawai adalah cermin polos dan bersahaja diri kita sendiri di masa silam. Di situ pula kita tertawa lepas, karena kita melihat ironi dan parodi pada diri kita dan itu baru kita sadari setelah kita menyaksikan momen-momen gambar hidup dalam film tersebut.

Dalam konteks inilah kita menangkap “pesan moral” dari sebuah

(28)

12

makna dan hegemoni tafsir terhadap dunia tanda atau simbol ,sehingga kebenaranpun dibengkokkan seperti sering kita temui dalam film-film yang beraroma propaganda politik (Ibrahim, 2007: 173).

Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik realitas dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang. Sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar

usaha menampilkan “citra bergerak” (moving images), namun juga telah

diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya hidup.

Pada akhirnya memang film itu ibarat cermin masyrakatnya. Tetapi di Indonesia sebagian besar wajah kita yang terpantul di cermin itu barulah sebuah gambaran yang muram dari narasi masyarakat yang tercabik, yang terluka oleh pelbagai persoalan yang tak kunjung usai. Seorang kritikus film, J. Lotman dalam karyanya Semiotics of Cinema (1976)

menyimpulkan bahwa “the most powerfull function of film is the

communicative”. Fungsi yang paling kuat dari film adalah komunikatif dengan masyarakat.

b. Realitas Kehidupan Masyarakat di Indonesia

(29)

berdarah-13

darah karena ditikam belati demokrasi tanpa batas. Lihat saja bagaimana kawan-kawan intelektual kita tak lagi membendung provokasi batin yang membuta dan mentulikan sanubari. Langkah sewenang-wenang, angkuh, dan penuh dengan teror menjadi pilihan demi menyanggupi nafsu batin yang tak terkendali. Sebagai bagian dari sebuah demokrasi, bagian dari kebebasan berkehendak sekaligus media untuk mengaspirasikan pikiran yang bertentangan dengan diktaktor-diktaktor dalam gedung pemerintahan. Korupsi, kolusi, nepotisme hampir selalu menjadi alasan untuk membenarkan setiap kekerasan yang terjadi dalam aksi berorasi. Bukan hanya itu, kini hati kecil yang seharusnya masih putih, bersih, turut terkontaminasi emosi dan pikiran-pikiran yang selalu kalut, takut, was-was, dan mudah tersinggung. Sehingga tak ada lagi celah untuk mengambil jalan damai dalam setiap persoalan. Ketahuilah, bahwa hidup kita sudah dirongrong budaya premanisme, dimana kekuatan fisik semata menjadi tameng mencari sumbu sebuah perubahan. Terlepas dari semua itu, persoalan kekerasan dalam rumah tangga yang hampir selalu perempuan dan anak-anak menjadi korban. Sepertinya keadilan perempuan telah terkoyak oleh sistem jender yang dominan patriarkhi, sehingga kerap perempuan berada pada posisi yang termarginalkan.

(30)

14

keuntungan yang sebesar-besarnya membuat kita terlena dan larut dalam kerja keras tanpa peduli lagi dengan dampak lingkungan yang ada. Kita kerap lupa bahwa sumber daya alam bisa habis, ekosistem sebagai penyeimbang alam bisa punah. Akibatnya, komposisi alam raya kita menjadi tak seimbang, tak selaras lagi. Yang ada, banjir akan menggenang dimana-mana, erosi dan tanah longsor tak terelakkan, kebakaran hutan tiada henti, polusi udara, air, hingga luapan lumpur yang tak terkendali, dan yang terakhir adalah masalah global warming atau pemanasan global yang sudah berada di ambang kritis. Tentu saja ini menjadi sebuah

warning bagi kita bahwa alam pun bisa “marah dan protes” dengan segala

perlakuan kita selama ini terhadapnya.

Disamping semua permasalahan lingkungan itu, ada lagi persoalan pelik yang tak kalah menyedihkan, dimana generasi-generasi muda penerus negeri ini telah banyak yang terpengaruh oleh budaya-budaya negatif yang merupakan budaya impor sehingga begitu mudahnya terperosok ke dalam lubang setan. Begitu mudahnya terperdaya oleh iming-iming hedonisme yang justru menjerumuskan mereka. Lihat saja bagaimana narkoba bergeliat merasuki jiwa remaja-remaja kita. Seperti tak terkendali, tak terhenti, terus melaju sampai betul-betul merusak masa depan bangsa. Alhasil, negeri ini telah kehilangan berjuta-juta ide cemerlang untuk kemajuan negara hanya karena barang laknat tersebut.

(31)

15

tergerus ego dan terpengaruh budaya asing. Nyaris tak ada lagi moral santun yang menjadi ciri khas bangsa kita saat ini. Bahkan sering kita

merasa “asing” dengan negara kita sendiri. Oleh karenanya, mari kita

selamatkan negeri ini dengan mengentaskan segala bentuk kemiskinan moral. Kita kembalikan lagi karakter bangsa yang “berbudaya timur” dulu. Remaja-remaja kembali belajar ke bangku sekolah, laki-laki dan perempuan kembali pada kodrat dan sama-sama saling menghargai satu sama lain, pengusaha-pengusaha kembali pada penerapan teori manajemen teknik lingkungan, sayangi lingkungan kita dengan memulai pada langkah kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar, penghijauan, dan stop pembalakan liar. Untuk narkoba dan maraknya gambar dan video porno, perangi dengan mempertebal keimanan pada Tuhan YME, perangi dengan mem-proteksi diri dari budaya-budaya asing yang bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Sibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif sehingga tak ada celah bagi narkoba untuk bisa menelusup ke dalam raga.

(32)

16

Mizwar, Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo dan Reza Rahadian. Sarat dengan kritikan moral dan sosial, Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

mengisahkan mengenai Muluk (Reza Rahadian), seorang pemuda yang setelah dua tahun diwisuda menjadi seorang sarjana, masih belum menemukan pekerjaan yang tepat untuknya. Untungnya, ia tak pernah patah semangat. (http://amiratthemovies.wordpress.com)

Berbagai pertanyaan serta kritik moral dan sosial yang terjalin di sepanjang jalan cerita film ini, tentu saja merupakan sebuah tamparan keras pada mereka orang-orang yang mengaku berpendidikan dan memiliki nilai moral tinggi, namun dengan tega merampas hak-hak rakyat yang seharusnya mereka berikan. Seperti halnya di Naga Bonar (Jadi) 2, segala tema yang mungkin bagi sebagian kalangan, khususnya kaum muda, akan dirasakan terlalu berat dan terkesan menggurui, mampu disampaikan Deddy Mizwar dengan jalan yang lancar, komikal dan dipenuhi anekdot-anekdot politis yang pas ukurannya. Hasilnya, tanpa disadari oleh setiap penontonnya, berbagai pendidikan moral nan relijius mengalir lancar dalam 100 menit masa penayangan film ini.

(33)

17

Tak heran, departemen akting dari film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

bukanlah sebuah hal yang dapat dipermasalahkan.

Beberapa bagian cerita di film ini, seperti kisah mengenai Jupri (Teuku Edwin), mungkin dimasukkan hanya sebagai bagian penghibur semata. Walau begitu, tetap saja, beberapa kali diantaranya sangat terasa bahwa beberapa adegan tersebut membuang-buang waktu dan tidak relevan dengan garis jalan cerita utama yang ada. Belum sampai pada level mengganggu harmonisnya jalan cerita yang sudah ada, namun kisah-kisah sampingan tersebut hadir tetapi seperti kurang mendapatkan penggalian cerita dan karakter yang tepat.

(34)

18

4. Teori Stimulus-Organism-Response (SOR)

Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, tanggapan , perilaku, kognisi afeksi dan konasi.

Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.

(35)

19

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah;

1) Pesan (stimulus, S)

2) Komunikan (organism, O)Efek (Response, R)

Hosland, et al (1993) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

(36)

20

yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :

(a) perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

(37)

21

interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai produk yang iklannya telah disaksikan di televisi.

Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.

Untuk ciri-ciri tanggapan antara lain:

a. Tidak tampak nyata, tinggal kesadaran akan kesan pengamatan. b. Tidakjelas, batasannya kurang tajam, dan kurang sempurna. c. Obyek ditanggapi tidak mendetail dan tidak kabur.

d. Obyek ditanggapi menurut kehendak imajinatif dan ingatan.

(38)

22

yang diterima. Dari rangsangan atau pesan yang diterima oleh komunikan (penonton) mungkin diterima atau ditolak saat komunikan telah melalui tahapan tanggapan.

F. Definisi Konseptual

Adapun definisi konseptual dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tanggapan

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.

2. Film

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar, yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, nilai kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya atau tanpa suatu yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau yang lainnya (Askurifai Baksin, 2003:6).

G. Definisi Operasional

(39)

23

atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. (Moh. Nasir, 1988:152). Variabel Dalam Penelitian ini adalah Tanggapan Penonton Tentang Alangkah Lucunya Negeri Ini.

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Tanggapan penonton merupakan pandangan atau pendapat pemirsa terhadap film Alangkah Lucunya Negeri Ini.yang meliputi :

1) Muatan Politik adalah adanya muatan tentang kritik terhadap kebijakan politik di Indonesia. Contohnya adalah cerita tentang wakil rakyat. 2) Muatan Sosial adalah adanya muatan tentang kehidupan sosial

masyarakat. Contohnya adalah menyajikan kehidupan anak jalanan. 3) Muatan Hiburan adalah film ini dapat menghibur. Contohnya adalah

menyajikan adegan lucu.

4) Muatan Kritik Sosial adalah adanya muatan tentang kritik sosial. Contohnya adalah menyajikan tentang kriminal di masyarakat.

5) Muatan Kritik Moral adalah adanya muatan tentang beruat baik. Contohnya adalah Muluk yang mengajari untuk berbuat baik.

6) Muatan Moral adalah adanya muatan tentang kehidupan yang baik. Contohnya adalah menyajikan perilaku jahat menjadi baik.

(40)

24

8) Muatan Kehidupan Nyata adalah adanya muatan tentang kehidupan nyata di masyarakat. Contohnya adalah menyajikan kehidupan sekarang yang banyak pengangguran dan meningkatnya pelaku kejahatan.

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survey. Dimana menurut Kerlinger (1997) dalam Sugiono (2004) mengemukakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan dari populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang di ambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Berdasarkan pendekatan yang ada maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian diskriptif kuantitatif.

2. Tipe dan Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sebagaimana mestinya.

3. Populasi dan Sampel

(41)

25

: 90). Populasi adalah semua atau keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sasaran penelitian. Populasi yang diambil adalah Mahasiswa Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang berada di gedung GKB 1 lantai 6, mulai jam 08.00 sampai dengan 13.00 pada tgl 28- 29 Maret 2011, sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang diambil secara aksidental.

Adapun syarat sampel yang diambil pada penelitian ini adalah: a) Mahasiswa FISIP UMM

b) Pernah melihat film Alangkah Lucunya Negeri Ini

Menurut Sugiyono (2004:77) adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).

(42)

26

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan permasalahan ini yaitu, antara lain:

a. Quisioner (angket)

Angket atau Questioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

b. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data-data yang berupa informasi dari catatan-catatan penting, artikel, buku baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini untuk memperkuat data yang didapat berkaitan dengan penelitian.

5. Pengukuran

Dalam pengukuran peubah-peubah yang dipakai, digunakan kriteria dengan Skala Likert. Skala Likert merupakan ”Skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2004 : 86). Jawaban yang diberikan oleh

responden, diberi nilai yang merefleksikan secara konsisten dari sikap responden, yakni dengan pemberian score pada jawaban kuesioner yang diajukan pada responden sebagai berikut:

a. Sangat Setuju 5

b. Setuju 4

(43)

27

d. Tidak setuju 2

e. Sangat kurang setuju 1

6. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kuantitatif data yang terkumpul nantinya akan dianalisis menggunakan cara deskriptif. Dalam mencari hasil akhir digunakan rumus Mean..

Rumus Mean

Keterangan:

Mx : Mean (rata – rata)

fx : Jumlah dari skor – skor (nilai) yang ada N : Number of Case (banyakanya skor itu sendiri)

Referensi

Dokumen terkait

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Guru menerapkan model pembelajaran “ular tangga PAI ( SKI dan Fiqih )” untuk memahami konsep materi sistem yang akan diberikan dengan tahapan sebagai berikut :. • Permainan ini

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Sempurna yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-NYA sehingga peneliti dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Lebih lanjut berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), stimulasi verbal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicara

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Sempurna yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-NYA sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi